BA X 3.2 Dasar-Dasar Pemetaan, PJ Dan SIG
BA X 3.2 Dasar-Dasar Pemetaan, PJ Dan SIG
KELAS
10
DASAR-DASAR PEMETAAN, PENGINDRAAN JAUH, DAN SISTEM INFORMASI GEOGRAFIS (SIG)
MATERI POKOK 1
DASAR-DASAR PEMETAAN
A. TUJUAN PEMBELAJARAN
1. Menyebutkan pengertian peta.
2. Menjabarkan komponen-komponen peta.
3. Menjelaskan fungsi peta.
4. Mengidentifikasi tujuan pembuatan peta
B. PETA KONSEP
Pengertian Peta
DASAR-DASAR
PEMETAAN
Komponen-
komponen Peta
Fungsi Peta
Tujuan
Pembuatan Peta
C. MATERI PEMBELAJARAN
1. Pengertian Peta
Peta adalah suatu representasi/gambaran unsur-unsur atau kenampakan-
kenampakan abstrak objek-objek yang dipilih dari permukaan bumi, atau yang ada
kaitannya dengan permukaan bumi, dan umumnya digambarkan pada suatu
bidang datar yang diperkecil/diskalakan (International Cartographic Association,
1973). Dari definisi di atas terdapat tiga hal penting yang harus dipahami, yaitu:
a. Adanya penggambaran objek yang terdapat dimuka bumi (melalui simbolisasi).
b. Adanya proyeksi dari permukaan bumi yang berbentuk tidak datar kedalam
bidang datar
c. objek-objek yang digambarkan diperkecil (dengan skala)
Erwin Raisz ( dalam K. Endro Sariyono dan M. Nursaban, 2010: 2) mengemukakan
bahwa peta adalah suatu gambaran konvensional dari permukaan bumi,
sepertinya kenampakannya oleh kita tegak lurus dari atas, dan ditambah huruf-
huruf dan angka-angka sebagai informasi.
2. Komponen Peta
a. Komponen Peta
Judul peta memuat informasi sesuai dengan isi informasi peta. Karena itu, judul
peta merupakan hal yang pertama terlihat oleh pembaca peta.
i. Lettering
Lettering adalah semua tulisan yang bermakna yang terdapat pada peta. Bentuk
huruf meliputi huruf kapital, huruf kecil, kombinasi huruf kapital-kecil, tegak,
dan miring. Contoh penulisan pada peta adalah sebagai berikut:
1) Gunakan ukuran huruf proporsional.
2) Judul ditulis dengan huruf cetak besar yang tegak.
3) Kenampakan air menggunakan jenis huruf miring.
4) Nama tempat ditulis dengan huruf tegak.
5) Sebaiknya tidak terlalu banyak huruf ditemukan pada peta. Oleh karena itu,
sebaiknya informasi yang ada hanya yang penting dan ditulis secara singkat
dan padat.
Gambar 9. Lettering
j. Warna Peta
Warna lazim digunakan untuk menonjolkan perbedaan objek pada peta.
Perbedaan objek tersebut kemudian digambarkan dengan warna berbeda.
Penggunaan warna berbeda tersebut antara lain terlihat pada hal-hal berikut.
1) Warna dasar coklat untuk menggambarkan kenampakan relief muka bumi.
2) Warna dasar biru untuk menggambarkan kenampakan wilayah perairan
(sungai, danau, dan laut).
3) Warna dasar hijau untuk menggambarkan kenampakan vegetasi (hutan dan
perkebunan).
4) Warna merah dan hitam untuk menggambarkan kenampakan hasil budaya
manusia (misalnya, jalan, kota, permukiman, batas wilayah, dan pelabuhan
udara).
5) Warna putih untuk menggambarkan kenampakan es di permukaan bumi.
MATERI POKOK 2
DASAR-DASAR PENGINDERAANJAUH
A. TUJUAN PEMBELAJARAN
1. Menjelaskan pengertian penginderaan jauh.
2. Menguraikan komponen penginderaan jauh.
B. PETA KONSEP
Lillesand dan
Kiefer
David T. Lindgren
Paul J. Curran
Pengertian
Wilson dan Buffon
Kenichi Okamoto
American Society
Dasar- of Photogrametry
Dasar PJ
Sumber Tenaga
Atmosfer
Komponen Sensor
Citra
Pengguna
C. MATERI PEMBELAJARAN
1. Pengertian
Penginderaan merupakan aktivitas yang selalu kita lakukan sehari-hari.
