Anda di halaman 1dari 16

SATUAN ACARA PEMBELAJARAN

Pencegahan Penyebaran HIV/AIDS pada Remaja


Diajukan untuk memenuhi tugas mata kuliah Keperawatan HIV/AIDS

Disusun oleh :

Oktorullah 220110150029
Anne Mayliani Hidayat 220110150045
Flaviliant Nurul Islamiatty 220110150090
Shelen Indah Tripiantini 220110150101
Farras Amalia Alhusniati 220110150105

FAKULTAS KEPERAWATAN
UNIVERSITAS PADJADJARAN
2017
SATUAN ACARA PEMBELAJARAN

Topik : Pencegahan Penularan HIV/AIDS pada Remaja


Subtopik : Seks Bebas dan Penggunaan Narkoba Suntik sebagai Sarana Penyebaran
HIV/AIDS pada Remaja
Sasaran : Remaja usia 15-17 tahun
Hari/Tanggal : Kamis, 13 September 2017
Waktu : 1 x 25 menit , 09.30 WIB
Tempat : Ruang Lecture Fakultas Keperawatan Universitas Padjadjaran
Narasumber : Anne Mayliani H. , Flaviliant Nurul I. , Shelen Indah T. , Farras Amalia A. ,
Oktorullah selaku mahasiswa dan mahasiswi Fakultas Keperawatan Universitas Padjadjaran

1. Karakteristik/Prasyarat Peserta Didik

Pendidikan kesehatan ini ditujukan kepada peserta didik yang memiliki kriteria
remaja dengan rentang usia 15-17 tahun.

2. Tujuan Pembelajaran

a. Tujuan umum

Peserta didik mampu meningkatkan kesadaran akan pentingnya mencegah


penularan HIV/AIDS lewat pergaulan bebas dan penggunaan narkoba suntik.

b. Tujuan khusus

1) Tujuan kognitif

Setelah dilakukan pendidikan kesehatan tentang pentingnya mencegah penularan


HIV/AIDS lewat pergaulan bebas dan penggunaan narkoba suntik, peserta didik dapat:

- Mengetahui faktor penyebab penularan HIV/AIDS

- Mengetahui cara mencegah penularan HIV/AIDS pada remaja, yang


mencakup:
 Mengetahui pentingnya menjaga pergaulan dikalangan remaja

 Mengetahui pentingnya terhindar dari penggunaan narkoba suntik

 Mengetahui pentingnya terhindar dari perilaku seks bebas

2) Tujuan afektif

Peserta didik menyetujui dan menyadari pentingnya menjaga pergaulan dan


terhindar dari perilaku seks bebas dan penggunaan narkoba suntik.

3) Tujuan psikomotor

Peserta didik mampu mengimplementasikan pengetahuannya terkait dengan


pentingnya menjaga pergaulan dan terhindar dari perilaku seks bebas dan penggunaan
narkoba suntik.

3. Capaian Pembelajaran

Setelah dilakukan pendidikan kesehatan tentang pentingnya menjaga pergaulan


dan terhindar dari perilaku seks bebas dan penggunaan narkoba suntik, diharapkan
peserta didik dapat :
1. Menyebutkan penyebab terjadinya penularan HIV/AIDS.
2. Menyebutkan faktor-faktor penularan HIV/AIDS pada remaja.
3. Menjelaskan pentingnya menjaga pergaulan saat remaja.
4. Menjelaskan cara penularan HIV/AIDS lewat penggunaan narkoba suntik.
5. Menjelaskan cara penularan HIV/AIDS lewat perilaku seks bebas.
6. Menyebutkan cara mencegah penularan HIV/AIDS lewat penggunaan narkoba suntik.
7. Menyebutkan cara mencegah penularan HIV/AIDS lewat perilaku seks bebas.
4. Materi Pengajaran

1. Definisi HIV/AIDS
2. Prevalensi HIV/AIDS pada usia remaja
3. Faktor-faktor penularan HIV/AIDS pada usia remaja
4. Menjelaskan pentingnya menjaga pergaulan saat remaja.
5. Menjelaskan cara penularan HIV/AIDS lewat penggunaan narkoba suntik.
6. Menjelaskan cara penularan HIV/AIDS lewat perilaku seks bebas.
7. Menyebutkan cara mencegah penularan HIV/AIDS lewat penggunaan narkoba suntik.
8. Menyebutkan cara mencegah penularan HIV/AIDS lewat perilaku seks bebas.

