Piez Ometer
Piez Ometer
Agronomy
AGRONOMY MANUAL
Diperiksa DMDA
Disetujui MD OPS
DAFTAR ISI
00 PENDAHULUAN …………………………………………………… 00 – 1
00.1. TUJUAN ………………………………………………………….. 00 – 2
00.2. WEWENANG MENGELUARKAN PEDOMAN TEKNIS …….. 00 – 2
00.3. RUANG LINGKUP ………………………………………………. 00 – 2
00.4. DISTRIBUSI ……………………………………………………… 00 – 2
00.5 PEMBAHARUAN ………………………………………………… 00 – 2
PENDAHULUAN
Diperiksa DMDA
Disetujui MD OPS
PENDAHULUAN
1. TUJUAN
Sebagai pedoman umum untuk pihak operasional agronomi dalam melaksanakan
kegiatan teknis budidaya kelapa sawit di seluruh Perkebunan Sinar Mas (PSM).
3. RUANG LINGKUP
a. Petunjuk-petunjuk dalam pedoman ini wajib dilaksanakan. Jika ada hal yang kurang
jelas, agar meminta penjelasan dari atasan langsung yang bersangkutan.
b. Apabila ada cara lain yang berbeda dari isi pedoman ini, maka harus terlebih dahulu
mendapat persetujuan dari MCAR.
4. DISTRIBUSI
Buku pedoman ini didistribusikan kepada karyawan staff yang berhubungan dengan
operasional mulai dari tingkat Asisten sampai Top Management
5. PEMBAHARUAN
Pedoman teknis budidaya tanaman kelapa sawit ini akan diperbaharui apabila
diperlukan.
PERENCANAAN PENANAMAN
Diperiksa DMDA
Disetujui MD OPS
1. PERENCANAAN PENANAMAN
BIBITAN
Diperiksa DMDA
Disetujui MD OPS
2. BIBITAN
2.4. PRE-NURSERY
Tujuan pre-nursery adalah memberi waktu lebih longgar untuk membuat
persiapan areal bibitan dan mempersempit tempat pemeliharaan bibit
selama 3 bulan pertama atau memiliki 4 – 5 helai daun untuk
memudahkan pemeliharaan yang optimal.
2.4.5.3. Naungan
Pada tahap awal bibit harus diletakkan di bawah naungan, setelah dua
daun keluar naungan dapat dikurangi sebesar 50 % dan setelah daun
ketiga keluar naungan harus sudah dihilangkan. Luas naungan minimal
sebesar bedengan dengan tinggi +/- 2 m.
2.4.5.4. Penyiraman
a. Penyiraman dilakukan setiap pagi dan sore hari selama 30 menit atau
setara dengan 6 mm curah hujan untuk setiap penyiraman.
b. Bila malam hari ada curah hujan > 10 mm, tidak perlu penyiraman
pada keesokan pagi hari, dan penyiraman sore hari bergantung pada
kelembaban tanah di polybag.
c. Bila pagi hari turun hujan > 10 mm, maka tidak perlu penyiraman pagi
dan sore.
d. Bila ada genangan air yang bertahan di polybag setelah penyiraman,
maka buat tambahan lubang polybag dengan cara menusuknya
menggunakan tusuk bambu berdiameter 5 mm.
2.4.8. Pemupukan
Penjelasan lihat Bab 7
2.4.9. Seleksi
Seleksi bibit dilakukan pada umur 2 bulan dan pada saat transplanting.
Bibit yang telah diafkir harus dimusnahkan dengan dilengkapi berita
acara.
Seleksi harus dilakukan secara ketat oleh seorang staff agronomy yang
berpengalaman dengan tujuan untuk memastikan bahwa setiap bibit
yang dipindahkan ke polybag besar adalah bibit yang sehat.
Jumlah bibit afkir selama di pre-nursery antara 8 – 10 % dari total bibit
yang ditanam.
2.5.6. Perawatan
Perawatan bertujuan membersihkan gulma yang tumbuh di dalam
maupun di luar di antara polybag.
Semua peralatan yang dipakai untuk kegiatan perawatan seperti alat
semprot, ember, takaran dan pengaduk, harus diberi tulisan “ khusus
herbisida “ secara jelas dengan warna merah, dan disimpan terpisah
dari peralatan lainnya, sehingga dipastikan bahwa peralatan ini tidak
2.5.6.1. Penyiraman
Penyiraman setiap polybag memerlukan 2 liter air per hari atau dengan
Sumisansui kebutuhan air ini dapat dipenuhi dengan penyiraman selama
60 menit. Penjelasan lebih lanjut lihat Bab 2.4.5.4.
2.5.6.5. Pemupukan
Penjelasan lihat Bab 7
2.5.7. Seleksi
Seleksi dilaksanakan dengan tahapan :
a. Pada umur bibit 6 bulan
b. Pada umur bibit 9 bulan
c. Pada umur bibit 12 bulan
d. Pada saat persiapan pengiriman bibit ke lapangan.
Tata cara pelaksanaan seleksi bibit :
a. Berikan tanda dengan cat warna putih di polybag setiap bibit
afkir/abnormal.
b. Catat dan buat berita acara semua bibit yang diafkir
2.7.3. Penyiraman
Sistem Sumisansui yang ada dapat dipertahankan. Agar mendapatkan
tinggi semprotan 2,0 m, tekanan pengoperasian dari selang harus
dipertahankan pada 0.8 kg/cm2, dengan jarak antar selang maksimum 3.8
m. Bilamana pertumbuhan bibit cukup tinggi maka penyemprotan polybag
akan terhalangi, namun pengairan harus terus dilakukan sampai
kelembaban tanah di areal pembibitan terpenuhi. Hal ini di lakukan karena
akar bibit kelapa sawit sudah penetrasi ke dalam tanah.
2.7.5. Pemupukan
Penjelasan lihat Bab 7
2.8.1.2. Cara
Pemangkasan secara kerucut pada semua pelepah dengan ketinggian
120 cm pada pelepah terluar sampai dengan 150 cm pada pucuk dari
permukaan tanah di dalam polybag. Parang yang digunakan harus tajam.
2.8.1.3. Penyiraman
Penyiraman yang cukup dibutuhkan sesaat setelah dilakukan
pemangkasan lateral. Kekurangan air dapat menimbulkan berbagai
dampak negatif pada bibit yang telah dipangkas.
2.9. ABLASI
Bibit yang tertahan di pembibitan selama lebih dari 24 bulan diperkirakan
sudah berbunga. Bunga ini harus dibuang pada saat pemangkasan
pelepah.
2.10. PRA-PENANAMAN/PENANAMAN
Penanaman APM di lapangan harus dilakukan pada saat musim hujan.
Penanaman pada periode musim kering yang sudah diperkirakan, harus
dihindari.
Sesaat sebelum dilakukan pindah tanam, pelepah bibit kelapa sawit harus
diikat dengan menggunakan tali rafia pada 2 titik. Upaya ini akan
memudahkan pemuatan dan pengangkutan bibit tersebut ke lokasi
penanaman. Bilamana terjadi penundaan antara pengangkutan ke lokasi
dan penanaman di lapangan, bibit kelapa sawit harus disiram lagi hingga
mencapai kejenuhan.
Selama proses penanaman, harus diteliti bahwa tanah di sekeliling bibit
telah dipadatkan. Saat pemadatan tanah, tali rafia yang digunakan
dilepaskan sehingga pelepah-pelepah dapat kembali ke posisi alaminya.
Diperiksa DMDA
Disetujui MD OPS
3. PERSIAPAN SEBELUM PENANAMAN
Keterangan :
a. Kepastian kemiringan lahan harus diukur dengan Abney Level atau
Clinometer.
b. Backdrop untuk lebar teras < 5 m, adalah 0,6 m.
c. Untuk areal teras, buat jalan terlebih dahulu sebelum pembuatan teras.
Manfaat sistem ini memiliki keuntungan :
• Meminimalkan perbedaan level antara jalan dan teras sehingga
memudahkan operasional dari jalan ke teras dan sebaliknya.
• Agar air dari permukaan jalan mengalir dengan efektif ke bagian
belakang teras yang dapat dimanfaatkan oleh tanaman, hal ini
dapat diperoleh jika level jalan dibuat lebih tinggi dari backslope.
• Mengurangi resiko erosi sebagai akibat pengurangan air
permukaan jalan. Dengan demikian biaya perawatan jalan menjadi
berkurang.
3.2. DRAINASE
Kebutuhan drainase bergantung pada topografi dan jenis tanah. Daerah
yang bergelombang membutuhkan sedikit drainase, sedangkan daerah
rendahan dan daerah bertekstur liat dekat sungai membutuhkan drainase
yang lebih banyak.
Langkah pertama yang dilakukan dalam pembuatan drainase adalah
menentukan lokasi outlet dari areal dan meluruskan parit alam sehingga
aliran air akan mengikuti kemiringan areal
Dalam membuat perencanaan sistem drainase, harus dipertimbangan
agar areal gambut tidak mengalami overdrain yang dapat mengakibatkan
lapisan gambut menyusut dengan cepat dan lapisan atas mengalami
pengeringan yang berlebihan yang tidak dapat dikembalikan (irreversible).
Pada areal dengan lapisan pyrit, harus diketahui kedalamannya supaya
senantiasa berada di bawah level air yang perlu dipertahankan 60 – 70
cm di bawah permukaan tanah untuk menghindari pyrit teroxsidasi
menjadi sulfat masam dan meningkatkan kemasaman tanah.
Untuk kedua areal, sistem drainase dan water management (pengelolaan
air) adalah prioritas utama.
Pohon sawit
Rendahan
Rendahan
Field drain
Intensitas parit bergantung pada volume air dan hujan di areal tersebut
50 – 80 cm
- - - - - - -
- - - - - -
- - - - -
- - - - -
10 m Tanah - - - - -
timbunan - - - - -
- - - - -
Uk. 3 x 2,5 x 3 m
3.2.5. Gambut
Langkah yang harus dilakukan dalam persiapan tanam:
a. PMNP membuat survey guna menentukan level permukaan air yang
akan digunakan untuk membuat rencana pembukaan outlet dan main
drain ke arah sungai
b. Outlet dan main drain harus sudah dibuka minimum 6 bulan sebelum
LC dimulai
Water Management (pengelolaan air) perlu diterapkan dengan baik untuk
tanah gambut supaya tidak terjadi penurunan permukaan air yang
berlebihan sehingga lapisan atas mengalami pengeringan irreversible,
penyusutan lapisan gambut yang cepat dan kekurangan air untuk
tanaman. Permukaan air yang lebih tinggi akan menghambat
Foot Bridge U
T
MR Field Drain
CD CD CD
Keterangan:
MD Main Drain
CD Collection Drain
Jembatan
CR CR CR MR Main Road
CR Collection Road
MD Outlet drain
MR
Weir
8 baris
Pokok
Sawit ………………………………………………..
…………………………………………8 baris
Penutup pipa
30 cm
Permukaan tanah
Diameter
lubang 5 mm
150 cm
Mistar ukur
Gabus yang dapat
mengapungkan mistar
Diperiksa DMDA
Disetujui MD OPS
4. JALAN DAN JEMBATAN
Tebing
Tanah timbun
J e n is ja la n Lebar Te b a l V o lu m e
(m ) (m ) (p e r k m )
A c c e s s ro a d G a m b u t 14 1 ,0 0 1 4 .0 0 0 M 3
M R Gam but 5 0 ,7 5 3 .7 5 0 M 3
CR Gam but 4 0 ,7 5 3 .0 0 0 M 3
K e y ro a d e x M R G a m b u t 7 1 ,0 0 7 .0 0 0 M 3
K e y ro a d e x C R G a m b u t 5 1 ,0 0 5 .0 0 0 M 3
A c c e s s ro a d R a w a 14 0 ,5 0 7 .0 0 0 M 3
M R Raw a 5 0 ,5 0 2 .5 0 0 M 3
CR Raw a 4 0 ,5 0 2 .0 0 0 M 3
K e y ro a d e x M R R a w a 7 0 ,5 0 3 .5 0 0 M 3
K e y ro a d e x C R R a w a 5 0 ,5 0 2 .5 0 0 M 3
4.4.7. Pengukuran
Pengukuran volume material untuk penimbunan/pengerasan jalan
dibedakan berdasarkan material yang digunakan yaitu :
a. Laterite/tanah puru/tanah merah dari lokasi kebun atau di sekitar
kebun
b. Sirtu/subbase/krokos/fitrun dari lokasi kebun atau di luar kebun
SMG/MCAR/06/08 - 03 No. Revisi : 01 Tgl. Berlaku : 01/08/03 Hal. 53 dari 204
4.4.7.1. Laterite/ tanah puru / tanah merah
Kebun menempatkan pengawas di lokasi pengambilan material.
Penentuan volume material dilakukan dengan cara sebagai berikut :
a. Pengukuran volume bucket dengan cara mengisi penuh, kemudian
diukur memakai takaran yang terbuat dari papan ukuran 1 m3 (1 m x
1 m x 1 m).
b. Disepakati muatan tiap jenis truk dalam bucket, misalnya :
• truk jenis A dengan muatan 8 bucket
• truk jenis B dengan muatan 6 bucket
c. Pengukuran volume muatan 1 truk berdasarkan muatan yang telah
disepakati , misalnya untuk truk jenis A dengan muatan 8 bucket.
d. Kemudian diambil minimal 3 truk dengan muatan yang sama
(misalkan jenis A) diikuti bersama-sama dengan kontraktor ke lokasi
penimbunan/ pengerasan jalan di kebun. Permukaan muatan dalam
bak truk terlebih dahulu diratakan dan diukur tinggi muatan dengan
mengambil 3 titik, yaitu tinggi pada bagian depan, tengah dan
belakang. Kemudian dihitung tinggi rata-rata (yaitu tinggi pada
bagian depan + tengah + belakang/3). Volume = panjang x lebar x
tinggi rata-rata.
Contoh :
BK 1234 MA = 4,32 m3
BK 6789 SA = 4,11 m3
BK 3456 AL = 4,23 m3
Rata-rata muatan truk jenis A = (4,32 + 4,11+ 4,23) m3/3 = 4,22 m3
Hal yang sama dilakukan untuk tiap jenis truk dengan muatan dalam
jumlah bucket yang sama.
e. Bagi kebun yang memiliki PKS, kalibrasi volume truk dapat juga
dilakukan dengan penimbangan untuk menentukan korelasi antara
volume dengan berat muatan.
f. Butir a – d di atas dibuatkan berita acaranya, sebagai pedoman bagi
pihak perusahaan dan pihak kontraktor.
g. Tiap hari diambil sample minimal 10 % ritase secara random atau
acak untuk diukur volumenya dengan permukaan dalam bak terlebih
dahulu diratakan seperti pada butir d di atas.
