DAFTAR ISI
01.01.00.00 PENDAHULUAN ……………………………….…………………………………………………………… 1
01.01.01.00 UMUM ………………………………….……………………………………………………………………….. 1
01.01.01.01 Pengertian ……………………………………………………………………………………………………… 1
01.01.01.02 Maksud dan Latar Belakang ................................................................................ 1
01.01.01.03 Pemilik ................................................................................................................. 1
01.01.01.04 Penerapan ………………………………………………………………………………………………………. 1
01.01.01.05 Pemenuhan …………………………………………………………………………………………………….. 1
01.01.01.06 Persetujuan Khusus …………………………………………………………………………………………. 2
01.01.01.07 Penyimpangan ………………………………………………………………………………………………… 2
01.01.01.08 Evaluasi dan Perbaikan ……………………………………………………………………………………. 2
01.01.02.00 OPERASIONAL PERTAMINA AVIATION …………………………………………………………….. 2
01.01.02.01 Operasi Layanan BBMP ……………………………………………………………………………………. 2
01.01.02.02 Kerja Sama Operasi (KSO) ……………………………………………………………………………….. 2
1
01.01.02.03 Asuransi ………………………………………………………………………………………………………….. 3
:0
y
12
01.01.02.04 Perubahan Operasi Bandara ……………………………………………………………………………. 3
m
nl
01.01.02.05 Pengendalian Stok BBMP ..................................................................................... 3
ja
16
01.01.02.06 Pengelolaan Sarana dan Fasilitas .........................................................................
O 3
20
01.01.02.07 Inspeksi dan Audit ................................................................................................ 3
st
gu
01.01.03.00 VISI, MISI, MOTTO DAN KEBIJAKAN ..................................................................... 3
Au
se
da
lU
en
ta
te
ak
,p
ok
D
nt
t
1
01.03.03.05.03 Sistem Busa ……………………………………………………………………………………………………… 17
:0
y
12
01.03.03.05.04 Sistem Pipa Tegak dan Selang …………………………………………………………………………… 18
m
nl
01.03.03.05.05 Pompa Pemadan Kebakaran …………………………………………………………………………….. 18
ja
16
01.03.03.05.06 Alat Pemadaman Api Ringan (APAR) …………………………………………………………………
O 18
20
01.03.03.05.07 Teknik Pemadaman Api ……………………………………………………………………………………. 19
st
gu
01.03.03.06 Pemeriksaan dan Pengujian APAR ……………………………………………………………………. 20
Au
se
01.03.03.06.01 Pemeriksaan Visual ………………………………………………………………………………………….. 20
3
l0
da
lU
en
ta
te
ak
,p
ok
D
nt
t
1
01.06.02.01 Safety Glasses ………………………………………………………………………………………………….. 33
:0
y
12
01.06.02.02 Face Shield ……………………………………………………………………………………………………….. 33
m
nl
01.06.03.00 PELINDUNG PENDENGARAN …………………………………………………………………………….. 33
ja
16
01.06.03.01 Ear Muff ……………………………………………………………………………………………………………
O 33
20
01.06.03.02 Penyumbat Telinga (Ear Plugs) …………………………………………………………………………. 34
st
gu
01.06.04.00 PELINDUNG TANGAN ……………………………………………………………………………………….. 34
Au
se
01.06.05.00 PELINDUNG KAKI ……………………………………………………………………………………………… 34
3
l0
da
lU
en
ta
te
ak
,p
ok
D
nt
t
1
01.07.01.03.03 Administrasi Penerimaan dengan Kemasan Drum Avgas ………………………………….. 40
:0
y
12
01.07.01.04 Administrasi Penyaluran Produk ………………………………………………………………………. 40
m
nl
01.07.01.04.01 Administrasi Penyaluran Produk Konsinyasi ……………………………………………………… 40
ja
16
01.07.01.04.02 Administrasi Penyaluran dengan Kemasan Drum ……………………………………………..
O 41
20
01.07.01.05 Administrasi Penyerahan BBMP ke Pesawat (Into Plane) …………………………………. 41
st
gu
01.07.01.06 Administrasi Penyerahan Produk ke Bukan Pesawat (Not Into Plane) ………………. 41
Au
se
01.07.01.07 Administrasi Defueling ……………………………………………………………………………………… 41
3
l0
da
lU
en
ta
te
ak
,p
ok
D
nt
t
DAFTAR LAMPIRAN
TERMINOLOGI
1
:0
y
12
m
nl
ja
16
O
20
st
gu
Au
se
3
l0
li
ga
da
lU
ng
en
ta
rk
a
te
ad
na
ak
,p
tid
2)
en
21
um
27
er
(7
ok
o
D
nt
t
ya
In
ud
R
us
Ag
h
le
O
k
ta
e
ic
D
01.01.00.00 PENDAHULUAN
01.01.01.00 UMUM
01.01.01.01 Pengertian
Buku ini diberi nama “PROSEDUR OPERASI DAN PENGENDALIAN MUTU PERTAMINA AVIATION”
disingkat POMPAv yang merupakan dokumen referensi utama dalam operasional penanganan operasi
dan pengendalian mutu Bahan Bakar Minyak Penerbangan (BBMP) di lingkungan PT Pertamina (Persero)
Direktorat Pemasaran dan Niaga. Standar-standar yang dimuat dalam POMPAv ini merupakan standar
minimum yang harus diterapkan di Depot Pengisian Pesawat Udara (DPPU), Terminal Bahan Bakar
Minyak (TBBM) dan Lokasi lain yang dikontrol oleh Pertamina Aviation.
1
:0
4. Buku 4 : Prosedur Pemeliharaan Sarana Fasilitas
y
12
5. Buku 5 : Prosedur Methanol Mixture
m
nl
ja
16
O
20
Dokumen POMPAv ini tersedia dan diterapkan di lingkungan Pertamina Aviation, baik Kantor Pusat,
st
Aviation Region, dan DPPU, serta Terminal Bahan Bakar Minyak dan Lokasi lain yang dikontrol oleh
gu
Pertamina Aviation. Pertamina Aviation tidak menyediakan POMPAv dalam bentuk hardcopy namun
Au
se
3
tersedia dalam bentuk softcopy di folder khusus dan dapat di akses oleh internal Pertamina serta
l0
li
ga
dokumen yang dikendalikan oleh Pav adalah dokumen softcopy pada folder tersebut.
da
lU
ng
en
ta
rk
te
ad
na
ak
,p
tid
Maksud disusunnya buku prosedur ini adalah untuk menyediakan suatu standar prosedur penanganan
2)
en
21
operasi dan pengendalian mutu BBMP yang diterima oleh Pelanggan Penerbangan Domestik dan
um
27
er
Internasional, serta Stakeholder lainnya, sehingga terbentuk kesatuan pemahaman. Latar belakang
(7
ok
disusunnya buku ini adalah pemenuhan terhadap persyaratan pelanggan, kualitas produk, keselamatan,
o
D
nt
t
ya
lingkungan, dan standar operasi internasional dalam pengelolaan bahan bakar minyak penerbangan.
In
ud
R
01.01.01.03 Pemilik
us
Ag
Pemilik dari POMPAv ini adalah Unit Aviation, Direktorat Pemasaran dan Niaga, PT Pertamina (Persero),
h
le
O
yang selanjutnya disebut Pertamina Aviation, yang disingkat menjadi PAv. Otorisasi pengesahan buku
k
ta
pedoman ini dilakukan oleh Direktur Pemasaran dan Niaga, PT Pertamina (Persero). Penanggung jawab
e
ic
isi POMPAv ini adalah Vice President (VP) Aviation, sedangkan pemeliharaan dan perbaikan menjadi
D
01.01.01.04 Penerapan
POMPAv ini diterapkan di seluruh lokasi Direktorat Pemasaran dan Niaga yang menangani BBMP, yaitu
DPPU, Depot/ Instalasi/ Terminal Transit dan Lokasi lain yang dikontrol oleh Pertamina Aviation.
01.01.01.05 Pemenuhan
Pemenuhan adalah kegiatan yang menjamin ketaatan pihak lokasi kepada POMPAv melalui program
inspeksi yang dikelola oleh Fungsi Aviation Product Quality Assurance. Petunjuk untuk program
pemenuhan, peralatan, inspeksi, lembar periksa, dan lain-lain didasarkan kepada dokumen yang
ditetapkan dalam POMPAv.
01.01.01.07 Penyimpangan
Dalam pelaksanaannya, penyimpangan dari standar dan prosedur yang dimuat dalam POMPAv ini
diijinkan dengan didukung oleh dokumen-dokumen antara lain, Pimpinan tertinggi lokasi membuat
memo tertulis kepada Pimpinan tertinggi Aviation wilayah untuk meminta ‘Surat Pengecualian’.
Pimpinan tertinggi Aviation wilayah akan melakukan penilaian (assessment). Assessment tersebut harus
memuat prosedur khusus yang harus diterapkan (contoh: pengisian dilakukan oleh 2 orang jika interlock
tidak berfungsi), Kondisi spesifik lokasi (contoh: pada saat pengisian pesawat A320 yang menggunakan
platform deck, interlock harus tetap berfungsi)
Berdasarkan hasil assessment tersebut, Pimpinan tertinggi Aviation wilayah menentukan dapat/tidaknya
diberikan Surat Pengecualian. Surat Pengecualian tersebut berisi hal-hal berikut:
1
:0
Justifikasi pengecualian sesuai dengan hasil assessment
y
12
Jangka waktu pengecualian
m
nl
ja
Rekomendasi perbaikan
16
O
20
st
01.01.01.08 Evaluasi dan Perbaikan gu
Au
se
Untuk menjaga agar POMPAv senantiasa mengikuti perkembangan teknologi, standar nasional dan
3
l0
internasional, persyaratan dan ketentuan pelanggan penerbangan Domestik dan Internasional, serta
li
ga
da
lU
Stakeholder lainnya, maka minimal sekali dalam 2 (dua) tahun dilakukan evaluasi oleh fungsi Aviation
ng
en
ta
Product Quality Assurance yang dalam pelaksanaanya dapat membentuk Tim. Apabila dipandang perlu,
rk
a
te
ad
maka perbaikan terhadap isi POMPAv dapat dilaksanakan setiap saat dengan menerbitkan Bulletin
na
ak
,p
tid
ok
o
D
nt
t
ya
In
PAv menjalankan operasional layanan pengisian BBMP (ke pesawat dan non-pesawat) di Bandara
us
Ag
1. DPPU dan lokasi yang dikelola dan dikontrol sepenuhnya oleh PAv.
O
k
ta
2. DPPU Kerja Sama Operasi (KSO) yang dikelola oleh Pihak Lain dan dikontrol oleh PAv
e
ic
D
PAv juga menjalankan operasional layanan BBMP (pengisian non-pesawat) yang pelayanannya dilakukan
di TBBM. Ukuran utama operasional, seperti kewajiban inspeksi, pelaporan Incident dan Accident,
asuransi, rugi dan laba, cost per liter, dll ditentukan berdasarkan tipe dari model operasional yang
dipilih. Fungsi Aviation Operation akan mengelola layanan BBMP yang tepat untuk setiap tipe model
operasi yang berbeda-beda.
01.01.02.03 Asuransi
Semua lokasi yang dikontrol oleh PAv harus diasuransikan kepada perusahaan asuransi, meliputi hal-hal
yang ditentukan oleh PAv dan yang dipersyaratkan Pelanggan.
1
:0
y
12
01.01.02.06 Pengelolaan Sarana dan Fasilitas
m
nl
ja
Semua sarana dan fasilitas bergerak dan tidak bergerak yang digunakan untuk menangani BBMP, baik
16
O
20
dalam bentuk curah maupun kemasan, harus memenuhi persyaratan teknis dan terpelihara dengan
st
baik. Semua ketentuan HSSE dan pengendalian mutu BBMP harus ditaati dan tidak dilanggar selama
gu
Au
se
pekerjaan pemeliharaan, perbaikan maupun pengembangan. Semua pekerjaan yang dilaksanakan
3
sendiri atau mitra kerja harus diselesaikan sesuai dengan rencana kerja. Pada saat selesainya pekerjaan
l0
li
ga
pemeliharaan, perbaikan, atau pengembangan Fungsi Pemeliharaan yang bertanggung jawab terhadap
da
lU
ng
en
pekerjaan itu, melaporkan secara tertulis bahwa pekerjaan telah selesai dan dapat dioperasikan.
ta
rk
a
te
ad
na
ak
,p
Semua lokasi harus tunduk kepada program inspeksi dan audit kegiatan operasional yang dilakukan baik
um
27
er
ok
o
D
nt
t
Inspeksi dapat dilakukan kapanpun oleh Pimpinan tertinggi wilayah atau Managemen Pusat dalam
ya
In
ud
mengusung program Management Walk Trough (MWT) untuk memastikan bahwa operasional
R
Audit secara internal dilakukan minimal satu kali dalam satu tahun dengan pemberitahuan terlebih
h
le
dahulu oleh audite atau fungsi yang akan mengaudit. Audit external dapat dilakukan oleh pelanggan,
O
k
Hasil dari Inspeksi, MWT dan Audit internal dan External segera di tindak lanjuti dengan mengisi form
D
tindak lanjut serta evidennya pada portal audit online dan form KTS dilokasi. Semua ketidak sesuaian
harus telah terselesaikan paling lambat 3 bulan sejak di sepakatinya ketidaksesuain tersebut.
01.01.03.01 Visi
Visi PAv adalah Menjadi Pemasar dan Penyedia Layanan Bahan Bakar Minyak Penerbangan Kelas Dunia
dengan Jaringan Global.
01.01.03.02 Misi
Misi PAv adalah :
1. Melakukan usaha dalam bidang pemasaran produk dan layanan BBMP di pasar domestik, regional
dan internasional dengan tujuan untuk menghasilkan nilai tambah bagi stakeholders.
2. Mengutamakan pemenuhan persyaratan pelanggan, kualitas produk, keselamatan, lingkungan, dan
standar operasi internasional dalam pengelolaan usaha
3. Mengelola usaha dengan dukungan sumber daya manusia profesional berdasarkan tata nilai
unggulan dan setara dengan best practice yang diakui dalam industri aviasi internasional
01.01.03.03 Motto
Motto PAv adalah melayani untuk keselamatan penerbangan (To Serve for Safe Flight)
1
yang ditinjau kembali setiap tahunnya atau lebih cepat apabila dipandang perlu. Kebijakan PAv ini
:0
y
12
meliputi :
m
nl
ja
1. Kebijakan Keselamatan dan Kesehatan Kerja, Lindungan Lingkungan dan Mutu,
16
2.