5. Strategi Pembelajaran

No. Tujuan Materi Pembelajaran Metoda Media Evaluasi


Pembelajaran
1. Peserta didik 1. Definisi HIV/AIDS Ceramah Power Peserta didik
mampu 2. Prevalensi dan point mampu
meningkatkan HIV/AIDS pada usia tanya menjawab
kesadaran akan remaja jawab pertanyaan
pentingnya 3. Faktor-faktor yang diberikan
mencegah penularan penularan oleh
HIV/AIDS lewat HIV/AIDS pada usia narasumber
pergaulan bebas dan remaja dengan tepat.
penggunaan 4. Menjelaskan
narkoba suntik. pentingnya menjaga
pergaulan saat
remaja.
5. Menjelaskan cara
penularan
HIV/AIDS lewat
penggunaan narkoba
suntik.
6. Menjelaskan cara
penularan
HIV/AIDS lewat
perilaku seks bebas.
7. Menyebutkan cara
mencegah penularan
HIV/AIDS lewat
penggunaan narkoba
suntik.
8. Menyebutkan cara
mencegah penularan
HIV/AIDS lewat
perilaku seks bebas.

6. Kegiatan Belajar-Mengajar

Alokasi
Tahap Kegiatan Pendidik Kegiatan Peserta Didik Metode Media Waktu
a. Menyiapkan media untuk
pemberian materi Mengkondisikan diri
Persiapan dalam posisi yang - - 2 menit
b. Mengkondisikan peserta didik
(Prakegiatan) nyaman
dalam posisi yang nyaman

Kegiatan a. Memberi salam dan


a. Menjawab salam
Pembuka memperkenalkan diri
b. Mendengarkan
b. Menjelaskan tujuan kegiatan dan
tema kegiatan
Ceramah - 2 menit
c. Identifikasi pengetahuan terkait
masalah seputar obesitas pada
anak

a. Menjelaskan materi meliputi :

1. Definisi HIV/AIDS
2. Prevalensi HIV/AIDS pada usia
remaja
3. Faktor-faktor penularan
HIV/AIDS pada usia remaja
4. Menjelaskan pentingnya
menjaga pergaulan saat remaja.
5. Menjelaskan cara penularan
HIV/AIDS lewat penggunaan
narkoba suntik.
6. Menjelaskan cara penularan
HIV/AIDS lewat perilaku seks
Uraian Materi bebas. a. Mendengarkan Ceramah
7. Menyebutkan cara mencegah b. Mengajukan & Tanya Power
penularan HIV/AIDS lewat pertanyaan jawab point
penggunaan narkoba suntik.
8. Menyebutkan cara mencegah
penularan HIV/AIDS lewat
perilaku seks bebas.

b. Memberikan kesempatan kepada


peserta didik untuk bertanya
tentang materi tersebut
15 menit
Tanya - 6 menit
a. Memberikan pertanyaan akhir a. Menjawab
Kegiatan jawab
sebagai evaluasi pertanyaan
Penutup
b. Menyimpulkan bersama-sama b. Mendengarkan
hasil dari kegiatan
c. Memberi salam
c. Menutup kegiatan dan
memberikan salam

Total 25 menit

7. Daftar Pustaka
- http://www.aidsindonesia.or.id/contents/37/78/Info-HIV-dan-
AIDS#sthash.crUyC1SZ.dpbs (Di akses pada 11/09/2017)
- InfoDATIN (PUSAT DATA DAN INFORMASI KEMENTERIAN
KESEHATAN RI)
- IK Kesehatan. 2011. HIV/AIDS dan IMS: Penularan dan Pencegahan [Buku
Saku]. Tersedia di
perpustakaan.depkes.go.id:8180/bitstream/123456789/.../BK2RIBUAN-FEB-
AGS04.pdf
- Ii, B. A. B., Perilaku, P., & Bebas, S. (2008). No Title, 12–49.
- W, Heri dkk. 2008. Faktor-Faktor Yang Berhubungan Dengan Penggunaan
Jarum Suntik Bergantian Diantara Pengguna Napza Suntik Di Kota Semarang.
Jurnal Promosi Kesehatan Indonesia Vol. 3 / No. 2 / Agustus 2008.

