Puji syukur kami haturkan ke hadirat Allah S.W.T, atas karunia-Nya sehingga
penulis bisa menyusun Modul Pelayanan Farmasi untuk Kompetensi Dasar Menerapkan
Sediaan Obat Steril sebagai pendamping belajar para siswa. Modul ini disusun
berdasarkan Kurikulum tahun 2013 Revisi (K13-Revisi). Format modul ini disesuaikan
dengan model pembelajaran terkini, sehingga diharapkan siswa tidak kesulitan dalam
belajar.
Modul ini berisi uraian tentang materi yang sedang dibahas dan contoh soal yang
akan mempermudah siswa dalam memahami konsep. Soal uraian maupun soal pilihan
ganda pada akhir bab yang sederhana tetapi menyeluruh.
Penulis menyadari banyak kekurangan dalam penyusunan modul ini, sehingga
kritik dan saran yang penulis harapkan agar dalam penyusunan modul pada waktu
mendatang akan lebih baik. Semoga modul ini bermanfaat bagi penulis khususnya dan
dunia pendidikan pada umumnya. Aamiin.
ii
Cover …..……………………………………………………………………………………………………………..………… i
KATA PENGANTAR ……………………………………………………………………………………………………….…. ii
DAFTAR ISI ….……………………………………………………………………………………………………………….. iii
GLOSARIUM ……………………………………………………………………………………………………………….…. iv
PETA KONSEP ……………………………………………………………………………………………………………….. v
1. PENGERTIAN STERIL …………………………………………………………………………………………....... 2
2. STERILISASI PEMANASAN BASAH ………………………………………………................................ 2
3. STERILISASI PEMANASAN KERING …………………………………………………………………………… 3
4. STERILISASI CARA B (PEMANASAN DENGAN BAKTERISIDA) ……………………………………….. 4
5. STERILISASI DENGAN PENYARING BAKTERI STERIL ……….…………………………………………. 5
6. STERILISASI CARA ASEPTIK ………………………..…………………………………………………………... 5
7. PROSES STERILISASI RADIASI ATAU PENYINARAN…………………..………………………………… 6
8. SEDIAAN STERIL UNTIK MATA ………………………………………………………………………………… 6
9. SEDIAAN STERIL IN JEKSI ………………………………………………………………………………………. 7
10. MACAM-MACAM CARA PENYUNTIKAN …………………………………………………………………….. 8
11. SUSUNAN/KOMPONEN OBAT SUNTIK ……………………………………………………………………. 8
12. WADAH DAN TUTUP …………………………………………………………………………………………….. 14
13. CARA PEMBUATAN OBAT SUNTIK …………………………………………………………………………… 15
14. PENANDAAN PADA OBAT SUNTIK …………………………………………………………………………. 17
SOAL …………………………………………………………………………………………………………………………. 15
DAFTAR PUSTAKA …………………………………………………………………………………………………………. 21
iii
Steril: suatu keadaan zat yang bebas dari mikroba hidup, baik pathogen maupun tidak
pathogen, baik dalam bentuk vegetative maupun dalam bentuk spora.
Sterilisasi: suatu proses untuk membuat ruangan/benda menjadi steril
Disinfektan (penyuci hama): mematikan mikroba pathogen pada objek atau benda-
benda mati
Antiseptik: mematikan mikroba patogen pada objek atau benda-benda hidup
Bakteriostatik: mencegah pertumbuhan bakteri
Bakterisida: mematikan bakteri
Fungiostatik: mencegah pertumbuhan jamur
Fungisida: mematikan cendawan atau jamur
Germisida: pencegah infeksi
Kolirium: sediaan berupa larutan steril, jernih, bebas zat asing dan isotonis yang
digunakan untuk membersihkan mata
Guttae ophthalmicae: larutan steril bebas partikel asing berupa sediaan yang dibuat
dan dikemas sedemikian rupa hingga sesuai untuk digunakan pada mata
Oculenta: salep steril yang digunakan untuk mata
Larutan isotonis: larutan yang memiliki tekanan osmosis sama dengan tekanan osmosis
cairan tubuh (darah, cairan lumbal, air mata) yang nilainya sama dengan tekanan osmosis
larutan NaCl 0,9 % b/v atau yang memiliki titik beku sama dengan titik beku cairan tubuh
yaitu -0,52 C
Larutan hipertonis: larutan yang memiliki tekanan osmosis lebih besar dari NaCl 0,9 %
b/v
Larutan hipotonis: larutan yang memiliki tekanan osmosis lebih kecil dari NaCl 0,9 %
Injeksi: sediaan steril berupa larutan, emulsi, suspense atau serbuk yang harus