O
20
Kebijakan Alat Pelindung Diri (APD)
st
3. Kebijakan atas Minuman Keras dan Obat-obatan Terlarang gu
Au
se
4. Kebijakan Penggunaan Telepon Selular (Mobile Phone)
3
5. Kebijakan Keamanan
l0
li
ga
da
6.
lU
en
ta
rk
a
te
Kepala lokasi harus memastikan bahwa seluruh tenaga kerja dan pihak terkait di lokasi kerja benar-
ad
na
ak
,p
benar memahami dan tunduk pada Kebijakan PAv. Kebijakan-kebijakan ini tersedia dalam bahasa yang
tid
2)
mudah dipahami, praktis dan dipasang pada tempat yang mudah dilihat di lokasi kerja.
en
21
um
27
er
(7
ok
D
nt
t
ya
In
ud
01.02.01.00 KOMPETENSI
R
us
Ag
Pertamina Aviation berkomitmen untuk menciptakan lingkungan operasi yang aman melalui penerapan
k
ta
program pelatihan yang efektif untuk semua tenaga kerja. Tujuan pelatihan adalah untuk memberikan
e
ic
D
pengetahuan, pemahaman serta keahlian kepada pekerja sesuai tingkatannya, sehingga Pertamina
Aviation dapat dijalankan tanpa menimbulkan kecelakaan manusia, kerusakan aset, melindungi
lingkungan, mencapai peningkatan kinerja berkelanjutan serta memastikan pengembangan yang
berkesinambungan.
Filosofi program pelatihan Pertamina Aviation adalah untuk mengidentifikasi kebutuhan pelatihan inti
yang relevan terhadap peran dan tanggung jawab setiap pekerja. Semua pekerja harus dilatih agar
kompeten dalam menjalankan tugasnya. Untuk melakukan hal ini, setiap tenaga kerja harus diberi
panduan dan instruksi yang sesuai mengenai kegiatan operasional yang aman.
Kompetensi standar Pertamina Aviation untuk aspek operasional DPPU adalah penyediaan serta layanan
produk BBMP. Setiap pekerja harus telah mengikuti program pelatihan dan sertifikasi yang bersifat wajib
(mandatory), yaitu :
a. PACE (Pertamina Aviation Competence and Education), adalah program pelatihan dan pendidikan
yang berisi Kompetensi dasar yang harus dimiliki oleh insan Pertamina Aviation. Peserta akan
mendapatkan pengetahuan dan keterampilan yang diperlukan untuk melakukan operasi dan tugas
teknis secara aman sesuai dengan peran mereka dalam organisasi. Sertifikat PACE berlaku selama 2
(dua) tahun.
b. Sertifikat RDT (Refueling and Defueling Truck), adalah program sertifikasi yang disyaratkan oleh
Undang-Undang Penerbangan, bagi tenaga kerja yang bekerja sebagai operator refueling dan
defueling di lingkungan Bandara. Sertifikat RDT berlaku selama 3 (tiga) tahun.
c. STTK (Sertifikasi Tenaga Teknik Khusus) Aviasi, merupakan program sertifikasi yang disyaratkan
oleh Undang-Undang Minyak dan Gas Bumi bagi Pekerja yang menangani produk minyak dan gas
bumi khususnya produk Aviasi. Sertifikat STTK berlaku selama 4 (empat) tahun.
Program pelatihan dan sertifikasi yang bersifat wajib (mandatory) baik untuk kompetensi dasar aviation
maupun kompetensi dasar korporat secara detail terdapat pada fungsi Human Resorce (HR)
1
:0
y
12
01.02.01.02.01 Pekerja Pertamina Aviation
m
nl
ja
16
Sertifikasi, pelatihan dan penilaian akan disediakan untuk semua pekerja Pertamina Aviation baik di
O
20
Kantor Pusat, Region maupun DPPU, terlepas dari lokasi dan status pekerjaan mereka. Untuk dapat
st
gu
membantu Pekerja baru di PAv dalam memahami aspek operasional dan bisnis, direkomendasikan
Au
se
untuk menjalani orientasi di layanan pengisian bahan bakar di DPPU. Semua Pekerja Pertamina Aviation
3
l0
diwajibkan untuk memahami aspek operasional dan bisnis Pertamina Aviation. Mereka dapat mencapai
li
ga
da
lU
hal ini dengan mengikuti program pelatihan yang relevan dan dilakukan penilaian oleh Manajer terkait
ng
en
ta
masing-masing.
rk
a
te
ad
na
ak
,p
tid
Dalam menjalankan kegiatan operasional, Pertamina Aviation menyerahkan sebagian pekerjaan kepada
27
er
(7
ok
mitra kerja, dikenal dengan Tenaga Kerja Jasa Penunjang, Seluruh pekerja tersebut mempunyai tugas,
o
D
nt
t
tanggung jawab, hak dan kewajiban, kompetensi serta evaluasi yang di atur dalam kontrak antara
ya
In
Persyaratan jabatan di lingkungan PAv mengacu kepada ketentuan yang diberlakukan oleh Fungsi HR
O
k
Pertamina.
ta
e
ic
D
1
yang dipilih oleh fungsi Aviation Product Quality Assurance dengan mempertimbangkan usulan dari
:0
y
12
Region Manager untuk mengikuti pelatihan sebagai Trainer
m
nl
ja
16
Instruktur PACE adalah pekerja yang telah mendapatkan pelatihan “Training Of Trainer” (TOT) yang
O
20
dinyatakan dengan sertifikat dan dapat menjalankan pelatihan menggunakan modul PACE. Secara
st
gu
berkala para instruktur evaluasi dan ditingkatkan kemampuannya melalui program-program
Au
se
li
ga
da
lU
en
ta
rk
Setiap pekerja baru yang akan bekerja dioperasional Pertamina Aviaiton telah mendapatkan pelatihan
a
te
ad
na
ak
pembekalan proses penanganan bahan bakar minyak serta sarana fasilitasnya secara umum, disamping
,p
tid
2)
ketiga program pelatihan wajib yang telah dijelaskan diatas, terdapat program kegiatan “Orientasi
en
21
Lapangan” yang mencakup kegiatan operasional dalam pengangan bahan bakar minyak penerbangan.
um
27
er
(7
ok
o
D
nt
Selain mengikuti pelatihan wajib, seluruh pekerja akan mengikuti pelatihan tambahan untuk aspek
R
us
operasional, HSSE, bisnis dan manajemen sesuai peran dan tugas masing-masing.
Ag
Informasi terperinci mengenai kebutuhan pelatihan bagi setiap pekerja sesuai dengan jabatan dan
h
le
O
Setelah dalam waktu minimal 6 bulan, seorang pekerja tidak bertugas pada kegiatan operasional, maka
pekerja tersebut harus dinilai kembali untuk memastikan bahwa mereka tetap memiliki perilaku yang
sesuai, pengetahuan dan keterampilan untuk melaksanakan tugas mereka dengan benar dan aman.
Pelatihan penyegaran dapat diatur lebih sering untuk memenuhi setiap persyaratan setempat khusus,
atau peraturan yang lebih ketat dari pada peraturan Pertamina Aviation.
1
:0
1.
y
Melakukan langkah-langkah untuk meningkatkan kesadaran pekerja dibawahnya akan hal-hal yang
12
m
nl
berkaitan dengan HSSE secara efektif dan senantiasa menerapkan peningkatan kinerja HSSE yang
ja
berkesinambungan.
16
O
20
2. Melakukan evaluasi kompetensi pekerja akan aspek HSSE dan menyusun rencana training yang
diperlukan untuk pekerja terkait st
gu
Au
se
3. Mengelola rencana tanggap darurat.
3
4. Melaporkan insiden yang meliputi near miss, aktivitas tidak aman, kondisi tidak aman yang dapat
l0
li
ga
da
lU
en
5. Melaporkan Accident atau kecelakaan yang terjadi di lokasi kerja nya yang mengakibatkan
ta
rk
a
te
ad
ak
,p
6. Berperan dalam peninjauan kembali risk assessments untuk memastikan terkendalinya potensi
tid
2)
en
21
gangguan terhadap masyarakat sekitar, pekerja, properti perusahaan dan reputasi perusahaan.
um
27
er
7. Memastikan para pekerja dari mitra kerja yang bekerja di wilayah DPPU dikendalikan dengan
(7
ok
o
8. Membangun komunikasi Keselamatan Kerja dua arah secara efektif di lingkungan kerjanya.
In
ud
9. Memastikan aktivitas di Apron yang dapat secara langsung berpengaruh terhadap HSSE dapat
R
us
10. Melakukan intervensi apabila mengetahui terjadinya pelanggaran dan ketidaksesuaian aspek HSSE.
h
le
O
k
1. Mengambil tanggung jawab HSSE secara personal pada aktivitas kerja sehari-hari dan mengambil
tindakan bilamana di tempat kerja terdapat kondisi tidak aman.
2. Membantu mengamati pelaksanaan kebijakan HSSE Pertamina Avation.
3. Berpartisipasi dalam pelaporan insiden, yang meliputi near misses, aktivitas tidak aman, kondisi
tidak aman yang dapat menjadi potensi terjadinya kecelakaan atau potensi gangguan operasional.
4. Berpartisipasi dalam pelaporan Accident atau kecelakaan yang terjadi di lokasi kerja nya yang
mengakibatkan timbulnya kerugian material maupun gangguan operasional.
5. Membantu Pimpinan tertinggi lokasi DPPU dalam mengatasi isu-isu berkaitan dengan HSSE
6. Melakukan intervensi apabila mengetahui terjadinya pelanggaran dan ketidaksesuaian aspek
Keselamatan Kerja.
1
:0
Quality serta Health, Safety & Environment (QHSE) di DPPU / DPPU Group tersebut melalui mekanisme
y
12
pemberdayaan (empowerment) dan keterlibatan (participation) seluruh pekerja dalam wadah Komite
m
nl
ja
QA & HSE. Surat perintah tersebut berlaku 1 (satu) tahun dan dapat diperpanjang dan atau diubah
16
sesuai keperluan.
O
20
st
Tugas pokok Komite QA & HSE adalah merencanakan, menetapkan, menerapkan, dan mengendalikan
gu
Au
se
program peningkatan kinerja perusahaan dalam aspek QA & HSE sesuai dengan ruang lingkup organisasi
3
dan kegiatannya di lokasi DPPU dan memberikan masukan kepada manajemen mengenai pengelolaan,
l0
li
ga
da
lU
kinerja, serta permasalahan dan atau isu yang relevan dengan kegiatan operasional perusahaan dalam
ng
en
aspek QA & HSE yang tidak dapat diselesaikan pada ruang lingkup organisasi lokasi.
ta
rk
a
te
ad
na
ak
,p
Seluruh Pekerja dan TKJP di DPPU harus diberikan pelatihan tentang Pemadaman Kebakaran dan
um
27
er
Penanggulangan Tumpahan Minyak dan dilakukan program pelatihan penyegaran secara periodik setiap
(7
ok
o
3 (tiga) tahun.
nt
t
ya
In
ud
Pimpinan tertinggi Aviasi di suatu wilayah atau region dan pimpinan tertinggi lokasi DPPU harus
R
memastikan bahwa seluruh pekerja dan TKJP yang berada dibawah koordinasinya telah mengikuti
us
Ag
Komunikasi Keselamatan Kerja yang efektif merupakan salah satu kunci sukses Manajemen Keselamatan
D
Kerja Pertamina Aviation. Komunikasi yang efektif mempunyai peranan dan kontribusi pada terciptanya
operational excellence.
Pimpinan tertinggi lokasi DPPU harus membangun sistem komunikasi yang efektif dalam lokasi dan
lingkungannya, sehingga seluruh informasi yang terkait dengan operasional, lingkungan sekitar, otorita
Bandara, dan pelanggan dapat diperoleh dengan cepat dan akurat. Komunikasi yang dapat dilakukan
antara lain Safety Meeting, tool box meeting, Safety Briefing, Rapat Komite QA & HSSE, Kampanye
Keselamatan Kerja, Customers and Stakeholders Relation Visit, dan Pelatihan.
Secara berkala dan jika ada kejadian penting dilokasi lain, Aviation Produk Quality Assurance akan
menyampaikan isseu HSSE terkini atau kejadian penting sebagai antisipasi atau pencegahan agar
kejadian tersebut tidak terjadi dilokasi PAv. Sharing ini disampaikan dalam bentuk email group PAv.
1
:0
y
Hal ini dilaksanakan untuk melindungi pekerja dan lingkungan terhadap ancaman yang mungkin terjadi
12
m
yang disebabkan oleh kegiatan kerja. Dengan mengidentifikasi ancaman dan resiko yang berpotensi
nl
ja
muncul, maka akan dapat dirancang sistem dan fasilitas kerja yang aman bagi pekerja dan
16
O
20
lingkungannya.
st
gu
Identifikasi Bahaya dan Penilaian Resiko secara lebih rinci dijelaskan pada TKI No.C-011/F20130/2013-S0
Au
se
li
ga
Pimpinan tertinggi lokasi DPPU harus memastikan bahwa identifikasi ancaman dan resiko ini telah
da
lU
ng
en
dilakukan untuk lokasinya, didokumentasikan dan disosialisasikan kepada seluruh pekerja serta ditinjau
ta
rk
te
ad
na
ak
,p
tid
2)
Berdasarkan hasil identifikasi potensi ancaman dan resiko, Pimpinan tertinggi lokasi DPPU menyusun
(7
ok
o
rencana tindakan perbaikan terkait dengan operasional sehari-hari, meliputi hal-hal sebagai berikut :
nt
t
ya
In
ud
Tindakan perbaikan dan pemeliharaan sarfas Keselamatan Kerja dilaksanakan untuk memastikan bahwa
D
sarfas tersebut berada dalam kondisi siap pakai, efektif dan aman untuk dioperasikan. Hal ini
merupakan komponen penting dalam suksesnya Manajemen HSSE (Keselamatan dan Kesehatan Kerja
dan Lindungan Lingkungan). Realisasi tindakan perbaikan ini harus dicatat secara formal dan
didokumentasikan dengan benar.
Teknis inspeksi, perbaikan dan pemeliharaan sarfas operasional DPPU selengkapnya dapat dilihat pada
Buku 4 : Prosedur Pemeliharaan Sarana Fasilitas dan TKI No.C-005/F20120/2013-S0 tentang
Pemeliharaan Sarfas.
Pimpinan tertinggi lokasi DPPU harus memastikan bahwa laporan kerusakan peralatan dilakukan secara
baik dan rutin, sehingga jika terjadi kendaraan operasional dan peralatan lain, rencana perbaikan dapat
dengan cepat dilakukan.
Pimpinan tertinggi lokasi DPPU harus memastikan bahwa Pekerja dan Mitra Kerja (atas perintah DPPU)
yang tengah mengerjakan perbaikan dan pemeliharaan peralatan di Region DPPU atau Apron telah
menyadari potensi ancaman yang timbul atas aktivitas kerja mereka. Dan harus dipastikan bahwa
aktivitas kerja mereka telah mendapatkan izin kerja dari Pihak Berwenang.
