Anda di halaman 1dari 49

2019

LOGIKA &
HIMPUNAN

Kadir
Lambertus
La Ode Ahmad Jazuli,
Prakata

Sungguh suatu kesyukuran yang tak terkira penulis rasakan atas selesainya penyusunan
bahan ajar ini. Bahan ajar ini disusun untuk memenuhi kebutuhan bahan ajar pendukung
perkuliahan Logika dan Himpunan. Mata kuliah Logika dan Himpunan telah menjadi
bagian paling mendasar dari matematika. Penyajian dan pembahasan bahan ajar ini
sangat memudahkan pembaca untuk mempelajarinya karena setiap teori disertai dengan
contoh bervariasi serta pada akhir bab dilengkapi dengan soal-soal latihan yang dapat
digunakan untuk menguji penguasaan materi yang telah dipelajari.
Bahan ajar ini diperuntukkan bagi mahasiswa matematika semester I dan penggiat
matematika. Untuk lebih memudahkan pembaca maka konsep teoretis buku ini disajikan
secara prosedural dari materi yang mudah ke materi yang sulit. Pembaca dapat
mempelajari buku ini secara teratur, mulai dari bab awal hingga bagian akhir buku sesuai
susunan materi:
Bab 1 Himpunan;
Bab 2 Operasi pada Himpunan;
Bab 3 Relasi;
Bab 4 Fungsi;
Bab 5 Kardinalitas;
Bab 6 Logika Matematika;
Pelajarilah teori dan contoh-contoh yang disajikan secara tuntas. Untuk
memperdalam pemahaman dan keterampilan Anda dalam memecahkan soal-soal
himpunan dan logika matematika. Kerjakanlah soal-soal latihan yang ada pada akhir
setiap bab.
Semoga bahan ajar ini dapat memenuhi keinginan penggiat matematika.
Terima kasih kepada panelis yang telah melakukan penilaian atas bahan ajar ini di
kampus Jurusan Pendidikan Matematika FKIP Universitas Halu Oleo Kendari. semoga
bahan ajar ini menjadi sumber bacaan untuk melatih diri menjadi penggiat matematika
yang handal.

Kendari, September 2019

Penulis

ii
KATA PENGANTAR
Segala Puji bagi Allah SWT atas Rahmat dan Karunia-Nya sehingga bahan ajar Himpunan dan
Logika Matematika ini dapat diselesaikan. Ucapan terima kasih juga kami sampaikan kepada
Tm Penyusun Dosen Jurusan Pendidikan Matematika FKIP UHO yang telah mendukung
secara penuh penulisan bahan ajar ini. Bahan ajar ini disusun untuk membantu mahasiswa
FKIP UHO yang mengambil mata kuliah Himpunan dan Logika memperoleh bahan
perkuliahan. Dengan bahan ajar ini diharapkan Mahasiswa dapat lebih mudah memahami
materi perkuliahan sehingga apa yang menjadi tujuan perkuliahan dapat tercapai secara
lebih baik. Bahan ajar ini dilengkapi dengan latihan–latihan terstruktur sebagai bahan latihan
untuk mahasiswa. Dengan berlatih mengerjakan soal–soal yang disajikan diharapkan
pemahaman akan konsep yang dibahas dapat lebih mendalam. Selain itu, dengan adanya
bahan ajar ini mahasiswa diharapkan dapat menambah sendiri referensi khususnya latihan–
latihan yang sesuai. Semoga bahan ajar ini dapat digunakan secara nyata dan mencapai
tujuannya secara optimal

Kendari, September 2019


Ketua Jurusan Pendidikan Matematika
Drs. La Masi, M.Pd.

iii
DAFTAR ISI

halaman
Halaman Judul i
Prakata ii
Kata Pengantar iii
BAB I HIMPUNAN 1
1. Pengertian Himpunan 1
2. Keanggotaan 2
Himpunan
3. Cara Menyatakan 2
Himpunan
4. Macam-Macam 2
Himpunan
Latihan 1 4
BAB II OPERASI PADA 6
HIMPUNAN
1 Operasi pada 6
Himpunan
2 Sifat-sifat Operasi 9
pada Himpunan
3 Penggunaan Sifat 10
Operasi pada
Himpunan
Lataihan 2 10
BAB RELASI 12
III
1. Pengertian relasi antar 12
dua Himpunan
2. Cara menyatakan 13
Relasi antara dua
himpunan
3. Banyak relasi antara 14
dua himpunan
Laataihan 3.1 14
4 Macam-macam Relasi 14
Latihan 3.2 17.
BAB FUNGSI 18
IV.
1 Pengertian Fungsi 18
2. Cara Menyatakan 19
Fungsi19
3. Banyaknya Fungsi 19
4. Jangkauan dari Fungsi 20
5. Jenis-Jenis Fungsi. 21
Latihan 4 22
Bab V. KARDINALITAS 23
1 Ekivalensi Dua 23
Himpunan
Latihan 5 25
BAB LOGIKA 27
VI MATEMATIKA
1 Pengantar
2. Preposisi dan Tabel 27

iv
Kebenaran
3 Aljabar Preposisi 32
4 Pernyataan Bersyarat 34
5 Argumen dan 36
Implikasi Logis
6. Pernyataan 39
Berkuantor
Soal Latihan Bab VI 41
DAFTAR 44
PUSTAKA

v
BAB I
HIMPUNAN
1. PENGERTIAN HIMPUNAN

Istilah himpunan dalam matematika berasal dari kata “set” dalam bahasa
Inggris. Gerorg Cantor dianggap sebagai bapak teori himpunan. Kata lain yang sering
digunakan untuk menyatakan himpunan antara lain kumpulan, kelas, gugus, dan kelompok.
Secara sederhana, arti dari himpunan adalah kumpulan objek-objek (real atau abstrak).
Sebagai contoh kumpulan buku-buku, kumpulan materai, kumpulan mahasiswa di kelasmu,
dan sebagainya. Objek-objek yang dimasukan dalam satu kelompok haruslah mempunyai
sifat-sifat tertentu yang sama. Sifat tertentu yang sama dari suatu himpunan harus
didefinisikan secara tepat, agar kita tidak salah mengumpulkan objek-objek yang termasuk
dalam himpunan itu. Dengan kata lain, himpunan dalam pengertian matematika
objeknya/anggotanya harus tertentu (well defined), jika tidak ia bukan himpunan.
Definisi:
Himpunan adalah kumpulan benda-benda atau objek-objek yang dapat
didefinisikan secara jelas.

Dengan demikian, kata himpunan atau kumpulan dalam pengertian sehari-hari ada
perbedaannya dengan pengertian dalam matematika. Jika kumpulan itu anggotanya tidak bisa
ditentukan, maka ia bukan himpunan dalam pengertian matematika. Demikian juga dengan
konsep himpunan kosong dalam matematika, tidak ada istilah tersebut dalam pengertian
sehari-hari.
Contoh kumpulan yang bukan himpunan dalam pengertian matematika adalah
kumpulan bilangan, kumpulan lukisan indah, dan kumpulan makanan lezat Pada contoh di
atas tampak bahwa dalam suatu kumpulan ada objek. Objek tersebut bisa abstrak atau bisa
juga kongkrit. Pengertian abstrak sendiri berarti hanya dapat dipikirkan, sedangkan
pengertian kongkrit selain dapat dipikirkan mungkin ia bisa dilihat, dirasa, diraba, atau
dipegang. Pada contoh (1) objeknya adalah bilangan (abstrak). Objek tersebut belum tertentu,
sebab kita tidak bias menentukan bilangan apa saja yang termasuk dalam himpunan tersebut.
Pada contoh (2) dan (3), masing-masing objeknya adalah lukisan dan makanan, jadi ia
kongkrit. Namun demikian kedua objek tersebut belum tertentu, sebab sifat indah dan lezat
adalah relatif, untuk setiap orang bisa berlainan.
Sekarang marilah kita pelajari contoh kumpulan yang merupakan himpunan dalam
pengertian matematika. Misal (1) kumpulan bilangan asli, (2) kumpulan bilangan cacah
kurang dari 10, (3) kumpulan warna pada bendera RI, (4) kumpulan hewan berkaki dua, dan
(5) kumpulan manusia berkaki lima.
Pada kelima contoh di atas kumpulan tersebut memiliki objek (abstrak atau kongkrit),
dan semua objek pada himpunan tersebut adalah tertentu atau dapat ditentukan. Pada contoh
(1), (2), dan (3) objeknya abstrak, sedangkan pada contoh (4) dan (5) objeknya kongkrit.
Khusus untuk contoh (5) banyaknya anggota 0 (nol), jadi ia tertentu juga. Untuk hal yang

1
terakhir ini biasa disebut himpunan kosong (empty set), suatu konsep himpunan yang
didefinisikan dalam matematika. Pembicaraan lebih rinci mengenai himpunan kosong akan
dibahas pada bagian lain. Terkait dengan pengertian himpunan, berikut adalah hal-hal yang
harus anda cermati dan ingat, yaitu objek-objek dalam suatu himpunan mestilah berbeda,
artinya tidak terjadi pengulangan penulisan objek yang sama. Sebagai contoh, misalkan A =
{a, c, a, b, d, c}. Himpunan A tersebut tidak dipandang mempunyai jumlah anggota sebanyak
6, tetapi himpunan tersebut dipandang sebagai A ={a, c, b, d} dengan jumlah anggota
sebanyak 4. Urutan objek dalam suatu himpunan tidaklah dipentingkan. Maksudnya
himpunan {1, 2, 3, 4} dan {2, 1, 4, 3} menyatakan himpunan yang sama.

2. KEANGGOTAAN HIMPUNAN
Suatu himpunan dinyatakan dengan huruf kapital, seperti A, B, C, D, …, dan untuk
menyatakan himpunan itu sendiri dinotasikan dengan tanda kurung kurawal (aqulade). Objek
yang dibicarakan dalam himpunan tersebut dinamakan anggota (elemen, unsur). Anggota-
anggota dari suatu himpunan dinyatakan dengan huruf kecil atau angka-angka dan berada di
dalam tanda kurawal. Tanda keanggotaan dinotasikan dengan ∈, sedangkan tanda bukan
anggota dinotasikan dengan ∉.

3. CARA MENYATAKAN HIMPUNAN


Suatu himpunan dapat dinyatakan dengan :
a. menyebutkan anggota-anggotanya/cara tabulasi/cara mendaftar;
Contoh 1. 1
A = {1,3,5,7)
B = {0,2,4,6,8, …}
C = {Senin, Selasa, Sabtu}.
b. menyebutkan syarat anggota-anggotanya; atau
Contoh 1. 2
A = Himpunan empat bilangan ash ganjil yang pertama,
B = Himpunan bilangan cacah genap,
C = Himpunan nama-nama hari yang diawali huruf s.
c. notasi pembentuk himpunan.
Contoh 1. 3
A = {x| x < 8, x bilangan asli ganjil}
B = {x| x bilangan cacah genap}
C = {x| nama-nama hari yang diawali huruf s}

4. MACAM-MACAM HIMPUNAN
Berdasarkan pengamatan dengan memperhatikan jumlah anggotanya, himpunan
terbagi menjadi beberapa macam:
a) Himpunan kosong (null set)
Himpunan dengan kardinal = 0 disebut himpunan kosong (null set). Notasi : 
atau {}. Himpunan {{ }} dapat juga ditulis sebagai {}. {} bukan himpunan kosong
karena ia memuat satu elemen yaitu himpunan kosong.

