Anda di halaman 1dari 87

BAB III

PERANCANGAN MEKANISME PENGANGKAT

Komponen utama mekanisme pengangkat meliputi perencanaan-

perencanaan :

1. Tali Baja (Steel Wire Rope)

2. Puli (Rope Sheave)

3. Drum (Rope Drum)

4. Kait (Hook)

5. Motor Penggerak

6. Sistem Transmisi

7. Sistem Rem

3.1 Perancangan Tali Baja

Tali baja berfungsi untuk mengangkat dan menurunkan beban serta

memindahkan gerakan dan gaya. Tali baja adalah tali yang dikonstruksikan dari

kumpulan jalinan serat-serat baja (steel wire) dengan kekuatan σb = 130-200

kg/mm2 . Beberapa serat dipintal hingga menjadi satu jalinan (strand), kemudian

beberapa strand dijalin pula pada suatu inti (core) sehingga membentuk tali. Tali

baja banyak sekali digunakan pada mesin pengangkat karena dibandingkan

dengan rantai, tali baja mempunyai keunggulan antara lain :

1. Lebih ringan dan lebih murah harganya

2. Lebih tahan terhadap beban sentakan, karena beban terbagi rata pada

semua strand

3. Operasi yang tenang walaupun pada kecepatan operasi yang tinggi


4. Keandalan operasi yang tinggi

5. Lebih fleksibel dan ketika beban lengkungan tidak perlu mengatasi

internal stress

6. Sedikit mengalami fatigue dan internal wear karena tidak ada

kecenderungan kawat untuk menjadi lurus yang selalu menyebabkan

internal stress

7. Kurangnya kecenderungan untuk membelit karena peletakan yang tepat,

pada drum dan puli, penyambungan yang lebih cepat, mudah dijepit (clip),

atau ditekuk (socket)

8. Kawat yang patah setelah pemakaian yang lama tidak akan menonjol

keluar sehingga lebih aman dalam pengangkatan dan tidak akan merusak

kawat yang berdekatan

Gambar 3.1 Konstruksi serat tali baja

Dalam perencanaan ini kapasitas maksimum berat muatan yang diangkat

adalah 7 ton. Karena pada pengangkat dipengaruhi oleh beberapa faktor, seperti

overload, keadaan dinamis dalam operasi dan perubahan udara yang tidak

terduga, maka diperkirakan penambahan beban 10 % dari beban semula sehingga

berat muatan yang diangkat menjadi :

Q0 = 7.000 + (10 % x 7.000) = 7.700 kg


Kapasitas angkat total pesawat adalah :

Q = Q0 + q

dimana : q = Berat spreader = 300 kg (Hasil survei)

maka : Q = 7.700 + 300 = 8.000 kg

Gambar 3.2 Diagram lengkungan tali baja mekanisme hoist

Dari gambar 3.2 dapat dilihat diagram lengkungan tali pada mekanisme

gerak hoist dapat ditentukan tegangan tali maksimum baja yang terjadi. Sistem

pengangkat yang direncanakan ini terdiri dari 7 buah puli yang menyangga

(suspensi), sehingga :

Q = S1 + S 2 + S 3 + S 4 + S 5 + S 6 + S 7

Tegangan tarik maksimum pada tali dari sistem puli beban dihitung

Q
dengan rumus : S = .............................................................. (Lit.1, Hal 41)
n.η .η1

dimana : n = Jumlah puli yang menyangga (suspensi) = 7

η = Efisiensi puli = 0,905

η1 = Efisiensi yang disebabkan kerugian tali akibat kekakuannya ketika


menggulung pada drum yang diasumsikan 0,98

8.000
Maka S = = 1288,6 kg
7.0,905.0,98

Kekuatan putus tali sebenarnya (P) dapat dicari dengan rumus :

