Anda di halaman 1dari 30

MODUL PEMBELAJARAN No.

Formulir :
MODUL KEPERAWATAN
BUKU AJAR KEPERAWATAN Berlaku Sejak :
HIV/AIDS

Revisi :

MODUL KEPERAWATAN HIV/ AIDS

Disusun Oleh:

Ns. Eka Ernawati, M.Kep

PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN


SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN FALETEHAN SERANG
TAHUN AKADEMIK 2018/2019
MODUL PEMBELAJARAN No. Formulir :
MODUL KEPERAWATAN
BUKU AJAR KEPERAWATAN Berlaku Sejak :
HIV/AIDS

Revisi :

KEPUTUSAN KETUA PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN


SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN FALETEHAN SERANG
Nomor : /STIKes-FA/PSIK/SK//III/2019

TENTANG
PENETAPAN MODUL KEPERAWATAN HIV/AIDS
PADA PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN
SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN FALETEHAN SERANG

BISMILLAAHIRROHMAANIRROHIIM
KETUA PROGRAM STUDI ILMU KESEHATAN FALETEHAN
SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN FALETEHAN SERANG

Menimbang : a. Bahwa dalam rangka penyelenggaraan Proses Belajar


Mengajar, diperlukan panduan berupa modul pembelajaran
untuk memfasilitasi tercapainya kompetensi mahasiswa
b. Bahwa dalam mencapai kompetensi pada mata kuliah
Keperawatan HIV/AIDS tersebut diperlukan modul
pembelajaran sebagai upaya memberikan arahan kepada
mahasiswa dalam mencapai kompetensi.
c. Untuk maksud tersebut di atas, perlu ditetapkan modul
pembelajaran mata kuliah Keperawatan HIV/AIDS melalui
Surat Keputusan Ketua Program Studi Ilmu Keperawatan
STIKes Faletehan Serang

Mengingat : 1. Surat Keputusan Menteri Pendidikan Nasional RI Nomor:


65/D/O/2001;
2. Surat Keputusan Dikti Depdiknas Nomor: 11173/D/T/K-
IV/2012;
3. Anggaran Dasar dan Rumah Tangga BP4Kes Faletehan
Serang - Banten Tahun 2014/2015;
4. Rencana Anggaran Belanja STIKes Faletehan Serang - Banten
Tahun 2014/2015.

MEMUTUSKAN
Menetapkan :
Pertama : Menetapkan modul pembelajaran Mata Kuliah Keperawatan
HIV/AIDS pada Program Studi Ilmu Keperawatan STIKes
Faletehan Serang Tahun 2014/2015.

Kedua : Modul pembelajaran tersebut digunakan sebagai acuan


pelaksanaan pembelajaran mata kuliah Keperawatan HIV/AIDS
oleh mahasiswa dan dosen pada Program Studi Ilmu
Keperawatan STIKes Faletehan Serang.

Ketiga : Surat Keputusan ini berlaku mulai tanggal ditetapkan, dengan


MODUL PEMBELAJARAN No. Formulir :
MODUL KEPERAWATAN
BUKU AJAR KEPERAWATAN Berlaku Sejak :
HIV/AIDS

Revisi :

ketentuan akan ditinjau kembali apabila dikemudian hari


ditemukan kekeliruan ataupun kekurangan didalamnya.

DITETAPKAN DI : SERANG
PADA TANGGAL : 19 MARET 2019
Ketua PSIK STIKes Faletehan

Lenny Stia Pusporini,M.Kep.,Ns.Sp.Kep.Mat


NIK : 11.00.048
MODUL PEMBELAJARAN No. Formulir :
MODUL KEPERAWATAN
BUKU AJAR KEPERAWATAN Berlaku Sejak :
HIV/AIDS

Revisi :

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur kehadiran Allah SWT karena berkat rahmat dan hidayah-Nya kami
telah menyelesaikan pembuatan modul pembelajaran mata kuliah Keperawatan
HIV/AIDS. Salawat serta salam kami haturkan kepada Nabi Muhammad SaW beserta
sahabat dan keluarganya. Ucapan terima juga kami berikan kepada semua pihak yang
telah membantu dalam menyelesaikan modul pembelajaran ini.
Modul ini bertujuan memfasilitasi mahasiswa dalam pembelajaran mandiri dan
menjadi panduan dalam menyelesaikan tugas pembelajaran. Modul pembelajaran
mata kuliah Keperawatan HIV/AIDS ini berisi tentang pokok bahasan terkait asuhan
keperawatan pasien dewasa yang mengalami berbagai gangguan sistem tubuh, karena
yang terfokus bermasalah pada sistem imun. Pada modul ini khususnya dibahas
tentang komunikasi terapeutik dalam pendekatan wawancara, damn pendekatan pada
situasi pasien dengan HIV/AIDS
Di dalam penyusunan materi modul ini masih banyak kekurangan, sehingga kami
sangat berharap adanya masukan dan saran untuk menyempurnakan modul ini kelak.
Semoga modul pembelajaran ini memberi manfaat bagi mahasiswa dan pembaca
sekalian.

Hormat Kami,

Penyusun
MODUL PEMBELAJARAN No. Formulir :
MODUL KEPERAWATAN
BUKU AJAR KEPERAWATAN Berlaku Sejak :
HIV/AIDS

Revisi :

DAFTAR ISI

Halaman
Kata Pengantar Ii
Daftar Isi Iii
Modul I 1
Modul II 16
Modul III 26
Modul IV 36
Modul V 48
MODUL PEMBELAJARAN No. Formulir :
MODUL KEPERAWATAN
BUKU AJAR KEPERAWATAN Berlaku Sejak :
HIV/AIDS

Revisi :

MODUL I : REVIEW SISTEM IMUNITAS

A. Tinjauan mata kuliah (CPL)


1. Mematuhi dan disiplin terhadap etika profesi serta undang-undang dalam
melaksanakan praktek keperawatan (CPL 3)
2. Membangun kerjasama secara multidisiplin kelimuan dan memiliki kepekaan
sosial serta kepedulian terhadap masyarakat dan lingkungan (CPL 5)
3. Menguasai dan menerapkan filosofi, paradigma, teori keperawatan,
berdasarkan nilai kemanusiaan dan aspek sosial budaya (CPL 6)
4. Menguasai dan menerapkan ilmu biomedik serta informatika keperawatan
dalam memberikan asuhan keperawatan (CPL 7)

B. Capaian Mata Kuliah (CPMK)


1. Setelah menyelesaikan mata kuliah ini mahasiswa diharapakan mampu
menjelaskan konsep keperawatan HIV/AIDS, trend dan isu HIV serta pasien
dengan penyalahgunaan zat (CPL 8).
2. Setelah menyelesaikan mata kuliah ini mahasiswa diharapakan mampu
melakukan asuhan pada pasien dengan HIV/AIDS, penyalahgunaan zat,
perawatan ibu dan bayi dengan ODHA, orangtua dengan HIV/ AIDS (CPL 5,
CPL 6, CPL 7, CPL 8).

C. Uraian Materi

Tubuh manusia mempunyai kemampuan dalam melawan semua jenis


organisme atau toksin yang masuk kedalam sel tubuh. Kemampuan tersebut
dikenal dengan imunitas. Imunitas bisa diperoleh dari dari proses umum ketika
tubuh diserang oleh bakteri yang menyebabkan penyakit atau toksin. Pertahanan
tubuh tersebut terbagi menjadi imunitas tubuh Nonspesifik ataupun pertahanan
tubuh Spesifik. Imunitas tubuh nonspesifik sebagai pertahanan garis pertama
yaitu : kulit, rambut dan kelenjar keringat.

1. PERTAHANAN TUBUH NON SPESIFIK


Termasuk kedalam pertahanan tubuh non spesifik yaitu pertahanan garis
pertama: Kulit, rambut, kelenjar keringat. Keasamana pada permukaaan kulit dan
kandungan lemak yang tinggi meminimalkan pertumbuhan mikroba dan
akhirnya mikroorganisme di kulit terlepas bersamaan dengan terlepasnya kulit
lapisan kulit paling luar. Bagian tubuh yang berupa saluran yang berhubungan
dengan dunia luar seperti hidung, mulut , paru paru dan saluran pencernaan
dilapisi oleh membran mukosa. Mukosa memerangkap mikroorganisme dan
mencegahnya masuk.

Pertahanan non spesifik lain: keringat, air mata dari kelenjar air mata (keduanya
mengandung enzim lisosom yang dapat membunuh mikroorganisme).
Pertahanan lain: rambut di hidung, silia di saluran pernafasan atas, asam
lambung. Mikroorganisme yang normal berada di kulit dan mukosa menjadi
barrier pertumbuhan mikroorganisme berbahaya.
MODUL PEMBELAJARAN No. Formulir :
MODUL KEPERAWATAN
BUKU AJAR KEPERAWATAN Berlaku Sejak :
HIV/AIDS

Revisi :

2. PERTAHANAN SPESIFIK: RESPON IMUN


Antigen adalah zat yang merangsang pembentukan antibody. Antibodi adalah
protein yang diproduksi oleh limfsit sebagai respon terhadap adanya antigen.