dilarutkan atau disuspensikan terlebih dahulu sebelum digunakan yang disuntikkan
dengan cara merobek jaringan ke dalam kulit atau melalui kulit atau selaput lendir
Infundabilia atau infus intravena: sediaan steril berupa larutan atau emulsi, bebas
pyrogen dan sedapat mungkin dibuat isotonis terhadap darah yang disuntikkan langsung
ke dalam vena dalam volume relative banyak
Irigasi: larutan steril yang digunakan untuk mencuci atau membersihkan luka terbuka
atau rongga tubuh
iv
PETA KONSEP
v
PELAYANAN MENERAPKAN SEDIAAN OBAT
FARMASI
STERIL
Kompetensi Dasar Kurikulum 2013 Revisi
3.1. Menerapkan sediaan obat steril
4.1. Membuat sediaan obat steril
SEDIAAN STERIL
Tujuan:
o Menjelaskan pengertian steril
o Menjelaskan tujuan obat dibuat steril
o Menyebutkan cara sterilisasi cara A
o Menyebutkan cara sterilisasi cara B
o Menyebutkan cara sterilisasi cara C
o Menyebutkan cara sterilisasi cara D
o Menjelaskan ciri-ciri sterilisasi dengan pemanasan secara kering
o Menjelaskan sterilisasi menggunakan alat oven
o Menjelaskan sterilisasi dengan pemijaran
o Menjelaskan ciri-ciri sterilisasi dengan pemanasan secara basah
o Menjelaskan sterilisasi uap
o Menjelaskan sterilisasi dengan cara direbus dalam air mendididh
o Menjelaskan sterilisasi secara tyndalisasi
o Menjelaskan sterilisasi dengan uap air pada suhu 100 C
o Menjelaskan sterilisasi dengan penambahan zat-zat tertentu
o Menjelaskan sterilisasi dengan cara penyinaran
o Menjelaskan sterilisasi dengan penyaring bakteri steril
o Menjelaskan sterilisasi dengan cara aseptik
o Menyebutkan sediaan steril untuk pemakaian mata
o Menjelaskan pengertian injeksi
o Menyebutkan macam-macam cara penyuntikan
o Menyebutkan komponen obat suntik
o Menjelaskan bahan obat untuk injeksi
o Menjelaskan zat pembawa untuk injeksi
o Menjelaskan zat tambahan untuk injeksi
o Menjelaskan perhitungan isotonis dengan PTB
o Menjelaskan perhitungan isotonis dengan Ekivalen NaCl
o Menjelaskan wadah dan tutup untuk injeksi
o Menjelaskan cara pembuatan injeksi cara aseptik
o Menjelaskan cara pembuatan injeksi cara non aseptik
o Menjelaskan pemeriksaan kejernihan dan warna pada injeksi
o Menjelaskan pemeriksaan keseragaman bobot pada injeksi
o Menjelaskan pemeriksaan keseragaman volume pada injeksi
o Menyebutkan syarat-syarat obat suntik
o Menyebutkan penandaan obat suntik menurut FI IV
o Menjelaskan pengertian Infus intravena
o Menyebutkan tujuan pemberian infus intravena
o Menyebutkan perbedaan injeksi dengan infus intravena
o Menyebutkan syarat-syarat infus intravena
1
1. Pengertian Steril
Steril adalah suatu keadaan zat yang bebas dari mikroba hidup, baik patogen
(menimbulkan penyakit) maupun apatogen/non patogen (tidak menimbulkan
penyakit), baik dalam bentuk vegetatif (siap berkembang biak), maupun dalam
bentuk spora (dalam keadaan statis, tidak dapat berkembang biak, tetapi melindungi
diri dengan lapisan pelindung yang kuat).
Sterilisasi adalah suatu proses untuk membuat ruangan atau benda menjadi steril.
Sanitasi adalah suatu proses untuk membuat lingkungan menjadi sehat.
Obat dibuat steril karena berhubungan langsung dengan darah atau cairan tubuh dan
jaringan tubuh lain yang memiliki pertahanan terhadap zat asing tidak selengkap
pertahanan yang terdapat dalam sistem pencernaan.
Sediaan yang harus dibuat steril : obat suntik, tablet implant, tablet hipodermik dan
sediaan untuk mata guttae ophthalmicae (tetes mata), collyrium (cuci mata), oculenta
(salep mata), larutan irigasi (larutan steril digunakan untuk mencuci atau
membersihkan luka terbuka atau rongga-rongga tubuh), vaksin, toksoid, antitoksin.
Cara Sterilisasi
2
2. Proses pembunuhan mikroba didasarkan pada mekanisme koagulasi atau
penggumpalan protein pada mikroba.
