MODUL HIV 1819 Akre
MODUL HIV 1819 Akre
Formulir :
MODUL KEPERAWATAN
BUKU AJAR KEPERAWATAN Berlaku Sejak :
HIV/AIDS
Revisi :
Disusun Oleh:
Revisi :
TENTANG
PENETAPAN MODUL KEPERAWATAN HIV/AIDS
PADA PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN
SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN FALETEHAN SERANG
BISMILLAAHIRROHMAANIRROHIIM
KETUA PROGRAM STUDI ILMU KESEHATAN FALETEHAN
SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN FALETEHAN SERANG
MEMUTUSKAN
Menetapkan :
Pertama : Menetapkan modul pembelajaran Mata Kuliah Keperawatan
HIV/AIDS pada Program Studi Ilmu Keperawatan STIKes
Faletehan Serang Tahun 2014/2015.
Revisi :
DITETAPKAN DI : SERANG
PADA TANGGAL : 19 MARET 2019
Ketua PSIK STIKes Faletehan
Revisi :
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur kehadiran Allah SWT karena berkat rahmat dan hidayah-Nya kami
telah menyelesaikan pembuatan modul pembelajaran mata kuliah Keperawatan
HIV/AIDS. Salawat serta salam kami haturkan kepada Nabi Muhammad SaW beserta
sahabat dan keluarganya. Ucapan terima juga kami berikan kepada semua pihak yang
telah membantu dalam menyelesaikan modul pembelajaran ini.
Modul ini bertujuan memfasilitasi mahasiswa dalam pembelajaran mandiri dan
menjadi panduan dalam menyelesaikan tugas pembelajaran. Modul pembelajaran
mata kuliah Keperawatan HIV/AIDS ini berisi tentang pokok bahasan terkait asuhan
keperawatan pasien dewasa yang mengalami berbagai gangguan sistem tubuh, karena
yang terfokus bermasalah pada sistem imun. Pada modul ini khususnya dibahas
tentang komunikasi terapeutik dalam pendekatan wawancara, damn pendekatan pada
situasi pasien dengan HIV/AIDS
Di dalam penyusunan materi modul ini masih banyak kekurangan, sehingga kami
sangat berharap adanya masukan dan saran untuk menyempurnakan modul ini kelak.
Semoga modul pembelajaran ini memberi manfaat bagi mahasiswa dan pembaca
sekalian.
Hormat Kami,
Penyusun
MODUL PEMBELAJARAN No. Formulir :
MODUL KEPERAWATAN
BUKU AJAR KEPERAWATAN Berlaku Sejak :
HIV/AIDS
Revisi :
DAFTAR ISI
Halaman
Kata Pengantar Ii
Daftar Isi Iii
Modul I 1
Modul II 16
Modul III 26
Modul IV 36
Modul V 48
MODUL PEMBELAJARAN No. Formulir :
MODUL KEPERAWATAN
BUKU AJAR KEPERAWATAN Berlaku Sejak :
HIV/AIDS
Revisi :
C. Uraian Materi
Pertahanan non spesifik lain: keringat, air mata dari kelenjar air mata (keduanya
mengandung enzim lisosom yang dapat membunuh mikroorganisme).
Pertahanan lain: rambut di hidung, silia di saluran pernafasan atas, asam
lambung. Mikroorganisme yang normal berada di kulit dan mukosa menjadi
barrier pertumbuhan mikroorganisme berbahaya.
MODUL PEMBELAJARAN No. Formulir :
MODUL KEPERAWATAN
BUKU AJAR KEPERAWATAN Berlaku Sejak :
HIV/AIDS
Revisi :
D. Penugasan
Jawab:
Respon Peradangan
Ketika jaringan mengalami kerusakan karena abrasi, luka tusuk, luka bakar, infeksi
atau racun, akan mengalami peradangan. Respon peradangan mengalami beberapa
fase. Efek lokal kerusakan jaringan dan infeksi adalah: kemerahan, panas,
pembengkakan, dan nyeri. Kemerahan dan panas disebabkan karena vasodilatasi yang
meningkatkan aliran darah. Edema/bengkak disebabkan meningkatnya jumlah dan
tekanan cairan interstisial. Nyeri disebabkan karena adanya tekanan pada reseptor dan
produk zat kimia yang mengiritasi ujung-ujungn syaraf. Jika kerusakan jaringan cukup
luas atau terjadi infeksi yang melluas, peradangan akan menyebabkan efeks sistemik
seperti perubahan pada Heart Rate, dan Respiration Rate , peningkatan suhu tubuh dan
kelelahan. Ketika sejumlah besar netrofil menyerang melepaskan pirogen, bahan kimia
yang meningkatkan suhu tubuh dengan mempengaruhi pusat pengaturan suhu di
hipotalamus maka suhu tubuh akan meningkat. Peningkatan suhu tubuh ini membantu
untuk menyerang agen infeksi dengan meningkatkan aliran darah dan aktivitas
leukosit di area, dan menghambat pertumbuhan mikroorganisme penyebab infeksi.