1
:0
y
12
HSSE Direktorat Pemasaran dalam TKO No.B-301/F00010/2015-S9 perihal Pengelolaan Izin Kerja Aman
m
nl
beserta dokumen terkait yang terdiri dari:
ja
16
1. Pedoman Sistem Manajemen HSSE Direktorat Pemasaran A-100/F00010/2015-S9
O
20
2. Pedoman Praktik Kerja Aman No. A-300/F00010/2015-S9
st
gu
3. TKO Pengecualian terhadap Prosedur HSSE No. B-302/F00010/2015-S9
Au
se
da
lU
ng
rk
te
ad
ak
,p
tid
9. TKI Penanganan Beban Secara Manual & Penggunaan Alat Secara Aman No. C-306/F00010/2015-S9
2)
en
21
ok
o
15. TKI Pendeteksian dan Pengukuran Gas Secara Aman No. C-312/F00010/2015-S9
Ag
h
le
Seluruh DPPU harus mempunyai sistem keadaan darurat yang menjelaskan Organisasi Keadaan darurat
e
ic
D
(OKD) dan langkah-langkah yang harus dilakukan pada saat terjadi kondisi darurat. Pimpinan tertinggi
lokasi DPPU bertanggung jawab untuk menyusun, mengawal dan memperbaharui OKD di masing-masing
lokasinya. Penyusunan OKD ini perlu melibatkan tenaga bantuan medis, dinas pemadam kebakaran dan
fungsi keamanan eksternal.
OKD harus dipasang di lokasi-lokasi yang mudah terlihat oleh pekerja dan pihak lain yang ada di DPPU,
berwarna terang, jelas dan menggunakan Bahasa Indonesia. Seluruh pekerja DPPU harus diberikan
penjelasan dan dilatih tentang OKD ini. Bilamana seorang pekerja dibebani tugas khusus yang penting
dalam OKD, seperti memeriksa apakah seluruh penghuni gedung telah dievakuasi atau bertugas
menelepon pihak-pihak terkait, maka kepada pekerja tersebut harus diberikan pelatihan khusus terkait
dengan tugasnya. Pelatihan tersebut harus didokumentasikan dengan baik.
Sangat penting untuk menjaga OKD agar tetap up to date. Idealnya, OKD ini ditinjau kembali dan diuji
dengan melakukan simulasi keadaan darurat sesuai TKO Nomor B-038/F20100/2013-S0 tentang
Kesiapsiagaan dan Tanggap Darurat setidaknya sekali dalam setahun, atau mengikuti perubahan-
perubahan yang terjadi yang dapat berakibat pada efektivitas OKD yang telah disusun. Hasil peninjauan
kembali dan hasil uji ini disampaikan kepada Aviation Region dan Aviation Operation.
1
kerja.
:0
y
12
m
nl
01.03.01.10 Pengawasan dan Laporan Kinerja Keselamatan Kerja
ja
16
O
Sistem manajemen Keselamatan Kerja memerlukan indikator untuk melihat apakah sistem yang telah
20
st
dibangun untuk mengendalikan potensi ancaman di tempat kerja telah bekerja dengan baik. Hal ini
gu
dapat dilakukan dengan penerapan Unit Kinerja Terpilih (UKT) aspek Keselamatan Kerja lengkap dengan
Au
se
target yang harus dicapai, dan dimonitor dalam interval waktu tertentu.
3
l0
li
ga
da
lU
Pimpinan tertinggi lokasi DPPU harus mencatat dan melaporkan statistik pencapaian aspek Keselamatan
ng
en
Kerja kepada Pimpinan tertinggi Aviasi di suatu wilayah atau region dan Manajer HSSE Region dengan
ta
rk
a
te
ak
,p
tid
2)
en
Manajemen Keselamatan Kerja yang efektif harus dapat membangun pemahaman akan potensi
ok
o
ancaman di tempat kerja dalam upaya menurunkan resiko kerja yang dapat menimbulkan ancaman
nt
t
ya
In
terhadap masyarakat sekitar, properti dan lingkungan. Salah satu hal penting untuk meningkatkan
ud
R
pemahaman terhadap potensi ancaman adalah menjadikan Accident dan insiden yang terjadi sebagai
us
materi pembelajaran.
Ag
h
a. Kecelakaan (Accident)
le
O
k
Semua kecelakaan yang terjadi harus dilaporkan oleh pimpinan tertinggi lokasi kepada Pimpinan
ta
e
ic
tertinggi Aviasi di suatu wilayah atau region, menggunakan formulir Laporan Kejadian Penting (LKP),
D
dan ditembuskan kepada Fungsi HSSE Region, Aviation Region dan Aviation Product Quality Assurance
Manager.
Pimpinan tertinggi lokasi bertanggung jawab untuk memastikan bahwa kecelakaan yang terjadi di
DPPU dan Apron telah dilaporkan dan diinvestigasi oleh Tim Penyelidikan Insiden, yang anggotanya
paling tidak berasal dari Aviation Region dan HSSE Region.
Kecelakaan yang juga harus dilaporkan kepada Pimpinan tertinggi Aviasi di suatu wilayah atau region :
1. Korban jiwa
2. Cedera berat yang menimbulkan kehilangan 2 hari kerja atau lebih
3. Tumpahan minyak 15 barrel atau lebih
4. Accident di apron yang menyebabkan kerusakan pada Pesawat Udara atau Pihak Lainnya
5. Yang menimbulkan kerugian US $ 10,000 atau lebih
c. Non-Kecelakaan
Nearmiss, perilaku tidak aman (Unsafe Action), kondisi tidak aman (Unsafe Condition) dan potensial
insiden lain merupakan kelompok non-kecelakaan yang perlu diidentifikasi karena berpotensial untuk
1
dilakukan peningkatan kinerja tanpa harus menunggu terjadinya kecelakaan.
:0
y
12
Pelaporan non-kecelakaan ini merupakan perangkat penting dalam Manajemen Keselamatan Kerja yang
m
nl
ja
proaktif. Kartu PATUH adalah program observasi keselamatan kerja yang didasarkan pada kondisi
16
lingkungan kerja dan perilaku pekerja, mitra kera dan kontraktor serta personil lain yang terkait dalam
O
20
kegiatan kerja dengan memberikan masukan kepada manajemen tentang perilaku beresiko dan perilaku
st
gu
aman yang dibutuhkan guna perbaikan dan penyempurnaan untuk mencapai target kinerja HSE.
Au
se
3
Mekanisme pemantauan pelaksanaan kartu PATUH, pelaporan dan tindak lanjut rekomendasinya diatur
l0
li
ga
da
dalam TKO Pengamatan Aturan Utama HSSE (PATUH) No. B-304/F00010/2015-S9. Pimpinan tertinggi
lU
ng
en
lokasi harus memastikan bahwa seluruh pekerjanya memahami pentingnya pelaporan ini, hal-hal apa
ta
rk
a
te
ak
,p
tid
2)
ok
D
nt
t
ya
In
Dalam menjamin kesehatan Pekerja Pertamina Aviation agar senantiasa berada pada tingkat kesehatan
ud
R
yang prima diperlukan suatu standar pengelolaan Kesehatan Minimum yang harus diterapkan oleh
us
seluruh DPPU Pertamina Aviation. Pertamina Aviation menetapkan 6 (enam) Standar Pengelolaan
Ag
Kesehatan Minimum yang harus dilaksanakan oleh seluruh DPPU sebagai berikut :
h
le
O
k
ta
HRA merupakan dokumen yang berisikan temuan-temuan yang berkaitan dengan ancaman kesehatan
yang mungkin timbul selama melakukan pekerjaan. Dengan adanya dokumen ini diharapkan pekerja
DPPU dapat memahami hal-hal yang dapat mengancam kesehatan mereka ketika melakukan pekerjaan
sehari-hari, sehingga pekerja dapat pula memahami cara yang paling tepat untuk mencegah bahaya
yang mengancam.
HRA ini dilakukan oleh Tim Penilai yang berasal dari Aviation Region, fungsi HSSE Region, fungsi Medical
dan fungsi lain yang terkait.
Setiap dokumen HRA harus dianalisa pada tingkat Aviation Region sedikitnya setiap tahun atau
mengikuti perubahan yang terjadi untuk tetap menjamin efektivitas kontrol yang digambarkan dalam
HRA.
Dokumen HRA ini akan digunakan untuk mendefinisikan persyaratan, frekuensi dan lingkup pengawasan
kesehatan yang wajib dipatuhi dan dilaksanakan oleh pekerja dengan tetap mempertimbangkan sifat
alami pekerjaan dan ketentuan hukum yang berlaku.
1
:0
Penyakit Akibat Kerja adalah segala kondisi abnormal pada kesehatan pekerja yang diakibatkan oleh
y
12
aktivitas kerja.
m
nl
ja
Semua insiden yang merupakan penyakit akibat kerja dan segala sesuatu yang berpotensi menjadi
16
O
20
penyakit akibat kerja harus didokumentasikan dan dilaporkan oleh Pimpinan tertinggi lokasi DPPU
st
kepada Aviation Region dengan tembusan HSSE Region. Bila diperlukan, untuk memastikan suatu
gu
Au
se
insiden merupakan Penyakit Akibat Kerja diperlukan pertimbangan dari Fungsi Medical.
3
l0
li
ga
e. Kelengkapan Produk
da
lU
ng
en
ta
rk
Kelengkapan produk adalah bukti tanggung jawab dan etika manajemen dalam aspek Kesehatan Kerja.
a
te
ad
ak
,p
tid
2)
1. Material safety data sheets (MSDS) harus ada untuk semua produk yang ditangani oleh DPPU.
en
21
MSDS harus mudah diakses oleh semua pihak yang membutuhkan serta ditulis dalam bahasa
um
27
er
(7
ok
Indonesia dan bahasa inggris. Semua operator harus memahami tujuan MSDS serta jenis informasi
o
D
nt
yang terkandung didalamnya. MSDS untuk produk BBMP harus tersedia di DPPU dan copy MSDS
t
ya
In
dapat disediakan untuk pelanggan, jika diperlukan. Setiap MSDS yang dimiliki lokasi, harus
ud
R
disosialisasikan pimpinan tertinggi kepada setiap pekerja yang kemungkinan terpapar dengan
us
produk.
Ag
h
2. Mitra kerja yang telah mempunyai ijin khusus dari pihak yang berwenang dapat ditugaskan untuk
le
O
membuang seluruh produk yang terkontaminasi, dengan penanganan seperti yang disyaratkan
k
ta
dalam MSDS, serta tetap mentaati peraturan dan hukum yang berlaku ketika produk
e
ic
D
terkontaminasi meninggalkan lokasi DPPU, lihat Sub Bab 01.04.03.00 : Pengelolaan Limbah.
3. Setiap lokasi penyimpanan produk atau material yang berbahaya bagi kesehatan, harus dilengkapi
dengan identifikasi atau rambu – rambu sesuai peraturan yang berlaku.
3. Penyakit atau kondisi apapun dimana bisa mempengaruhi kemampuan untuk mengemudi atau
mengendalikan kendaraan perusahaan dengan aman.
Seluruh pekerja wajib mematuhi prosedur yang berlaku ketika bekerja di DPPU dan Apron. Beberapa
faktor potensial yang identifikasi sesuai HRA, MSDS, HIA dan HFE yang dapat membahayakan kesehatan
ketika bekerja di DPPU dan Apron Bandara, yaitu :
a. Kebisingan
Tingkat kebisingan yang harus diukur adalah di Apron, Kantor dan Region DPPU untuk berbagai jenis
pekerjaan. Tingkat kebisingan diukur dalam satuan desibel (dB) dan hasilnya diekspresikan sebagai
‘dosis kebisingan’ (dalam dB(A)) melalui masa pengawasan rujukan selama 8 jam (dideskripsikan sebagai
1
:0
y
12
TWA 8 jam).
m
nl
ja
Intensitas kebisingan yang tinggi selain dapat menyebabkan hilangnya fungsi pendengaran permanen
16
juga dapat menyebabkan lemahnya daya ingat, kelelahan, mudah tersinggung, mudah terkejut, terlalu
O
20
mudah bangun saat tidur, kualitas tidur yang tidak baik, kehilangan selera, sakit kepala, vertigo, mabuk
st
gu
laut, dan melemahkan konsentrasi serta memori. Berikut beberapa kisaran tingkat kebisingan yang
Au
se
li
ga
en
rk
te
ad
na
ak
4. Paparan kebisingan yang melebihi 80 dB (tanpa dilindungi alat pelindung pendengaran) dalam
,p
tid
2)
waktu yang singkat dapat menyebabkan gangguan pendengaran sementara dan pendengaran kembali
en
21
normal dalam beberapa jam setelah terhentinya paparan kebisingan. Namun, kerusakan permanen
um
27
er
(7
ok
dapat terjadi jika rangsangan kebisingan berlebih terus berlanjut dalam jangka waktu panjang.
o
D
nt
t
ya
Sesuai kebijakan APD Pertamina Aviation, Ear Muff harus selalu dipakai di Apron dan di lokasi kerja
In
ud
lainnya dengan tingkat kebisingan diatas standar yang bisa diterima (80–85 dB), lihat Bab 01.06.03.00.
R
us
Jika peraturan setempat menentukan batas yang lebih ketat, maka hal ini harus dipatuhi.
Ag
Jika diidentifikasi, terdapat orang yang pekerjaannya memaksa mereka ke tingkat kebisingan yang
h
le
O
mencapai 80 dB(A) atau lebih, tanpa memperhitungkan pelindung pendengaran, dengan lama paparan
k
ta
1
:0
y
Pertolongan pertama saat kecelakaan seperti diatas dapat dilihat pada MSDS produk dan apabila
12
m
diperlukan disarankan untuk dirujuk ke Dokter.
nl
ja
16
O
20
01.03.02.03 Penanganan Secara Manual
st
gu
Banyaknya pekerjaan dalam operasional DPPU yang masih dilakukan secara manual menunjukkan
Au
se
bahwa level operator merupakan kelompok yang paling potensial terancam bahaya akibat penanganan
3
l0
secara manual. Hal ini lebih dari sekedar mengangkat atau membawa sesuatu (benda), tetapi juga
li
ga
da
lU
en
ta
rk
te
ad
na
ak
tid
2)
ok
o
Pada semua kegiatan tersebut terdapat risiko tekanan berkepanjangan pada otot rangka yang dapat
nt
t
ya
mengakibatkan penyakit atau cedera. Penyakit yang paling berhubungan dengan penanganan secara
In
ud
manual ini antara lain salah urat, ketegangan pada urat, cedera punggung, cedera akut dan hernia.
R
us
Untuk mengantisipasi kemungkinan cedera pada semua operator dan staf lain yang terkait, mereka
Ag
h
wajib mengikuti pelatihan formal dalam teknik penanganan secara manual yang spesifik untuk
le
O
pekerjaan yang mereka lakukan. Semua pelatihan ini harus dicatat. Panduan lengkap mengenai
k
ta
penanganan secara manual ini terdapat pada TKI Penanganan Beban Secara Manual dan Penggunaan
e
ic
5. Patuhi aturan larangan membawa Telepon Selular yang tidak aman di region DPPU, sesuai Kebijakan
Telepon Selular yang berlaku.
6. Gunakan APD di region DPPU, sesuai kebijakan APD yang berlaku.
7. Kosongkan drum produk yang tutupnya telah terbuka.
8. Periksa dan pelihara dengan baik semua peralatan, khususnya yang berhubungan dengan
kelistrikan.
1
:0
sesuai dan yang berada di dekat lokasi kejadian, selanjutnya segera melapor ke Komandan Regu
y
12
m
penanggulangan keadaan darurat yang sedang bertugas, dengan menyebutkan identitas pelapor,
nl
ja
lokasi kejadian, jenis yang terbakar dan tindakan yang telah dilakukan.