3. Waktu lebih singkat, kira-kira 15 menit (FI IV), 30 menit (FI III)
4. Suhu yang dibutuhkan lebih rendah, antara 115-116℃ (FI III), 121℃ (FI IV).
Sebanyak 1 g uap air bersuhu 100℃ jika mengembun menjadi air bersuhu 100℃
akan membebaskan 536 kalori.
5. Dapat digunakan untuk injeksi pembawa air.
3.Tindalisasi
Tindalisasi digunakan untuk bahan yang tidak tahan pada pemanasan tinggi
dan tidak dapat disaring dengan penyaring bakteri (misalnya : emulsi dan suspensi)
Tindalisasi dilakukan dengan cara :
a. Pemanasan dengan uap air pada suhu 70-80℃ (mematikan bentuk
vegetative)
b. Pendinginan dan penyimpanan pada suhu 30℃ selama 24 jam (mengubah
spora menjadi vegetative)
c. Ulangi pemanasan selama 3-5 hari berturut turut.
3
3. Suhu yang digunakan lebih tinggi kira-kira 150C.
4. Waktu yang diperlukan lebih lama, antara 1 jam-2 jam kecuali pemijaran
digunakan untuk sterilisasi bahan obat/alat yang tahan pemanasan tinggi.
Pemijaran memakai api gas nyala api tidak berwarna atau api dari lampu spiritus.
Syarat: Seluruh permukaan alat harus berhubungan dengan api selama tidak kurang
dari 20 detik.
Yang dapat disterilkan dengan cara pemijaran:
• benda Logam (pinset, penjepit krus)
• mortir dan stamper diberi alkohol kemudian dibakar.
• bahan obat seperti ZnO,NaCl dan talk.
Zat yang sering ditambahkan pada sterilisasi dengan cara ini dapat digolongkan
menjadi beberapa jenis yaitu:
Disinfektan (pencuci hama) mematikan mikroba patogen pada objek/benda2 mati
sehingga dapat juga disebut pencegah infeksi (germisida), mematikan bakteri
(bakterisida), serta mematikan cendawan/jamur (fungisida)
Antiseptik: mematikan mikroba patogen pada objek atau benda2 hidup
Bakteriostatik: mencegah pertumbuhan bakteri
Zat pengawet: mencegah pertumbuhan bakteri dan jamur dalam makanan/minuman
Fungiostatik: mencegah pertumbuhan jamur
Antibiotik: golongan zat yang dihasilkan secara alami/sintetik untuk melawan
bakteri/jamur
4
Alat yang akan disterilkan direndam dalam larutan bakterisida: untuk alat yang
terbuat dari logam, tambahkan zat yang dapat mencegah pembentukan karat
(natrium nitrat/natrium borat). Didihkan selama 20 menit dengan 1-2% natrium
karbonat, 5% fenol, dan 2% lisol.
3.Sterilisasi ruangan
Ruangan disemprot dengan larutan bakterisida, kemudian didiamkan beberapa
waktu. Selanjutnya udara diisap dan diganti dengan udara yang sudah steril.
Untuk ruangan, sterilisasi dilakukan dengan cara disemprot dengan larutan
bakterisida kemudian didiamkan beberapa waktu, udara diisap dan diganti
dengan udara yang sudah steril (dilewatkan melalu penyaring udara)
Zat yang digunakan :
1. uap formaldehid
2. campuran 1 bagian etilenoksida dan 9 bagian gas CO₂ dan dapat dipanaskan
hingga suhu 60⁰C
5
• Zat pembawa disterilkan terlebih dahulu.
• Zat pembantu disterilkan dahulu.
• Alat-alat disterilkan dengan cara yang sesuai.
• Ruang kerja harus bersih, bebas debu, disterilkan dengan sinar UV atau cara
lain yang sesuai.
• Setelah semuanya siap, baru dilakukan pembuatan sediaan.
• Teknik aseptik biasa digunakan untuk pembuatan oculenta (salep mata).
Kolirium (Collyrium)
Sediaan berupa larutan steril, jernih, bebas zat asing, dan isotonis. Digunakan untuk
membersihkan mata. Dibuat dengan cara melarutkan obat dalam air dan disaring
hingga jernih. Disimpan dalam wadah kaca atau plastik tertutup kedap.
a. Pada etiket harus tertera :
- Masa penggunaan setelah tutup dibuka.
- Keterangan “obat cuci mata”.
b. Kolirium yang tidak mengandung zat pengawet hanya boleh digunakan
paling lama 24 jam setelah tutup botol dibuka.