Kita memahami dunia sekitarnya melalui panca indra. Beberapa indra, seperti
indra peraba, perasa dan pengecap memerlukan kedekatan antara organ
pengindraan dengan objek eksternal. Sementara itu, indra penglihatan dan
pendengaran tidak memerlukan kedekatan antara orga pengindra dengan objek
eksternal. Melalui kedua indra ini, kita memperoleh banyak informasi tentang
dunia sekitar. Hal yang sama juga terjadi dengan penginderaan jauh.
dari jarak jauh tanpa adanya kontak langsung atau bersinggungan dengan alat
pengindera berupa sensor buatan.
2. Komponen Penginderaan Jauh
Sistem merupakan serangkaian komponen yang saling bekerja secara
terkoordinasi untuk dapat mencapai tujuan tertentu. Untuk memperoleh informasi
geosfer melalui penginderaan jauh diduung oleh berbagai komponen. Menurut
Sutanto (1986: 53) komponen penginderaan jauh terdiri dari sumber tenaga,
atmosfer, interaksi dengan objek, sensor, perolehan data dan pengguna data.
Tenaga yang berasal dari matahari tidak semuanya dapat mencapai bumi, maka
interaksi antara tenaga dan atmosfer dimasukkan dalam system penginderaan
jauh. Begitu pula dengan interaksi tenaga dan objek, karena interaksi keduanya
menentukan besarnya tenaga yang dapat mencapai sensor.
1) Sensor Fotografik
Sensor fotografik adalah sensor yang berupa kamera dengan
menggunakan film sebagai detektornya yang bekerja pada spetrum tampak.
Hasil dari penggunaan sensor fotografik adalah bentuk foto udara.
2) Sensor Elektronik
Sensor elektronik menggunakan tenaga elektrik dalam bentuk sinyal elektrik
yang beroperasi pada spektrum yang lebih luas, yaitu dari sinar sampai
gelombang radio dengan pita magnetik sebagai detektornya. Keluaran dari
penggunaan sensor elektrik ini adalah dalam bentuk citra.
e. Wahana
Wahana adalah kendaraan yang digunakan untuk membawa sensor guna
mendapatkan data indraja. Berdasarkan ketinggian peredaran dan tempat
pemantulannya di angkasa, wahana dapat di bedakan menjadi tiga kelompok,
yaitu sebagai berikut.
1. Pesawat terbang rendah sampai menengah, yaitu pesawat yang ketinggian
pendaratannya antara 1.000 m dan 9.000 m di atas permukaan bumi.
2. Pesawat terbang tinggi, yaitu pesawat yang ketinggian peredarannya lebih
dari 18.000 m di atas permukaan bumi
3. Satelit, yaitu wahana dengan 900 km di atas permukaan bumi.
f. Perolehan Data
Perolehan data dapat dilakukan dengan cara manual secara visual, maupun
dengan numerik atau digital. Perolehan data dengan menggunakan cara manual
yaitu cara memperoleh data dengan menginterpretasi foto udara secara visual.
Perolehan data dengan cara numerik atau digital yaitu dengan menggunakan
data digital melalui komputer.
g. Pengguna Data (User)
Tingkat keberhasilan dari penerapan sistem pengindraan jauh ditentukan oleh
pengguna data. Kemampuan pengguna data dalam menerapkan hasil
pengindaraan jauh juga dipengaruhi oleh pengetahuan yang mendalam tentang
disiplin ilmu masing-masing maupun cara pengumpulan data dari sistem
pengindraan jauh. Data yang sama dapat digunakan untuk mencari info yang
berbeda bagi pengguna (user) yang berbeda pula. Berdasarkan kerincian,
keandalan, dan kesesuaian data dari sistem pengindaraan jauh akan
menentukan dapat diterima atau tidaknya data pengindraan jauh oleh
pengguna (user).