2
Contoh 1. 4
(i) E = { x | x < x }, maka n(E ) = 0
(ii) P = { orang Indonesia yang pernah ke bulan }, maka n(P ) = 0
(iii) A = {x | x adalah akar persamaan kuadrat x2 + 1 = 0 }, n(A ) = 0
b) Himpunan semesta
Himpunan semesta adalah himpunan yang anggotan-anggotanya termasuk dalam
objek pembicaraan. Himpunan semesta dilambangkan dengan S atau U.
Contoh 1. 5
Kalau kita membahas mengenai 1, ½ , -2, -½ , √5 ,… maka semesta pembicaraan kita
adalah bilangan real. Jadi himpunan semesta yang dimaksud adalah R. Apakah hanya R
saja? Jawabannya tidak. Tergantung kita mau membatasi pembicaraanya. Pada contoh di
atas bisa saja dikatakan semestanya adalah C (himpunan bilangan kompleks). Namun kita
tidak boleh mengambil Z (himpunan bilangan bulat) sebagai semesta pembicaraan.
(Mengapa?)
c) Himpunan berhingga dan himpunan tak berhingga (infinit)
Dilihat dari kardinalitasnya suatu himpunan ada yang merupakan himpunan
berhingga dan himpunan tak berhingga. Suatu himpunan disebut himpunan berhingga
bila banyak anggota himpunan menyatakan bilangan tertentu, atau dapat juga dikatakan
suatu himpunan disebut berhingga bila anggota-anggota himpunan tersebut dapat
dibilang/bukan dihitung, maka proses membilangnya dapat berakhir. Sebaliknya suatu
himpunan disebut himpunan tak berhingga bila banyaknya anggota himpunan tersebut
tidak dapat dinyatakan sebanyak bilangan tertentu. Atau dapat juga dikatakan suatu
himpunan disebut himpunan tak berhingga bila anggota-anggota himpunan tersebut
dibilang maka prosesnya tidak dapat diakhiri.
Contoh 1. 6
1. Himpunan berhingga
a. K = Himpunan nama hari dalam seminggu
b. L = {x|x < 100, x bilangan cacah ganjil}
c. P = {x| x negara - negara Asean}
d. Q = {x| x penduduk Indonesia}
2. Himpunan tak berhingga
a. R = Himpunan bilangan asli
b. L = Himpunan bilangan cacah kelipatan 5
c. P = {x| x > I00, x bilangan bulat}
d. Q = {x| x bilangan bulat genap}
d) Himpunan Bagian (Subset)
Diberikan himpunan A dan B. Jika setiap anggota A merupakan anggota B maka
dikatakan A merupakan himpunan bagian (subset) dari B atau dikatakan B memuat A
atau A termuat di B dan dilambangkan dengan A  B.
Jadi A  B jika dan hanya jika
xAxB
Jika ada anggota dari A yang bukan merupakan anggota B maka A bukan himpunan
bagian dari B, dilambangkan dengan A  B.

3
Contoh 1. 7
a. A = {1,3,5} dan B = {0,1,2,3,4,5,6}. Maka A  B
b. C = {a,b,c,1,2} dan B = {0,1,2,3,4,5,6}. Maka C  B, karena ada anggota dari C
yang bukan merupakan anggota B, yaitu a. (Pengertian “ada” berarti
terdapat satu anggota C yang bukan merupakan anggota B, sudah cukup).
c. Suatu himpunan pasti merupakan subset dirinya sendiri. Jadi H  H.
Bukti:
Ambil sebarang h  H, maka jelas h  H. Jadi H  H.
d. Himpunan kosong () merupakan himpunan bagian dari semua himpunan.
Bukti:
Kalimat “x  A  x  B” pada pengertian himpunan bagian, selalu bernilai benar
jika diambil A =  dan untuk sebarang himpunan B. Hal ini disebabkan syarat
cukupnya selalu tidak terpenuhi. Sama saja dengan kita mengatakan “jika bulan bisa
ngomong, maka dia tak akan bohong”. Kalimat ini selalu bernilai benar karena syarat
cukupnya yaitu “bulan bisa ngomong” selalu tidak terpenuhi.
e) Kesamaan himpunan
Suatu himpunan dikatan sama dengan suatu himpunan B, jika dan hanya jika
keduanya memiliki unsur-unsur yang sama. Dengan kata lain, setiap unsur himpunan A
adalah juga unsur himpunan B, dan sebaliknya pula, setiap unsur himpunan B adalah
unsur himpunan A. Untuk ini kita tulis: A = B.
Contoh 1. 8
a. Andaikan = {1, 2, 3, 4} dan = {3, 1, 4, 2}. Maka =
b. Andaikan = { , , } dan = { , , , , , } . maka =
c. Andaikan = {2, 3} dan = { | − 5 + 6 = 0}.
f) Himpunan berpotongan
Dua himpunan A dan B dikatakan berpotongan ditulis “A ∝ B” jika dan hanya
jika ada anggota A yang menjadi anggota B.
Contoh 1. 9
Misalkan himpunan A = {3, 4, 5, 6} dan B = {2, 5, 8}
A dan B adalah dua himpunan yang saling berpotongan
g) Himpunan yang saling lepas
Jika himpunan-himpunan A dan B tidak memiliki satupun unsur bersama, maka
dikatakan bahwa A dan B saling lepas.

Contoh 1. 10
a. A = himpunan semua bilangan ganjil, B = himpunan semua bilangan genap. Maka A
dan B saling lepas.
b. L = himpunan semua laki-laki dan P = himpunan semua perempuan, maka L dan P
juga saling lepas.

LATIHAN 1
1. a. Berilah tiga contoh kumpulan yang bukan merupakan himpunan.

4
b. Berilah tiga contoh kumpulan yang merupakan himpunan.
2. Diketahui B = {p, q, r}. Katakanlah apakah keempat pernyataan berikut benar, kemudian
berikan alasannya.
a. p ∈ B b. {q} ∈ B, c. r ∈ B, d. s ∈ B.
3. Tulislah himpunan berikut dengan tabulasi.
a. A = {x2 = 25}
b. B = {x| x + 3 = 3}
c. A = {x| x > 3, x bilangan asli ganjil}
d. A = {x| 0 < x < 5, x bilangan real}
4. Tulislah dengan menyebutkan syarat-syarat anggotanya.
a. E = {a,i,u,e,o}
b. F = {2,3,5,7,11}
c. G = {3,6,9,12, …}
d. H = {123, 132, 213, 231, 312, 321}.
5. Tulislah dengan notasi pembentuk himpunan untuk himpunan bilangan asli yang:
a. kurang dari 5,
b. lebih dari atau sama dengan 3,
c. kelipatan 5 kurang dari 50, dan
d. prima.
6. Penulisan himpunan berikut manakah yang benar
a. J= {x| x > 0, x ∈ himpunan bilangan bulat}
b. K = {x| x < 20, x bilangan asli genap}
c. L = {x| x > 4, x bilangan cacah}

7. Misalkan A = {a,b,c,d}
a. Tulislah semua himpunan bagian dari A
b. Berapakah banyaknya himpunan bagian dari A
8. Misalkan A, B, dan C masing-masing adalah himpunan, jika A  B dan B  C, buktikan
bahwa A  C.
9. Yang manakah di antara himpunan-himpunan berikut yang himpunan kosong?
a. {x | x bilangan, prima genap},
b. {x | x bilangan ganjil yang habis dibagi 2},
c. {x | x2 — 3x + 5 = 0, x bilangan real),
d. {x | x persegi panjang yang belah ketupat}
10. Himpunan manakah yang berhingga dan tak berhingga?
a. {1,2,3,...,10.000),
b. {x | x bilangan genap},
c. {penduduk bumi},
d. {1,2,3,...}.

5
BAB II
OPERASI PADA HIMPUNAN
1. OPERASI PADA HIMPUNAN
Dalam ilmu-ilmu berhitung kita belajar menjumlahkan dan mengalikan yaitu kita
menetapkan untuk setiap pasang bilangan-bilangan x dan y, suatu bilangan x+y yang disebut
jumlah dari x dan y, dan xy yang disebut perkalian x dan v. Penetapan-penetapan ini disebut
operasi-operasi penjumlahan dan perkalian. Operasi penjumlahan dan perkalian termasuk
operasi biner. Di samping operasi biner ada jenis operasi yang lain yaitu operasi uner. Pada
bab ini akan dibahas operasi-operasi pada himpunan, yaitu:
a. Irisan dua himpunan
Irisan dua himpunan A dan B adalah himpunan semua unsur yang sekaligus
terkandung di dalam A dan B. Irisan ini kita lambangkan sebagai:
A∩B
Yang dibaca: “ A irisan B “
Contoh 2. 1
1. Di dalam diagram venn di bawah ini kita arsir A∩B, yaitu daerah yang dimiliki
bersama oleh A dan B.

Gambar 2. 1
2. Andaikan S = {a, b, c, d} dan T = {f, b, d, g} maka S∩T = {b, d}
3. Andaikan V = {2, 4, 6, …}, yaitu kelipatan dari 2; dan W = {3, 6, 9, …}, yaitu
kelipatan dari 3, maka V∩W = {6, 12, 18, …}, kelipatan dari 6.
Irisan dua himpunan A dan B kita definisikan sebagai berikut:
∩ ={ | ∈ ∈ }

Catatan :
1. Dari definisi irisan dapat segera kita peroleh bahwa ∩ = ∩ .
2. Masing-masing dari kedua himpunan A dan B mengandung irisannya sebagai suatu subsetnya,
sehingga berlaku:
( ∩ )⊂ ( ∩ )⊂
3. Kedua himpunan A dan B saling lepas jika dan hanya jika irisannya kosong, yaitu ∩ = ∅

b. Gabungan dua himpunan


Gabungan dua himpunan A dan B adalah himpunan semua unsur yang terkandung
di dalam A atau di dalam B atau yang sekaligus terkandung di dalam A dan B keduanya.
Gabungan A dan B kita lambangkan sebagai

6
Yang lazim dibaca : “ A gabungan B “
Contoh 2. 2
1. Di dalam diagram venn gambar 4 di bawah ini kita arsir ⋃ , yaitu daerah A dan
daerah B

Gambar 2. 2
2. Andaikan = { , , , } dan = { , , , } maka ⋃ = { , , , , , }.
3. Andaikan himpunan semua bilangan real positif dan himpunan semua bilangan
real negatif, maka ⋃ adalah himpunan semua bilangan real tak nol.
Gabungan dan kita definisikan dengan persamaan
∪ ={ | ∈ ∈ }.
Catatan:
1. dari definisi gabungan segera dapat kita lihat bahwa
∪ = ∪
2. A dan B masing-masing adalah subset dari gabungannya, sehingga dapat kita tulis:
⊂( ∪ ) ⊂( ∪ )

c. Selisih dua himpunan


Selisih dua himpunan A dan B adalah himpunan semua unsur yang terkandung di
dalam A tetapi tidak tekandung di dalam B. Selisih ini kita lambangkan sebagai A – B.
Yang kita baca sebagai : “ A minus B “. Selisih dua himpunan A dan B kita definisikan
sebagai berikut:
− ={ | ∈ ∉ }
Contoh 2. 3
1. Di dalam diagram Venn gambar 6 di bawah ini kita arsir A – B, yaitu daerah di mana
A bukan merupakan suatu bagian dari B.

Gambar 2. 3
 Andaikan S = {a, b, c, d} dan = { , , , }. Maka − = { , }
 Andaikan R himpunan semua bilangan real dan Q himpunan semua bilangan rasional.
Maka = − adalah himpunan semua bilangan tak rasional.

