MODUL PELATIHAN
KOLABORASI TB-HIV
BAGI PETUGAS
BAGI PETUGAS KTS DAN PDP DI
FASILITAS PELAYANAN KESEHATAN
MATERI INTI 6
KOMUNIKASI INFORMASI DAN EDUKASI
TB-HIV
Direktorat Jenderal
Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Kementerian
Kesehatan R.I.
2016
Materi Inti 6- Komunikasi, Informasi dan Edukasi TB-HIV
I. DAFTAR ISI
I. DAFTAR ISI...........................................................................................................I
VIII. LATIHAN………………………………………………………….……………………24
IX. REFERENSI.........................................................................................................28
i
Materi Inti 6- Komunikasi, Informasi dan Edukasi TB-HIV
Kegiatan KIE tidak dapat berdiri sendiri; hal ini harus didukung oleh layanan kesehatan
dan sosial yang direncanakan dalam bentuk kegiatan dan tujuan program secara
keseluruhan.Secara keseluruhan kegiatan KIE TB-HIV harus terintegrasi dalam
program pelayanan dan pencegahan baik di layanan TB maupun di layanan HIV.
Informasi dasar TB dan HIV, kaitan keduanya, cara penularan, pemeriksaan,
pengobatan dan program pencegahan penularan TB dan HIV perlu disampaikan
kepada pasien TB dan ODHA serta masyarakat.
Penyampaian informasi dan edukasi dilakukan baik oleh perawat, dokter maupun
petugas lainnya yang terkait dengan pasien TB dan ODHA membutuhkan sebuah
keterampilan dalam berkomunikasi. Elemen pokok dan hambatan dalam komunikasi
efektif serta ketrampilan dasar komunikasi motivasi akan mendukung petugas dalam
menyampaikan hal-hal penting untuk diketahui pasien.
1
Materi Inti 7- Komunikasi, Informasi dan Edukasi Pencegahan HIV-AIDS &
IMS
A. Setelah
TUJUAN PEMBELAJARAN
mempelajari UMUM
materi peserta mampu melakukan KIE TB-HIV
B. Setelah
TUJUAN PEMBELAJARAN
mempelajari KHUSUS
materi peserta akan mampu:
1. Memahami pentingnya KIE dalam kegiatan kolaborasi TB-HIV
2. Melaksanakan KIE TB-HIV di layanan TB dan HIV
3. Menerapkan Komunikasi Efektif dan Komunikasi Motivasi di layanan
1. METODE
Pembelajaran dalam kelompok:
Tugas baca,
Diskusi,
Latihan soal,
Simulasi KIE,
Role play dengan EPT
Pleno hasil pembelajaran
2
Materi Inti 7- Komunikasi, Informasi dan Edukasi Pencegahan HIV-AIDS &
IMS
2. MEDIA
Materi inti 6
3. ALAT BANTU
Flipchart,
Whiteboard,
Video
SESI 2: Proses
Langkah PERAN KIE DALAM
Pembelajaran PENCEGAHAN
sebagai berikut: TB-HIV
Peserta secara bergantian membaca pokok bahasan 1 materi inti pelatihan
Fasilitator mendorong peserta untuk menanyakan bagian yang tidak dimengerti.
Melakukan apersepsi tentang materi yang dibahas dengan metoda curah
pendapat, meminta beberapa peserta untuk menjawabnya, atau penjelasan dari
narasumber.
Peserta secara bergantian membaca pokok bahasan 1 materi inti pelatihan
hingga selesai
Fasilitator mendorong peserta untuk menanyakan bagian yang tidak dimengerti.
Melakukan apersepsi tentang materi yang dibahas dengan metoda curah
pendapat, meminta beberapa peserta untuk menjawabnya, atau penjelasan dari
narasumber.
SESI 3: Proses
Langkah KIE TB-HIV DI LAYANAN
Pembelajaran TB DAN HIV
sebagai berikut:
Peserta secara bergantian membaca pokok bahasan 2 materi inti pelatihan
Fasilitator mendorong peserta untuk menanyakan bagian yang tidak dimengerti.