D. Penugasan

1. Jelaskan rangkaian proses peradangan?


2. Jelaskan mekanisme pertahanan tubuh spesifik?

Jawab:
Respon Peradangan
Ketika jaringan mengalami kerusakan karena abrasi, luka tusuk, luka bakar, infeksi
atau racun, akan mengalami peradangan. Respon peradangan mengalami beberapa
fase. Efek lokal kerusakan jaringan dan infeksi adalah: kemerahan, panas,
pembengkakan, dan nyeri. Kemerahan dan panas disebabkan karena vasodilatasi yang
meningkatkan aliran darah. Edema/bengkak disebabkan meningkatnya jumlah dan
tekanan cairan interstisial. Nyeri disebabkan karena adanya tekanan pada reseptor dan
produk zat kimia yang mengiritasi ujung-ujungn syaraf. Jika kerusakan jaringan cukup
luas atau terjadi infeksi yang melluas, peradangan akan menyebabkan efeks sistemik
seperti perubahan pada Heart Rate, dan Respiration Rate , peningkatan suhu tubuh dan
kelelahan. Ketika sejumlah besar netrofil menyerang melepaskan pirogen, bahan kimia
yang meningkatkan suhu tubuh dengan mempengaruhi pusat pengaturan suhu di
hipotalamus maka suhu tubuh akan meningkat. Peningkatan suhu tubuh ini membantu
untuk menyerang agen infeksi dengan meningkatkan aliran darah dan aktivitas
leukosit di area, dan menghambat pertumbuhan mikroorganisme penyebab infeksi.
Rangkaian proses/kejadian respon peradangan:
1. Saat jaringan mengalami kerusakan akan melepaskan histamin, kinin dan zat
lain dari sel, sel mast dan basophil yang rusak.
2. Zat-zat tersebut diatas menyebabkan vasodilatasi dan menyebabkan
peningaktan aliran darah dan meningkatakan permeabilitas membran kapiler.
Sehingga protein plasma, fibrinogen dan sel-sel darah bisa melewatinya.
3. Jaringan yang utuh dillindungi oleh jaringan yang rusak dengan membentuk
sumbat fibrinogen di area injuri.
4. Leukosit menginfasi area luka, yang pertama kali adalah netrofil yang datang ke
area luka dengan arahan dari zat kimia tertentu yang dilepaskan oleh
mikroorganisme (proses disebut dengan kemotaksis)
5. Leukosit melewati pembuluh darah dengan cara diapedesis
6. Aksi netrofil dilanjutkan oleh monosit, makrofag dan histosit.
7. Netrofil saat memasuki area lluka merupakan sel yang matang dan siap
menyerang mikroorganisme.
8. Monosit memasuki area luka dalam keadaan sel yang imatur. Setelah
memasuki area luka berdifferensiasi menjadi sel yang matang yaitu makrofag yang
memiliki kapasitas menyerang lebih besar dibandingkan dengan netrofil.
9. Drainase dari cairan limfe di jaringan, debris, protein dan sel infeksius dari area
yang rusak memulai respon pertahanan tubuh spesifik.
MODUL PEMBELAJARAN No. Formulir :
MODUL KEPERAWATAN
BUKU AJAR KEPERAWATAN Berlaku Sejak :
HIV/AIDS

Revisi :

Jawab 2:
Reaksi sistem pertahanan tubuh spesifik

1. Kelenjar timus melakukan pengolahan pendahuluan terhadap limfosit T


Setelah pembentukannya di sumsum tulang, limfosit akan memasuki timus dan
berdifferensiasi dengan cepat membentuk limfosit T yang spesifik untuk melawan satu
antigen.
2. Hati dan susmsum tulang melakukan pengolahan pendahuluan bagi limfosit B
Pada manusia, limfosit B diolah lebih dulu di hati selama pertengahan kehidupan janin
dan disumsum tulang selama masa akhir janin dan setelah lahir. Limfosit B mensekresi
antibody. Setelah selesai mengalami pengolahan, limfosit B dan T bermigrasi ke
jaringan limfoid di seluruh tubuh. Bila antigen spesifik datang dan kontak dengan
limfosit T dan B dalam jaringan llimfoid maka limfosit T tertentu menjadi teraktivasi
untuk membentuk limfosit T teraktivasi dan llimfosit B tertentu membentuk antibodi.
3. Peran makrofag dalam proses aktivasi
Kebanyakan mikroorganisme yang menyerbu tubuh akan di fagosit oleh makrofag, dan
dicernakan dan produksi antigennya dilepaskan kedalam sitosol makrofag. Makrofag
kemudian melewatkan antigen-antigen tersebut secara kontak langsung dengan
limfosit sehingga mengaktivasi limfosit dan juga mensekresi bahan pengaktivasi
khusus yang meningkatkan pertumbuhan dan reproduksi limfosit spesifik yang disebut
interleukin-1
4. Peran limfosit T dalam mengaktifkan llimfosit B
Kebanyakan antigen mengaktifkan limfosit B dan T secara bersamaan . Beberapa sel T
yang terbentuk disebut sel T pembantu kemudian mensekresi bahan khusus (limfokin)
yang mengaktifkan limfosit B
5. Pembentukan antibodi oleh sel plasma
Antigen yang masuk akan di fagositosis oleh makrofag, dibawa ke limfosit B di
dekatnya sehingga mengaktifkan limfosit B, Limfosit B teraktivasi menjadi membesar
(limfoblas) lalu berdifferensiasi membentuk palsmablas yang merupakan prekursor
dari sel plasma dan memproduksi antibodi yangdisekresikan kedalam cairan limfe dan
diangkut kedalam sirkulasi.
6. Pembentukan Sel memori
Limfosit B yang teraktifasi tidak semuanya membentuk sel palasma, tapi membentuk
limfosit B baru dan bersirkulasi keseluruh tubuh. Mereka mendiami seluruh jaringan
limfoid tetapi tetap dalam bentuk asalnya sampai nanti diaktifkan kembali jika ada
antigen baru yang sama. Limfosit ini disebut sel memori. Pajanan berikutnya akan
menimbulkan respon antibodi yang jauh lebih cepat dan lebih kuat.
7. Respon Primer dan Sekunder
Respon primer untuk pembentukan AB saat pada perjalanan pertama oleh antigen
spesifik. Respon sekunder yang terjadi setelah pemajanan kedua oleh antigen yang
sama. Respon primer lebih lambat, tidak kuat, masa hidupnya singkat dibandingkan
dengan respon sekunder.Dijadikan dasar adanya program imunisasi (tambahkan
penjelasan secara skematik perbedaan respon primer dan sekunder)
MODUL PEMBELAJARAN No. Formulir :
MODUL KEPERAWATAN
BUKU AJAR KEPERAWATAN Berlaku Sejak :
HIV/AIDS

Revisi :

E. Evaluasi
1. Jelaskan anatomi dan fisiologi sistem imunitas
2. Jelaskan mekanisme imunitas spesifik dan non spesifik

F. Daftar Referensi
- Paul A. Volberding, , Merle A. Sande, , Joep Lange, Warner C. Greene, PhD and Joel E.
Gallant, Global HIV/AIDS Medicine. WB Saunders, 2008
MODUL PEMBELAJARAN No. Formulir :
MODUL KEPERAWATAN
BUKU AJAR KEPERAWATAN Berlaku Sejak :
HIV/AIDS

Revisi :

MODUL II : FAMILY CENTER ODHA

A. Tinjauan mata kuliah (CPL)


1. Mematuhi dan disiplin terhadap etika profesi serta undang-undang dalam
melaksanakan praktek keperawatan (CPL 3)
2. Membangun kerjasama secara multidisiplin kelimuan dan memiliki kepekaan
sosial serta kepedulian terhadap masyarakat dan lingkungan (CPL 5)
3. Menguasai dan menerapkan filosofi, paradigma, teori keperawatan,
berdasarkan nilai kemanusiaan dan aspek sosial budaya (CPL 6)
4. Menguasai dan menerapkan ilmu biomedik serta informatika keperawatan
dalam memberikan asuhan keperawatan (CPL 7)
5. Menguasai dan menerapkan konsep, prinsip serta prosedur pelaksanaan dalam
asuhan keperawatan secara mandiri atau berkelompok pada bidang ilmu
keperawatan dasar, keperawatan medikal bedah, keperawatan anak, keperawatan
maternitas, keperawatan jiwa, keperawatan keluarga, keperawatan gerontik,
keperawatan komunitas, keperawatan gawat darurat dan kritis, manajemen
keperawatan, keperawatan bencana, keselamatan dan kesehatan kerja dengan
menggunakan komunikasi therapeutik dalam metode ilmiah (CPL 8)
6. Menunjukkan kemampuan komunikasi dengan menggunakan bahasa nasional dan
internasional secara efektif pada lingkup pelayanan keperawatan, interdisiplin dan
masyarakat (CPL 11)

B. Capaian Mata Kuliah (CPMK)


1. Setelah menyelesaikan mata kuliah ini mahasiswa diharapakan mampu
melakukan asuhan pada pasien dengan HIV/AIDS, penyalahgunaan zat,
perawatan ibu dan bayi dengan ODHA, orangtua dengan HIV/ AIDS (CPL 5,
CPL 6, CPL 7, CPL 8).
2. Setelah menyelesaikan mata kuliah ini mahasiswa diharapkan mampu menjelaskan
konsep Family Center pada ODHA dan Stigma ODHA (CPL 3, CPL 8).