7
Catatan:
1. Selisih A – B adalah suatu subset dari A, jadi berlaku − ⊂
2. ketiga himpunan − , ∩ dan − saling lepas, sehingga irisannya sepasang-sepasang
kosong.

d. Perkalian dua himpunan


Jika A dan B sembarang himpunan, maka perkalian dua himpunan A dan B ditulis A x B
adalah himpunan dari semua pasangan terurut berbentuk (x, y) dengan x ∈ dan y
∈ . Perkalian ini juga disebut “pergandaan kartesius (Cartesian Product).
Notasi: A  B = {(a, b)  a  A dan b  B }
Contoh 2. 4
1. Misalkan C = { 1, 2, 3 }, dan D = { a, b }, maka C  D = { (1, a ), (1, b ), (2, a), (2, b
), (3, a ), (3, b ) }
2. Misalkan A = B = himpunan semua bilangan riil, maka A  B = himpunan semua titik
di bidang datar
Catatan:
1. Jika A dan B merupakan himpunan berhingga, maka:
A  B = A . B.
2. (a, b )  (b, a ).
3. A  B  B  A dengan syarat A atau B tidak kosong.
Pada Contoh di atas, C = { 1, 2, 3 }, dan D = { a, b },
D  C = {(a, 1), (a, 2), (a, 3), (b, 1), (b, 2), (b, 3) }
C  D = { (1, a), (1, b), (2, a), (2, b), (3, a), (3, b) }
D  C  C  D.
4. Jika A =  atau B = , maka A  B = B  A = 
3. Misalkan
A = himpunan makanan = { s = soto, g = gado-gado, n = nasi goreng, m = mie rebus }
B = himpunan minuman = { c = coca-cola, t = teh, d = es dawet }
Berapa banyak kombinasi makanan dan minuman yang dapat disusun dari kedua
himpunan di atas?
Jawab:
A  B = AB = 4  3 = 12 kombinasi dan minuman, yaitu {(s, c), (s, t), (s, d),
(g, c), (g, t), (g, d), (n, c), (n, t), (n, d), (m, c), (m, t), (m, d)}.
4. Daftarkan semua anggota himpunan berikut:
(a) P() (b)   P() (c) {} P() (d) P(P({3}))
Jawab:
(a) P() = {}
(b)   P() =  (ket: jika A =  atau B =  maka A  B = )
(c) {} P() = {} {} = {(,))
(d) P(P({3})) = P({ , {3} }) = {, {}, {{3}}, {, {3}} }

e. Komplemen
Komplemen himpunan A terhadap suatu himpunan B ialah himpunan semua unsur
yang tidak terkandung di dalam A dan terkandung di dalam B. Hal ini tak lain artinya
bahwa komplemen ini = − .Jika A suatu subset dari universum U, maka komplemen

8
A yang kita nyatakan sebagai A’ adalah U – A. Lihat diagram Venn pada gambar di
bawah ini. Komplemen A merupakan bagian daerah yang diarsir sebelah luar A.

Gambar 2. 4
Contoh 2. 5
 Andaikan bahwa U = abjad latin, sedangkan S = himpunan semua vokal. Maka
S’ = U – S = himpunan semua konsonan.
 Untuk U = N (bilangan asli) dan S = {x | x bilangan ganjil}, S’ = {x | x bilangan
genap} Akan kita sebutkan beberapa relasi mengenai himpunan yang langsung
mengikut dari definisi komplemen di atas.
1. ∪ ′=
2. ∩ ′=∅
3. ′ = ∅
4. ∅′ =
5. ( ′ )′ =
6. − = ∩ ′
Bukti:
6. yang terakhir ini kita buktikan sebagai berikut:
− ={ ∣ ∈ ∉ } atau { ∣ ∈ ∈ ^′ } = ∩ ′

2. SIFAT-SIFAT OPERASI PADA HIMPUNAN


a) Komutatif
Diberikan himpunan A dan B. Maka berlaku AB = BA dan juga AB = BA
b) Asosiatif
Diberikan himpunan A, B dan C.
Maka berlaku (AB)C = A(BC) dan juga (AB)C= A(BC)
c) Idempoten
Diberikan suatu himpunan A. Maka berlaku AA=A dan juga AA=A
d) Identitas
Diberikan suatu himpunan A dalam semesta S.
Maka AS=A dan juga AS=A
e) Distributif
Diberikan himpunan A,B dan C.
Maka A(BC) =(AB)(AC) dan juga A(BC)=(AB)(AC)
f) Komplementer
Diberikan suatu himpunan A dalam semesta S. Maka AAc = S dan AAc = 

9
g) Dalil De Morgan
Diberikan himpunan A dan B. Maka (AB)c = Ac  Bc dan (AB)c = Ac  Bc
3. PENGGUNAAN SIFAT OPERASI PADA HIMPUNAN
Contoh 2. 6
Jika A ⊂ B dan B ⊂ C maka A ⊂ C, buktikanlah!
Penyelesaian:
Diketahui A ⊂ B dan B ⊂ C. Akan dibuktikan A ⊂ C.
A ⊂ B maka A  B = A …(1)
B ⊂ C maka B  C = B …(2)
Pada (1) A  B = A
A  (B  C) = A' subtitusi (2) pada (1)
(A  B)  C = A assosiatif
AC=A subtitusi (1)
A ⊂ C.
Contoh 2. 7
Buktikan bahwa (D-E) dan (D  E) saling asing.
Penyelesaian:
Diketahui D, E himpunan
Akan dibuktikan (D-E) dan (D  E) saling asing.
(D-E) (D  E) = (D  E')  (D  E)
= (D  D)  (E’  E) (Kom, Ass)
=D (Idemp, Kompl)
= . (Ident)
Ternyata (D-E) (D  E) = .
Jadi (D-E) dan (D  E) saling asing.
Contoh 2. 8
Buktikan bahwa jika A ⊂ B maka B’ ⊂ A’
Penyelesaian:
Diketahui A, B himpunan, A ⊂ B
Akan dibuktikan B’ ⊂ A’.
A ⊂ B maka A  B = A
(A  B)' = A’
A’  B’ = A’
B' ⊂ A'.
Terbukti
LATIHAN 2
1. Misalkan S = {1, 2, 3, 4, 5, 6}, A = {1, 3, 5}, B = {2, 3, 4}. Dengan menggunakan cara
tabulasi tentukan himpunan berikut:
a. A  B
b. A  B
c. (A  B)’
d. (A  B)’
e. A’

10
f. B’
g. A’  B’
h. A’  B’
i. Apakah (A  B)’ = A’  B’ ?
j. Apakah (A  B)’ = A’  B’ ?
2. Dengan menggunakan diagram venn tunjukkan bahwa:
a. A  (B  C) = (A  B)  (A  C)
b. A  (B  C) = (A  B)  (A  C)
3. Dari 100 orang mahasiswa, 60 mahasiswa mengikuti kuliah Bahasa Inggris, 50
mahasiswa mengikuti kuliah Statistika, 30 mahasiswa mengikuti kuliah Matematika
Dasar, 30 mahasiswa mengikuti kuliah Bahasa Inggris dan Statistika, 16 mahasiswa
mengikuti kuliah Bahasa Inggris dan Matematika Dasar, 10 mahasiswa mengikuti kuliah
Statistika dan Matematika Dasar, dan 6 mahasiswa mengikuti kuliah ketiga-tiganya.
Berapa banyak mahasiswa yang mengikuti kuliah Bahasa Inggris, atau Statistika, atau
Matematika Dasar?
4. Manakah dari himpunan berikut ini, yang merupakan himpunan kosong?
Jelaskan!
a. {x |x nama huruf vokal selain a, i, u, e, o di dalam alfabetl}
b. {x |x2 = 9 dan 2x = 4}
c. { x |x ≠ x}
d. {x |x + 6 = 6, x bilangan asli}
5. Misalkan A = {1, 2, 3}, B = {0, 1, 2}, C = {3, 1, 2}, D = {a, b, c}, E = {1, 2}, F = {0, 1,
2, 3}, dan G = {bilangan cacah antara 0 dan 4}
a. Himpunan manakah yang sama dengan A ?
b. Himpunan manakah yang ekivalen dengan A ?
c. Jika H dan I adalah himpunan, sedemikian sehingga berlaku H = I, apakah H ~ I ?
Jelaskan!
d. Jika J dan K adalah himpunan, sedemikian sehingga berlaku J ~ K, apakah J = K ?
Jelaskan!
6. Misalkan A = {2, {4,5}, 4}. Manakah pernyataan yang salah? Jelaskan!
a. {4, 5} ⊂ A
b. {4, 5} ∈ A
c. {{4, 5}} ⊂ A

11
BAB III
RELASI
A. PENGERTIAN RELASI ANTAR DUA HIMPUNAN
Untuk mempelajari relasi, perhatikan diagram panah berikut ini.
R

1. .a

2. . b

3.

A B
Gambar 3. 1
R menunjukkan hubungan atau relasi dari himpunan A ke himpunan B yang dapat
ditunjukkan dengan { (1, a), (1, b), (3, a) }. Hal tersebut dapat ditulis _( → ) ={ (1, a), (1,
b), (3, a) }. (silakan menuliskan relasi dari A ke B yang lain). Sekarang marilah kita
bandingkan antara A X B dan _( → ). Terlihat bahwa _( → ) merupakan subset dari
A X B. Secara umum dapat dikatakan:
Relasi dari himpunan A ke himpunan B adalah sebarang himpunan bagian dari A
x B.
Perhatikan kembali _( → ) = { (1, a), (1, b), (3, a) }.
Pasangan-pasangan tersebut dapat dikatakan dengan cara lain. yaitu:
1 dan a berada dalam relasi R
1 dan b berada dalam relasi R
3 dan a berada dalam relasi R
Hal itu ditulis sebagai (1, a) ∈ R atau R(1, a) atau 1Ra.
Coba anda tuliskan untuk yang lain.
Dari diagram terlihat bahwa 3 dan b tidak berada dalam relasi R. Hal tersebut dapat
ditulis sebagai (3, b) ∉ R atau R(3, b) atau 3 R b.
Selanjutnya perhatikan hal yang khusus berikut.
Pada contoh di atas telah ditunjukkan relasi himpunan A ke himpunan B; dengan A
dan B dua himpunan yang berbeda. Hal itu sebenarnya tidaklah harus; Artinya kedua
himpunan tersebut tidak harus berbeda. Kita dapat mengadakan relasi dari himpunan P ke
himpunan P sendiri. Perhatikan diagram berikut ini.
R’

2. .2

4. . 4

6. . 6
Gambar 3.2

P P
12
R’ menyatakan relasi: “kurang dari atau sama dengan”
Jadi 〖 ′〗_( → ) = { (2, 2), (2, 4), (2, 6), (4, 4), (4, 6), (6, 6) }. Relasi dari P ke P
disebut juga relasi pada P. Sekali lagi terlihat bahwa 〖 ′〗_( → ) ⊂ P X P.
Dalam hal ini dapat juga kita tulis (2, 2) ∈ R’ : R’ (2, 2) atau 2R’2 dan seterusnya.

B. CARA MENYATAKAN RELASI ANTARA DUA HIMPUNAN


Diketahui himpunan A = {2,3,4,5}, B = {4,5,6} dengan relasi faktor dari, dari himpunan
A ke himpunan B maka kita dapat menyatakan relasi tersebut dergan tiga cara yaitu:
1) Dengan diagram panah
Pada gambar dikawankan dengan 4 ditulis 2 → 4, ini berarti 2 faktor dari 4.