Kolirium yang mengandung pengawet digunakan paling lama tujuh hari
setelah tutup botol dibuka
Cara pembuatan
1. Disterilkan dengan menggunakan autoklaf pada suhu 115-116˚ C selama 30
menit
2. Disterilkan dengan bakteri filter & masukkan ke dalam wadah secara tehnik
aseptis
6
3. Disterilkan dengan cara penambahan bakterisid, dipanaskan pada suhu 98-
100˚ C selama 30 menit
OCULENTUM/SALEPMATA
PEMBUATAN
1. Bahan obat dimasukkan sebagai larutan/serbuk steril termikronisasi pada
dasar salep akhir
2. Dimasukkan secara aseptik ke dalam tube steril
3. Tube disterilkan dengan autoklaf pada suhu 115-116˚C selama 30 menit
PERSYARATAN SALEP MATA
• Mengandung bahan/campuran bahan yang sesuai untuk mencegah
pertumbuhan mikroba
• Bahan obat yang ditambahkan harus larutan/serbuk halus
• Bebas dari partikel kasar, memenuhi syarat kebocoran, partikel logam pada
uji salep mata
• Wadah harus steril,tertutup rapat,disegel
Larutan Irigasi :
Irigasi adalah larutan steril yang digunakan untuk mencuci atau membersihkan luka
terbuka atau rongga tubuh.
Digunakan secara topikal, tidak boleh pararenteral.
Etiket tanda bahwa sediaan ini tidak dapat digunakan untuk injeksi
Penggolongan Injeksi
1. Injeksi berbentuk Larutan
Inj.vit C, Inj.Camphor Oil, Inj.Luminal
2. Injeksi berbentuk serbuk steril+pembawa steril menjadi larutan
Inj.Dihydrostreptomycin Sulfat steril
3. Injeksi berbentuk steril+pembawa steril menjadi suspensi
Inj.Procaine penicilline G steril untuk suspensi
4. Injeksi berbentuk suspensi
Inj.Suspensi Hydrocortison Acetat steril
5. Injeksi berbentuk emulsi
Inj.Penicilline Oil untuk injeksi
7
Macam-macam penyuntikan :
1. Injeksi Intrakutan/ Intradermal (i.k/i.c) : dimasukkan ke dalam kulit yang
sebenarnya, volume yang disuntikkan antara 0,1-0,2 ml, berupa larutan atau
suspensi dalam air dan digunakan untuk diagnosa
Contoh : injeksi Tuberculin
2. Injeksi Subkutan/Hipodermik (s.k/s.c): disuntikkan ke dalam jaringan di
bawah kulit, volume yang disuntikkan tidak lebih dari 1 ml. Umumnya larutan
isotonik, pH netral, bersifat depo (absorbsinya lambat). Dapat diberikan dalam
jumlah besar volume 3-4 liter/hari dengan penambahan enzim hialuronidase,
bila pasien tersebut tidak dapat diberikan infus intravena. Cara ini disebut
Hipodemoklisa.
3. Injeksi Intramuskular (i.m) : disuntikkan ke dalam atau di antara
jaringan/otot. Injeksi dalam bentuk larutan, suspensi atau emulsi dapat
diberikan dengan cara ini. Bila berupa larutan dapat diserap dengan cepat,
yang berupa emulsi atau suspensi diserap lambat dengan maksud untuk
mendapatkan efek yang lama. Volume penyuntikan antara 4-20 ml,
disuntikkan perlahan-lahan untuk mencegah rasa sakit.
4. Injeksi Intravenus : disuntikkan langsung ke dalam pembuluh darah vena.
Bentuknya berupa larutan dan tidak boleh dalam bentuk suspensi atau emulsi
karena akan menyumbat pembuluh darah vena. Dibuat isotonis atau dapat
sedikit bersifat hipertonis (disuntikkan lambat/perlahan-lahan dan tidak
mempengaruhi sel darah) dan volume yang diberikan antara 1-10 ml.
Bila injeksi intravena diberikan dalam dosis tunggal dengan volume lebih dari
10 ml, disebut infus intravena/infus/infundibilia. Infus harus bebas pirogen
dan tidak boleh mengandung bakterisida, jernih, isotonis. Injeksi intravena
dengan volume 10 ml atau lebih harus bebas pirogen.
5. Injeksi Intraarterium : disuntikkan langsung ke dalam pembuluh darah
arteri/perifer.
6. Injeksi Intratekal, Itraspinal, Intrasisternal, Intradural, Subaraknoid :
disuntikkan langsung ke dalam sumsum tulang belakang.
