Anda di halaman 1dari 17

Materi Inti 7- Komunikasi, Informasi dan Edukasi Pencegahan HIV-AIDS & IMS

MODUL PELATIHAN
KOLABORASI TB-HIV
BAGI PETUGAS
SARANA PELAYANAN KESEHATAN

MATERI INTI 7
KOMUNIKASI INFORMASI DAN EDUKASI
PENCEGAHAN HIV-AIDS & IMS

Direktorat Jenderal
Pengendalian Penyakit dan Penyehatan Lingkungan
Kementerian Kesehatan R.I.
2013
1
Materi Inti 7- Komunikasi, Informasi dan Edukasi Pencegahan HIV-AIDS & IMS

I. DAFT AR ISI

I. DAFTAR ISI.................................................................................................. 2

II. DISKRIPSI SINGKAT ..................................................................................... 3

III. TUJUAN PEMBELAJARAN ........................................................................... 4


1. TUJUAN PEMBELAJARAN UMUM ............................................................ 4
2. TUJUAN PEMBELAJARAN KHUSUS......................................................... 4

IV. POKOK BAHASAN ........................................................................................ 2

V. METODE, MEDIA & ALAT BANTU ................................................................. 3


1. METODE ................................................................................................... 3
2. MEDIA ....................................................................................................... 3
3. ALAT BANTU ............................................................................................ 3

VI. LANGKAH-LANGKAH PEMBELAJARAN ...................................................... 3


SESI 1 : PENGKONDISIAN PESERTA .......................................................... 3
SESI 2 : PERAN KIE DALAM PENCEGAHAN HIV-AIDS DAN IMS ............... 3
SESI 3 : EDUKASI TENTANG HIV-AIDS DALAM KONSELING PASIEN TB ... .4
SESI 4 : KONDOM ........................................................................................ .4
SESI 5 : PENUTUP, REFLEKSI DAN RANGKUMAN ...................................... 4

VII.URAIAN MATERI ........................................................................................... 5


POKOK BAHASAN 1 : PERAN KIE DALAM PENCEGAHAN HIV-AIDS DAN
IMS ...................................................................................................... 5
POKOK BAHASAN 2 : EDUKASI TENTANG HIV-AIDS DALAM KONSELING
PASIEN TB .......................................................................................... 5
POKOK BAHASAN 3 : KONDOM .................................................................. 8

IX. REFERENSI ................................................................................................. 15

2
Materi Inti 7- Komunikasi, Informasi dan Edukasi Pencegahan HIV-AIDS & IMS

II. DISKRIPSI SINGKAT

Epidemi Human Immunodeficiency Virus/Acquired Immune Deficiency Syndrome


(HIV/AIDS) menempatkan suatu tantangan dalam upaya pengendaliannya. Dengan
belum ditemukannya obat yang dapat menyembuhkan AIDS ataupun vaksin yang
efektif untuk mencegah infeksi HIV, pengembangan pola perubahan perilaku dalam
mengendalikan laju epidemi HIV-AIDS menjadi sangat penting.

Komunikasi, Informasi dan Edukasi (KIE) merupakan komponen yang penting


dalam program pencegahan dan pelayanan serta merupakan intervensi yang sangat
efektif dalam memainkan peranan penting dalam menimbulkan suatu perubahan
perilaku terutama pada populasi berperilaku risiko tinggi. Kegiatan KIE tidak dapat
berdiri sendiri; hal ini harus didukung oleh layanan kesehatan dan sosial yang
direncanakan dalam bentuk kegiatan dan tujuan program secara keseluruhan.

Secara keseluruhan kegiatan KIE harus terintegrasi dalam program pelayanan dan
pencegahan yang ada, sebagai contoh: promosi penggunaan kondom, atau
pengobatan IMS pada kelompok dengan perilaku risiko tinggi akan efektif hanya jika
kondom dapat di akses dan adanya layanan pengobatan IMS serta tidak adanya
stigmatisasi. Lingkungan sosial yang positip tanpa adanya stigma dan diskriminasi
akan memfasilitasi terjadinya perubahan perilaku.