C. Uraian Materi

1. Konsep Keluarga
Pengertian keluarga adalah keluarga terdiri dari orang yang
bergabung melalui ikatan perkawinan, darah, atau adopsi dan tinggal di
rumah yang sama. Atau dua orang atau lebih yang tergabung melalui
ikatan untuk berbagi, kedekatan emosional dan mengidentifikasi diri mereka
sebagai bagian dari keluarga (Friedman, Browden, & Jones. 2003). Menurut
(Hanson, 2001 dalam Friedman., et al 2003) kesehatan keluarga secara holistik
adalah perubahan secara dinamis menuju keadaan sejahtera yang meliputi
biologi, sosiologi, budaya, spiritual dan psikologis dari sistem keluarga.
MODUL PEMBELAJARAN No. Formulir :
MODUL KEPERAWATAN
BUKU AJAR KEPERAWATAN Berlaku Sejak :
HIV/AIDS

Revisi :

Perubahan sosial budaya yang berpengaruh dalam kehidupan keluarga


meliputi: perubahan ekonomi, perubahan teknologi, perubahan demografi,
perubahan sosial budaya, dan perubahan keluarga (Friedman et al.,
2003). Perubahan yang terjadi dalam keluarga disebabkan oleh adanya
pernikahan yang tertunda, tingkat perceraian yang tinggi, meningkatnya
pengaturan hidup terhadap anak-anak dengan orang tua tunggal,
berubahnya peran keluarga, wanita menjadi pekerja dan heterogenitas
keluarga. Perubahan tersebut yang menjadi salah satu masalah dalam kehidupan
keluarga dengan HIV sehingga membutuhkan pendekatan yang berbasis
keluarga dalam program pencegahan, pengobatan dan perawatan.

Pendekatan program berpusat pada keluarga yang komprehensif adalah


untuk program pencegahan HIV, pengobatan, perawatan dan dukungan
dalam mengatur sumber daya yang kurang terutama berfokus pada ibu
yang terinfeksi HIV telah diterapkan pada daerah sub-Sahara Afrika.
Pendekatan yang dilakukan berupa mengeksplorasi tantangan dan peluang
dalam pengobatan dan perawatan HIV di keluarga. Dimulai saat
kehamilan dan melahirkan, penggunaan obat sebagai pencegahan transmisi
kepada anak, diskusi terbatas pada masa kanak-kanak, dan menggali isu
khusus pada anak usia remaja (Rochat et al., 2011; Ostrach, & Singer.
2012). Diskusi yang dilakukan pada saat remaja dengan ibu status positif HIV
mempunyai tantangan tersendiri dan rumit. Sesuai penelitian yang dilakukan
oleh Murphy, Roberts, & Herbeck.(2011) melalui wawancara kualitatif terhadap
ibu dengan HIV positif dalam membesarkan anak-anak. Menunjukan hasil
bahwa ibu merasa kehilangan kegiatan atau moment bersama anak karena
keadaan sakit dan perawatan di Rumah Sakit, ibu merasa dipaksa menjadi
pilihan antara kemampuan pengasuhan dan kesehatan mereka sendiri, termasuk
kepatuhan terhadap obat. Namun bagi remaja perempuan dari ibu berstatus
positif memiliki ikatan yang lebih baik dengan ibu mereka sebagai fungsi
partisipasi dalam keterampilan coping dalam pencegahan perilaku seksual
beresiko sebagai fungsi keterlibatan intervensi (Rotheram., et al. 2014).

2. Dukungan Keluarga pada ODHA


Berdasarkan hasil penelitian Ernawati (2015) dalam penelitiannya
bahwa ketujuh partisipan sangat membutuhkan dukungan. Dukungan yang
diberikan memunculkan sub tema yaitu sumber dukungan dan jenis dukungan.
Sumber dukungan didapat dari anak, pasangan, teman sebaya dan petugas
kesehatan. Sedangkan jenis dukungan berupa bantuan moril ataupun materiil.
MODUL PEMBELAJARAN No. Formulir :
MODUL KEPERAWATAN
BUKU AJAR KEPERAWATAN Berlaku Sejak :
HIV/AIDS

Revisi :

Sumber dukungan partisipan yang berstatus singel parents


mendapatkan dukungan terbesar adalah anak. Namun tidak semua
mendapatkan dukungan dari anak seperti partisipan 3 dan 7 yang harus
menyembunyikan status HIVnya. Proteksi terhadap anak berupa merahasiakan
status karena anak belum mengerti dan menghindari stigma dari keluarga.
Sandelowski and Borroso, (2003) dalam Waluwu, (2008) menggunakan
metasummary dalam penelitian kualitatif tidak dipublikasikan. Mengemukakan
bahwa perempuan dengan infeksi HIV bekerja keras dalam menerima penyakit
dan konsekuensi sosial. Peran ibu harus melindungi anaknya dari penularan HIV
dan stigma. Semua peran dan hal tersebut sangat membutuhkan dukungan
keluarga dan dukungan sosial masyarakat. Ketika dukungan diterima dalam
memenuhi kebutuhan psikologis muncul motivasi untuk membuka status
(Gillard, & F Mark, 2013).
Dukungan sosial sangat dibutuhkan oleh ODHA terutama saat
menjalani pengobatan. Terjadi proses penyesuaian diri terhadap penyakit sangat
dipengaruhi oleh ketersediaan sumber dukungan dan sosial (Catz. 2000;
DiMatteo, & Kravitz. 1991). Salah satu bentuk dukungan yang dibutuhkan di
lingkungan sosial adalah dukungan emosional berupa dihargai dan dicintai, akan
tetapi stigma yang berkembang di masyarakat membuat para ODHA merasa
mereka tidak akan mendapat dukungan yang diharapkan jika mereka membuka
status HIV-nya. Mereka menyatakan jika keluarga tahu statusnya maka keluarga
atau masyarakat sekitarnya akan merasa jijik, takut tertular dan dihindari.
Kebanyakan partisipan menutupi status HIV-nya akibat masih kuatnya
stigma sosial yang berkembang di lingkungan mereka. Stigma sosial membuat
orang-orang yang hidup dengan HIV tidak mau mengungkapkan status mereka
kepada orang lain. Sistem dukungan yang signifikan, termasuk keluarga, teman,
dan profesional kesehatan, memainkan peran kunci dalam meningkatkan
kepatuhan dalam pengobatan, serta kondisi perbaikan terhadap penyakit.
Penatalaksanaan HIV untuk dukungan sosial berupa hubungan
kolaboratif dengan penyedia layanan kesehatan, sosial dukungan, pengungkapan
mengenai statusnya, manajemen stigma, hubungan sosial dan keluarga yang
positif (Swendemana, Ingram, & Rotheram, 2009).

D. Penugasan
1. Lakukan identifikasi tipe keluarga pada video
https://www.youtube.com/watch?v=HR6BeNBActw
2. Kemungkinan masalah keperawatan yang muncul (menit berapa)
3. Dukungan keluarga yang dibutuhkan oleh pasien dengan ODHA
MODUL PEMBELAJARAN No. Formulir :
MODUL KEPERAWATAN
BUKU AJAR KEPERAWATAN Berlaku Sejak :
HIV/AIDS

Revisi :

E. Daftar Tilik
No Kegiatan Ket
1 Lakukan menonton video
2 Identifikasi video berdasarkan penugasan
3 Catat Setiap adegan yang penting
4 Berikan masukan terhadap video tersebut

F. Evaluasi
1. Apakah Konsep Keluarga
2. Bagaiman kebutuhan keluarga dibutuhkan pasien dengan ODHA

G. Referensi
Ernawati Eka. 2020. Monograf Keluarga terputus dan Stigma diri wanita dengan
HIV/AIDS di Banten. KHD Production. Kalianyar Selatan
MODUL PEMBELAJARAN No. Formulir :
MODUL KEPERAWATAN
BUKU AJAR KEPERAWATAN Berlaku Sejak :
HIV/AIDS

Revisi :