• Apabila jenis truk yang digunakan lebih dari 1 jenis dengan
muatan yang berbeda, jumlah sample minimal 10 % ritase per
jenis dengan muatan yang sama.
• Apabila jenis truk yang digunakan sama dengan muatan yang
sama maka jumlah sample minimal 10 % ritase per hari.
4.4.8. Pengawasan
4.4.8.1. Di lokasi pengambilan bahan penimbunan atau pengerasan jalan
Tugas pengawas kebun :
a. Menghitung dan memastikan jumlah bucket yang dimuat dalam setiap
truk.
b. Mengisi bukti penerimaan barang (BPB) sesuai dengan butir a di atas.
c. Memastikan mutu bahan yang diangkut.
d. Membuat catatan dalam buku tersendiri yang berisi informasi: No.
polisi truk, jumlah bucket, volume dalam BPB dan jam berangkat dan
catatan-catatan yang diperlukan.
Diperiksa DMDA
Disetujui MD OPS
5. PEMBUKAAN LAHAN DAN PENANAMAN
5.4.1. Imas
Mengimas merupakan kegiatan memotong anak kayu dan tanaman
merambat lainnya yang berdiameter di bawah 10 cm dengan
menggunakan parang dan kampak. Pemotongan anak kayu harus putus
dan diusahakan serendah mungkin atau dekat dengan tanah.
Tujuan mengimas untuk memudahkan penumbangan pohon dan
pelaksanaan perun mekanis. Areal semak belukar tidak perlu diimas,
langsung dilakukan perun mekanis.
5.4.2. Tumbang
Penumbangan pohon dengan chainsaw dapat dilakukan setelah diimas.
3 M 3M
9,2 M
@ @ @ @ @ @
@ @ @ @
15,94 M
7,97 M
@ @ @ @ @ @
@ 15,94 M
@
@
15,94 M
@
@ @ @ @ 11,96 M
@ @ @ @ @ @
M R
KETERANGAN :
1 PANCANG KEPALA
2 @ PANCANG TITIK TANAM
3 PANCANG PERUN WARNA KUNING
4 PANCANG PERUN WARNA BIRU
5 PANCANG PERUN WARNA MERAH
6 RENCANA JALAN KONTROL
5.5. LALANG
Pancang kepala
kontur 1
Jarak datar/horizontal 9 m
kontur 2
Lereng dominan kontur mati ( < 7 m )
kontur 4
kontur sisipan
( > 12 m )
kontur 5
kontur dicuri
70 cm
70 cm Tanah timbun
yang dipadatkan
70 cm
2,5 s/d 3,5 m
3,4 m
30 cm 3 jalur tanam
30 cm kacang PJ & CM
2,5 m 2,5 m
3,4 m
1 jalur tanam
kacangan CC
1 jalur kacangan Pj & Cm
50 cm
+/- 4 m
+/- 3 m
rumpukan
kayu
50 cm
1 jalur kacangan Pj & Cm
30 cm 3 jalur tanam
30 cm kacang PJ & CM
Larikan ketiga
Jalur PJ & CM
Hydraulic
Lengan Excavator
100 cm
45 cm
50 cm
50 cm
30 cm
A01/95
30 ha
M
M - Bahan Tanaman berasal dari Marihat
LS - Bahan Tanaman berasal dari Lonsum
SC - Bahan Tanaman berasal dari Socfindo
D - Bahan Tanaman berasal dari Dami
DM - Bahan Tanaman berasal dari Dami Mas
ASD - Bahan Tanaman berasal dari Costa Rica
TC - Bahan Tanaman berasal dari Kultur Jaringan
Diperiksa DMDA
Disetujui MD OPS
6. HAMA, PENYAKIT, DAN GULMA
6.1. HAMA
6.1.1. Hama di Bibitan dan Pengendaliannya
6.1.1.1. Kumbang pemakan daun (Apogonia sp, Adoretus sp)
Merupakan serangga hama Ordo Coleoptera. Kumbang ini mulai aktif
menyerang menjelang malam.
Cara pengendalian dengan melakukan penyemprotan insektisida
Cypermethrin, Deltamethrin, Lambda sihalotrin, Betasiflutrin menggunakan
knapsack sprayer ke daun bibitan, dengan konsentrasi 3 cc per liter air dan
volume semprot sekitar 25 s/d 100 cc larutan per bibit pohon bergantung
umurnya. Penyemprotan dilakukan mulai jam 18.00 – 20.00 wib.
6.1.1.2. Belalang
Merupakan hama dari Klas Serangga, Ordo Orthoptera. Sebagian dari
spesiesnya, misalnya Locusta migratoria memiliki perilaku bergerak dalam
kelompok sangat besar. Belalang ini dapat menyerang tanaman secara
soliter maupun kelompok besar.
Cara pengendalian :
a. Pada kondisi serangan ringan sampai sedang atau serangan terjadi
secara soliter (Valanga nigricornis dan Locusta migratoria) maka
pengendalian dilakukan dengan menyemprotkan insektisida
Cypermethrin, Deltamethrin, Lambda sihalotrin, Betasiflutrin secara
merata di seluruh tanaman, dengan konsentrasi 3 cc insektisida per liter
air.
b. Jika terdapat populasi dalam jumlah besar (Locusta migratoria),
disamping tindakan pada butir 6.1.1.2 a. maka harus diketahui tempat
serangga mengadakan perkawinan massal. Tindakan lanjut yang
dilakukan :
Kurang lebih 2 minggu kemudian, telur serangga akan menetas
pada tempat tersebut dan menghasilkan nimfa instar awal. Nimfa-
Pengendalian di Lapangan
a. Pengendalian langsung dilakukan apabila ditemukan tanaman yang
terserang. Tindakan yang dilakukan :
Manual : TBM, TM yang masih terjangkau dengan cara
manual
Kimia : TBM, TM yang masih terjangkau dengan knapsack
sprayer
Feromon : TBM, TM
Bongkar breeding site : TBM, TM
b. Oryctes sp yang ada di dalam lubang gerekan dikutip menggunakan
alat pengait, selanjutnya kumbang dimusnahkan. Rotasi dilakukan 3
hari sekali pada areal yang telah ada serangan.
c. Pada tanaman yang terserang dan kondisi pucuk mengering, segera
dilakukan pembuangan pucuk dan pelepah lain yang rusak, agar sinar
matahari dapat langsung mengenai daerah serangan untuk
menghambat serangan patogen sekunder.
d. Pembasmian menggunakan pestisida :
Karbofuron dengan dosis 20 g per pohon, diletakkan di ketiak daun
dengan rotasi 1 kali sebulan, atau
Areal yang masih terjangkau dengan knapsack sprayer disemprot
Cypermethrin konsentrasi 1,4 % sebanyak 100 cc larutan per
pohon dari pucuk sampai 2 pelepah di bawahnya.
e. Setelah dua minggu penyemprotan atau aplikasi karbofuron dilakukan
sensus :
Jika populasinya > 5 ekor per ha maka dilakukan penyemprotan
kembali dengan interval 2 minggu, diulangi sampai populasi < 5
ekor per ha. Untuk aplikasi karbofuron, diulang aplikasi 1 kali
sebulan sampai populasi < 5 ekor per ha.
Jika populasi < 5 ekor per ha dilakukan tindakan manual
f. Pengendalian dengan menggunakan Feromon :
6.1.2.4. Belalang
Penjelasan lihat Bab 6.1.1.2.
Tindakan yang dilakukan apabila terdapat serangan di lapangan adalah :
a. Penyemprotan tanaman menggunakan insektisida Cypemethrin,
Deltamethrin, Lambda sihalotrin, atau Betasiflutrin dengan dosis sbb. :
Penggunaan knapsack sprayer : konsentrasi 0,3 % dengan dosis
1,050 cc insektisida dalam 350 liter air per ha
Penggunaan Mistblower : konsentrasi 0,6 % dengan dosis 1,050 cc
insektisida dalam 175 liter air per ha
b. Jika terdapat populasi (Locusta migratoria) dalam jumlah besar,
disamping tindakan pada Bab 6.1.2.4.a. maka harus diketahui tempat
serangga mengadakan perkawinan massal. Tindakan lanjut yang
dilakukan lihat Bab 6.1.1.2.b.
c. Pelaksanaan rotasi berikutnya bergantung pada ada atau tidaknya
serangan
6.1.2.5. Rayap
Merupakan hama dari Klas Serangga Ordo Isoptera terutama menyerang
tanaman di lahan gambut. Beberapa rayap yang penting :
a. Coptotermes curvignathus, merupakan hama yang utama karena
kasta pekerjanya mampu merusak jaringan mati dan jaringan hidup
tanaman
b. Macrotermes gilvus, bukan merupakan hama yang utama karena
kasta pekerjanya hanya memakan jaringan mati. Rayap ini akan
merugikan tanaman jika koloninya membuat sarang di dekat batang
kelapa sawit karena dapat mengakibatkan kelapa sawit menjadi miring
dan akhirnya tumbang. Jika pembentukan sarang oleh koloni berada di
gawangan maka rayap ini tidak membahayakan.
Cara pengendalian :
a. Dilakukan sensus pada areal yang terserang dan diberi tanda.
b. Pelaksanaan sensus sekaligus dengan aplikasi termisida, frekuensi
sensus diatur berdasarkan volume serangan rayap dan jenis
tanahnya:
Gambar 6.1.2.5. Gejala serangan rayap (gambar kiri bawah) dan pengendalian
dengan penyemprotan Termisida pada radius 50 cm di
piringan dan penyemprotan di batang sampai ketinggian 50 cm
dari permukaan tanah
nitens
Ploneta diducta Darna trima Mahasena corbetti Metisa plana
Daur hidup
Jumlah
Jenis UPDKS telur Telur Ulat Pupa Total Rata2
(butir)
(hari) (hari) instar (hari) (hari) (hari)
Ulat api
Thosea asigna 300-400 4-8 45-59 8-9 37-42 86- 96
Setora nitens ± 300 5-7 18-32 8-9 17-31 109 58
Thosea bisura ± 600 5-9 22-35 7-8 14-18 40-70 55
Thosea vetusta * 5-8 43-55 7-8 20-29 47-62 80
Ploneta diducta 80-225 4-6 30-37 6-7 11-14 60-92 46
Darna trima 90-300 3-5 26-33 6-7 10-14 45-47 48
S. pallida * 3-5 ± 40 6-7 ± 20 39-52 ± 65
± 65
U. kantong
Mahasena corbetti 2000- 10-25 60-120 11-12 23-40 93- 125
Metisa plana 3000 15-21 47-56 4-5 21-30 185 94
C. pendula 100-300 * * * * 83- *
* 107
*
Keterangan : * Data tidak tersedia
Jenis
Tempat kepompong Letak telur/daun yang diserang
UPDKS
T. asigna Tanah di sekitar Berbaris/beraturan di bawah permukaan helai
S. nitens piringan dan gawangan daun. Umumnya menyerang daun tengah - daun
atas
D. trima Ketiak daun dan tanah Tersebar/tidak beraturan di bawah permukaan
T. bisura di sela-sela akar pada helai daun, pada umumnya menyerang daun
T. vetusta pangkal batang tengah - daun bawah
P. diducta
S. pallida
M. corbetti Di dalam kantong ulat Di dalam kantongan daun (karena imago betina
M. Plana tidak bersayap), biasanya menyerang daun bawah
C. pendula – daun atas
Kategori serangan
Ukuran ulat (cm)
(ekor/plh)
Jenis Batas kritis
UPDKS Sedan Besa (ekor/Plph)
Kecil Rendah Sedang Berat
g r
Ulat api
T. asigna <1 1-2 >2 <5 6 - 10 > 10 6 - 10
S. nitens <1 1-2 >2 <5 6 - 10 > 10 6 - 10
T. bisura <1 1-2 >2 <5 6 - 10 > 10 6 - 10
T. vetusta <1 1-2 >2 < 10 11 - 20 > 20 11 - 20
P. diducta <1 1-2 >2 < 10 11 - 20 > 20 11 - 20
D. trima < 0.5 0.5 - 1 >1 < 10 11 - 20 > 20 11 - 20
S. pallida <1 1-2 >2 < 10 11 - 20 > 20 11 - 20
U. Kantong
M.corbetti <1 1-2 >2 < 10 11 - 20 > 20 11 - 20
M. Plana < 0.5 0.5 - 1 >1 < 10 11 - 20 > 20 11 - 20
C. pendula * * * < 10 11 - 20 > 20 11 - 20
Keterangan : * Data tidak tersedia
Total
Prakiraan jumlah titik sensus
Keterangan : Ph = pohon, Jn = jenis ulat, Ts = Tingkat serangan
Rgn = ringan, Sdg = sedang, Brt = berat
Tanggal : Kebun/Divisi :
Jenis hama : Nama pengamat :
Stadia larva
Titik
Atas Tengah Bawah Jumlah Rata2 Keterangan
sensus
Blok : Luas : Ha
Baris 3
1/13
b
2/27
b
Baris 16
3/8
b
Total
Rata-rata
Rata2
b. Pengujian (examination)
Analisa terhadap larva dan pupa untuk mengevaluasi tingkat serangan
dan mortalitas secara alami yang disebabkan oleh predator, parasit
dan entomopathogen.
Areal pengujian minimum 40 % dari kelompok areal sensus.