MATERI POKOK 3
DASAR-DASAR SISTEM INFORMASI GEOGRAFI (SIG)
A. TUJUAN PEMBELAJARAN
1. Menjelaskan pengertian Sistem Informasi Geografis(SIG).
2. Mengidentifikasi komponen-komponen Sistem Informasi Geografis(SIG).
3. Menyebutkan subsistem Sistem Informasi.
4. Menjelaskan pemanfaatan Sistem Informasi Geografis(SIG).
B. PETA KONSEP
PENGERTIAN
SIG DATA
DATA SPASIAL
INFORMASI DATA
GEOGRAFI
HARDWARE
KOMPONEN SISTEM
SIG KOMPUTER SOFTWARE
BRAINWARE
DASAR-
DASAR INPUT DATA
SISTEM
SUBSISTEM MANAJEMEN DATA
INFORMASI
SIG MANIPULASI DAN ANALISIS
DATA
OUTPUT DATA
INVENTARISASI SDA
PEMANFAAT PERENCANAAN
AN PEMBANGUNAN
KAJIAN KESEHATAN
MITIGASI BENCANA
C. MATERI PEMBELAJARAN
GEOGRAFI UNTUK SMA/MA 15
DASAR-DASAR PEMETAAN, PENGINDRAAN JAUH, DAN SISTEM INFORMASI GEOGRAFIS (SIG)
2) Data atribut
Merupakan data yang menyimpan informasi tentang nilai atau besaran
dari data spasial. Data atribut diperoleh dari perhitungan statistik,
sensus, catatan lapangan. Data disimpan dalam bentuk tabel. Contoh
data atribut misalnya:
a) Pada peta lokasi sekolah, data atributnya memuat lokasi sekolah dan
nama sekolah.
b) Pada peta jalan, data atributnya memuat status jalan dan kondisi jalan
Pada peta penggunaan lahan, data atributnya memuat penggunaan
lahan, luas lahan.
b. Sistem Komputer
1) Perangkat keras (hardware)
Perangkat keras berupa seperangkat komputer yang dapat mendukung
pengoperasian perangkat lunak yang digunakan. SIG membutuhkan
komputer untuk menyimpan, memproses, menganalisis dan menayangkan
data spasial.. Perangkat keras yang digunakan dalam SIG memiliki
spesifikasi yang lebih tinggi dibandingkan dengan sistem informasi lainnya.
Hal ini dikarenakan penyimpanan data yang digunakan dalam sig baik data
raster mupun data vektor membutuhkan ruang yag besar dan dalam
data yang disimpan lebih banyak dan pengambilan kembali lebih cepat. Ada dua
macam data dasar geografi, yaitu data spasial dan data atribut.
Data dasar yang dimasukkan dalam SIG diperoleh dari tiga sumber, yaitu data
lapangan (teristris), data peta dan data penginderaan jauh.
1) Data lapangan (teristris)
Data teristris adalah data yang diperoleh secara langsung melalui hasil
pengamatan di lapangan, karena data ini tidak terekam dengan alat
penginderaan jauh. Misalnya, batas administrasi, kepadatan penduduk,
curah hujan, jenis tanah dan kemiringan lereng.
2) Data peta
Data peta adalah data yang digunakan sebagai masukan dalam SIG yang
diperoleh dari peta, kemudian diubah ke dalam bentuk digital.
3) Data penginderaan jauh
Data ini merupakan data dalam bentuk citra dan foto udara. Citra adalah
gambar permukaan bumi yang diambil melalui satelit. Sedangkan foto udara
adalah gambar permukaan bumi yang diambil melalui pesawat udara.
Informasi yang terekam pada citra penginderaan jauh yang berupa foto
udara atau radar, diinterpretasi (ditafsirkan) dahulu sebelum diubah ke
dalam bentuk digital. Sedangkan citra yang diperoleh dari satelit yang sudah
dalam bentuk digital, langsung digunakan setelah diadakan koreksi
seperlunya.
b. Manajemen Data
Subsistem dalam SIG yang berfungsi mengorganisir data spasial dan data
atribut ke dalam basis data sehingga dapat dengan mudah dipanggil kembali
untuk diadakan pengeditan, revisi dan pembaharuan data.
c. Manipulasi dan Analisis Data
Subsistem ini berfungsi menyimpan, menarik kembali data dasar dan
menganalisa data yang telah tersimpan dalam komputer.
d. Output Data
Penyajian hasil berupa informasi baru atau basis data yang ada, baik dalam
bentuk softcopy maupun dalam bentuk hardcopy seperti dalam bentuk:
peta, tabel, grafik, dan lain-lain.