MODUL III : KOMUNIKASI TERAPEUTIK PASIEN HIV/AIDS

A. Tinjauan mata kuliah (CPL)


1. Mematuhi dan disiplin terhadap etika profesi serta undang-undang dalam
melaksanakan praktek keperawatan (CPL 3)
2. Membangun kerjasama secara multidisiplin kelimuan dan memiliki kepekaan
sosial serta kepedulian terhadap masyarakat dan lingkungan (CPL 5)
3. Menguasai dan menerapkan filosofi, paradigma, teori keperawatan,
berdasarkan nilai kemanusiaan dan aspek sosial budaya (CPL 6)
4. Menguasai dan menerapkan ilmu biomedik serta informatika keperawatan
dalam memberikan asuhan keperawatan (CPL 7)
5. Menguasai dan menerapkan konsep, prinsip serta prosedur pelaksanaan dalam
asuhan keperawatan secara mandiri atau berkelompok pada bidang ilmu
keperawatan dasar, keperawatan medikal bedah, keperawatan anak, keperawatan
maternitas, keperawatan jiwa, keperawatan keluarga, keperawatan gerontik,
keperawatan komunitas, keperawatan gawat darurat dan kritis, manajemen
keperawatan, keperawatan bencana, keselamatan dan kesehatan kerja dengan
menggunakan komunikasi therapeutik dalam metode ilmiah (CPL 8)
6. Menunjukkan kemampuan komunikasi dengan menggunakan bahasa nasional dan
internasional secara efektif pada lingkup pelayanan keperawatan, interdisiplin dan
masyarakat (CPL 11)

B. Capaian Mata Kuliah (CPMK)


1. Setelah menyelesaikan mata kuliah ini mahasiswa diharapakan mampu
melakukan asuhan pada pasien dengan HIV/AIDS, penyalahgunaan zat,
perawatan ibu dan bayi dengan ODHA, orangtua dengan HIV/ AIDS (CPL 5,
CPL 6, CPL 7, CPL 8).
2. Setelah menyelesaikan mata kuliah ini mahasiswa diharapkan mampu menjelaskan
konsep Family Center pada ODHA dan Stigma ODHA (CPL 3, CPL 8).

C. Uraian Materi
Modul ini menjelaskan prinsip dan teknik komunikasi pada saat perawat
melakukan interkasi dengan individu, keluarga ataupun kelompok. Khusunya
menjelaskan bagaimana melakukan pengkajian pada pasien dengan HIV/AIDS
dalam rentang kehidupannya. Sejak pasien terdiagnosis ataupun setelah pasien
mengalami kondisi terminal. Saat proses konseling, komunikasi memiliki peran
penting, karena proses penyampaian pesan yang dilakukan melalui komunikasi.
Komunikasi digunakan untuk mendorong dan mendukung perkembangan sosial,
emosional, serta intelektual pasien dengan HIV. Kondisi pasien yang dinyatakan
HIV positif akan mengalami kondisi perubahan fisik, psikologis, sosial, dan
spiritual.

Respons Biologis (Imunitas) Secara imunologis, sel T yang terdiri dari limfosit
T-helper, disebut limfosit CD4+ akan mengalami perubahan baik secara kuantitas
maupun kualitas. HIV menyerang CD4+ baik secara langsung maupun tidak
MODUL PEMBELAJARAN No. Formulir :
MODUL KEPERAWATAN
BUKU AJAR KEPERAWATAN Berlaku Sejak :
HIV/AIDS

Revisi :

langsung. Secara langsung, sampul HIV yang mempunyai efek toksik akan
menghambat fungsi sel T (toxic HIV). Secara tidak langsung, lapisan luar protein
HIV yang disebut sampul gp 120 dan anti p24 berinteraksi dengan CD4+ yang
kemudian menghambat aktivasi sel yang mempresentasikan antigen (APC).
Setelah HIV melekat melalui reseptor CD4+ dan co-reseptornya bagian sampul
tersebut melakukan fusi dengan membran sel dan bagian intinya masuk ke dalam
sel membran. Pada bagian inti terdapat enzim reverse transcripatase yang terdiri
dari DNA polimerase dan ribonuclease. Pada inti yang mengandung RNA, dengan
enzim DNA polimerase menyusun kopi DNA dari RNA tersebut. Enzim
ribonuclease memusnahkan RNA asli. Enzim polimerase kemudian membentuk
kopi DNA kedua dari DNA pertama yang tersusun sebagai cetakan (Stewart,
1997; Baratawidjaja, 2000).

Kode genetik DNA berupa untai ganda setelah terbentuk, maka akan masuk ke
inti sel. Kemudian oleh enzim integrase, DNA copi dari virus disisipkan dalam
DNA pasien. HIV provirus yang berada pada limfosit CD4+, kemudian bereplikasi
yang menyebabkan sel limfosit CD4 mengalami sitolisis (Stewart, 1997).

Virus HIV yang telah berhasil masuk dalam tubuh pasien, juga menginfeksi
berbagai macam sel, terutama monosit, makrofag, sel-sel mikroglia di otak, sel -
sel hobfour plasenta, sel-sel dendrit pada kelenjar limfe, sel- sel epitel pada usus,
dan sel langerhans di kulit. Efek dari infeksi pada sel mikroglia di otak adalah
encepalopati dan pada sel epitel usus adalah diare yang kronis (Stewart, 1997).

Gejala-gejala klinis yang ditimbulkan akibat infeksi tersebut biasanya baru


disadari pasien setelah beberapa waktu lamanya tidak mengalami kesembuhan.
Pasien yang terinfeski virus HIV dapat tidak memperlihatkan tanda dan gejala
selama bertahun-tahun. Sepanjang perjalanan penyakit tersebut sel CD4+
mengalami penurunan jumlahnya dari 1000/ul sebelum terinfeksi menjadi
sekitar 200 – 300/ul setelah terinfeksi 2 – 10 tahun (Stewart, 1997).

1. Respons Adaptif Psikososial - Spiritual


a. Respons Adaptif Psikologis (penerimaan diri)
Pengalaman suatu penyakit akan membangkitkan berbagai perasaan dan reaksi stres,
frustasi, kecemasan, kemarahan, penyangkalan, rasa malu, berduka dan ketidak pastian
menuju pada adaptasi terhadap penyakit.

Tahapan reaksi psikologis pasien HIV (Grame Stewart, 1997) adalah seperti
terlihat pada tabel berikut:
Tabel 1. Reaksi Proses psikologis Hal-hal yang biasa di jumpai
Psikologis Pasien
HIV Reaksi
Merasa bersalah, marah, Rasa takut, hilang akal,
1. Shock (kaget, tidak berdaya frustrasi, rasa sedih, susah,
goncangan batin) acting out
MODUL PEMBELAJARAN No. Formulir :
MODUL KEPERAWATAN
BUKU AJAR KEPERAWATAN Berlaku Sejak :
HIV/AIDS

Revisi :

Merasa cacat dan tidak Khawatir menginfeksi


2. Mengucilkan diri berguna, menutup diri orang lain, murung

Ingin tahu reaksi orang Penolakan, stres,


3. Membuka status lain, pengalihan stres, konfrontasi
secara terbatas ingin dicintai

Berbagi rasa, pengenalan, Ketergantungan, campur


4. mencari orang lain kepercayaan, penguatan, tangan, tidak percaya pada
yang HIV positif dukungan sosial pemegang rahasia dirinya

Perubahan keterasingan Ketergantungan, dikotomi


5. Status khusus menjadi manfaat khusus, kita dan mereka (sema
perbedaan menjadi hal orang dilihat sebagai
yang istmewa, dibutuhkan terinfeksi HIV dan
oleh yang lainnya direspon seperti itu), over
identification

Kubler „Ross (1974) menguraikan lima tahap reaksi emosi seseorang terhadap
penyakit, yaitu.
a) Pengingkaran (denial)
Pada tahap pertama pasien menunjukkan karakteristik perilaku pengingkaran, mereka
gagal memahami dan mengalami makna rasional dan dampak emosional dari diagnosa.
Pengingkaran ini dapat disebabkan karena ketidaktahuan pasien terhadap sakitnya
atau sudah mengetahuinya dan mengancam dirinya. Pengingkaran dapat dinilai dari
ucapan pasien “saya di sini istirahat.” Pengingkaran dapat berlalu sesuai dengan
kemungkinan memproyeksikan pada apa yang diterima sebagai alat yang berfungsi
sakit, kesalahan laporan laboratorium, atau lebih mungkin perkiraan dokter dan
perawat yang tidak kompeten. Pengingkaran diri yang mencolok tampak menimbulkan
kecemasan, pengingkaran ini merupakan buffer untuk menerima kenyataan yang
sebenarnya. Pengingkaran biasanya bersifat sementara dan segera berubah menjadi
fase lain dalam menghadapi kenyataan (Achir Yani, 1999).

b) Kemarahan (anger)
Apabila pengingkaran tidak dapat dipertahankan lagi, maka fase pertama berubah
menjadi kemarahan. Perilaku pasien secara karakteristik dihubungkan dengan marah
dan rasa bersalah. Pasien akan mengalihkan kemarahan pada segala sesuatu yang ada
disekitarnya. Biasanya kemarahan diarahkan pada dirinya sendiri dan timbul
penyesalan. Yang menjadi sasaran utama atas kemarahan adalah perawat, semua
tindakan perawat serba salah, pasien banyak menuntut, cerewet, cemberut, tidak
bersahabat, kasar, menantang, tidak mau bekerja sama, sangat marah, mudah
tersinggung, minta banyak perhatian dan iri hati. Jika keluarga mengunjungi maka
menunjukkan sikap menolak, yang mengakibatkan keluarga segan untuk datang, hal ini
akan menyebabkan bentuk keagresipan (Hudak & Gallo, 1996).
MODUL PEMBELAJARAN No. Formulir :
MODUL KEPERAWATAN
BUKU AJAR KEPERAWATAN Berlaku Sejak :
HIV/AIDS