7. Injeksi Intrakor/ Intrakardial : disuntikkan langsung ke dalam otot jantung.
8. Injeksi Intraartikulus : disuntikkan langsung ke dalam cairan sendi di dalam
rongga sendi.
9. Injeksi Subkonjungtiva : disuntikkan langsung ke dalam selaput lendir di
bawah mata
10. Injeksi Intrabursa : disuntikkan langsung ke dalam bursa subcromillis dalam
bentuk larutan suspensi dalam air.
11. Injeksi Intraperitonial : disuntikkan langsung ke dalam rongga perut.
12. Injeksi Peridural, Extradural, Epidural : disuntikkan langsung ke dalam ruang
epidural.
Zat Pembawa/Pelarut
a. Zat Pembawa Berair
Umunya digunakan air untuk injeksi ( aqua pro injecton) sebagai pelarut.
Dapat pula digunakan injeksi NaCl, injeksi glukosa, injeksi NaCl compositus, atau
8
sol.petit. Kecuali dinyatakan lain, injeksi NaCl atau injeksi ringer dapat digunakan
sebagai pengganti air untuk injeksi.
Air untuk injeksi (aqua pro injection) dibuat dengan cara menyuling kembali
(bidestilasi) air suling segar dengan alat kaca netral atau wadah logam yang sesuai
yang dilengkapi dengan labu percik. Hasil sulingan pertama dibuang, hasil sulingan
selanjutnya ditampung dalam wadah yang sesuai dan segera digunakan. Jika
digunakan sebagai pelarut serbuk untuk injeksi, air untuk injeksi harus disterilkan
dengan cara sterilisasi A atau C segera setelah dimasukkan ke dalam wadah.
Air untuk injeksi bebas udara dibuat dengan mendidihkan air segar selama
tidak kurang dari 10 menit sambil mencegah hubungan/kontak dengan uadara
sesempurna mungkin, didinginkan dan segera digunakan. Jika air digunakan sebagai
pelarut serbuk untuk injeksi, air tersebut harus disterilkan dengan cara sterilisasi A
segera setelah dimasukkan ke dalam wadah
b. Zat Pembawa tidak berair.
Umumnya digunakan minyak untuk injeksi ( olea pro injection), misal oleum
sesami, oleum olivarum, atau oleum arachidis.
Pembawa tidak berair diperlukan apabila :
a. Bahan Obatnya sukar larut dalam air
b. Bahan Obatnya tidak stabil/terurai dalam air
c. Dikehendaki depo terapi
Intravena
Pada infus intravena, larutan injeksi dapat menimbulkan hemolisis jika tidak isotonis
9
Intralumbal
Perubahan tekanan osmosis pada cairan lumbal dapat menimbulkan rangsangan pada
selaput otak.
Perhitungan Isotonis
Hipertonis : tekanan osmotis larutan obat > tekanan osmotis cairan tubuh (NaCl
0,9%; PTB : 0,52)
Isotonis : suatu keadaan dimana tekanan osmotis larutan obat yang sama dengan
tekanan osmotik cairan tubuh kita (darah, cairan lumbal, air mata) (NaCl 0,9%; PTB
: 0,52))
Hipotonis : tekanan osmotis larutan obat < tekanan osmosis cairan tubuh (NaCl 0,9%;
PTB : 0,52)
1. Cara PTB
Suatu larutan dinyatakan isotonik dengan serum atau cairan mata jika membeku
pada suhu -0,52ºC.
2. Ekivalensi NaCl
Ekivalensi NaCl ( E ) adalah sekian gram NaCl yang memberikan efek osmose yang
sama dengan 1 gram dari suatu zat tertentu.
3. Derajat disosiasi
4. Cara Grafik
Cara PTB
Rumus :
𝟎, 𝟓𝟐 −𝒃1 . 𝑪
B=
𝒃2
Keterangan :
B = bobot zat tambahan ( NaCl ) dalam satuan gram tiap 100 ml larutan
b¹ = PTB zat khasiat
b² = PTB zat tambahan ( NaCl )
C = konsentrasi dalam satuan % b/v zat khasiat
Contoh soal :
1. Diket :
PTB Asam Borat = 0,288
Ditanya :
a. Apakah larutan Asam Borat 1% sudah isotonis ?
Jawab : Belum, karena larutan Asam Borat 1% baru menurunkan titik beku air
0,288. sedangkan untuk isotonis harus 0,52
10
Berapa banyak NaCl yang harus ditambahkan untuk membuat 100ml
larutan Asam Borat 1% yang isotonis ? (PTB Asam Borat 0,288 ; PTB NaCl
0,576)
Diket : C = 1% b1 = 0,288 b2 = 0,576
Ditanya : B ?
