Anda di halaman 1dari 29

KATA PENGANTAR

Puji syukur kami haturkan ke hadirat Allah S.W.T, atas karunia-Nya sehingga
penulis bisa menyusun Modul Pelayanan Farmasi untuk Kompetensi Dasar Menerapkan
Sediaan Obat Steril sebagai pendamping belajar para siswa. Modul ini disusun
berdasarkan Kurikulum tahun 2013 Revisi (K13-Revisi). Format modul ini disesuaikan
dengan model pembelajaran terkini, sehingga diharapkan siswa tidak kesulitan dalam
belajar.
Modul ini berisi uraian tentang materi yang sedang dibahas dan contoh soal yang
akan mempermudah siswa dalam memahami konsep. Soal uraian maupun soal pilihan
ganda pada akhir bab yang sederhana tetapi menyeluruh.
Penulis menyadari banyak kekurangan dalam penyusunan modul ini, sehingga
kritik dan saran yang penulis harapkan agar dalam penyusunan modul pada waktu
mendatang akan lebih baik. Semoga modul ini bermanfaat bagi penulis khususnya dan
dunia pendidikan pada umumnya. Aamiin.

Surabaya, Juli 2020


Penyusun

apt. Sri lestari, S.Si

ii
Cover …..……………………………………………………………………………………………………………..………… i
KATA PENGANTAR ……………………………………………………………………………………………………….…. ii
DAFTAR ISI ….……………………………………………………………………………………………………………….. iii
GLOSARIUM ……………………………………………………………………………………………………………….…. iv
PETA KONSEP ……………………………………………………………………………………………………………….. v
1. PENGERTIAN STERIL …………………………………………………………………………………………....... 2
2. STERILISASI PEMANASAN BASAH ………………………………………………................................ 2
3. STERILISASI PEMANASAN KERING …………………………………………………………………………… 3
4. STERILISASI CARA B (PEMANASAN DENGAN BAKTERISIDA) ……………………………………….. 4
5. STERILISASI DENGAN PENYARING BAKTERI STERIL ……….…………………………………………. 5
6. STERILISASI CARA ASEPTIK ………………………..…………………………………………………………... 5
7. PROSES STERILISASI RADIASI ATAU PENYINARAN…………………..………………………………… 6
8. SEDIAAN STERIL UNTIK MATA ………………………………………………………………………………… 6
9. SEDIAAN STERIL IN JEKSI ………………………………………………………………………………………. 7
10. MACAM-MACAM CARA PENYUNTIKAN …………………………………………………………………….. 8
11. SUSUNAN/KOMPONEN OBAT SUNTIK ……………………………………………………………………. 8
12. WADAH DAN TUTUP …………………………………………………………………………………………….. 14
13. CARA PEMBUATAN OBAT SUNTIK …………………………………………………………………………… 15
14. PENANDAAN PADA OBAT SUNTIK …………………………………………………………………………. 17
SOAL …………………………………………………………………………………………………………………………. 15
DAFTAR PUSTAKA …………………………………………………………………………………………………………. 21

iii
Steril: suatu keadaan zat yang bebas dari mikroba hidup, baik pathogen maupun tidak
pathogen, baik dalam bentuk vegetative maupun dalam bentuk spora.
Sterilisasi: suatu proses untuk membuat ruangan/benda menjadi steril
Disinfektan (penyuci hama): mematikan mikroba pathogen pada objek atau benda-
benda mati
Antiseptik: mematikan mikroba patogen pada objek atau benda-benda hidup
Bakteriostatik: mencegah pertumbuhan bakteri
Bakterisida: mematikan bakteri
Fungiostatik: mencegah pertumbuhan jamur
Fungisida: mematikan cendawan atau jamur
Germisida: pencegah infeksi
Kolirium: sediaan berupa larutan steril, jernih, bebas zat asing dan isotonis yang
digunakan untuk membersihkan mata
Guttae ophthalmicae: larutan steril bebas partikel asing berupa sediaan yang dibuat
dan dikemas sedemikian rupa hingga sesuai untuk digunakan pada mata
Oculenta: salep steril yang digunakan untuk mata
Larutan isotonis: larutan yang memiliki tekanan osmosis sama dengan tekanan osmosis
cairan tubuh (darah, cairan lumbal, air mata) yang nilainya sama dengan tekanan osmosis
larutan NaCl 0,9 % b/v atau yang memiliki titik beku sama dengan titik beku cairan tubuh
yaitu -0,52 C
Larutan hipertonis: larutan yang memiliki tekanan osmosis lebih besar dari NaCl 0,9 %
b/v
Larutan hipotonis: larutan yang memiliki tekanan osmosis lebih kecil dari NaCl 0,9 %
Injeksi: sediaan steril berupa larutan, emulsi, suspense atau serbuk yang harus
dilarutkan atau disuspensikan terlebih dahulu sebelum digunakan yang disuntikkan
dengan cara merobek jaringan ke dalam kulit atau melalui kulit atau selaput lendir
Infundabilia atau infus intravena: sediaan steril berupa larutan atau emulsi, bebas
pyrogen dan sedapat mungkin dibuat isotonis terhadap darah yang disuntikkan langsung
ke dalam vena dalam volume relative banyak
Irigasi: larutan steril yang digunakan untuk mencuci atau membersihkan luka terbuka
atau rongga tubuh

iv
PETA KONSEP

Teknik Pembuatan Sediaan Steril

MENERAPKAN PEMBUATAN MEMBUAT SEDIAAN OBAT


SEDIAAN OBAT STERIL STERIL

1. Pendahuluan 1. Pembuatan sediaan steril untuk


2. Cara sterilisasi mata
3. Jenis sediaan steril 2. Pembuatan larutan injeksi
 Sediaan steril untuk mata
 Sediaan steril injeksi
 Sediaan steril infundabilia
(infus intravena)
 Sediaan steril cairan
irigasi

v
PELAYANAN MENERAPKAN SEDIAAN OBAT
FARMASI
STERIL
Kompetensi Dasar Kurikulum 2013 Revisi
3.1. Menerapkan sediaan obat steril
4.1. Membuat sediaan obat steril

SEDIAAN STERIL
Tujuan:
o Menjelaskan pengertian steril
o Menjelaskan tujuan obat dibuat steril
o Menyebutkan cara sterilisasi cara A
o Menyebutkan cara sterilisasi cara B
o Menyebutkan cara sterilisasi cara C
o Menyebutkan cara sterilisasi cara D
o Menjelaskan ciri-ciri sterilisasi dengan pemanasan secara kering
o Menjelaskan sterilisasi menggunakan alat oven
o Menjelaskan sterilisasi dengan pemijaran
o Menjelaskan ciri-ciri sterilisasi dengan pemanasan secara basah
o Menjelaskan sterilisasi uap
o Menjelaskan sterilisasi dengan cara direbus dalam air mendididh
o Menjelaskan sterilisasi secara tyndalisasi
o Menjelaskan sterilisasi dengan uap air pada suhu 100 C
o Menjelaskan sterilisasi dengan penambahan zat-zat tertentu
o Menjelaskan sterilisasi dengan cara penyinaran
o Menjelaskan sterilisasi dengan penyaring bakteri steril
o Menjelaskan sterilisasi dengan cara aseptik
o Menyebutkan sediaan steril untuk pemakaian mata
o Menjelaskan pengertian injeksi
o Menyebutkan macam-macam cara penyuntikan
o Menyebutkan komponen obat suntik
o Menjelaskan bahan obat untuk injeksi
o Menjelaskan zat pembawa untuk injeksi
o Menjelaskan zat tambahan untuk injeksi
o Menjelaskan perhitungan isotonis dengan PTB
o Menjelaskan perhitungan isotonis dengan Ekivalen NaCl
o Menjelaskan wadah dan tutup untuk injeksi
o Menjelaskan cara pembuatan injeksi cara aseptik
o Menjelaskan cara pembuatan injeksi cara non aseptik
o Menjelaskan pemeriksaan kejernihan dan warna pada injeksi
o Menjelaskan pemeriksaan keseragaman bobot pada injeksi
o Menjelaskan pemeriksaan keseragaman volume pada injeksi
o Menyebutkan syarat-syarat obat suntik
o Menyebutkan penandaan obat suntik menurut FI IV
o Menjelaskan pengertian Infus intravena
o Menyebutkan tujuan pemberian infus intravena
o Menyebutkan perbedaan injeksi dengan infus intravena
o Menyebutkan syarat-syarat infus intravena

1
1. Pengertian Steril

Steril adalah suatu keadaan zat yang bebas dari mikroba hidup, baik patogen
(menimbulkan penyakit) maupun apatogen/non patogen (tidak menimbulkan
penyakit), baik dalam bentuk vegetatif (siap berkembang biak), maupun dalam
bentuk spora (dalam keadaan statis, tidak dapat berkembang biak, tetapi melindungi
diri dengan lapisan pelindung yang kuat).