8. Evaluasi

a. Evaluasi Struktur

- Peserta didik hadir di tempat penyuluhan


- Penyelenggaraan penyuluhan dilakukan di tempat yang telah ditentukan
- Media yang digunakan dalam penyuluhan lengkap dan digunakan dengan baik,
yaitu power point

b. Evaluasi Proses

- Proses penyuluhan berjalan dengan lancar


- Peserta didik mendengarkan secara aktif materi yang disampaikan
- Peserta didik mengajukan pertanyaan dan menjawab pertanyaan dengan benar.
Pertanyaannya meliputi :
1. Sebutkan pengertian HIV dan AIDS.
2. Sebutkan faktor-faktor yang dapat menjadi penyebab penularan HIV/AIDS.
3. Jelaskan pentingnya menjaga pergaulan saat remaja!
4. Jelaskan cara penularan HIV/AIDS lewat penggunaan narkoba suntik!
5. Jelaskan cara penularan HIV/AIDS lewat perilaku seks bebas!
6. Sebutkan cara mencegah penularan HIV/AIDS lewat penggunaan narkoba
suntik.
7. Sebutkan cara mencegah penularan HIV/AIDS lewat perilaku seks bebas.

c. Evaluasi Hasil

Peserta didik memahami materi tentang pentingnya mencegah penularan


HIV/AIDS lewat pergaulan bebas dan penggunaan narkoba suntik dengan kriteria mampu
menjawab pertanyaan yang akan diberikan oleh penyuluh. Kriteria tersebut meliputi :
1. Mampu menyebutkan pengertian HIV dan AIDS.
2. Mampu menyebutkan faktor-faktor yang dapat menjadi penyebab penularan
HIV/AIDS.
3. Mampu menjelaskan pentingnya menjaga pergaulan saat remaja.
4. Mampu menjelaskan cara penularan HIV/AIDS lewat penggunaan narkoba
suntik.
5. Mampu menjelaskan cara penularan HIV/AIDS lewat perilaku seks bebas.
6. Mampu menyebutkan cara mencegah penularan HIV/AIDS lewat penggunaan
narkoba suntik.
7. Mampu menyebutkan cara mencegah penularan HIV/AIDS lewat perilaku
seks bebas.
MATERI

1. Prevalensi HIV di Usia Remaja

AIDS adalah singkatan dari Acquered Immune Deficiency Syndrome. AIDS adalah
penyakit yang belum dapat ditemukan obatnya sampai sekarang. Penyakit ini menyerang sistem
kekebalan tubuh manusia, sehingga manusia mudah terserang penyakit lain. Penyakit ini
disebabkan oleh virus HIV. HIV adalah singkatan dari Human Immuno Virus. Virus ini
menyerang sel limfosit CD4 dalam tubuh manusia yang berperan sebagai system pertahanan
tubuh dari infeksi. Akibatnya sistem kekebalan menurun dan rentan terhadap segala infeksi.
Virus ini menular bila terjadi percampuran cairan tubuh yang mengandung HIV, yaitu melalui
hubungan seksual dengan seorang yang mengidap HIV, melalui transfusi darah dan transplantasi
organ yang tercemar HIV, melalui jarum suntik atau alat tusuk lainnya yang tercemar HIV, dan
pemindahan dari ibu hamil yang mengidap HIV kepada janinnya.