Contoh diambil pada saat pelaksanaan sensus populasi awal. Hasil
sensus dilakukan pengecekan dengan kriteria standart untuk
menentukan tindakan yang akan dilakukan
6.1.2.7.3.3. Pengendalian
a. Melindungi dan melestarikan musuh alami UPDKS
Beberapa jenis musuh alami UPDKS yang banyak ditemukan :
Predator : Sycanus sp, Eocanthecona furcellata, Cantheconidea
javana, Parasitoid Spinaria spinator, Chaetexorista javana,
Chlorocryptus purpuratus, Apanteles sp,
Entomopatogen :
- Bakteri : Bacillus thuringiensis
- Jamur : Cordiceps militaris/Beauveria bassiana
- Virus : β. Nudaurelia/ Multiple Nucleopoly
hedrovirus/
Nucleopoly hedrovirus/ Granulosis virus
Predator dapat berkembang biak apabila lingkungannya mendukung,
misalnya memelihara dan melestarikan tumbuhan berguna yang
dapat dijadikan sebagai tanaman inang bagi predator (lihat Bab 6.3.4)
Konsentrasi
No Jenis alat Cara aplikasi Tanaman volume larutan
sasaran Piretroid sintetik
1 Knapsack Disemprotkan secara merata Bibitan 0,1 – 0,3 %
sprayer pada daun bibitan 25-100 ml air/bibit
6.1.2.7.3.4. Evaluasi
a. Merupakan kegiatan untuk mengetahui tingkat kematian larva
akibat pengendalian yang menggunakan insektisida atau musuh
alami. Evaluasi dilakukan dengan sensus. Hasil evaluasi
menentukan tindak lanjut pengendalian bila diperlukan.
Deltametrin 25 g/l Decis 2.5 EC Kontak dan lambung UPDKS, Tirathaba, Apogonia,
Adoratus, Belalang
Lambda sihalotrin Matador 25 EC UPDKS, Tirathaba, Apogonia,
Buldok 25 EC Adoretus, Belalang, Kutu daun
Kebun/Divisi : Tanggal :
Blok/Tahun tanam/Luas : Pengamat:
Rodentisida: Kebun/Divisi:
6.1.2.10. Tupai
Merupakan hama dari Klas Mamalia, Famili Diuridae. Sebagian dari
spesiesnya, misalnya Sciurus notatus (tupai pohon), Sciurus prevostii
(tupai terbang), dan Lariscus insignis (tupai tanah) dapat memakan daging
buah dan biji kelapa sawit.
Pengendalian tupai dilakukan dengan cara pemasangan perangkap dan
buru tupai menggunakan senapan angin.
6.1.2.11. Babi
Pada TBM < 2 tahun, hama ini memakan umbut tanaman dengan cara
merusak dan membongkar pohon yang mengakibatkan kematian
tanaman. Babi juga memakan brondolan kelapa sawit.
SMG/MCAR/06/08 - 03 No. Revisi : 01 Tgl. Berlaku : 01/08/03 Hal. 100 dari 204
Species babi yang menyerang tanaman kelapa sawit antara lain : Sus
scropa dan Sus barbatus
Metode pengendalian babi disesuaikan dengan kondisi serangan :
a. Pengamanan kolektif umumnya dilakukan pada areal dengan populasi
babi hutan yang tinggi, dengan menggunakan power fencing, jerat
kawat sling/aring dengan pintu cattle grid.
b. Pengamanan individu, umumnya dilakukan pada areal sisipan, dengan
menggunakan kawat duri dan pest guard
c. Pengamanan tanaman secara kolektif maupun individu harus tetap
dilakukan sampai tanaman memasuki periode TM
d. Kegiatan pengamanan lain yang harus dilakukan adalah penggunaan
racun atau memburu babi
6.1.2.12. Gajah
Gajah (Elephas maximus) merupakan salah satu problem utama di areal
perkebunan kelapa sawit di Sumatera, biasanya menyerang tanaman
pada fase bibitan sampai TBM. Serangan hama ini mematikan tanaman
dan menimbulkan kerusakan pada areal yang luas
Upaya untuk mengendalikan binatang ini tidak bersifat membunuh
karena termasuk satwa yang dilindungi.
Pengendalian gajah dilakukan dengan pemasangan electric fencing pada
perbatasan areal kebun dengan hutan yang merupakan lintasan Gajah.
Tata cara pemasangan power fencing sistem :
a. Sebelum pelaksanaan pemasangan power fencing sistem, areal yang
akan dipagar harus dibersihkan dari Gajah. Pada jalur yang akan
digunakan untuk pemasangan kawat fencing dan peralatannya harus
dibebaskan dari pepohonan dengan lebar sekitar 20 m ke arah luar,
biasanya dapat berupa jalan batas areal.
b. Pada jalur yang telah dibuat, ditentukan lokasi sentral dengan luasan
sekitar 16 m2 untuk menempatkan box besi yang dicor permanen guna
penyimpan perangkat energizer, battery, dan ampere pengontrol.
c. Solar cell sebagai sumber energi diletakkan di atas tiang yang sudah
dirancang dan kabelnya disambungkan ke energizer. Kayu/broti
ukuran 4 x 4 " ditanam sepanjang batas pagar dengan jarak ± 1 – 2 m
sebagai tiang utama perentang kawat.
d. Pada jalur yang akan dipasang kawat fencing dipasang kayu broti
ukuran 3 x 3" setiap jarak ± 15 m sebagai tiang penyangga jarak
rentangan kawat. Penyangga lain yang digunakan adalah fiberglass
diameter 0.5".
SMG/MCAR/06/08 - 03 No. Revisi : 01 Tgl. Berlaku : 01/08/03 Hal. 101 dari 204
e. Kawat penghantar listrik diameter 2 mm direntangkan dari tiang utama
ke tiang lainnya sepanjang jalur fencing. Jumlah jalur kawat
disesuaikan dengan satwa sasaran.
f. Hubungkan arus yang telah terpasang dari sumber ke kawat
rentangan. Tegangan listrik yang dialirkan diukur dengan Digital
Electric Fence Meter. Sistem yang baik dan normal biasanya
menghasilkan tegangan antara 7 - 9 kilo volt bergantung cuaca dan
kebersihan sistem dari benda-benda asing yang dapat membuang
arus. Pengukuran tegangan ini dikontrol tiap hari pada beberapa
tempat yang telah ditentukan. Apabila terjadi penurunan tegangan
listrik di bawah kisaran tersebut maka harus dilakukan pengecekan ke
alat dan jaringannya
g. Daerah jaringan power fencing harus dirawat dengan penyemprotan
gulma dilakukan setiap 3 bulan sekali
h. Setelah tanaman berumur 5 tahun, alat ini dapat dibuka
6.2. PENYAKIT
6.2.1. Penyakit di Bibitan dan Pengendaliannya
6.2.1.1. Bercak daun bibitan (Curvularia sp, Cercospora sp,
Helminthosporium, dll)
Sering ditemukan menyerang tanaman di bibitan yang tidak dirawat
sesuai dengan standar
Gejala Curvularia berupa bercak spot-spot coklat (atau kumpulan spot
coklat) yang dikelilingi oleh klorosis kekuningan atau orange. Pada
Helminthosporium gejala tersebut biasanya lebih kecil.
Gejala Cercospora berupa bercak spot-spot coklat (atau kumpulan spot
coklat) yang mengering menjadi kelabu.
Pengendalian bercak daun bibitan dilakukan :
a. Dilakukan pengelolaan bibitan sesuai dengan standar, terutama aspek
pengairan, media tanah dan pemupukan.
b. Pengendalian dilakukan dengan aplikasi fungisida :
Main nursery dilakukan secara bergantian antara fungisida sistemik
dan non sistemik
Pre nursery hanya digunakan fungisida kontak seperti Klorotalonil
dan Mancozeb.
c. Beberapa fungisida yang direkomendasikan antara lain : Benomyl,
Hexaconazole, Mancozeb, Klorotalonil, Thiram. Fungisida
diaplikasikan secara bergiliran dengan konsentrasi 0.1 s/d 0.3 %
dilakukan setiap minggu
SMG/MCAR/06/08 - 03 No. Revisi : 01 Tgl. Berlaku : 01/08/03 Hal. 102 dari 204
d. Apabila gejala serangan sangat parah, bibit harus diisolasi dan
diberikan perlakuan fungisida seperti butir c.
e. Bibit yang mati agar dikumpulkan dan dimusnahkan
f. Penentuan tindakan kuratif dilakukan oleh Assisten bibitan setelah
berkoordinasi dengan EM. Jika ada keraguan dalam pengambilan
keputusan dapat menghubungi SMARTRI
6.2.1.2. Blast
Penyakit ini jarang ditemukan jika perawatan bibit dilakukan dengan baik
dan benar. Keadaan kering dan panas yang terjadi pada kantong plastik
jika tidak cukup penyiraman akan merangsang perkembangan Phytium
splendens Braun dan Rhizoctonia lamellifera Small. Jamur tersebut
sebagai penyebab sekunder.
Daun bibit yang terserang menjadi pucat, lemah, tidak mengkilap dan
warnanya berubah dari hijau menjadi coklat. Daun menjadi rapuh dan
akar jika dicabut lunak.
Pencegahan dan pengendalian dilakukan :
a. Jika serangan tidak berat, maka bibitan harus diisolasi dan diberikan
tindakan :
Penyiraman secara teratur
Pemberian naungan dan mulsa untuk mengurangi panas di dalam
tanah polibag
b. Jika bibit telah mengering atau mati, maka bibit harus disingkirkan dan
dimusnahkan
SMG/MCAR/06/08 - 03 No. Revisi : 01 Tgl. Berlaku : 01/08/03 Hal. 103 dari 204
Pengendalian penyakit ini dilakukan dengan cara :
a. Naungan bibitan harus dikurangi atau dibuka agar tidak terlalu lembab
b. Aplikasi fungisida :
Pre-nursery hanya digunakan fungisida kontak seperti Klorotalonil
dan Mancozeb.
Main nursery dilakukan secara bergantian antara fungisida sistemik
dan kontak
Fungisida Benomyl, Hexaconazole, Mancozeb, Klorotalonil
diaplikasikan dengan konsentrasi 0,1 s/d 0,3 %.
Pengendalian preventif rotasi aplikasi setiap 2 minggu sedangkan
pada tindakan pengendalian kuratif aplikasi fungisida dilakukan
setiap minggu.
c. Apabila gejala serangan sangat parah, bibit harus diisolasi dan
diberikan perlakuan fungisida seperti butir b.
d. Bibitan yang mati agar dikumpulkan dan dimusnahkan
SMG/MCAR/06/08 - 03 No. Revisi : 01 Tgl. Berlaku : 01/08/03 Hal. 104 dari 204
Pengendalian preventif rotasi aplikasi setiap 2 minggu sedangkan
pada tindakan pengendalian kuratif aplikasi fungisida dilakukan
setiap minggu.
6.2.1.5. Spear Rot
Gejala busuk pucuk ini dapat menyerang bibitan, jika tidak dikendalikan
dapat menular ke pelepah lain di sekitarnya bahkan dapat menyebabkan
kematian. Biasanya terjadi jika bibitan sering tergenang sehingga
berkembang beberapa mikroorganisme yang berasosiasi dengan penyakit
ini, seperti Fusarium sp (cendawan) dan Erwinia sp (bakteri)
Pengendalian terhadap serangan penyakit busuk pucuk :
a. Pucuk yang busuk dibuang dan disemprot fungisida
Pre-nursery hanya digunakan fungisida kontak seperti Klorotalonil
dan Mancozeb.
Main nursery dilakukan secara bergantian antara fungisida sistemik
dan kontak
Fungisida Benomyl, Mancozeb, dan Klorotalonil diaplikasikan
dengan konsentrasi 0,1 s/d 0,3 %.
Pengendalian preventif rotasi aplikasi setiap 2 minggu sedangkan
pada tindakan pengendalian kuratif aplikasi fungisida dilakukan
setiap minggu.
b. Apabila ada serangan, maka bibit harus diisolasi dan bibit yang mati
harus dibakar.
SMG/MCAR/06/08 - 03 No. Revisi : 01 Tgl. Berlaku : 01/08/03 Hal. 105 dari 204
Gambar 6.2.2.1. Serangan Ganoderma boninense di lapangan pada TM
remaja di areal replanting (gambar atas kanan). Serangan
lama pada TM tua mengakibatkan banyak tanaman mati
(gambar atas kiri). Pada gambar bawah menunjukkan badan
buah pada batang tanaman yang telah tumbang maupun
keluar pada batang bawah tanaman yang masih hidup
SMG/MCAR/06/08 - 03 No. Revisi : 01 Tgl. Berlaku : 01/08/03 Hal. 106 dari 204
Tabel 6.2.2.1.1.a. Kriteria sensus serangan Ganoderma sp.
SMG/MCAR/06/08 - 03 No. Revisi : 01 Tgl. Berlaku : 01/08/03 Hal. 107 dari 204
Tabel 6.2.2.1.1.b. Catatan tanaman terserang Ganoderma sp.
Blok/Divisi : Nama pengamat :
Luas (ha) : Tanggal pengamatan :
1 10 4 2 4 - T A A T
18 1 1 40 8 T T A T
34 3 6 Ats/tgh Bawah Y A A T
2 4 3 1 5 - T A A T
11 4 10 - Semua Y T T Y
28 5 - 5 - T A T T
3 15 4 - 4 - T A A T
dst
.
.
Keterangan: Y = ya; T = tidak; A = ada
SMG/MCAR/06/08 - 03 No. Revisi : 01 Tgl. Berlaku : 01/08/03 Hal. 108 dari 204
Tabel 6.2.2.1.1.d. Tindakan penanganan serangan Ganoderma sp. berdasarkan
pertambahan jumlah serangan dan kondisi infeksi di batang
Pertambahan
Kondisi Infeksi
serangan baru Tindakan
Ganoderma
(Pohon/ha/tahun)
<5 Tidak berat Surgery dan Mounding. Jaringan hasil surgery
dimasukkan ke dalam karung dan dibawa ke luar
lapangan untuk dibakar di dalam tong
5 - 15 Tidak berat Surgery. Jaringan hasil surgery disebar di gawangan
mati
< 15 Berat Pohon diracun dengan Paraquat 100 cc/pohon , pohon
yang diracun tidak perlu ditumbang
SMG/MCAR/06/08 - 03 No. Revisi : 01 Tgl. Berlaku : 01/08/03 Hal. 109 dari 204
Gambar 6.2.2.2. Gejala tanaman di lapang seperti defisiensi hara,
tanaman pucat (gambar kiri). Tanaman mudah roboh
(gambar tengah), karena jaringan di tengah batangnya
terserang Ustulina deusta dengan penampakan hitam
seperti arang (gambar kanan)
SMG/MCAR/06/08 - 03 No. Revisi : 01 Tgl. Berlaku : 01/08/03 Hal. 110 dari 204
Gambar 6.2.2.3.Tanaman yang terserang Armilaria melea (gambar atas). Batang
yang telah dibelah menunjukkan jaringan telah mati (gambar
kiri bawah), dan pada gambar kanan bawah menunjukkan
miselia dari jamur tersebut.