Revisi :

c) Sikap tawar menawar (bargaining)


Setelah marah-marah berlalu, pasien akan berfikir dan merasakan bahwa protesnya
tidak ada artinya. Mulai timbul rasa bersalahnya dan mulai membina hubungan dengan
Tuhan, meminta dan berjanji merupakan ciri yang jelas yaitu pasien menyanggupi akan
menjadi lebih baik bila terjadi sesuatu yang menimpanya atau berjanji lain jika dia
dapat sembuh (Achir Yani, 1999).

d) Depresi
Selama fase ini pasien sedih/ berkabung mengesampingkan marah dan pertahanannya
serta mulai mengatasi kehilangan secara konstruktif. Pasien mencoba perilaku baru
yang konsisten dengan keterbatasan baru. Tingkat emosional adalah kesedihan, tidak
berdaya, tidak ada harapan, bersalah, penyesalan yang dalam, kesepian dan waktu
untuk menangis berguna pada saat ini. Perilaku fase ini termasuk mengatakan
ketakutan akan masa depan, bertanya peran baru dalam keluarga intensitas depresi
tergantung pada makna dan beratnya penyakit (Netty, 1999).

e) Penerimaan dan partisipasi


Sesuai dengan berlalunya waktu dan pasien beradapatasi, kepedihan dari kesabatan
yang menyakitkan berkurang dan bergerak menuju identifikasi sebagai seseorang yang
keterbatasan karena penyakitnya dan sebagai seorang cacat. Pasien mampu
bergantung pada orang lain jika perlu dan tidak membutuhkan dorongan melebihi daya
tahannya atau terlalu memaksakan keterbatasan atau ketidakadekuatan (Hudak &
Gallo, 1996).
Proses ingatan jangka panjang yang terjadi pada keadaan stres yang kronis akan
menimbulkan perubahan adaptasi dari jaringan atau sel. Adaptasi dari jaringan atau sel
imun yang memiliki hormon kortisol dapat terbentuk bila dalam waktu lain menderita
stres, dalam teori adaptasi dari Roy dikenal dengan mekanisme regulator.

Prosedur Praktikum : wawancara


Prosedur wawancara :
Penerapan komunikasi terapeutik :
1. Tahap pra interaksi:
Sebelum bertemu pasien perawat perlu melakuka evaluasi diri terhadap
kemampuan, kesiapan dan rencana yang akan dilakukan.
a. Evaluasi diri: beberapa pertanyaan yang membantu evaluasi diri:
- Apa pengetahuan yang saya miliki tentang HIV/AIDS?
- Apa yang saya ketahui tentang latar belakang pasien dengan HIV/AIDS?
- Apa yang saya ucapkan saat ketemu pasien dengan HIV/AIDS?
- Bagaimana pengalaman interaksi saya dengan pasien yang lain?
- Apakah saya pernah melakukan komunikasi terapeutik sebelumnya?
b. Kesiapan dan rencana interaksi
- Apakah saat ini kontrak pertama?
- Apakah tujuan pertemuan ini: pengkajjian, observasi, intervensi,
terminasi?
- Bagaimana cara melakukannya?
MODUL PEMBELAJARAN No. Formulir :
MODUL KEPERAWATAN
BUKU AJAR KEPERAWATAN Berlaku Sejak :
HIV/AIDS

Revisi :

- Siapkan rencana percakapan yang akan dilakukan pada saat


berinteraksi dengan pasien
- Tekhnik komunikasi apa yang akan saya lakukan
- Apa langkah-langkah yang akan dilakukan sesuai SOP ataupun daftar
tilik
2. Tahap perkenalan:
Hal yang perlu diperhatikan dalam tahapan ini:
a. Memberi salam
b. Mengevaluasi keadaan pasien : (bagaimana perasaan bapak/ ibu hari ini?)
c. Menyepakati kontrak : kesepakatan tentang pertemuan terkait dengan
topik tindakan yang akan dilakukan, tempat bercakap dan lama waktu
d. Topik atau tindakan yang akan dilakukan (bagaimana jika kita akan
melakukan wawancara terkait keluhan yang dirasakan?)
3. Tahap orientasi
Tahap orientasi dilaksanakan pada awal pertemuan kedua dan selanjutnya.
Tahapan ini untuk mengevaluasi kondisi pasien, memvalidasi rencana yang
telah perawat buat. Umumnya dikaitkan dengan hal yang telah dilakukan
bersama pasien.
a. Memberi salam
b. Mengevaluasi keadaan pasien : (bagaimana perasaan bapak/ ibu hari ini?...
adakah hal yang terjadi sebelum kita bertemu hari ini? ...)
c. Menyepakati kontrak : setiap berinteraksi dengan pasien dikaitkan dengan
kontrak sebelumnya
d. Topik atau tindakan yang akan dilakukan (sesuai dengan janji kita kemarin
kita ketemu kembali untuk membantu ibu/bapak untuk mengungkapkan
perasaan yang terdalam yang ibu/bapak rasakan saat ini?)
e. Waktu : selama 10 menit
f. Tempat : diruang pasien
4. Tahap kerja
Merupakan inti hubungan perawat dan pasien yang berkaitan dengan rencana
tindakan keperawatan
Contoh : komunikasi saat ibu mengalami kesedihan, coba bhawa ibu mampu
mengungkapkan kesedihan yang ibu rasakan saat ini?
5. Tahap terminasi
Terbagi menjadi terminasi sementara dan terminasi akhir.
a. Terminasi sementara:terminasi akhir dari tiap pertemuan perawat dan
pasien. Saat terminasi perawat akan bertemu kembali dengan pasien pada
waktu yang telah ditentukan pada hari berikutnya.
- Evaluasi hasil: bagaiman perasaan ibu/bapak setelah ibu/bapak mampu
mengungkapkan kesedihan yang selama ini dirasakan.
- Tindak lanjut: kapan rencana kita untuk bisa berbincang kembali, untuk
melaksanakan tindakan selanjutnya
- Kontrak yang akan datang: waktu, tempat dan topik
b. Terminasi akhir terjadi jika pasien telah mampu menyelesaikan masalah
yang terjadi.
MODUL PEMBELAJARAN No. Formulir :
MODUL KEPERAWATAN
BUKU AJAR KEPERAWATAN Berlaku Sejak :
HIV/AIDS

Revisi :

- Evaluasi hasil: subjektif: bagaiman perasaan ibu/bapak setelah


ibu/bapak mampu mengungkapkan kesedihan yang selama ini
dirasakan. Objektif: pasien tidak menunjukan kesedihan kembali, mampu
mengatsai kesedihannya.
- Tindak lanjut: bagaimanakah tindakan selanjutnya jika dalam kondisi
yang sama

D. Penugasan:
- Perhatikan tahapan komunikasi terapeutik pada video
- Apakah komunikasi terapeutik yang terjadi sudah sesuai tahapan?
- Identifikasi keluarga terkait dampak psikkologis yang terjadi?
- Bagaimanakah Respon petugas kesehatan terhadap pasien tersebut?

E. Daftar Tilik wawancara


LEMBAR CHECKLIST WAWANCARA
Berikan tanda ( ) pada kegiatan yang dilakukan mahasiswa
KOMUNIKASI TERPEUTIK
INSTRUMEN EVALUASI
PELAKSANAAN KOMUNIKASI TERAPEUTIK

MAHASISWA
NO ASPEK PENILAIAN
         
  PRA INTERAKSI:          
1
Mengenal diri pasien          
2
Menyatakan ideal diri          
3
Menyatakan norma          
4
Menyatakan kelebihan dan kekurangan diri          
5
Mengenal perasaan sendiri          
6
Menyatakan perasaan          
7
Menyatakan penyebabnya          
8
Usaha untuk mengatasinya          
9
Mengetahui tujuan interaksi :          
10
Membuat rancangan komunikasi :data pasien          
  Masalah keperawatan yang mungkin muncul          
  membuat strategi komunikasi sesuai tujuan          
  FASE ORIENTASI          
11 Memberi salam (tersenyum ramah, memanggil dengan nama yang disukai,          
  validasi diri dan tujuan)          
Menciptakan trust (kontak mata, memperhatikan dan menerima pasien,
12 tidak kaku, empati)          
  FASE KERJA          
MODUL PEMBELAJARAN No. Formulir :
MODUL KEPERAWATAN
BUKU AJAR KEPERAWATAN Berlaku Sejak :
HIV/AIDS

Revisi :

13 Menanyakan perasaaan pasien          


14 Menanyakan pengalaman pasien terkait kondisi yang dirasakan          
15 Menanyakan pengalaman pasien terdiagnois HIV (status positif HIV)          
Respon verbal dan non verbal(menanggapi pembicaraan ; menyimak
16 pembicaraan,          
sabar dan respek, memberi pujian terhadap hal positif, menanggapi dengan
  teknik yang tepat)          
17 Menayakan keluhan utama          
18 Menanyakan RPS : mengembangkan PQRST          
19 Menanyakan alasan masuk RS          
20 Menanyakan RPD : pengobatan, hospitalisasi, penyakit penyerta lain          
21 Menanykan RPK : penyakit degeneratif          
22 Menanyakan dampak sosial          
23 Menanyakan spiritual terkait kondisi sakit          
24 Menanyakan ADL :riwayat penularan          
25 Status nutrisi, pola eliminasi, aktifitas          
  POST INTERAKSI          
26 Menjelaskan perasaan diri setelah wawancara, penyebab untuk mengatasi          
27 Menjelaskan respon pasien (fase denial, anger, bargaining,          
  depresi, aceptance)          
  Nilai = (skor/27) x 100          

Penilai,

( )

F. Evaluasi
1. Lakukan ekspres feeling
2. Lakukan pelaksanaan komunikasi terapeutik dengan teman
3. Bagaimanakah tahapan komunikasi terapeutik?