Masa remaja merupakan peralihan masa kanak-kanak menjadi dewasa yang melibatkan
perubahan berbagai aspek seperti biologis, psikologis, dan sosial-budaya. WHO mendefinisikan
remaja sebagai perkembangan dari saat timbulnya tanda seks sekunder hingga tercapainya
maturasi seksual dan reproduksi, suatu proses pencapaian mental dan identitas dewasa, serta
peralihan dari ketergantungan sosioekonomi menjadi mandiri. Secara biologis, saat seorang anak
mengalami pubertas dianggap sebagai indikator awal masa remaja. Namun karena tidak adanya
petanda biologis yang berarti untuk menandai berakhirnya masa remaja, maka faktor-faktor
sosial, seperti pernikahan, biasanya digunakan sebagai petanda untuk memasuki masa dewasa.

Epidemi HIV/AIDS telah menyebar dengan cepat. Penyakit ini 20 tahun yang lalu
belum dikenal sama sekali, akan tetapi saat ini diperkirakan lebih dari 60 juta orang terinfeksi
dan lebih dari 21 juta orang meninggal karenanya. Rata-rata setiap harinya terdapat 14 ribu
orang terinfeksi, sebagian adalah usia remaja antara 15-24 tahun. AIDS telah menjadi penyebab
kematian terbesar keempat di seluruh dunia. Ancaman HIV/AIDS menyebabkan perilaku
seksual dan kesehatan reproduksi remaja muncul ke permukaan. Diperkirakan 20-25% dari
semua infeksi HIV di dunia terjadi pada remaja.

Secara kumulatif, jumlah kasus HIV dan AIDS sampai Juli 2015 laporan Dinas Kesehatan
Provinsi Sumatera Utara adalah 2.903 kasus HIV dan 4.306 kasus AIDS. Ironisnya, secara
konsisten, jumlah kasus AIDS tertinggi terjadi pada kelompok usia 20 sampai 29 tahun (usia
produktif) yang mengindikasikan mereka telah terinfeksi HIV sejak 3 hingga 10 tahun
sebelumnya, di mana saat itu mereka masih pada tahap remaja awal. Jumlah kematian yang
berkaitan dengan AIDS di kalangan remaja yang berusia 15-19 tahun telah lebih dari dua kali
lipat sejak 2000. Secara global pada 2015, rata-rata ada 29 penularan baru setiap jam di kalangan
mereka yang berusia 15-19 tahun, kata UNICEF.

Kasus HIV/AIDS yang dilaporkan tersebut hanyalah sebuah fenomena gunung es,
dimana kasus yang muncul ke permukaan atau yang dicatat tersebut hanyalah sebagian kecil dari
yang sebenarnya. Kalau kita tinjau dari jumlah kasus menurut kelompok umur maka yang paling
banyak adalah pada usia muda yaitu usia 15 – 49 tahun dengan yang tertinggi adalah usia 20-29
tahun. Tingginya kasus HIV/AIDS pada remaja dan dewasa muda kemungkinan disebabkan oleh
ketidaktahuan mereka tentang apa itu HIV dan AIDS itu sendiri, apa penyebabnya, bagaimana
cara penularannya serta bagaimana mencegah agar tidak tertular penyakit tersebut.

Jumlah kasus HIV tahun 2015 Total 36,7 juta (34.0 juta – 39.8 juta)
Dewasa 34.9 juta

Perempuan (15 tahun keatas) 17.8 juta

Anak – anak (> 15 tahun) 1,8 Juta


Jumlah kasus baru HIV tahun Total 2.1 juta (1.8 juta – 2.4 juta)
2015
Dewasa 1.9 juta

Anak – anak (> 15 tahun) 150.000


Kematian AIDS tahun 2015 Total 1.1 juta (940.000 – 1.3 juta)
Dewasa 1.0 juta

Anak – anak (> 15 tahun) 110.000


2. Faktor- Faktor yang Menyebabkan Remaja Terkena atau Terjangkit HIV

HIV atau Human Immunodeficiency Virus adalah virus yang menyerang sel darah putih di
dalam tubuh (limfosit) yang mengakibatkan turunnya kekebalan tubuh manusia. Orang yang
dalam darahnya terdapat virus HIV dapat tampak sehat dan belum membutuhkan pengobatan.
Namun orang tersebut dapat menularkan virusnya kepada orang lain bila melakukan hubungan
seks berisiko dan berbagi alat suntik dengan orang lain.