Rangkaian proses/kejadian respon peradangan:
1. Saat jaringan mengalami kerusakan akan melepaskan histamin, kinin dan zat
lain dari sel, sel mast dan basophil yang rusak.
2. Zat-zat tersebut diatas menyebabkan vasodilatasi dan menyebabkan
peningaktan aliran darah dan meningkatakan permeabilitas membran kapiler.
Sehingga protein plasma, fibrinogen dan sel-sel darah bisa melewatinya.
3. Jaringan yang utuh dillindungi oleh jaringan yang rusak dengan membentuk
sumbat fibrinogen di area injuri.
4. Leukosit menginfasi area luka, yang pertama kali adalah netrofil yang datang ke
area luka dengan arahan dari zat kimia tertentu yang dilepaskan oleh
mikroorganisme (proses disebut dengan kemotaksis)
5. Leukosit melewati pembuluh darah dengan cara diapedesis
6. Aksi netrofil dilanjutkan oleh monosit, makrofag dan histosit.
7. Netrofil saat memasuki area lluka merupakan sel yang matang dan siap
menyerang mikroorganisme.
8. Monosit memasuki area luka dalam keadaan sel yang imatur. Setelah
memasuki area luka berdifferensiasi menjadi sel yang matang yaitu makrofag yang
memiliki kapasitas menyerang lebih besar dibandingkan dengan netrofil.
9. Drainase dari cairan limfe di jaringan, debris, protein dan sel infeksius dari area
yang rusak memulai respon pertahanan tubuh spesifik.
MODUL PEMBELAJARAN No. Formulir :
MODUL KEPERAWATAN
BUKU AJAR KEPERAWATAN Berlaku Sejak :
HIV/AIDS
Revisi :
Jawab 2:
Reaksi sistem pertahanan tubuh spesifik
Revisi :
E. Evaluasi
1. Jelaskan anatomi dan fisiologi sistem imunitas
2. Jelaskan mekanisme imunitas spesifik dan non spesifik
F. Daftar Referensi
- Paul A. Volberding, , Merle A. Sande, , Joep Lange, Warner C. Greene, PhD and Joel E.
Gallant, Global HIV/AIDS Medicine. WB Saunders, 2008
MODUL PEMBELAJARAN No. Formulir :
MODUL KEPERAWATAN
BUKU AJAR KEPERAWATAN Berlaku Sejak :
HIV/AIDS
Revisi :
C. Uraian Materi
1. Konsep Keluarga
Pengertian keluarga adalah keluarga terdiri dari orang yang
bergabung melalui ikatan perkawinan, darah, atau adopsi dan tinggal di
rumah yang sama. Atau dua orang atau lebih yang tergabung melalui
ikatan untuk berbagi, kedekatan emosional dan mengidentifikasi diri mereka
sebagai bagian dari keluarga (Friedman, Browden, & Jones. 2003). Menurut
(Hanson, 2001 dalam Friedman., et al 2003) kesehatan keluarga secara holistik
adalah perubahan secara dinamis menuju keadaan sejahtera yang meliputi
biologi, sosiologi, budaya, spiritual dan psikologis dari sistem keluarga.