MATERI POKOK 2
JENIS-JENIS PETA DAN PENGGUNANNYA
A. TUJUAN PEMBELAJARAN
1. Menjelaskan jenis-jenis peta berdasarkan skala, isi, bentuk, sumber data dan sifat
datanya.
2. Mengidentifikasi jenis-jenis peta berdasarkan skala, isi, bentuk, sumber data dan
sifat datanya.
3. Menunjukan penggunaan berbagai macam jenis peta.
B. PETA KONSEP
Peta Kadaster
Peta Umum
ISI
Peta Khusus
Peta Datar
JENIS-JENIS
PETA BENTUK Peta Timbul
Peta Digital
Peta Stationer
SIFAT
Peta Dinamis
Peta Dasar
SUMBER
Peta Turunan
PENGGUNAAN PETA
C. MATERI PEMBELAJARAN
1. Jenis-Jenis Peta
Peta yang dapat kita temukan sangat banyak jenisnya, tergantung pada tujuan
pembuatan peta, jenis simbol dan skala yang digunakan, atau kecenderungan
bentuk fenomena yang akan digambarkan. Dari sekian banyak jenis peta, pada
dasarnya dapat dibagi kedalam dua kelompok besar yaitu berdasarkan skala, isi,
dan bentuk. Berikut ini penjelasannya:
a. Jenis Peta Berdasarkan Skala
Berdasarkan skalanya, peta dapat diklasifikasikan dalam peta kadaster, skala
besar, skala sedang, skala kecil, dan skala geografi. Berikut ini penjelasannya:
1) Peta Kadaster
Peta Kadaster adalah peta yang memiliki skala sangat besar antara 1:100
hingga 1:5.000. Peta ini sangat detail dan banyak digunakan untuk
keperluan teknis, misalnya penentuan jaringan jalan, pembangunan
permukiman, dan sebagainya.
Peta pada Gambar 1. Di atas merupakan salah satu contoh peta kadaster
karena memiliki skala antara 1: 100 sampai dengan 1: 5.000.
Peta skala besar adalah peta yang memiliki skala 1:5.000 hingga 1:250.000.
Peta ini biasanya digunakan untuk keperluan perencanaan wilayah taktis
dan pemetaan administrasi seperti desa atau kecamatan. Badan Informasi
Geospasial telah banyak memetakan wilayah indonesia dengan skala
1:25.000.
Peta skala sedang adalah peta yang memiliki skala 1: 250.000 hingga 1:
500.000. Peta ini digunakan untuk menampilkan informasi yang lebih luas
dalam suatu daerah misalnya kabupaten dan provinsi.
eta skala kecil adalah peta yang memiliki skala 1: 500.000 hingga 1:
1.000.000. Peta skala kecil digunakan untuk perencanaan umum dan studi
strategis.
5) Peta Geografis
Peta Geografi adalah peta yang memiliki skala lebih kecil dari 1: 1.000.000.
Contoh: Peta Indonesia dan Peta Dunia.
Gambar 32. Peta Tematik Prakiraan Curah Hujan Juni 2014 di Indonesia
Peta ini disebut juga peta datar, yaitu peta yang dibuat pada suatu bidang
datar, misalnya pada kertas. Unsur ruang yang apat dilihat pada peta datar
adalah panjang dan lebar. Untuk ruang yang dapat dilihat pada peta datar
adalah panjang dan lebar. Untuk menunjukan bentuk permukaan bumi
umumnya digambarkan dengan perbedaan simbol misal untuk menunjukan
ketinggian.
Peta ini disebut peta relief,atau peta timbul yaitu peta yang dibuat
berdasrkan bentuk permukaan bumi sebenarnya. Pada peta relief, selain
unsur ruang berupa panjang dan lebar disajikan pula unsur ketinggian.
Dengan kata lain, pada peta relief kita dapat melihat relief permukaan bumi
dengan jelas. Contohnya: Maket
3) Peta Digital
a) Peta digital kualitasnya tetap. Tidak seperti kertas yang dapat terlipat,
memuai atau sobek ketika disimpan, peta digital dapat dikembalikan ke
bentuk asalnya kapanpun tanpa ada penurunan kualitas.