SMG/MCAR/06/08 - 03 No. Revisi : 01 Tgl. Berlaku : 01/08/03 Hal. 111 dari 204
Sanitasi jaringan sakit : pucuk dan pelepah yang mengelilingi
dibuang dan dimusnahkan sehingga jaringan sakit terkena cahaya
matahari secara langsung
Pada jaringan sakit yang telah disanitasi diaplikasi dengan
fungisida sistemik Benomyl atau Mankozeb atau Klorotalonil 0,5 %
dengan volume semprot 1 – 2 liter per pohon.
SMG/MCAR/06/08 - 03 No. Revisi : 01 Tgl. Berlaku : 01/08/03 Hal. 112 dari 204
terang menjadi kekuningan, kuning kecoklatan, coklat tua, akhirnya hitam.
Gejala ini akan berkembang ke arah batang.
Pengendalian terhadap serangan Fusarium sp di lapangan :
a. Jaringan yang terserang dicacah kemudian dikeluarkan dari blok dan
dibakar
b. Bekas tanaman sakit disemprot dengan larutan Benomyl atau
Mankozeb atau klorotalonil konsentrasi 0,5 %, volume semprot 2 liter
larutan per pohon disemprot pada jaringan yang sakit dan sekitarnya
c. Bekas lubang tanaman lama :
Disemprot dengan fungisida Benomyl atau Mankozeb atau
klorotalonil konsentrasi 0,5 %, volume semprot 2 liter larutan per
pohon
Ditabur kapur pertanian 2 kg per pohon
d. Jika akan dilakukan penyisipan, titik tanam agar dipindahkan
e. Sensus rutin tidak diperlukan.
Tabel 6.2.3.a. Daftar beberapa nama bahan aktif dan nama dagang
Fungisida
SMG/MCAR/06/08 - 03 No. Revisi : 01 Tgl. Berlaku : 01/08/03 Hal. 113 dari 204
6.3. GULMA
a. Gulma merupakan vegetasi yang tumbuh secara alami dan menjadi
pesaing bagi tanaman utama sehingga keberadaannya tidak
dikehendaki karena merugikan pertumbuhan dan produksi serta dapat
mengganggu kelancaran aktivitas lainnya.
b. Terdiri dari kelompok gulma berdaun pita (Grasses), gulma berdaun
lebar (Broadleaves), gulma berkayu (Brush Weeds), gulma pakisan
(Ferns), gulma teki-tekian (Sedges), gulma pisang liar dan keladi-
keladian, gulma bambu-bambuan dan gulma air (Aquatic Weeds)
Konsep Pengendalian Gulma
a. Penanganan terhadap tumbuhan pesaing tanaman utama dengan
tindakan :
Mengembangkan/melestarikan tanaman berguna/inang secara
terkendali
Memusnahkan gulma berbahaya (Noxious Weed)
Membatasi pertumbuhan gulma lunak
b. Menerapkan konsep pengelolaan gulma terpadu (Integrated Weed
Management) dengan memberdayakan seluruh komponen
pengendalian, meliputi cara kultur teknis; tindakan preventif, biologis,
mekanis, dan kimiawi
SMG/MCAR/06/08 - 03 No. Revisi : 01 Tgl. Berlaku : 01/08/03 Hal. 114 dari 204
b. Pengendalian secara preventif dan kultur teknis :
Penentuan kerapatan tanam yang sesuai dengan dapat
menciptakan kondisi areal pertanaman segera ternaungi sehingga
mencegah laju pertumbuhan gulma, dan pertumbuhan tanaman
utama dapat berkembang dengan baik
Penanaman dan perawatan kacangan untuk menyaingi
pertumbuhan gulma , lihat Bab 5.10.
SMG/MCAR/06/08 - 03 No. Revisi : 01 Tgl. Berlaku : 01/08/03 Hal. 115 dari 204
Salah satu pilihan adalah dengan menggunakan Rotary Slasher
untuk perawatan jalan panen di daerah datar yang memungkinkan
masuk alat pada saat tanaman TBM 2.
Dongkel anak kayu, dan lain-lain.
Bawah : Pembersihan
gulma di gawangan
(Dongkel anak kayu)
dengan alat cangkul
SMG/MCAR/06/08 - 03 No. Revisi : 01 Tgl. Berlaku : 01/08/03 Hal. 116 dari 204
selanjutnya dioles campuran Triclopyr 50 ml dengan solar 1 l pada
sekeliling pangkal batang selebar + 20 cm dan 30 cm dari tanah.
j. Pengendalian gulma pisang
Dikendalikan dengan teknik inplant, yaitu :
Batang kayu seukuran batang korek api direndam 24 jam di dalam
larutan Metyl metsulfuron
Batang pisang dilubangi dengan alat besi seukuran jeruji sepeda
motor
Batang kayu yang telah direndam dimasukkan ke batang pisang
Dosis 3 inplant per rumpun. Satu paket larutan (5 g Metyl
metsulfuron + 10 cc air) dapat merendam 40 batang anak korek api
k. Pengendalian keladi
Disemprot dengan Methyl metsulfuron (konsentrasi 0,033 % dan dosis
0,075 Kg per ha) yang diberi Surfactan (konsentrasi 0,22 % dan dosis
0,5 Liter per ha)
l. Pengendalian Mikania micrantha
Dikendalikan dengan Floroksipir 0,375 liter/ha blanket atau dengan
2.4-Dimetil Amina dosis 1,5 liter/ha blanket untuk TM saja.
m. Pengendalian Asystasia
Dikendalikan dengan 2.4-D dosis 0,20 liter/ha blanket
n. Nama bahan aktif dan nama dagang herbisida disajikan pada Bab 6.4.
SMG/MCAR/06/08 - 03 No. Revisi : 01 Tgl. Berlaku : 01/08/03 Hal. 117 dari 204
Tabel 6.3.2.a. Standart pekerjaan pemberantasan lalang di areal TBM
Rotasi per tahun
Dosis /
Kegiatan/gulma sasaran Herbisida Umur 0 – 12 Umur 13 – 24 Umur 25 – 36 Umur 37 – 48
ha
bulan bulan bulan bulan
Wiping Glyphosate 0,05 l 6 4 4 4
Spot spraying Glyphosate 6,00 l 3 - - -
Tabel 6.3.2.b. Standart pekerjaan perawatan gawangan di areal TBM tanah mineral dan gambut
Rotasi per tahun
Dosis /
Kegiatan/gulma sasaran Herbisida Umur 0 – 12 Umur 13 – 24 Umur 25 – 36 Umur 37 – 48
ha
bulan bulan bulan bulan
Tanah mineral
Manual
Dangir kacangan - - 3 - - -
Dongkel anak kayu - - 3 4 4 4
Semprot Rendahan
Pakisan / Anak kayu Parakuat diklorida 1,500 l 5 4 2 2
(Gulma sederhana) Methyl metsulfuron 0,075 kg
Rumput-rumputan dan daun lebar Glyphosate 1,500 l 5 4 2 2
Methyl metsulfuron 0,075 kg
Rumput bambu Glyphosate 2,000 l 5 4 2 2
Dominan anak kayu Triclopyr 1,000 l 2
Surfactan 0,150 l
Dominan putihan / Senduduk Methyl metsulfuron 0,150 kg 2
Surfactan 1,000 l
Tanah gambut
Babat gawangan - - 1 - - -
Semprot gawangan
Pakisan / anak kayu Parakuat diklorida 1,500 l 5 4 2 2
(Gulma sederhana) Methyl metsulfuron 0,075 k
Rumput-rumputan dan daun lebar Glyphosate 1,500 l 5 4 2 2
Methyl metsulfuron 0,075 kg
Rumput bambu Glyphosate 2,000 l 5 4 2 2
Dominan anak kayu Triclopyr 1,000 l 2
Surfactan 0,150 l
Dominan putihan / Senduduk Methyl metsulfuron 0,150 l 2
Surfactan 1,000 l
SMG/MCAR/06/08 - 03 No. Revisi : 01 Tgl. Berlaku : 01/08/03 Hal. 118 dari 204
Tabel 6.3.2.c. Standart pekerjaan perawatan piringan dan jalan rintis TBM
Rotasi per tahun
Dosis /
Kegiatan/gulma sasaran Hebisida Umur 0 – 12 Umur 13 – 24 Umur 25 – 36 Umur 37 – 48
ha
bulan bulan bulan bulan
Perawatan piringan
Garuk piringan manual - - 3 - 1 -
Semprot piringan
Rumput-rumputan dan daun lebar Glyphosate 0,500 l 1 4 3 4
lunak
Pakisan Parakuat diklorida 0,375 l 1 4 3 4
Methyl metsulfuron 0,020 kg
Rumput-rumputan dan daun lebar Glyphosate 0,375 l 1 4 3 4
Methyl metsulfuron 0,020 kg
Rumput-rumputan dan dominan Glyphosate 0,375 l 1 4 3 4
Mikania Fluroxypyr 0,095 l
Jalan rintis (1:8)
Volume 2 % dosis blanket bln 0-12
Rumput-rumputan dan daun lebar lunak Glyphosate 0,04 l 2 - - -
SMG/MCAR/06/08 - 03 No. Revisi : 01 Tgl. Berlaku : 01/08/03 Hal. 119 dari 204
Tabel 6.3.2.d. Standart pekerjaan perawatan TM
Konsentra
Rotasi/
Kegiatan/gulma sasaran Herbisida Dosis / ha si HK/ha
thun
(%)
Gawangan
Manual
DAK TM muda - - 3 - 1,5 – 2,0
DAK TM remaja - tua - - 2 - 1,3 – 1,5
Semprot semak
Secara umum Parakuat diklorida 1,500 l
2 4,5 – 5,0 blanket
Methyl metsulfuron 0,075 kg
Dominan putihan / Senduduk Surfactan 1,000 l
(Chromolaena odorata)/ Methyl metsulfuron 0,150 kg 2 4,5 – 5,0 blanket
Malastoma
Dominan Anak Kayu Surfactan 0,150 l
2
Triclopyr 1,000 l
Piringan dan jalan rintis
Manual
Garuk piringan TM muda-tua - - 1 - 2 (setelah pruning)
Semprot TM muda
Pakisan Parakuat diklorida 0,375 l
3
Methyl metsulfuron 0,020 kg
Rumput-rumputan daun lebar Glyphosate 0,500 l RB-15 : 0,5 – 0,6
3 CP-16 : 0,5 – 0,6
lunak
CDA : 0,25 (tidak
Rumput-rumputan dominan Glyphosate 0,250 l
3 untuk campuran
Mikania Fluroxypyr 0,063 l
Paraquat)
Pada lokasi dengan Kualitas Sulfosat 0,375 l
3
Air Jelek (Areal Gambut) Methyl metsulfuron 0,019 kg
Semprot TM remaja-tua
Pakisan Parakuat diklorida 0,250 l 3
Methyl metsulfuron 0,013 kg RB-15 : 0.5 – 0.6
Rumput-rumputan daun lebar Glyphosate 0,500 l CP-16 : 0.5 – 0.6
3
lunak CDA : 0.25 (tidak
Rumput-rumputan dominan Glyphosate 0,250 l untuk campuran
Mikania 3
Fluroxypyr 0,063 l Paraquat)
Pada lokasi dengan kualitas Sulfosat 0,375 l
3
air jelek (Areal gambut) Methyl metsulfuron 0,019 kg
T P H Vol 0,25% dosis blanket
Pada lokasi umum Parakuat diklorida 0,004 l
3
Methyl metsulfuron 0,002 kg 6,0
Pada lokasi dengan kualitas Sulfosat 0,004 l 3
air jelek (Areal gambut) Methyl metsulfuron 0,0002 kg
Lalang
Wiping TM muda 0,040 l 0,2
Glyphosate / 3
Wiping TM remaja – tua 0,030 l 0,1
Sulfosat *
Spot spraying 4,000 l 2 4,0
SMG/MCAR/06/08 - 03 No. Revisi : 01 Tgl. Berlaku : 01/08/03 Hal. 120 dari 204
6.3.3. Alat Semprot
Sistim penyemprotan untuk mengendalikan gulma perlu pemilihan jenis
alat semport dan nozel yang sesuai untuk setiap jenis pekerjaan, gulma
sasaran, herbisida dan dosis, kebutuhan larutan (air) dan efisiensi hasil
kerja yang dicapai.
Hollow Cone:
Konsentrasi herbisida ‘A’ = 1,5 liter : 208,33 liter x 100% = 0,72%, artinya
: Apabila knapsack yang digunakan berisi 15 liter, maka herbisida ‘A’
yang dicampurkan dalam setiap knapsack adalah 15 liter x 0,72% = 0,11
liter atau 110 cc.