Sterilisasi adalah suatu proses untuk membuat ruangan atau benda menjadi steril.
Sanitasi adalah suatu proses untuk membuat lingkungan menjadi sehat.

Obat dibuat steril karena berhubungan langsung dengan darah atau cairan tubuh dan
jaringan tubuh lain yang memiliki pertahanan terhadap zat asing tidak selengkap
pertahanan yang terdapat dalam sistem pencernaan.

Sediaan yang harus dibuat steril : obat suntik, tablet implant, tablet hipodermik dan
sediaan untuk mata guttae ophthalmicae (tetes mata), collyrium (cuci mata), oculenta
(salep mata), larutan irigasi (larutan steril digunakan untuk mencuci atau
membersihkan luka terbuka atau rongga-rongga tubuh), vaksin, toksoid, antitoksin.

Tujuan sterilisasi untuk menjamin sterilitas produk dan karakteristik kualitasnya,


termasuk stabilitas produk
Pemilihan cara sterilisasi didasarkan oleh beberapa faktor, yaitu ;
1. Stabilitas
Sifat kimia, khasiat yang diinginkan, serta struktur bahan obat tidak boleh
mengalami perubahan setelah proses sterilisasi.
2. Efektivitas
Cara sterilisasi yang dipilih harus memberikan hasil maksimal dengan proses
yang sederhana,cepat, dan biaya yang murah.
3. Waktu
Waktu sterilisasi ditentukan oleh bentuk, jenis, sifat zat, dan kecepatan
tercapainya suhu sterilisasi yang merata

Cara Sterilisasi

Menurut Farmakope Indonesia Ed III, cara sterilisasi dibedakan menjadi :


1. Cara A, yaitu pemanasan secara basah dengan uap air jenuh, menggunakan
autoklaf pada suhu 115° − 116℃ selama 30 menit.
2. Cara B, yaitu pemanasan dengan bakterisida, panaskan pada suhu 98° −
100℃ selama 30 menit.
3. Cara C, yaitu menggunakan penyaring (filter) bakteri steril.
4. Cara D, yaitu pemanasan secara kering dengan udara panas, menggunakan
oven pada suhu 150℃ selama 1 jam.
5. Cara Aseptik, yaitu dengan mencegah dan menghindarkan lingkungan dari
cemaran bakteri seminimal mungkin.

Menurut FI Ed IV, cara sterilisasi terbagi menjadi :


1. Sterilisasi uap
2. Sterilisasi panas kering
3. Sterilisasi gas
4. Sterilisasi dengan radiasi ion
5. Sterilisasi dengan penyaringan
6. Sterilisasi aseptik.

Sterilisasi pemanasan basah


Ciri-ciri pemanasan basah :
1. Proses sterilisasi menggunakan uap air hasil pemanasan air

2
2. Proses pembunuhan mikroba didasarkan pada mekanisme koagulasi atau
penggumpalan protein pada mikroba.
3. Waktu lebih singkat, kira-kira 15 menit (FI IV), 30 menit (FI III)
4. Suhu yang dibutuhkan lebih rendah, antara 115-116℃ (FI III), 121℃ (FI IV).
Sebanyak 1 g uap air bersuhu 100℃ jika mengembun menjadi air bersuhu 100℃
akan membebaskan 536 kalori.
5. Dapat digunakan untuk injeksi pembawa air.

Sterilisasi dengan pemanasan basah dapat dilakukan dengan cara :


1. Direbus dalam air mendidih
2. Dengan air jenuh bertekanan tinggi menurut FI IV (autoklaf)
3. Tindalisasi atau pasteurisasi
4. Dengan uap air 100℃

1. Direbus dengan air mendidih


Waktu sterilisasi selama 15 menit dihitung setelah air mendidih, biasanya digunakan
untuk sterilisasi alat-alat kedokteran. Spora tidak dapat mati dengan cara ini.
Penambahan bakterisida (fenol 5% atau lisol 2-3%) dapat mempersingkat waktu.

2. Sterilisasi dengan uap air jenuh bertekanan tinggi menurut FI IV (autoklaf)


Sterilisasi ini menggunakan autoklaf untuk media atau pereaksi selama 15 menit pada
suhu 121℃, 𝑘𝑒𝑐𝑢𝑎𝑙𝑖 𝑑𝑖𝑛𝑦𝑎𝑡𝑎𝑘𝑎𝑛 𝑙𝑎𝑖𝑛.
Mekanisme kerjanya adalah melalui denaturasi atau koagulasi protein sel ;
objek akan langsung dengan uap air bertekanan tinggi pada suhu dan waktu tertentu
sehingga terjadi pelepasan energi laten uap yang mengakibatkan pembunuhan
mikroorganisme secara ireversibel (tidak dapat balik). Sterilisasi ini merupakan cara
yang paling ideal karena :
a. Uap merupakan pembawa energi paling efektif dan semua lapisan pelindung
luar mikroorganisme dapat dilunakkan sehingga memungkinkan terjadinya
koagulasi.
b. Bersifat non toksik, mudah diperoleh, dan mudah dikontrol.
faktor yang paling mempengaruhi proses sterilisasi uap adalah waktu dan
suhu.

3.Tindalisasi
Tindalisasi digunakan untuk bahan yang tidak tahan pada pemanasan tinggi
dan tidak dapat disaring dengan penyaring bakteri (misalnya : emulsi dan suspensi)
Tindalisasi dilakukan dengan cara :
a. Pemanasan dengan uap air pada suhu 70-80℃ (mematikan bentuk
vegetative)
b. Pendinginan dan penyimpanan pada suhu 30℃ selama 24 jam (mengubah
spora menjadi vegetative)
c. Ulangi pemanasan selama 3-5 hari berturut turut.

4. Sterilisasi dengan uap air 100℃


Menggunakan alat menyerupai dandang; alat-alat yang akan disterilisasikan
harus dimasukkan setelah air di dalam dandang mendidih dan uapnya sudah terlihat
keluar.
Keuntungan cara ini adalah uap air memiliki daya bakterisida lebih besar jika
dibandingkan dengan pemanasan kering karena uap air mudah menembus dinding
sel mikroba dan akan menggumpalkan protein pada bakteri

Sterilisasi pemanasan kering

Ciri-ciri pemanasan kering :


1. Yang dipanaskan adalah udara kering.
2. Mekanisme pembunuhan mikroba berdasarkan oksidasi O 2 udara.

3
3. Suhu yang digunakan lebih tinggi kira-kira 150C.
4. Waktu yang diperlukan lebih lama, antara 1 jam-2 jam kecuali pemijaran
digunakan untuk sterilisasi bahan obat/alat yang tahan pemanasan tinggi.

Sterilisasi panas kering menurut FI.edisi III (sterilisasi cara D) dan IV


Alat :
Oven yaitu lemari pengering dengan dinding ganda, dilengkapi dengan termometer
dan lubang tempat keluar masuknya udara, dipanaskan dari bawah dengan gas atau
listrik.
Bahan - bahan /alat yang dapat disterilkan dengan cara kering:
• Alat-alat (gelas kimia, gelas ukur, pipet ukur, erlenmeyer,botol-botol, corong).
• Bahan Obat yang tahan pemanasan tinggi (minyak, vaselin).