16
O
20
2. Komandan regu penanggulangan keadaan darurat yang menerima laporan, beserta anggota regu,
st
gu
segera menuju ke lokasi kebakaran untuk mengevaluasi kejadian dan sekaligus melaksanakan
Au
se
penanggulangan kebakaran yang belum padam. Sebagian anggota regu yang lain tetap siaga di
3
l0
da
lU
ng
en
ta
b. Kebakaran Besar
rk
a
te
ad
na
ak
Apabila kebakaran yang terjadi tidak berhasil diatasi, sehingga kebakaran menjalar lebih luas dan besar,
,p
tid
2)
1. Pimpinan tertinggi lokasi DPPU selaku Koordinator OKD, segera memerintahkan untuk
(7
ok
menghubungi dan memanggil para komandan regu beserta anggotanya untuk segera melakukan
o
D
nt
t
2. Salah satu Anggota Regu agar membunyikan tanda bahaya (alarm, lonceng, dll) selama 60 detik.
R
Keputusan untuk membunyikan tanda bahaya ditentukan oleh Komandan Regu yang bertugas,
us
Ag
3. Apabila diperlukan bantuan dari Instalasi Lain yang terkait, maka Koordinator OKD memerintahkan
le
O
4. Semua bantuan dari instansi di luar Pertamina Avation setelah tiba di lokasi kejadian segera
e
ic
D
1
:0
y
dialiri arus listrik dan lebih aman dengan memutuskan terlebih dahulu sumber listriknya.
12
m
nl
ja
d. Kelas D
16
O
20
Adalah kebakaran pada metal yang dapat terbakar, seperti magnesium, titanium, zinconium dan
st
potasium. Cara pemadaman yang diperlukan adalah pemadam yang dapat menyerap panas dan
gu
Au
se
tidak bereaksi dengan metal yang terbakar.
3
l0
li
ga
en
ta
rk
a
te
ak
,p
tid
Sistem sprinkler terdiri dari rangkaian pipa yang dilengkapi dengan discharge nozzle yang kecil (sering
2)
en
21
disebut sprinkler head). Jika terjadi kebakaran, panas api akan melelehkan sambungan solder atau
um
27
er
memecahkan bulb, kemudian kepala sprinkler akan mengeluarkan air. Sistem ini dipakai pada control
(7
ok
o
Adalah sistem jaringan pipa yang tidak berisi air, dimana jika terjadi kebakaran air dialirkan ke
O
k
sprinkler dengan membuka kerangan utama baik secara manual maupun otomatik
ta
e
ic
D
Fungsinya menghasilkan lapisan film yang mengambang dipermukaan cairan yang terbakar serta
membantu menahan penguapan produk yang terbakar. Sistem busa dapat dibagi atas 2 jenis yaitu :
a. Pengembangan Rendah, dimana pengembangan gelembung busa sangat kecil (dibawah 20 kali) dan
gelembung ini berisi kandungan air yang tinggi.
b. Pengembangan Menengah dan Tinggi, dimana ekspansi pengembangannya antara 20-1000 kali.
Pada rasio pengembangan tersebut, gelembung berisi kandungan air yang sangat kecil dan
gelembung relatif ringan.
1
:0
y
12
menunjang keselamatan di lokasi DPPU dari bahaya kebakaran. Pompa pemadam kebakaran dilengkapi
m
nl
dengan perlengkapan pipa inlet dan pipa outlet yang jumlah dan tekanannya mampu untuk
ja
menanggulangi kebakaran. Pompa dapat digerakkan secara manual atau otomatis. Untuk menjalankan
16
O
20
secara otomatis diperlukan sistem pengontrol. Pompa dapat digerakkan dengan motor listrik, motor
st
diesel atau motor turbin. Pompa PMK didasarkan oleh kemampuan jumlah air tertentu yang
gu
Au
se
disemprotkan ke api, biasanya dalam satuan Gallons per Menit (GPM).
3
l0
li
ga
da
en
ta
rk
te
ad
na
ak
,p
APAR ini berisi bahan campuran Aqueous Film Forming Foam (AFFF) dengan air, yang akan membentuk
tid
2)
busa mekanis bila disemprotkan melalui nozzle. APAR ini mempunyai berat dalam keadaan penuh kira-
en
21
um
27
er
kira 35 lbs, mempunyai daya semprot efektif kira-kira 40 feet (9-10 meter) dan waktu pemakaian sekitar
(7
ok
D
nt
t
ya
In
b. APAR Karbondioksida
ud
R
APAR ini berisi cairan CO2 pada kondisi dibawah tekanan uapnya (vapour density). APAR jenis
us
Karbondioksida tersedia dalam ukuran dari 2,5-20 lbs (1,2-9,1kg) yang dapat dijinjing dan ukuran 50-150
Ag
h
lbs untuk yang memakai roda. Lama penyemprotan untuk yang dapat dijinjing sekitar 8-30 detik dengan
le
O
APAR bubuk kimia kering tersedia dalam jenis tabung bertekanan, dimana untuk mengeluarkannya
digunakan media udara kering atau nitrogen yang dimampatkan bersama-sama dengan media
pemadam didalam tabung bertekanan.
Jenis bahan bubuk kering yang digunakan antara lain :
Kelas
Bahan Busa yang kompatibel
Kebakaran
Sodium Bikarbonat B-C Tidak ada
Potasium Bikarbonat B-C Fluoroprotein
Potasium Bikarbonat dengan Bahan Dasar Urea B-C Jenis Protein
Potasium dengan bahan dasar klorin B-C Jenis Protein
Ammnium Phosphate B-C Jenis Protein
Bahan pemadam api kimia kering diatas tidak boleh dicampur sebab akan dapat bereaksi satu dengan
lainnya. Reaksi ini dapat menyebabkan penggumpalan (pembekuan) bahan dan menimbulkan gas
bertekanan atau menyebabkan korosi pada pelat tabung dan alat mekanismenya.
1
:0
y
12
m
nl
ja
16
O
20
st
gu
Au
se
3
l0
li
ga
da
lU
ng
en
ta
rk
A. Cooling (Pendinginan)
a
te
ad
na
ak
Metode pemadaman kebakaran ini dilakukan dengan mendinginkan bahan mudah bakar sehingga unsur
,p
tid
sumber panas (heat) pada segitiga api terputus. Prinsip pemadaman kebakaran ini umumnya
2)
en
21
menggunakan media air. Contoh dari prinsip ini adalah adanya water sprinkle atau penyemprotan pada
um
27
er
(7
D
nt
t
ya
In
B. Smothering (Penyelimutan)
ud
R
Metode pemadaman kebakaran ini dilkukan dengan cara memisahkan salah satu atau seluruh unsur dari
us
Ag
segitiga api, misalnya dengan cara memisahkan Oksigen atau bahan mudah terbakar atau sumber
h
panasnya. Contoh prinsip pemadaman kebakaran ini dapat menggunakan busa cair/foam, fire blanket,
le
O
C. Starvation
Memindahkan/mengurangi/membatasi/melokalisir bahan yang terbakar sehingga tidak meluas dan
akan padam dengan sendirinya.
pemeliharaan sarana dan fasilitas pemadam kebakaran perlu diperhatikan agar selalu dalam keadaan
siap pakai.
Dalam masalah kebakaran dan keselamatan (fire & safety) yang terutama harus diperhatikan adalah
bagaimana cara mencegah agar tidak terjadi kebakaran. Hal ini dapat terlaksana bila semua peraturan
keselamatan kerja dan pencegahan terhadap bahaya kebakaran selalu ditaati dengan baik. Disamping
itu juga dilakukannya latihan-latihan praktis pemadaman kebakaran secara teratur.
1
:0
3. Pemeriksaan ini juga untuk meyakinkan bahwa alat pemadam api sesuai dengan bahaya sekitarnya
y
12
m
4. Memastikan bahwa jalan menuju dan pandangan ke alat pemadam tersebut tidak terhalang
nl
ja
5. Memastikan bahwa cara pengoperasian alat pemadam terlihat jelas
16
O
20
6. Memastikan bahwa petunjuk tekanan berada pada batas normal. Bila jarum tidak menunjukkan
batas normal, alat pemadam harus diganti. st
gu
Au
se
7. Memastikan bahwa tidak ada penyok, karat, slang pecah dan kerusakan fisik lainnya pada APAR.
3
l0
li
ga
da
lU
en
ta
rk
Tujuan dari pengujian adalah untuk memastikan bahwa alat pemadam api dapat beroperasi dengan baik
a
te
ad
na
ak
dan bukan merupakan sumber bahaya bagi operator/ pemakainya maupun orang lain disekitarnya.
,p
tid
2)
en
21
ok
Pergunakan formulir yang tersedia pada bagian belakang bab ini untuk mencatat semua hasil inspeksi
o
D
nt
t
Kegiatan operasi di lingkungan DPPU mengeluarkan berbagai limbah operasi yang bersifat cair, gas atau
le
O
padat. Sejalan dengan kebijakan Pertamina mengenai lingkungan hidup, DPPU senantiasa berupaya
k
ta
mengelola semua limbah yang timbul agar tidak menimbulkan dampak yang membahayakan terhadap
e
ic
lingkungan.
D
Pemantauan lingkungan merupakan suatu kewajiban bagi setiap usaha yang menjalankan proses bisnis.
Dengan diberlakukannya UU No 32 Tahun 2009 tentang Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan
Hidup, upaya pematuhan terhadap pengelolaan lingkungan dituntut semakin tinggi.
Untuk menerapkan pengelolaan lingkungan yang baik, lokasi DPPU wajib melakukan pemantauan dan
pengelolaan lingkungan seperti disyaratkan pada UKL & UPL. Namun disarankan juga untuk mengikuti
PROPER (Program Penilaian Peringkat Kinerja Perusahaan). PROPER merupakan instrumen penaatan
alternatif yang dikembangkan untuk bersinergi dengan instrumen penaatan lainnya guna mendorong
penaatan perusahan melalui penyebaran informasi kinerja kepada masyarakat yang diselenggarakan
oleh Kementrian Lingkungan Hidup.
Pada perkembangannya, PROPER senantiasa memperbaharui jadwal, persyaratan, checklist, dan
dokumen dengan berbagai penyesuaian terhadap peraturan maupun perundang-undangan yang
1
:0
terkait setiap 3 (tiga) bulan sekali atau 6 (enam) bulan sekali sesuai kewajiban di dalam dokumen
y
12
lingkungan. Laporan UKL/UPL terdiri dari Laporan Pemantauan Air Limbah, Laporan Pemantauan Emisi,
m
nl
ja
Laporan Pengelolaan Limbah B3, dan laporan Pelaksanaan Ijin Lingkungan. Laporan dikirim melalui surat
16
O
pengantar kepada instansi terkait baik di tingkat Kabupaten, Propinsi, maupun Kementrian Lingkungan
20
st
Hidup. Surat Bukti Pengiriman Dokumen atau Resi Pengiriman (jika menggunakan jasa pengiriman
gu
dokumen) laporan tersebut wajib disimpan oleh DPPU sebagai satu kelengkapan evidence pelaporan.
Au
se
3
l0
da
lU
ng
en
ta
te
ad
na
ak
Sumber pencemaran minyak pada kegiatan Pertamina Aviation yang dapat mempengaruhi kualitas air
,p
tid
2)
adalah :
en
21
um
27
er
a. Sumber pencemaran yang disebabkan oleh tumpahan atau ceceran minyak , antara lain :
(7
ok
D
nt
t
5. Pelumas bekas yang tidak ditampung dan ditimbun dengan baik, dll
h
le
1. Tangki timbun
e
ic
diijinkan pada Ijin Pembuangan Limbah Cair (IPLC) dan tetap berisi air sampai batas ketinggian sejajar
dengan lantai dasar saluran air yang masuk ke oil catcher.
Sebuah oil catcher wajib dilengkapi dengan papan petunjuk yang menampilkan logo Pertamina Aviation,
Nama DPPU, dan informasi koordinat titik penaatan.
Status Ijin Pembuangan Limbah Cair (IPLC) harus aktif/berlaku dan disahkan / diterbitkan oleh instansi
pemerintah, dalam hal ini Walikota atau Bupati.
Untuk memantau bahwa air limbah yang memiliki kandungan minyak tersebut tidak membahayakan
kehidupan biota air, maka pada sekat dimaksud dapat dipelihara ikan.
1
:0
y
b. Oil Skimmer, berfungsi untuk memindahkan tumpahan minyak di perairan ke tempat
12
m
penampungan, alat ini dimasukan ke daerah yang telah diisolir dengan oil boom
nl
ja
16
c. Oil Dispersant, adalah bahan kimia yang berfungsi untuk menetralkan lapisan minyak yang tipis
O
20
diatas perairan menjadi partikel-partikel kecil yang dapat tenggelam atau melayang dan menjadi
st
gu
sumber makanan bagi mikroba.
Au
se
3
Pemenuhan kelengkapan sarana lindungan lingkungan ini dapat dilakukan dengan kerjasama antara
l0
li
ga
en
ta
Bagi DPPU yang melayani operasi penerimaan melalui darat, yang diperlukan adalah fasilitas untuk
rk
a
te
ad
ak
,p
tid
1. Oil absorbent
2)
en
21
ok
D
nt
t
ya
Untuk penggunaan Oil absorbent lebih dianjurkan dari pada Bak Pasir untuk penanggulangan tumpahan
us
Dengan fasilitas lindungan lingkungan diatas diharapkan agar lingkungan DPPU terhindar dari
O
pencemaran BBMP.
k
ta
e
ic
D
1
:0
y
12
Contoh air limbah kemudian dimasukkan kedalam wadah/botol plastic untuk kemudian dianalisa di
m
nl
laboratorium penguji yang terakreditasi atau ditunjuk oleh Gubernur. DPPU wajib memiliki salinan
ja
16
sertifikat akreditasi laboratorium yang masih berlaku atau salinan surat penunjukan laboratorium
O
20
penguji oleh Gubernur.
st
gu
Au
se
li
ga
Upaya pemantauan lingkungan dilakukan untuk memastikan kualitas air limbah, sesuai dokumen
da
lU
ng
en
AMDAL atau UKL & UPL yang telah disetujui serta untuk memenuhi ketentuan dari Pemerintah yang
ta
rk
berlaku. Pemeriksaan kualitas air limbah dilakukan setiap 1 (satu) bulan pada sisi outlet dan setiap 1
a
te
ad
na
ak
(satu) tahun pada sisi inlet atau sesuai matriks UKL & UPL (mana yang lebih ketat) dengan batasan
,p
tid
2)
parameter seperti pH, Total Organic Compound (TOC) serta minyak dan lemak pada laboratorium
en
21
um
ok
Adapun batas maksimum buangan air limbah DPPU mengacu Peraturan Menteri LH No. 19 Tahun 2010
o
D
nt
t
ya
tentang Baku Mutu Air Limbah Bagi Usaha dan/atau Kegiatan Minyak dan Gas serta Panas Bumi beserta
In
ud
perubahan terakhirnya atau merujuk pada peraturan yang berlaku di daerah setempat.