Tabel 6.3.5.a. Beberapa gulma diharapkan (A), gulma inang APH (I) dan
gulma dibolehkan (B)
Kacangan
Casia tora - A/I
- B
Clitoria laurifolia
Crotolaria spp Orok - orok B
Semak
Green Witch Tongue B
Clerodendrum
serratum
Pakis
Diplazium asperum Pakis sayur A/I
Nephrolepis bisserata Pakis merambat A/I
Tabel 6.3.6.a. Daftar beberapa nama bahan aktif dan nama dagang herbisida
TOLERANSI
Herbisida TBM TM TM
(Setelah umur 1 tahun) (3-5 tahun) (6 tahun ke atas)
Ally 20 WDG T T T
Gramoxone PP910 T T T
2,4 - D Amine NT NT T
Basta 15 T T T
Roundup T* T T
Basagran T T T
Starane 200 T T T
Garlon 250 T* T* T
Goal 2 EC T T T
Touchdown T* T T
Fusilade T T T
Keterangan: T = Tolerant , NT= Non tolerant, * = Harus sangat hati-hati
SMG/MCAR/Agt 2003 No. Revisi : 01 Tgl. Berlaku : 01/08/03 Hal. 131 dari 204
SINAR MAS GROUP
DIVISI AGRIBISNIS
MANAGEMENT COMMITTEE AGRONOMY AND RESEARCH
PEMUPUKAN
Nomor Dokumen : SMG/MCAR/01/08 - 03
Diperiksa DMDA
Disetujui MD OPS
7. PEMUPUKAN
SMG/MCAR/Agt 2003 No. Revisi : 01 Tgl. Berlaku : 01/08/03 Hal. 132 dari 204
Tabel 7.1.1. Dosis dan jadwal pemupukan di bibitan
Minggu
Cara
setelah Jumlah dan jenis pupuk per bibit
aplikasi
tanam
0,5 g NPK 15.15.6.4. TE ( 200 g dalam 60 liter air untuk
3 Siram
400 bibit atau 150 cc larutan/bibit)
4 Siram 0,5 g NPK 15.15.6.4. TE
1,0 g NPK 15.15.6.4. TE ( 400 g dalam 60 liter air untuk
5 Siram
400 bibit atau 150 cc larutan/bibit)
6 Siram 1,0 g NPK 15.15.6.4. TE
1,5 g NPK 15.15.6.4. TE( 600 g dalam 60 liter air untuk
7 Siram
400 bibit atau 150 cc larutan/bibit)
8 Siram 1,5 g NPK 15. 15. 6. 4. TE
9 Sebar 3,0 g NPK 15. 15. 6. 4. TE
11 Sebar 3,0 g NPK 15. 15. 6. 4. TE
13 Sebar 4,0 g NPK 15. 15. 6. 4. TE
15 Sebar 4,0 g NPK 15. 15. 6. 4. TE
17 Sebar 5,0 g NPK 12. 12. 17. 2. TE
19 Sebar 5,0 g NPK 12. 12. 17. 2. TE
21 Sebar 7,5 g NPK 12. 12. 17. 2. TE
23 Sebar 7,5 g NPK 12. 12. 17. 2. TE
25 Sebar 7,5 g NPK 12. 12. 17. 2. TE + 10 g kieserite
27 Sebar 7,5 g NPK 12. 12. 17. 2. TE
29 Sebar 10,0 g NPK 12. 12. 17. 2. TE
31 Sebar 10,0 g NPK 12. 12. 17. 2. TE
33 Sebar 15,0 g NPK 12. 12. 17. 2. TE + 15 g kieserite
35 Sebar 15,0 g NPK 12. 12. 17. 2. TE
37 Sebar 15,0 g NPK 12. 12. 17. 2. TE
39 Sebar 15,0 g NPK 12. 12. 17. 2. TE
41 Sebar 18,0 g NPK 12. 12. 17. 2. TE + 15 g kieserite
43 Sebar 18,0 g NPK 12. 12. 17. 2. TE
45 Sebar 18,0 g NPK 12. 12. 17. 2. TE
47 Sebar 18,0 g NPK 12. 12. 17. 2. TE
SMG/MCAR/Agt 2003 No. Revisi : 01 Tgl. Berlaku : 01/08/03 Hal. 133 dari 204
7.1.4. Pemupukan Bibit yang Berumur Lebih Dari 12 Bulan
Tabel 7.1.4. Dosis dan jadwal pemupukan bibitan non APM yang belum
ditanam di lapangan
Bulan setelah Cara
Rotasi Jumlah dan jenis pupuk per bibit
tanam aplikasi
Setiap 2 bulan Sebar 50 g NPK 12. 12. 17. 2. TE
14 - 20
Setelah pemangkasan Sebar 100 g Urea
Setiap 2 bulan Sebar 50 g NPK 12. 12. 17. 2. TE
> 20
Setelah pemangkasan Sebar 150 g Urea
SMG/MCAR/Agt 2003 No. Revisi : 01 Tgl. Berlaku : 01/08/03 Hal. 134 dari 204
Tabel 7.2.1a. Jadwal pemupukan untuk TBM di tanah mineral pada
situasi umum
Dosis (g/pohon)
Tahun
Bulan Urea TSP MOP Kieserite HGFB
ke
1 Lubang tanam - 350 - - -
1 200 - - - -
3 - - 350 250 -
4 250 - - - -
6 - 450 - - 10
8 350 - - - -
Total tahun 1 800 800 350 250 10
2 13 350 450 - - -
14 - - 450 350 -
15 - - - - 50
17 450 - - - -
18 - 500 - - -
20 - - 700 - -
21 600 - - - -
Total tahun 2 1.400 950 1.150 350 50
3 25 - 600 - - -
26 650 - 1.000 400 60
31 750 600 - - -
32 - - 1.500 - -
Total tahun 3 1.400 1.200 1.500 400 60
SMG/MCAR/Agt 2003 No. Revisi : 01 Tgl. Berlaku : 01/08/03 Hal. 135 dari 204
Tabel 7.2.1.b. Jadwal pemupukan TBM pada kondisi tanah mineral situasi
umum eks lalang
Dosis (g/pohon)
Tahun
Bulan Urea TSP MOP Kieserite HGFB
ke
1 Lubang tanam - 400 - - -
1 250 - - - -
3 - - 400 300 -
4 300 - - - -
6 - 500 - - 10
8 450 - - - -
Total tahun 1 1.000 900 400 300 10
2 13 450 500 - - -
14 - - 550 400 -
15 - - - - 50
17 550 - - - -
18 - 600 - - -
20 - - 850 - -
21 700 - - - -
Total tahun 2 1.700 1.100 1.400 400 50
3 25 - 700 - - -
26 750 - 1.250 450 60
31 850 700 - - -
34 - - 1.850 - -
Total tahun 3 1.600 1.400 3.100 450 60
SMG/MCAR/Agt 2003 No. Revisi : 01 Tgl. Berlaku : 01/08/03 Hal. 136 dari 204
Tabel 7.2.1.c. Jadwal pemupukan TBM pada kondisi tanah sangat
berpasir
Dosis (g/pohon)
Tahun
Bulan Urea TSP MOP Kieserite HGFB CuSO4
ke
1 Lubang tanam - 400 - - - (*)
1 200 - - - - 10
2 - - - 150 - -
3 - - 200 - 10 -
4 250 - - - - -
5 - - - - - 10
6 - 550 - - - -
7 250 - 250 - - -
8 - - - 150 - -
9 - - - - 20 -
10 300 - - - - 15
Total tahun 1 1.000 950 450 300 30 25
2 13 350 550 400 - - -
14 - - - 250 60 20
16 350 - - - - -
17 - - 400 - - -
18 - 600 - - - -
19 400 - - - - -
20 - - - 200 - -
21 - - 600 - - 20
22 600 - - - - -
Total tahun 2 1.700 1.150 1.400 450 60 40
3 25 600 750 - - 60 30
26 - - 1.000 - - -
27 - - - 250 - -
28 600 - - - - -
30 - - 1.000 - - -
31 - 750 - - - -
32 500 - - - - -
33 - - - 250 - -
34 - - 1.000 - - 30
Total tahun 3 1.700 1.500 3.000 500 60 60
SMG/MCAR/Agt 2003 No. Revisi : 01 Tgl. Berlaku : 01/08/03 Hal. 137 dari 204
Tabel 7.2.1. d. Jadwal pemupukan TBM pada kondisi tanah gambut
Dosis (g/pohon)
Tahun Campuran Super
Bulan Urea RP TSP MOP LSD CuSO4 ZnSO4 HGFB
ke Starter Dolomit
1 Lubang
300 - - - - - - (1) (1) -
tanam
2.000 200 - - - - - - - -
1
- - - 400 - - - - - -
2
- - - - 200 - - - - -
3
- 300 - - - - - - - -
4
- - - - - - 250 - - 10
6
- 350 - - 300 - - - - -
7
- 350 750 - - - - - - -
10
- - - - 400 - - 75 75 -
11
Total tahun 1 2.300 1.200 750 400 900 0 250 75 75 10
2 13 - 400 - - - 1000 - - - -
14 - - - - 600 - - - - 30
15 - - - 500 - - - - - -
16 - 400 - - - - - - - -
18 - - - - 700 - 400 - - -
19 - 450 - - - - - - - -
20 - - 1000 - - - - - - -
22 - 450 - - 800 - - - - -
23 - - - - - - - 100 100 60
Total tahun 2 0 1.700 1.000 500 2.100 1.000 400 100 100 90
3 26 - 1.000 - - 1.000 1.500 - - - -
27 - - 1.000 - - - - - - -
30 - 800 - - 1.000 - -(*) - - -
31 - - - - - - - 100 100 100
34 - 700 - - 1.000 - - - - -
Total Tahun 3 0 2.500 1.000 0 3.000 1.500 0 100 100 100
Catatan :
a. Campuran Starter = 77,5 % Kaptan + 12,5 % RP + 5 % CuSO4 + 5%
ZnSO4.
b. Semua pupuk dicampur sampai diperoleh campuran homogen.
SMG/MCAR/Agt 2003 No. Revisi : 01 Tgl. Berlaku : 01/08/03 Hal. 138 dari 204
7.2.2. Cara Aplikasi
Pupuk disebar merata 20 cm dari pangkal tanaman sampai ke proyeksi
ujung pelepah agar penyerapannya maksimum
Pemberian pupuk mikro harus sesuai dengan dosis yang
direkomendasikan, disebarkan merata pada jarak 20 – 50 cm dari pangkal
batang di sekeliling pohon, dan tidak boleh mengenai daun kelapa sawit.
Dosis
Waktu Jenis pupuk Cara aplikasi
(kg/ha)
Pada saat tanam RP 9,5 Dicampur dengan benih
Diecer merata dalam
1 Bulan setelah tanam NPK 15:15:6:4+TE 25
barisan kacangan
Diecer merata dalam
2 Bulan setelah tanam NPK 15:15:6:4+TE 25
barisan kacangan
4 Bulan setelah tanam TSP 30 Disebar di atas kacangan
7 Bulan setelah tanam TSP 60 Disebar di atas kacangan
7.3. PEMUPUKAN TM
Pemupukan TM dilakukan untuk memenuhi kebutuhan hara tanaman
guna menunjang pertumbuhan untuk mencapai produksi yang optimal,
serta ketahanan terhadap hama dan penyakit. Pemupukan memerlukan
biaya yang sangat besar, oleh karena itu dalam pelaksanaannya
diperlukan perhatian dan pengawasan yang baik.
SMG/MCAR/Agt 2003 No. Revisi : 01 Tgl. Berlaku : 01/08/03 Hal. 139 dari 204
7.3.1. Pembuatan Rekomendasi Pemupukan
Rekomendasi pemupukan TM dibuat setiap tahun oleh SMARTRI.
7.3.1.2. Leaf sampling unit (LSU) dan pengiriman contoh daun ke LIBZ
Leaf sampling unit dilakukan oleh kebun yang dikoordinasikan dengan
SMARTRI setiap tahun sekali. Pada kondisi normal waktu pelaksanaan
LSU sekitar 2 – 3 bulan setelah pemupukan semester I dilakukan. Blok-
blok LSU ditentukan oleh SMARTRI. Daun diambil pada pelepah ke-17.
Tenaga kerja disediakan oleh kebun sebanyak 2 HK per LSU dan dilatih
oleh SMARTRI. Pengawasan dilakukan bersama oleh Kebun dan
SMARTRI. Sample LSU dikirim ke LIBZ.
SMG/MCAR/Agt 2003 No. Revisi : 01 Tgl. Berlaku : 01/08/03 Hal. 140 dari 204
Tabel 7.3.1.4. Data tanaman untuk rekomendasi pemupukan
Region :………………… Kebun : ………………………
Kelompok/Rencana pemupukan tahun….
Tanah Tanah Kondisi tanah Posisi lahan
Div No Blok Thn Luas Asal Jml Pop/ mineral gambut JJK JJK LA
compl tnm blok bibit phn ha Psw Non Psw Non pasir Lempung In Low th th
/liat land land
Pada saat curah hujan rendah dan musim kering, maka aplikasi pupuk
harus mempertimbangkan frekuensi curah hujan dengan ketentuan :
a. Pemupukan harus dihentikan segera apabila 7 hari berturut-turut tidak
terjadi hujan
b. Pemupukan dapat dilanjutkan segera apabila terdapat minimal 2 hari
hujan dengan curah hujan 25 mm atau 1 hari hujan dengan curah
hujan 50 mm dalam kurun waktu 7 hari berturut-turut.
c. Pemupukan harus dihentikan kembali apabila:
• Untuk urea, segera bila tidak ada hujan dalam 3 hari berturut-turut
• Untuk pupuk MOP, kieserite, pupuk mikro segera setelah 7 hari
berturut-turut tidak hujan.
Catatan :
Pupuk rock phosphate, super phosphate, dan super dolomit dapat
diaplikasikan karena tidak terjadi penguapan.
SMG/MCAR/Agt 2003 No. Revisi : 01 Tgl. Berlaku : 01/08/03 Hal. 142 dari 204
7.3.3.1. Waktu aplikasi pupuk yang saling antagonis
a. Pupuk ammonium (N) dan pupuk alkalis
Pupuk ammonium seperti urea, ammonium sulphate, ammonium
chloride, dan ammonium nitrate harus diaplikasi sekitar 4 minggu
sebelum aplikasi pupuk alkalis seperti super dolomite maupun TSP.
Aplikasi secara bersamaan dari pupuk ini pada tempat yang sama
akan mengakibatkan hilangnya nitrogen karena penguapan. Interval
pemupukan tidak diperlukan jika pemberian ammonium dan alkalis
tidak diaplikasi pada tempat yang sama seperti pada areal piringan
dan gawangan mati yang sudah terpisah dan tidak akan
mengakibatkan antagonis.
b. Pupuk potassium (K) dan magnesium (Mg)
Pupuk potassium seperti muriate of potash (MOP/KCl) dan sulphate of
potash (ZK) tidak bisa diaplikasi secara bersamaan dengan pupuk
magnesium seperti kieserite atau super dolomite karena adanya
pengaruh yang antagonis antara K dan Mg serta antara K dan Ca
(kalsium dalam bentuk kapur pertanian/kaptan). Untuk mengurangi
pengaruh antagonis pupuk ini diperlukan waktu sekitar 3 minggu.
Apabila memungkinkan, pupuk K harus diberikan terlebih dahulu.