AIDS atau Acquired Immune Deficiency Syndrome adalah sekumpulan gejala penyakit yang
timbul karena turunnya kekebalan tubuh. AIDS disebabkan oleh infeksi HIV. Akibat
menurunnya kekebalan tubuh pada seseorang maka orang tersebut sangat mudah terkena
penyakit seperti TBC, kandidiasis, berbagai radang pada kulit, paru, saluran pencernaan, otak
dan kanker. Stadium AIDS membutuhkan pengobatan Antiretroviral (ARV) untuk menurunkan
jumlah virus HIV di dalam tubuh sehingga bisa sehat kembali.

Bagaimana HIV bisa ditularkan kepada orang lain?

 Melalui hubungan seks tanpa menggunakan kondom sehingga memungkinkan cairan mani
atau cairan vagina yang mengandung virus HIV masuk ke dalam tubuh pasangannya
 Dari seorang ibu hamil yang HIV positif kepada bayinya selama masa kehamilan, waktu
persalinan dan/atau waktu menyusui.
 Melalui transfusi darah/produk darah yang sudah tercemar HIV. Lewat pemakaian alat suntik
yang sudah tercemar HIV, yang dipakai bergantian tanpa disterilkan, terutama terjadi pada
pemakaian bersama alat suntik di kalangan pengguna narkoba suntik (penasun).

Apakah transfusi darah di fasilitas kesehatan berisiko menularkan HIV?


 Tidak berisiko karena umumnya, Palang Merah Indonesia dan fasilitas kesehatan selalu
melakukan pengecekan atau skrining HIV pada darah donor sebelum melakukan transfusi
kepada orang lain. Darah tercemar HIV tidak digunakan.

Apakah orang yang telah terinfeksi HIV boleh berkeluarga dan memiliki keturunan?
Risiko penularan kepada pasangan melalui hubungan seksual dapat dicegah dengan
penggunaan kondom. Pengobatan dengan ARV juga dapat menekan pertumbuhan virus HIV
dalam tubuh manusia sampai ke batas yang tidak terdeteksi sehingga risiko penularan ke
pasangan dapat dikurangi, namun harus tetap menggunakan kondom.
Orang yang telah terinfeksi HIV bahkan tetap dapat memiliki keturunan dengan aman.
Melalui program Pencegahan Penularan HIV dari Ibu ke Anak (PPIA/PMTCT), penularan HIV
dari ibu ke anak saat kehamilan, melahirkan dan menyusui dapat dikurangi sampai 0%. Calon
orang tua dapat menekan risiko penularan pada anak dengan mengetahui status HIV sejak dini.
Berkonsultasilah dengan dokter yang merawat.

Apakah orang yang telah terinfeksi HIV perlu dihindari?


Anda tidak perlu menghindari orang yang telah terinfeksi HIV. Penularan HIV terjadi
melalui cara-cara yang spesifik. Berinteraksi sosial dengan orang yang telah terinfeksi HIV tidak
menyebabkan penularan HIV.
Mendobrak Mitos HIV:

 HIV tidak menular di kolam renang umum


 HIV tidak menular melalui batuk atau bersin
 HIV tidak menular melalui gigitan nyamuk atau serangga lainnya
 HIV tidak menular dengan berbagi alat makan bersama
 HIV tidak menular karena berjabat tangan
 HIV tidak menular karena berciuman

Adakah keterkaitan infeksi HIV dan Infeksi Menular Seksual?


Infeksi Menular Seksual atau IMS adalah infeksi yang ditularkan melalui hubungan
seksual baik melalui vagina, anus atau mulut. Orang yang mengidap IMS memiliki risiko yang
lebih besar untuk terinfeksi HIV. Perlukaan pada kelamin karena adanya IMS dapat
mempermudah seseorang tertular HIV saat berhubungan seks tanpa pengaman.
Gejala yang timbul tergantung pada jenis IMS yang diderita. Beberapa gejala IMS yang mungkin
timbul adalah:
Keluarnya sekret atau nanah dari penis, vagina atau anus
Nyeri atau terasa panas waktu kencing
Benjolan, bintil atau luka pada penis, vagina, anus atau mulut
Pembengkakan di pangkal paha
Perdarahan setelah berhubungan kelamin
Nyeri pada perut bawah (wanita)
Nyeri pada buah pelir