Pemijaran memakai api gas nyala api tidak berwarna atau api dari lampu spiritus.
Syarat: Seluruh permukaan alat harus berhubungan dengan api selama tidak kurang
dari 20 detik.
Yang dapat disterilkan dengan cara pemijaran:
• benda Logam (pinset, penjepit krus)
• mortir dan stamper diberi alkohol kemudian dibakar.
• bahan obat seperti ZnO,NaCl dan talk.

STERILISASI CARA B, YAITU PEMANASAN DENGAN BAKTERISIDA

Zat yang sering ditambahkan pada sterilisasi dengan cara ini dapat digolongkan
menjadi beberapa jenis yaitu:
Disinfektan (pencuci hama) mematikan mikroba patogen pada objek/benda2 mati
sehingga dapat juga disebut pencegah infeksi (germisida), mematikan bakteri
(bakterisida), serta mematikan cendawan/jamur (fungisida)
Antiseptik: mematikan mikroba patogen pada objek atau benda2 hidup
Bakteriostatik: mencegah pertumbuhan bakteri
Zat pengawet: mencegah pertumbuhan bakteri dan jamur dalam makanan/minuman
Fungiostatik: mencegah pertumbuhan jamur
Antibiotik: golongan zat yang dihasilkan secara alami/sintetik untuk melawan
bakteri/jamur

SYARAT ZAT YANG DAPAT DIGUNAKAN UNTUK STERILISASI

• Memiliki daya kerja yang besar dalam suasana penggunaannya


• Mudah larut dan bercampur dengan air
• Netral
• Tidak berbahaya untuk kain dan logam
• Stabil pada penyimpanan
• Murah
• Bau tidak boleh mempengaruhi zat yang disterilkan
• Untuk bahan obat dengan penambahan bakterisida (FI III)

1. Sediaan dibuat dengan melarutkan/mensuspensikan bahan obat dalam larutan


klorokresol P 0,2% b/v dalam air untuk injeksi atau dalam larutan bakterisida yang
cocok. Isikan ke dalam wadah, tutup kedap. Jika volume tiap wadah ≤30ml,
dipanaskan pada suhu 98-100˚C selama 30 menit. Jika volume tiap wadah ˃30ml,
waktu sterilisasi diperpanjang hingga isi tiap wadah berada pada suhu 98-100˚C
selama 30menit. Cara ini tidak digunakan pada sterilisasi injeksi dosis tunggal secara
intravena,intratekal,intrasisternal, dan peridural.
2. Sterilisasi alat2 menggunakan alkohol,kresol,fenol,formaldehida, garam raksa
organik/anorganik,dan amonium kuartener

4
Alat yang akan disterilkan direndam dalam larutan bakterisida: untuk alat yang
terbuat dari logam, tambahkan zat yang dapat mencegah pembentukan karat
(natrium nitrat/natrium borat). Didihkan selama 20 menit dengan 1-2% natrium
karbonat, 5% fenol, dan 2% lisol.

3.Sterilisasi ruangan
Ruangan disemprot dengan larutan bakterisida, kemudian didiamkan beberapa
waktu. Selanjutnya udara diisap dan diganti dengan udara yang sudah steril.
 Untuk ruangan, sterilisasi dilakukan dengan cara disemprot dengan larutan
bakterisida kemudian didiamkan beberapa waktu, udara diisap dan diganti
dengan udara yang sudah steril (dilewatkan melalu penyaring udara)
 Zat yang digunakan :
1. uap formaldehid
2. campuran 1 bagian etilenoksida dan 9 bagian gas CO₂ dan dapat dipanaskan
hingga suhu 60⁰C

Sterilisasi dengan penyaring bakteri steril (menurut FI.ed.IV)

Digunakan untuk larutan yang tidak tahan panas,karena tujuannya untuk


mensterikan sediaan larutan yang labil terhadap panas.
Keuntungan:
1. Digunakan untuk bahan obat yang tidak tahan pemanasan tetapi larut dalam
air.
2. Dapat dilakukan dengan cepat,terutama untuk pembuatan kecil-kecilan
3. Semua mikroba hidup atau mati dapat disaring dari larutan, virus jumlah
dikurangi.
4. Penyaring dapat bersifat adsorbsi,sebagian besar virus dapat diabsorbsi.
Kerugian:
1. Masih diperlukan zat bakterisida.
2. Hanya dapat digunakan untuk pembawa berair, tidak dapat digunakan untuk
pembawa minyak.
3. Beberapa jenis penyaring dapat mengadsorbsi bahan obat, terutama kalau
kadarnya kecil.
4. Beberapa penyaring sukar dicuci: porselin kaiselguhr.
5. Beberapa penyaring bersifat alkalis
6. Filtrat yang diperoleh belum bebas dari virus.

Cara –cara menyaring :


1. Dengan tekanan positip: larutan dalam penyaring ditekan dengan tekanan
yang lebih besar dari udara luar.
2. Dengan tekanan negatip: larutan dalam penyaring diisap
udara yang dipakai harus udara bersih, gas nitrogen N2 yang dialirkan melalui
kapas berlemak dalam tabung gelas atau platina yg dipanaskan.

Pembersihan penyaring bakteri :


1. Dengan menyedot air bersih berlawanan dengan cara penyaringan HCL panas
lalu dibilas.
2. Memasak dalam larutan Na-karbonat 1-2% (untuk menghilangkan protein
yang tertinggal dan hancur karena pH 8,5) lalu dibilas.
3. Penyaring bakteri disterilkan dengan cara pemanasan
kering,pemijaran,otoklaf atau secara kimiawi (penambahan zat bakteri).

Sterilisasi cara aseptik


Cara sterilisasi dengan menggunakan teknik yang dapat memperkecil kemungkinan
terjadi cemaran/kontaminasi dengan mikroba hingga seminimal mungkin.
Caranya :
• Bahan obat memenuhi persyaratan pro injeksi, tidak disterilkan

5
• Zat pembawa disterilkan terlebih dahulu.
• Zat pembantu disterilkan dahulu.
• Alat-alat disterilkan dengan cara yang sesuai.
• Ruang kerja harus bersih, bebas debu, disterilkan dengan sinar UV atau cara
lain yang sesuai.
• Setelah semuanya siap, baru dilakukan pembuatan sediaan.
• Teknik aseptik biasa digunakan untuk pembuatan oculenta (salep mata).

Proses sterilisasi radiasi atau penyinaran


• Sterilisasi dengan radiasi ion (FI IV), ada 2 jenis
1. Disintegrasi radioaktif dari radioisotop (radiasi gama)
2. Radiasi berkas elektron
• Dengan sinar ultraviolet (UV) pada gelombang 200-2600 A. Digunakan untuk
mensterilkan ruangan, udara, dan obat suntik
• Dengan sinar Gamma, digunakan isotop radioaktif misalnya cobalt-60
• Dengan sinar X dan sinar katoda, dengan intensitas tinggi mempunyai sifat
yang dapat mematikan mikroba

Sediaan Steril untuk Mata

Kolirium (Collyrium)
Sediaan berupa larutan steril, jernih, bebas zat asing, dan isotonis. Digunakan untuk
membersihkan mata. Dibuat dengan cara melarutkan obat dalam air dan disaring
hingga jernih. Disimpan dalam wadah kaca atau plastik tertutup kedap.
a. Pada etiket harus tertera :
- Masa penggunaan setelah tutup dibuka.
- Keterangan “obat cuci mata”.
b. Kolirium yang tidak mengandung zat pengawet hanya boleh digunakan
paling lama 24 jam setelah tutup botol dibuka.
Kolirium yang mengandung pengawet digunakan paling lama tujuh hari
setelah tutup botol dibuka

Obat Tetes Mata


Larutan steril bebas partikel asing berupa sediaan yang dibuat dan dikemas
sedemikian rupa hingga sesuai digunakan pada mata.