Melakukan apersepsi tentang materi yang dibahas dengan metoda curah
pendapat, meminta beberapa peserta untuk menjawabnya, atau penjelasan dari
narasumber.
3
Materi Inti 6- Komunikasi, Informasi dan Edukasi TB-HIV
SESI 4: Proses
Langkah KOMUNIKASI EFEKTIF
Pembelajaran sebagaiDAN KOMUNIKASI MOTIVASI
berikut:
Peserta secara bergantian membaca pokok bahasan 3 materi inti pelatihan
Fasilitator mendorong peserta untuk menanyakan bagian yang tidak dimengerti.
Melakukan apersepsi tentang materi yang dibahas dengan metoda curah
pendapat, meminta beberapa peserta untuk menjawabnya, atau penjelasan dari
narasumber.
Fasilitator meminta peserta untuk melakukan role play secara bergantian
Fasilitator memberikan apersepsi tentang materi yang dibahas dan peragaan
yang telah dilaksanakan
SESI 5: Proses
Langkah PENUTUP, UMPAN
Pembelajaran BALIK
sebagai DAN RANGKUMAN
berikut:
Fasilitator merangkum tentang pembahasan materi ini dengan mengajak seluruh
peserta untuk melakukan umpan balik. Dilanjutkan dengan memberikan apresiasi
atas keterlibatan aktif seluruh peserta.
4
Materi Inti 6- Komunikasi, Informasi dan Edukasi TB-HIV
Setiap pasien TB dianjurkan untuk melakukan tes HIV, namun belum semua
petugas TB menyampaikan hal ini kepada pasien. Padahal sangat penting
bagi pasien TB mengetahui kaitan HIV-AIDS dengan pasien TB.
besar orang yang terinfeksi HIV diketahui terlebih dahulu sakit TB. Hal ini
dikarenakan pada orang yang terinfeksi HIV terjadi penurunan daya tahan
tubuh sehingga mengaktifkan TB laten menjadi TB aktif.
Jika seseorang mempunyai kedua penyakit ini, akan dapat menjadi sangat
serius dan dapat menyebabkan kematian, oleh karena itu penatalaksanaan
yang tepat (diagnosis dan pengobatan) sangat diperlukan. Pengobatan
untuk HIV sudah tersedia di beberapa RS dan dapat meningkatkan kualitas
hidup ODHA. Dan juga jika seseorang mengetahui status HIV-nya, petugas
kesehatan dapat mengobati penyakit TB nya dengan lebih baik. Jika
seseorang tidak/belum memutuskan untuk melakukan tes HIV, petugas
kesehatan tetap akan mengobati TB-nya.
3. Penularan HIV-AIDS
Jelaskan kepada pasien mengenai cara penularan HIV. Penularan HIV
dapat dikelompokkan atas:
- Penularan melalui hubungan seksual
Penularan melalui hubungan seksual adalah cara yang paling utama
dari semua cara penularan. Penularan melalui hubungan seksual
dapat terjadi selama sanggama laki-laki dengan perempuan atau laki-
laki dengan laki-laki. Sanggama berarti kontak seksual dengan
penetrasi vaginal, anal, oral seksual antara dua individu. Risiko
tertinggi adalah penetrasi vaginal atau anal yang tak terlindung dari
individu yang terinfeksi HIV. Kontak seksual tidak langsung (mulut ke
penis atau mulut ke vagina) masuk dalam kategori risiko rendah
tertular HIV.