Directly Observed Treatment Shortcourse chemotherapy (DOTS) merupakan


peluang yang baik untuk memperkuat KIE tentang HIV selama masa pengobatan
TB. Kegiatan KIE harus dilaksanakan secara berkala. Dalam kegiatan KIE ini
diperkenalkan tentang:
 Ko-infeksi TB-HIV; pesan harus terfokus pada kemungkinan ko-infeksi TB-HIV,
ketersediaan layanan TB dan HIV, serta manfaat dan pentingnya KTS bagi
pasien TB.
 Pencegahan HIV menggunakan strategi ABCD (A: abstinence (puasa seks), B:
Be faithfull (bersikap saling setia), C: Condom (Kondom) dan D: Drug (tidak
menggunakan napza suntik).
 Promosi kondom sebagai upaya untuk pencegahan IMS harus ditekankan di
pelayanan DOTS. Pasien TB harus diskrining untuk gejala IMS. Mereka dengan
gejala IMS harus ditangani dan dirujuk ke layanan IMS.
Pasien penasun harus dirujuk ke unit pengurangan dampak buruk napza suntik
dan layanan terapi rumatan methadone.

3
Materi Inti 7- Komunikasi, Informasi dan Edukasi Pencegahan HIV-AIDS & IMS

III. TUJUAN PEMBELAJARAN

A. TUJUAN PEMBELAJARAN UMUM


Setelah selesai mempelajari materi peserta latih mampu melakukan KIE
pencegahan IMS dan HIV

B. TUJUAN PEMBELAJARAN KHUSUS


Setelah mempelajari materi peserta akan mampu:
1. Menjelaskan peran KIE dalam pencegahan HIV-AIDS dan IMS
2. Melakukan edukasi tentangHIV dalam konseling pasienTB
3. Menjelaskan tentang kondom dan memperagakan cara memasang, melepas
dan membuang kondom

IV. POKOK BAHASAN

Pokok Bahasan 1: Peran KIE dalam pencegahan HIV-AIDS dan IMS

Pokok Bahasan 2: Edukasi tentang HIV-AIDS dalam konseling pasien TB


a. Kaitan HIV-AIDS dengan pasien TB
b. HIV-AIDS dan pengobatannya
c. Cara penularan HIV-AIDS
d. Cara pencegahan HIV-AIDS

Pokok Bahasan 3: Kondom


1. Pengertian Kondom
2. Manfaat kondom
3. Jenis kondom
4. Cara memasang, melepas dan membuang kondom

V. METODE, MEDIA & ALAT BANTU

1. METODE

 Pembelajaran dalam kelompok:


 Tugas baca,
 Diskusi,
 Latihan soal,
 simulasi KIE,
 demonstrasi dan simulasi memasang, melepas dan membuang kondom
 pleno hasil pembelajaran

4
Materi Inti 7- Komunikasi, Informasi dan Edukasi Pencegahan HIV-AIDS & IMS

2. MEDIA
 Materi inti 7
 petunjuk latihan soal,

3. ALAT BANTU
 LCD,
 Flipchart,
 Whiteboard,
 dildo,
 kondom laki-laki,
 phantom vagina,
 kondom perempuan,

VI. LANGKAH-LANGKAH PEMBELAJARAN

SESI 1: PENGKONDISIAN PESERTA

Langkah Proses Pembelajaran sebagai berikut:


 Fasilitator menyapa peserta dan memperkenalkan diri
 Menyampaikan tujuan pembelajaran dengan menggunakan bahan tayangan
 Melakukan apersepsi tentang materi yang akan dibahas dengan metoda curah
pendapat atau meminta beberapa peserta untuk menjawabnya

SESI 2: PERAN KIE DALAM PENCEGAHAN HIV-AIDS DAN IMS


Langkah Proses Pembelajaran sebagai berikut:
 Peserta secara bergantian membaca pokok bahasan 1 materi inti pelatihan
 Fasilitator mendorong peserta untuk menanyakan bagian yang tidak dimengerti.
 Melakukan apersepsi tentang materi yang dibahas dengan metoda curah
pendapat, meminta beberapa peserta untuk menjawabnya, atau penjelasan dari
narasumber.
 Peserta secara bergantian membaca pokok bahasan 1 materi inti pelatihan
hingga selesai
 Fasilitator mendorong peserta untuk menanyakan bagian yang tidak dimengerti.
 Melakukan apersepsi tentang materi yang dibahas dengan metoda curah
pendapat, meminta beberapa peserta untuk menjawabnya, atau penjelasan dari
narasumber.