7.4.1.1. Manfaat
SMG/MCAR/Agt 2003 No. Revisi : 01 Tgl. Berlaku : 01/08/03 Hal. 143 dari 204
a. Manfaat dari aspek kimia tanah, sumber hara tanaman dan bahan
organik tanah.
b. Manfaat dari aspek biologi tanah, media tumbuh bagi mikroorganisme
pengurai di dalam tanah dan menambah keragaman hayati serta
mampu merangsang pertumbuhan akar-akar baru tanaman
c. Manfaat fisik tanah, media konservasi tanah guna mencegah resiko
erosi dan meningkatkan kemampuan menyimpan air tanah (water
holding capacity)
SMG/MCAR/Agt 2003 No. Revisi : 01 Tgl. Berlaku : 01/08/03 Hal. 144 dari 204
7.4.1.3. Dosis dan frekuensi
Dosis aplikasi TKS pada TBM dan TM :
a. Pada TBM dosis rekomendasi per pohon per tahun sebesar 200 kg
TKS dan ditambahkan pupuk 500 g urea di atas TKS segera setelah
aplikasi dilakukan. Aplikasi harus dilakukan satu lapis di sekitar
piringan tanaman mulai sekitar 30 cm dari pangkal batang kelapa
sawit.
b. Pada TM dosis aplikasi TKS dan pupuk anorganik tambahan
dibedakan berdasarkan kondisi tanahnya. Pada situasi normal, aplikasi
tandan kosong mengikuti Tabel 7.4.1.3.
Pada situasi yang tidak memungkinkan aplikasi secara normal, agar
dihubungi SMARTRI.
Tabel 7.4.1.3. Dosis dan fekuensi aplikasi TKS dan pupuk nitrogen serta
fosfat
Sifat Dosis Pupuk N dan P
Tekstur Frek.
bahan (ton/ (kg/pohon) Keterangan
tanah aplikasi
induk ha) Urea RP DAP
60 2 Th 1,00 1,50 - Siak, Kampar,
SClL - Indragiri, Babel-
Masam
SL 30 1 Th 0,50 0,75 - Kalteng-Kalbar non
pasir
Kalsel areal berkapur
Basa,
1,60 - 1,00 (SNKE, SCNE,
Mg
BKPE, SPNE, SKPE)
Cl dan/atau 60 2 Th
Kalsel non kapur
Ca
1,75 1,50 - (SPNE, SKPE,
tinggi
BAME, BMLE, TLTE)
Lampung,
Palembang, Jambi,
Cl Masam 60 2 Th 0,75 0,50 -
Sumut non pasir,
Papua, Kaltim
Sumut Pasir, Babel
Sangat
S - LS 40 1 Th 1,30 1,50 - Pasir, Kalteng pasir,
masam
Kalbar pasir
Keterangan :
Pada lokasi yang direkomendasikan pupuk RP, apabila tanaman berumur
< 7 tahun maka :
Jika merupakan areal bukaan baru, RP dikonversi dengan TSP
Jika merupakan areal replanting, konversi RP ke TSP disesuaikan
dengan kadar P di daun
SMG/MCAR/Agt 2003 No. Revisi : 01 Tgl. Berlaku : 01/08/03 Hal. 145 dari 204
S = Pasir; SL = Lempung berpasir; SClL = Lempung liat berpasir;
Cl = Liat
Dosis pupuk tambahan Mg, B, dan Cu sesuai dengan rekomendasi
SMG/MCAR/Agt 2003 No. Revisi : 01 Tgl. Berlaku : 01/08/03 Hal. 146 dari 204
e. TKS yang diecer dengan EBS yang masih berupa tumpukan harus
diratakan menjadi satu lapis secara manual
f. Pupuk urea dan fosfat diaplikasikan merata secara manual di atas TKS
sesuai dengan dosisnya (lihat Bab 7.4.1.3).
SMG/MCAR/Agt 2003 No. Revisi : 01 Tgl. Berlaku : 01/08/03 Hal. 147 dari 204
7.4.2. Aplikasi Kompos dari Tandan Kosong
Kompos merupakan pemanfaatan lain dari tandan kosong setelah melalui
proses dekomposisi sehingga terjadi penurunan bobot dan volume dari
tandan kosong tanpa mengurangi potensi hara yang terkandung di
dalamnya. Kompos yang dihasilkan sekitar 20 % dari TKS. Setiap periode
produksi kompos, JLTZ harus melakukan sampling terhadap kompos
yang sudah matang dan mengirimkannya ke LIBZ untuk dianalisa
nutrisinya.
7.4.2.1. Manfaat
Penjelasan lihat Bab 7.4.1.1.
SMG/MCAR/Agt 2003 No. Revisi : 01 Tgl. Berlaku : 01/08/03 Hal. 148 dari 204
Gambar 7.4.2. Pembuatan kompos tandan kosong di plate form (gambar
Kiri) dan aplikasi kompos di antara dua pohon (gambar
kanan)
7.4.3.1. Manfaat
Sumber hara tanaman dan dapat meningkatkan pH tanah karena sifatnya
yang alkalis (manfaat kimia tanah)
SMG/MCAR/Agt 2003 No. Revisi : 01 Tgl. Berlaku : 01/08/03 Hal. 149 dari 204
Tabel 7.4.3.2. Kandungan hara abu tandan (kadar air 11 %)
7.4.4.1. Manfaat
a. Manfaat ditinjau dari aspek kimia tanah sebagai sumber hara tanaman,
air, dan bahan organik tanah
SMG/MCAR/Agt 2003 No. Revisi : 01 Tgl. Berlaku : 01/08/03 Hal. 150 dari 204
b. Manfaat ditinjau dari aspek biologi tanah sebagai media tumbuh bagi
mikroorganisme pengurai di dalam tanah
SMG/MCAR/Agt 2003 No. Revisi : 01 Tgl. Berlaku : 01/08/03 Hal. 151 dari 204
a. Limbah cair PKS diaplikasikan di tanah mineral non pasir yang
bertopografi datar hingga agak bergelombang. Tanah pasir serta
gambut tidak direkomendasikan
b. Areal aplikasi harus memiliki kedalaman air tanah > 75 cm dari
permukaan tanah.
c. Blok-blok yang banyak dilalui oleh parit dan sungai serta rendahan
tidak direkomendasikan untuk diaplikasi limbah cair
d. Limbah cair PKS dialirkan melalui pipa utama dan pipa distribusi ke
dalam blok-blok yang sudah ditentukan
e. Seorang mandor bertugas mengelola aplikasi limbah cair dan
mengkomunikasikan waktu aplikasi dengan operator mesin pompa di
PKS.
f. Aplikasi limbah cair PKS dilakukan secara jalur per jalur di dalam blok
di bawah pengawasan seorang pekerja. Apabila menggunakan sistem
gravitasi, maka harus dipastikan bahwa flatbed terjauh telah
teraplikasi.
g. Pada saat bersamaan dapat dilakukan aplikasi beberapa jalur
bergantung kepada jarak dan tekanan air yang keluar dari pipa
distribusi. Tekanan yang terlalu besar harus dikurangi dengan cara
membuka jalur aplikasi lainnya agar pipa distribusi tidak pecah.
Sebaliknya apabila tekanan terlalu kecil maka aplikasi hanya
dikerjakan pada jalur-jalur yang berdekatan saja untuk meningkatkan
prestasi aplikasi yang diperoleh
h. Lamanya jam operasi bergantung kepada debit yang keluar dari pipa
distribusi yang ditentukan oleh jarak dan kapasitas pompa
i. Aplikasi pada flatbed yang berdekatan dengan badan air, seperti parit
dan sungai, harus dilakukan secara hati-hati. Beberapa hal yang harus
diperhatikan :
Menaikkan tanggul pembatas pada flatbed yang berdekatan
dengan badan air.
Memastikan bahwa masih ada jarak atau sisa tempat di dalam
flatbed yang tidak terisi dengan limbah cair, sebagai cadangan
apabila turun hujan dengan intensitas yang tinggi.
j. Setelah aplikasi, seluruh peralatan pendukung seperti putaran kran air
harus dilepas dan disimpan di tempat yang aman.
SMG/MCAR/Agt 2003 No. Revisi : 01 Tgl. Berlaku : 01/08/03 Hal. 152 dari 204
7.4.4.6. Kebutuhan areal aplikasi
Luas areal aplikasi LCPKS dihitung dengan persamaan
= Rerata produksi TBS olah per tahun x 55 %
Dosis LCPKS
misal : = 60 ton/jam x 20 jam x 288 hari/tahun x 55 %
375 m3 /ha/tahun
= 507 ha
SMG/MCAR/Agt 2003 No. Revisi : 01 Tgl. Berlaku : 01/08/03 Hal. 153 dari 204
Kedalaman efektif rata-rata - 0,125 m (12,5 cm) dengan overflow
Lebar flatbed -2m
Kapasitas efektif per flatbed = panjang x lebar x kedalaman efektif
= 3 x 2 x 0,125
= 0,75 m3
Jumlah flatbed yang dibutuhkan per ha aplikasi :
= Dosis / ha / rotasi
Kapasitas efektif per flatbed
= 125 m3
0,75m3
= 166,6
= 167 flatbed
Apabila kerapatan tanaman 136 pohon/ha dengan jarak antara pohon
9,2 m dan jarak tegak lurus antar baris 7,97 m, jumlah jarak gawangan
mati :
= 10.000 m
2 (7,97) m
= 10.000
15,94
= 627,4 m (atau 627,4 m = 2,09 baris)
300 m
Total jarak panjang sejumlah flatbed / ha = 167 flatbed x 3 m panjang =
501 m
Sisa jarak panjang gawang mati non flatbed = 627,4 – 501 m = 126,4 m
Jarak antar flatbed biasanya 0,5 m (50 cm) dan flatbed perlu di spasi 3
– 4 m dari jalan collection dan jalan kontrol di pertengahan blok.
SMG/MCAR/Agt 2003 No. Revisi : 01 Tgl. Berlaku : 01/08/03 Hal. 154 dari 204
7.5. UNSUR HARA DAN GEJALA DEFISIENSI PADA TANAMAN
7.5.1. Nitrogen (N)
Nitrogen sangat berperan dalam pertumbuhan tanaman pada proses
pembentukan protein, sintesa klorofil, dan fotosintesa. Tanaman
mengambil nitrogen dari tanah dalam bentuk nitrate (NO3-) dan
ammonium (NH4+).
SMG/MCAR/Agt 2003 No. Revisi : 01 Tgl. Berlaku : 01/08/03 Hal. 155 dari 204
a. Mengendalikan secara dini tumbuhan yang bersifat kompetitor bagi
tanaman kelapa sawit dan melakukan perawatan tanaman kacangan
b. Memperbaiki drainase
c. Meningkatkan bahan organik tanah.
d. Meningkatkan ketersediaan nitrogen tanah secara bioteknologi
e. Mencegah terjadinya aliran permukaan dan erosi
f. Mengaplikasikan pupuk secara tepat (jenis pupuk, dosis, cara, dan
waktu aplikasi)
g. Monitoring dengan pengambilan contoh daun
SMG/MCAR/Agt 2003 No. Revisi : 01 Tgl. Berlaku : 01/08/03 Hal. 156 dari 204
A. Tanaman normal (tinggi : 9 m) B. Tanaman defisiensi P (tinggi : 3 m)
SMG/MCAR/Agt 2003 No. Revisi : 01 Tgl. Berlaku : 01/08/03 Hal. 157 dari 204
Gejala orange spotting berupa bercak-bercak berwarna orange yang
mengkilat dan meneruskan cahaya pada anak daun.
Di lapang harus dibedakan adanya gejala confluent orange spotting akibat
genetis dan akibat defisiensi K dengan memperhatikan adanya
kemampuan untuk meneruskan cahaya matahari.
Gejala mid crown yellowing ditandai dengan berkembangnya gejala
nekrosis warna coklat kekuningan yang tidak cerah. Bercak kecil yang
mengalami klorosis ini berkembang keseluruhan daun yang selanjutnya
terbentuk pita berwarna kuning di sisi helaian daun. Pada gejala
defisiensi K yang berat, mid crown yellowing dan conffluent orange
spotting sering muncul secara bersamaan.
SMG/MCAR/Agt 2003 No. Revisi : 01 Tgl. Berlaku : 01/08/03 Hal. 158 dari 204
7.5.4. Magnesium (Mg)
Magnesium merupakan kation divalen berukuran kecil serta memiliki sifat
elektropositive yang berperan dalam proses pembentukan klorofil,
aktivator enzim dan transfer energi, serta mengendalikan tingkat
kemasaman (pH) dalam sel.
SMG/MCAR/Agt 2003 No. Revisi : 01 Tgl. Berlaku : 01/08/03 Hal. 159 dari 204
e. Aplikasi pupuk Mg yang tidak tepat dosis, cara, dan waktu aplikasi.
SMG/MCAR/Agt 2003 No. Revisi : 01 Tgl. Berlaku : 01/08/03 Hal. 160 dari 204
7.5.5.2. Penyebab defisiensi Cu
Gejala defisiensi Cu dapat disebabkan oleh beberapa faktor :
a. Kandungan Cu dalam tanah yang rendah, misalnya tanah pasir dan
tanah gambut
b. Ketidakseimbangan antara P : Cu .
c. Tanah berkapur (Ca)
d. Aplikasi pupuk yang tidak tepat dosis, cara, dan waktu aplikasi.
SMG/MCAR/Agt 2003 No. Revisi : 01 Tgl. Berlaku : 01/08/03 Hal. 161 dari 204
Gambar 7.5.6. Gejala defisiensi Fe
SMG/MCAR/Agt 2003 No. Revisi : 01 Tgl. Berlaku : 01/08/03 Hal. 162 dari 204
Defisiensi dimulai dari pelepah atas yang ditandai dengan satu atau
beberapa gejala berikut : daun mengkerut (crinkled leaf), ujung daun
membentuk mata pancing (hooked leaf), fish leaf, little Leaf, pemendekan
ukuran daun muda yang menunjukkan kondisi yang khas yaitu rata bagian
atas (flat top) dan ujung pelepah seperti terputus (blind leaf).
Anak daun menjadi rapat, daun menjadi mudah patah, kadang-kadang
disertai white stripe. Apabila dibiarkan dalam jangka waktu lama atau
tidak tertangani secara tepat, maka tanaman akan menjadi kerdil.
SMG/MCAR/Agt 2003 No. Revisi : 01 Tgl. Berlaku : 01/08/03 Hal. 163 dari 204
7.5.8. Pengamatan Defisiensi di Lapangan
Pengamatan defisiensi di lapang dilakukan setiap tahun oleh kebun
terhadap gejala defisiensi yang terlihat secara jelas di lapang, seperti
defisiensi Mg, K, N, Fe, Cu, B. SMARTRI memberikan penyegaran
kepada tenaga pengamat gejala defisiensi setiap tahun bersamaan
dengan kegiatan LSU.
Hasil sensus defisiensi berupa informasi jenis, luas, dan kategori
defisiensi diinformasikan kepada SMARTRI. Berdasarkan data tersebut,
SMARTRI bersama pihak kebun melakukan peninjauan lapangan. Hasil
peninjauan berupa rekomendasi perbaikan sesuai dengan kondisinya.