R
us
Maksimum
h
le
O
Karbon Organik Total (TOC) 110 mg/L SNI 06-6989.28-2005 atau APHA 5310
e
ic
Sumber: Lampiran V Peraturan Menteri Lingkungan Hidup No 19 Th 2010 beserta perubahan terakhirnya
Selain itu untuk mendeteksi lebih awal terhadap adanya tanda-tanda pencemaran yang berlebihan,
maka hasil pengukuran debit dan pH air limbah pada sisi outlet oil catcher harus dicatat setiap hari.
Perubahan yang signifikan pada derajat keasaman dari hari ke hari dapat menjadi indikasi awal
pencemaran, sehingga petugas harus segera melaporkan hal tersebut kepada atasan terkait untuk
segera ditindaklanjuti.
Pengujian atas kualitas air dilakukan oleh Pimpinan tertinggi lokasi DPPU sesuai periode yang ditetapkan
pada UKL/UPL dan hasinya dilaporkan kepada Pimpinan tertinggi Aviasi di suatu wilayah atau region dan
ditembuskan kepada Manajer HSSE Region, fungsi internal Pertamina yang terkait maupun instansi
eksternal lainnya yang terkait.
𝑃𝑒𝑛𝑢𝑟𝑢𝑛𝑎𝑛 𝐵𝑒𝑏𝑎𝑛 𝑃𝑒𝑛𝑐𝑒𝑚𝑎𝑟𝑎𝑛 = (𝐻𝑎𝑠𝑖𝑙 𝑈𝑗𝑖 𝐼𝑛𝑙𝑒𝑡 − 𝐻𝑎𝑠𝑖𝑙 𝑈𝑗𝑖 𝑂𝑢𝑡𝑙𝑒𝑡)𝑥 𝑡𝑜𝑡𝑎𝑙 𝑑𝑒𝑏𝑖𝑡 𝑎𝑖𝑟
Efisiensi penurunan beban dan Penurunan Beban Pencemaran merupakan besaran yang selalu
dibandingkan setiap tahun dan dapat dipergunakan untuk mengukur tingkat keberhasilan program
pengelolaan kualitas air maupun performa dari oil catcher di suatu lokasi/DPPU.
1
:0
01.04.02.02 Pemantauan Kualitas Udara & Kebisingan
y
12
m
nl
ja
01.04.02.02.01 Kualitas Udara Emisi
16
O
20
Baku mutu emisi usaha adalah batas kadar maksimum emisi kegiatan yang diperbolehkan masuk atau
st
gu
dimasukkan ke dalam udara ambient. Emisi dibagi menjadi dua bagian besar, yaitu emisi sumber
Au
se
bergerak, dan emisi sumber tidak bergerak. Emisi sumber bergerak terdapat pada gas buang kendaraan
3
l0
bermotor tipe baru dan tipe lama, sedangkan emisi sumber tidak bergerak (stationer) seperti pada
li
ga
da
lU
genset. Kedua sumber emisi tersebut memerlukan pengujian secara periodik di laboratorium
ng
en
ta
rk
terakreditasi, yang periodenya telah ditetapkan pada UKL/UPL setempat; biasanya setiap 6 (enam)
a
te
ad
bulan. DPPU wajib memiliki salinan sertifikat akreditasi laboratorium/SK Gubernur sebagai laboratorium
na
ak
,p
tid
rujukan.
2)
en
21
um
Semua sumber emisi non fugitive (seperti pada genset) harus membuang emisi yang dihasilkannya
27
er
(7
ok
melalui cerobong. Titik Penaatan Emisi Genset wajib dilengkapi dengan papan petunjuk yang
o
D
nt
t
menampilkan logo Pertamina Aviation, Nama DPPU, dan informasi koordinat titik penaatan.
ya
In
ud
DPPU harus melakukan inventarisasi sumber emisi dengan pengukuran secara manual, sehingga data-
R
us
data operasional genset seperti kapasitas, jenis dan jumlah bahan bakar yang dikonsumsi, maupun data
Ag
teknis titik pengambilan sample pada cerobong harus terpelihara dengan baik.
h
le
O
Adapun batas maksimum emisi DPPU mengacu Peraturan Menteri LH No. 13 Tahun 2009 tentang Baku
k
ta
Mutu Emisi Sumber Tidak Bergerak Bagi Usaha dan/atau Kegiatan Minyak dan Gas Bumi beserta
e
ic
perubahan terakhirnya atau merujuk pada peraturan yang berlaku di daerah setempat. Baku mutu
D
terdiri dari parameter CO2,, NO2, SOx, partikel, opasitas dan laju alir dan tercantum pada Lampiran 1
PermenLH No.13 Tahun 2009 untuk berbagai tipe sumber emisi tidak bergerak.
Beban Emisi Gas Rumah Kaca (GRK) kemudian dihitung sesuai ketentuan dalam Peraturan Menteri LH
No. 12 Tahun 2012. Metodologi perhitungan yang digunakan sesuai ketentuan tersebut dikelompokkan
berdasarkan sumber emisi sebagai berikut :
a. Beban Emisi Genset (Non Fugitive) menggunakan Metode Tier 3a
b. Beban Emisi Tangki Timbun menggunakan Metode Tier 1a
c. Beban Emisi Fugitive menggunakan Metode Tier 3
d. Beban Emisi Loading/Unloading menggunakan Metode Tier 1a
e. Sumber emisi lain mengacu Peraturan Menteri LH No. 12 Tahun 2012 beserta lampirannya.
Hasil perhitungan tersebut lalu dibandingkan antar periode perhitungan (biasanya 1 tahun) untuk
melihat hasil dari upaya pengurangan emisi GRK.
1
:0
y
12
DPPU harus mengembangkan rencana tindakan untuk melindungi tanah dan air tanah berdasarkan
m
nl
kriteria berikut:
ja
16
O
1. Pencegahan kontaminasi bagian atas tanah dan lapisan air tanah di lokasi DPPU.
20
st
gu
2. Pencegahan migrasi tumpahan atau air tanah yang terkontaminasi melewati batas lokasi.
Au
se
Dalam upaya mencegah kontaminasi dan migrasi tersebut diperlukan pembuatan sumur pantau.
3
l0
Evaluasi berbasis risiko atas potensi kontaminasi tanah dan air tanah harus disiapkan untuk semua
li
ga
da
lU
ng
DPPU.
en
ta
rk
a
te
Contoh air tanah diambil dari tiap-tiap sumur pantau setiap 3 (bulan) atau sesuai matriks UKL & UPL
ad
na
ak
,p
(mana yang lebih ketat). Contoh air sumur pantau ini lalu dilakukan analisa di laboratorium penguji.
tid
2)
Baku mutu yang digunakan dalam hal ini juga mengacu Peraturan Menteri LH No. 19 Tahun 2010
en
21
um
27
er
tentang baku mutu air limbah bagi usaha dan/atau kegiatan minyak dan gas serta panas bumi beserta
(7
ok
perubahan terakhirnya atau merujuk pada peraturan yang berlaku di daerah setempat.
o
D
nt
t
ya
In
Remediasi tanah dan air tanah mungkin diperlukan di DPPU dimana kontaminasi telah terdeteksi melaui
ud
sumur pantau. Metode dan skala waktu remediasi akan tergantung pada risiko yang berlaku pada
R
us
Saat dilakukan remediasi perhatian penuh harus diberikan atas kondisi tanah dan air tanah di lokasi
le
O
DPPU untuk memastikan bahwa risiko terhadap lingkungan telah dikelola secara efektif. Tindakan diatas
k
ta
dikoordinasikan dengan Manajer HSSE Region, fungsi internal Pertamina yang terkait maupun fungsi
e
ic
1
:0
y
12
b. Terlindung dari hujan dan sinar matahari, serta memiliki sistem ventilasi yang baik serta berada
m
nl
pada lokasi kerja DPPU, bebas banjir dan tidak rawan bencana (hal ini dapat direkayasa dengan
ja
16
teknologi untuk perlindungan dan pengelolaan lingkungan hidup)
O
20
c. Memiliki saluran dan bak penampung tumpahan
st
gu
Au
se
d. Menggunakan sistema blok/sel, dimana masing-masing blok/sel dipisahkan gang/tanggul.
3
l0
e. Kemasan limbah B3 diberi alas / palet dan apabila ditumpuk maka jumlah tumpukan maksimal 3
li
ga
da
lU
lapis.
ng
en
ta
rk
f. Limbah B3 disimpan sesuai dengan sesuai dengan sumber, jumlah dan kategori limbah B3 dan masa
a
te
ad
na
ak
penyimpanan paling lama tidak melebihi yang tertera dalam Ijin Tempat Penyimpanan Limbah B3.
,p
tid
2)
en
21
um
ok
a. Sesuai dengan bentuk dan karakteristik limbah B3 sehingga mampu mengungkung limbah B3 untuk
o
D
nt
t
ya
b. Memiliki penutup yang kuat untuk mencegah terjadinya tumpahan saat dilakukan penyimpanan,
us
c. Dilengkapi dengan simbol label limbah B3. Label memuat keterangan mengenai nama limbah B3,
O
identitas penghasil limbah B3, tanggal dihasilkan limbah B3 dan tanggal pengemasan limbah B3,
k
ta
e
sedangkan simbol limbah B3 sesuai dengan karakteristik limbah B3 yang disimpan. Simbol dan label
ic
D
limbah B3 diatur dalam Peraturan Menteri Lingkungan Hidup Republik Indonesia No. 14 Tahun 2013.
d. Penempatan limbah B3 disesuaikan dengan jenis dan karakteristik limbah B3.
e. Kondisi kemasan limbah B3 bebas karat, tidak bocor dan tidak meluber.
Pengelolaan Lanjutan Limbah B3 dengan Menyerahkan Kepada Pihak Ketiga harus memenuhi syarat-
syarat sebagai berikut :
1
:0
dokumen manifest limbah B3
y
12
m
nl
- Pihak yang melakukan pengelolaan limbah B3 memperoleh salinan dokumen manifest limbah B3
ja
16
sesuai dipersyaratkan O
20
st
- Untuk pengangkut limbah B3, kendaraan yang digunakan sesuai dengan rekomendasi dari KLH
gu
Au
se
- Pengangkutan limbah B3 telah mendapatkan rekomendasi pengangkutan limbah B3 dari KLHK
3
li
ga
da
lU
ng
- Jenis limbah B3 yang diangkut sesuai dengan rekomendasi dan izin pengangkutan limbah B3
en
ta
rk
yang dimiliki
a
te
ad
na
ak
,p
- Rute dan wilayah pengangkutan limbah B3 sesuai dengan rekomendasi dan izin pengangkutan
um
27
er
limbah B3
(7
ok
o
D
nt
t
- Dokumen manifest limbah B3 diisi sesuai dengan tatacara pengisian Dokumen Limbah B3
R
us
- Kode manifest sesuai dengan yang tercantum pada rekomendasi pengangkutan limbah B3
Ag
h
le
- DPPU harus menyimpan soft copy (hasil scan) setidaknya manifest salinan #2, #3, dan #7 untuk
setiap kali pengambilan limbah B3 oleh pihak ketiga.
Sistem Tanggap Darurat dan Kebersihan Tempat Penyimpanan Limbah B3 harus memenuhi syarat-syarat
sebagai berikut :
a. Memiliki Sistem Tanggap Darurat dalam melakukan pengelolaan limbah B3. SOP tanggap darurat
Tempat Penyimpanan Limbah B3 bersifat local dan disahkan oleh pemimpin tertinggi lokasi/DPPU.
Dalam penyusunan SOP tanggap darurat tersebut harus diidentifikasi mitigasi terhadap kondisi
tanggap darurat yang karena ekskalasi kejadian tidak memungkinkan untuk ditangani sendiri,
sehingga tanda bahaya harus dibunyikan. Secara otomatis Keadaan Darurat diberlakukan
sebagaimana diatur dalam TKO Kesiapsiagaan dan Tanggap Darurat No. 038/F20100/2013-S0 revisi
terbaru.
b. Tersedia alat pemadam api dan penanggulangan keadaan darurat lain yang sesuai.
c. Tersedia pagar, pintu darurat dan rute evakuasi
d. Tersedia fasilitas P3K yang mudah dijangkau.
e. Memiliki SOP penyimpanan. SOP tersebut bersifat lokal dan disahkan oleh pemimpin tertinggi
1
:0
lokasi/DPPU.
y
12
f. Kebersihan / housekeeping terkelola/terjaga dengan baik
m
nl
ja
16
O
Pimpinan tertinggi lokasi DPPU harus memastikan bahwa limbah B3 tidak mengakibatkan kerusakan
20
st
terhadap lingkungan atau menjadi ancaman terhadap kesehatan dan keselamatan masyarakat dengan
gu
melaksanakan TKO Nomor B-054/F20100/2013-S0 tentang Pengelolaan Material dan Limbah B3
Au
se
3
Pimpinan tertinggi lokasi DPPU melaporkan pengelolaan limbah B3 secara periodik (3 bulan sekali)
l0
li
ga
da
lU
kepada Pimpinan tertinggi Aviasi di suatu wilayah atau region dan ditembuskan kepada Manajer HSSE
ng
en
Region. Saran lebih lanjut mengenai pengelolaan dan pembuangan limbah bisa didapatkan dari Manajer
ta
rk
a
te
HSSE Region.
ad
na
ak
,p
tid
2)
Terjadinya tumpahan minyak harus ditangani segera. Tumpahan minyak akan berpotensi menimbulkan
ok
o
bahaya kebakaran dan pencemaran lingkungan. Setiap kegiatan operasional berpotensi menimbulkan
nt
t
ya
In
tumpahan, sehingga sangat penting untuk selalu berhati-hati, prosedur harus dilaksanakan untuk
ud
R
Para pekerja di lokasi harus mendapatkan pelatihan penanggulangan tumpahan minyak terlebih dahulu.
ic
D
Pekerja yang mengetahui terjadinya tumpahan atau kebocoran wajib melaporkan kejadian tersebut
pada kesempatan pertama. Setiap tumpahan minyak akan menimbulkan dampak yang bervariasi
tergantung pada ukuran tumpahan, kondisi cuaca dan lokasi terjadinya tumpahan. Langkah
mengatasinya tergantung pada situasi, sehingga tidak diungkapkan secara kasus per kasus. Keputusan
dan langkah yang tepat serta inisiatif para pekerja yang sudah dilatih sangat diperlukan untuk mengatasi
tumpahan tersebut.
01.05.00.00 KEAMANAN
Pimpinan tertinggi lokasi DPPU bertanggung jawab atas keamanan asset dan semua kegiatan
operasional didalamnya. Sistem pengelolaan keamanan yang diterapkan tergantung pada kondisi
operasi setempat. Tindakan pencegahan gangguan keamanan yang dapat dilakukan dengan
menggunakan antara lain pos sekuriti, satu pintu masuk dan keluar, patroli internal, pagar pengaman,
lampu sorot, CCTV, petugas keamanan kontrak dan bantuan tenaga pengamanan dari aparat keamanan
luar (Polri dan TNI). Keamanan harus dikelola menurut Standar Keamanan PT Pertamina (Persero).