Faktor dari

2 .4
3.
4. . 5
5. . 6

A Gambar 3. 3 B
2) Dengan himpunan pasangan berurutan
Perhatikanlah gambar di atas 2 → 6 ini berarti 2 faktor dari 6 dan dapat ditulis dengan
pasangan berurutan (2,6). Jika relasi faktor dari himpunan A ke himpunan B
dinyatakan dengan R, maka jelas 2 berelasi R dengan 6 atau dapat ditulis dengan 2R6
atau (2,6) R. Dengan cara yang sama dapat dituliskan 2R4 atau (2,4) R, 3R6 atau (3,6)
R, tetapi 2 tidak berelasi dengan 5 atau dapat ditulis 2 R 5 atau (2,5) R. Dengan
demikian relasi R tersebut merupakan himpunan pasangan berurutan yaitu:
R = {(2,4),(2,6),(3,6),(4,4),(5,5)}
Dengan cara lain dapat dijelaskan pula bahwa jika ditentukan x ∈ A dan y ∈ B maka
relasi faktor dari tersebut dapat dinyatakan (dengan kalimat terbuka x faktor dari y.
Pengganti "x" dengan "2" dan "y" dengan "6" didapat pernyataan yang benar,
sehingga pasangan berurutan (2,6) merupakan penyelesaian dari kalimat terbuka x
faktor dari y. Tetapi pengganti "x" dengan "2" dan "y" dengan "5" didapat pernyataan
yang salah, sehingga (2,5) bukan penyelesaian dari kalimat terbuka x faktor dari y.
Jika relasi faktor dari himpunan A ke himpunan B dinyatakan dengan R maka
himpunan semua pasangan berurutan (x,y) yang menghasilkan pernyataan yang benar
yaitu himpunan penyelesaian kalimat terbuka
R = {(2,4),(2,6),(3,6),(4,4),(5,5)}
3) Dengan grafik cartesius

Gambar 3. 4
13
Koordinat titik-titik pada gambar menyatakan anggota-anggota pasangan berurutan
dari relasi R (faktor dari).

C. BANYAKNYA RELASI ANTARA DUA HIMPUNAN


Jika R: A → B adalah relasi dari A ke B. n(a) = 3, dan n(B) = 2 maka banyaknya
relasi R tersebut dapat dijelaskan sebagai berikut.
Misalkan A = {1,3,5} maka n(A) = 3,
B = {a,b} maka n(B) = 2
AxB = {(1,a),(1,b),(3,a),(3,b),(5,a),(5,b)) maka n(AxB) = 6 = 3x2.
a) Jika R1 = {(1,a)} jelas R1 ⊂ (AxB) dan R1 relasi dari A ke B.
b) Jika R2 = {(1,a).(2,b)} jelas R2 ⊂ (AxB) dan R2 relasi dari A ke B
c) Jika R0 = {} jelas R0 ⊂ (AxB) dan R0 bukan relasi dari A ke B
d) Jika R6 = {(1,a),(1,b),(3,a),(3,b),(5,a),(5,b)} jelas R6 ⊂ (AxB) dan R6 relasi dari A ke
B

Dari uraian di atas dapat dikatakan bahwa:


1. Jika R relasi dari A ke B maka R ⊂ (AxB)
2. Jika R (AxB) dan R ≠ ∅ maka R relasi dari A ke B
Kita tahu bahwa n(AxB) = 6 jelas bahwa banyaknya anggota himpunan kuasa = 2 6 = 23x2
Karena untuk R ≠ ∅ maka R relasi dari A ke B maka banyaknya relasi R dari A ke B ada
26 – 1. Dengan demikian dapat kita katakan bahwa jika R: A → B adalah relasi dari A ke
B dan n(A) = 3, n(B) = 3 maka banyaknya relasi R sebanyak 23x2 – 1.
Secara umum dapat dikatakan bahwa:
Jika R: A → B adalah relasi dari A ke B dan n(A) = k, n(B) =1 maka banyaknya
relasi R = 2k x l – 1.
Contoh 3. 1
Diketahui R: M→N adalah relasi dari M ke N. Jika n(M)=4 dan n(N)=3, hitunglah
banyaknya relasi R tersebut.
Penyelesaian:
n(M)=4 dan n(N)=3.
Banyaknya relasi R ada = 24x3 - 1 = 4095.

LATIHAN 3. 1
1. Jika A = {x/ 0 < x < 5, x bilangan bulat} dan B = {a, b}, maka: A x B =…
2. Bila A = {x/0 < x < 5, x bilangan bulat}
B = {a, b}, maka A x B adalah….

D. MACAM-MACAM RELASI
Perhatikanlah himpunan S = {a, b, c, d,…} dan R suatu relasi pada himpunan S
tersebut. Berikut ini dikemukakan beberapa macam relasi R.
a. 1) Relasi R disebut refleksif jika setiap anggota S berelasi R dengan dirinya sendiri.
Secara singkat/simbolik:
_( . ) jhj (∀ a ∈ S). a R a

14
2) Relasi R disebut nonrefleksif jika ada anggota S yang tidak berelasi dengan dirinya
sendiri.
Secara singkat/simbolik:
_( − . ) jhj (∃ a ∈ S). a R a
(Perhatikan bahwa nonrefleksif adalah negasi atau ingkaran dari refleksif)
3) Relasi R disebut irrefleksif jika setiap anggota S tidak berelasi R dengan dirinya
sendiri.
Secara singkat/simbolik:
_( . ) jhj (∀ a ∈ S). a R a
b. 1) Relasi R disebut simetri jika untuk setiap dua anggota a dan b dari S berlaku jika a
berelasi R dengan b maka b juga berelasi R dengan a.
Secara singkat/simbolik:
_( . ) jhj (∀ a, b ∈ S). a R b → b R a
2) Relasi R disebut nonsimetri jika untuk ada dua anggota a dan b dari S sedemikian
hingga a berelasi R dengan b tetapi b tidak berelasi R dengan a.
Secara singkat/simbolik:
_( − . ) jhj (∃ a, b ∈ S). a R b → b R a
Perhatikan bahwa nonsimetri adalah negasi dari simetri)
3) Relasi R disebut asimetri jika untuk setiap dua anggota a dan b dari S berlaku jika a
berelasi R dengan b maka b tidak berelasi R dengan a.
Secara singkat/simbolik:
_( . ) jhj (∀ a, b ∈ S). a R b → b R a
4) Relasi R disebut antisimetri jika untuk setiap dua anggota a dan b dari S berlaku jika
berelasi R dengan b dan b juga berelasi R dengan a maka a sama dengan b.
Secara singkat/simbolik:
_( − . ) jhj (∀ a, b ∈ S). a R b dan b R a → a = b
c. 1) Relasi R disebut transitif jika untuk setiap 3 anggota a, b, dan c dari S berlaku jika a
berelasi R dengan b dan b juga berelasi R dengan c maka a juga berelasi R dengan c.
Secara singkat/simbolik:
_( . ) jhj (∀ a, b, c ∈ S). a R b dan b R c → a R c
2) Relasi R disebut nontransitif jika ada tiga anggota a, b, dan c dari S sedemikian hingga
a berelasi R dengan b dan b juga berelasi R dengan c tetapi a tidak berelasi R dengan c.
Secara singkat/simbolik:
_( − . ) jhj (∃ a, b, c ∈ S). a R b dan b R c dan a R c
(perhatikan bahwa nontransitif adalah negasi dari transitif)
3) Relasi R disebut intransitif jika untuk setiap tiga anggota a, b, dan c dari S berlaku jika
a berelasi R dengan b dan b juga berelasi R dengan c maka a tidak berelasi R dengan c.
Secara singkat/simbolik:
_( . ) jhj (∀ a, b, c ∈ S). a R b dan b R c  a R c
d. Relasi R disebut ekivalen jika relasi R adalah refleksif, simetri, dan transitif.
Berikut ini akan diberikan beberapa contoh dari masing-masing relasi di atas.
 1) Relasi refleksif:
 Relasi “mengenal” dalam himpunan orang-orang.

15
 Relasi “lebih besar atau sama” dalam himpunan bilangan bulat.
 Relasi R = {(a, a), (b, b), (c, c)} dalam himpunan S = {a, b, c}
2) Relasi nonreflk:
 Relasi “membenci” dalam himpunan orang-orang.
 Relasi “lebih besar dari” dalam himpunan bilangan bulat positif.
 Relasi R = {(a, a), (a, b), (c,c)}.
3) Relasi irrefleks:
 Relasi “ayah dari” dalam himpunan orang-orang.
 Relasi “lebih besar dari” dalam himpunan bilangan real.
 Relasi R = {(a, b), (b, c), (c, a)} dalam himpunan S = {a, b, c}
 1) Relasi simetri:
 Relasi “serumah” dalam himpunan orang-orang.
 Relasi “sebidang” dalam himpunan titik dalam ruang.
 Relasi R = {(a, b), (b, a), (a, c), (c, a)} dalam himpunan S = {a, b, c}
2) Relasi nonsimetri:
 Relasi “mencintai” dalam himpunan orang-orang.
 Relasi “lebih kecil dari” dalam himpunan bilangan real.
 Relasi R = {(a, b), (a, c), (c, a)} dalam himpunan S = {a, b, c}
3) Relasi asimetri:
 Relasi “ayah dari” dalam himpunan orang-orang.
 Relasi “lebih kecil dari” dalam himpunan bilangan real.
 Relasi R = {(a, b), (a, c), (b, c)} dalam himpunan S = {a, b, c}
4) Relasi antisimetri:
 Relasi “lebih kecil atau sama” dalam himpunan bilangan real.
 1) Relasi transitif:
 Relasi “adik dari” dalam himpunan anak-anak seayah ibu.
 Relasi “sejajar dengan” dalam himpunan garis-garis di bidang datar.
 Relasi R = {(a, b), (b, c), (a, c)} dalam himpunan S = {a, b, c}
2) Relasi nontrans:
 Relasi “mengenal” dalam himpunan orang-orang.
 Relasi “tegaklurus” dalam himpunan garis-garis dalam ruang.
 Relasi R = {(a, b), (b, c), (c, a), (a, a)} dalam himpunan S = {a, b, c}
3) Relasi intrans:
 Relasi “anak dari” dalam himpunan orang-orang.
 Relasi “tegaklurus” dalam himpunan garis-garis dalam bidang datar.
 Relasi R = {(a, b), (b, c), (c, a)} dalam himpunan S = {a, b, c}
 Relasi ekuivalen:
 Relasi “sekampung” dalam himpunan orang-orang
 Relasi “sebangun” dalam himpunan segitiga-segitiga
 Relasi R = {(a, a), (b, b), (c, c), (a, b), (b, c), (a, c), (b, a), (c, b), (c, a)}
dalam himpunan S = {a, b, c}
(Perhatikanlah baik-baik; sebuah relasi mungkin saja mempunyai beberapa sifat atau
termasuk dalam lebih dari satu macam).