P
S= ............................................................................... (Lit.1, Hal 40)
K
atau : P = S . K

dimana : K= Faktor keamanan dengan jenis mekanisme dan kondisi operasinya

= 5,5

maka : P = 1288,6 . 5,5 = 7087,3 kg

Dari hasil kekuatan putus tali (P), maka pada perencanaan ini dipilih tipe

tali baja menurut United Rope Works Standard, Rotterdam Holland yaitu

6 x 37 +1 fibre core dengan :

Diameter tali (d) = 18,6 mm

Berat tali (W) = 1,15 kg/m

Beban patah (Pb) = 15.400 kg

Tegangan patah (σb) = 140-159 kg/mm2

Jenis tali ini dipilih dengan pertimbangan bahwa semakin banyak kawat baja

yang digunakan konstruksi tali maka akan lebih aman dari tegangan putus tali dan

dapat menahan beban putus tali.

Tegangan maksimum tali baja yang diizinkan adalah :


P
S izin = b ............................................................................ (Lit.1, Hal 40)
K

15.400
Maka S= = 2800 kg
5,5

Tegangan pada tali yang dibebani pada bagian yang melengkung karena tarikan
dan lenturan adalah :

σb Pb
σΣ= izin = ............................................................................ (Lit.1, Hal 39)
K K

159
Maka σ Σ = =28,9 kg/mm
5,5

Luas penampang tali baja dapat dihitung dengan rumus :

S
F 222 = ............................................................. (Lit.1, Hal 39)
σb d
− (36000)
K Dmin

Dmin
Dengan perbandingan diameter drum dan diameter tali baja ( ) untuk
d

jumlah lengkungan (NB) = 16, seperti terlihat pada gambar 3.2 adalah 38 , maka

luas penampang dari tali baja adalah:

1288,6
F 222 = = 0,6633 cm 2
15.900 1
− (36000)
5,5 38

Tegangan tarik yang terjadi pada tali baja adalah :

Sb
σt= ........................................................................... (Lit.1, Hal 83)
F222

σt = = 1942,71 kg/cm² = 19,43 kg/mm

Dari hasil perhitungan diatas terlihat bahwa perencanaan tali baja aman

untuk digunakan karena tegangan maksimum tali (S) yang direncanakan lebih

kecil dari tegangan maksimum izin ( S izin ) yaitu : 1288,6 kg < 2181,81 kg. Dan

tegangan tarik ( σ t ) yang direncanakan lebih kecil dari tegangan tarik yang

diizinkan ( σ Σ ) yaitu : 19,43 kg/mm2 < 28,9 kg/mm 2 .

Kerusakan tali baja disebabkan oleh kelelahan bahan dan mengalami

jumlah lengkungan tertentu. Umur pakai tali tergantung pada ukuran puli atau
drum, beban, konstruksi tali, faktor metalurgi, produksi, desain dan kondisi

operasi. Ketahanan (batas kelelahan) tali baja ditentukan berdasarkan umur

operasi tali baja tersebut.

Faktor yang bergantung pada jumlah lengkungan berulang selama periode

keausannya sampai tali tersebut rusak (m) yang dihitung dengan persamaan :

D
A= m. σ .C.C1 .C 2 ........................................................... (Lit.1, Hal 43)
d

dimana : A = Perbandingan diameter drum atau puli dengan diameter tali, A = 38

σ = Tegangan tarik sebenarnya pada tali, σ = 19,43 kg/mm2

C = Faktor yang memberi karakteristik konstruksi dan tegangan patah

tali baja, C = 0,93

C1 = Faktor yang tergantung diameter tali baja, C1 = 0,97

C2 = Faktor yang menentukan produksi dan operasi tambahan, C2 = 1,37

A
Maka m=
σ .C.C1 .C 2

38
m= = 1,58
19,43.0,93.0,97.1,37

untuk m = 1,58 dan dengan perhitungan secara interpolasi diperoleh nilai

z1, yaitu :