2) Peta Dinamis
dalam kerangka geometris peta (grid and graticule). Berhubung peta ini
induk ini dapat digunakan sebagai peta dasar untuk pemetaan topografi,
maka peta ini dapat digolongkan sebagai peta dasar. Karena peta dasar
adalah peta yang dijadikan acuan dalam pembuatan peta lainnya,
khususnya acuan untuk kerangka geometris.
2) Peta Turunan (Devided Map)
Peta ini merupakan peta yang dibuat (diturunkan) berdasarkan acuan peta
yang sudah ada,sehingga survei langsung ke lapangan tidak diperlukan lagi.
Peta turunan ini tidak dapat digunakan sebagai peta dasar untuk pemetaan
topografi.
2. Penggunaan Berbagai Jenis Peta
Peta selain disajikan dalam bentuk lembaran terpisah dapat juga
dikumpulkan dalam satu buku, sehingga peta yang yang dibukukan disebut atlas.
Misalnya kumpulan peta-peta provinsi di Indonesia dapat dibukukan menjadi atlas
nasional Indonesia. Berdasarkan isinya, atlas dapat dibedakan menjadi dua yakni
atlas umum dan atlas khusus. Atlas umum adalah atlas yang memuat infotmssi
yang bersifat umum tentang wilayah tertentu. Berdasarkan cakupan wilayahnya,
atlas umum terdiri dari atlas nasional, atlas regional,dan atlas dunia. Sedangkan
atlas khusus adalah atlas yang memuat peta berisi informasi atau tema secara
khusus. Misalnya,atlas jalan Jakarta.
Beberapa informasi yang dapat diperoleh dalam penggunaan atau membaca
peta yaitu:
a) Mengetahui posisi atau lokasi relatif
b) Letak suatu tempat dapat dilihat dengan menghubungkan objek yang
berdekatan di sebelahnya atau letak secara administrasi
c) Letak astronomis suatu tempat ditemukan dengan arah mata angin atau
orientasi pada peta. Secara kartografi,arah utara selalu menghadap ke atas
pada media peta. Untuk menunjukkan letak suatu tempat dapat menggunakan
orientasi peta tersebut. Contoh, desa Sukamanah menempati wilayah pada
bagian selatan Kecamatan Cianjur dan di sebelah timur Kelurahan Sayang.
d) Suatu lokasi ditemukan berdasarkan garis lintang dan garis bujur secara
astronomis.
e) Mengetahui ukuran kenampakan muka bumi. Melalui skala yang ada pada peta,
kita dapat mengukur jarak 2 tempat, panjang dan lebar, jalan atau sungai, dan
luas suatu wilayah.
f) Mengetahui bentuk-bentuk kenampakan bumi. Fenomena permukaan bumi
pada peta mempunyai bentuk yang bermacam-macam,misalnya kota, gunung,
MATERI POKOK 3
CITRA PENGINDERAAN JAUH DAN INTERPRETASI CITRA
A. TUJUAN PEMBELAJARAN
1. Menjelaskan pengertian interpretasi citra penginderaan jauh.
2. Mengidentifikasi unsur-unsur interpretasi citra penginderaan jauh.
3. Menerapkan langkah-langkah interpretasi citra penginderaan jauh.
B. PETA KONSEP
Pengertian
Interpretasi
Citra Deteksi
Langkah Identifikasi
Interpretasi
Interpretasi
Rona dan
Interpretasi Citra Warna
Ukuran
Tekstur
Bentuk
Unsur
Interpretasi
Pola
Bayangan
Situs
Asosiasi
C. MATERI PEMBELAJARAN
1. Pengertian interpretasi citra penginderaan jauh.
Perekaman interaksi antara tenaga dan objek oleh sensor menghasilkan
data dan citra. Data ini diolah dan dianalisis untuk mendapatkan informasi
tentang objek tersebut. Proses analisis data ini disebut interpretasi citra. Dalam
melakukan interpretasi citra dibutuhkan pengetahuan yang baik, terutama
mengenai objek dan daerah geografi. Jadi, Interpretasi citra dapat diartikan
sebagi kegiatan mengkaji foto udara atau citra dengan maksud untuk
mengidentifikasi dan menilai arti penting sebuah objek.