8
Materi Inti 6- Komunikasi, Informasi dan Edukasi TB-HIV
9
Materi Inti 6- Komunikasi, Informasi dan Edukasi TB-HIV
Semua ODHA diskrining gejala dan tanda TB. Skrining dapat dilakukan oleh
Konselor, Perawat atau Dokter di layanan HIV. Jika dijumpai ODHA terduga
TB, harus segera dilakukan pemeriksaan lebih lanjut untuk menegakkan
diagnosis TB. Untuk itu ada beberapa informasi TB yang harus disampaikan
kepada ODHA seperti sebagai berikut:
1. Kaitan TB dengan HIV-AIDS
Jelaskan kepada klien bahwa TB adalah infkesi oportunistik pada ODHA
yang paling sering terjadi selain kandidiasis. Sebagian besar orang yang
terinfeksi HIV diketahui terlebih dahulu sakit TB. Hal ini dikarenakan pada
orang yang terinfeksi HIV terjadi penurunan daya tahan tubuh sehingga
mengaktifkan TB laten menjadi TB aktif.
Seperti telah dipelajari pada bagian KIE TB-HIV di layanan TB, jelaskan jika
seseorang mempunyai kedua penyakit ini, akan dapat menjadi sangat serius
dan dapat menyebabkan kematian, oleh karena itu penatalaksanaan yang
tepat (diagnosis dan pengobatan) sangat diperlukan. Pengobatan untuk TB
sudah tersedia di semua Puskesmas dan beberapa Rumah Sakit.
2. Penularan
- Penularan TB terjadi melalui udara dari percikan dahak pasien TB yang
batuk/bersin tanpa menutup mulut.
- Jika udara yang mengandung kuman TB terhirup maka kemungkinan
kita terinfeksi TB. Ini tidak selalu berarti kita langsung sakit TB, bisa jadi
kuman TB tersebut ’tidur’(dormant) dalam badan kita. Kuman‘tidur’ ini
tidak membuat kita sakit TB dan kita juga tidak dapat menularkannya ke
orang lain, tetapi jika kuman TB yang ‘tidur’ ini menjadi aktif dan terjadi
penggandaan maka kita menjadi sakit TB.
- TB tidak menular melalui perlengkapan pribadi pasien TB yang sudah
dibersihkan seperti: peralatan makan, pakaian ataupun tempat tidur.
10
Materi Inti 6- Komunikasi, Informasi dan Edukasi TB-HIV
.
3. Pencegahan penularan TB
Meskipun mudah penularannya, TB dapat dicegah. Hal ini penting
dijelaskan kepada ODHA sehingga tidak terjadi kepanikan. Hal-hal yang
dapat dijelaskan terkait dengan pencegahan penularan yaitu:
- Minumlah obat secara teratur. Setelah 2 minggu minum obat maka
jumlah kuman akan menurun sehingga tidak akan menular ke orang
lain. Namun minum obat harus tetap dilanjutkan hingga 6-8 bulan
sesuai petunjuk dokter.
- Pasien TB harus menutup mulutnya pada waktu batuk atau bersin.
- Tidak membuang dahak di sembarang tempat tetapi dibuang pada
tempat khusus dan tertutup.
Misalnya: menggunakan kaleng bertutup dan sudah diisi air sabun
atau lysol untuk menampung dahak dan timbun kedalam tanah di
tempat yang jauh dari keramaian. Jika menggunakan lysol jangan
membuang ke dalam lubang WC.
- Rumah tinggal harus mempunyai ventilasi udara yang baik agar
sirkulasi udara berjalan lancar dan ruang/kamar mendapatkan cahaya
matahari.
- ODHA dalam terapi ARV tetap mempunyai risiko lebih tinggi terkena
TB dibandingkan dengan populasi non HIV. Pengobatan Pencegahan
dengan INH (PP INH) merupakan salah satu upaya yang penting
untuk pencegahan TB pada ODHA.
Lebih dari 90% pasien TB paru dengan hasil dahak positif akan
mempunyai gejala batuk segera setelah menjadi sakit. Namun batuk
bukanlah gejala yang khas untuk TB paru sehingga perlu dilakukan
pemeriksaan dahak; dan bila dianggap perlu dapat dilakukan
pemeriksaan lain seperti: pemeriksaan ronsen dada, pemeriksaan oleh
dokter atau pemeriksaan biakan untuk M. tuberculosis. Gejala
berkurangnya berat badan dan demam lebih sering dijumpai pada pasien
TB paru dengan HIV positif dibanding dengan yang HIV negatif.
dahak.