MODUL PEMBELAJARAN No. Formulir :
MODUL KEPERAWATAN
BUKU AJAR KEPERAWATAN Berlaku Sejak :
HIV/AIDS
Revisi :
Revisi :
D. Penugasan
1. Lakukan identifikasi tipe keluarga pada video
https://www.youtube.com/watch?v=HR6BeNBActw
2. Kemungkinan masalah keperawatan yang muncul (menit berapa)
3. Dukungan keluarga yang dibutuhkan oleh pasien dengan ODHA
MODUL PEMBELAJARAN No. Formulir :
MODUL KEPERAWATAN
BUKU AJAR KEPERAWATAN Berlaku Sejak :
HIV/AIDS
Revisi :
E. Daftar Tilik
No Kegiatan Ket
1 Lakukan menonton video
2 Identifikasi video berdasarkan penugasan
3 Catat Setiap adegan yang penting
4 Berikan masukan terhadap video tersebut
F. Evaluasi
1. Apakah Konsep Keluarga
2. Bagaiman kebutuhan keluarga dibutuhkan pasien dengan ODHA
G. Referensi
Ernawati Eka. 2020. Monograf Keluarga terputus dan Stigma diri wanita dengan
HIV/AIDS di Banten. KHD Production. Kalianyar Selatan
MODUL PEMBELAJARAN No. Formulir :
MODUL KEPERAWATAN
BUKU AJAR KEPERAWATAN Berlaku Sejak :
HIV/AIDS
Revisi :
C. Uraian Materi
Modul ini menjelaskan prinsip dan teknik komunikasi pada saat perawat
melakukan interkasi dengan individu, keluarga ataupun kelompok. Khusunya
menjelaskan bagaimana melakukan pengkajian pada pasien dengan HIV/AIDS
dalam rentang kehidupannya. Sejak pasien terdiagnosis ataupun setelah pasien
mengalami kondisi terminal. Saat proses konseling, komunikasi memiliki peran
penting, karena proses penyampaian pesan yang dilakukan melalui komunikasi.
Komunikasi digunakan untuk mendorong dan mendukung perkembangan sosial,
emosional, serta intelektual pasien dengan HIV. Kondisi pasien yang dinyatakan
HIV positif akan mengalami kondisi perubahan fisik, psikologis, sosial, dan
spiritual.
Respons Biologis (Imunitas) Secara imunologis, sel T yang terdiri dari limfosit
T-helper, disebut limfosit CD4+ akan mengalami perubahan baik secara kuantitas
maupun kualitas. HIV menyerang CD4+ baik secara langsung maupun tidak
MODUL PEMBELAJARAN No. Formulir :
MODUL KEPERAWATAN
BUKU AJAR KEPERAWATAN Berlaku Sejak :
HIV/AIDS
Revisi :
langsung. Secara langsung, sampul HIV yang mempunyai efek toksik akan
menghambat fungsi sel T (toxic HIV). Secara tidak langsung, lapisan luar protein
HIV yang disebut sampul gp 120 dan anti p24 berinteraksi dengan CD4+ yang
kemudian menghambat aktivasi sel yang mempresentasikan antigen (APC).
Setelah HIV melekat melalui reseptor CD4+ dan co-reseptornya bagian sampul
tersebut melakukan fusi dengan membran sel dan bagian intinya masuk ke dalam
sel membran. Pada bagian inti terdapat enzim reverse transcripatase yang terdiri
dari DNA polimerase dan ribonuclease. Pada inti yang mengandung RNA, dengan
enzim DNA polimerase menyusun kopi DNA dari RNA tersebut. Enzim
ribonuclease memusnahkan RNA asli. Enzim polimerase kemudian membentuk
kopi DNA kedua dari DNA pertama yang tersusun sebagai cetakan (Stewart,
1997; Baratawidjaja, 2000).
Kode genetik DNA berupa untai ganda setelah terbentuk, maka akan masuk ke
inti sel. Kemudian oleh enzim integrase, DNA copi dari virus disisipkan dalam
DNA pasien. HIV provirus yang berada pada limfosit CD4+, kemudian bereplikasi
yang menyebabkan sel limfosit CD4 mengalami sitolisis (Stewart, 1997).
Virus HIV yang telah berhasil masuk dalam tubuh pasien, juga menginfeksi
berbagai macam sel, terutama monosit, makrofag, sel-sel mikroglia di otak, sel -
sel hobfour plasenta, sel-sel dendrit pada kelenjar limfe, sel- sel epitel pada usus,
dan sel langerhans di kulit. Efek dari infeksi pada sel mikroglia di otak adalah
encepalopati dan pada sel epitel usus adalah diare yang kronis (Stewart, 1997).
Tahapan reaksi psikologis pasien HIV (Grame Stewart, 1997) adalah seperti
terlihat pada tabel berikut:
Tabel 1. Reaksi Proses psikologis Hal-hal yang biasa di jumpai
Psikologis Pasien
HIV Reaksi
Merasa bersalah, marah, Rasa takut, hilang akal,
1. Shock (kaget, tidak berdaya frustrasi, rasa sedih, susah,
goncangan batin) acting out
MODUL PEMBELAJARAN No. Formulir :
MODUL KEPERAWATAN
BUKU AJAR KEPERAWATAN Berlaku Sejak :
HIV/AIDS
Revisi :
Kubler „Ross (1974) menguraikan lima tahap reaksi emosi seseorang terhadap
penyakit, yaitu.
a) Pengingkaran (denial)
Pada tahap pertama pasien menunjukkan karakteristik perilaku pengingkaran, mereka
gagal memahami dan mengalami makna rasional dan dampak emosional dari diagnosa.