16
LATIHAN 3. 2
1) Misalkan S = {a, b, c}. Tentukan relasi R pada S yang:
a) refleksif, simetri, tapi tidak transitif
b) refleksif, transitif, tapi tidak simetri
c) simetri, transitif, tapi tidak refleksif
2) Termasuk relasi apakah relasi yang didefinisikan di bawah ini.
a) relasi “tegak lurus” dalam himpunan dari himpunan
b) relasi “subset” dalam himpunan dari himpunan
c) relasi “sebangun” dalam himpunan segitiga-segitiga
d) relasi “lebih kecil dari” dalam himpunan bilangan real

17
BAB IV
FUNGSI
1. PENGERTIAN FUNGSI
Suatu fungsi f dari A ke B adalah aturan yang mengawankan setiap anggota A dengan
B secara tunggal.
Dengan demikian jelaslah hubungan perkalian dua himpunan, relasi, dan fungsi yang
dapat ditunjukkan sebagai berikut.
Fungsi f dari A ke B ⊂RA  B ⊂ A X B
Selanjutnya tentu saja kita dapat menunjukkan suatu fungsi dalam bentuk pasangan
berurutan. Dalam hal ini himpunan A dan B tidaklah harus berbeda.
Karena fungsi juga dapat dipandang sebagai himpunan pasangan berurutan, maka
pengertian fungsi dari A ke B dapat lebih baik dikemukakan sebagai berikut.
Suatu fungsi f dari A ke B adalah suatu himpunan pasangan berurutan yang
merupakan himpunan bagian dari A X B sedemikian hingga semua anggota A muncul
sebagai elemen pertama dan jika (a, b) dan (a, b’) anggota f maka b = b’.
Perhatikan: Definisi tersebut adalah “penyederhanaan” dari definisi fungsi yang lebih
umum. Selanjutnya fungsi dan pemetaan dipandang sama.
Fungsi f dari A ke B yang didefinisikan seperti di atas, biasa ditulis sebagai f: A  B.
Sedangkan untuk menunjukkan anggota yang dihubungkan oleh f, biasa dittulis:
f: a  b atau b = f (a)
yang juga berarti (a, b) ∈ f
Dalam hal serupa itu, b disebut bayangan dari a oleh f atau b adalah nilai fungsi f pada
a.
Ada kalanya ditulis sebagai a → b yang dapat dibaca sebagai: a dibawa oleh fungsi f ke b.
Dengan demikian kita dapat mengatakan bahwa domain f adalah A; yang dapat ditulis
D (f) = A. Sedangkan range f merupakan himpunan nilai fungsi f.
Contoh 4. 1
Berikut ini diberikut ini diberikan beberapa relasi yang merupakan fungsi dan relasi yang
tidak merupakan fungsi.

 
   
   
   

Gambar 4. 1 Gambar 4. 2

Tidak menunjukkan fungsi Menunjukkan suatu fungsi

18
   
   
   
 

Gambar 4. 3 Gambar 4. 4
Menunjukkan suatu fungsi Tidak menunjukkan suatu fungsi

R1 = {(a, p), (b, p), (c, q), (d, q)} merupakan fungsi
R2 = {(a, p), (b, q), (c, p), (c, q), (d, p)} bukan fungsi
Y Y

X X

Gambar 4. 5 Gambar 4. 6
Grafik di atas menunjukkan suatu fungsi Grafik di atas tidak menunjukkan fungsi
Dari X ke Y dari X ke Y

2. CARA MENYATAKAN FUNGSI


Bagaimanakah cara menentukan bahwa suatu relasi adalah fungsi?
1) Jika disajikan dalam bentuk diagram panah
Dari setiap anggota himpunan pertama lepas lepas satu anak panah.
2) Jika disajikan dalam himpunan pasangan berurutan
Setiap elemen pertama hanya muncul sekali. Atau:
Setiap anggota himpunan pertama muncul sekali sebagai elemen pertama pasangan
berurutan.
3) Jika disajikan dalam bentuk grafik di bidang datar
Setiap garis lurus yang sejajar dengan sumbu koordinat pemuat himpunan kedua
memotong grafik hanya pada satu titik.

3. BANYAKNYA FUNGSI
Misalkan f: A→B adalah fungsi dari A ke dalam B dengan A = {1,3,5} dan B={a,b}.
Tentukanlah semua fungsi f yang mungkin.
Penyelesaian:

19
Misalkan fungsi-fungsi tersebut dinyatakan dengan himpunan pasangan berurutan F,
maka:
F1 = {(1,a),(3,a),(5,a)}
F2 = {(1,a),(3,a),(5,b)}
F3 = {(1,a),(3,b),(5,a)}
F4 = {(l,b),(3,a),(5,a)}
F5 = {(1,b),(3,b),(5,a)}
F6 = {( 1,b),(3,a),(5,b)}
F7 = {(1,a),(3,b),(5,b)}
F8 = {(1,b),(3,b),(5,b)}
Ternyata untuk n(A) = 3, n(B) = 2 maka banyaknya fungsi fdari A ke dalam B = 23= 8.
Secara umum:
Jika f: adalah fungsi dari A ke dalam B dengan n(A) = k dan n(B) = I, maka banyaknya
fungsi dari A ke dalam B ada.

4. JANGKAUAN DARI FUNGSI


Misalkan A = {a,b,c,d,e}; B = {1,2,3,4,5} f: A→B adalah fungsi dari A ke dalam B
yang didefinisikan oleh diagram panah pada gambar. Tampak bahwa:
2 bayangan dari a dan b
3 bayangan dari e dan d
4 bayangan dari c
Himpunan semua bayangan dari A adalah {2,3,4}. Himpunan tersebut disebut
jangkauan atau range atau daerah hasil dari fungsi f ditulis f(A).
Contoh 4. 2
Diketahui f: A→R adalah fungsi dari A ke dalam R yang ditentukan oleh f(x)= x 2 - 2x - 3.
Jika R = himpunan bilangan real , A = {x|-2 ≤ x ≤ 4, x ∈ R}. Tentukan range dari fungsi
f(x).
Penyelesaian:
X -2 -1 0 1 2 3 4
f(x) 5 0 -3 -4 -3 0 5

-2 0

Gambar 4. 7
4 ∉ A maka 5 ∉ f(A)
-2 ∉ A maka 5 ∉ f(A)

20
1 ∉ A maka -4 ∉ f(A)
Jadi:
f(A) = {x| -4 ≤ x < 5, x ∈ R}

5. JENIS – JENIS FUNGSI


Dengan memperhatikan ciri-ciri setiap fungsi dapatlah kita bedakan jenis-jenis fungsi.
a) Perhatikan fungsi f dengan D (f) = A dan Range Re(f) ⊂ B.
Jika Re(f) = B, yang berarti semua anggota B mempunyai kawan di A, maka f disebut
fungsi onto atau pada atau surjektif. Dalam hal ini sangat perlu diperhatikan himpunan
keduanya.
Contoh 4. 3
y=?
f

 
 
 
x=A

F : x  x2
?
A B
Gambar 4. 8 Gambar 4. 9
D (f) = A B = Re(f) F tidak surjektif jika
Fungsi f surjektif B = {x / x bil. Real}
F surjektif, jika Re(f) =
B = {x / x ≥ 0, x bil. Real}
Secara simbolik dapat ditulis sebagai berikut.
f : A  B surjektif jhj (∀ b ∈ B) (∃∈ A). f(a) = b.
b) Perhatikan lagi fungsi f dengan D (f)= A dan range Re(f) ⊂ B
Jika setiap anggota Re(f) hanya memiliki tepat satu kawan di A, maka f disebut fungsi
injektif atau satu-satu. Dalam hal ini belum tentu setiap anggota B dikawankan dengan
anggota A.

Contoh 4. 4
y=B

f
 

 
  F : x  x2
?
x=A
A Gambar 4. 10B Gambar 4. 11
D (f) = A B ⊃ Re(f) F bukan fungsi injektif jika
B = {x / x bil. Real}

21
F fungsi injektif, jika B = {x / x ≥ 0, x bil. Real}
Secara simbolik dapat ditulis sebagai berikut.
f : A  B surjektif jhj (∀ b ∈ Re(F)) (∃ ′ ∈ A). f(a) = b.
atau
f : A  B injektif jhj (a, b), (a’, b) ∈ f a = a’
c) Perhatikan lagi fungsi f dengan D (f) = a dan range Re(f) = B
Jika f fungsi surjektif dan juga fungsi injektif maka disebut fungsi bijektif.
(ada kalanya juga disebut fungsi pada dan satu-satu)
Contoh 4. 5
y=B

A B
f
  f (x) = x + 1
 
  1
x=A
-1
Gambar 4. 12 Gambar 4. 13
D (f) = A Re(f) = B Keterangan grafik kanan
fungsi f bijektif F tidak bijektif jika D(f) = A =
B = {x/x ≥ 0, x real}
F fungsi injektif, jika A =
B = {x/x real}
LATIHAN 4
1) Buatlah contoh fungsi yang:
a) Injektif tapi tidak surjektif
b) Surjektif tapi tidak injektif
c) Injektif dan surjektif
2) Jika f: A  B fungsi dengan A = B = {x/x real}, manakah di antara fungsi di bawah ini
yang bijektif.
a) f (x) = x3
b) f (x) = |x|
c) f (x) = log x
d) f (x) = cos x

22
BAB V
KARDINALITAS
A. EKIVALENSI DUA HIMPUNAN
Telah kita pelajari pengertian dua himpunan A dan B yang ekivalen, yakni jika A dan
B berkorespondensi satu-satu.Perhatikan dua himpunan A dan B yang sama banyak
anggotanya berikut ini.
Himpunan A dan B berkorespondensi satu-
A B satu. Jadi A ekivalen dengan B dan ditulis A
~ B.
  Dalam gambar terlihat bahwa korespondensi
  satu-satu juga merupakan suatu fungsi
  bijektif dari A ke B yang bijektif.
 
 

Gambar 5. 1
Dengan demikian kita dapat menyatakan ekivalensi dua himpunan dengan cara lain,
yakni:
Dua himpunan A dan B dikatakan ekivalen jika ada fungsi f : A → B yang bijektif (= satu-
satu dan onto)
Contoh 5. 1
A = {2, 4, 6, 8} dan B = {p, q, r, s}
Keduanya ekivalen. Hal ini dapat ditunjukkan dengan menghubungkan elemen dari masing-
masing, atau dengan menunjukkan satu fungsi bijektif dari A ke B. Misalnya f = {(2, p), (4,
q), (6, r), (8, s)}
A = {1, 2, 3, 4, 5, …} dan B = {2, 4, 6, 8, 10,…}.
Ekivalensi kedua himpunan itu dapat ditunjukkan dengan fungsi f : x → 2x yang bijektif.

B. HIMPUNAN FINIT DAN INFINIT


Sebenarnya pengertian keduanya telah kita pelajari, tetapi sekarang kita dalami lagi
kedua jenis himpunan tersebut. Untuk itu perhatikan himpunan bilangan asli ini.
A = {1, 2, 3, 4, 5, …}
B = {1, 2, 3, 4, 5, …, n}
Himpunan kedua, yaitu An merupakan himpunan bilangan asli mulai dari bilangan pertama,
yaitu 1 dan diakhiri dengan bilangan n. Jadi, jika kita tulis Ak berarti {1, 2, 3,…, k}.
Sekarang perhatikan beberapa himpunan yang lain berikut ini.
P = {a, b, c, 2, 4, 6}
Q = {x / x = 1, 3, 5, 7, 9, …}
R = {x / 0 ≤ x ≤ 2, x bilangan real}

Bagaimanakah jika masing-masing ketiga himpunan di atas kita korespondensikan satu-satu


dengan himpunan A atau An ?