G. Referensi

MODUL IV : PEMERIKSAAN FISIK PASIEN HIV/AIDS


MODUL PEMBELAJARAN No. Formulir :
MODUL KEPERAWATAN
BUKU AJAR KEPERAWATAN Berlaku Sejak :
HIV/AIDS

Revisi :

A. Tinjauan mata kuliah (CPL)


1. Mematuhi dan disiplin terhadap etika profesi serta undang-undang dalam
melaksanakan praktek keperawatan (CPL 3)
2. Membangun kerjasama secara multidisiplin kelimuan dan memiliki kepekaan
sosial serta kepedulian terhadap masyarakat dan lingkungan (CPL 5)
3. Menguasai dan menerapkan filosofi, paradigma, teori keperawatan,
berdasarkan nilai kemanusiaan dan aspek sosial budaya (CPL 6)
4. Menguasai dan menerapkan ilmu biomedik serta informatika keperawatan
dalam memberikan asuhan keperawatan (CPL 7)
5. Menguasai dan menerapkan konsep, prinsip serta prosedur pelaksanaan dalam
asuhan keperawatan secara mandiri atau berkelompok pada bidang ilmu
keperawatan dasar, keperawatan medikal bedah, keperawatan anak, keperawatan
maternitas, keperawatan jiwa, keperawatan keluarga, keperawatan gerontik,
keperawatan komunitas, keperawatan gawat darurat dan kritis, manajemen
keperawatan, keperawatan bencana, keselamatan dan kesehatan kerja dengan
menggunakan komunikasi therapeutik dalam metode ilmiah (CPL 8)
6. Menunjukkan kemampuan komunikasi dengan menggunakan bahasa nasional dan
internasional secara efektif pada lingkup pelayanan keperawatan, interdisiplin dan
masyarakat (CPL 11)

B. Capaian Mata Kuliah (CPMK)


1. Setelah menyelesaikan mata kuliah ini mahasiswa diharapakan mampu
melakukan asuhan pada pasien dengan HIV/AIDS, penyalahgunaan zat,
perawatan ibu dan bayi dengan ODHA, orangtua dengan HIV/ AIDS (CPL 5,
CPL 6, CPL 7, CPL 8).
2. Setelah menyelesaikan mata kuliah ini mahasiswa diharapkan mampu menjelaskan
konsep Family Center pada ODHA dan Stigma ODHA (CPL 3, CPL 8).

C. Uraian Materi
1. ASUHAN KEPERAWATAN RESPONS BIOLOGIS (ASPEK FISIK)
Aspek fisik pada PHIV adalah pemenuhan kebutuhan fisik sebagai akibat dari
tanda dan gejala yang terjadi. Aspek perawatan fisik meliputi (a) universal
precautions; (b) Pengobatan Infeksi Skunder dan Pemberian ARV; (d) Pemberian
Nutrisi; dan (e) aktifitas dan istirahat.
a. Universal Precautions Selama sakit, penerapan universal precautions oleh
perawat, keluarga dan pasien sendiri sangat penting. Hal ini ditujukan untuk
mencegah terjadinya penularan virus HIV.
b. Prinisip-prinsip universal precautions meliputi:
a) Menghindari kontak langsung dengan cairan tubuh. Bila menangani cairan
tubuh pasien gunakan alat pelindung, seperti sarung tangan, masker, kaca mata
pelindung, penutup kepala, apron, sepatu boot. Penggunaan alat pelindung
disesuaikan dengan jenis tindakan yang dilakukan.
b) Mencuci tangan sebelum dan sesudah melakukan tindakan, termasuk setelah
melepas sarung tangan.
MODUL PEMBELAJARAN No. Formulir :
MODUL KEPERAWATAN
BUKU AJAR KEPERAWATAN Berlaku Sejak :
HIV/AIDS

Revisi :

c) Dekontaminasi cairan tubuh pasien.


d) Memakai alat kedokteran sekali pakai atau sterilisasi semua alat kedokteran
yang dipakai (tercemar). Jangan memakai jarum suntik lebih dari satu kali,
dan jangan dimasukkan ke dalam penutup jarum atau dibengkokkan
e) pemeliharaan kebersihan tempat pelayanan kesehatan.
f) membuang limbah yang tercemar berbagai cairan tubuh secara benar dan
aman (Depkes RI, 1997).

c. Peran Perawat dalam Pemberian ARV Penggunaan obat ARV Kombinasi 1.


Manfaat penggunaan obat dalam bentuk kombinasi adalah: – Memperoleh
khasiat yang lebih lama untuk memperkecil kemungkinan terjadinya resistensi
– Meningkatkan efektifitas dan lebih menekan aktivitas virus. Bila timbul efek
samping, bisa diganti obat lainnya dan bila virus mulai resisten terhadap obat
yang sedang digunakan, bisa memakai kombinasi lain.

Efektivitas obat ARV kombinasi: – ARV kombinasi lebih efektif karena


mempunyai khasiat ARV yang lebih tinggi dan menurunkan viral load lebih
tinggi dibanding penggunaan satu jenis obat saja. – Kemungkinan terjadinya
resistensi virus kecil, akan tetapi bila pasien lupa minum obat dapat
menimbulkan terjadinya resistensi – Kombinasi menyebabkan dosis masing-
masing obat lebih kecil, sehingga kemungkinan efek samping lebih kecil. Efek
samping obat
a) Efek samping jangka pendek adalah: mual, muntah, diare, sakit kepala, lesu
dan susah tidur. Efek samping ini berbeda-beda pada setiap orang, jarang
pasien mengalami semua efek samping tersebut. Efek samping jangka
pendek terjadi segera setelah minum obat dan berkurang setelah beberap
minggu. Selama beberapa minggu penggunaan ARV, diperbolehkan minum
obat lain untuk mengurangi efek samping.
b) Efek samping jangka panjang ARV belum banyak diketahui
c) Efek samping pada wanita: efek samping pada wanita lebih berat dari pada
pada laki-laki, salah satu cara mengatasinya adalah dengan menggunakan
dosis yang lebih kecil. Beberapa wanita melaporkan menstruasinya lebih
berat dan sakit, atau lebih panjang dari biasanya, namun ada juga wanita
yang berhenti sama sekali menstruasinya. Mekanisme ini belum diketahui
secara jelas. Kepatuhan minum obat terkait Kepatuhan terhadap aturan
pemakaian obat membantu mencegah terjadinya resistensi dan menekan
virus secara terus menerus.

d. Pemberian Nutrisi
Pasien dengan HIV/AIDS (ODHA) sangat membutuhkan beberapa unsur
vitamin dan mineral dalam jumlah yang lebih banyak dari apa yang biasanya
diperoleh dalam makanan sehari-hari. Sebagian besar ODHA akan mengalami
defisiensi vitamin sehingga memerlukan makanan tambahan (New Mexico
AIDS Infonet, 2004 & Falma Foundation, 2004). Defisiensi vitamin dan mineral
pada ODHA dimulai sejak masih stadium dini. Walaupun jumlah makanan
ODHA sudah cukup dan berimbang seperti orang sehat, tetapi akan tetap
MODUL PEMBELAJARAN No. Formulir :
MODUL KEPERAWATAN
BUKU AJAR KEPERAWATAN Berlaku Sejak :
HIV/AIDS

Revisi :

terjadi defisiensi vitamin dan mineral (Anya, 2002). Berdasarkan beberapa hal
tersebut, selain mengkonsumsi jumlah yang tinggi, para ODHA juga harus
mengkonsumsi suplementasi atau nutrisi tambahan. Pemberian nutrisi
tambahan bertujuan agar beban ODHA tidak bertambah akibat defisiensi
vitamin dan mineral.

e. Aktivitas dan Istirahat


Manfaat Olah Raga Terhadap Imunitas Tubuh Hampir semua organ berespon
terhadap stres olah raga, pada keadaan akut, olah raga berefek buruk pada
kesehatan, sebaliknya, olah raga yang dilakukan secara teratur menimbulkan
adaptasi organ tubuh yang berefek menyehatkan (Simon, 1988 dalam Ader
1991) Olah raga yang dilakukan secara teratur menghasilkan perubahan pada
jaringan, sel, dan protein pada sistem imun.