2. Langkah-langkah interpretasi citra penginderaan jauh
Dalam interpretasi citra, penafsir mengkaji citra dan berupaya mengenali objek
melalui tahapan kegiatan sebagai berikut:
a. Pengenalan objek melalui proses deteksi, yaitu pengamatan atas adanya
suatu objek, berarti penentuan ada atau tidaknya sesuatu pada citra atau
upaya untuk mengetahui benda dan gejala di sekitar kita dengan
menggunakan alat pengindera (sensor). Untuk mendeteksi benda dan gejala
di sekitar kita, penginderaannya tidak dilakukan secara langsung atas benda,
tetapi dengan mengkaji hasil rekaman dari foto udara atau satelit.
b. Identifikasi
Ada tiga ciri utama benda yang tergambar pada citra berdasarkan ciri yang
terekam oleh sensor, yaitu sebagai berikut:
1) Spektoral
Ciri spektoral adalah ciri yang dihasilkan oleh interaksi antara tenaga
elektomagnetik dan benda yang dinyatakan dengan rona dan warna
2) Spasial
Ciri spasial adalah ciri yang terkait dengan ruang yang meliputi bentuk,
ukuran, bayangan, pola, tekstur, situs dan asosiasi
3) Temporal
Ciri temporal adalah ciri yang terkait dengan umur benda atau saat
perekaman.
c. Penilaian atas fungsi objek dan kaitan antarobjek dengan cara
menginterpretasi dan menganalisis citra yang hasilnya berupa klasifikasi
yang menuju kearah teorisasi dan akhirnya dapat ditarik kesimpulan
penilaian tersebut. Pada tahapan ini, interpretasi dilakukan oleh seorang
yang sangat ahli pada bidang tersebut karena hasilnya sangat bergantung
pada kemampuan penafsir citra.
3. Unsur-unsur interpretasi citra penginderaan jauh.
Terdapat beberapa unsur dalam citra yang secara umum dapat diinterpretasi.
Adapun unsur-unsur interpretasi citra sebagai berikut:
a. Rona dan Warna
Rona ini merupakan unsur dasar dalam interpretasi citra. Rona merupakan
tingkat kecerahan suatu objek dengan tingkatan mulai dari hitam hingga
putih atau sebaliknya.
aliran sungai, salah satunya adalah pola aliran sungai trellis, ini bisa
menunjukkan bahwa di lokasi tersebut terdapat lipatan.
MATERI POKOK 4
TEORI PENGOLAHN DATA DALAM SISTEM INFORMASI GEOGRAFIS (SIG)
A. TUJUAN PEMBELAJARAN
1. Menyebutkan tahapan – tahapan pengelolaan data dalam SIG.
2. Mengidentifikasi proses masukan data dalam SIG.
3. Menjabarkan proses pengelolaan data dalam SIG.
4. Menguraikan proses manipulasi dan analisis data dalam SIG.
5. Menjelaskan keluaran data (output) dari SIG.
B. PETA KONSEP
Tahapan – tahapan
pengelolaan data
Pengolahan Data dalm SIG
dalam SIG
Proses pegelolaan
data dalam SIG
Keluaran data
(output) dari SIG
C. MATERI PEMBELAJARAN
1. Tahapan – tahapan pengelolaan data dalam SIG
SIG mampu menganalisis dan menyajikan data geospasial suatu wilayah di
permukaan Bumi secara cepat dan tepat. Perencanaan tata ruang wilayah akan
mudah dilakukan menggunakan teknologi SlG. Menurut J. Raper (1994), SIG
adalah sistem yang dapat mendukung pengambilan keputusan spasial dan
mampu mengintegrasikan deskripsi-deskripsi lokasi dengan karakteristik-
karakteristik fenomena yang ditemukan di lokasi tersebut. SIG yang lengkap
mencakup metodologi dan teknologi yang diperlukan yaitu data spasial, perangkat
keras, perangkat lunak, dan struktur organisasi (sumber daya manusia).
Di dalam Software Arc Info, ada dua pilihan menu yang dapat digunakan
untuk pembuatan topologi suatu coverage, yaitu clean dan build. Kedua menu
tersebut dapat membentuk topologi suatu coverage, tetapi dalam penerapannya
masingmasing mempunyai kekhususan. Clean adalah menu untuk
membentuk struktur data topologi dan sekaligus dengan fasilitas koreksi
terhadap kesalahan-kesalahan sederhana seperti undershoot dan overshoot.