SESI 3: EDUKASI TENTANG EDUKASI TENTANG HIV DALAM


KONSELING PASIEN TB
Langkah Proses Pembelajaran sebagai berikut:
 Peserta secara bergantian membaca pokok bahasan 2 materi inti pelatihan
 Fasilitator mendorong peserta untuk menanyakan bagian yang tidak dimengerti.
 Melakukan apersepsi tentang materi yang dibahas dengan metoda curah
pendapat, meminta beberapa peserta untuk menjawabnya, atau penjelasan dari
narasumber.

5
Materi Inti 7- Komunikasi, Informasi dan Edukasi Pencegahan HIV-AIDS & IMS

SESI 4: KONDOM
Langkah Proses Pembelajaran sebagai berikut:
 Peserta secara bergantian membaca pokok bahasan 3 materi inti pelatihan
 Fasilitator mendorong peserta untuk menanyakan bagian yang tidak dimengerti.
 Melakukan apersepsi tentang materi yang dibahas dengan metoda curah
pendapat, meminta beberapa peserta untuk menjawabnya, atau penjelasan dari
narasumber.
 Fasilitator memperagakan cara memasang, melepaskan dan membuang
 Fasilitator meminta peserta untuk melakukan peragaan pemasangan kondom
secara bergantian
 Fasilitator memberikan apersepsi tentang materi yang dibahas dan peragaan
yang telah dilaksanakan

SESI 5: PENUTUP, UMPAN BALIK DAN RANGKUMAN


Langkah Proses Pembelajaran sebagai berikut:
 peserta mengerjakan Evaluasi Akhir modul secara perorangan
 Fasilitator minta peserta memperlihatkan hasil pekerjaannya dan memberikan
umpan balik
 Fasilitator merangkum tentang pembahasan materi ini dengan mengajak seluruh
peserta untuk melakukan umpan balik. Kemudian dilanjutkan dengan
memberikan apresiasi atas keterlibatan aktif seluruh peserta

6
Materi Inti 7- Komunikasi, Informasi dan Edukasi Pencegahan HIV-AIDS & IMS

VII. URAIAN MATERI

POKOK BAHASAN 1. PERAN KIE DALAM PENCEGAHAN HIV-AIDS


DAN IMS
Program penanggulangan HIV/AIDS & IMS meliputi upaya pencegahan dan
pelayanan seperti KIE, program kondom, pemberian layanan IMS dan pengamanan
darah donor.

Tujuan umum dari KIE adalah mempromosikan dan mendukung perubahan perilaku
yang tepat, terutama diantara populasi dengan perilaku berisiko tinggi. Perubahan
perilaku yang diharapkan adalah:
 Menunda hubungan seksual pertama kali (pada usia dini)
 Mengurangi perilaku berganti-ganti pasangan
 Meningkatkan penggunaan kondom
 Meningkatkan penggunaan layanan pengobatan IMS; dan
 Meningkatkan penggunaan jarum yang steril oleh Penasun

POKOK BAHASAN 2: EDUKASI TENTANG HIV DALAM KONSELING


PASIEN TB

Edukasi tentang HIV-AIDS dalam konseling pasien TB merupakan salah satu


kegiatan penting dalam upaya meningkatkan kesadaran pasien TB untuk
mengetahui risiko terinfeksi HIV dan kemungkinan ko-infeksi TB-HIV, ketersediaan
layanan TB dan HIV, serta manfaat dan pentingnya konseling dan tes HIV bagi
pasien TB. Dengan edukasi ini diharapkan mereka dapat memahami HIV-AIDS
sehingga dengan demikian mereka mau untuk menjalani pemeriksaan lanjutan bila
mereka mempunyai faktor risiko HIV. Oleh karena itu, kepada pasien TB (sesuai
dengan tingkat epidemi HIV di wilayah tersebut) di unit DOTS perlu diberikan
penjelasan tentang HIV-AIDS.

Edukasi dapat dilakukan dengan metode komunikasi interpersonal dan konseling.


Komunikasi interpersonal adalah pemberian informasi yang bersifat dua arah yang
berbentuk verbal dan non verbal atau perpaduan keduanya dan ada unsur
emosional.