2. ASUHAN KEPERAWATAN RESPONS ADAPTIF PSIKOLOGIS (STRATEGI


KOPING)
Mekanisme koping adalah mekanisme yang digunakan individu untuk menghadapi
perubahan yang diterima. Apabila mekanisme koping berhasil, maka orang
tersebut akan dapat beradaptasi terhadap perubahan tersebut. Mekanime koping
dapat dipelajari, sejak awal timbulnya stresor dan orang menyadari dampak dari
stresor tersebut (Carlson, 1994). Kemampuan koping dari individu tergantung dari
temperamen, persepsi, dan kognisi serta latar belakang budaya/norma dimana dia
dibesarkan (Carlson, 1994).

Mekanisme koping terbentuk melalui proses belajar dan mengingat. Belajar disini
adalah kemampuan menyesuaikan diri (adaptasi) pada pengaruh faktor internal
dan eksternal (Nursalam, 2003). Koping yang efektif menempati tempat yang
central terhadap ketahanan tubuh dan daya penolakan tubuh terhadap gangguan
maupun serangan suatu penyakit baik bersifat fisik maupun psikis, sosial, spiritual.
Perhatian terhadap koping tidak hanya terbatas pada sakit ringan tetapi justru
penekanannya pada kondisi sakit yang berat (Notosoedirdjo M, 1998 & Keliat,
1999).

Lipowski membagi koping dalam 2 bentuk , yaitu coping style dan coping strategy.
Coping style merupakan mekanisme adaptasi individu meliputi mekanisme
psikologis dan mekanisme kognitif dan persepsi. Sifat dasar coping style adalah
mengurangi makna suatu konsep yang dianutnya, misalnya penolakan atau
pengingkaran yang bervariasi yang tidak realistis atau berat (psikotik) hingga
pada tingkatan yang sangat ringan saja terhadap suatu keadaan.

Coping strategy merupakan koping yang digunakan individu secara sadar dan
terarah dalam mengatasi sakit atau stresor yang dihadapinya. Terbentuknya
mekanisme koping bisa diperoleh melalui proses belajar dalam pengertian yang
luas dan relaksasi. Apabila individu mempunyai mekanisme koping yang efektif
dalam menghadapi stresor, maka stresor tidak akan menimbulkan stres yang
MODUL PEMBELAJARAN No. Formulir :
MODUL KEPERAWATAN
BUKU AJAR KEPERAWATAN Berlaku Sejak :
HIV/AIDS

Revisi :

berakibat kesakitan (disease), tetapi stresor justru menjadi stimulan yang


mendatangkan wellness dan prestasi.
1. Strategi Koping (Cara Penyelesaian Masalah) Beradaptasi terhadap penyakit
memerlukan berbagai strategi tergantung ketrampilan koping yang bisa
digunakan dalam menghadapi situasi sulit. Menurut Mooss (1984) yang
dikutip Brunner dan Suddarth menguraikan tujuh koping yang negatif kategori
keterampilan.
2. Koping yang negatif terdiri dari :
a. Penyangkalan (avoidance) Penyangkalan meliputi penolakan untuk
menerima atau menghargai keseriusan penyakit. Pasien biasanya
menyamarkan gejala yang merupakan bukti suatu penyakit atau
mengacuhkan beratnya diagnosis penyakit dan penyangkalan ini
merupakan mekanisme pertahanan ego yang melindungi terhadap
kecemasan.
b. Menyalahkan diri sendiri (self-blame). Koping ini muncul sebagai reaksi
terhadap suatu keputusasaan. Pasien merasa bersalah dan semua yang
terjadi akibat dari perbuatannya.
c. Pasrah (Wishfull thinking). Pasien merasa pasrah terhadap masalah yang
menimpanya, tanpa adanya usaha dan motivasi untuk menghadapi.
3. Mencari informasi Keterampilan koping dalam mencari informasi mencakup
Mengumpulkan informasi yang berkaitan yang dapat menghilangkan
kecemasan yang disebabkan oleh salah konsepsi dan ketidakpastian.
Menggunakan sumber intelektual secara efektif Pasien sering merasa terhibur
oleh informasi mengenai penyakit, pengobatan dan perjalanan penyakit yang
diperkirakan terjadi.
4. Meminta dukungan emosional Kemampuan untuk mendapat dukungan
emosional dari keluarga, sahabat dan pelayanan kesehatan sementara
memelihara rasa kemampuan diri sangat penting. Koping ini bermakna untuk
meraih bantuan dari orang lain sehingga akan memelihara harapan melalui
dukungan.
5. Pembelajaran perawatan diri Belajar merawat diri sendiri menunjukkan
kemampuan dan efektifitas seseorang, ketidakberdayaan seseorang akan
berkurang karena rasa bangga dalam percepatan membantu memulihkan dan
memelihara harga diri.
6. Menetapkan tujuan kongkrit, terbatas Keseluruhan tugas beradaptasi
terhadap penyakit serius tampak membingungkan pada awalnya namun tugas
tersebut dapat dikuasai dengan membagi-bagi tugas tersebut menjadi tujuan
yang lebih kecil dan dapat ditangani akhirnya mengarah pada keberhasilan.
Hal ini dapat dilaksanakan bila motivasi tetap dijaga dan perasaan tidak
berdaya dikurangi. f) Mengulangi hasil alternatif Selalu saja ada alternatif lain
dalam setiap situasi, dengan memahami pilihan tersebut akan membatu
pasien merasa berjurang ketidakberdayaannya. Dengan menggali pilihan
tersebut bersama perawat dalam keluarga akan membatu membuka realitas
sebagai dasar untuk membuat keputusan selanjutnya.

3. ASUHAN KEPERAWATAN RESPONS SOSIAL (KELUARGA DAN PEER GROUP)


MODUL PEMBELAJARAN No. Formulir :
MODUL KEPERAWATAN
BUKU AJAR KEPERAWATAN Berlaku Sejak :
HIV/AIDS

Revisi :

Dukungan sosial sangat diperlukan terutama pada PHIV yang kondisinya sudah
sangat parah. Individu yang termasuk dalam memberikan dukungan sosial
meliputi pasangan (suami/istri), orang tua, anak, sanak keluarga, teman, tim
kesehatan, atasan, dan konselor. Dukungan sosial terutama dalam konteks
hubungan yang akrab atau kualitas hubungan perkawinan dan keluarga
barangkali merupakan sumber dukungan sosial yang paling penting (Rodin &
Salovey, 1989 dikutip Smet, 1994) Dukungan sosial terdiri dari informasi atau
nasehat verbal dan atau non verbal, bantuan nyata atau tindakan yang diberikan
oleh keakraban sosial atau didapat karena kehadiran mereka dan mempunyai
manfaat emosional atau efek perilaku bagi pihak penerima (Gottlieb, 1983
dikutip Smet, 1994)
Jenis dukungan sosial terdiri dari:
a. Dukungan Emosional Mencakup ungkapan empati, kepedulian dan perhatian
terhadap orang yang bersangkutan
b. Dukungan Penghargaan Terjadi lewat ungkapan hormat/ penghargaan positif
untuk orang lain itu, dorongan maju atau persetujuan dengan gagasan atau
perasaan individu dan perbandingan positif orang itu dengan orang lain
misalnya orang itu kurang mampu atau lebih buruk keadaannya (menambah
harga diri)
c. Dukungan Instrumental Mencakup bantuan langsung misalnya orang
memberi pinjaman uang, kepada orang yang membutuhkan atau menolong
dengan memberi pekerjaan pada orang yang tidak punya pekerjaan.
d. Dukungan Informatif Mencakup pemberian nasehat, petunjuk, sarana.
Hampir setiap orang tidak mampu menyelesaikan masalah sendiri, tetapi mereka
memerlukan bantuan orang lain. Berdasarkan hasil penelitian bahwa dukungan
sosial merupakan mediator yang penting dalam menyelesaikan masalah
seseorang. Hal ini karena individu merupakan bagian dari keluarga, teman
sekolah atau kerja, kegiatan agama ataupun bagian dari kelompok lainnya.