23
Himpunan P ternyata dapat dikorespondensikan satu-satu dengan dengan A6, jadi P ekivalen
dengan A6 atau ditulis P ~ A6.
Kita perhatikan himpunan Q dan himpunan A.
A = {1, 2, 3, 4, 5,…}
B = {1, 3, 5, 7, 9, …}
Keduanya dapat dikorespondensikan satu-satu; hal ini dapat ditunjukkan dengan suatu fungsi
dari A ke Q, misalnya f : x → 2x – 1 yang bijektif. Jadi A ~ Q.
Bagaimana halnya dengan himpunan R? sangat sulit bagi kita untuk menuliskan secara
terurut bukan? Bahkan tidak mungkin kita mengurutkan angota-anggota himpunan R.
Memang kita tidak dapat melakukan korespondensi satu-satu antara R dengan An ataupun A.
Jadi R ≁ A.
Himpunan semacam P itulah yang kita kenal sebagai himpunan finit atau berhingga.
Sedangkan himpunan Q ataupun P disebut himpunan infinit atau tak berhingga (atau tak
hingga). Namun jika kita teliti lagi, himpunan Q dan R mempunyai ciri khusus juga, yakni
Q ~ A sedangkan R ≁ A.
Sekarang kita kemukakan pengertian-pengertian tentang himpunan finit dan infinit
secara lebih cermat sebagai berikut.
a) Himpunan H disebut finit jhj H ~ Ak atau H = ∅.
b) Himpunan H disebut infinit jhj H ≁ Ak dan H ≠ ∅.
c) Himpunan H disebut denumerable jhj H ~ A.
d) Himpunan H disebut countable jhj H finit atau H denumerable (countable sering juga
disebut dengan terbilang)
e) Himpunan H disebut nondenumerable jhj H tidak finit dan tidak denumerable (sering
juga disebut dengan uncountable)
Contoh 5.2
Himpunan finit : B = {p, q, r, s, t}
C = {x / 0 < x < 10, x bilangan bulat}
Himpunan denumerable: G = {2, 4, 6, 8, 10}
U = {x / x = n + 3, n = 1, 2, 3, 4, …}
Himpunan nondenumerable: D = {x / 3 ≤ x ≤ 6, x bilangan real}
Dari uraian dan contoh tersebut di atas, terlihat ada hal lain yang perlu diperhatikan.
Perhatikan dua himpunan berikut.
A = {1, 2, 3, 4, 5, …}
G = {2, 4, 6, 8, 10, …}
Kedua himpunan di atas ekivalen bukan? Berarti anggota himpunan tersebut dapat
dipasangkan satu-satu, satu sama lain. Tetapi G adalah himpunan bagian dari himpunan A
bukan?Mungkin hal tersebut terjadi jika himpunannya finit? Selanjutnya perhatikan contoh
berikut ini.
Segitiga ABC adalah siku-siku di C. Segmen
B
AB merupakan himpunan titik-titik.
Demikian juga segmen AC. Dengan
menggunakan garis sejajar BC, kita dapat
mengawankan setiap titik di AB dengan titik
A C

24
di AC.

Ini berarti bahwa himpunan AB ekivalen dengan himpunan AC. Sedangkan jelas
bahwa panjang AC lebih kecil daripada panjang AB. Jika AB kita rebahkan ke arah AC aka
terlihat bahwa AC menjadi himpunan bagian sejati dari AB. Sekali lagi kita hadapi ada suatu
himpunan yang ekivalen dengan himpunan bagian sejatinya. Hal itu hanya mungkin jika
himpunan itu adalah infinit. (ada pula buku yang menggunakan ini sebagai definisi himpunan
infinit).
Telah kita ketahui bahwa suatu himpunan H disebut denumerable jika H ekivalen
dengan himpuna bilangan asli A. Dengan demikian kita dapat memberi nomor (misalnya
dalam bentuk indeks) kepada anggota-anggota dari H. Ini sama artinya dengan memasangkan
bilangan asli dengan anggota himpunan H. Jadi setiap himpunan denumerable dapat ditulis
sebagai berikut.
{a1, a2 , a3 , a4 , …} atau
{b1, b2 , b3 , b4 , …} dan sebagainya.

LATIHAN 5
1) Manakah di antara himpunan di bawah ini yang ekivalen?Jika ada tentukan suatu fungsi
yang sesuai untuk menunjukkan bahwa kedua himpunan tersebut adalah ekivalen.
A = {1, 2, 3, 4, …}
P = {-1, 0, 1, 2, 3, …}
Q = {3, 6, 9, 12, …}
K = {x / -10 ≤ x ≤ 10}
L = {x / -1 ≤ x ≤ 2}
2) Manakah di antara himpunan berikut yang denumerable.
P = {x / 0 ≤ x ≤ 10, x bilangan real}
Q = {x / 0 ≤ x ≤ 10, x bilangan bulat}
R = {x / 0 ≤ x ≤ 1, x bilangan rasional}
S = {x / x titik-titik pada segmen garis AB}

25
DAFTAR PUSTAKA

Amir, Moh. Faizal & Bayu Hari Prasojo. 2016. Buku Ajar Matematika Dasar. Umsida Press:
Sidoarjo.
Hermanto, Didik. 2013. Modul Pengantar Dasar Matematika. STKIP PGRI Bangkalan:
Bangkalan.
Sugiarto & Isti Hidayah. 2011. Bahan Ajar Pengantar Dasar Matematika. UNNES:
Semarang.
Soedjadi, R. 1987. Himpunan dan Pengantar Topologi. Karunika Jakarta: Jakarta.
Soedjadi, R & Masriyah. 1994. Dasar Matematika. Institut Keguruan dan Ilmu Pendidikan:
Surabaya.

26
BAB VI
LOGIKA MATEMATIKA

A. Pengantar
Logika dan penalaran merupakan salah satu standar proses berpikir yang tidak hanya
digunakan dalam memecahkan permasalahan matematika tetapi juga permasalahan lain di
luar matematika. Perhatikan Masalah 1..

Masalah 1.
Ada tiga anak yang dibei kode A, B, dan C. Salah satunya memiliki nama Abdul, Beddu, dan Ciko.
Ada yang bekerja sebagai montir, Ada yang bekerja sebagai guru, dan ada yang bekerja sebagai
driver. A bukan montir dan driver. C bukan driver. Abdul bukan montir. B dan C bukan
bernama Ciko. Tuliskan nama A, B, dan C!
Masalah 1 dapat diselesaikan dengan beragam cara tetapi untuk memecahkan masalah 1
tersebut dibutuhkan logika berpikir yang baik, khususnya dalam memaknai hubungan antar
pernyataan. Pada mata kuliah ini, mahasiswa diajar, dilatih, dan diberikan berbagai teori
tentang logika matematika dan penggunaannya dalam membuktikan kebenaraan atau
kesahihan suatu pernyataan. Perharikan Masalah 2.

Masalah 2.
Ardi biasanya berbohong pada hari Rabu, Kamis, dan Jumat. Hari lainnya, Ardi biasanya jujur.
Sementara itu, Budi biasanya berbohong pada hari Sabtu, Minggu, dan Senin. Tetapi, Budi
biasanya jujur pada hari-hari lainnya.
Suatu hari, keduanya mengatakan: “Saya bohong kemarin”. Pada hari apakah mereka
mengatakan itu?
Sebagaimana masalah 1, masalah 2 juga membutuhkan logika berpikir yang baik untuk dapat
diselesaikan. Dapatkah Anda menjawab pertanyaan pada kedua masalah tersebut? Silahkan
berlatih.

B. Preposisi dan Tabel Kebenaran


1. Kalkulus Preposisi/Pernyataan
Preposisi atau pernyataan adalah suatu ungkapan atau kalimat berita dengan ciri:
a. menerangkan sesuatu yang hanya bernilai benar atau salah, dan tidak sekaligus
keduanya benar dan salah
b. kumpulan lambang atau bunyi yang mempunyai nilai benar atau salah tetapi tidak
sekaligus benar dan salah.
c. Lambang: p, q, r, ...
Benar atau salahnya suatu pernyataan disebut nilai kebenaran (truth value)
Contoh:
(1) Kendari ibukota provinsi Sulawesi Tenggara (Benar)
(2) 3+4=8 (Salah)

27
(3) 2+3>5 (S)
(4) 2+3≤5 (B)

2. Kalimat Terbuka
Kalimat tebuka adalah suatu kalimat yang belum pasti nilai kebenarannya.. Jika kalimat
terbuka mengandung peubah, maka kalimat terbuka dapat dinyatakan sebagai pernyataan
dengan cara mengganti peubah tersebut dengan suatu nilai tertentu.

Contoh

(1) 2x + 3 ≥ 5 x = 1 (B atau S)?

(2) x2 – 2x > 0 (Belum diketahui benar atau salah)

(3) 2x + 3 = 0 (Belum diketahui benar atau salah)

(4) 2x + 3 = 3, x = 0 (Benar)

3. Perangkai
Dua preposisi dapat dirangkaikan menjadi satu preposisi oleh “dan”, “atau”, “tidak”, “ Jika…,
maka….”, dan “Jika dan hanya jika”.
Hasil rangkaian tersebut dalah suatu preposisi komposit atau Pernyataan Majemuk.

Contoh:
P1: Kendari adalah ibukota Provinsi Sulawesi Tenggara
P2: Perempuan lebih banyak daripada Laki-laki.
Buat preposisi komposit dengan perangkai (1)“ dan”, (2) “jika ,maka”; dn (3) Tidak/Bukan.

(1) Kendari adalah ibukota provinsi Sulawesi Tenggara dan Perempuan lebih banyak
daripada Laki-laki.

(2) Jika Kendari adalah ibukota provinsi Sulawesi Tenggara, maka Perempuan lebih banyak
daripada Laki-laki.
(3) Kendari bukan ibukota provinsi Sulawesi Tenggara,

4. Notasi
Dalam upaya untuk menyederhanakan penulisan suatu preposisi atau preposisi majemuk,
maka disepakati untuk menggunakan beberapa simbol logika. Preposisi dinyatakan dengan huruf-
huruf kecil, p, q, r, , x, y, z, Sedangkan lambang bagi perangkai preposisi adalah:
a. Lambang & atau lambang  digunakan untuk melambangkan perangkai dan
b. Lambang  untuk melambangkan perangkai atau
c. Lambang − atau  untuk melambangkan perangkai tidak /bukan
d. →atau  untuk melambangkan perangkai Jika, maka.

28
e. Lambang  atau  untuk melambangkan perangkai Jika, dan hanya jika/jikka/jhj.

5. Pernyataan Majemuk (Preposisi Komposit)


Pernyataan Majemuk (Preposisi Komposit) adalah Pernyataan yang disusun dari dua atau
lebih pernyataan yang memiliki hubungan logis
Sesuai notasi di atas, maka notasi preposisi komposit adalah sebagai berikut:
a. p&q atau pq p dan q konjungsi
b. pq p atau q disjungsi
c. 𝑝̅ Tidak p negasi
d. p→q Jika p, maka q. Implikasi
e. pq p Jika dan hanya jika q Biimplikasi
p: Rahma suka matematika q: Matematika itu sulit
Contoh: Pernyataan majemuknya:
Rahma tidak suka matematika karena matematika itu sulit
Preposisi tanpa perangkai disebut preposisi elementer atau atom logika.

6. Nilai-Nilai Kebenaran Preposisi Komposit


Nilai kebenaran preposisi komposit ditentukan oleh
a. nilai kebenaran preposisi penyusunnya)
b. Cara preposisi penyusunnya tersebut dihubungkan

Berikut ini adalah contoh beberapa hubungan antar preposisi.