Jawab : B = 0,52 – b1 . C
b2
B = 0,52 – 0,288 . 1 / 0,576
B =0,4 g/ml
b.Berapa banyak Asam Askorbat yang dibutuhkan untuk membuat 700ml larutan
isotonis?
Jawab :
700 ml x 4,95% = 34,3 gram Asam Askorbat
3. Berapa banyak larutan Asam Askorbat isotonis dapat dibuat bila tersedia 50 gram
Asam Askorbat?
Jawab :
Larutan Asam Askorbat isotonis = 4,95%
Artinya : 100ml → 4,95 gram
X → 50 gram
50 𝑔𝑟𝑎𝑚
X = 4,95 𝑔𝑟𝑎𝑚 𝑥 100ml
= 1010 ml
Rumus 1 :
𝟏𝟎𝟎
V=(WxE) 𝟎,𝟗
= ( W x E ) 111,1
Rumus 2 :
𝟎,𝟗
B = 𝟏𝟎𝟎 x V - ( W x E )
Nilai Ekivalensi
E = 0,9 - bobot pada tabel
Keterangan :
V = Volume larutan yang sudah isotonis (ml )
W = bobot zat aktif (g)
E = nilai ekivalensi zat aktif
Yang dimaksudkan dengan ekivalen dari NaCl (E) adalah sekian gram NaCl yang
memberikan efek osmose yang sama dengan 1 gram dari suatu zat terlarut tertentu
Jika E efedrin HCl = 0,288 ; artinya tiap 1g Efedrin HCl ~ 0,288g NaCl
11
Tabel Bobot NaCl dalam mg yang perlu ditambahkan untuk membuat isotonis larutan
zat 1% 𝑏⁄𝑣
Aminofilin 730
Asam Nikotinat 555
Benzil Alkohol 730
Efedrin Sulfat 670
Klorbutanol 720
Kofeina 820
1. Berapa banyak NaCl yang ditambahkan untuk membuat 400ml larutan isotonis
yang mengandung Efedrin Sulfat 0,2 gram, Klorbutanol 250mg, (E NaCl = 1,
E Klorbutanol=0,18, Efedrin Sulfat=0,23)
Diket : V =400ml
W 1 Efedrin = 0,2g
E 1 Efedrin = 0,23
W2 Klorbutanol = 0,25g
E 2 Klorbutanol = 0,18
Ditanya: B…?
Jawab :
0,9
B = 100 x V - ( W 1x E 1 + W 2 x E 2 )
0,9
= x 400- (0,2 x 0,23+ 0,25 x0,18)
100
= 3,6 - 0,091
= 3,509 gram
2. Bila 0,730g NaCl harus ditambahkan ke dalam 100ml 1% 𝑏⁄𝑣 larutan Benzil
Alkohol, maka larutan Benzil Alkohol isotonis adalah …
Diket: E = 0,9 – 0,730 = 0,17
V = 100ml
Ditanya :
Kadar larutan Benzil Alkohol isotonis?
Jawab : 1% = 0,17
X = 0,9
0,9 𝑋 1% 0,9
X = 0,17 = 0,17 = 5,29%
4. Berapa banyak Asam Nikotinat yang dibutuhkan untuk membuat 700 ml larutan
Asam Nikotinat isotonis ? ( E Asam Nikotinat = 0,345 )
Diketahui :
V = 700ml
E = 0,345
12
Ditanya :
W=?
Jawab : V = ( WE ) 111,1
700 = ( W x 0,345 ) 111,1
700/111,1 = 0,345 W
6,3 = 0,345 W
W = 6,3/ 0,345
W = 18,2 g
5. Hitung berapa mg NaCl yang diperlukan untuk membuat larutan 2% b/v Morfin
HCL yang isotonis sebanyak 30 ml. Jika diketahui dalam tabel ekivalen FI untuk
Morfin HCl adalah 755.