- Pemeriksaan dahak secara mikroskopis dilakukan 2 kali yaitu SP
(Sewaktu datang ke layanan dan Pagi) Petugas harus menjelaskan
bagimana mengeluarkan dahak.
- Pemeriksaan dengan Tes Cepat di Rumah Sakit tertentu yang telah
mempunyai sarana
- Jika hasil pemeriksaan dahak positif maka artinya dahak tersebut
mengandung kuman TB.
- Jika hasil pemeriksaan dahak negatif maka petugas kesehatan harus
menindak lanjuti sesuai alur yang ada
a. Berat badan turun atau tidak naik dalam 2 bulan sebelumnya atau
terjadi gagal tumbuh (failure to thrive) meskipun telah diberikan
upaya perbaikan gizi yang baik dalam waktu 1-2 bulan.
b. Demam lama (≥2 minggu) dan/atau berulang tanpa sebab yang
jelas (bukan demam tifoid, infeksi saluran kemih, malaria, dan lain-
lain). Demam umumnya tidak tinggi. Keringat malam saja bukan
merupakan gejala spesifik TB pada anak apabila tidak disertai
dengan gejala-gejala sistemik/umum lain.
c. Batuk lama ≥2 minggu, batuk bersifat non-remitting (tidak pernah
reda atau intensitas semakin lama semakin parah) dan sebab lain
batuk telah dapat disingkirkan. Batuk tidak membaik dengan
pemberian antibiotika atau obat asma (sesuai indikasi).
d. Lesu atau malaise, anak kurang aktif bermain
Gejala-gejala tersebut menetap walau sudah diberikan terapi yang
adekuat
12
Materi Inti 6- Komunikasi, Informasi dan Edukasi TB-HIV
5. Pengobatan TB
Sampaikan setelah dinyatakan positif TB, pasien diberi obat yang harus
diminum teratur sampai tuntas selama 6–8 bulan. Obat Anti TB (OAT)
disediakan secara cuma-cuma di semua Puskesmas dan beberapa RS
yang telah menjalankan program penanggulangan TB.
Informasi efek samping OAT perlu disampaikan dan yakinkan pasien
untuk segera menyampaikan efek samping obat kepada petugas serta
tidak menghentikan pengobatan secara sepihak.
ARV tetap diberikan sesuai dengan petunjuk petugas.
13
Materi Inti 6- Komunikasi, Informasi dan Edukasi TB-HIV
Edukasi tentang TB-HIV merupakan salah satu kegiatan penting dalam upaya
meningkatkan kesadaran pasien untuk mengetahui risiko penularan TB, terinfeksi
HIV dan kemungkinan ko-infeksi TB-HIV, ketersediaan layanan TB dan HIV,
serta manfaat dan pentingnya konseling dan tes HIV bagi pasien TB dan
sebaliknya.
A. Komunikasi Efektif
Dalam penata kelolaan TB-HIV adalah komponen penting dalam pelayanan
pasien TB-HIV.
14
Materi Inti 6- Komunikasi, Informasi dan Edukasi TB-HIV
15
Materi Inti 6- Komunikasi, Informasi dan Edukasi TB-HIV
pesan yang kita sampaikan dapat diterima oleh penerima pesan dalam hal
ini adalah pasien.
Dalam komunikasi efektif juga mengacu pada kemampuan kita untuk
menggunakan berbagai media maupun perlengkapan atau alat bantu audio
visual yang akan membantu, agar pesan yang kita sampaikan dapat diterima
dengan baik sehingga pesan disampaikan dengan cara atau sikap yang
dapat diterima oleh penerima pesan dalam hal ini pasien.
- Clarity (jelas)
Pesan selain harus dapat dimengerti dengan baik, maka komunikasi yang
efektif terkait dengan itu adalah kejelasan dari pesan sehingga tidak
menimbulkan multi interpretasi atau berbagai penafsiran yang berlainan.