Pimpinan tertinggi lokasi DPPU berhak menolak masuk siapapun dan apapun yang perilakunya
mengganggu keamanan dan kepentingan perusahaan, serta mencegah akses bagi orang–orang yang
tidak berkepentingan untuk melakukan pencurian minyak dan asset, kontaminasi minyak dan
penggunaan peralatan untuk kegiatan tidak legal.
Pimpinan tertinggi lokasi DPPU menetapkan sistem pemberian izin masuk yang diatur dalam TKO yang
disesuaikan dengan kondisi setempat dan menyediakan buku tamu yang harus diisi (tanggal, nama
pengunjung, keperluan, waktu tiba dan waktu keluar) oleh semua orang yang mengunjungi lokasi.
1
:0
y
12
Persyaratan minimal yang harus dimiliki oleh petugas keamanan di DPPU adalah telah mengikuti
m
nl
pelatihan security yang diselenggarakan oleh lembaga yang berwenang. Disamping itu, petugas sekuriti
ja
16
juga harus diberi pelatihan lain terkait dengan pengamanan asset di DPPU yaitu pemadaman kebakaran,
O
20
penanggulangan tumpahan minyak, dan latihan gabungan yang diselenggarakan oleh pihak Bandara
setempat. st
gu
Au
se
Fasilitas yang harus disediakan untuk petugas keamanan antara lain : pos jaga, buku tamu, penghalang
3
l0
pada pintu gerbang, lampu senter, alat komunikasi, metal detector, peralatan patroli, dan pakaian tugas
li
ga
da
lU
ng
satuan pengamanan.
en
ta
rk
a
te
ad
ak
,p
tid
2)
Semua DPPU harus memiliki Penilaian Resiko Keamanan, dan ditinjau minimal setiap 2(dua) tahun.
en
21
um
27
er
Pimpinan tertinggi lokasi DPPU harus memastikan bahwa pengelolaan keamanan telah sesuai dengan
(7
ok
kondisi setempat, dengan memperhitungkan setiap perkembangan dan status ancaman keamanan
o
D
nt
t
nasional.
ya
In
ud
R
Harus dilindungi dengan pemagaran, pintu gerbang dan penghalang kendaraan masuk dan keluar.
e
ic
Pengecualian dapat diberikan bahwa pemagaran tidak diperlukan dalam kondisi sebagai berikut :
D
1. Jika fasilitas berada dalam region yang cukup terlindungi dan aman, serta Penilaian Resiko
Keamanan menunjukkan bahwa pemagaran tidak diperlukan.
2. Jika pemagaran tidak diperbolehkan oleh pihak berwenang.
Pintu gerbang dan penghalang yang memberi akses langsung ke pengelolaan bahan bakar ditangani
harus dalam kondisi “ normally closed ” dan hanya boleh dibuka untuk memperbolehkan masuknya
orang dan kendaraan yang berwenang. Harus ada penerangan yang mencukupi dalam area DPPU untuk
menghindari area gelap di bagian yang kritis keamanannya.
1. Memeriksa dan mengawasi orang, barang, kendaraan dan lain-lain yang keluar masuk lokasi.
2. Melakukan patroli secara terus menerus untuk memeriksa keamanan area yang telah menjadi
tanggung jawabnya.
3. Membuka dan menutup pintu utama.
4. Melaksanakan perintah khusus antara lain : melakukan penyelidikan suatu kasus, melakukan
pengawalan dan lain-lain.
5. Melaksanakan koordinasi pengamanan dengan instansi terkait di dalam maupun di luar lokasi.
01.05.03.03 Pemeriksaan
Pemeriksaan terhadap orang dan kendaraan yang masuk dalam region terbatas (restricted region) di
DPPU adalah sebagai berikut :
1. Pemeriksaan ID Card, ijin masuk, gate pass dan segel bridger
2. Pemeriksaan terhadap senjata api, bahan peledak, senjata tajam, handphone, korek api dan atau
barang yang menimbulkan percikan api. Barang-barang tersebut tidak boleh dibawa masuk dan
berada di area terbatas kecuali dengan ijin tertulis.
3. Pemeriksaan terhadap penggunaan APD.
1
:0
4. Pemeriksaan saringan api ( flame trap ) pada kendaraan.
y
12
m
nl
ja
01.05.04.00 PENGAMANAN UANG PEMBAYARAN TUNAI SETEMPAT
16
O
20
Pimpinan tertinggi lokasi DPPU bertanggung jawab menjaga keamanan uang pembayaran tunai
st
gu
setempat. Jika uang tersebut tidak dapat disetorkan ke bank yang ditunjuk pada hari itu juga karena
Au
se
sudah tutup, uang tersebut harus disimpan dalam brankas di kantor dan harus segera disetorkan ke
3
l0
da
lU
ng
en
ta
te
ad
na
ak
Inspeksi rutin keamanan harus dilakukan oleh Pimpinan tertinggi lokasi DPPU atau Pengawas setiap
,p
tid
2)
bulanan untuk memastikan bahwa fasilitas keamanan berfungsi dengan benar dan situasi aman dan
en
21
um
terkendali.
27
er
(7
ok
Patroli keamanan harus dilakukan oleh Petugas Sekuriti setiap hari untuk memastikan bahwa situasi
o
D
nt
t
ya
Setiap pekerja harus ikut menjaga keamanan, meskipun tugas utama ada pada petugas sekuriti.
us
Ag
Kesadaran atas ancaman terhadap keamanan setiap DPPU akan berbeda dan tergantung pada kondisi
k
ta
e
lokasi. Pimpinan tertinggi lokasi DPPU harus meminta saran dari Fungsi Sekuriti perusahaan atau aparat
ic
D
yang berwenang mengenai tingkat ancaman keamanan setempat yang berlaku. Pimpinan tertinggi
lokasi DPPU harus memastikan bahwa semua tindakan pencegahan yang diwajibkan telah diterapkan
sesuai dengan tingkat keamanan setempat yang berlaku.
1
Petugas sekuriti melakukan tindakan :
:0
y
12
1. Persiapan pengamanan, mengumpulkan dan mengerahkan anggota tenaga pengamanan untuk
m
nl
melakukan penjagaan dan pengamanan lokasi.
ja
16
2. Melaporkan rencana unjuk rasa kepada Pimpinan tertinggi lokasi DPPU.
O
20
3. Pimpinan tertinggi lokasi DPPU melakukan koordinasi dengan POLRI setempat.
st
gu
4. Petugas sekuriti dan POLRI bekerjasama menjaga dan menutup pintu keluar dan masuk lokasi DPPU.
Au
se
5. Apabila terjadi tindakan anarkis, POLRI wajib melakukan tindakan hukum, komando pengendalian
3
l0
ada di POLRI.
li
ga
da
lU
ng
en
rk
a
te
ad
na
ak
Laporan keamanan merupakan laporan tentang masalah keamanan yang terjadi dan dapat mengganggu
,p
tid
2)
kelancaran operasi di suatu lokasi. Laporan ini dimaksudkan sebagai upaya pengamanan perusahaan
en
21
ok
Laporan harian merupakan laporan peristiwa dan kegiatan pengamanan di DPPU setiap hari, dicatat
o
D
nt
t
dalam Log Book Keamanan, ditandatangani oleh Komandan Jaga atau petugas keamanan untuk
ya
In
ud
selanjutnya diperiksa dan ditandatangani oleh Pimpinan tertinggi lokasi DPPU selaku penanggung jawab
R
lokasi.
us
Ag
Laporan Bulanan merupakan rekapitulasi dari laporan harian peristiwa keamanan yang dibuat dalam
h
le
01.06.00.01 Pengertian
Alat pelindung diri (APD) adalah seperangkat peralatan yang dipakai atau dipegang oleh orang yang
bekerja dan dimaksudkan untuk melindungi orang tersebut terhadap satu atau lebih resiko adanya
potensi bahaya dalam aspek kesehatan dan keselamatan kerja. APD ini dirancang bagi tenaga kerja
untuk melindungi atau mengurangi tingkat kecelakaan dan penyakit di tempat kerja yang dihasilkan
akibat adanya paparan bahaya secara kimiawi, radiologi, fisik, elektrik, mekanik atau bahaya lainnya.
APD dipakai sebagai upaya terakhir dalam usaha melindungi tenaga kerja, apabila usaha secara rekayasa
teknis dan administrasi tidak dapat berjalan dengan baik. Pemakaian APD bukanlah pengganti dari
kedua usaha tersebut, namun merupakan usaha akhir.
Komitmen dan kebijakan PAv tentang APD yang ditanda tangani oleh Vice President Aviasi merupakan
ketentuan yang wajib ditaati oleh seluruh tenaga kerja dan pihak lain yang melakukan kegiatan di lokasi
yang berada dibawah pengawasan Pav, lihat Lampiran 01.06.00.01 : Tabel Pemakaian APD. Pimpinan
tertinggi lokasi DPPU berkewajiban untuk memastikan bahwa ketentuan penggunaan APD diatas ditaati
dan tidak dilanggar.
1
:0
y
12
02.06.00.03 Pemeliharaan APD
m
nl
ja
Pimpinan tertinggi lokasi DPPU harus dapat memastikan bahwa APD:
16
O
20
1. Disimpan dengan baik dan benar jika tidak digunakan.
st
gu
2. Perbaikan dan pemeliharaan harus mengikuti prosedur dari pabrikan.
Au
se
3. Dapat dilakukan oleh para pemakai, apabila sulit agar diserahkan kepada ahlinya
3
l0
da
lU
ng
en
ta
rk
te
ad
na
ak
,p
Pelindung kepala adalah peralatan yang melindungi kepala dari benda keras, pukulan, benturan,
tid
2)
terjatuh, terkena arus listrik, zat kimia berbahaya, api dan kotoran debu. Pelindung kepala ini terdiri dari
en
21
um
27
er
Safety Helmet dan Bump Cap. Pelindung kepala ini mengacu kepada standar ANSI/ISEA Z89.1.
(7
ok
o
Ketentuan lokasi dan kegiatan yang mensyaratkan pemakaian safety helmet dan bump cap dapat dilihat
nt
t
ya
Safety helmet merupakan topi dengan bahan keras yang harus dipakai oleh seluruh pekerja dan tamu
le
O
yang akan bekerja atau memasuki area DPPU yang terdapat bahaya kepala terluka atau area yang telah
k
ta
di tetapkan sebagai zona APD. Safety helmet ini harus tahan terhadap resiko adanya benda jatuh,
e
ic
D
benturan dengan benda lain, terkena benda panas atau api, sengatan listrik, kejatuhan zat kimia dan
jatuh dari ketinggian.
Safety helm terbuat dari bahan polycarbonate yang telah lulus test dijatuhi benda 5 kg dari ketinggian 1
meter, memenuhi persyaratan high visibility (HiVi) dan harus dilengkapi dengan tali dagu dengan bahan
polyester. Warna safety helmet adalah putih dan diberi tulisan dan logo Pertamina Aviation. Safety
helmet yang dipakai oleh tamu harus diberi tanda “visitor”.
Bump cap berfungsi melindungi kulit kepala dari benturan ringan dengan benda keras. Bump cap terdiri
dari 2 bagian utama, yaitu bagian dalam yang terbuat dari bahan polyetilene dengan kerapatan tinggi,
ringan dan halus. Sedangkan bagian luar terbuat dari bahan kain tebal antistatic yang diberi lubang
ventilasi untuk sirkulasi udara dan mudah dibersihkan.
1
APD.
:0
y
12
Safety glasses terdiri dari bagian lensa dan bagian frame. Lensa yang digunakan mempunyai sifat anti
m
nl
ja
berkabut, anti silau (terpolarisasi), UV protection, anti gores dan berwarna yang dapat meningkatkan
16
O
kontras. Sedangkan frame yang digunakan tidak hanya melindungi mata dari arah depan, tetapi juga dari
20
st
arah samping, atas, dan bawah. Frame dari jenis dielektrik, yaitu tidak mengandung logam untuk
gu
menghindari terkena listrik statis.
Au
se
3
l0
li
da
lU
ng
en
ta
Face shield digunakan untuk melindungi seluruh muka dari terkena percikan benda kecil, percikan benda
rk
a
te
ad
panas, percikan zat kimia berbahaya, kotoran dan debu, pengaruh cahaya, dan pengaruh radiasi. Face
na
ak
,p
shield ini digunakan pada pekerjaan pengelasan, penggerindaan, pemotongan logam di Bengkel.
tid
2)
en
21
um
27
er
ok
o
D
nt
Pelindung pendengaran adalah peralatan yang dapat mengurangi intensitas suara untuk melindungi
t
ya
In
telinga dari suara dengan frekuensi tertentu, sedangkan pada frekuensi komunikasi antar orang tidak
ud
R
boleh terganggu. Alat pelindung pendengaran mengacu kepada Standar ANSI S3.19.
us
Ag
Setiap pekerja yang disepanjang waktu berada di daerah bahaya kebisingan atau melakukan kegiatan
h
le
yang menimbulkan bahaya kebisingan dalam waktu yang lama wajib dilengkapi pelindung pendengaran
O
ini. DPPU harus menyediakannya untuk keperluan tamu atau pekerja, yang tidak rutin, akan
k
ta
e
perlindungan bagi pengguna. Ear Muff harus secara teratur diperiksa dan bagian earcups harus dijaga
agar tetap dalam kondisi baik. Misalnya, bantal earcup yang retak atau mengeras, atau ikat kepala
dengan ketegangan yang tidak memadai harus diganti.
Penutup telinga harus dipasang dengan benar dan dipakai sepanjang waktu di daerah bahaya kebisingan
atau ketika melakukan kegiatan yang menimbulkan bahaya kebisingan.
1
:0
y
12
Pelindung tangan adalah sarung tangan yang melindungi tangan pada saat bekerja di tempat atau situasi
m
nl
yang dapat mengakibatkan cedera tangan. Bahan dan bentuk sarung tangan di sesuaikan dengan fungsi
ja
16
masing-masing pekerjaan. Sarung tangan untuk mechanical risks mengacu kepada standar EN 388,
O
20
sedangkan untuk chemical rikss mengacu kepada EN 374.
st
gu
Sarung tangan harus yang kedap terhadap bahan bakar (impervious) untuk melindungi kulit dari
Au
se
paparan hydrocarbon. Sarung tangan yang tidak kedap terhadap bahan bakar (non-impervious), seperti
3
l0
sarung tangan kulit, hanya boleh digunakan bila tidak menangani bahan bakar. Sarung tangan harus
li
ga
da
lU
ng
digunakan bila sedang mengoperasikan mesin gerinda dan mesin potong karena dapat mengakibatkan
en
ta
rk
te
ad
na
ak
,p
tid
Pelindung kaki adalah safety shoes yang digunakan untuk melindungi kaki sampai sendi kaki dan dapat
(7
ok
D
nt
t
ya
In
Standar safety shoes yang ditetapkan Pertamina Aviation adalah sebagai berikut :
ud
R
1. Tinggi minimum 13 cm yang diukur dari bagian paling atas dari alas sepatu sampai bagian tertinggi
us
dari sepatu bot dan harus tipe yang menggunakan tali pengikat. Hal ini untuk melindungi sendi kaki.