Konseling bertujuan untuk membantu pasien untuk mengenali dirinya sendiri,


mengetahui masalahnya dan menyusun alternatif pemecahan masalah, menjelaskan
alternatif pemecahan masalah yang akhirnya si pasien dapat menetapkan
pemecahan masalah itu sendiri berdasarkan kebutuhannya sendiri tidak
berdasarkan paksaan.

Petugas kesehatan harus memberikan informasi dasar tentang HIV-AIDS serta


kaitannya dengan TB. Pemberian informasi dapat dilakukan secara individu atau
kelompok.

7
Materi Inti 7- Komunikasi, Informasi dan Edukasi Pencegahan HIV-AIDS & IMS

A. Kaitan HIV-AIDS dengan pasien TB


Jelaskan kepada pasien bahwa saat ini kita akan membicarakan topik yang
sangat penting untuk didiskusikan. Orang dengan sakit TB sangat
memungkinkan juga mempunyai infeksi HIV. Kenyataannya sebagian besar
orang yang terinfeksi HIV diketahui terlebih dahulu sakit TB. Hal ini dikarenakan
pada orang yang terinfeksi HIV terjadi penurunan daya tahan tubuh sehingga
mengaktifkan TB laten menjadi TB aktif.

Jika seseorang mempunyai kedua penyakit ini, akan dapat menjadi sangat serius
dan dapat menyebabkan kematian, oleh karena itu penatalaksanaan yang tepat
(diagnosis dan pengobatan) sangat diperlukan. Pengobatan untuk HIV sudah
tersedia di beberapa RS dan dapat meningkatkan kualitas hidup ODHA. Dan
juga jika seseorang mengetahui status HIV-nya, petugas kesehatan dapat
mengobati penyakit TB nya dengan lebih baik. Jika seseorang tidak/belum
memutuskan untuk melakukan tes HIV, petugas kesehatan tetap akan mengobati
TB-nya.

B. HIV-AIDS dan pengobatannya


Jelaskan kepada pasien TB tentang HIV-AIDS bahwa:
1. Acquired Immune Deficiency Syndrome (AIDS) merupakan kumpulan gejala
penyakit yang diakibatkan karena rusaknya sistem kekebalan tubuh manusia
yang disebabkan oleh HIV.
2. Virus HIV ditemukan dalam cairan tubuh seperti: air mani, darah, cairan
vagina, air susu ibu dan cairan cerebrospinal, akan tetapi yang potensial
sebagai media penularan hanya air mani, darah dan cairan vagina.
3. Kumpulan gejala terkait HIV-AIDS adalah misalnya TB, diare kronis,
kandidiasis, pneumonia, toxoplasmosis.
4. Walaupun belum ada obat yang menyembuhkan infeksi HIV, tetapi ada obat
Anti Retroviral (ARV) yang dapat menghambat pertumbuhan virus HIV dan
sudah tersedia di RS rujukan ARV di Indonesia.
5. Pasien TB yang terinfeksi HIV tetap harus melanjutkan pengobatan TB
sampai selesai. Untuk pasien TB yang membutuhkan ARV dapat dilayani di
RS rujukan ARV setempat.

C. Cara penularan HIV-AIDS


Jelaskan kepada pasien mengenai cara penularan HIV. Penularan HIV dapat
dikelompokkan atas:
1. Penularan melalui hubungan seksual
Penularan melalui hubungan seksual adalah cara yang paling utama dari
semua cara penularan. Penularan melalui hubungan seksual dapat terjadi
selama sanggama laki-laki dengan perempuan atau laki-laki dengan laki-laki.
Sanggama berarti kontak seksual dengan penetrasi vaginal, anal, oral
seksual antara dua individu. Risiko tertinggi adalah penetrasi vaginal atau
anal yang tak terlindung dari individu yang terinfeksi HIV. Kontak seksual
tidak langsung (mulut ke penis atau mulut ke vagina) masuk dalam kategori
risiko rendah tertular HIV.