Clarity dapat pula berarti keterbukaan dan transparansi. Dalam
berkomunikasi kita perlu mengembangkan sikap terbuka (tidak ada yang
ditutupi atau disembunyikan), sehingga dapat menimbulkan rasa percaya
dari pasien kepada petugas. Karena tanpa keterbukaan akan timbul sikap
saling curiga dan pada gilirannya akan menurunkan semangat pasien dalam
menjalani pengobatan.
B. Komunikasi Motivasi
16
Materi Inti 6- Komunikasi, Informasi dan Edukasi TB-HIV
Contoh :
Pasien mengatakan : “Saya tidak tahu berbuat apa untuk pengobatan
TB-HIV karena saya harus minum obat banyak sekali”.
Empati petugas ditunjukkan dengan mengucapkan:“Kedengarannya
anda kuatir tentang pengobatan anda”
b. Hindari perdebatan
Di dalam praktik sehari-hari yang berhubungan dengan kesehatan,
pasien seringkali membuat keputusan yang menurut petugas kurang
tepat sehingga petugas cenderung mengarahkan ke arah yang benar.
Dalam penerapan KM sebaiknya petugas menghindari perdebatan
untuk mengubah keputusan pasien karena membuat pasien tidak
nyaman.Petugas sebaiknya memahami dan mengetahui alasan
mengapa pasien mengambil keputusan tersebut, serta bekerja sama
untuk menggali pilihan-pilihan lain yang lebih baik bagi pasien.
Contoh :
Pasien memutuskan untuk berhenti minum obat karena efek samping obat
berupa mual dan pusing. Petugas menjelaskan bahwa efek samping ini
dapat diatasi dengan cara berkonsultasi ke puskesmas dan mendapatkan
obat untuk menanggulangi efek samping tersebut tanpa harus berhenti
meminum obat demi kesembuhan pasien.
17
Materi Inti 6- Komunikasi, Informasi dan Edukasi TB-HIV
Contoh :
Pasien menolak memulai terapi ARV bersamaan dengan pengobatan TB.
Petugas membimbing pasien untuk membayangkan dalam 6 bulan ke depan
apabila pasien meminum obat dan tidak menjalankan terapi ARV dan
pengobatan TB. Pasien diminta untuk membandingkan kedua hal tersebut.
Contoh :
Pasien memutuskan untuk memulai pengobatan terhadap penyakitnya.
Petugas kesehatan mendukung keputusan pasien dan menanyakan kepada
pasien apa yang bisa dibantu untuk memudahkan pasien menjalani
pengobatan
3. Keterampilan dasar KM
Terdapat 4 ketrampilan kunci komunikasi untuk Motivasi (KM), antara lain :
a. Refleksi – Mengulang pernyataan pasien
Refleksi adalah pernyataan (bukan pertanyaan) yang mengharuskan petugas
kesehatan mendengarkan, mengamati dan menginterpretasi isyarat verbal
dan visual pasien agar sesuai dengan yang dimaksud. Untuk dapat
mengulang pernyataan pasien, petugas harus mendengarkan dengan baik
apa yang disampaikan pasien. Keterampilan ini membutuhkan banyak praktik.
Mendengarkan yang baik bukan berarti diam dan hanya mendengarkan apa
yang pasien katakan. Kunci dari mendengarkan secara aktif adalah
bagaimana petugas menanggapi kata-kata pasien. Oleh karena itu teknik ini
kadang disebut juga “empati” atau “mendengarkan secara aktif”.
18
Materi Inti 6- Komunikasi, Informasi dan Edukasi TB-HIV
pasien.
Perilaku-perilaku di atas tidak membantu dalam menggali sikap ambivalensi
(mendua) pasien. Petugas kesehatan tidak sungguh-sungguh mendengarkan,
dan tidak memberi kesempatan kepada pasien untuk berbicara. Perilaku di atas
hanya mencoba memaksa pasien untuk menyetujui sebuah solusi secara dini.