Sedangkan build berfungsi membuat topologi tanpa melakukan
perubahan terhadap data grafis. Jadi, menu build tidak menambah maupun
mengubah informasi hasil digitasi. Build diterapkan untuk data titik, garis
maupun data poligon yang telah dikoreksi. Lalu, bagaimana prinsip
pembentukan topologi data? Pembangunan topologi data dilakukan dengan
memilih coverage hasil digitasi dan melakukan build dengan perintah build
poly untuk membangun topologi data poligon. Sedangkan untuk membangun
topologi data garis digunakan perintah build line.
d. Pemberian Atribut
Apabila topologi data telah terbentuk, langkah selanjutnya adalah
memberikan identitas (ID) atau label pada data-data tersebut. Pada Software
Arc Info, langkah pemberian identitas sering disebut dengan annotation.
Perhatikan gambar berikut ini yang merupakan contoh prinsip pemberian
identitas pada suatu data.
Setiap poligon pada data tersebut diberikan identitas dengan
menggunakan angka (numerik). Tiap angka ini mempunyai arti yang berbeda-
beda. Contohnya pada peta kemiringan lereng, ID angka 1 berarti poligon
tersebut mempunyai data atribut datar, dan sebagainya. Salah satu
keunggulan pengolahan data geografi dengan menggunakan SIG yaitu
kemampuan untuk menghasilkan informasi yang tidak kita masukkan, seperti
informasi luas poligon.
Melalui proses pemasukan data, peta-peta dasar tersebut diubah menjadi data
digital. Setelah dilakukan editing, peta siap digunakan untuk analisis.
a. Buffering
Dalam subsistem manipulasi dan analisis data, contoh contoh proses
yang dilakukan antara lain berupa buffer. Buffer bisa dilakukan dengan
menggunakan Software Arc Info. Tetapi akhir-akhir ini banyak berkembang
software yang bisa digunakan dalam SIG, antara lain Software Arc View.
Dengan menggunakan software ini, proses buffer bisa dilakukan lebih cepat.
Fungsi buffer adalah membuat poligon baru berdasarkan jarak yang
telah ditentukan pada data garis atau titik maupun poligon. Sebagai contoh,
kita akan melakukan buffer terhadap jarak sungai 50 meter, menggunakan
fasilitas buffer yang kita pilih, kemudian komputer akan mengolah sesuai
perintah kita. Prinsip proses buffer dapat kamu lihat pada gambar berikut.
Selain itu, analisis dan manipulasi data dengan overlay/ tumpang susun
juga sering dilakukan pada subsistem ini. Operasi overlay pada saat ini sering
dilakukan dengan menggunakan Software Arc Info maupun Arc View. Hal ini
dilakukan setelah pemberian skor (skoring) dan pembobotan. Tumpang susun
atau overlay suatu data grafis adalah menggabungkan dua atau lebih data
grafis untuk memperoleh data grafis baru yang memiliki satuan pemetaan (unit
pemetaan). Jadi, dalam proses tumpang susun akan diperoleh satuan
pemetaan baru (unit baru).
Untuk melakukan tumpang susun ada beberapa syarat yang harus
dipenuhi. Syaratnya, data-data yang akan di-overlay harus mempunyai sistem
koordinat yang sama. Sistem koordinat tersebut dapat berupa hasil
transformasi nilai koordinat meja digitizer ataupun nilai koordinat lapangan.
Tetapi sebaiknya menggunakan koordinat lapangan, sebab dengan
menggunakan koordinat lapangan akan diperoleh informasi masing-masing
unit dalam luasan yang baku.
Ada beberapa metode untuk melakukan overlay data grafis yang dapat
dilakukan pada perangkat lunak SIG. Metode-metode tersebut adalah identity,
intersection, union, dan up date. Metode-metode tersebut akan kita bahas satu
per satu.