Penyakit IMS misalnya:


Sifilis
Kencing Nanah (Gonore)
Klamidia
Herpes Genitalis
Infeksi Trikomunas
Kutil Kelamin

 Bila terdapat gejala di atas, jangan mengobati diri sendiri dengan obat bebas di pasaran. IMS
itu mencakup banyak jenis penyakit. Segera periksakan diri anda ke layanan kesehatan
terdekat untuk mendapatkan pengobatan yang tepat.
 Hindari hubungan seks atau gunakan kondom dalam hubungan seks selama masih dalam
pengobatan. Agar infeksi tidak berulang, ajak pasangan untuk diperiksa dan diobati pula.
 Bila IMS tidak mendapakan pengobatan yang tepat, dapat meningkatkan risiko terkena
infeksi HIV, kemandulan, keguguran, atau penularan IMS kepada pasangan atau bayi yang
dikandung.
Berdasarkan Faktor risiko, infeksi HIV dominan terjadi pada heteroseksual, di ikuti dengan
“lain-lain”, pengguna napza suntik (penasun) dan kelompok “Lelaki berhubungan Seks dengan
Lelaki (LSL)”.
3. Penularan HIV melalui NAPZA Suntik

Penggunaan NAPZA jenis suntikan meningkatkan resiko tertular HIV. Karena, jarum suntik
merupakan alat yang harus selalu steril dan hanya boleh digunakan untuk satu orang saja.
Melalui jarum suntik, HIV AIDS bisa menular melalui penggunaan jarum suntik secara
bergantian. Menurut laman medicastore.com sebesar 40,4 %, merupakan angka yang besar
untuk prosentase sebuah penularan HIV AIDS. Meningkat tajamnya prevalensi HIV pada
pengguna NAPZA suntik di Indonesia disebabkan oleh penggunaan jarum dan alat suntik
yang tidak steril ditambah dengan praktek penyuntikan berkelompok. Penelitian di beberapa
negara mendapatkan perilaku kelompok ini sangat rentan tertular HIV dan penyakit lain
melalui penggunaan jarum suntik secara bergantian tanpa melakukan sterilisasi yang
memadai.
Sebagian besar pengguna NAPZA jenis ini melakukan sterilisasi jarum hanya dengan disiram
air biasa. Pengetahuan yang kurang tentang HIV/AIDS dan rendahnya self-efficacy
mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap penggunaan jarum suntik bergantian diantara
pengguna napza suntik.
Selain jarum suntik, penggunaan alat tato dan alat tindik telinga juga memiliki resiko tinggi
terhadap HIV. Karena, darah dari orang lain akan dengan mudah mausk ke dalam pembuluh
darah. Juga sata melakukan donor darah, pastikan jarum yang dipakai adalah masih tersegel
dan steril.
Pada usia remaja, banyak anak remaja yang masih mencari jati diri. Salah satunya yaitu
dengan mengikuti teman sebayanya untuk mencoba hal-hal baru seperti NAPZA suntik.
Berawal dari menggunakan jarum suntik oleh seorang, lalu jarum suntik tersebut diberikan
atau dipinjamkan kepada teman-temannya. Bagi remaja yang telah kecanduan NAPZA,
biasanya akan sulit untuk direhabilitasi. Maka dari itu, peran orangtua serta lingkungan juga
sangat mendukung.
4. Seks Bebas Menyebabkan HIV