8
Materi Inti 7- Komunikasi, Informasi dan Edukasi Pencegahan HIV-AIDS & IMS

2. Penularan melalui darah;


Penularan melalui darah dapat terjadi melalui pajanan oleh darah, produk
darah atau transplantasi organ dan jaringan terinfeksi. Penularan dari darah
dapat terjadi jika darah donor tidak di lakukan uji saring untuk antibodi HIV,
penggunaan ulang jarum dan semprit suntikan, atau penggunaan alat medik
lainnya. Kejadian di atas dapat terjadi pada semua pelayanan kesehatan
seperti rumah sakit, poliklinik, pengobatan tradisional melalui alat tusuk /
jarum, juga pada IDU. Pajanan HIV pada organ dapat terjadi dalam proses
transplantasi jaringan / organ di pelayanan kesehatan.

3. Penularan dari ibu HIV (+) ke bayi yang dikandung.


Kebanyakan infeksi HIV pada anak didapat dari ibunya saat ia dikandung,
dilahirkan, dan sesudah lahir melalui air susu ibu.
Human Immunodeficiency Virus TIDAK DITULARKAN dari orang ke orang
melalui bersalaman, berpelukan, bersentuhan atau berciuman. Tidak ada
data bahwa HIV dapat ditularkan melalui penggunaan toilet, kolam renang,
penggunaan alat makan atau minum secara bersama atau gigitan serangga
seperti nyamuk.

D. Cara Pencegahan HIV-AIDS


Cara pencegahan HIV-AIDS dikelompokkan berdasarkan cara penularannya.

1. Pencegahan penularan melalui hubungan seksual;


Kepada pasien perlu dijelaskan hal-hal mengenai cara pencegahan penularan
melalui hubungan seksual. Pemberian informasi ini perlu dilakukan secara
intensif yang ditujukan untuk mengubah perilaku seksual sehingga
mengurangi kemungkinan penularan HIV.

Informasi yang penting untuk disampaikan adalah bagaimana menghindari


penularan HIV dengan menggunakan konsep ABCD yaitu:

[A] (Abstinence) : Absen seks atau tidak melakukan hubungan seksual

[B] (Be faithful) : Bersikap saling setia kepada satu pasangan seks (tidak
berganti-ganti)

[C] (Condom) : Cegah dengan kondom harus dipakai oleh pasangan


apabila salah satu atau keduanya diketahui terinfeksi HIV

[D] (no Drug) :Dilarang menggunakan Napza, terutama napza suntik


dengan jarum bekas secara bergantian.

Untuk memberikan informasi tentang kondom kepada pasien yang


membutuhkan, silahkan lihat Error! Reference source not found., 2, 3 dan 4
di bawah

9
Materi Inti 7- Komunikasi, Informasi dan Edukasi Pencegahan HIV-AIDS & IMS

Pada pasien TB, juga perlu diberikan informasi mengenai keterkaitan antara
HIV dan IMS. Sehingga jika dijumpai pasien TB dengan gejala IMS harus
segera dirujuk ke layanan IMS.

Informasi yang diberikan meliputi:


 Cara penularan IMS terutama adalah melalui hubungan seksual/penetrasi
seksual yang tidak terlindung (unprotected penetrative sexual intercourse)
baik per vagina, anal atau oral.

 Cara penularan lainnya :


- Dari ibu ke anak; selama periode kehamilan (misal herpes genitalis,
HIV dan sifilis); pada saat kelahiran (gonore dan klamidia) atau
sesudah lahir (HIV).
- Melalui transfusi darah atau kontak langsung dengan cairan darah atau
produk darah (sifilis dan HIV).

 Perilaku yang meningkatkan risiko infeksi IMS misalnya:


- Sering berganti pasangan seksual
- Mempunyai lebih dari satu pasangan seksual.
- Mempunyai pasangan yang juga mempunyai pasangan lain.
- Berhubungan seks dengan yang tidak dikenal, pekerja seks atau
langganannya (pasangan yang sudah kontak dengan orang lain/tidak
dikenal atau tidak diketahui mengidap IMS atau tidak).
- Masih terus berhubungan seks walaupun dengan keluhan IMS.
- Mengidap IMS yang tidak menginformasikan mitra pasangan seks
bahwa dia perlu pengobatan.
- Tidak menggunakan kondom pada saat berhubungan seksual dengan
pasangan yang berisiko tinggi.