HAL - HAL YANG HARUS DIPERHATIKAN


• Nilai isotonitas
harus memiliki nilai isotonis sama dengan larutan NaCl 0,9 % b/v tetapi mata masih
dapat tahan terhadap nilai isotonis rendah larutan NaCl 0,6 % b/v dan tertinggi
larutan NaCl 2,0 % b/v
• Pendaparan
Untuk mencegah kenaikan pH disebabkan oleh pelepasan ion hidroksi oleh wadah
kaca, contoh : garam garam alkaloid.
• Pengawet
Untuk mencegah pertumbuhan bakteri pada sediaan, contoh : nipagin & nipasol
fenil merkuri nitrat, timerosol, benzalkoniumklorid, klorbutanol, fenil etil alkohol
• Pengental
Untuk meningkatkan kekentalan sehingga obat lebih lama kontak dengan mata
contoh : metil selulosa, hidroksi propil selulosa, polivinil alcohol

Cara pembuatan
1. Disterilkan dengan menggunakan autoklaf pada suhu 115-116˚ C selama 30
menit
2. Disterilkan dengan bakteri filter & masukkan ke dalam wadah secara tehnik
aseptis

6
3. Disterilkan dengan cara penambahan bakterisid, dipanaskan pada suhu 98-
100˚ C selama 30 menit

OCULENTUM/SALEPMATA
PEMBUATAN
1. Bahan obat dimasukkan sebagai larutan/serbuk steril termikronisasi pada
dasar salep akhir
2. Dimasukkan secara aseptik ke dalam tube steril
3. Tube disterilkan dengan autoklaf pada suhu 115-116˚C selama 30 menit
PERSYARATAN SALEP MATA
• Mengandung bahan/campuran bahan yang sesuai untuk mencegah
pertumbuhan mikroba
• Bahan obat yang ditambahkan harus larutan/serbuk halus
• Bebas dari partikel kasar, memenuhi syarat kebocoran, partikel logam pada
uji salep mata
• Wadah harus steril,tertutup rapat,disegel

Larutan Irigasi :

Irigasi adalah larutan steril yang digunakan untuk mencuci atau membersihkan luka
terbuka atau rongga tubuh.
Digunakan secara topikal, tidak boleh pararenteral.
Etiket tanda bahwa sediaan ini tidak dapat digunakan untuk injeksi

Sediaan Steril Injeksi


Injeksi adalah sediaan steril berupa larutan, emulsi, suspensi, atau serbuk yang
harus dilarutkan atau disuspensikan terlebih dahulu sebelum digunakan.

Penggolongan Injeksi
1. Injeksi berbentuk Larutan
Inj.vit C, Inj.Camphor Oil, Inj.Luminal
2. Injeksi berbentuk serbuk steril+pembawa steril menjadi larutan
Inj.Dihydrostreptomycin Sulfat steril
3. Injeksi berbentuk steril+pembawa steril menjadi suspensi
Inj.Procaine penicilline G steril untuk suspensi
4. Injeksi berbentuk suspensi
Inj.Suspensi Hydrocortison Acetat steril
5. Injeksi berbentuk emulsi
Inj.Penicilline Oil untuk injeksi

7
Macam-macam penyuntikan :
1. Injeksi Intrakutan/ Intradermal (i.k/i.c) : dimasukkan ke dalam kulit yang
sebenarnya, volume yang disuntikkan antara 0,1-0,2 ml, berupa larutan atau
suspensi dalam air dan digunakan untuk diagnosa
Contoh : injeksi Tuberculin
2. Injeksi Subkutan/Hipodermik (s.k/s.c): disuntikkan ke dalam jaringan di
bawah kulit, volume yang disuntikkan tidak lebih dari 1 ml. Umumnya larutan
isotonik, pH netral, bersifat depo (absorbsinya lambat). Dapat diberikan dalam
jumlah besar volume 3-4 liter/hari dengan penambahan enzim hialuronidase,
bila pasien tersebut tidak dapat diberikan infus intravena. Cara ini disebut
Hipodemoklisa.
3. Injeksi Intramuskular (i.m) : disuntikkan ke dalam atau di antara
jaringan/otot. Injeksi dalam bentuk larutan, suspensi atau emulsi dapat
diberikan dengan cara ini. Bila berupa larutan dapat diserap dengan cepat,
yang berupa emulsi atau suspensi diserap lambat dengan maksud untuk
mendapatkan efek yang lama. Volume penyuntikan antara 4-20 ml,
disuntikkan perlahan-lahan untuk mencegah rasa sakit.
4. Injeksi Intravenus : disuntikkan langsung ke dalam pembuluh darah vena.
Bentuknya berupa larutan dan tidak boleh dalam bentuk suspensi atau emulsi
karena akan menyumbat pembuluh darah vena. Dibuat isotonis atau dapat
sedikit bersifat hipertonis (disuntikkan lambat/perlahan-lahan dan tidak
mempengaruhi sel darah) dan volume yang diberikan antara 1-10 ml.
Bila injeksi intravena diberikan dalam dosis tunggal dengan volume lebih dari
10 ml, disebut infus intravena/infus/infundibilia. Infus harus bebas pirogen
dan tidak boleh mengandung bakterisida, jernih, isotonis. Injeksi intravena
dengan volume 10 ml atau lebih harus bebas pirogen.
5. Injeksi Intraarterium : disuntikkan langsung ke dalam pembuluh darah
arteri/perifer.
6. Injeksi Intratekal, Itraspinal, Intrasisternal, Intradural, Subaraknoid :
disuntikkan langsung ke dalam sumsum tulang belakang.
7. Injeksi Intrakor/ Intrakardial : disuntikkan langsung ke dalam otot jantung.
8. Injeksi Intraartikulus : disuntikkan langsung ke dalam cairan sendi di dalam
rongga sendi.
9. Injeksi Subkonjungtiva : disuntikkan langsung ke dalam selaput lendir di
bawah mata
10. Injeksi Intrabursa : disuntikkan langsung ke dalam bursa subcromillis dalam
bentuk larutan suspensi dalam air.
11. Injeksi Intraperitonial : disuntikkan langsung ke dalam rongga perut.
12. Injeksi Peridural, Extradural, Epidural : disuntikkan langsung ke dalam ruang
epidural.

Susunan/ Komponen Obat Suntik


1. Bahan obat/zat berhasiat
2. Zat pembawa/pelarut
3. Bahan pembantu
4. Wadah dan Tutup

Bahan obat/zat berkhasiat


1. Memenuhi syarat sesuai monografinya
2. Etiket tercantum p.i (pro injection)
3. Obat yang beretiket p.a (pro analisa)

Zat Pembawa/Pelarut
a. Zat Pembawa Berair
Umunya digunakan air untuk injeksi ( aqua pro injecton) sebagai pelarut.
Dapat pula digunakan injeksi NaCl, injeksi glukosa, injeksi NaCl compositus, atau

8
sol.petit. Kecuali dinyatakan lain, injeksi NaCl atau injeksi ringer dapat digunakan
sebagai pengganti air untuk injeksi.
Air untuk injeksi (aqua pro injection) dibuat dengan cara menyuling kembali
(bidestilasi) air suling segar dengan alat kaca netral atau wadah logam yang sesuai
yang dilengkapi dengan labu percik. Hasil sulingan pertama dibuang, hasil sulingan
selanjutnya ditampung dalam wadah yang sesuai dan segera digunakan. Jika
digunakan sebagai pelarut serbuk untuk injeksi, air untuk injeksi harus disterilkan
dengan cara sterilisasi A atau C segera setelah dimasukkan ke dalam wadah.
Air untuk injeksi bebas udara dibuat dengan mendidihkan air segar selama
tidak kurang dari 10 menit sambil mencegah hubungan/kontak dengan uadara
sesempurna mungkin, didinginkan dan segera digunakan. Jika air digunakan sebagai
pelarut serbuk untuk injeksi, air tersebut harus disterilkan dengan cara sterilisasi A
segera setelah dimasukkan ke dalam wadah
b. Zat Pembawa tidak berair.
Umumnya digunakan minyak untuk injeksi ( olea pro injection), misal oleum
sesami, oleum olivarum, atau oleum arachidis.
Pembawa tidak berair diperlukan apabila :
a. Bahan Obatnya sukar larut dalam air
b. Bahan Obatnya tidak stabil/terurai dalam air
c. Dikehendaki depo terapi

Syarat – syarat minyak untuk injeksi :


1. Harus jernih pada suhu 0˚C
2. Tidak berbau asing/tengik
3. Bilangan Asam 0.2 – 0.9
4. Bilangan Iodium 79 – 128
5. Bilangan Penyabunan 185 – 200
6. Harus bebas minyak mineral
7. Memenuhi syarat sebagai Olea Pinguia

Bahan Pembantu/Zat Tambahan


Untuk mendapatkan pH yang optimal (7,4) yang sering disebut Isohidris.
Pengaturan pH Injeksi diperlukan untuk :
• Menjamin stabilitas obat (mencegah perubahan warna, efek terapi obat
dan menghindari kemungkinan terjadinya reaksi dari obat).
• Mencegah terjadinya rangsangan/rasa sakit waktu disuntikkan. Jika pH terlalu
tinggi (> 9) dapat menyebabkan nekrosis jaringan (jaringan mati). Apabila
terlalu rendah (<3) dapat menyebabkan rasa sakit ketika disuntikkan.

