Anda di halaman 1dari 5

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Transgender merupakan sebuah fenomena unik yang sedang terjadi di negara Indonesia.
Stieglitz (dalam Ruhghea, Mirza, & Rachmatan, 2014) mengatakan bahwa munculnya perasaan
laki-laki atau perempuan yang berbeda, yang membuat dirinya ingin hidup dalam identitas
gender yang tidak sesuai dengan jenis kelaminnya, mereka disebut sebagai transgender, dan
perubahan dapat terjadi dari female to male (transman) atau male to female (transwoman).
Transgender terdiri dari dua jenis yaitu transwomen dan transman. Seorang transgender dapat
dicontohkan sebagai berikut, jika seorang lelaki memiliki sifat atau peran yang feminin, lemah
lembut, berbicara dengan logat yang kemayu, dan lain sebagainya. Beberapa transgender
menggunakan cara berpakaian yang berbeda dari jenis kelamin yang mereka miliki. Gejala
seseorang mengalami transgender dapat diketahui pada saat mereka berusia dini.
Seseorang dapat mengalami gangguan transgender, dikarenakan adanya faktor biologis
(adanya kelainan pada hormon) , psikologis (karena pelecehan atau adanya trauma dimasa
kecil) , dan sosial-budaya (memiliki tempat tinggal yang berada di kawasan transgender)
Puspitosari, (dalam Jasrudin, Nurdelia, & Jasmine, 2015).
Kemunculan fenomena transgender ini banyak dipandang negative oleh masyarakat, karena
transgender tidak termasuk kedalam jenis kelamin wanita dan pria. Bagi masyarakat, transgender
adalah orang yang dianggap tidak memiliki kesesuaian dengan syariat agama dan norma kultural.
Masyarakat sangat meyakini bahwa Allah menciptakan umatnya dengan dua jenis kelamin yaitu
perempuan dan laki-laki, dengan begitu mereka sangat percaya bahwa trangender tidak termasuk
kedalam jenis kelamin apapun.
Seperti kasus yang diberitakan oleh Soraya (2015) dimana Bruce Jenner yang mengubah
nama menjadi Caitlyn Jenner, benar-benar mengubah dirinya menjadi seorang wanita. Caitlyn
adalah transgender berusia 66 tahun. Masa transisi yang dilakukan oleh Caitlyn memang sempat
memancing kontroversi panas dari publik, hingga saat ini Caitlyn masih mendapatkan hujatan
yang bertubi-tubi dalam akun media sosialnya.

B. Rumusan Masalah

 Apa penyebab Caitlyn Jenner menjadi seorang transgender berdasarkan teori analitis Carl
Gustav Jung?

C. Tujuan Penelitian

Tujuan kami melakukan analisis tokoh Caitlyn Jenner (Bruce Jenner) adalah untuk mengetahui
penyebab dan pengalaman dari Caitlyn Jenner yang menyebabkan dia menjadi seorang
Transgender
BAB II
PEMBAHASAN

1. Biografi

Nama : Caitlyn Jenner (Bruce Jenner)


Tempat, tanggal dan lahir : New York, Amerika Serikat, 28 Oktober 1949
Pasangan : Kris Jenner (m. 1991–2015), Linda Thompson (m. 1981–1986),
Chrystie Jenner (m. 1972–1981).
Karir : Seorang atlit paling popular karena prestasinya meraih medali
Emas cabang atletik dalam Olimpiade Montreal, Kanada 1976

Membintangi reality show Keeping Up with Kadars hians dengan


Kris.

Menyatakan dan mengumkan identitasnya sebagai perempuan di


Majalah Vanity Fair, dan secara resmi mengubah nama dan
gender pada 25 September 2015.

2. Teori Psikologi Analits Carl Gustav Jung

Psikologi Analitik adalah salah satu teori yang dikembangkan oleh Carl Gustav Jung, yang
mana secara sederhana dia berusaha menunjukkan bagaimana menggali pengalaman masa
lampau untuk lebih memahami masa sekarang dan masa depan. Jung menekankan pentingnya
menafsirkan mimpi sesuai dengan fungsinya dalam kehidupan psikis manusia. Mimpi
merupakan salah satu aktivitas jiwa yang oleh orang dulu dianggap mengandung banyak simbol
untuk menafsirkan gejala‐gejala kehidupan yang akan datang (Jung, 1986:31).
Dalam perspektif Jung, keberadaan manusia (human being) merupakan fungsi dari psikis
(jiwa) manusia, dan kejadian-kejadian yang dialami manusia merupakan terjemahan dari bagian-
bagian bahasa psikis manusia. Oleh karena itu konsep unconsious (ketidaksadaran) menjadi
konsep utama dari pandangan Jung ini.
Psikis manusia menjadi bagian dari ketidaksadaran kolektif. Bagaimana kita dapat memahami
konsep ketidaksadaran kolektif yang sampai sekarang masih diperdebatkan? Di bawah ego (aku
yang sadar), Jung menemukan psike tak sadar yang asli. Psike tak sadar ini dapat berfungsi
secara ʺkerjasama denganʺ atau secara ʺterpisah dariʺ kesadaran tadi. Kesadaran dapat bersifat
individual, sejauh itu mengandung ingatan-ingatan, pikiran‐pikiran, perasaan-perasaan yang
sudah ditekan dari si individu dari masa lampau (Jung, 1986:12).
Jasa dari Jung adalah dia secara empiris dapat menunjukkan alam tak sadar yang lebih dalam
dari ketidaksadaran pribadi, dan yang bersifat kolektif, sebab dimiliki oleh seluruh manusia dan
terdapat pada segala budaya. Pengalaman kolektif terungkap melalui simbol-simbol, gambaran,
dan motif‐motif yang diwamai emosi, serta timbul secara spontan dalam mimpi, fantasi, yang
secara nyata menggambarkan masalah inti dari eksistensi manusia, sekaligus dapat memberikan
pandangan dalam situasi kritis. Secara sederhana, teori tentang alam ketidaksadaran
(unconscious) merupakan suatu sumber yang spontan dan kreatif.