Asuhan keperawatan yang diberikan pada keluarga pada dasarnya adalah


serangkaian kegiatan yang diberikan melalui praktik keperawatan kepada
keluarga, untuk membantu menyelesaikan masalah kesehatan dengan
menggunakan pendekatan proses keperawatan. Tujuan dari asuhan keperawatan
keluarga dengan AIDS adalah ditingkatkannya kemampuan keluarga dalam :

1. memahami masalah HIV/AIDS pada keluarganya


2. memutuskan tindakan yang tepat untuk mengatasi HIV/AIDS
3. melakukan tindakan keperawatan pada anggota keluarga yang menderita
HIV/AIDS
4. memelihara lingkungan (fisik, psikis dan sosial) sehingga dapat menunjang
peningkatan kesehatan keluarga
5. memanfaatkan sumber daya yang ada dalam masyarakat misalnya:
puskesmas, puskesmas pembantu, kartu sehat untuk memperoleh pelayanan
kesehatan.
6. menurunkan stigma sosial
MODUL PEMBELAJARAN No. Formulir :
MODUL KEPERAWATAN
BUKU AJAR KEPERAWATAN Berlaku Sejak :
HIV/AIDS

Revisi :

4. ASUHAN KEPERAWATAN RESPONS SPIRITUAL

Asuhan keperawatan pada aspek spiritual ditekankan pada penerimaan pasien


terhadap sakit yang dideritanya (Ronaldson, 2000). Sehingga PHIV akan dapat
menerima dengan ikhlas terhadap sakit yang dialami dan mampu mengambil hikmah.
Asuhan keperawatan yang dapat diberikan adalah:
a. Menguatkan harapan yang realistis kepada pasien terhadap kesembuhan Harapan
merupakan salah satu unsur yang penting dalam dukungan sosial. Orang bijak
mengatakan “hidup tanpa harapan, akan membuat orang putus asa dan bunuh
diri”. Perawat harus meyakinkan kepada pasien bahwa sekecil apapun
kesembuhan, misalnya akan memberikan ketenangan dan keyakinan pasien untuk
berobat.
b. Pandai mengambil hikmah Peran perawat dalam hal ini adalah mengingatkan dan
mengajarkan kepada pasien untuk selalu berfikiran positif terhadap semua cobaan
yang dialaminya. Dibalik semua cobaan yang dialami pasien, pasti ada maksud dari
Sang Pencipta. Pasien harus difasilitasi untuk lebih mendekatkan diri kepada Sang
Pencipta dengan jalan melakukan ibadah secara terus menerus. Sehingga pasien
diharapkan memperoleh suatu ketenangan selama sakit.
c. Ketabahan hati, Karakteristik seseorang didasarkan pada keteguhan dan
ketabahan hati dalam menghadapi cobaan. Individu yang mempunyai kepribadian
yang kuat, akan tabah dalam menghadapi setiap cobaan. Individu tersebut
biasanya mempunyai keteguhan hati dalam menentukan kehidupannya.
Ketabahan hati sangat dianjurkan kepada PHIV. Perawat dapat menguatkan diri
pasien dengan memberikan contoh nyata dan atau mengutip kitab suci atau
pendapat orang bijak; bahwa Tuhan tidak akan memberikan cobaan kepada
umatNYA, melebihi kemampuannya (Al. Baqarah, 286). Pasien harus diyakinkan
bahwa semua cobaan yang diberikan pasti mengandung hikmah, yang sangat
penting dalam kehidupannya.

5. Pengkajian sistem imun


a. Prosedur Wawancara
a. Keluhan utama: umumnya pasien mengeluhkan ketidaknyamanan pada
kulit seperti gatal, rasa panas pada kulit, nyeri, atau ada penonjolan pada
kulit terkait etiologi masing-masing. Gangguan pada kulit juga dipengaruhi
kebersihan kulit. Selain itu trauma seperti luka bakar juga menimbulkan
keluhan seperti panas dan nyeri.Tak jarang pasien juga mengeluhkan
adanya penurunan sensasi pada kulit atau munculnya luka yang sulit
sembuh.
b. Riwayat sekarang dan atau dahulu: riwayat alergi, gangguan ginjal,
hipertensi, obesitas (adanya striae pada kulit), riwayat penyakit imunitas
seperti SLE, kebiasaaan personal hygiene, dan kebersihan tempat tinggal.
Riwayat diabetes melitus juga mempengaruhi terjadinya luka akibat
adanya neuropati sensorik dan otonom sehingga pasien beresiko
mengalami ulkus diabetik
MODUL PEMBELAJARAN No. Formulir :
MODUL KEPERAWATAN
BUKU AJAR KEPERAWATAN Berlaku Sejak :
HIV/AIDS

Revisi :

c. Riwayat Keluarga: penyakit keluarga yang dapat mempengaruhi pasien


umumnya berkaitan dengan genetik seperti riwayat alergi dan imunitas.
Selain itu kondisi lingkungan fisik tempat tinggal juga dapat mempengaruhi
kondisi penyakit pasien saat ini khususnya yang terkait sistem integumen.
Riwayat diabetes melitus pada keluarga juga dapat menjadi predisposisi
terjadinya diabetes melitus pada pasien yang mempunyai resiko
komplikasi ke sistem integumen.

Pengkajian sistem imun melibatkan seluruh sistem. Faktor dan kejadian


mencakup infeksi, kelainan alergi, kelainan autoimun, penyakit neoplasma,
keadaan sakit yang kronis, riwayat pembedahan, imunisasi, penggunaan obat-
obatan, transfusi darah, faktor lain yang mempengaruhi fungsi imun dan tes
diagnostik.
1. Pemeriksaan fisik: kondisi kulit dan membran, (pengkajian sistem integumen)
2. Pemeriksaan kelenjar limfe: aksilaris, inguinalis, anterior dan posterior.
Pemeriksaan sendi untuk mengetahui adanya nyeri tekan, pembengkakan,
3. Status respirasi: frekuensi napas, adanya batuk, hiperventilasi, bronkospasme
4. Status kardiovaskuler: hipotensi, disritmia, takikardia, anemia, vaskulitis.
5. Status gastrointestinal: kemungkinan hepatosplenomegali, kolitis, diare dan
vomitus
6. Status urogenital: tanda-tanda infeksi saluran kemih, hematuria, adanya
pengeluaran sekret pada genitalia
7. Status neurosensorik: gangguan fungsi kognitif, ganguan pendengaran.
Perubahan visual, sakit kepala, migrain, ataxia, dan tetani.

D. Penugasan
1. Lakukan pengkajian dan pemeriksaan fisik pasien HIV/AIDS
2. Identifikasi kebutuhan pasien meliputi aspek bio, psiko, sosial, spiritual
MODUL PEMBELAJARAN No. Formulir :
MODUL KEPERAWATAN
BUKU AJAR KEPERAWATAN Berlaku Sejak :
HIV/AIDS

Revisi :

E. Daftar Tilik

F. Evaluasi
1. Lakukan pemeriksaan fisik kepada teman
G. Referensi
MODUL PEMBELAJARAN No. Formulir :
MODUL KEPERAWATAN
BUKU AJAR KEPERAWATAN Berlaku Sejak :
HIV/AIDS

Revisi :

1. Mahasiswa mampu melakukan analisa kasus sistem imun dan integumen


Kasus I:
Seorang laki-laki bermur 34 tahun di rawat di ruang bedah dengan keluhan
sesak napas yang disertai batuk- batuk. Terdiagnosis Tb- HIV. hasil pengkajian
pasien tampak sesak, RR : 30x/menit, terdengar bunyi ronchi dan wheezing pada
kedua lapang paru. Vokal premitus paru menurun. Selama dirawat tidak ada
keluarga yang menjaga klien,menurut klien keluarganya tidak mau berhubungan
dengan klien lagi. Klien sebelumnya seorang pemain band yang dilingkungan
pergaulannya membuat klien menjadi seorang pecandu narkoba dengan jarum
suntik IDU(injecting drug user). Hasil laboratorium: CD4 :150 sel/mm3. Hasil
Rontgen: Tuberculosis paru
Tugas :
a. Anamnesa dan Pemeriksaan fisik yang perlu ditambahkan
b. Pemeriksaan penunjang ataupun diagnostik yang perlu ditambahkan
c. Buatlah analisa data (pathway sampai muncul masalah)
d. Buat perencanaan NOC dan NIC sesuai NANDA

Kasus III:
Seorang perempuan Ny. T berusia 28 tahun terdiagnosis HIV/AIDS sejak 4 tahun
yang lalu. Saat ini pasien merasa sedih karena anak pertama pasien telah
meninggal 2 minggu yang lalu dengan HIV/AIDS. Suami seorang pemakai
narkoba sabu dan pengedar, saat ini sedang menjalankan hukuman karena
kesalahan. Keadaaan fisik tampak lemah, berat badan mengalami penurunan 10
Kg, pasien mengeluh gatal, kulit berbintik hitam (papula, dan eritema).
Keluarga besar tidak mengakui Ny. T karena dianggap pembawa sial. Sehingga
keluarga menjauhi pasien.
Tugas :
a. Anamnesa dan Pemeriksaan fisik yang perlu ditambahkan
b. Pemeriksaan penunjang ataupun diagnostik yang perlu ditambahkan
c. Buatlah analisa data (pathway sampai muncul masalah)
d. Buat perencanaan NOC dan NIC sesuai NANDA
MODUL PEMBELAJARAN No. Formulir :
MODUL KEPERAWATAN
BUKU AJAR KEPERAWATAN Berlaku Sejak :
HIV/AIDS

Revisi :

Anda mungkin juga menyukai