Pada saat melakukan LSU, gejala defisiensi merupakan salah satu
informasi yang harus dicantumkan pada formulir pengamatan. Informasi
ini akan dicek kembali sebelum melakukan penyusunan rekomendasi
pemupukan.
SMG/MCAR/Agt 2003 No. Revisi : 01 Tgl. Berlaku : 01/08/03 Hal. 164 dari 204
7.6. JENIS DAN SIFAT BEBERAPA PUPUK
Penggolongan pupuk dapat didasarkan pada beberapa hal:
a. Kebutuhan tanaman
Pupuk makro dan pupuk mikro.
Pupuk makro adalah pupuk yang mengandung unsur hara yang
dibutuhkan tanaman dalam jumlah banyak, yaitu nitrogen (N), fosfor
(P), kalium (K), dan magnesium (Mg). Sedangkan pupuk mikro adalah
pupuk yang mengandung unsur hara yang dibutuhkan tanaman dalam
jumlah sedikit, yaitu boron (B), copper (Cu), zinc (Zn), dan ferrum (Fe).
b. Kandungan hara
Pupuk tunggal dan pupuk majemuk.
Pupuk tunggal adalah pupuk yang hanya mengandung satu jenis
unsur hara makro. Sedangkan pupuk majemuk adalah pupuk yang
mengandung lebih dari satu macam unsur hara makro.
c. Jenis hara
Pupuk nitrogen, pupuk fosfat, pupuk kalium, pupuk magnesium, pupuk
NPK, dan lain-lain. Pupuk nitrogen adalah pupuk yang mengandung
unsur nitrogen, dan lain-lain.
d. Sumbernya
Pupuk alam dan pupuk buatan. Pupuk alam adalah pupuk yang
diambil langsung dari alam sebagai bahan tambang tanpa adanya
proses kimiawi. Sedangkan pupuk buatan adalah pupuk yang
dihasilkan dari proses kimiawi.
e. Reaksi di dalam tanah
Penggolongan berdasarkan pada pengaruh pupuk terhadap sifat
kemasaman tanah. Pupuk bersifat masam, basa, dan netral.
f. Senyawa kimia
Jenis pupuk Rumus Kadar hara Reaksi Bentuk Warna Kelarutan Higroskopisitas
kimia utama kemasaman dalam air
SMG/MCAR/Agt 2003 No. Revisi : 01 Tgl. Berlaku : 01/08/03 Hal. 165 dari 204
UREA (NH2)2CO 42 – 46% N Sedikit Kristral dan Putih Mudah larut Higroskopis pada
masam butir kelembaban nisbi
73%
ZA (NH4)2SO4 20 – 21% N Masam Kristal dan Putih kelam Mudah larut Higroskopis pada
(Zwavelzure dan berbau tir sampai putih kelembaban nisbi
Ammoniak)/ kekuningan 80%
21 – 27% S
Ammonium
sulfat
Natrium NaNO3 16 % N dan Netral Kristal Berbagai Mudah larut Higroskopis pada
nitrat (NN) 26% Na sampai basa warna: merah, kelembaban nisbi
kuning, kelabu, 72%
dan ungu
TSP (Triple Ca(H2PO4) 44-48% P2O5 Netral Butiran Abu-abu Dapat larut Tidak higroskopis
super .H2O
2 (granul)
phosphate)
Fosfat Alam Ca3(PO4)2 Sangat Netral Tepung Tergantung Kelarutan Tidak higroskopis
(RP=Rock beragam sampai basa (serbuk) sumbernya. sangat
phosphate) tergantung Abu-abu rendah
sumbernya. keputihan,
25 – 38% merah
P2O5 kecoklatan
Kalium KCl 60 – 62% Netral Kristal Merah, putih Dapat larut Kurang
Chlorida K2O, dan 47 sampai agak kotor higroskopis, pada
(MOP=Muria % Cl masam kelembaban nisbi
te of potash) 84%
Kalium Sulfat K2SO4 49-53% K2O Netral Kristal Putih keabu- Dapat larut Kurang higroskopis
(ZK=Zwavelz sampai agak abuan
ure Kali) masam
Kieserite MgSO4.H2 27% MgO dan Agak masam Tergantung Putih keabu- Tergantung Tidak higroskopis
O 23% S sumbernya: abuan, atau sumbernya:
Kristal dan putih Agak sukar
tepung larut sampai
dapat larut
Dolomite CaMg(CO 18-22% MgO, Basa Tepung Putih atau putih Sukar larut Tidak higroskopis
3)2 dan 40% CaO keabu-abuan
HGFB Na2B4O7.5 45% B2O5 Kristal Putih kotor Mudah larut Higroskopis
H2O
Copper CuSO4, 25,5% Cu dan Masam Kristal Biru Mudah larut Higroskopis
5H2O 12,8% S
Zinc ZnSO4, 36% Zn Masam Kristal Mudah larut Higroskopis
H2O
Ferrum FeSO4, 19% Fe Masam Kristal Mudah larut Higroskopis
7H2O
15:15:6:4 15%N, Netral Butir (granul) Coklat Mudah larut Agak higroskopis
15%P2O5, 6% sampai agak Kemerahan
K2O, 4% MgO masam
12:12:17:2 12%N, Netral Butir (granul) Merah Mudah larut Agak higroskopis
12%P2O5, sampai Agak Kecoklatan
17%K2O, Masam
2%MgO
13:6:27:4:0.6 13%N, Butir (granul) Mudah larut Agak higroskopis
5B 6%P2O5,
27%K2O,
4%MgO,
0.65% B
SMG/MCAR/Agt 2003 No. Revisi : 01 Tgl. Berlaku : 01/08/03 Hal. 166 dari 204
7.6.2. Pencampuran Beberapa Jenis Pupuk
Untuk menghemat biaya penaburan pupuk, pada prinsipnya beberapa
pupuk tunggal dapat dicampur dengan memperhatikan sifat-sifat pupuk,
baik fisik maupun kimia (Gambar 7.6.2.)
7. Kalsium Sianida
Keterangan:
Pupuk dapat dicampur
Pupuk hanya dapat dicampur jika segera ditabur
Pupuk tidak dapat dicampur sama sekali
SMG/MCAR/Agt 2003 No. Revisi : 01 Tgl. Berlaku : 01/08/03 Hal. 167 dari 204
7.6.3.1. Konversi hara
SMG/MCAR/Agt 2003 No. Revisi : 01 Tgl. Berlaku : 01/08/03 Hal. 168 dari 204
7.7. SAMPLING PUPUK
Pupuk yang telah datang di gudang central harus dilakukan sampling
untuk dianalisa di laboratorium agar diketahui kandungannya. Contoh
pupuk yang diambil harus benar – benar mewakili
SMG/MCAR/Agt 2003 No. Revisi : 01 Tgl. Berlaku : 01/08/03 Hal. 169 dari 204
i. Contoh pupuk dikirim Ke SMARTRI Libo. Di masa yang akan datang,
jika pada suatu lokasi terdapat laboratorium PKS yang telah mampu
menganalisa hara pupuk, maka contoh pupuk dikirim ke laboratorium
tersebut.
SMG/MCAR/Agt 2003 No. Revisi : 01 Tgl. Berlaku : 01/08/03 Hal. 170 dari 204
SINAR MAS GROUP
DIVISI AGRIBISNIS
MANAGEMENT COMMITTEE AGRONOMY AND RESEARCH
Diperiksa DMDA
Disetujui MD OPS
8. PEMELIHARAAN TANAMAN BELUM MENGHASILKAN
SMG/MCAR/Agt 2003 No. Revisi : 01 Tgl. Berlaku : 01/08/03 Hal. 171 dari 204
Pada saat dimulai kastrasi pada bulan ke 14 dan 18, maka untuk kegiatan
kastrasi bunga betina yang ada di pohon non produktif (Ss1 s/d Ss4) tidak
dibuang.
Sensus tanaman produksi rendah (low yielding) dilakukan 4 kali pada
umur 14, 17, 20 dan 23 bulan setelah tanam dengan cara :
a. Sensus pertama pada umur 14 bulan (Ss1)
Pohon yang berbunga betina < 4 diberi tanda dot pada pelepah ke tiga
dengan warna putih.
b. Sensus kedua pada umur 17 bulan (Ss2)
Pohon hasil Ss1 dilihat kembali, dan apabila jumlah bunga betina < 3,
maka diberi tanda dot pada pelepah yang sama sehingga jumlah
dotnya ada dua.
c. Sensus ketiga umur 20 bulan (Ss3)
Pohon hasil sensus Ss2 dilihat kembali, dan apabila jumlah bunga
betina < 3, maka diberi tanda dot lagi, sehingga jumlah dot ada tiga.
d. Sensus keempat pada umur 23 bulan (Ss4)
Pohon hasil sensus Ss3 dilihat kembali, dan apabila jumlah bunga
betina < 3, maka diberi tanda dengan dot lagi, sehingga jumlah dot ada
empat.
Pohon-pohon hasil sensus keempat dengan tanda dot 4 dianggap
tanaman tidak produktif dan harus dilakukan pembongkaran dan
penyisipan pada 3 bulan berikutnya (pohon umur 26 bulan).
SMG/MCAR/Agt 2003 No. Revisi : 01 Tgl. Berlaku : 01/08/03 Hal. 172 dari 204
8.2.1. Jadwal Pengukuran Panjang Pelepah
SMG/MCAR/Agt 2003 No. Revisi : 01 Tgl. Berlaku : 01/08/03 Hal. 173 dari 204
Gambar 8.2.2.b. Pengukuran pelepah dilakukan mulai titik A sampai ke
titik C
titik A
Panjang pelepah
titik C
titik B
SMG/MCAR/Agt 2003 No. Revisi : 01 Tgl. Berlaku : 01/08/03 Hal. 174 dari 204
Gambar 8.2.3. Posisi pohon contoh pengukuran panjang pelepah per blok
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
13
14
15
16
17
18
19
20
21
22
23
24
25
26
27
28
29
30
31
32
33
34
35
36
37
38
39
40
41
42
43
44
45
46
47
48
49
50
51
52
53
54
55
56
57
58
59
60
61
62
63
64
65
66
67
68
69
70
71
72
73
74
75
76
77
78
79
Penentuan pohon yang akan diukur dilakukan per 10 baris. Dimulai dari
baris ke 10 pohon ke 5 dari pinggir jalan, dilanjutkan pohon ke 15 dan
pohon ke 25. Untuk baris ke 20 dimulai pohon ke 10 dari pinggir jalan,
dilanjutkan pohon ke 20 dan 30. Penentuan pohon pada baris ke 30
diambil seperti pohon pada baris ke 10 dan baris ke 40 seperti di baris ke
20 dan demikian seterusnya.
SMG/MCAR/Agt 2003 No. Revisi : 01 Tgl. Berlaku : 01/08/03 Hal. 175 dari 204
Pohon yang diukur harus pohon normal dan bukan sisipan. Apabila
pohon yang akan diukur terletak pada titik kosong atau abnormal/sisipan,
maka pengukuran dilakukan pada pohon normal di sebelahnya dalam
barisan.
Bulan sesudah penanaman Pelepah yang akan diukur Tenaga kerja (tim/blok)
6 3 0,50
12 3 dan 9 0,50
18 3 dan 9 0,75
24 9 dan 17 0,75
Catatan : Satu tim = 1 mandor dan 1 pekerja
Satu blok = 30 ha
SMG/MCAR/Agt 2003 No. Revisi : 01 Tgl. Berlaku : 01/08/03 Hal. 176 dari 204
Tabel 8.2.4. Data hasil pengukuran panjang pelepah
P E N G A M A TA N P A N JA N G P E LE P A H
KEBUN : ………………… B lo k : Team :
D IV IS I : ………………… … … … … … … ..
T a h u n ta n a m : ……………. … … … … … … ..
B u la n ta n a m : ……………. … … … … … … ..
U m u r ta n a m a n : ……………. b u la n
Tanggal : … … … … … … …
Pohon P a n ja n g p e le p a h
B a ris n o . Pohon no. P e le p a h 3 P e le p a h 9 P e le p a h 1 7
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
13
14
15
16
17
18
19
20
21
22
23
24
25
26
27
28
29
30
31
32
33
34
35
36
37
38
39
40
R a ta -ra ta
S ta n d a rd d e v ia s i
SMG/MCAR/Agt 2003 No. Revisi : 01 Tgl. Berlaku : 01/08/03 Hal. 177 dari 204
Gambar 8.2.4. Potensi pertumbuhan panjang pelepah
400
380 Pelepah 3 Pelepah 9 Pelepah
17
360
340
320
Panjang pelepah (cm)
300
Pelepah 17
280 Pelepah 9
260
240
220
Pelepah 3
200
180
160
140
120
100
0 6 12 18 24 30 36
Bulan tanam
400
380 Pelepah 3 Pelepah 9 Pelepah KSE03 - Pelepah 9
17
360
340
320
Panjang pelepah (cm)
300
Pelepah 9
280 Pelepah 17
260
240
220 Pelepah 3 KSE03 - Pelepah 9
200
180
160
140
120
100
0 6 12 18 24 30 36
Bulan tanam
SMG/MCAR/Agt 2003 No. Revisi : 01 Tgl. Berlaku : 01/08/03 Hal. 178 dari 204
8.3.1. Piringan dan Jalan Rintis
Standar pembuatan dan pemeliharaan piringan dan jalan rintis :
a. Piringan bebas dari gulma sampai radius 30 cm di luar tajuk daun atau
maksimal 180 cm dari pohon.
b. Pembuatan jalan rintis dilakukan pada umur tanaman 1 – 12 bulan
dengan ratio 1 : 8, dan waktu tanaman berumur > 12 bulan jalan rintis
dibuat dengan ratio 1 : 2 dengan lebar 1,2 m.
c. Perawatan jalan rintis/tengah (pasar kontrol) dilakukan bersamaan
dengan rawat piringan.
d. Perawatan piringan pada TBM 1 (umur < 12 bulan) sebaiknya manual,
kecuali ada pertimbangan lain.
e. Perawatan piringan kimiawi harus dilakukan hati-hati agar tidak
mengenai pelepah. Sampai umur tanaman 30 bulan, herbisida
Glifosat tidak boleh digunakan.
f. Penentuan jenis herbisida dan alat semprot harus disesuaikan dengan
jenis gulma yang dominan.