3. Analisis Teori Jung

Berdasarkan teori tingkatan psike Jung, Caitlyn (Bruce) Jenner memiliki pengalaman masa
lalu yang tidak terlupakan (ketidaksadaran personal atau personal unconscious) yaitu sejak kecil
hingga remaja mengenakan pakaian perempuan secara sembunyi-sembunyi dari lemari ibunya
seperti sweater, blouse dan lingerie.
Meskipun Caitlyn (Bruce) Jenner memiliki karier yang cemerlang dan keluarga yang
mencintainya, ia mengalami pergolakan batin dan merasa bersalah karena selama ini sudah
menipu diri sendiri dan memendam keinginan (ketidaksadaran kolektif atau collective
unsconscious) menjadi seorang perempuan dari istri, anak dan kolega.

3.1 Analisis Teori Jung (Arketipe)


 Bruce Jenner menunjukan sisi kepribadian (persona) sebagai Introvert. Ia tampil di
hadapan public dengan karier yang cemerlang sebagai atlet berprestasi, suami dan ayah
yang hangat bagi keluarga kecilnya.
 Bayangan (Shadow) yang dimiliki Bruce Jenner membuat kecewa dan menghancurkan
impian Kris Kadarshian dan anak-anaknya. Ia bahkan memutuskan bercerai dari Kris dan
mengubah namanya menjdai Caitlyn Jenner.
 Sisi Feminim (anima) Bruce ditunjukan dengan memakai pakaian sang istri/mencuri
pakaian anak perempuannya. Ia juga suntik hormone, memperbesar payudara,
menghilangkan jakun, dan mengganti jenis kelamin
 Bruce meunjukan sisi penuh cinta (great mother) dengan memperbolehkan anak-anak
memanggil ayah. Ia ingin menjaga hubungan baik dengan mereka, apalagi di usianya
yang senja berharap didampingi oleh anak-anaknya.
 Akibat statusnya sebagai transgender pamor Bruce (Caitlyn) Jenner kian menurun di
dunia hiburan. Ia menyibukan diri dengan mengaktifkan sisi pahlawan (hero) sebagai
aktivis untuk menyuarakan hak-hak kaum transgender yang kerap kali mendapat
diskriminasi masyarakat.
 Tidak dapat dipungkiri sisi bijak (wise old man) membuat Bruce (Caitlyn) Jenner sadar
bahwa keputusannya menjadi transgender adalah kesalahan. Kini ia menyesal dan merasa
hancur bahkan hidup kesepian karena dikucilkan oleh keluarga Kadarshian.
BAB III
PENUTUP

Kesimpulan

Berdasarkan dinamika kepribadian, motivasi Caitlyn (Bruce) jenner menjadi seorang


perempuan muncul akibat pengalaman masa lalu (kausalitas) mengenakan pakaian ibunya sejak
kecil. Adapun keinginannya di masa depan (teleogi) untuk menjadi perempuan seutuhnya
diwujudkan dengan kesukaan mengoleksi dress. Hal tersebut membuatnya beradaptasi ke dalam
diri (regresi) merenungkan identitas diri yang sesungguhnya, memutuskan berpisah dengan istri
dan anak-anaknya, mengumumkan diri sebagai perempuan, dan melakukan operasi kelamin.
Referensi
 https://www.psikologimultitalent.com/2015/10/teori-psikologi-kepribadian-analitik.html ,
diakses pada 06 Juli 2021 pukul 09.12
 https://www.britannica.com/biography/Caitlyn-Jenner, diakses pada 06 Juli pukul 09.12
 Widaningrum Ambar. 2006. Buletin Psikologi : Carl Gustav Jung, Teori Transformasi
dan Relevansinya pada Organisasi Birokrasi:. Vol 14 nomor 2 hal: 69-78.

Anda mungkin juga menyukai