Untuk mendapatkan larutan yang isotonis


Larutan obat suntik dinyatakan isotonis jika :
a. Mempunyai tekanan osmotis sama dengan tekanan osmotis cairan (darah,
cairan lumbal, air mata) yang nilainya sama dengan tekanan osmotis larutan
NaCl 0,9% b/v.
b. Mempunyai titik beku sama dengan titik beku cairan tubuh, yaitu -0,52 derajat
celcius.

Larutan Injeksi dibuat isotonis terutama pada penyuntikan :


Subkutan
Larutan yang tidak isotonis dapat menimbulkan rasa sakit, sel-sel sekitar penyuntikan
dapat rusak, dan penyerapan bahan obat tidak lancar.

Intravena
Pada infus intravena, larutan injeksi dapat menimbulkan hemolisis jika tidak isotonis

9
Intralumbal
Perubahan tekanan osmosis pada cairan lumbal dapat menimbulkan rangsangan pada
selaput otak.

Perhitungan Isotonis
Hipertonis : tekanan osmotis larutan obat > tekanan osmotis cairan tubuh (NaCl
0,9%; PTB : 0,52)
Isotonis : suatu keadaan dimana tekanan osmotis larutan obat yang sama dengan
tekanan osmotik cairan tubuh kita (darah, cairan lumbal, air mata) (NaCl 0,9%; PTB
: 0,52))
Hipotonis : tekanan osmotis larutan obat < tekanan osmosis cairan tubuh (NaCl 0,9%;
PTB : 0,52)

1. Cara PTB
Suatu larutan dinyatakan isotonik dengan serum atau cairan mata jika membeku
pada suhu -0,52ºC.
2. Ekivalensi NaCl
Ekivalensi NaCl ( E ) adalah sekian gram NaCl yang memberikan efek osmose yang
sama dengan 1 gram dari suatu zat tertentu.
3. Derajat disosiasi
4. Cara Grafik

Cara PTB

Rumus :
𝟎, 𝟓𝟐 −𝒃1 . 𝑪
B=
𝒃2

Keterangan :
B = bobot zat tambahan ( NaCl ) dalam satuan gram tiap 100 ml larutan
b¹ = PTB zat khasiat
b² = PTB zat tambahan ( NaCl )
C = konsentrasi dalam satuan % b/v zat khasiat

Tiga jenis keadaan osmotis larutan obat :


1. Keadaan isotonis, apabila nilai B=0 ; b¹C = 0,52
2. Keadaan hipotonis, apabila nilai B= + ; b¹C < 0,52
3. Keadaan hipertonis, apabila nilai B= - ; b¹C > 0,52

Contoh soal :

1. Diket :
PTB Asam Borat = 0,288
Ditanya :
a. Apakah larutan Asam Borat 1% sudah isotonis ?
Jawab : Belum, karena larutan Asam Borat 1% baru menurunkan titik beku air
0,288. sedangkan untuk isotonis harus 0,52

b. Bagaimana caranya agar didapat larutan yang isotonis ?


Jawab :
1. Menaikkan kadar Asam Borat (kadar berapakah larutan Asam Borat yang
isotonis)
PTB Asam Borat = 0,288
Artinya larutan Asam Borat 1% dapat menurunkan titik beku air sebesar
0,288
Larutan Asam Borat isotonis = 0,52/0,288 x 1% = 1,8%
2. Asam Borat tetap 1% tetapi harus ditambah bahan lainnya.
Contoh :

10
Berapa banyak NaCl yang harus ditambahkan untuk membuat 100ml
larutan Asam Borat 1% yang isotonis ? (PTB Asam Borat 0,288 ; PTB NaCl
0,576)
Diket : C = 1% b1 = 0,288 b2 = 0,576
Ditanya : B ?
Jawab : B = 0,52 – b1 . C
b2
B = 0,52 – 0,288 . 1 / 0,576
B =0,4 g/ml

2. Diketahui PTB Asam Askorbat 0,105


a. Berapakah kadar larutan Asam Askorbat yang isotonis?
Jawab :
1% b/v ~ 0,105
X ~ 0,52
0,52
X = 0,105x 1% = 4,95%

b.Berapa banyak Asam Askorbat yang dibutuhkan untuk membuat 700ml larutan
isotonis?
Jawab :
700 ml x 4,95% = 34,3 gram Asam Askorbat

3. Berapa banyak larutan Asam Askorbat isotonis dapat dibuat bila tersedia 50 gram
Asam Askorbat?
Jawab :
Larutan Asam Askorbat isotonis = 4,95%
Artinya : 100ml → 4,95 gram
X → 50 gram
50 𝑔𝑟𝑎𝑚
X = 4,95 𝑔𝑟𝑎𝑚 𝑥 100ml
= 1010 ml

RUMUS Ekivalensi NaCl

Rumus 1 :
𝟏𝟎𝟎
V=(WxE) 𝟎,𝟗
= ( W x E ) 111,1

Rumus 2 :
𝟎,𝟗
B = 𝟏𝟎𝟎 x V - ( W x E )

Nilai Ekivalensi
E = 0,9 - bobot pada tabel

Keterangan :
V = Volume larutan yang sudah isotonis (ml )
W = bobot zat aktif (g)
E = nilai ekivalensi zat aktif

Yang dimaksudkan dengan ekivalen dari NaCl (E) adalah sekian gram NaCl yang
memberikan efek osmose yang sama dengan 1 gram dari suatu zat terlarut tertentu
Jika E efedrin HCl = 0,288 ; artinya tiap 1g Efedrin HCl ~ 0,288g NaCl

Analoginya sebagai berikut :


Ex = a ; artinya tiap 1 g zat X ~ a gram NaCl
Ex = E ; artinya tiap 1 g zat X ~ E gram NaCl

11
Tabel Bobot NaCl dalam mg yang perlu ditambahkan untuk membuat isotonis larutan
zat 1% 𝑏⁄𝑣

Aminofilin 730
Asam Nikotinat 555
Benzil Alkohol 730
Efedrin Sulfat 670
Klorbutanol 720
Kofeina 820

Jenis keadaan tekanan osmotis larutan obat


1. Keadaan isotonis apabila nilai B = 0 ; maka 0,9/100 x V = ( W x E )
2. Keadaan hipotonis apabila nilai B positif ; maka 0,9/100 x V > ( W x E )
3. Keadaan hipertonis apabila B negatif ; maka 0,9/100 x V < ( W x E )

1. Berapa banyak NaCl yang ditambahkan untuk membuat 400ml larutan isotonis
yang mengandung Efedrin Sulfat 0,2 gram, Klorbutanol 250mg, (E NaCl = 1,
E Klorbutanol=0,18, Efedrin Sulfat=0,23)
Diket : V =400ml
W 1 Efedrin = 0,2g
E 1 Efedrin = 0,23
W2 Klorbutanol = 0,25g
E 2 Klorbutanol = 0,18