1,58 − 1,50 z − 230.000


=
1,62 − 150 255.000 − 230.000

Z = 246.666,67
Jadi, jumlah lengkungan berulang yang diizinkan z = 246.666,67 yang

menyebabkan kerusakan pada tali baja. Untuk mencari umur tali baja (N)

diperoleh dengan rumus :

z1 = a.z2.N.β ...................................................................... (Lit.1, Hal 48)


dimana : z1 = Jumlah lengkungan berulang yang diizinkan, z = 246.666,67

a = Jumlah siklus rata-rata per bulan, a = 3400

z2 = Jumlah lengkungan berulang per siklus kerja (mengangkat dan menurunkan)

pada tinggi pengangkatan penuh dan lengkungan satu sisi, z2 = 5

β = Faktor perubahan daya tahan tali akibat mengangkut muatan lebih rendah dari

tinggi total dan lebih ringan dari muatan penuh, β = 0,3

φ = Perbandingan jumlah lengkungan dengan jumlah putus tali, φ = 2,5

z1
n=
a.z 2 β .Φ

246.666,67
n= = 19 bulan
3400.5.0,3.2,5

3.2 Perancangan Puli

Puli (kerek atau katrol) yaitu cakra (disc) yang dilengkapi tali, merupakan

kepingan bundar, terbuat dari logam ataupun nonlogam. Pinggiran cakra diberi

alur (grove), berfungsi sebagai laluan tali untuk memindahkan gaya dan gerak.

Puli ada 2 jenis yaitu :

1. Puli Tetap

Puli tetap terdiri dari sebuah cakra dan sebuah tali yang dilingkarkan pada alur

di bagian atasnya dan pada salah satu ujungnya digantungi beban, sedangkan

ujung lainnya ditarik ke bawah sehingga beban terangkat keatas.

1. Puli Bergerak

Puli bergerak terdiri dari cakra dan poros yang bebas. Tali dilingkarkan dalam

alur di bagian bawah. Salah satu ujung tali diikatkan tetap dan di ujung

lainnya ditahan atau ditarik pada waktu pengangkatan, beban digantungkan


pada kait yang tergantung pada poros.

Gambar 3.3 Puli


Diameter drum atau puli minimum untuk pemakaian tali baja yang diizinkan

diperoleh dengan rumus :

D ≥ e1 . e2 . d ................................................................................. (Lit.1, Hal 41)

dimana : D = Diameter drum atau puli pada dasar alurnya (mm)

d = Diameter tali baja (mm) = 18,6 mm

e1 = Faktor yang tergantung pada tipe alat pengangkat dan kondisi

operasinya = 25

e2 = Faktor yang tergantung pada konstruksi tali = 0,9

maka : D ≥ 25 . 0,9 . 18,6

D ≥ 418,5 mm

Dengan perhitungan secara interpolasi diperoleh ukuran-ukuran dari puli yang

ditabelkan pada Tabel 3.1 dibawah dengan diameter tali 18,6 mm.
Tabel 3.1 Dimensi Puli

Diameter a b c E h l r r1 r2 r3 r4

18,6 52 38 9,4 1,4 29 14 11,3 4,8 3,6 16 9,6

Sumber : Rudenko,N. 1994. “Mesin Pemindah Bahan”. Jakarta : Erlangga.

Puli dipasang pada poros (gandar) yang terdapat bantalan tak terbebani

didalam roda puli sehingga bushing roda puli mengalami tekanan yang dicari

dengan rumus :

Q
P= .................................................................. (Lit.1, Hal 72)
l.d g

dimana : p = Tekanan bidang pada poros/gandar roda puli (kg/mm2)

Q = Beban (kg/mm2)

l = Panjang bushing (mm)

dg = Diameter gandar roda puli (mm)

Harga tekanan yang tergantung pada kecepatan keliling permukaan lubang roda

puli ini tidak boleh melebihi nilai yang tercantum didalam Tabel 3.2.

Tabel 3.2 Tekanan Bidang Yang Diizinkan

V (m/s) 0,1 0,2 0,3 0,4 0,5 0,6 0,7 0,8 0,9 1,0 1,1 1,2 1,3

P(kg/cm 2 ) 75 70 66 62 60 57 55 54 53 52 51 50 49

Sumber : Rudenko,N. 1994. “Mesin Pemindah Bahan”. Jakarta : Erlangga.