Perilaku seks bebas adalah aktifitas seksual yang dilakukan di luar perkawinan yang sama
dengan zina, perilaku ini dinilai sebagai perilaku seks yang menjadi masalah sosial bagi
masyarakat dan negara karena dilakukan di luar pernikahan (Wahyuningsih, 2008).
Menurut Masland (2004) dan Mu’tadin (2002), perilaku seks bebas meliputi:
Kissing
Ciuman yang dilakukan untuk menimbulkan rangsangan seksual, seperti di bibir disertai
dengan rabaan pada bagian-bagian yang sensitif yang bisa menimbulkan rangsangan seksual.
Necking
Berciuman biasanya termasuk mencium wajah dan leher. Necking adalah istilah yang
umumnya untuk menggambarkan ciuman dan pelukan yang lebih mendalam.
Petting
Perilaku menggesek-gesekkan bagian tubuh yang sensitif seperti payudara, organ kelamin.
Merupakan langkah yang lebih mendalam dari necking. Ini termasuk merasakan dan
mengusap-usap tubuh pasangan termasuk lengan, dada, buah dada, kaki, dan kadang-kadang
daerah kemaluan, entah diluar atau di dalam pakaian.
Intercourse
Bersatunya dua orang secara seksual yang dilakukan oleh pasangan pria dan wanita
(heteroseksual) yang ditandai dengan penis pria yang ereksi masuk ke dalam vagina untuk
mendapatkan kepuasan seksual, selain itu tidak jarang dilakukan oleh pasangan sejenis
(homoseksual).
HIV hidup dalam darah, cairan vagina, cairan mani dan cairan pre-cum/getah penis, air susu
ibu yang tertular HIV, dan cairan infeksi penderitanya. Oleh karena itu, jenis perilaku seks
bebas yang bisa menularkan HIV adalah jenis intercourse.
Perilaku Berisiko Tertular HIV
Berhubungan seks dengan lebih dari satu pasangan seks, atau berganti-ganti pasangan seks
dan melakukan hubungan seks tanpa kondom sangat berisiko terjadinya penularan HIV.
Dalam hubungan seks, cairan tubuh dari pasangan seks (cairan vagina atau cairan mani dan
cairan pre-cum/getah penis) akan masuk ke dalam tubuh kita.
Jika salah satu dari pasangan seks kita tertular HIV, maka virus tersebut juga akan terbawa
dalam cairan vagina atau cairan mani dan cairan pre-cum/getah penis. Terlebih apabila pada
organ seks kita terdapat luka, virus akan lebih mudah masuk.
5. Cara mencegah NAPZA Suntik dan Seks Bebas

Untuk mencegah perilaku seks bebas pada remaja, berikut ada beberapa tips untuk mencegah
perilaku tersebut agar tidak terjadi :
1. Selalu mendekatkan diri pada Tuhan yang Maha Esa
2. Menyadari bahwa berhubungan intim dengan lawan jenis bukanlah hal yang tepat bagi
seorang remaja.
3. Pintar dalam memilih teman
4. Menyadari bahaya dan resiko dari perilaku seks bebas
5. Saling mengingatkan tentang kebaikan dengan sesama teman
6. Menyibukkan dan memanfaatkan waktu dengan baik
7. Mengisi waktu luang dengan kegiatan positif yang bermanfaat

Untuk masalah penyalahgunaan narkoba suntik pada remaja, berikut beberapa tips yang
dipublikasikan oleh BNN agar remaja Indonesia tidak menyalah gunakan produk narkoba :
1. Jangan pernah untuk mencoba-coba menggunakan narkotika, kecuali atas dasar
pertimbangan medis atau dokter.
2. Mengetahui akan berbagai macam dampak buruk narkoba.
3. Memilih pergaulan yang baik dan jauhi pergaulan yang bisa mengantarkan kita pada
penyalahgunaan narkotika.
4. Memiliki kegiatan-kegiatan yang positif, berolahraga atau pun mengikuti kegiatan
kegiatan organisasi yang memberikan pengaruh positif baik kepada kita.
5. Selalu ingatkan bahwawasannya ancaman hukuman untuk penyalah guna Narkoba,
apalagi bagi pengedar Narkoba adalah Lembaga Pemasyarakatan.
6. Gunakan waktu dan tempat yang aman, jangan keluyuran malam-malam. Bersantailah
dengan keluarga, berkaraoke, piknik, makan bersama, masak bersama, beres-beres
bersama nonton bersama keluarga.
7. Bila mempunyai masalah maka cari jalan keluar yang baik dan jangan jadikan narkoba
sebagai jalan pelarian.

Anda mungkin juga menyukai