 Infeksi Menular Seksual diketahui mempermudah penularan HIV yang


selanjutnya dapat berkembang menjadi AIDS dengan tingkat kematian
yang tinggi. Infeksi menular seksual juga merupakan petunjuk tentang
adanya perilaku seksual berisiko tinggi. Secara umum IMS dapat
meningkatkan risiko penularan HIV melalui hubungan seksual sebanyak 3
- 5 kali lebih besar. Bahkan IMS yang ulseratif dapat meningkatkan risiko
penularan HIV hingga 300 kali lipat pada paparan yang tidak terlindung.

2. Pencegahan Penularan melalui darah;


Kepada pasien perlu dijelaskan juga hal-hal mengenai cara pencegahan
penularan melalui darah. Informasi yang penting untuk disampaikan adalah
bagaimana menghindari penularan HIV melalui darah yaitu:
 Bahwa penularan infeksi HIV dapat terjadi melalui alat suntik yang
terkontaminasi baik dalam sistem pelayanan kesehatan yang formal
maupun di luar sistem tersebut, misalnya pemakaian alat/jarum lainnya
yang dapat melukai kulit atau menyebabkan luka/pendarahan (tato,
tusuk jarum, alat cukur, dsb). Penularan infeksi HIV melalui alat suntik
yang tidak steril dan dipakai bersama sering dilakukan oleh para
penyalah-guna narkotika suntik.

10
Materi Inti 7- Komunikasi, Informasi dan Edukasi Pencegahan HIV-AIDS & IMS

 Pada pasien TB dengan penasun ini harus segera dirujuk ke layanan


pengurangan dampak buruk napza suntik dan layanan terapi rumatan
metadon.

3. Penularan dari ibu HIV (+) ke bayi yang dikandung


Informasi yang disampaikan adalah bahwa pasien TB yang HIV positif dan
hamil perlu dirujuk ke layanan pencegahan HIV dari ibu ke anak.

POKOK BAHASAN 3: KONDOM

A. Pengertian Kondom
 Kondom merupakan penghambat atau dinding pemisah dan pencegah
terjadinya pertukaran cairan yang berasal dari dalam tubuh.
 Menggunakan kondom berari 10.000 kali lebih terlindung daripada tidak
menggunakannya.
 Sewaktu mengunakan kondom, pastikan bahwa kondom tersebut berkualitas
baik, berstandar mutu Internasional dan perhatikan pula tangal kadaluarsa
kondom.
 Jangan gunakan kondom bila kemasannya rusak, warnanya pudar, kering
atau lengket dan bila anda meragukan kualitasnya.
 Jangan menyimpan kondom di dalam dompet atau saku belakang celana
anda, karena kondom bisa rusak.
 Jaga kondom agar tidak terkena sinar matahari langsung, simpan kondom
ditempat yang sejuk dan kering.
 Jangan gunakan pelumas kondom dengan bahan dasar minyak seperti
vaseline, body lotion, baby oil, dsb, karena dapat menyebabkan kondom
rusak atau robek. Pakailah pelumas kondom berbahan dasar air.

B. Manfaat kondom
Pada hakekatnya kondom berguna untuk mencegah pertukaran cairan tubuh,
menahan sperma bertemu sel telur bermanfaat untuk mencegah kehamilan dan
mencegah masuknya virus untuk mencegah tertular hepatitis dan berbagai
penyakit IMS dan HIV. Selain manfaat tersebut diatas, kegunaan kondom lainnya
adalah; variasi dalam hubungan seksual; hubungan seksual menjadi lebih lama,
bila selalu menggunakan kondom, anda tidak perlu mengunjungi klinik IMS,
kondom mencegah IMS yang dapat menyebabkan kemandulan dan
meningkatkan kemungkinan terinfeksi HIV, kondom mengandung pelicin
sehingga membantu mencegah lecet.

Kondom laki-laki sudah lama ada, kurang lebih 3000 tahun yang lalu. Perempuan
selama ini mengalami kesulitan meyakinkan pasangan untuk menggunakan
kondom guna melindungi diri mereka berdua dari IMS, HIV dan mencegah
kehamilan. Saat ini perempuan mempunyai pilihan untuk menggunakan kondom
perempuan.

11
Materi Inti 7- Komunikasi, Informasi dan Edukasi Pencegahan HIV-AIDS & IMS

C. Jenis kondom
1. Kondom laki-laki
Kondom laki – laki terbuat dari lateks yang sangat tipis dan sangat kuat.
Kondom yang baik tidak mudah robek. Kondom laki-laki lebih mudah
ditemukan dan lebih populer bila dibandingkan dengan kondom perempuan.
Kondom biasanya dilengkapi dengan cairan pelicin berbahan dasar air.
Kondom mudah rusak bila dipakai dengan menggunakan pelicin berbahan
dasar minyak (misalnya hand body).