Pengingkaran ini dapat disebabkan karena ketidaktahuan pasien terhadap sakitnya
atau sudah mengetahuinya dan mengancam dirinya. Pengingkaran dapat dinilai dari
ucapan pasien “saya di sini istirahat.” Pengingkaran dapat berlalu sesuai dengan
kemungkinan memproyeksikan pada apa yang diterima sebagai alat yang berfungsi
sakit, kesalahan laporan laboratorium, atau lebih mungkin perkiraan dokter dan
perawat yang tidak kompeten. Pengingkaran diri yang mencolok tampak menimbulkan
kecemasan, pengingkaran ini merupakan buffer untuk menerima kenyataan yang
sebenarnya. Pengingkaran biasanya bersifat sementara dan segera berubah menjadi
fase lain dalam menghadapi kenyataan (Achir Yani, 1999).
b) Kemarahan (anger)
Apabila pengingkaran tidak dapat dipertahankan lagi, maka fase pertama berubah
menjadi kemarahan. Perilaku pasien secara karakteristik dihubungkan dengan marah
dan rasa bersalah. Pasien akan mengalihkan kemarahan pada segala sesuatu yang ada
disekitarnya. Biasanya kemarahan diarahkan pada dirinya sendiri dan timbul
penyesalan. Yang menjadi sasaran utama atas kemarahan adalah perawat, semua
tindakan perawat serba salah, pasien banyak menuntut, cerewet, cemberut, tidak
bersahabat, kasar, menantang, tidak mau bekerja sama, sangat marah, mudah
tersinggung, minta banyak perhatian dan iri hati. Jika keluarga mengunjungi maka
menunjukkan sikap menolak, yang mengakibatkan keluarga segan untuk datang, hal ini
akan menyebabkan bentuk keagresipan (Hudak & Gallo, 1996).
MODUL PEMBELAJARAN No. Formulir :
MODUL KEPERAWATAN
BUKU AJAR KEPERAWATAN Berlaku Sejak :
HIV/AIDS
Revisi :
d) Depresi
Selama fase ini pasien sedih/ berkabung mengesampingkan marah dan pertahanannya
serta mulai mengatasi kehilangan secara konstruktif. Pasien mencoba perilaku baru
yang konsisten dengan keterbatasan baru. Tingkat emosional adalah kesedihan, tidak
berdaya, tidak ada harapan, bersalah, penyesalan yang dalam, kesepian dan waktu
untuk menangis berguna pada saat ini. Perilaku fase ini termasuk mengatakan
ketakutan akan masa depan, bertanya peran baru dalam keluarga intensitas depresi
tergantung pada makna dan beratnya penyakit (Netty, 1999).
Revisi :
Revisi :
D. Penugasan:
- Perhatikan tahapan komunikasi terapeutik pada video
- Apakah komunikasi terapeutik yang terjadi sudah sesuai tahapan?
- Identifikasi keluarga terkait dampak psikkologis yang terjadi?
- Bagaimanakah Respon petugas kesehatan terhadap pasien tersebut?
MAHASISWA
NO ASPEK PENILAIAN
PRA INTERAKSI:
1
Mengenal diri pasien
2
Menyatakan ideal diri
3
Menyatakan norma
4
Menyatakan kelebihan dan kekurangan diri
5
Mengenal perasaan sendiri
6
Menyatakan perasaan
7
Menyatakan penyebabnya
8
Usaha untuk mengatasinya
9
Mengetahui tujuan interaksi :
10
Membuat rancangan komunikasi :data pasien
Masalah keperawatan yang mungkin muncul
membuat strategi komunikasi sesuai tujuan
FASE ORIENTASI
11 Memberi salam (tersenyum ramah, memanggil dengan nama yang disukai,
validasi diri dan tujuan)
Menciptakan trust (kontak mata, memperhatikan dan menerima pasien,
12 tidak kaku, empati)
FASE KERJA
MODUL PEMBELAJARAN No. Formulir :
MODUL KEPERAWATAN
BUKU AJAR KEPERAWATAN Berlaku Sejak :
HIV/AIDS
Revisi :
Penilai,
( )