Kita mengambil kecepatan keliling υ = 0,3 m/s karena kecepatan angkat =

0,28 m/s, maka tekanan bidang poros sebesar P = 66 kg/cm2. Perbandingan

panjang bushing dengan diameter gandar untuk roda puli kerja adalah :
i
=1,5-1,8 diambil 1,65
dg

Atau : l = 1,65 dg
Q
Maka : dg =
P.l
8000
dg = = 8,57 cm = 85,71 mm
66 . (1,65 d g )

maka : l = 1,65 .85,71 = 141,4215 mm

3.3 Perancangan Drum


Drum pada mekanisme pengangkatan digunakan untuk menggulung tali

atau rantai. Drum untuk tali baja terbuat dari besi cor, tapi terkadang dari besi

tuang atau konstruksi lasan. Dengan memperhitungkan efisiensi gesekan pada

bantalannya η ≈ 0,95. Diameter drum tergantung pada diameter tali.

Gambar 3.4 Drum

Untuk drum penggerak daya (digerakkan dengan mesin), drum harus

dilengkapi dengan alur heliks sehingga tali akan tergulung secara seragam dan

keausannya berkurang. Drum dengan satu tali tergulung hanya mempunyai satu
arah heliks ke kanan. Drum yang didesain untuk dua tali diberi dua arah heliks, ke

kanan dan ke kiri.

Gambar 3.5 Diagram lengkungan tali baja

Berdasarkan jumlah lengkungan (NB) yang terjadi pada tali baja diperoleh

hubungan perbandingan diameter minimum untuk puli dan drum dengan diameter

tali. Untuk NB = 38, maka :

D min
= 38
d

Dmin = 38 . d = 38 . 18,6 = 706,8 mm

Jumlah lilitan (z) pada drum untuk satu tali adalah :

H .i
z= + 2 .................................................................... (Lit.1, Hal 74)
π .D

dimana : H = Tinggi angkat muatan, angka 2 ditambahkan untuk lilitan yang

menahan muatan = 110 m

i = Perbandingan sistem tali = 2

D = Diameter drum minimum = 706,8 mm

45.000 × 2
Maka = z + 2 = 42 lilitan
π . 706,8

Panjang alur spiral (helical grove) dihitung dengan rumus :

l = z . s ............................................................................... (Lit.1, Hal 75)


Dengan perhitungan secara interpolasi diperoleh nilai s dari drum dengan

diameter tali 18,6 mm, maka : s = 26 mm

l = 112 . 26 = 2.912 mm

Panjang drum (L) seluruhnya dapat dicari dengan persamaan :

 H .i 
L=  + 7  .s ............................................................................. (Lit.1, Hal 75)
 π .D 

 45000. 2 
L=  + 7 26 = 1,236 mm
 π .706,8 

Tebal dinding drum (ω) dapat ditentukan dengan rumus :

ω = 0,02 D + (0,6 s/d 1,0 cm); diambil 0,6 cm ................. (Lit.1, Hal 75)
maka : ω = 0,02 . 70,68 + 0,6

ω = 2,01 cm = 20mm

Tegangan tekan ( σ t ) pada permukaan dinding drum adalah :

S
σt = ............................................................................. (Lit.1, Hal 76)
ϖ .s

dimana : S = Tegangan tarik maksimum pada tali baja = 1288,6 kg

1288, 6
maka : σ t = = 261,11 kg/cm 2
2,1. 2,35

Jadi, bahan drum dipilih dari besi cor dengan kekuatan tekan maksimum

bahan 1000 kg/cm2.

Dari hasil perhitungan diatas diperoleh tegangan tekan izin lebih besar dari

tegangan tekan σ t i > σ t maka drum aman digunakan.