Ciri luar kondom :


 Tanggal kadaluarsa
 Cara menyimpan kondom
 Sesuai dengan standar ISO 4074
 Cara menggunakan kondom
 Adanya cairan pelicin (lubricant)

Gambar 1: Bentuk Fisik Kondom Laki-Laki

Kondom bisa rusak karena beberapa hal seperti : suhu panas; terkena benda
tajam, misalnya kuku; cairan berbahan dasar minyak. Menggunakan kondom
sekaligus 2 bisa menyebabkan karet bergesekan dan dapat menyebabkan
rusak. Kondom laki-laki sebaiknya tidak digunakan bersamaan dengan
kondom perempuan karena tidak memberikan perlindungan ganda.

Ketebalan kondom adalah 0.03 dan maksimum adalah 0.01 (+/-0.02).


Panjang kondom paling tidak 160 mm. Lebar dalam keadaan rata adalah 30
mm. Sehingga kondom lateks ini tipis dan suhu tubuh dapat menyebabkan
kondom tidak lagi terasa. Kondom terbukti tidak berpori. Proses produksi
kondom menerapkan metode pencelupan ganda, yaitu 2 kali dicelupkan
dalam cairan lateks agar terjamin kekedapannya.

2. Kondom Perempuan
Mengapa kondom perempuan?
 Masih rendahnya penggunaan kondom laki-laki meskipun mengalami
peningkatan
 Memberikan alternatif pada perempuan aktif melindungi diri
 Hasil survei Demografi Kesehatan Indonesia tahun 2003 menyebutkan
penggunaan kondom pada pasangan usia subur sangat rendah yaitu
0.9%.
 Diperkirakan ada 7-10 juta lelaki pelanggan pekerja seks di Indonesia

12
Materi Inti 7- Komunikasi, Informasi dan Edukasi Pencegahan HIV-AIDS & IMS

 Kurang dari 10% yang mau menggunakan kondom setiap kegiatan


dengan pekerja seks.

Walaupun kenaikan penggunaan kondom menunjukkan kenaikan yang cukup


signifikan, namun belum cukup menahan laju epidemi. Kondom perempuan
adalah alternatif bagi perempuan untuk berperan lebih aktif dalam melindungi
diri mereka.

Berbeda dengan kondom laki-laki, pada awalnya kondom perempuan terbuat


dari plastik yang tipis dan tembus pandang. Saat ini sudah ada kondom
perempuan yang terbuat dari lateks. Kondom perempuan ini dapat dipasang
di vagina perempuan kurang lebih 4 jam sebelum berhubungan seks. Sama
dengan kondom laki-laki, pada bungkus kondom perempuanpun tercantum
tanggal kadaluarsa. Informasi ini penting untuk mengetahui apakah kondom
masih layak digunakan.

Cara penggunaan kondom perempuan:


Sebelum memasang kondom perempuan maka perlu diperhatikan perihal
sebagai berikut:
 Ambil kondom perempuan
 Perhatikan tanggal kadaluarsa
 Robek bungkus dengan hati-hati dan keluarkan kondom
 Pastikan bagian kondom yang terbuka
 Pastikan bagian cincin dalam (lebih kecil)
 Pastikan bagian cincin luar (lebih besar)
 Pastikan cincin dalam keadaan tertutup

Untuk cara pemasangannya silahkan lihat gambar dan keterangan di bawah.