Ditanya: B…?
Jawab :
0,9
B = 100 x V - ( W 1x E 1 + W 2 x E 2 )
0,9
= x 400- (0,2 x 0,23+ 0,25 x0,18)
100
= 3,6 - 0,091
= 3,509 gram
2. Bila 0,730g NaCl harus ditambahkan ke dalam 100ml 1% 𝑏⁄𝑣 larutan Benzil
Alkohol, maka larutan Benzil Alkohol isotonis adalah …
Diket: E = 0,9 – 0,730 = 0,17
V = 100ml
Ditanya :
Kadar larutan Benzil Alkohol isotonis?
Jawab : 1% = 0,17
X = 0,9
0,9 𝑋 1% 0,9
X = 0,17 = 0,17 = 5,29%

3. Berapa banyak larutan Asam Nikotinat isotonis dapat dibuat


bila tersedia 60 g Asam Nikotinat
(E Asam Nikotinat = 0,345 )
Diket : W = 60 g
E = 0,345
Ditanya : V…?
Jawab: V = (WxE)111,1
= (60 x 0,345) 111,1
= 2299,8ml

4. Berapa banyak Asam Nikotinat yang dibutuhkan untuk membuat 700 ml larutan
Asam Nikotinat isotonis ? ( E Asam Nikotinat = 0,345 )
Diketahui :
V = 700ml
E = 0,345

12
Ditanya :
W=?
Jawab : V = ( WE ) 111,1
700 = ( W x 0,345 ) 111,1
700/111,1 = 0,345 W
6,3 = 0,345 W
W = 6,3/ 0,345
W = 18,2 g

5. Hitung berapa mg NaCl yang diperlukan untuk membuat larutan 2% b/v Morfin
HCL yang isotonis sebanyak 30 ml. Jika diketahui dalam tabel ekivalen FI untuk
Morfin HCl adalah 755.
Jawab :
Dalam tabel ekivalen FI untuk Morfin HCL = 755
Artinya 1 gram Morfin HCL menyebabkan ekivalen dengan 900 mg – 755 mg = 145
mg untuk tiap 100 ml atau dengan kata lain E Morfin HCL = 0,145
2
Bobot 2% Morfin HCL dengan 30 ml larutan = 100 x 30 gram = 0,6 gram
Dari rumus 3
0,9
B = (100) x V - (𝑊 𝑋 𝐸)
0,9
= (100) x 30 - (0,6 𝑥 0,145) = 0,27 – 0,087 = 0,183
Jadi bobot NaCl yang masih harus ditambahkan adalah 0,183 gram

6. R/ Procaine HCl 1,0


Chlorbutanol 0,5
NaCl qs ad isot
Aquadest ad 100 ml
NaCl yang diperlukan untuk resep diatas adalah

Jawab:
Dari rumus3
0,9
B = ( ) X V – ( (W1 X E1) + (W2 X E2) )
100
0,9
= (100) X 100 – (1 X 0,24 + 0,5 X 0,18)
= 0,9 – (0,24 + 0,09) = 0,9 – 0,33 = 0,57
Jadi bobot NaCl yang masih diperlukan adalah 0,57 gram
7. Untuk membuat isotonik 10 ml Guttae opthalmiccae yang mengandung 0,25% B/V
atropin sulfas dtambahkan NaCl sebanyak ….. (diketahui E atrovin sulfas = 0,14)
Jawab :
Dari rumus 3
0,9
B = (100) x V - ( W x E )
0,9
=( ) x 10 – ( 0,025 x 0,014 )
100
= 0,09 – 0,0035 = 0,0865 (dibulatkan 0,087)
Jadi bobot NaCl yang ditambahkan adalah = 0,087 gram.

Sebagai zat bakterisida


Perlu ditambahkan jika :
1. larutan injeksi dibuat secara aseptik
2. larutan injeksi disterilkan dengan penyaring bakteri steril
3. larutan injeksi disterilkan dengan pemanasan suhu 98˚ – 100˚C selama 30
menit
4. larutan injeksi diberikan dalam wadah takaran berganda
Tidak perlu ditambahkan jika :
1. volume 1x penyuntikan melebihi 15ml
2. sudah cukup daya bakteriostatiknya

13
3. pada penyuntikan : intralumbal, intratekal, peridural, intrasisternal,
intraarterium, intrakor

Sebagai pemati rasa setempat (anestetik lokal)


Digunakan untuk mengurangi rasa sakit pada tempat dilakukan penyuntikan yang
disebabkan larutan injeksi yang terlalu asam, contoh :
 Prokain pada injeksi Penisilin dalam minyak
 Novokain dalam injeksi Vitamin B kompleks
 Benzilalkohol dalam injeksi Luminal-Na

Sebagai Stabilisator
Digunakan untuk menjaga stabilitas larutan injeksi dalam penyimpanan.
Fungsi Stabilisator :
A. Mencegah terjadinya oksidasi udara.
B. Mencegah terjadinya endapan alkaloid oleh sifat alkalis dari gelas.
C. Mencegah terjadinya perubahan pH dengan menambah larutan dapar
D. Menambah/meningkatkan kelarutan bahan obat

Wadah dan Tutup

Wadah dosis tunggal (single dose)


Yaitu wadah untuk sekali pakai. Ditutup dengan cara melebur ujungnya
menggunakan api sehingga tertutup kedap tanpa penutup karet.

Wadah dosis ganda (multiple dose)


Yaitu wadah untuk beberapa kali penyuntikan. Umumnya ditutup dengan karet
aluminium.

Syarat wadah kaca :


a. Tidak boleh bereaksi dengan bahan obat.
b. Tidak boleh mempengaruhi khasiat obat.
c. Tidak boleh melepaskan partikel kecil kedalam larutan injeksi.
d. Pemeriksaan isinya dapat dilakukan dengan mudah.
e. Dapat ditutup kedap dengan cara yang sesuai.
f. Harus memenuhi syarat “Uji wadah kaca untuk injeksi”.

Wadah dari plastik


Contohnya polietilen dan polipropilen. Wadah plastik disterilkan dengan cara sterilisasi
gas menggunakan gas etilen oksida.

14
Keuntungan : netral secara kimiawi, tidak mudah pecah dan tidak terlalu berat hingga
mudah diangkut, tidak perlu penutup karet.
Kekurangan : dapat ditembus uap air sehingga jika disimpan akan kehilangan air,
serta dapat ditembus gas CO2.

Tutup karet
Syarat tutup karet jika direbus autoklaf :
a. Karet tidak lengket/lekat, jika ditusuk jarum suntik tidak melepaskan
pecahannya serta segera tertutup kembali setelah jarum dicabut.
b. Setelah dingin tidak boleh keruh.
c. Uapnya tidak menghitamkan kertas timbal (Pb-asetat).

Cara mencuci :

Dicuci dengan detergen yang cocok, jangan memakai sabun kalsium/magnesium.


Bilas dengan air dan direbus dengan beberapa kali pendidihan; tiap kali mendidih,
air diganti

Cara Sterilisasi :
Masukkan tutup karet ke dalam labu berisi larutan bakterisida, tutup, sterilkan dengan
cara sterilisasi A. Biarkan selama tidak kurang dari 7 hari. Bakterisida yang digunakan
harus sama dengan bakterisida yang digunakan dalam obat suntiknya dengan kadar
2 kali lipatnya, volume tiap 1 gram karet dibutuhkan 2 ml

Cara pembuatan obat suntik


1. Cara aseptik digunakan bila bahan obatnya tidak dapat disterilkan karena akan
rusak/terurai
2. Cara non aseptik dilakukan proses sterilisasi akhir

15
Pembuatan secara Aseptik

Bahan obat
Zat pembawa Zat pembantu
Alat untuk pembuatan (steril)
(gelas,) (steril)

disterilkan Dilarutkan
dicuci
(ruang steril)

Wadah(ampul,vial)

disii

Diberi ditutup
dikaran
etiket dan diperiksa kedap
tina
dikemas

Pembuatan secara non aseptik

16
Penandaan pada obat suntik

1. Nama sediaan
2. Untuk sediaan cair, tertera presentase/jumlah zat aktif dalam volume
3. Untuk sediaan kering, tertera jumlah zat aktif.
4. Cara Pemberian
5. Kondisi penyimpanan & tanggal kadaluwarsa
6. Nama pabrik pembuat dan atau pengimpor
7. Nomer lot/batch yang menunjukkan identitasnya