3.4 Perancangan Kait

Kait adalah perlengkapan yang digunakan untuk menggantung beban yang

diangkat. Pada ujung tangkainya terdapat ulir yang digunakan untuk mengikat

bantalan aksial agar kait tersebut dapat berputar dengan leluasa. Kait dapat

mengangkat mulai dari 25-100 ton. Kait terdiri atas beberapa jenis, yaitu :

1. Kait Tunggal (Single Hook) / Kait Standar

Kait ini dibuat dengan cara ditempa pada cetakan rata atau tertutup. Kait

standar dapat mengangkat sampai 50 ton,

2. Kait Ganda (Double Hook)

Kait ini dibuat dengan cara ditempa pada cetakan rata atau tertutup Kait ganda

dapat mengangkat mulai dari 25-100 ton Kait ganda didesain dengan dudukan

yang lebih kecil dari kait tunggal dengan kapasitas angkat yang sama

3. Kait Mata Segitiga (Triangular Hook)

Kait mata segitiga digunakan pada crane untuk mengangkat muatan diatas 100

ton

Gambar 3.6 Kait tunggal/standar


Dalam perencanaan ini, jenis kait yang digunakan adalah kait tunggal.

Karena beban yang diangkat masih dalam batas kemampuan kait tunggal yaitu 12

ton. Bahan kait yang diambil dari bahan S 45 C dengan sifat-sifat material : batas

mulur = 5000 kg/cm2, kekuatan tarik (σt) = 7000 kg/cm2. Perencanaan dimensi

kait dapat diambil dari standar N 661 (Kait Tunggal) dari bahan baja. Untuk

beban angkat 12 ton dengan perhitungan secara interpolasi diperoleh dimensi kait:

d1 = Diameter dalam ulir kait = 59,5 mm

d2 = Diameter tangkai kait = 82 mm

Tangkai kait diperiksa tegangan tariknya pada bagian yang berulir dengan rumus :

4.Q0
σt = < < 500 kg/cm 2 ............................................... (Lit.1, Hal 86)
π .d q 2

Dimana : Q 0 = kapasitas angkat maksimum = 7.000 kg

4(8.000)
Maka : σ t = = 287,6 kg/cm 2
π (5,95) 2

Tegangan tarik yang terjadi pada bagian yang berulir dari tangkai kait :

287,6 kg/cm2 < 500 kg/cm2, masih dalam batas yang diizinkan sehingga kait

aman untuk digunakan

Karena kait yang digunakan untuk mengangkat muatan diatas 5 ton jenis

ulir yang dipakai adalah ulir trapesium. Dengan diameter dalam ulir 59,5 dari

Standar 364 diperoleh :

d0 = Diameter luar ulir kait = 70 mm

t = Kisar ulir = 10

Tinggi minimum mur kait (H) ditentukan oleh tegangan tekan yang
diizinkan pada ulir yang dicari dengan rumus :

4.Q0 t
H= ............................................................ (Lit.1, Hal 86)
π .(d 0 − d1 2 ) p

dimana : p = Tegangan tekan aman untuk baja; 300-350 kg/cm2, diambil 325

kg/cm 2

4(8.000)1
maka H = = 2,3 cm
π .(7.0 2 − 5,95 2 ).325

jumlah ulir/lilitan (z) :

H
z= ..................... (Lit.3, Hal 156)
t

2,3
maka : z = = 2,3 = 2 ulir
1

Gambar 3.7 Penampang Kait

Luas penampang berbentuk trapesium ;

h
A= (b 1 +b 2 ) ............. (*) ............................................................ (Lit.3, Hal 163)
2
dimana : h = 2,4 d1 = 2,4 (5,95) =14,28 cm

b1 = 0,9 d1 = 0,9 (5,95) = 5,36 cm

b2 = 2,2 d1 = 2,2 (5,95) = 13,09 cm


Jadi luas penampang I-II :

AI-II = 1,2 d1 (0,9 d1 + 2,2 d1)

maka : AI-II = 3,72 d12 .............................................................................................................. (Lit.3, Hal 163)