Gambar 2: Kondom Perempuan

Keuntungan kondom perempuan :


 Peranan perempuan lebih aktif
 Dirancang untuk mencegah kehamilan dan IMS
 Tidak ada dampak medis dari penggunaan kondom
13
Materi Inti 7- Komunikasi, Informasi dan Edukasi Pencegahan HIV-AIDS & IMS

D. Cara memasang, melepas dan membuang kondom

Gambar 3: Cara penggunaan kondom laki-laki:

Cara pemasangan kondom perempuan:


1. Pencet cincin dalam dengan ibu jari, jari tengah dan jari telunjuk
2. Cari posisi nyaman untuk memasukan kondom (boleh duduk dengan kedua lutut
terbuka, jongkok, berdiri dengan satu kaki di atas kursi)
3. Dengan masih memencet cincin dalam, masukan kondom perempuan ke dalam
vagina
4. Gunakan tangan lainnya untuk membuka kemaluan
5. Masukkan kondom ke dalam vagina
6. Pastikan bahwa cincin luar terletak rata (mendatar) dibagian luar vagina
7. Saat siap berhubungan seks, gunakan tangan anda untuk memasukan penis
pasangan ke dalam kondom
8. Bila penis ke luar dari kondom, masukkan kembali penis ke dalam kondom
9. Setelah selesai, putar cincin bagian luar agar sperma tidak tumpah
10. Perlahan tarik kondom dari vagina
11. Bungkus kondom bekas pakai dan buang ke tempat sampah

14
Materi Inti 7- Komunikasi, Informasi dan Edukasi Pencegahan HIV-AIDS & IMS

Gambar 2: Cara Pemasangan Kondom Perempuan

Tahapan menggunakan kondom perempuan lebih banyak bila dibandingkan


dengan kondom laki-laki. Pada awalnya memang tidak akan mudah
menggunakan kondom perempuan, tetapi setelah terbiasa maka menggunakan
kondom perempuan tidaklah sulit

15
Materi Inti 7- Komunikasi, Informasi dan Edukasi Pencegahan HIV-AIDS & IMS

LATIHAN 1

1. Jelaskan cara penularan HIV-AIDS & IMS?


Jawab:
............................................................................................................................
............................................................................................................................
............................................................................................................................

2. Bagaimana cara pencegahan HIV-AIDS & IMS?


Jawab:
............................................................................................................................
............................................................................................................................
............................................................................................................................

3. Apa tujuan melakukan KIE pencegahan HIV-AIDS & IMS ?


Jawab:
............................................................................................................................
............................................................................................................................
............................................................................................................................

4. Sebutkan informasi yang harus disampaikan kepada pasien TB pada saat


melakukan KIE untuk menawarkan konseling dan tes HIV.
Jawab:
............................................................................................................................
............................................................................................................................
............................................................................................................................

5. Upaya yang dilakukan untuk mencegah penularan HIV-AIDS melalui darah?


Jawab:
............................................................................................................................
............................................................................................................................
............................................................................................................................

6. SIMULASI KIE

Fasilitator meminta peserta untuk berpasangan, 1 orang menjadi petugas TB


dan 1 orang menjadi pasien. Petugas TB mensimulasikan cara melakukan KIE
pencegahan HIV dan IMS kepada pasien. Peserta yang tidak mempunyai
pasangan ditugaskan sebagai pengamat. Simulasi diberikan waktu selama 10
menit kemudian fasilitator meminta pengamat untuk menyampaikan hasil
pengamatan. Fasilitator juga menyampaikan hasil pengamatan untuk
memperbaiki proses edukasi yang seharusnya.

7. SIMULASI PEMASANGAN KONDOM

16
Materi Inti 7- Komunikasi, Informasi dan Edukasi Pencegahan HIV-AIDS & IMS

Fasilitator meminta peserta untuk memperagakan pemasangan, pelepasan dan


pembuangan kondom perempuan dan laki-laki. Fasilitator mengamati apakah
semua peserta melakukan sesuai dengan prosedur pemasangan, pelepasan
dan pembuangan kondom sebagaimana telah diajarkan. Fasilitator menyiapkan
check list pengamatan. Simulasi diberikan waktu selama 10 menit. Fasilitator
menyampaikan hasil pengamatan untuk memperbaiki proses pemasangan,
pelepasan dan pembuangan kondom

Beritahukan fasilitator Anda bila sudah siap untuk diskusi.

VIII. REFERENSI

1. Pedoman VCT Nasional, DepKes 2006


2. WHO, Guidence on Provider Initianed HIV Testing and counselingIn health
Facilities, 2007
3. WHO, Integrated Management of Adult and Adolscent Illness, 2007
4. Pedoman Tes Laboratorium DepKes RI, 2007
5. World Health Organization, Priority interventions: HIV/AIDS prevention, treatment
and care in the health sector, 2009

17

Anda mungkin juga menyukai