F. Evaluasi
1. Lakukan ekspres feeling
2. Lakukan pelaksanaan komunikasi terapeutik dengan teman
3. Bagaimanakah tahapan komunikasi terapeutik?
G. Referensi
Revisi :
C. Uraian Materi
1. ASUHAN KEPERAWATAN RESPONS BIOLOGIS (ASPEK FISIK)
Aspek fisik pada PHIV adalah pemenuhan kebutuhan fisik sebagai akibat dari
tanda dan gejala yang terjadi. Aspek perawatan fisik meliputi (a) universal
precautions; (b) Pengobatan Infeksi Skunder dan Pemberian ARV; (d) Pemberian
Nutrisi; dan (e) aktifitas dan istirahat.
a. Universal Precautions Selama sakit, penerapan universal precautions oleh
perawat, keluarga dan pasien sendiri sangat penting. Hal ini ditujukan untuk
mencegah terjadinya penularan virus HIV.
b. Prinisip-prinsip universal precautions meliputi:
a) Menghindari kontak langsung dengan cairan tubuh. Bila menangani cairan
tubuh pasien gunakan alat pelindung, seperti sarung tangan, masker, kaca mata
pelindung, penutup kepala, apron, sepatu boot. Penggunaan alat pelindung
disesuaikan dengan jenis tindakan yang dilakukan.
b) Mencuci tangan sebelum dan sesudah melakukan tindakan, termasuk setelah
melepas sarung tangan.
MODUL PEMBELAJARAN No. Formulir :
MODUL KEPERAWATAN
BUKU AJAR KEPERAWATAN Berlaku Sejak :
HIV/AIDS
Revisi :
d. Pemberian Nutrisi
Pasien dengan HIV/AIDS (ODHA) sangat membutuhkan beberapa unsur
vitamin dan mineral dalam jumlah yang lebih banyak dari apa yang biasanya
diperoleh dalam makanan sehari-hari. Sebagian besar ODHA akan mengalami
defisiensi vitamin sehingga memerlukan makanan tambahan (New Mexico
AIDS Infonet, 2004 & Falma Foundation, 2004). Defisiensi vitamin dan mineral
pada ODHA dimulai sejak masih stadium dini. Walaupun jumlah makanan
ODHA sudah cukup dan berimbang seperti orang sehat, tetapi akan tetap
MODUL PEMBELAJARAN No. Formulir :
MODUL KEPERAWATAN
BUKU AJAR KEPERAWATAN Berlaku Sejak :
HIV/AIDS
Revisi :
terjadi defisiensi vitamin dan mineral (Anya, 2002). Berdasarkan beberapa hal
tersebut, selain mengkonsumsi jumlah yang tinggi, para ODHA juga harus
mengkonsumsi suplementasi atau nutrisi tambahan. Pemberian nutrisi
tambahan bertujuan agar beban ODHA tidak bertambah akibat defisiensi
vitamin dan mineral.
Mekanisme koping terbentuk melalui proses belajar dan mengingat. Belajar disini
adalah kemampuan menyesuaikan diri (adaptasi) pada pengaruh faktor internal
dan eksternal (Nursalam, 2003). Koping yang efektif menempati tempat yang
central terhadap ketahanan tubuh dan daya penolakan tubuh terhadap gangguan
maupun serangan suatu penyakit baik bersifat fisik maupun psikis, sosial, spiritual.
Perhatian terhadap koping tidak hanya terbatas pada sakit ringan tetapi justru
penekanannya pada kondisi sakit yang berat (Notosoedirdjo M, 1998 & Keliat,
1999).
Lipowski membagi koping dalam 2 bentuk , yaitu coping style dan coping strategy.
Coping style merupakan mekanisme adaptasi individu meliputi mekanisme
psikologis dan mekanisme kognitif dan persepsi. Sifat dasar coping style adalah
mengurangi makna suatu konsep yang dianutnya, misalnya penolakan atau
pengingkaran yang bervariasi yang tidak realistis atau berat (psikotik) hingga
pada tingkatan yang sangat ringan saja terhadap suatu keadaan.