Jawab :
Dalam tabel ekivalen FI untuk Morfin HCL = 755
Artinya 1 gram Morfin HCL menyebabkan ekivalen dengan 900 mg – 755 mg = 145
mg untuk tiap 100 ml atau dengan kata lain E Morfin HCL = 0,145
2
Bobot 2% Morfin HCL dengan 30 ml larutan = 100 x 30 gram = 0,6 gram
Dari rumus 3
0,9
B = (100) x V - (𝑊 𝑋 𝐸)
0,9
= (100) x 30 - (0,6 𝑥 0,145) = 0,27 – 0,087 = 0,183
Jadi bobot NaCl yang masih harus ditambahkan adalah 0,183 gram
Jawab:
Dari rumus3
0,9
B = ( ) X V – ( (W1 X E1) + (W2 X E2) )
100
0,9
= (100) X 100 – (1 X 0,24 + 0,5 X 0,18)
= 0,9 – (0,24 + 0,09) = 0,9 – 0,33 = 0,57
Jadi bobot NaCl yang masih diperlukan adalah 0,57 gram
7. Untuk membuat isotonik 10 ml Guttae opthalmiccae yang mengandung 0,25% B/V
atropin sulfas dtambahkan NaCl sebanyak ….. (diketahui E atrovin sulfas = 0,14)
Jawab :
Dari rumus 3
0,9
B = (100) x V - ( W x E )
0,9
=( ) x 10 – ( 0,025 x 0,014 )
100
= 0,09 – 0,0035 = 0,0865 (dibulatkan 0,087)
Jadi bobot NaCl yang ditambahkan adalah = 0,087 gram.
13
3. pada penyuntikan : intralumbal, intratekal, peridural, intrasisternal,
intraarterium, intrakor
Sebagai Stabilisator
Digunakan untuk menjaga stabilitas larutan injeksi dalam penyimpanan.
Fungsi Stabilisator :
A. Mencegah terjadinya oksidasi udara.
B. Mencegah terjadinya endapan alkaloid oleh sifat alkalis dari gelas.
C. Mencegah terjadinya perubahan pH dengan menambah larutan dapar
D. Menambah/meningkatkan kelarutan bahan obat
14
Keuntungan : netral secara kimiawi, tidak mudah pecah dan tidak terlalu berat hingga
mudah diangkut, tidak perlu penutup karet.
Kekurangan : dapat ditembus uap air sehingga jika disimpan akan kehilangan air,
serta dapat ditembus gas CO2.
Tutup karet
Syarat tutup karet jika direbus autoklaf :
a. Karet tidak lengket/lekat, jika ditusuk jarum suntik tidak melepaskan
pecahannya serta segera tertutup kembali setelah jarum dicabut.
b. Setelah dingin tidak boleh keruh.
c. Uapnya tidak menghitamkan kertas timbal (Pb-asetat).
Cara mencuci :
Cara Sterilisasi :
Masukkan tutup karet ke dalam labu berisi larutan bakterisida, tutup, sterilkan dengan
cara sterilisasi A. Biarkan selama tidak kurang dari 7 hari. Bakterisida yang digunakan
harus sama dengan bakterisida yang digunakan dalam obat suntiknya dengan kadar
2 kali lipatnya, volume tiap 1 gram karet dibutuhkan 2 ml
15
Pembuatan secara Aseptik
Bahan obat
Zat pembawa Zat pembantu
Alat untuk pembuatan (steril)
(gelas,) (steril)
disterilkan Dilarutkan
dicuci
(ruang steril)
Wadah(ampul,vial)
disii
Diberi ditutup
dikaran
etiket dan diperiksa kedap
tina
dikemas
16
Penandaan pada obat suntik
1. Nama sediaan
2. Untuk sediaan cair, tertera presentase/jumlah zat aktif dalam volume
3. Untuk sediaan kering, tertera jumlah zat aktif.
4. Cara Pemberian
5. Kondisi penyimpanan & tanggal kadaluwarsa
6. Nama pabrik pembuat dan atau pengimpor
7. Nomer lot/batch yang menunjukkan identitasnya
17
TUGAS 1
Nama :
Kelas, No absent :
1. Sterilisasi adalah …
2. Steril adalah …
3. Sterilisasi cara A adalah …
4. Sterilisasi cara B adalah …
5. Sterilisasi cara C adalah …
6. Sterilisasi cara D adalah …
7. Pemilihan cara sterilisasi harus mempertimbangkan faktor …
8. Ciri-ciri sterilisasi dengan pemanasan secara kering ...
-
-
-
-
-
9. Sterilisasi dengan pemanasan secara kering :
- Oven : suhu ….. selama ……
- Pemijaran : selama …
10. Ciri-ciri sterilisasi dengan pemanasan secara basah ...
-
-
-
-
-
11. Sterilisasi dengan pemanasan secara basah :
- Sterilisasi uap menurut FI ed IV : suhu ……… selama ….