Persyaratan obat suntik


1. Harus aman digunakan, tidak boleh menyebabkan iritasi jaringan atau efek
keracunan.
2. Larutan harus jernih dan bebas dari partikel partikel padat.
3. Bersifat isohidris memiliki ph 7,4
4. Bersifat isotonik jika terpaksa sedikit hipertonis
5. Harus steril
6. Bebas pirogen
7. Tidak boleh berwarna kecuali zat berkhasiat utamanya berwarna

Keuntungan bentuk sediaan injeksi


1. Bekerja cepat, misalnya injeksi adrenalin pada syok anafilaksis
2. Dapat digunakan untuk obat yang rusak oleh cairan.
3. Kemurnian dan takaran zat berkhasiat lebih terjamin.
4. Dapat digunakan sebagai depo terapi

Kerugian bentuk sediaan injeksi


1. Sulit dilakukan pencegahan jika terjadi kekeliruan
2. Cara pemberian lebih sulit
3. Kemungkinan terjadinya infeksi pada bekas suntikan
4. Lebih mahal dibandingkan dengan sediaan yang digunakan per oral

Infundabilia (Infus Intravena)


adalah sediaan steril berupa larutan atau emulsi, bebas pirogen, dan sedapat mungkin
dibuat isotonis terhadap darah yang disuntikkan langsung ke dalam vena dalam
volume relatif banyak.

Tujuan pemberian infus intravena


 Mengganti cairan tubuh dan membangi jumlah elekrolit dalam
tubuh.
 Dalam bentuk larutan koloid, infus dapat digunakan untuk
menggantikan darah manusia.
 Dapat diberikan untuk menambah kalori.
 Diberikan dalam jumlah besar dan terus menerus jika tidak dapat disuntikkan
secara biasa.

Persyaratan Infus Intravena


1. Jika berbentuk emulsi, infus dibuat dengan air sebagai fase luar, diameter fase
dalam tidak lebih dari 5um
2. Tidak boleh mengandung bakterisida dan zat dapar.
3. Harus jernih dan bebas partikel.
4. Bentuk emulsi jika dikocok harus tetap homogen dan tidak
menunjukkan pemisahan

17
TUGAS 1
Nama :
Kelas, No absent :

1. Sterilisasi adalah …
2. Steril adalah …
3. Sterilisasi cara A adalah …
4. Sterilisasi cara B adalah …
5. Sterilisasi cara C adalah …
6. Sterilisasi cara D adalah …
7. Pemilihan cara sterilisasi harus mempertimbangkan faktor …
8. Ciri-ciri sterilisasi dengan pemanasan secara kering ...
-
-
-
-
-
9. Sterilisasi dengan pemanasan secara kering :
- Oven : suhu ….. selama ……
- Pemijaran : selama …
10. Ciri-ciri sterilisasi dengan pemanasan secara basah ...
-
-
-
-
-
11. Sterilisasi dengan pemanasan secara basah :
- Sterilisasi uap menurut FI ed IV : suhu ……… selama ….
- Direbus dalam air mendidih
- Tyndalisasi/pasteurisasi
- Disterilkan pada suhu 100˚ C
12. Untuk mempersingkat waktu Sterilisasi dengan cara direbus dalam air mendidih
dapat ditambahkan bakterisida seperti …
13. Sterilisasi dengan Tyndalisasi dugunakan untuk bahan obat yang …
Seperti …
14. Pada Tyndalisasi, untuk mematikan mikroba bentuk vegetative dilakukan dengan
cara …

15. Sedangkan didiamkan pada suhu 300 selama 24 jam untuk …


16. Sterilisasi dengan penambahan bakterisida untuk bahan obat dipanaskan pada
suhu …
17. Untuk sterilisasi alat-alat ditambahkan zat bakterisida …
Selama … dan untuk mencegah perkaratan ditambahkan …
18. Untuk sterilisasi ruangan digunakan …
19. Sterilisasi dengan radiasi ion digunakan 2 jenis radiasi ion yaitu …
20. Sterilisasi dengan sinar UV digunakan sinar UV dengan panjang gelombang …
21. Sinar gamma digunakan isotop radio aktif seperti …
22. Sterilisasi untuk larutan yang labil terhadap panas dengan …
23. Keuntungan sterilisasi dengan penyaring bakteri steril …
-
-
-
-
24. Kerugiaan sterilisasi dengan penyaring bakteri steril …

18
25. Larutan dalam penyaring ditekan dengan tekanan yang lebih besar dari udara luar
adalah cara cara menyaring dengan …
26. Larutan dalam penyaring diisap (penampung divakumkan) adalah cara menyaring
dengan …
27. Untuk menghancurkan protein yang ada pada penyaring bakteri ditambahkan …
28. Penyaring bakteri disterilkan dengan cara …
29. Larutan dengan pembawa air, mengandung bahan obat yang tidak tahan
pemanasan, dipilih cara sterilisasi ….
30. Larutan dengan pembawa minyak, mengandung bahan obat yang tidak tahan
pemanasan, dipilih cara sterilisasi ….
31. Suspensi, emulsi yang mengandung bahan obat yang tidak tahan pemanasan tinggi
dipilih cara sterilisasi …
32. Suspensi, emulsi yang mengandung bahan obat yang tidak tahan pemanasan
dipilih cara sterilisasi …

19
TUGAS 2
Nama :
Kelas, No absent :

1. Sterilisasi cara C adalah ….


2. Pemilihan cara sterilisasi didasarkan pada beberapa faktor …… , ……
dan ……
3. Sterilisasi dengan pemanasan kering, pembunuhan mikroba berdasarkan ……
4. Sterilisasi dengan pemanasan basah, 1 g uap air suhu 100˚ C jika
mengembun akan membebaskan … kalori
5. Keuntungan penyaring bakteri steril (sebutkan 1) …
6. Sterilisasi dengan oven menggunakan suhu … selama …..
7. Untuk mempersingkat waktu Sterilisasi dengan cara direbus dalam air
mendidih dapat ditambahkan bakterisida seperti ……
8. Sterlisasi dengan uap air jenuh menggunakan alat …
9. Pada tindalisasi, untuk membunuh mikroba bentuk vegetative dilakukan
dengan …
10. Sterilisasi dengan penambahan bakterisida untuk bahan obat dipanaskan
pada suhu ……selama..
11. Untuk mencegah perkaratan pada sterilisasi alat-alat, maka ditambahkan …
12. Sterilisasi untuk alat-alat dididihkan selama …..
13. Sterilisasi dengan radiasi ion digunakan 2 jenis radiasi ion yaitu ……
14. Sterilisasi dengan sinar UV digunakan sinar UV dengan panjang gelombang

15. Sinar gamma digunakan isotop radio aktif seperti …
16. Sterilisasi untuk larutan yang labil terhadap panas dengan …
17. Larutan dalam penyaring diisap (penampung divakumkan) adalah cara
menyaring dengan …
18. Untuk menghancurkan protein yang ada pada penyaring bakteri
ditambahkan …
19. Suspensi yg mengandung bahan obat yg tidak tahan pemanasan tinggi
dipilih cara sterilisasi … …
20. Larutan dengan pembawa air, mengandung bahan obat yang tidak tahan
pemanasan, dipilih cara sterilisasi …

20
TUGAS 3
SEDIAAN STERIL
Nama :
Kelas, No absent :

1. Kolirium yang tidak mengandung zat pengawet setelah tutupnya dibukahanya


boleh digunakan paling lama … sedangkan yg mengandung
pengawet selama…
2. Tetes mata masih dapat tahan terhadap nilai isotonis yang rendah dan tinggi yaitu
antara …
3. Tujuan pendaparan pada tetes mata adalah …
4. Pengawet yang digunakan pada tetes mata …
5. Pengental pada tetes mata …
6. Tetes mata disterilkan dengan cara …
7. Oculentum dibuata secara …
8. Tube untuk salep mata disterilkan dengan cara …
9. Injeksi berbentuk larutan contohnya …
10. Injeksi berbentuk serbuk steril ditambah pembawa steril menjadi larutan contohnya