(1) p
(2) pq
(3) pq
(4) P→ q
(5) P  q.
Nilai kebenran suatu preposisi tidak bergantung pada kaitan preposisi yang bersangkutan,
ataupun dari makna preposisi tersebut.
Jadi, perangkai bersifat fungsional benar atau benar secara fungsional. Perhatikan tabel
kebenaran berikut
Tabel 1 Tabel Kebenaran untuk dua pernyataan elementer

p q p q pq p→q pq ̅


𝒑
B B B B B B S
B S S B S S S
B B S B B S S
B S S B B S S
S B S B B S B
S S S S B B B

29
Tabel 2 Tabel Kebenaran untuk tiga pernyataan elementer p, q dan r.

p q r pq p q→r
B B B B B
B B S B S
B S B S B
B S S S B
S B B S B
S B S S B
S S B S B
S S S S B

Dapat dipahami bahwa:


jika hanya 1 preposisi elementer,maka banyak baris tabel kebenaran adalah 21 = 2 baris
jika ada 2 preposisi elementer,maka banyak baris tabel kebenaran adalah 22 = 4 baris
jika ada 3 preposisi elementer,maka banyak baris tabel kebenaran adalah 23 = 82 baris
Jadi, jika ada n preposisi elementer,maka banyak baris tabel kebenaran adalah 2n baris

7. Ingkaran/Negasi
Yaitu, pernyataan lain yang merupakan lawan dari pernyataan semula. Jadi, ingkaran suatu
pernyataan p adalah pernyataan p (dibaca “tidak/bukan/selain p). Nilai kebenarannya adalah. Jika
suatu pernyataan p bernilai benar, maka negasi pernyataan p bernilai salah; atau sebaliknya.
Tabel Kebenaran pernyataan negasi
p p
B S
S B

Contoh:
(1) p = Ahmad mengerjakan PR (B)
p = Ahmad tidak mengerjakan PR (S)
(2) p = Semua bilangan bulat adalah rasional (B)
p = tidak semua bilangan bulat adalah rasional (S)
= ada bilangan bulat tapi tidak rasional (S)

30
8. Konjungsi
Konjungsi dua buah pernyataan ditulis p  q, dibaca “p dan q”.
Nilai kebenaran:
Jika pernyataan p dan pernyataan q benar, maka pernyataan  q bernilai benar; sebaliknya, p 
q bernilai salah.
Pernyataan p  q bernilai benar, jika kedua pernyataan p dan q benar. Jika salah satu p atau q
atau keduanya salah, maka pernyataan p  q bernilai salah.

p q pq
B B B
B S S
S B S
S S S

Ingkaran dari konjungsi: (p  q)  p  q

9. Disjungsi
Disjungsi dua buah pernyataan ditulis p  q, dibaca “p atau q”.
Nilai kebenarannya: Jika salah satu atau kedua pernyataan p dan q benar, maka pernyataan
p  q bernilai benar; sebaliknya, p  q bernilai salah. Atau: “pernyataan p  q bernilai salah,
jika kedua pernyataan p dan q salah. Jika salah satu p atau q atau keduanya benar, maka
pernyataan p  q bernilai benar”.

p q pq
B B B
B S B
S B B
S S S
Ingkaran dari disjungsi: (p  q)  p  q

10. Algoritma dan Penalaran


Algoritma
Algoritma adalah prosedur sistematis untuk memecahkan masalah matematis dalam langkah-
langkah yang terbatas
Algoritma adalh urutan logis pengambilan keputusan untuk pemecahan masalah
Penalaran
Penalaran dikenal juga dengan istilah cara berpikir logis. Penalaran adalah proses mental dalam
mengembangkan pikiran dari beberapa fakta atau prinsip
Logika
Logika adalah pengetahuan tentang kaidah berpikir; jalan pikiran yang masuk akal

31
Logis
Logis adalah sesuai dengan logika atau benar menurut penalarana atau masuk akal

C. Aljabar Preposisi
1. Tautologi dan Kontradiksi
Suatu proposisi P(p, q, r, ...) yang hanya memuat B pada kolom terakhir tabel kebenarannya,
yaitu benar untuk setiap nilai kebenaran dari peubahnya disebut tautologi. Sebaliknya, proposisi
P(p, q, r, ...) disebut kontradiksi

Contoh:
Proposisi p  -p adalah tautologi
Proposisi p  -p adalah kontradiksi
Sebagai latihan, periksalah kebenarannnya dengan tabel kebenaran!!
Teorema:
Jika P(p, q, r, ...) suatu tautologi, maka  P(p, q, r, ...) adalah suatu kontradiksi; dan sebaliknya.
Teorema (Prinsip Substitusi):
Jika P(p, q, r, ...) suatu tautologi, maka P(P1, P2, P3, ...) juga merupakan tautologi, berlaku untuk
setiap proposisi P1, P2, P3, ....

2. Ekivalensi Logis
Dua proposisi P(p, q, r, ...) dan Q(p, q, r, ...) dikatakan ekivalensi logis atau disingkat ekivalen
atau sama jika keduanya memiliki tabel kebenaran yang identik dan diberi lambang: P(p, q, r, ...) 
Q(p, q, r, ...) atau P ek.Q

Contoh:
Periksa dengan tabel kebenaran apakah
a. - (p  q)  ( p  q)?
b. -p→ -q  -p -q?
Contoh:
Perhatikan pernyataan: “Adalah salah bahwa bunga ros berwarna merah dan melati
berwarna putih”.
Buatlah pernyataan yang ekivalen dengan pernyataan tersebut!

32
3. Aljabar Preposisi
Hukum-hukum aljabar preposisi.
Hukum Idempoten
1a. pp  p 1b. p  p p
Hukum Asosiatif
2a. p(qr)  (pq)r) 2b. p(qr)  (p q)  r)
Hukum Komutatif
3a. pq  qp 3b. p  q  q  p
Hukum Distributif
4a. p(q  r)  (pq)(pr) 4b. p(qr)  (pq)  (p r)
Hukum Identitas
5a pS  p 5b p  B  p
6a pB  B 6b p  S  S
Hukum Komplemen
7a. p -p  B 7b. p  -p  S
8a. --p  p 7b. -B  S; -S  B
Hukum De Morgan
9a. –(pq)  -p p-q 9b. -pq)  –p  -q

4. Bentuk Normal:
Sebarang kombinasi preposisi dapat dituangkan ke dalam suatu bentuk normal melalui
beberapa transformasi ekivalen
Bentuk normal ini yang disebut bentuk normal konjungsi adalah suatu konjungsi dari
disjungsi-disjungsi di mana setiap komponennya merupakan suatu disjungsi dari suatu preposisi
elementer atau negasinya
Contoh:
Carilah bentuk normalnya:
(1) -[(p  q)  -q] - [-r  q)] -[(p  q  -q)  -(r q)
(2) -((p  q)  -q) (-r  -q)  (-p  -q)  q) (-r  -q)  (-p  q) (-q  q) (-r  -q)
(3) Carilah bentuk yang ekivalen dengan (p→q) (-q→-p)
5. Prinsip Dualitas
Menurut Hukum-hukum De Morgan, suatu ungkapan dalam preposisi elementer dan negasinya
yang dibentuk semata-mata oleh kedua perangkai “” dan “” saja , negasinya dapat diperoleh
dengan mempertukarkan kedua lambang “” dan “”. Sambil mengganti setiap preposisi elementer
dengan negasinya Aturan tersebut dapat diterapkan sebagai berikut: Andaikan ungkapan P → Q
suatu tautologi yang disebut persamaan logika. Oleh karena PQ mempunyai nilai kebenaran yang
sama dengan -P  -Q, maka akan diperoleh suatu tautologi pula dengan menegasikan kedua ruas
persamaan semula.
Jika kedua kedua ruas persamaan semula dibentuk semata-mata oleh “” dan “” dari
preposisi-preposisi elementer dan negasinya, maka aturan baru tersebut dapat digunakan. Maka
akan diperoleh suatu rumus dari rumus semula dengan mempertukarkan kedua perangkai “” dan

33
“” sambil mengganti setiap preposisi elementer dengan negasinya. Oleh karena rumus terakhir ini
benar, maka ia akan tetap benar, jika setiap preposisi elementer di dalamnya diganti dengan
negasinya. Akan tetapi, hal ini juga langsung dapat diperoleh dari persamaan semula dengan hanya
mempertukarkan kedua perangkai “” dan “” saja tanpa mengubah lagi preposisi preposisi
elementer tersebut. Berdasarkan aturan tersebut diperoleh Prinsip Dualitas berikut:
Dari suatu rumus PQ yang merupakan suatu tautologi dan yang kedua ruasnya dibentuk
semata-mata dengan kedua perangkai “” dan “” saja dari preposisi-preposisi elementer dan
negasinya akan diperoleh suatu rumus lain yang juga tautologi dengan hanya mempertukarkan
kedua perangkat tersebut.
Contoh:
Gunakan prinsip dualitas untuk menentukan preposisi yang ekivalen dengan
1. P  ( q  r )

2. (p  -p)  q

3. (p  -p)  q

Jawab:

1. (p  q)  p  r

2.  q

3.  q

D. Pernyataan Bersyarat
1. Implikasi
Implikasi dilambangkan dengan: p  q (dibaca: jika p, maka q).

Tabel kebenarannya:
p q p q
B B B
B S S
S B B
S S B
Ingkaran dari implikasi: (p q)  p  q
Contoh:
p = hari ini hujan
q = saya tetap ke kampus
p  q: Jika hari ini hujan, maka saya tetap ke kampus

34
2. Biimplikasi
Biimplikasi dilambangkan dengan: p  q (dibaca: p jika dan hanya jika q atau p jikka q).
Tabel kebenarannya:
p q p q
B B B
B S S
S B S
S S B
Ingkaran dari biimplikasi: (p  q)  (p  q)(q  p)
Contoh:
p = hari ini hujan
q = saya tetap ke kampus
p  q: Hari ini hujan jikka saya tetap ke kampus
3. Konvers
Konvers dari pernyataan p  q dilambangkan dengan: q  p (dibaca: hanya jika q, maka p).
Tabel kebenarannya:
p q pq q p
B B B B
B S S B
S B B S
S S B B
Ingkaran dari konvers: (q p)  q  p
Contoh:
p = hari ini hujan
q = saya tetap ke kampus
q  p: Hanya jika saya ke kampus, maka hari ini hujan

4. Invers
Invers dari pernyataan p  q dilambangkan dengan: p   q (dibaca: jika buka p, maka buka
q).
Tabel kebenarannya:
p q p q pq p q
B B S S B B
B S S B B B
S B B S S S
S S B B B S
Ingkaran dari invers: (p  q)  q  p
Contoh:
p = hari ini hujan
q = saya tetap ke kampus
p   q: Jika hari ini tidak hujan, saya tidak akan ke kampus

35
5. Kontraposisi
Kontraposisi dari pernyataan p  q dilambangkan dengan: q   p (dibaca: jika buka q,
maka buka p).
Tabel kebenarannya:
p q p q q  p p
B B S S B B
B S S B S B
S B B S B S
S S B B B S
Ingkaran dari kontraposisi: (q  p)  p  q

Contoh:
p = hari ini hujan
q = saya tetap ke kampus
q  p: Jika saya tidak ke kampus, maka hari ini tidak hujan

E. Argumen dan Implikasi Logis


1. Argumen
Argumen adalah suatu pernyataan yang diberikan oleh serangkaian proposisi P1, P2, ..., Pn yang
disebut premis sedemikian sehingga menghasilkan proposisi lain Q yang disebut kesimpulan.

