1. Jelaskan ciri - ciri patah ulet dan patah getas DBT ( Ductile to brittle Tension ) dan penyebab
faktornya ? ( Contoh masing – masing min 3 )
2. Jelaskan dan berikan ( contoh masing - masing min 2 ) definisi dari Sifat material dibawah ini !
● Sifat kelistrikan
● Sifat Thermal
● Sifat Magnetik
● Sifat Optik
● Sifat Deteriorative
3. Jelaskan dan berikan ( contoh masing - masing min 5 ) klasifikasi dari material di bawah ini!
● Material logam
● Material polimer
● Material Biomaterial
4. Jelaskan cara penyebab dan cara mengatasinya cacat las di bawah ini !
● Cacat Las Undercut
● Cacat Las Porosty
● Cacat Las Slag Inclusion
● Cacat Las Tungseng Inclusion
● Cacat Las Incomplete Penetration
● Cacat Las Incomplete fusion ( lack of Fusion )
● Cacat Las Over Spatter
● Cacat Las Hot Crack
5. Sebutkan dan jelaskan Standarisasi material dari berbagai dunia dan berikan contoh dari masing
standarisasi min 2.
7. Jelaskan perbedaan proses Hardening dan tempering berikan masing - masing 3 contoh dari
proses tersebut. ?
1. A. Patah ulet: patah akibat deformasi berlebih, elastis atau plastis, terkoyak atau patah
geser (tearing or shear fracture).
Contohnya: (terjadi penyerapan energi, adanya deformasi plastis yang sangat besar
disekitar patahan, permukaan patahan tampak kasar, berserabut, dan berwarna kelabu)
B. DBT (Ductile to Brittle Tension): beberapa bahan tiba-tiba menjadi getas dan patah
karena perubahan temperatur dan laju reaksi, walaupun pada dasarny logmam itu ulet. Gejala ini
disebut ulet-getsd, ysng merupakan hal pentin ditinjau dari pernggunaan praktis bahan.
Contohnya: (tegangan 3 sumbu, laju regangan, temperatur)
3. A. Logam merupakan material yang oleh satu atau lebih unsur logam (misalnya: besi,
B. Polimer ialah senyawa molekul besar berbentuk rantai atau jaringan yang tersusun
dari campuran ribuan sampai jutaan unit pembangun yang berulang. (misalnya: Plastik
pembungkus,
4. a. Las undercut
penyebabnya:
Cara mengatasinya:
b. las porosty
penyebabnya:
Cara mengatasinya:
Pastikan elektroda yang digunakan sudah dioven (jika disyaratkan), jangan sampai kawat
las terkena air atau lembab.
Atur tinggi busur kurang lebih 1,5 x diameter kawat las.
Ampere disesuaikan dengan prosedur atau rekomendasi dari produsen elektroda.
Persiapan pengelasan yang benar, memastikan tidak ada pengotor dalam benda kerja.
Untuk material tertentu panas tidak boleh terlalu tinggi, sehingga perlu perlakukan panas.
Cara mengatasinya:
Pastikan lasan benar benar berseih dari slag sebelum mengelas ulang.
Ampere disesuaikan dengan prosedur.
Busur las disesuaikan.
Sudut pengelasan harus sesuai.
Sudut kampuh lebih dibesarkan (50-70 derajat).
penyebabnya:
Cara mengatasinya:
penyebabnya:
Cara mengatasinya:
penyebabnya:
Cara mengatasinya:
penyebabnya:
Cara mengaasinya:
h. las hotcrack
penyebabnya:
Menggunakan elektroda yang sesuai dengan WPS atau Low Hidrogen yang mempunyai
sifat regangan yang tinggi.
Melakukan perlakuan panas (PWHT dan Preheat)
5. - SNI (Standart Nasional Indonesia): satu–satunya standar yang berlaku secara nasional
di negara kita. SNI dirumuskan oleh Panitia Teknis dan ditetapkan oleh Badan Standardisasi
Nasional. SNI juga menerbitkan standarisasi untuk baja yang menjadi acuan nasional.
- JIS (Japan Industrial Standart): organisasi standar yang dibentuk oleh Pemerintah
Jepang yang banyak bergerak di bidang perindustrian. Standardisasi yang disusun JIS diawasi
oleh Japan Industrial Standard Comitte (JISC) dan hasilnya dipublikasikan oleh Japan Standard
Asosiation (JSA).
7. - Hardening: perlakuan panas pada baja dengan sasaran meningkatkan kekerasan alami
pada baja.
- Tempering: proses mengeraskan kaca atau logam, khususnya baja, dengan cara
memanaskannya kemudian mndinginkannya secara cepat, kemudian dipanaskan kembali pada
suhu tertentu dan selanjutnya mendinginkan nya secara perlahan.