AI-II = 3,72 (5,95)2 = 131,69 cm2

Dalam menentukan luas penampang III-IV, juga menggunakan rumus (*):

dimana : h = 2 d1 = 2 (5,95) = 11,9 cm

b1 = 0,9 d1 = 0,9 (5,95) = 5,36 cm

b2 = 1,9 d1 = 1,9 (5,95) = 11,31 cm

maka : AIII-IV = d1 (0,9 d1 + 1,9 d1)

AIII-IV = 2,8 d12 ..................................................................................................................(Lit.3, Hal 163)

AIII-IV = 2,8 (5,95)2 = 99,13 cm2

Tegangan geser (τ) yang terjadi dicari dengan rumus :

Q
τ= ................................................................................. (Lit.3, Hal 164)
A

Q 8000
Maka : τ I − II = = = 60,74kg / cm 2
AI − II 131,69

Q 8.000
τ III − IV = = = 80,70kg / cm 2
AIII − IV 99,13

Pemeriksaan tegangan pada bagian kait. Dari konstruksi secara grafis diperoleh :

luas penampang kritis (F) = 104 cm, faktor x = 0,12; dan jaring-jaring mulut kait

a
  = 6,5 cm
2

h 2b1b2
e1 = ..................................................................... (Lit.3, Hal 163)
3b1 + b2
14,28. 2(5,36) + 13,09
Maka : e 1 = = 6,14
3 5,36 + 13,09

Tegangan tarik maksimum di bagian terdalam pada penampang tersebut adalah :

Q 1 2e1
σ1 = = 1500 kg/cm2 ........................................... (Lit.1, Hal 88)
F x a

8000 1 2(6,14)
Maka : σ 1 = = 605,52 kg/cm 2
104 0,12 13

h b1 + 2b2
e2 = .................................................................. (Lit.3, Hal 162)
2 b1 + b2

14,28 5,36 + 2(13,09)


maka ; e 2 = = 8,14cm
3 5,36 + 13,09

Tegangan tekan maksimum di bagian terluar pada penampang tersebut adalah :

Q 1 e2
σ II = < σ aman .................................................. (Lit.1, Hal 88)
F x a
+h
2

8000 1 8,14
Maka : σ II = = 251,10 kg/cm 2
104 0,12 6,5 + 14,28

3.5 Perancangan Motor Penggerak

Gambar 3.8 Motor penggerak

Dalam perancangan ini, tenaga penggerak yang digunakan untuk

mengangkat berasal dari daya motor listrik dengan memakai sebuah elektromotor.

Pada kecepatan angkat yang konstan (V = const, gerakan yang seragam), besarnya
daya (N) yang dihasilkan oleh elektromotor dapat dihitung dengan rumus :

Q.V
N= .............................................................................. (Lit.1, Hal 234)
75η

dimana : Q = Kapasitas angkat muatan =8.000 kg

η = Effisiensi mekanisme pengangkat, diasumsikan 0,8 dengan 3

pasangan roda gigi penggerak ........................ (Lit. 1, Hal 299)

V = Kecepatan angkat muatan, V = 17 m/min = 0,28 m/det

8.000 x0,28
Maka : N = = 37.33 HP
75.0,8

Maka dipilih elektromotor dengan daya motor ternilai, Nrated = 75 HP, putaran

(nrated) = 1000 rpm disesuaikan dengan standar, jumlah kutub 6 buah, momen

girasi rotor (GDrot = 4,08 kg.m2).

Momen tahanan statik pada poros motor (M) adalah :

63
M st = 71.620 x = 4.512 kg.cm =45,12 kg.m
1000

Bahan poros penggerak dipilih S30C dengan kekuatan tarik bahan σt = 5500

kg/cm2.