Simbol:

P1, P2, ..., Pn Q

Teorema:

Argumen P1, P2, ..., Pn Q bernilai benar jika Q bernilai benar dan semua premis P1,
P2, ..., Pn bernilai benar

Teorema:
Argumen P1, P2, ..., Pn Q adalah sah jika dan hanya jika proposisi (P1 P2  ...  Pn) Q
merupakan tautologi.
Contoh:
Periksa apakah argumen prinsip penalaran logis “Jika p memberikan q dan q memberikan r, maka p
memberikan r” sah?
Contoh:
Periksa apakah argumen “Jika p memberikan q, bukan p, maka bukan q” sah?
Contoh:
Perhatikan argumen berikut:
S1: Jika seseorang itu sarjana, dia tidak bahagia
S2: Jika seseorang tidak bahagia, dia akan mati muda
------------------------------------------------------------
S: Seorang sarjana akan mati muda (kesimpulan)

36
Tanya: Apakah argumen tersebut sah?

Contoh:
Perhatikan argumen berikut:
S1: Jika suatu segitiga mempunyai dua sisi sama panjang, maka sudut-sudut yangberhadapan sama
besar
S2: Dua sisi suatu segitiga tidak sama panjang
------------------------------------------------------------
S: Sudut-sudut yang berhadapan tidak sama besar (kesimpulan)
Tanya: Apakah argumen tersebut sah?

Contoh:
Perhatikan argumen berikut:
S1: Jika 5 adalah bilangan prima, maka 5 tidak dapat membagi 15.
S2: 5 dapat membagi 15
------------------------------------------------------------
S: 5 bukan bilangan prima (kesimpulan)
Tanya: Apakah argumen tersebut sah?

Contoh:
Perhatikan argumen berikut:
S1: Jika 7 kurang dari 4, maka 7 bukan bilangan prima
S2: 7 tidak kurang dari 4
------------------------------------------------------------
S: 7 bilangan prima (kesimpulan)
Tanya: Apakah argumen tersebut sah?

Aturan Penarikan Kesimpulan


1 Modus Ponens
Aturan penarikan kesimpulan dengan penghapusan

Premis 1: p  q
Premis 2: p
Kesimpulan: q

Premis 1: p
Premis 2: p  q
Kesimpulan: q
1. Tunjukkan dengan Tabel Kebenaran

Contoh:

37
p = Hari ini tidak hujan
q = Saya ke kampus
Premis 1: p  q (Jika hari ini tidak hujan, maka saya ke kampus)
Premis 2: p (Hari ini tidak hujan)
Kesimpulan: q (Saya ke kampus)

Modus Tollens
Modus Tollens adalah salah satu cara pengambilan kesimpulan (argumentasi) dengan cara kerja
berdasarkan Premis berbentuk jika p maka q dan tidak q, maka disimpulkan tidak p. Ilustrasinya
sebagai berikut
Modus Tollens juga disebut aturan kontrapositif.
Premis 1: pq
Premis 2: q
Kesimpulan:  p
Tunjukkan dengan Tabel Kebenaran
Premis 1: q
Premis 2: p q
Kesimpulan: p
Tunjukkan dengan Tabel Kebenaran
Contoh:
p = Hari ini tidak hujan
q = Saya ke kampus
Premis 1: p  q (Jika hari ini tidak hujan, maka saya ke kampus)
Premis 2: q (Saya tidak ke kampus)
Kesimpulan: p (Hari ini hujan)

3. Silogisma
Aturan silogisme menggunakan sifat transitif
Silogisme kadang dianggap sebagai "modus ponens ganda.
Premis 1: p  q
Premis 2: q  r
Kesimpulan: p  r
Contoh:
p = Hari ini tidak hujan
q = Saya ke kampus
r = Ikut kuliah Logika
Premis 1: p  q (Jika hari ini tidak hujan, maka saya ke kampus)
Premis 2: q  r (Jika saya ke kempus, maka saya ikut kuliah Logika)
Kesimpulan: p  r (Jika hari ini tidak hujan, maka saya ikut kuliah Logika)

38
4. Implikasi Logis
Proposisi Q (p, q, ...) disebut implikasi logis dari proposisi P(p, q, ...) apabila P(p,q, ...) bernilai benar
mengakibatkan Q (p, q, ...) bernilai benar.

Contoh 1
Tunjukkan bahwa p  q merupakan implikasi logis dari pq
P q pq pq pq →pq
B B B B B
B S S S B
S B S S B
S S S B B

Contoh 2
Tunjukkan bahwa p→q merupakan implikasi logis dari p  q
P q pq p→q (pq)→(p→q)
B B B B B
B S S S B
S B S B B
S S B B B
Pada tabel tersebut telihat bahwa pq benar pada baris 1 dan 4 dan pada baris-baris tersebut
pq, juga bernilai benar.
Atau (kolom terakhir bernilai benar
Dengan demikian, maka p→q merupakan implikasi logis dari p  q

F. Pernyataan Berkuantor
1. Kuantor Universal

Dilambangkan dengan  dibaca “untuk setiap/semua”.


Misalnya: p(x) merupakan kalimat terbuka pada suatu himpunan semesta S, maka:
a. x, p(x), dibaca: untuk semua x, berlaku p(x)
b. (xS), p(x), dibaca: untuk semua xS, berlaku p(x)
c. Ingkaran kuantor universal: (x, p(x))  x,  p(x)
Contoh:
p(x): semua bilangan genap dapat dibagi bilangan prima
~p(x):

Kuantor Eksistensial
Dilambangkan dengan  dibaca “beberapa/ada”.
Misalnya: p(x) merupakan kalimat terbuka pada suatu himpunan semesta S yang memuat
sekurang-kurangnya satu anggota S, S , maka:

39
a. x, p(x), dibaca: ada x  berlaku p(x)
b. (xS), p(x), dibaca: ada xS  berlaku p(x)
c. Ingkaran kuantor eksistensial: (x, p(x))  x,  p(x)
Contoh:
P(x): Ada bilangan prima yang genap
~P(X):

Perhatikan beberapa pernyataan berikut:


1. Setiap x adalah prima: x, P(x)
2. Ada suatu x yang prima: x, P(x)
3. Setiap x bukan prima: x, -P(x)
4. Ada suatu x yang bukan prima: x, -P(x)
Catatan:
1 dan 3 contraries
2 dan 4 subcontraries
1 kontradiksi dengan 4 Negasi 1 adalah 4
2 kontradiksi dengan 3 Negasi 2 adalah 3
(makanya disebut saling bertentangan/kontradiksi)
Jadi,
-(x, P(x))  x, -P(x) -(x, -P(x))  x, P(x)
-(x, P(x))  x, -P(x) -(x, -P(x))  x, P(x)
Perhatikan:
Jika x manusia, maka x fana. x, (M(x) → F(x))
Jika x manusia, maka x tidak fana. x, (M(x) → -F(x))
Ada manusia dan/yang fana x, (M(x) & F(x))
Ada manusia tetapi tidak fana x, (M(x) & -F(x))
Perhatikan lagi:
Misal: J(X): x jeruk; P(x): x pisang; G(x): x bergizi
Maka: x, (J(x) & P(x)) → G(x)
Pernyataan ini salah, karena tidak mungkin setiap jeruk sekaligus pisang.
Mestinya: x, (J(x) v P(x)) → G(x)

40
Soal-Soal Latihan Bab VI
1. Joni selalu berkata bohong. Suatu hari dia berkata kepada Jono: “Paling tidak salah satu di
antara kita tidak pernah berbohong”. Apa arti perkataan Joni????
2. Tentukan negasi dari pernyataan berikut:
a. Kambu di Kendari
b. 2 + 2 = 5.
3. Buatlah kalimat matematis untuk membuktikan kesamaan ini:
4. (p  q)  p  q
5. Misalkan p = “Dia tinggi”; q = “Dia tampan”.

Tulis setiap pernyataan berikut dengan menggunakan lambang p dan q.

a. Dia tidak tinggi tapi tampan


b. Dia tinggi dan tampan
c. Tidak benar bahwa dia pendek atau tampan
d. Dia tidak tinggi dan tidak tampan
e. Dia tinggi, atau dia pendek dan tampan
f. Tidak benar bahwa dia pendek atau tidak tampan
g. Dia kira dia tinggi dan tampan
Tentukan tabel kebenarannya masing-masing!

6. Buat tabel kebenaran dari preposisi-preposisi komposit berikut: dengan B=Benar dan S =
Salah
a. a. p -p b. p  -p c. p  -q d. p  -q→ p
7. Buat tabel kebenaran penyataan: -p (q  -r)
8. Periksa apakah sama dengan:
(a) (-pq)  (-p-r)
(b) (-pq)  -(pr)
9. Misalkan Apq menyatakan pq dan Np menyatakan p
Tulis kembali preposisi berikut dengan menggunakan A dan N sebagai pengganti  dan .
a. pq)
b. (p  q)
c. p (q  r)
d. (pq)  (q r)
10. Tulis kembali preposisi berikut dengan menggunakan  dan  sebagai pengganti A dan N.
a. NApq
b. ANpq
c. ApNq
d. ApAqr
e. NAANpqr
f. ANpAqNr
11. Pernyataan mana yang benar?

41
a. Jika x < 0, maka x2 > x
b. Jika x2 > 0, maka x > 0
c. Jika x2 > x, maka x > 0
d. Jika x2 > x, maka x < 0
e. Jika x < 1, maka x2 < x
f. Beri penjelasan!
12. Periksa apakah pernyataan “Jika x2+ x = 6, maka x2 + 3x < 9” bernilai salah/benar?
Bagaimana seharusnya agar bernilai benar/salah?
13. Jika pernyataan p bernilai benar dan q bernilai salah, maka pernyataan di bawah ini yang
bernilai salah adalah .... (a) q ~ p; (b) ~pvq; (c). ~q; (d) p q
14. Buatlah pernyataan yang ekivalen dengan ”Jika Dia berusaha, maka Dia berhasil”!.
15. Tentukan konvers dari (pvq) →(qr).
16. Tunjukkan bahwa p merupakan implikasi logis dari p q
17. Tunjukkan bahwa p→q merupakan implikasi logis dari q
18. Tunjukkan bahwa (p  q)r merupakan implikasi logis dari p  (q  r)
19. Tunjukkan bahwa p→q merupakan implikasi logis dari q
20. Periksa apakah argumen berikut sah atau tidak!a
a. p → q
P
-------
q
b. p →  q
-------
p
c. Jika 6 bukan bilangan genap, maka 5 bukan bilangan prima
Tetapi 6 bilangan genap
--------------------------------------
Sehingga 5 bilangan prima
d. Jika saya suka matematika, maka saya belajar keras
Saya belajar atau saya tidak lulus
------------------------------------------------------------
Jika saya tidak lulus, maka saya tidak suka matematika
e. Meskipun saya belajar keras tetapi karena sy tidak suka matematika sy tetap tidak lulus
ujian

21. Terjemahkan setiap preposisi berikut ke dalam notasi logika. Setiap perlambangan dimulai
dengan perkuantor, bukan tanda negasi.
a. Tidak semua serangga berbisa
b. Anak-anak hadir
c. Semua direktur mempunyai sekretaris
d. Hanya direktur yang mempunyai sekretaris

42
e. Tidak ada barang di dalam rumah yang luput dari keusakan
f. Ada mahasiswa yang cerdik dan kuat belajar
g. Ada obat yang berbahaya, hanya jika dipakai dalam dosis yang berlebihan
h. Semua buah dan sayuan adalah sehat dan bergizi
i. Seorang profesor adalah pengajar terbaik, jika dan hanya jika ia mempunyai banyak
pengetahuan dan juga mengasyikkan
j. Setiap kuda yang jinak terlatih baik

43
Daftar Pustaka

1. Bradley H. Dowden. 2011. Logical Reasoning. Sacramento: Wadsworth Publishing Company


Q. McInerny. 2004. Being Logical. A Guide to Good Thinking. First edition. Toronto: Canada,
Random House:
2. Robert R. Stoll. 1963, Set Theory and Logic. New. York: Dover Publications Inc.

44

Anda mungkin juga menyukai