1) Identity
Identity adalah tumpang susun dua data grafis dengan menggunakan data
grafis pertama sebagai acuan batas luarnya. Jadi, apabila batas luar antara
dua data grafis yang akan dioverlay tidak sama, maka batas luar yang akan
digunakan adalah batas luar data grafis pertama.
sama, maka batas luar yang baru adalah gabungan antara batas luar data
grafis pertama dan kedua (batas gabungan paling luar).
Skor total tertinggi = (skor tertinggi bentuk lahan × nilai pembobot) + (skor
tertinggi lereng × nilai pembobot) + (skor tertinggi curah
hujan × nilai pembobot) + (skor tertinggi jarak terhadap
sungai × nilai pembobot) + (skor tertinggi jarak terhadap
kubah × nilai pembobot)
= (5 × 4) + (5 × 2) + (5 × 3) + (5 × 5) + (5 × 3) =85 (nilai
tertinggi)
Skor total terendah = (skor terendah bentuk lahan × nilai pembobot) + (skor
terendah lereng × nilai pembobot) + (skor terendah curah
hujan × nilai pembobot) + (skor terendah jarak terhadap
sungai × nilai pembobot) + (skor terendah jarak terhadap
kubah × nilai pembobot)
= (1 × 4) + (1 × 2) + (1 × 3) + (1× 5) + (1 × 3) =17 (nilai
terendah)
Karena klasifikasi telah ditentukan terdiri atas 5 kelas, maka tiap
tingkatan mempunyai kelas interval sebesar 17 (85 : 5). Kita pun bebas untuk
membuat jumlah kelas, tetapi harus dengan logika yang benar.
Dengan meng-overlay peta didapatkan juga overlay data dalam bentuk
tabel. Dari data tabel hasil overlay dapat diketahui karakteristik yang dimiliki
oleh tiap unit pemetaan. Sebelum overlay, satu peta hanya mempunyai unit-
unit poligon yang menggambarkan karakteristik satu tema peta, contohnya
peta lereng. Setelah overlay peta bentuk lahan, peta lereng, peta curah hujan,
peta jarak terhadap sungai, dan peta jarak terhadap kubah didapatkan unit
pemetaan yang lebih kompleks karena mengandung kelima parameter tersebut.
d. Dissolve
Ketika selesai proses overlay, hasil peta tampak lebih kompleks dan
ruwet sehingga perlu penyederhanaan. Dissolve merupakan salah satu langkah
yang digunakan untuk penyederhanaan satuan pemetaan (unit pemetaan)
berdasarkan nilai atributnya. Jadi, apabila ada dua atau lebih satuan
pemetaan yang bersebelahan dan mempunyai nilai atribut yang sama, maka
batas satuan pemetaan tersebut dihilangkan.
Proses ini sering dilakukan dengan menggunakan Software Arc View.
Perhatikan gambar berikut ini dan kamu akan tahu bagaimana prinsip
dissolve.
Gambar 64. Contoh tabel Peta Prediksi Penumpang Angkutan Umum Kecamatan
Wonosari Kabupaten Gunung Kidul
Daftar Pustaka
Agung Budi Raharjo. 2016. Buku Siswa Geografi untuk SMA/MA X Peminatan Ilmu-Ilmu
Sosial. Surakarta: Mediatama.
Danang Endarto, dkk. 2009. Geografi untuk SMA/MA Kelas XII. Jakarta: Pusat
pembukuan, Departemen Pendidikan Nasional.
Eni. A dan Tri. H. 2012. Tahapan kerja sistem informasi geografi. Diunduh melalui
www.ssbelajar.net pada tanggal 17 Mei 2017, pukul 22.55 wib).
Fitho Galandi. 2016. Pengolahan data dalam sistem lnformasi geografis (SIG). Diunduh
melaui www.pengetahuandanteknologi.com pada tanggal 17 Mei 2017, pukul
23.10 wib.
Gatot Harmanto. (2013). Geografi 1 untuk Kelas SMA dan MA Kelompok Peminatan Ilmu
Sosial. Bandung: YramaWidya.
Lili Sumantri. 2016. Buku Siswa Aktif dan Keatif Belajar Geografi 3. Bandug: Grafindo.
Sutanto. 1986. Penginderaan Jauh Jilid I. Yogyakarta: Gadjah Mada University Press.
Tim Praktikum SIG. 2014. Panduan Praktikum Sistem Informasi Geografis. Yogyakarta :
Program Studi Pendidikan Geografi.