Coping strategy merupakan koping yang digunakan individu secara sadar dan
terarah dalam mengatasi sakit atau stresor yang dihadapinya. Terbentuknya
mekanisme koping bisa diperoleh melalui proses belajar dalam pengertian yang
luas dan relaksasi. Apabila individu mempunyai mekanisme koping yang efektif
dalam menghadapi stresor, maka stresor tidak akan menimbulkan stres yang
MODUL PEMBELAJARAN No. Formulir :
MODUL KEPERAWATAN
BUKU AJAR KEPERAWATAN Berlaku Sejak :
HIV/AIDS
Revisi :
Revisi :
Dukungan sosial sangat diperlukan terutama pada PHIV yang kondisinya sudah
sangat parah. Individu yang termasuk dalam memberikan dukungan sosial
meliputi pasangan (suami/istri), orang tua, anak, sanak keluarga, teman, tim
kesehatan, atasan, dan konselor. Dukungan sosial terutama dalam konteks
hubungan yang akrab atau kualitas hubungan perkawinan dan keluarga
barangkali merupakan sumber dukungan sosial yang paling penting (Rodin &
Salovey, 1989 dikutip Smet, 1994) Dukungan sosial terdiri dari informasi atau
nasehat verbal dan atau non verbal, bantuan nyata atau tindakan yang diberikan
oleh keakraban sosial atau didapat karena kehadiran mereka dan mempunyai
manfaat emosional atau efek perilaku bagi pihak penerima (Gottlieb, 1983
dikutip Smet, 1994)
Jenis dukungan sosial terdiri dari:
a. Dukungan Emosional Mencakup ungkapan empati, kepedulian dan perhatian
terhadap orang yang bersangkutan
b. Dukungan Penghargaan Terjadi lewat ungkapan hormat/ penghargaan positif
untuk orang lain itu, dorongan maju atau persetujuan dengan gagasan atau
perasaan individu dan perbandingan positif orang itu dengan orang lain
misalnya orang itu kurang mampu atau lebih buruk keadaannya (menambah
harga diri)
c. Dukungan Instrumental Mencakup bantuan langsung misalnya orang
memberi pinjaman uang, kepada orang yang membutuhkan atau menolong
dengan memberi pekerjaan pada orang yang tidak punya pekerjaan.
d. Dukungan Informatif Mencakup pemberian nasehat, petunjuk, sarana.
Hampir setiap orang tidak mampu menyelesaikan masalah sendiri, tetapi mereka
memerlukan bantuan orang lain. Berdasarkan hasil penelitian bahwa dukungan
sosial merupakan mediator yang penting dalam menyelesaikan masalah
seseorang. Hal ini karena individu merupakan bagian dari keluarga, teman
sekolah atau kerja, kegiatan agama ataupun bagian dari kelompok lainnya.
Revisi :
Revisi :
D. Penugasan
1. Lakukan pengkajian dan pemeriksaan fisik pasien HIV/AIDS
2. Identifikasi kebutuhan pasien meliputi aspek bio, psiko, sosial, spiritual
MODUL PEMBELAJARAN No. Formulir :
MODUL KEPERAWATAN
BUKU AJAR KEPERAWATAN Berlaku Sejak :
HIV/AIDS
Revisi :
E. Daftar Tilik
F. Evaluasi
1. Lakukan pemeriksaan fisik kepada teman
G. Referensi
MODUL PEMBELAJARAN No. Formulir :
MODUL KEPERAWATAN
BUKU AJAR KEPERAWATAN Berlaku Sejak :
HIV/AIDS
Revisi :
Kasus III:
Seorang perempuan Ny. T berusia 28 tahun terdiagnosis HIV/AIDS sejak 4 tahun
yang lalu. Saat ini pasien merasa sedih karena anak pertama pasien telah
meninggal 2 minggu yang lalu dengan HIV/AIDS. Suami seorang pemakai
narkoba sabu dan pengedar, saat ini sedang menjalankan hukuman karena
kesalahan. Keadaaan fisik tampak lemah, berat badan mengalami penurunan 10
Kg, pasien mengeluh gatal, kulit berbintik hitam (papula, dan eritema).
Keluarga besar tidak mengakui Ny. T karena dianggap pembawa sial. Sehingga
keluarga menjauhi pasien.
Tugas :
a. Anamnesa dan Pemeriksaan fisik yang perlu ditambahkan
b. Pemeriksaan penunjang ataupun diagnostik yang perlu ditambahkan
c. Buatlah analisa data (pathway sampai muncul masalah)
d. Buat perencanaan NOC dan NIC sesuai NANDA
MODUL PEMBELAJARAN No. Formulir :
MODUL KEPERAWATAN
BUKU AJAR KEPERAWATAN Berlaku Sejak :
HIV/AIDS
Revisi :