Inti refleksi adalah menduga maksud perkataan pasien. Dalam komunikasi bisa
terjadi salah pengertian.Sebelum pasien berbicara, mereka pertama harus
memikirkan apa yang ingin dikomunikasikan, lalu mengucapkannya dalam bentuk
kata. Petugas harus mendengarkan kata-kata pasien, dan memahaminya karena
bisa terjadi salah pengertian. Refleksi memungkinkan petugas menduga maksud
perkataan pasien dan menyuarakan dugaan tersebut dalam bentuk pernyataan.
Refleksi kompleks sebaliknya menambah arti atau penekanan terhadap apa yang
dikatakan pasien, sering dengan membuat dugaan tentang makna lebih dalam
dari pernyataan pasien, atau menduga apa yang akan mereka katakan
selanjutnya.
Contoh:
Pasien : “Saya tahu perlu diperiksa dahak untuk mengetahui saya sakit TB RO,
tapi saya takut.”
Petugas Kesehatan : “(menduga) Kalau Bapak ternyata hasilnya TB RO, Bapak
tidak tahu harus berbuat apa.”
Pada percakapan di atas, pasien tidak mengatakan kuatir bila hasil pemeriksaan
dahak positif TB RO tapi cukup beralasan pagi petugas untuk menduga
kekuatiran pasien. Percakapan juga dapat mengarah ke pembicaraan tentang apa
yang menjadi hambatan untuk tes laboratorium. Refleksi ini walaupun awalnya
dapat terasa canggung, tapi mempermudah proses komunikasi dan kesamaan
persepsi antara petugas dan pasien. Prinsipnya adalah untuk tidak membuat
dugaan terlalu jauh.
Ada beberapa jenis refleksi kompleks yang dapat digunakan agar percakapan
dengan pasien terus mengalir. Contoh:
19
Materi Inti 6- Komunikasi, Informasi dan Edukasi TB-HIV
Refleksi tidak lebih panjang dari pernyataan yang direfleksikan – semakin ringkas
semakin baik. Buat satu dugaan apa yang dimaksud dalam pernyataan pasien,
dan tidak berbelit-belit.
Penting untuk diingat bahwa afirmasi bukan memuji. Memuji bisa menjadi
hambatan berkomunikasi dengan pasien karena menempatkan petugas dalam
posisi menilai pasien dimana petugas memutuskan perilaku mana yang dipuji
dan mana yang dikritisi. Ada beberapa cara untuk menghindari masalah ini :
• Hindari penggunaan kata “Saya”
• Fokus pada perilaku yang spesifik
• Fokus pada deskripsi, bukan evaluasi
20
Materi Inti 6- Komunikasi, Informasi dan Edukasi TB-HIV
Contoh:
“Apa yang membuat anda sulit memakai masker setiap hari?”
“Apa yang membuat anda sulit datang ke Puskesmas setiap hari?”
“Bagaimana supaya keluarga anda tidak tertular?”
Pertanyaan terbuka merupakan keterampilan penting yang memungkinkan kita
menggali banyak informasi dari pasien. Pertanyaan terbuka memungkinkan
pasien untuk berbagi informasi atau pengalaman sesuai keinginan mereka.
Hal ini menegaskan kembali hubungan antara petugas dan pasien. Pasien
bisa juga berbagi informasi atau pengalaman yang tidak pernah kita duga
sebelumnya.
21
Materi Inti 6- Komunikasi, Informasi dan Edukasi TB-HIV
juga mengarahkan pada jawaban tertentu. Hal ini bukan hanya menempatkan
petugas dalam posisi yang lebih tinggi (menilai hal yang baik vs hal yang
jelek), namun jawaban juga tidak bisa dipercaya sepenuhnya. Apakah pasien
benar mengunakan masker atau ia menjawab karena petugas menginginkan
jawaban demikian?
Langkah ini penting karena menunjukkan bahwa kita menghormati pasien dan
dapat membuat pasien lebih mendengarkan apa yang petugas katakan.
Apabila hubungan antara petugas dan pasien baik, maka pasien hampir selalu
menyetujui permintaan petugas.