- Direbus dalam air mendidih
- Tyndalisasi/pasteurisasi
- Disterilkan pada suhu 100˚ C
12. Untuk mempersingkat waktu Sterilisasi dengan cara direbus dalam air mendidih
dapat ditambahkan bakterisida seperti …
13. Sterilisasi dengan Tyndalisasi dugunakan untuk bahan obat yang …
Seperti …
14. Pada Tyndalisasi, untuk mematikan mikroba bentuk vegetative dilakukan dengan
cara …
18
25. Larutan dalam penyaring ditekan dengan tekanan yang lebih besar dari udara luar
adalah cara cara menyaring dengan …
26. Larutan dalam penyaring diisap (penampung divakumkan) adalah cara menyaring
dengan …
27. Untuk menghancurkan protein yang ada pada penyaring bakteri ditambahkan …
28. Penyaring bakteri disterilkan dengan cara …
29. Larutan dengan pembawa air, mengandung bahan obat yang tidak tahan
pemanasan, dipilih cara sterilisasi ….
30. Larutan dengan pembawa minyak, mengandung bahan obat yang tidak tahan
pemanasan, dipilih cara sterilisasi ….
31. Suspensi, emulsi yang mengandung bahan obat yang tidak tahan pemanasan tinggi
dipilih cara sterilisasi …
32. Suspensi, emulsi yang mengandung bahan obat yang tidak tahan pemanasan
dipilih cara sterilisasi …
19
TUGAS 2
Nama :
Kelas, No absent :
20
TUGAS 3
SEDIAAN STERIL
Nama :
Kelas, No absent :
21
30. PH optimal untuk darah atau cairan tubuh yang lain adalah … dan disebut
…
31. Pengaturab pH larutan injeksi untuk …
a. …
b. Mencegah tejadinya rangsangan/rasa sakit waktu disuntikkan
Jika PH lebih dari 9 : …
Jika pH di bawah 3 : …
32. Larutan obat suntik dikatakan isotonis jika :
a. Mempunyai tekanan osmotic sama dengan tekanan osmotic cairan tubuh
(darah, cairan lumbal, air mata) yang nilainya sama dengan tekanan osmotic
larytan NaCl ….
b. Mempunyai titik beku sama dengan titik beku cairan tubuh, yaitu …
33. Larutan injeksi dibuat isotonis terutama pada penyuntikan secara …
34. Perhitungan isotonis :
a. Cara PTB : B = 0,52 – b1C
b2
b. Cara Ekivalensi NaCl : V = (WE)111,1 atau B = 0,9 x V – (WxE)
100
35. Zat bakterisida perlu ditambahkan jika :
a. Larutan injeksi dibuat secara …
b. Bila larutan injeksi disterilkan dengan cara …
c. Bila larutan injeksi disterilkan dengan pemanasan pada suhu …
d. Dalam wadah …
36. Zat bakterisida tidak perlu ditambahkan jika :
a. Volume sekali penyuntikan lebih dari …
b. Bila sudah cukup daya bakteriostatikanya.
c. Pada penyuntikan …
37. Zat pemati rasa setempat/anestetika local :
a. Procain untuk injeksi …
b. Novocain untuk injeksi …
c. Benzilalkohol untuk injeksi …
38. Mencegah terjadinya oksidasi oleh udara dengan cara :
a. Mengganti udara di atas larutan injeksi dengan gas inert : …
b. Menambah antioksidant : …
39. Mencegah terjadinya endapan alkaloid oleh sifat alkalis dari gelas dengan
menambahkan …
40. Wadah dari plasik disterilkan dengan cara sterilisasi …
41. Keuntungan wadah dari plastik …
42. Kerugian wadah dari plastik …
43. Syarat tutup karet yang baik :
a.
b.
c.
44. Tutup karet disterilkan dengan cara sterilisasi … ,
biarkan selama tidak kurang dari … .Bakterisida yang digunakan
harus sama dengan yang digunakan untuk obat suntiknya, dimana 1 gram
dibutuhkan ….
45. Bila bahan obatnya tidak dapat disterilkan, karena akan rusak atau mengurai maka
larutan injeksi dibuat dengan cara …
22
TUGAS 4
Nama :
Kelas/No absen :
23
DAFTAR PUSTAKA
Anief, Mohammad. 1990. Farmasetika. Yogyakarta: Gajah Mada University Press
Anief, Mohammad. 2010. Ilmu Meracik Obat Teori dan Praktek,Cetakan ke-15.
Yogyakarta: Gajah Mada University Press
Anonim. 1979. Farmakope Indonesia Edisi III. Jakarta: Departemen Kesehatan
Republik Indonesia.
Anonim. 1995. Farmakope Indonesia Edisi IV. Jakarta: Departemen Kesehatan
Republik Indonesia.
Anonim. 2017. Farmakope Indonesia Edisi V. Jakarta: Departemen Kesehatan
Republik Indonesia.
Saptaning, Agustina. 2013. Ilmu Resep. Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran EGC.
Al Kuraesin,. 2018. Pelayanan Farmasi Ilmu Resep. Jakarta: Penerbit Buku
Kedokteran EGC
24