Ag
2. Material bagian atas sepatu harus dari bahan yang mutu dan tebalnya dapat melindungi terhadap
h
le
O
gesekan.
k
ta
3. Alas sepatu harus dapat menahan paku atau benda tajam, tahan terhadap minyak dan pelarut, dan
e
ic
4. Mempunyai baja pelindung jari yang dapat menahan beban 90 Joule (setara dengan 11,36 kg) yang
dijatuhkan dari ketinggian ± 50 cm.
Saat memasuki daerah wajib APD, seragam harus dilengkapi dengan Safety yang memiliki fitur high
visibility / material reflektif.
01.07.00.00 ADMINISTRASI
01.07.00.01 Pengertian Administrasi dalam buku ini adalah administrasi yang menyangkut hal hal
sebagai berikut :
1. Pencatatan data pergerakan produk mulai dari persediaan (stock), penerimaan, penyaluran sampai
dengan penyerahan produk (penjualan).
2. Inventarisasi, tata cara pengadaan dan pengelolaan fasilitas serta material untuk kegiatan
1
:0
operasional.
y
12
3. Kegiatan administrasi keuangan yang bersifat umum sebagai pendukung kegiatan operasional serta
m
nl
ja
administrasi penjualan yang mendukung kegiatan penjualan produk kepada pelanggan
16
4. Laporan kegiatan khusus.
O
20
st
gu
01.07.00.02 Pengelompokkan, hal-hal tersebut diatas dikelompokkan menjadi :
Au
se
3
1. Administrasi Produk.
l0
li
ga
da
lU
en
rk
a
te
4. Administrasi Lainnya.
ad
na
ak
,p
tid
2)
Administrasi produk adalah pencatatan data sebagai pertanggung jawaban seluruh pergerakan produk
ok
o
6. Administrasi defueling.
ic
D
1
:0
y
12
01.07.01.01.06 Certificate of Quantity Discharge
m
nl
ja
Certificate of Quantity Discharge (CQD) mencantumkan angka – angka penerimaan darat. CQD dibuat
16
oleh petugas penerimaan di Instalasi/ Terminal Transit/ Depot/ DPPU. Data CQD dipakai sebagai data
O
20
penerimaan baru.
st
gu
Au
se
li
ga
da
lU
Certificate of Quantity Loaded (CQL) adalah sertifikat yang dibuat oleh lokasi pengirim yang
ng
en
mencantumkan angka hasil pengukuran dan perhitungan BBM penerbangan dari tangki darat yang
ta
rk
a
te
dimuat ke kapal.
ad
na
ak
,p
tid
2)
01.07.01.01.08 Invoice
en
21
um
27
er
Invoice adalah dokumen yang diterbitkan oleh pemasok, yang antara lain mencantumkan nama atau
(7
ok
o
jenis dan jumlah produk serta nilai uangnya. Invoice ini dipakai sebagai dasar penagihan.
nt
t
ya
In
ud
R
01.07.01.01.09 FD 233 A1
us
Ag
Finance Document (FD 233 A1) merupakan formulir yang digunakan untuk merekapitulasi produk yang
h
diterima dari tanker. Data yang tercantum dalam FD 233 A1 digunakan sebagai sumber data pengisian
le
O
formulir FD 235.
k
ta
e
ic
D
01.07.01.01.10 FD 233 A2
Finance Document (FD 233 A2) merupakan formulir yang digunakan untuk meringkas produk yang
diterima dari sarana pipa, RTW, Bridger.
01.07.01.01.11 Aviation Fuel Release Note
Aviation Fuel Release Note (AFRN) atau Nota Penyerahan/ Pengesahan (NPP) merupakan dokumen yang
menyatakan bahwa produk telah release. AFRN tersebut dibuat dan ditandatangani oleh Pengawas
Mutu.
1
:0
y
12
tersebut dibuat.
m
nl
ja
01.07.01.01.16 Aviation Fuel Release Statement
16
O
20
Aviation Fuel Release Statement adalah dokumen yang diterbitkan oleh pimpinan tertinggi Aviation di
st
gu
suatu lokasi / wilayah yang menyatakan bahwa mutu BBMP sudah sesuai dengan latest issue Defence
Au
se
Standard atau AFQRJOS (Aviation Fuel Quality Requirements for Jointly Operated Systems) dan siap
3
l0
untuk digunakan.
li
ga
da
lU
ng
en
ta
rk
te
ad
na
ak
,p
Jet A-1 Recertification - Comparison adalah dokumen yang membandingkan sifat-sifat fisika dan kimia
tid
2)
BBMP Antara RCOQ (Refinery Certificate of Quality) dengan hasil pengujian saat ini dan hasil pengujian
en
21
um
27
er
sebelumnya.
(7
ok
o
D
nt
t
Dry Certificate merupakan sertifikat yang menyatakan bahwa kompartemen tanker dalam keadaan
R
us
kosong dan kering serta siap untuk dimuat, atau kompartemen tanker setelah pembongkaran dalam
Ag
keadaan kosong dan kering. Sertifikat ini ditandatangani oleh pihak kapal dan pihak darat.
h
le
O
k
Berita acara penerimaan ini menyatakan jenis dan jumlah produk yang diterima, apakah sesuai atau
tidak dengan yang dikirim. Berita acara ditandatangani bersama oleh pihak Instalasi/ Depot/ Terminal
Transit/ DPPU penerima dan pihak yang bertanggungjawab dalam pengangkutan produk tersebut.
01.07.01.01.20 FD 233 B1
Finance Document, (FD 233 B1) merupakan formulir yang digunakan untuk meringkas pengiriman
produk ke Instalasi/ Depot/ Terminal Transit/ DPPU dengan menyebutkan jenis dan jumlah produk. Data
yang diisikan dalam formulir FD 233 B1 ini, dugunakan sebagai sumber data pengisian formulir FD 235.
01.07.01.01.23 SP3M
Surat Perintah Pengambilan Pelumas dan Minyak (SP3M) merupakan suatu surat perintah pengambilan
pelumas dan minyak khusus untuk pelayanan TNI dan POLRI
1
Delivery Receipt Not Into Plane adalah formulir penyerahan produk pada pelanggan, dibuat setelah
:0
y
12
dilakukan pengisian bahan bakar ke dalam kemasan drum, bridger, skid tank. Penandatanganan
m
nl
dilakukan oleh petugas pengisian dan pengawas pengisian serta wakil Airlines.
ja
16
O
20
01.07.01.01.26 Special Form atau Surat Jaminan
st
gu
Au
se
Special Form atau Surat Jaminan adalah formulir permintaan pengisian dari angkatan bersenjata asing
3
atau kedutaan. Surat ini dibuat oleh angkatan bersenjata asing, kedutaan negara, penguasa setempat
l0
li
ga
atau pihak perwakilan pembeli yang menyatakan secara tertulis jaminan pembayaran BBMP yang
da
lU
ng
en
rk
a
te
ad
na
ak
tid
2)
en
21
Surat Jaminan dibuat oleh kedutaan atau penguasa setempat atau pihak perwakilan pembeli yang
um
27
er
menyatakan secara tertulis jaminan pembayaran BBMP yang diisikan dalam pesawat udara.
(7
ok
o
D
nt
t
ya
In
Formulir persediaan dan mutasi produk adalah formulir yang harus dibuat oleh DPPU guna mencatat
us
Ag
Wewenang pembuatan dan penandatanganan catatan pergerakan dan penyerahan produk adalah
O
k
1
dari Aviation Marketing.
:0
y
12
m
nl
01.07.01.02 Administrasi Persediaan Produk
ja
16
O
20
Administrasi persediaan produk adalah pencatatan yang memperlihatkan posisi stock BBMP di
st
Instalasi/Depot/Terminal Transit/DPPU yang dapat berasal dari tanki timbun, kemasan, floating stock
gu
dan isi pipa.
Au
se
3
li
ga
1. Tank Tiket
da
lU
ng
en
rk
a
te
ad
na
ak
,p
Administrasi penerimaan produk adalah pencatatan produk yang diterima di lokasi. Penerimaan produk
um
27
er
dapat dengan curah atau dalam kemasan. Dokumen-dokumen yang diperlukan untuk penerimaan
(7
ok
o
produk adalah:
nt
t
ya
In
ud
1. Bill of Lading.
le
O
4. Invoice.
5. FD 233 A1.
6. Supplier Release Certified / Nota Penyerahan dan Pengesahan (NPP).
7. Test Report.
8. Compartement Logsheet After Loaded (CLAL).
9. Compartement Logsheet Before Discharge (CLBD).
10. Certificate of Quality.
11. Certificate of Origin
12. Dry Certificate.
13. Berita Acara Penerimaan.
Dokumen yang diperlukan untuk penerimaan melalui RTW/ Bridger/ Pipa adalah :
1. Bukti Pengiriman Produk (BPP)
2. Aviation Fuel Release Statement
3. FD 233 A2.
4. Nota Penyerahan dan Pengesahan (NPP).
5. Berita Acara Penerimaan Produk.
1
:0
7. Daftar Pengepakan (DP).
y
12
m
nl
ja
01.07.01.04 Administrasi Penyaluran Produk
16
O
20
st
01.07.01.04.01 Administrasi Penyaluran Produk Konsinyasi gu
Au
se
Dokumen-dokumen yang diperlukan pada penyaluran produk konsinyasi adalah pencatatan produk yang
3
l0
da
lU
ng
en
rk
te
ad
na
ak
tid
2)
5. FD 233 B1.
(7
ok
D
nt
t
7. Test Report.
ya
In
ud
9. Certificate of Quality.
Ag
1
2. Delivery Receipt Not Into Plane
:0
y
12
3. Loading Order.
m
nl
ja
4. Berita Acara Penyerahan BBMP Not Intoplane
16
5. Surat Kuasa Pengambilan
O
20
6. Surat Jalan
st
gu
7. Surat Pernyataan Penggunaan Media
Au
se
li
da
lU
ng
en
ta
rk
te
ad
na
ak
,p
tid
Administrasi defueling adalah pencatatan kegiatan pengeluaran BBMP dari tanki pesawat pelanggan.
2)
en
21
ok
D
nt
Surat permohonan defuelling adalah surat yang dibuat dan diajukan oleh pelanggan atau
t
ya
In
perwakilannya yang memuat permohonan untuk pelaksanaan Defuelling yang ditandatangani oleh
ud
R
b. Surat Pernyataan
h
le
Surat pernyataan bermaterai yang dibuat dan ditandatangani oleh pelanggan atau perwakilannya
O
yang menyatakan akan bertanggung jawab terhadap kualitas BBMP yang dikeluarkan dari tangki
k
ta
e
pesawat (defuelling) dan disalurkan kembali (refuelling) ke pesawat milik pelanggan apabila tanpa
ic
D
1
3.
:0
Administrasi penyimpanan barang.
y
12
4. Administrasi pengeluaran barang.
m
nl
ja
5. Administrasi pengiriman barang.
16
6. Administrasi penghapusan dan penyisihan asset.
O
20
st
gu
01.07.02.01 Administrasi Pengadaan Barang dan Jasa
Au
se
3
l0
Yang dimaksud administrasi pengadaan barang dan jasa adalah segala administrasi yang berkaitan
li
ga
da
lU
dengan pengadaan barang dan jasa untuk keperluan operasional perusahaan sesuai dengan ketentuan
ng
en
ta
yang berlaku, yaitu SK Direksi No.Kpts-043/C00000/2015-S0 revisi terakhir tentang Sistem dan Tata Kerja
rk
a
te
ad
ak
,p
tid
2)
en
21
ok
Yang dimaksud administrasi penerimaan adalah segala administrasi yang berkaitan dengan penerimaan
o
D
nt
3. Sertifikat-sertifikat Barang.
h
le
Keuangan. Setiap kwartal (3 bulanan) DPPU menerima daftar inventaris HBM tersebut, sebagai dasar
untuk pemeriksaan harta benda milik perusahaan di lokasi.
Apabila dalam daftar inventaris terdapat ketidaksesuaian dengan harta benda yang terdapat di lokasi,
maka lokasi segera melaporkan hal tersebut ke fungsi Keuangan untuk segera dapat diperbaiki.
Lokasi harus membuat kartu riwayat (history card) dari tiap assets yang ada di lokasi tersebut dengan
rinci. Setiap tahun Pimpinan tertinggi lokasi DPPU melakukan pemeriksaan fisik assets berdasarkan data
riwayat harta tersebut.
1
a. Formulir Permintaan
:0
y
12
Formulir Permintaan dipergunakan sebagai dasar pengeluaran material dari persediaan yang
m
nl
dipindahkan atau dikirim ke Pihak Lain.
ja
16
b. Bon Pengeluaran Material O
20
Bon Pengeluaran Material (BPM) dipergunakan sebagai bukti pengeluaran material yang
st
gu
ditandatangani oleh pihak yang menerima dan pihak yang mengeluarkan.
Au
se
3
l0
da
lU
ng
en
Setiap pengiriman material harus dilindungi oleh dokumen pengiriman yang sah, sesuai ketentuan yang
ta
rk
berlaku. Petugas pengiriman berkewajiban membuat Daftar Pengepakan untuk semua material yang
a
te
ad
na
ak
hendak dikirim. Daftar pengepakan asli dikirim langsung kepada penerima material.
,p
tid
2)
en
21
ok
Dalam penghapusan dan penyisihan material perusahaan, pada hakekatnya merupakan rangkaian dari
o
D
nt
t
ya
kegiatan yang bertujuan menghentikan tanggungjawab perusahaan secara sah menurut hukum, dengan
In
ud
mengikuti tata cara dan persyaratan tertentu sesuai dengan ketentuan dan perundang-undangan yang
R
us
berlaku.
Ag
a. Penghapusan Asset
h
le
Penghapusan asset dimaksudkan meniadakan jumlah dan nilai asset tertentu dari buku perusahaan.
O
k
ta
e
b. Penyisihan Asset
ic
D
Penyisihan material dimaksudkan agar dilaksanakan perlakuan lanjutan terhadap material yang
telah dihapuskan, sesuai ketentuan yang berlaku di perusahaan. Perlakuan lanjutan ini dapat
berupa:
1. Dijadikan barang rongsokan (scrap).
2. Dimusnahkan.
3. Dijual.
4. Dipindahtangankan.
5. Dijadikan barang salvage.
6. Dikanibalisasi.
1
:0
y
Sistem Penjualan yang berlaku saat ini adalah secara Central Collection, dimana Penyerahan BBMP
12
m
dilakukan oleh DPPU kepada Pelanggan setelah berkoordinasi dan mendapat konfirmasi/penegasan
nl
ja
dari Pertamina Aviation Kantor Pusat.