22
Materi Inti 6- Komunikasi, Informasi dan Edukasi TB-HIV
Contoh :
Petugas: “Ceritakan kepada saya apa yang Ibu tahu tentang melindungi diri
Ibu dari penularan TB ?.”
Pasien: “Saya tahu saya harus menggunakan masker. Tapi mustahil bagi saya
untuk menggunakan masker terus menerus. Mereka merasa saya sebagai
orang aneh dengan memakai masker terus !
Petugas : “Jadi walaupun Ibu tahu cara untuk tetap aman, Ibu merasa tidak
berdaya untuk melakukan apa-apa. Saya kenal banyak wanita yang
merasakan hal yang sama waktu mereka pertama memakai masker. Tapi kita
coba berusaha dan mereka menemukan cara meyakinkan bahwa masker
akan mencegah penularan TB. Apa Ibu mau mendengar beberapa cara yang
sudah berhasil bagi wanita-wanita lain?”
Pasien: “Boleh, Dok!”
23
Materi Inti 6- Komunikasi, Informasi dan Edukasi TB-HIV
3 . Menggabungkan semuanya
Masing-masing keterampilan tidak berfungsi secara terpisah, tapi merupakan
bagian dari perangkat bagi petugas, untuk menggerakkan pasien ke arah
perubahan. Seperti dalam contoh di atas, anda dapat memulai sebuah sesi
dengan peneguhan (“Senang bertemu Anda kembali!”), lalu bergerak ke
pertanyaan terbuka (“Bagaimana dengan perubahan-perubahan yang kita
diskusikan waktu itu?”) setelah itu anda bisa mendengarkan secara reflektif
untuk memandu percakapan dengan pasien (“Kedengarannya Anda sedikit
kewalahan …”) dan 3B untuk memberi informasi baru (“Maukah Anda
mendengar pengalaman orang lain yang berhasil mengatasi situasi seperti
anda?”) lalu merefleksikan dan merangkum perasaan, ide dan pengalaman
pasien sementara terus meneguhkan contoh-contoh perubahan yang positif.
Keterampilan KM bisa diulangi terus-menerus dalam berbagai kombinasi.
24
Materi Inti 6- Komunikasi, Informasi dan Edukasi TB-HIV
Pada latihan bermain peran berikut akan dihadirkan EPT (Pasien yang sudah
mengalami konversi atau menyelesaikan pengobatan TB dan dinyatakan
sembuh) yang akan bermain peran bersama petugas TB/ Peserta latih dalam
pelatihan ini.
Pada saat bermain peran, EPT akan menempati tempat duduk yang telah
ditentukan dan akan bertemu dengn petugas yang dibagi menjadi kelompok
yang terdiri dari 2 orang petugas. Dua orang petugas tersebut akan berlatih
dengan 1 pasien terlatih. Saat bermain peran maka 1 orang sebagai petugas
dan 1 orang sebagai pengamat berhadapan dengan 1 oarng EPT.
Pasien terlatih bermain peran sesuai dengan nomor urut yang sudah
ditentukan, bergilir sesuai dengan waktu yang ditentukan.
VIII. LATIHAN
1. Sebutkan peran KIE dalam pengendalian TB-HIV?
Jawab:
........................................................................................................................
........................................................................................................................
........................................................................................................................
2. Poin-poin apa yang penting disampaikan dalam KIE TB-HIV di layanan HIV?
Jawab:
........................................................................................................................
........................................................................................................................
........................................................................................................................
26
Materi Inti 6- Komunikasi, Informasi dan Edukasi TB-HIV
i
Materi Inti 6- Komunikasi, Informasi dan Edukasi TB-HIV
IX. REFERENSI
1. Panduan Pelaksanaan Program Kolabiorasi TB-HIV
2. Modul pelatihan Komunikasi Efektif TB-RO
3. Buku Pedoman ART
i
Materi Inti 6- Komunikasi, Informasi dan Edukasi TB-HIV
i
Materi Inti 6- Komunikasi, Informasi dan Edukasi TB-HIV
i
Materi Inti 6- Komunikasi, Informasi dan Edukasi TB-HIV