8.3.3. Gawangan
Gawangan harus bebas dari gulma kelas C dan anak kayu, sedangkan
gulma yang berguna harus dikendalikan pertumbuhannya . Jenis-jenis
gulma lihat Bab 6.3.
SMG/MCAR/Agt 2003 No. Revisi : 01 Tgl. Berlaku : 01/08/03 Hal. 179 dari 204
Penjelasan lihat Bab 4
8.6. PEMUPUKAN
Penjelasan lihat Bab 7
SMG/MCAR/Agt 2003 No. Revisi : 01 Tgl. Berlaku : 01/08/03 Hal. 180 dari 204
SINAR MAS GROUP
DIVISI AGRIBISNIS
MANAGEMENT COMMITTEE AGRONOMY AND RESEARCH
Diperiksa DMDA
Disetujui MD OPS
9. KEGIATAN MENJELANG PANEN
9.2. KASTRASI
Pada kondisi normal, kastrasi mulai dilakukan untuk tanah kelas I umur
14 bulan, dan kelas II atau seterusnya umur 18 bulan. Kegiatan kastrasi :
a. Membuang bunga betina dengan dodos ukuran maksimal 8 cm dan
disusun di gawangan mati.
SMG/MCAR/Agt 2003 No. Revisi : 01 Tgl. Berlaku : 01/08/03 Hal. 181 dari 204
b. Pada saat dimulai kastrasi di bulan ke 14 dan 18, maka untuk kegiatan
kastrasi bunga betina yang ada di pohon non produktif (Ss1 s/d Ss4)
tidak dibuang.
c. Pada kastrasi rotasi terakhir bunga jantan jangan dibuang, karena
akan digunakan sebagai media pengembangan Elaeidobius
camerunicus.
d. Pada tanah kelas I rotasi kastrasi dimulai umur 14 dan diakhiri pada
umur 20 bulan sedangkan tanah kelas II/III rotasi kastrasi dimulai
umur 18 dan diakhiri pada umur 24 bulan. Kastrasi dilakukan setiap 2
bulan sekali.
e. Tidak ada pemotongan pelepah segar pada saat kastrasi.
9.3 . SANITASI
Untuk mempermudah proses panen dan mendapatkan kondisi buah yang
baik pada saat memulai panen maka diperlukan pekerjaan sanitasi yang
dilakukan 3 atau 4 bulan sebelum panen pertama dimulai. Kegiatan
sanitasi :
a. Membuang tandan Parthenocarpy dan tandan busuk terutama yang
diserang Tirathaba. Tandan tersebut harus diletakkan di gawangan
mati.
b. Membuang semua pelepah kering pada pangkal pohon dan dilarang
memotong pelepah segar.
c. Membersihkan semua sampah di sekitar pohon untuk memudahkan
pengutipan brondol.
SMG/MCAR/Agt 2003 No. Revisi : 01 Tgl. Berlaku : 01/08/03 Hal. 183 dari 204
9.6.3. Tangga-Tangga Panen
Pada areal berbukit yang belum menggunakan sistem teras kontur
diperlukan pembuatan tangga-tangga. Hal – hal yang perlu diperhatikan
:
a. Dipilih lokasi yang tidak terlalu curam dan dibuat miring/zig zag sesuai
kondisi lapangan
b. Dapat membantu kegiatan panen dan perawatan tanaman
c. Jalur tangga-tangga sebaiknya langsung ke CR.
d. Perawatan rutin harus dilakukan pada tangga-tangga yang rusak
akibat erosi.
SMG/MCAR/Agt 2003 No. Revisi : 01 Tgl. Berlaku : 01/08/03 Hal. 184 dari 204
SINAR MAS GROUP
DIVISI AGRIBISNIS
MANAGEMENT COMMITTEE AGRONOMY AND RESEARCH
Diperiksa DMDA
Disetujui MD OPS
10. PEMELIHARAAN TANAMAN MENGHASILKAN
Giant Giant
SMG/MCAR/Agt 2003 No. Revisi : 01 Tgl. Berlaku : 01/08/03 Hal. 185 dari 204
10.4. PEMBERANTASAN LALANG
Kondisi TM harus bebas dari lalang. Apabila masih ditemukan lalang
dalam jumlah sedikit, tindakan yang dilakukan berupa spot spraying dan
wiping.
Penjelasan cara pengendalian lalang lihat Bab 6.
SMG/MCAR/Agt 2003 No. Revisi : 01 Tgl. Berlaku : 01/08/03 Hal. 186 dari 204
Tabel 10.7.1. Jumlah pelepah yang harus dipertahankan
Umur tanaman Lingkaran Jumlah Rotasi/tahun
(tahun) pelepah pelepah/pohon
3-4 7 56 1,0
5-8 6 48 - 52 1,0
9 -12 5 40 - 44 1,3
>12 4 32 - 36 1,3
SMG/MCAR/Agt 2003 No. Revisi : 01 Tgl. Berlaku : 01/08/03 Hal. 187 dari 204
Gambar 10.7. 2. Cara penyusunan pelepah
10.8. PEMUPUKAN
Penjelasan, lihat Bab 7.
SMG/MCAR/Agt 2003 No. Revisi : 01 Tgl. Berlaku : 01/08/03 Hal. 188 dari 204
SINAR MAS GROUP
DIVISI AGRIBISNIS
MANAGEMENT COMMITTEE AGRONOMY AND RESEARCH
Diperiksa DMDA
Disetujui MD OPS
11. PANEN DAN PENGANGKUTAN
Jumlah dan mutu minyak bergantung pada tingkat kematangan buah saat
dipanen. Panen harus menghasilkan tandan buah segar (TBS) pada
kematangan optimum. Pemotongan TBS yang kurang matang akan
mengakibatkan berkurangnya minyak, sedangkan TBS yang terlalu
matang atau busuk akan menghasilkan minyak dengan FFA yang tinggi.
Kedua tugas ini harus dilakukan bersamaan pada hari yang sama.
SMG/MCAR/Agt 2003 No. Revisi : 01 Tgl. Berlaku : 01/08/03 Hal. 189 dari 204
11.1.2. Pengaturan Ancak dan Rotasi Panen
Pembagian ancak panen harus diatur agar mudah dalam pengawasan
pekerjaan panen dan pengangkutan hasil. Areal panen setiap divisi
harus dibagi menjadi 6 bagian ancak yang disesuaikan dengan konsep
rotasi 6 hari dalam satu minggu (7 hari).
Areal TM harus terpanen secara keseluruhan dari Senin sampai Sabtu
dengan rotasi 4 kali per bulan termasuk pada periode panen puncak.
Apabila rotasi panen tidak dapat tercapai sesuai dengan standar, maka
EM harus mengambil kebijaksanaan untuk menambah tenaga panen dan
pembrondol.
SMG/MCAR/Agt 2003 No. Revisi : 01 Tgl. Berlaku : 01/08/03 Hal. 190 dari 204
b. Usia 1 - 2 tahun.
c. Sehat dan berbadan besar berat 200 - 250 kg.
d. Ukuran leher besar dan punggung rata.
e. Kaki depan lebih pendek dari kaki belakang dan tidak berbentuk X
f. Pangkal kaki besar.
Pelatihan diperlukan sekitar 1,5 bulan guna memastikan kerbau dapat
digunakan untuk operasional panen.
SMG/MCAR/Agt 2003 No. Revisi : 01 Tgl. Berlaku : 01/08/03 Hal. 191 dari 204
Menghindarkan kerbau dari bahaya keracunan.
b. Pemeriksaan kesehatan oleh mantri/ dokter hewan :
Kunjungan rutin dilaksanakan sebulan sekali.
Vaksinasi dan pemberian obat cacing diberikan setiap 6 bulan
sekali, vaksin yang selalu digunakan seperti vaksin SE, AE.
SMG/MCAR/Agt 2003 No. Revisi : 01 Tgl. Berlaku : 01/08/03 Hal. 192 dari 204
Pengurus kebun harus menentukan bahwa telah terdapat sistem
pengawasan panen yang memadai di lapangan dan pemeriksaan yang
cukup untuk pencatatan janjang yang terletak di TPH.
SMG/MCAR/Agt 2003 No. Revisi : 01 Tgl. Berlaku : 01/08/03 Hal. 193 dari 204
Tabel 11.3.1. Laporan inspeksi panen kelapa sawit
Diperiksa
Disahkan
Diketahui
Keterangan: 1. …………………………. ………………………..
2. ……………………………………………………
SMG/MCAR/Agt 2003 No. Revisi : 01 Tgl. Berlaku : 01/08/03 Hal. 194 dari 204
11.4. PEMUATAN DAN PENGANGKUTAN TBS.
Pengangkutan TBS ke PKS merupakan sistem kerja berantai mulai
penentuan taksasi, panen dan pengangkutannya.
TBS yang sudah dipanen harus diusahakan diangkut ke PKS pada hari
yang sama, guna mendapatkan mutu minyak yang baik .
11.4.1.3. Komunikasi
Setiap sore Assisten harus melaporkan blok-blok serta besarnya
perkiraan buah (tonase TBS) yang akan dipanen keesokan harinya
kepada EM. Selanjutnya EM meneruskan data tersebut kepada pihak
pengangkutan.
SMG/MCAR/Agt 2003 No. Revisi : 01 Tgl. Berlaku : 01/08/03 Hal. 196 dari 204
a. Egrek
b. Galah bambu untuk tanaman dengan tinggi < 6 m dan galah aluminium
untuk tinggi tanaman > 6 m
c. Kampak, gancu, batu asah dan lain-lain
d. Alat pengangkut : alat pikul, keranjang atau goni pikul, angkong,
kerbau termasuk gerobak dan alat angkut lain yang mungkin dapat
dikembangkan sesuai dengan keadaan lapangan.
e. Ember yang seragam dan karung yang dibelah sebagai alat lapis
brondolan di TPH.
11.6. GRADING
Grading TBS adalah kegiatan menggolongkan buah berdasarkan tingkat
kematangan sesuai dengan standar yang ditentukan perusahaan.
Hasilnya dijadikan sebagai salah satu acuan untuk perbaikan mutu
panen.
Grading dilakukan minimal 10 % dari produksi yang diterima di PKS dan
truk buah yang akan di grading ditentukan melalui undian di pagi hari yang
mewakili semua divisi .
Pada saat grading harus disaksikan oleh petugas dari kebun.
SMG/MCAR/Agt 2003 No. Revisi : 01 Tgl. Berlaku : 01/08/03 Hal. 197 dari 204
Tabel 11.6. Penggolongan kematangan grading TBS.
Kriteria standar minimum buah matang :
Kebun Inti - 2 brondolan lepas per kg berat tandan
Kebun Plasma - 1 brondolan lepas per kg berat tandan
a. Parthenocarpi :
Memiliki lebih dari 75 % total brondolan di permukaan merupakan
buah cengkeh yang tidak terbentuk secara sempurna (parthenocarpi).
Buah berwarna hitam dan tidak mempunyai kandungan minyak
SMG/MCAR/Agt 2003 No. Revisi : 01 Tgl. Berlaku : 01/08/03 Hal. 198 dari 204
Gambar 11.6. Buah abnormal
SMG/MCAR/Agt 2003 No. Revisi : 01 Tgl. Berlaku : 01/08/03 Hal. 199 dari 204
Tabel 11.7. Ramalan produksi TBS
Kebun :………
Bulan :………
Produki aktual Antisipasi Ramalan prod Hari kerja Ramalan Budget
per hari kerja meningkat/menurun per hari kerja Bulan ini produksi produksi
Div. Bulan lalu ton/hari kerja ( +/- ) Bulan ini Bulan ini
10 hari s/d tgl.27 Bulan ini
( ton ) ( ton ) ( ton ) ( hari ) ( ton ) ( ton )
1 2 3 4(2+3) 5 6(4x5) 7
I
II
III
dst..
Total
SMG/MCAR/Agt 2003 No. Revisi : 01 Tgl. Berlaku : 01/08/03 Hal. 200 dari 204
SINAR MAS GROUP
DIVISI AGRIBISNIS
MANAGEMENT COMMITTEE AGRONOMY AND RESEARCH
PENGELOLAAN LINGKUNGAN
Diperiksa DMDA
Disetujui MD OPS
12. PENGELOLAAN LINGKUNGAN
SMG/MCAR/Agt 2003 No. Revisi : 01 Tgl. Berlaku : 01/08/03 Hal. 201 dari 204
12.1.2. Penyusunan Dokumen UKL, UPL
Dasar hukum : KepMen LH . No.12/MENLH/3/1994
SMG/MCAR/Agt 2003 No. Revisi : 01 Tgl. Berlaku : 01/08/03 Hal. 202 dari 204
Tabel 12.2. Dampak lingkungan dan pengelolaannya pada masa
pembangunan kebun
Kegiatan Dampak yang Pengelolaan
ditimbulkan
Transportasi Emisi gas buang, debu Kontrol kendaraan secara berkala, penyiraman
SMG/MCAR/Agt 2003 No. Revisi : 01 Tgl. Berlaku : 01/08/03 Hal. 203 dari 204
Tabel 12.3.1. Dampak lingkungan pada periode operasional kebun
Kegiatan Dampak yang Pengelolaan dampak
ditimbulkan
Transportasi Emisi gas buang, Kontrol kendaraan secara berkala,
debu penyiraman
Kebisingan Perawatan kendaraan secara berkala,
penyuluhan sopir
Kerusakan jalan Perawatan jalan secara berkala
Pemupukan Residu pupuk dan Kontrol penggunaan pestisida, selektif , PHT,
anorganik pestisida
pemberantas
an gulma dan Pencemaran Monitoring kualitas air permukaan RKL, RPL
hama badan air
penyakit Kesehatan Kelengkapan APD dan fasilitas kesehatan
dengan masyarakat
pestisida
Operasional Emisi gas buang Kontrol rutin sesuai RKL, RPL
PKS
Kebisingan Kelengkapan APD
Limbah padat dan Pemanfaatan untuk pupuk di kebun,
cair penampungan sisa oli bekas
Perawatan IPAL, pembuatan kolam
sedimentasi
LA LCPKS Pencemaran Analisa LCPKS rutin sesuai perda LH
tanah, air tanah,
dan air permukaan
Implementasi SMK3
SMG/MCAR/Agt 2003 No. Revisi : 01 Tgl. Berlaku : 01/08/03 Hal. 204 dari 204