11. Injeksi berbentuk serbuk steril ditambah pembawa steril menjadi suspensi
contohnya …
12. Injeksi berbentuk suspensi contohnya …
13. Injeksi berbentuk emulsi contohnya …
14. Cara penyuntikan yang dimasukkan ke dalam kulit yang sebenarnya digunakan
untuk diagnose disebut …
15. Cara penyuntikan yang disuntikkan ke dalam jaringan di bawah kulit ke dalam
alveolar disebut …
16. Cara penyuntikan yang disuntikkan ke dalam atau diantara lapisan jaringan/otot
disebut …
17. Cara penyuntikkan yang disuntikkan langsung ke dalam pembuluh darah vena
adalah …
18. Injeksi yang berbentuk suspensi dan emulsi tidak boleh disuntikkan secara …
19. Injeksi i.v dengan volume 15 ml atau lebih tidak boleh mengandung …
20. Injeksi i.v dengan volume 10 ml atau lebih harus bebas …
21. Cara penyuntikkan yang disuntikkan ke dalam pembuluh darah arteri/perifer adalah

22. Cara penyuntikkan yang disuntikkan langsung ke dalam otot jantung adalah …
23. Cara penyuntikkan yang disuntikkan langsung ke dalam saluran sumsung tulang
belakang adalah …
24. Cara penyuntikkan yang disuntikkan ke dalam cairan sendi di dalam rongga sendi
disebut …
25. Aqua pro injection jika dimaksudkan sebagai pelarut serbuk untuk injeksi harus
disterilkan dengan cara …
26. Aqua pro injection bebas udara jika dimaksudkan sebagai pelarut serbuk untuk
injeksi harus disterilkan dengan cara …
27. Pembawa tidak berair (olea pro injection) diperlukan pada injeksi apabila …
28. Syarat-syarat minyak untuk injeksi …
29. Obat suntik dengan pembawa minyak, tidak boleh disuntikkan secara … , hanya
boleh secara

21
30. PH optimal untuk darah atau cairan tubuh yang lain adalah … dan disebut

31. Pengaturab pH larutan injeksi untuk …
a. …
b. Mencegah tejadinya rangsangan/rasa sakit waktu disuntikkan
Jika PH lebih dari 9 : …
Jika pH di bawah 3 : …
32. Larutan obat suntik dikatakan isotonis jika :
a. Mempunyai tekanan osmotic sama dengan tekanan osmotic cairan tubuh
(darah, cairan lumbal, air mata) yang nilainya sama dengan tekanan osmotic
larytan NaCl ….
b. Mempunyai titik beku sama dengan titik beku cairan tubuh, yaitu …
33. Larutan injeksi dibuat isotonis terutama pada penyuntikan secara …
34. Perhitungan isotonis :
a. Cara PTB : B = 0,52 – b1C
b2
b. Cara Ekivalensi NaCl : V = (WE)111,1 atau B = 0,9 x V – (WxE)
100
35. Zat bakterisida perlu ditambahkan jika :
a. Larutan injeksi dibuat secara …
b. Bila larutan injeksi disterilkan dengan cara …
c. Bila larutan injeksi disterilkan dengan pemanasan pada suhu …
d. Dalam wadah …
36. Zat bakterisida tidak perlu ditambahkan jika :
a. Volume sekali penyuntikan lebih dari …
b. Bila sudah cukup daya bakteriostatikanya.
c. Pada penyuntikan …
37. Zat pemati rasa setempat/anestetika local :
a. Procain untuk injeksi …
b. Novocain untuk injeksi …
c. Benzilalkohol untuk injeksi …
38. Mencegah terjadinya oksidasi oleh udara dengan cara :
a. Mengganti udara di atas larutan injeksi dengan gas inert : …
b. Menambah antioksidant : …
39. Mencegah terjadinya endapan alkaloid oleh sifat alkalis dari gelas dengan
menambahkan …
40. Wadah dari plasik disterilkan dengan cara sterilisasi …
41. Keuntungan wadah dari plastik …
42. Kerugian wadah dari plastik …
43. Syarat tutup karet yang baik :
a.
b.
c.
44. Tutup karet disterilkan dengan cara sterilisasi … ,
biarkan selama tidak kurang dari … .Bakterisida yang digunakan
harus sama dengan yang digunakan untuk obat suntiknya, dimana 1 gram
dibutuhkan ….
45. Bila bahan obatnya tidak dapat disterilkan, karena akan rusak atau mengurai maka
larutan injeksi dibuat dengan cara …

22
TUGAS 4
Nama :
Kelas/No absen :

1. Jika dketahui penurunan titik beku air yang disebabkan 1 % b/v


Nikotinamida 0,148, maka larutan Nikotinamida yang isotonis kadar …..
2. Jika tersedia 120 g Kinin HCl, maka jumlah volume larutan Kinin HCl isotonis
dapat dibuat …. (PTB Kinin HCl : 0,077)
3. Berapa banyak glukosa (PTB : 0,101) yang harus ditambahkan untuk
membuat 150 ml larutan isotonis yang mengandung 3 % Amfetamin HCl (PTB
: 0,129), 0,5 g Aminofilin (PTB : 0,098)
4. Jika dketahui penurunan titik beku air yang disebabkan 1 % b/v Efedrin HCl
0,165, maka larutan Efedrin HCl yang isotonis kadar …..
5. Jika tersedia 125 g Natrium Pirosulfit, maka jumlah volume larutan Natrium
Pirosulfit isotonis dapat dibuat …. (PTB Natrium Pirosulfit : 0,386)
6. Berapa banyak Mepiramina Maleat (PTB : 0,108) yang harus ditambahkan
untuk membuat 1300 ml larutan isotonis yang mengandung 2,3 %
Etilendiamin (PTB : 0,253), 0,6 g Aminofilin (PTB : 0,098)
7. Bila tersedia 1500 g Efedrin HCl (PTB =0,165), maka dapat dibuat larutan
Efedrin HCl isotonis sebanyak …
8. Untuk membuat 750 ml larutan isotonis yang mengandung 0,5 % Morfin HCl
(PTB=0,086), 0,3 g Kokain HCl (PTB=0,090) diperlukan penambahan
Nikotinamid (PTB=0,148) sebanyak ….
9. Bila diketahui E Benzil alkohol 0,17, maka kadar larutan Benzil alkohol yang
isotonis adalah …
10. Berapa banyak NaCl yang harus ditambahkan untuk membuat 50 ml larutan
isotonis yang mengandung 0,25 g Prometazin HCl (E=0,18) dan Natrium sitrat
1,5 % (E=0,3) ?
11. Bila tersedia 700 g Aminophyllin (E = 0,17), maka dapat dibuat larutan
Aminophylloin isotonis sebanyak …
12. Berapa banyak larutan Kofein yang dibutuhkan untuk membuat larutan Kofein
isotonis sebanyak 1200 ml, (E = 0,08) ?

23
DAFTAR PUSTAKA
Anief, Mohammad. 1990. Farmasetika. Yogyakarta: Gajah Mada University Press
Anief, Mohammad. 2010. Ilmu Meracik Obat Teori dan Praktek,Cetakan ke-15.
Yogyakarta: Gajah Mada University Press
Anonim. 1979. Farmakope Indonesia Edisi III. Jakarta: Departemen Kesehatan
Republik Indonesia.
Anonim. 1995. Farmakope Indonesia Edisi IV. Jakarta: Departemen Kesehatan
Republik Indonesia.
Anonim. 2017. Farmakope Indonesia Edisi V. Jakarta: Departemen Kesehatan
Republik Indonesia.
Saptaning, Agustina. 2013. Ilmu Resep. Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran EGC.
Al Kuraesin,. 2018. Pelayanan Farmasi Ilmu Resep. Jakarta: Penerbit Buku
Kedokteran EGC

24

Anda mungkin juga menyukai