16
O
20
Mekanisme pembayaran yang berlaku untuk pembelian BBMP oleh pelanggan terdiri dari :
st
gu
1. Pembayaran Dimuka (Prepayment).
Au
se
da
lU
en
ta
rk
a
te
ad
ak
,p
tid
2)
Pembayaran dimuka adalah pembayaran yang dilakukan oleh Pelanggan kepada Pertamina Aviation
en
21
um
27
Kantor Pusat sebelum dilakukan penyerahan BBMP. Pembayaran dilakukan oleh Pelanggan ke rekening
er
(7
ok
D
nt
t
ya
Jumlah pembayaran dimuka dihitung berdasarkan surat perjanjian (kontrak) atau kesepakatan antara
In
ud
Pertamina dengan Pelanggan untuk kebutuhan periode tertentu. Kekurangan dan atau terlambatnya
R
us
pembayaran dimuka yang menyebabkan saldo Pelanggan menjadi minus, dapat menjadi acuan untuk
Ag
melakukan penghentian pelayanan pengisian BBMP di seluruh DPPU sesuai dengan penegasan dari
h
le
Aviation Marketing.
O
k
ta
e
Pembayaran kredit adalah pembayaran yang dilaksanakan oleh Pelanggan kepada Pertamina Aviation
Kantor Pusat setelah dilakukan penyerahan BBMP pada periode tertentu. Pembayaran kredit dilakukan
oleh Pelanggan ke rekening bank penerimaan yang ditunjuk oleh PT Pertamina (Persero) .
Mekanisme pembayaran kredit ditetapkan oleh Pertamina Aviation dan diikat oleh surat perjanjian
(kontrak).
1
:0
y
12
01.07.03.04 Pembayaran secara Auto Collection
m
nl
ja
16
Pembayaran secara AutoCollection merupakan metode pembayaran atas pembelian BBMP melalui
O
20
rekening auto collection/escrow (rekening atas nama Pelanggan di bank yang ditunjuk oleh Pertamina)
dan telah diikat dengan surat perjanjian (kontrak). st
gu
Au
se
Pada mekanisme autocollecton ini, saldo/dana yang terdapat di rekening auto collection akan terdebet
3
l0
otomatis ke rekening penerimaan Pertamina sebesar nilai produk yang telah diserahkan Pertamina
li
ga
da
lU
ng
kepada Pelanggan.
en
ta
rk
a
te
ad
ak
,p
tid
2)
ok
D
nt
t
Laporan DPPU merupakan laporan mengenai kondisi berkaitan dengan operasi dan sarana di DPPU
e
ic
selama satu bulan dan dituangkan dalam formulir LDPPU, dikirim ke Aviation Region setiap awal bulan.
D
01.07.04.03 Laporan Nearmiss, Kondisi Tidak Aman dan Perilaku Tidak Aman
a. Nearmiss, adalah suatu incident yang terjadi yang belum menimbulkan kerugian/ cidera/ penyakit
akibat kerja atau kerusakan properti lainnya, namun bila dibiarkan akan menyebabkan terjadinya
kecelakaan.
b. Kondisi Tidak Aman, adalah suatu situasi atau kondisi tidak aman yang terjadi yang belum
menimbulkan kerugian, cidera, penyakit akibat kerja atau kerusakan properti lainnya, namun bila
dibiarkan akan menyebabkan terjadinya kecelakaan.
c. Perilaku Tidak Aman, adalah suatu tindakan yang membahayakan yang belum menimbulkan
kerugian, cidera, penyakit akibat kerja atau kerusakan properti lainnya, namun bila dibiarkan akan
menyebabkan terjadinya kecelakaan.
Pelaporan atas kondisi tidak aman dan kepatuhan terhadap aturan utama HSE dilaksanakan melalui
mekanisme kartu PATUH yang diatur dalam subbab 01.03.01.11 Kewajiban Atas Accident dan Insiden
1
:0
dievaluasi dan monitor tindak lanjutnya. Inspeksi dan audit di DPPU yang harus dilaporkan adalah:
y
12
m
nl
a. Audit Fasilitas DPPU
ja
16
Audit Fasilitas DPPU adalah audit yang dilakukan oleh auditor yang ditunjuk yang memiliki kompetensi
O
20
mengaudit. Formulir audit yang digunakan adalah Checklist Audit terupdate yang mengacu pada
st
gu
POMPAv.
Au
se
Hasil–hasil audit oleh pelanggan hendaknya diminta kepada pelanggan dan segera dikirim ke Aviation
li
ga
da
lU
ng
rk
a
te
ak
,p
Lokasi yang sudah menerapkan Sistem Manajemen Mutu dan atau Sistem Manajemen Lingkungan dan
tid
2)
atau OHSAS agar melaporkan hasil audit internal dan ekternal kepada Aviation Region dan Aviation
en
21
um
27
er
Pusat
(7
ok
o
D
nt
t
Apabila terjadi kecelakaan pesawat udara di lokasi Bandara dimana DPPU tersebut berada, maka DPPU
R
us
harus membuat laporan kecelakaan pesawat udara ke Aviation Region dan Aviation Operation.
Ag
h
Kecelakaan pesawat ini harus diinformasikan ke DPPU dimana pesawat tersebut terakhir melakukan
le
O
refuelling, selanjutnya DPPU tersebut mengamankan sample yang terkait dengan pesawat tersebut.
k
ta
01.08.01.01 Umum
Perencanaan serta operasi yang efisien dari DPPU, terutama yang menyangkut operator dan
peralatannya, memerlukan pengetahuan yang menyeluruh serta analisis yang teliti mengenai semua
jadwal keberangkatan dan kedatangan pesawat (baik saat ini maupun yang akan datang).
Survey lalulintas harus diadakan secara periodik, informasi jadwal kedatangan dan keberangkatan
pesawat yang pasti dapat diperoleh dari jadwal yang diterbitkan oleh Airline, perwakilan Airliner atau
pengelola Bandara setempat. Survei lalulintas penerbangan yang dilaksanakan selama 12 bulan
kedepan ini akan memberikan gambaran apakah kebutuhan bahan bakar yang diperkirakan akan
konstan atau ada kemungkinan terjadinya fluktuasi kebutuhan. Jadwal penerbangan non-scheduled
biasanya diberitahukan oleh Airliner atau perwakilannya kepada PAv.
Informasi ini, ditambah dengan perkiraan kenaikan kebutuhan BBMP tiap-tiap penerbangan dapat
dipakai untuk persiapan penyusunan grafik atau diagram survey lalulintas penerbangan. Jika kebutuhan
(throughput) dan pola lalulintas bulanan selama periode 12 bulan tersebut relatif konstan dan normal,
hanya dibutuhkan satu grafik atau diagram survey lalulintas harian dalam satu minggu. Pada saat
fluktuasi musiman (misalnya hajj flight, liburan hari raya, liburan sekolah) yang besar dan ramai,
diharuskan membuat grafik atau diagram survey untuk hari-hari tertentu selama periode musiman yang
ramai tersebut.
Grafik atau diagram survey ini harus diperbaiki tiap bulan atau bila ada perubahan operasional Airliner
(baik yang baru memulai maupun menghentikan kegiatan operasionalnya) atau ada perubahan
pembelian BBMP oleh Airliner ke Pemasok lain.
1
:0
jadwal waktu kedatangan dan keberangkatan. Simbol-simbol yang ada pada kotak menunjukan jenis
y
12
pesawat, nama Airline, estimasi pengisian bahan bakar. Pada Bandara dengan operasional yang besar
m
nl
ja
dan kompleks, program-program survey lalulintas penerbangan tersedia dalam sebuah grafik atau
16
O
diagram kegiatan lengkap yang dapat menampung informasi operasional dari seluruh database kegiatan
20
st
pelanggan Bandara. gu
Au
se
li
ga
da
lU
Penelitian terhadap grafik atau diagram survey lalulintas penerbangan dapat menghasilkan informasi
ng
en
mengenai kebutuhan operasional DPPU yang berguna untuk menentukan pola regu shift yang cocok,
ta
rk
a
te
jenis dan jumlah mobil pengisian, serta kebutuhan tenaga kerja dari DPPU. Dari grafik atau diagram
ad
na
ak
,p
diatas dapat juga ditetapkan waktu yang paling tepat untuk pemeliharaan peralatan, millipore test,
tid
2)
en
Secara periodik, grafik dan diagram survey lalulintas penerbangan ini akan ditinjau kembali dengan
(7
ok
membandingkan jadwal rencana terhadap realisasi, yang tersedia sebagai informasi tambahan, yang
o
D
nt
t
Pelanggan kadang-kadang mengeluh mengenai aspek tertentu dari layanan pengisian pesawat oleh
h
le
O
DPPU, sebagai contoh keterlambatan pengisian atau peralatan pengisian yang tidak memadai untuk
k
ta
layanan ke Pesawat.
e
ic
D
Semua keluhan pelanggan, baik yang dapat langsung diselesaikan di tempat itu maupun yang belum,
harus dicatat pada daftar keluhan pelanggan. Rincian keluhan dan tindak lanjutnya dicatat pada formulir
ketidaksesuaian. Setiap laporan keluhan pelanggan yang masuk dan hasil survei pelanggan yang
dilakukan DPPU sendiri harus dilaporkan kepada Pimpinan tertinggi Aviasi di suatu wilayah atau region
dan ditembuskan ke Manajer Aviation Operation.
en ad
a
tid ta
ng
ak
se
LAMPIRAN
st
20
nl
16
ja
y
m
12
:0
1
Halaman I
Buku 1 : Prosedur Umum, HSSE Dan Administrasi
Ada dua bagian pelatiihan yang harus di dapatkan oleh setiap pekerja antara lain :
a. Modul Wajib, dimana setiap pekerja harus mendapatkan materi ini sebagai dasar mereka dalam
bekerja, dalam modul wajib ini dijabarkan secara umum perihal pengetahuan produk BBMP, HSSE,
sarana fasilitas, Operasional dan Quality control.
b. Modul Khusus, merupakan materi lanjutan untuk mendalami proses operasional dan maintenance
peralatan Aviation sesuai bagian dan jenis pekerjaannya.
Pelatihan PACE dilaksanakan oleh pengajar dari internal Pertamina Aviation yang telah mendapatkan
pelatihan Training of Trainer (TOT) serta pengajar dari luar jika dibutuhkan. Metode yang digunakan
adalah teori dan praktek lapangan.
1
Modul Pelatihan
:0
y
12
W 01 Pengetahuan Produk / Product knowledge Wajib
m
nl
W 02 Health Safety Security & Environment (HSSE) Wajib
ja
16
W 03 Sarana Fasilitas Aviation / Aviation Facility
O Wajib
20
W 04 Pengawasan Mutu Aviation / Aviation Quality Control Wajib
st
gu
Au
se
da
lU
ng
rk
te
ad
ak
,p
tid
K 07 Pipa Khusus
um
27
er
(7
D
nt
K 12 Refueler Khusus
Ag
h
K 16
D
B. SERTIFIKASI RDT
Sesuai modul yang disusun oleh Dirjen Perhubungan Udara dan Lembaga Sertifikasi Profesi Aviasi
Indonesia
Hight
Uniform/ Safety Hearing Eye Bump Safety
Gloves visibility
overal boots protection protection cap helmet
(note 3) clothing
(note 1) (note 2) (note 4) (note 5) (note 6) (note 7)
(note 8)
Risk Risk Risk
Tank farm Y Y Risk base Risk base Y
base base base
Fueler Risk Risk
Y Y Y Risk base Y N
loading base base
Apron Y Y Y Y Y Y N Y
Risk Risk
Workshop Y Y Risk base Y N
base base
1. Uniform/overalls, should have good anti static properties e.g. be more than 50% natural fibres
2. Safety boots, should have ankle support, oil resistant sole and uppers, toe protection and be anti
static/static dissipative
1
:0
3. Glove, should be appropriate to the task being performed. Appropriate barrier creams are ro be
y
12
m
nl
worm at all times when gloves are not worn and the operator is exposed to skin hazards
ja
16
4. hearing protection, should be aproriate to the noise levels in the work area. Ear protector are
O
20
required for all operated tools
st
gu
5. the primery pupose of eye protection is to prevent hydrocarbon product entering the eyes. A
Au
se
secondary benefit is to preent grit/dirt entering the eye. Local climaticcondition may effect site
3
l0
li
specific requirement
ga
da
lU
ng
en
6. bump caps, are design to prevent minor bumps.bangs causing or laceration to be head. They
ta
rk
a
te
ak
,p
7. safety helmets, are “hard hats” worn to prevent severe head trauma due to falling objects. They
tid
2)
en
21
shall be worn where that risk exist, which is normaly within tank farm with overhead
um
27
er
walkways/ladders
(7
ok
o
8. Hihgt Visibilty clothing, shall comply with local legal and civil aviation requirement. To minimase the
nt
t
ya
In
risk of a static discharge, hight visibility clotihing shall have good anti static properties where
ud
R
required (e.g. in Europe certified to EN 1149-3 or equivalent). Avoid loose fitting.flapping hight
us
Ag
visibility clothing
h
le
9. Workshop, often contains hazards that may require additional PPE rule to the nature of the task
O
k
being performed. For example, loose cloting should not be worn when working with rotating
ta
e
ic
equipment, and googles rther than safety glasses should be worn when operating grinding wheels,
D
SURAT PERNYATAAN
Dengan ini menyatakan bahwa kami bermaksud melakukan pengisian Avtur ke dalam media
pengangkutan milik perusahaan kami sendiri dengan jumlah drum / Iso Tank / Bridger (*)
Kualitas dan kuantitas atau jumlah produk yang kami terima setelah melewati ujung nozzle
Pertamina adalah menjadi tanggung jawab kami.
1
Demikian surat pernyataan ini saya buat agar dapat digunakan sebagaimana mestinya.
:0
y
12
m
nl
Tempat, Tangaal Bulan Tahun
ja
16
O
20
Ttd
st
gu
Au
se
3
l0
da
lU
ng
en
ta
rk
a
te
ad
na
ak
,p
tid
2)
en
21
um
27
er
(7
ok
o
D
nt
t
ya
In
ud
R
us
Ag
h
le
O
k
ta
e
ic
D
PERSETUJUAN PENYIMPANGAN/PENGECUALIAN
Permintaan oleh (nama) Jabatan (jelas)
Email (email pemohon)
Judul Penyimpangan (jenis pengecualian yang diajukan)
Acuan dalam POMPAv (prosedur POMPAv spt apa)
Detail penyimpangan (jelaskan / gambar)
terhadap POMPAv
1
:0
y
12
Rencana Perbaikan (rencana perbaikan) Target Realisasi
m
nl
ja
penyelesaian penyelesaian
16
O (tgl/bln/thn) (tgl/bln/thn)
20
st
gu
Penyimpangan berakhir (tgl/bln/thn)
Au
se
3
l0
li
ga
da
lU
ng
en
rk
(tgl/bln/thn)
a
te
ad
na
ak
tid
2)
ok
(tgl/bln/thn)
o
D
nt
t
ya
In
ud
TERMINOLOGI
1
:0
y
12
fasiltas, quality dan HSSE dilakukan oleh orang
m
nl
mempunyai kompetensi
ja
16
Portal audit online Suatu sistim barbasis web untuk melaporkan memonitor
O
20
dan menindaklanjuti suatu audit
st
gu
Best practice Pengalaman terbaik yang dapat dijadikan acuan
Au
se
To Serve for Safe Flight Kalimat semangat Pertamina Aviation dalam melakukan
3
l0
da
lU
ng
en
rk
a
ak
,p
ok
o
Pertamina Aviation
R
us