Tegangan tarik yang diizinkan adalah :

σt
σ ti =
K

Dimana : K = Faktor kemanan, diambil K=8

5500
σ ti = = 687,5 kg/cm 2
8

Tegangan puntir yang diizinkan adalah :

σ p = 0,7σ ti

σ p = 0,7(687,5) = 481,25 kg/cm 2


Diameter poros penggerak dapat dicari dengan rumus :

M rated
dp ≥ 3
0,2.σ p

5371,5
Maka ; d p ≥ 3 = 3,81 cm =38,1 mm
0,2(481.25)

Diameter poros penggerak dp diambil sebesar 40 mm, maka momen girasi kopling

dapat dicari dengan rumus :

GDcoupl = 4.g .I .................................................................. (Lit.1, Hal 289)

dimana : g = Percepatan gravitasi, g = 9,81 m/s2

I = Momen inersia kopling = 0,01 kg.cm/s2

maka : GD2coupl = 4 (9,81)(0,0001) = 0,039 kg.m2

Momen girasi rotor dan kopling pada poros motor adalah :

GD2 = GD2rot + GD2coupl

GD2 = 4,08 +0,003 = 4,083 kg.m2

Momen gaya dinamis (Mdyn) ketika start, diperoleh dengan rumus :

δGD 2 n 0,97QV 2
M dyn = + ............................................... (Lit.1, Hal 293)
375t s nt sη

dimana : δ = Koefisien pengaruh massa mekanisme transmisi (1,1 s/d 1,25)

n = Kecepatan poros motor dalam keadaan normal = 1000 rpm

Q = Berat penuh muatan pada peralatan pengangkat =6.900 kg

V = Kecepatan normal atau tetap dari mekanisme pengangkat = 0,28 m/s

η = Efisiensi mekanisme pengangkat =0,8

ts = Waktu start pada mekanisme pengangkat (1,5-5), diambil =3,25


(1,15)(4,08)(1000) 0,975(8.000)(0,28) 2
maka : M dyn = + = 4,3 kg.m
375(3,25) (1000)(3,25)(0,8)

Momen gaya motor yang diperlukan pada saat start adalah :

M mot = M st + M dyn ................................................................ (Lit.1, Hal 296)

maka : Mmot = 45,12 + 4,3 = 49,42 kg.m

Momen gaya ternilai motor adalah :

N rate
M rate = 71.620 x
n

75
Maka : M rate = 71.620 x = 5.371,5 kg.m
1000

Pemeriksaan motor terhadap beban lebih motor selama start (Mmaks = Mmot) adalah

M max
< 2,5 ...................................................................... (Lit.1, Hal 296)
M rated

M max 49,42
= = 0,92
M rated 53,71

Harga 0,85 berada jauh dibawah batas aman yang diizinkan 2,5 maka

motor aman untuk digunakan.

3.6 Perancangan Transmisi Mekanisme Pengangkat

Pada perancangan transmisi mekanisme pengangkat ini digunakan sistem

roda gigi yang berfungsi untuk mereduksi putaran motor penggerak. Roda gigi

yang dipakai adalah roda gigi lurus 3 tingkat yang terpasang pada poros

elektromotor. Pada sistem pengangkat ini digunakan sebuah elektromotor yang

dipasang pada satu poros yang diantaranya dipasang transmisi roda gigi yang

meneruskan putaran ke drum.


Dari perhitungan sebelumnya, telah diketahui bahwa untuk mekanisme

pengangkat diperoleh :

Daya motor penggerak, N1 = 75 HP = 55,95 kW

Putaran motor, n1 = 1000 rpm.

Kecepatan angkat, V = 0,28 m/s.

Diameter drum, D = 623 mm.

Gambar 3.9 Sistem transmisi roda gigi

Kecepatan tali baja pada drum adalah :

Vd = V . i puli ................................................................... (Lit.1, Hal 234)

dimana : i puli = Perbandingan transmisi puli, i puli >1, diambil 2

V = Kecepatan angkat motor

maka : Vd = 0,28 . 2 = 0,56 m/s.

Putaran drum dapat ditentukan dengan rumus :

60.Vd
nd = ....................................................................... (Lit.1, Hal 235)
π .D

60.0,56
nd = = 17,25 rpm
π .0,62
Perbandingan transmisi motor dengan drum adalah :

n
i= ................................................................................. (Lit.1, Hal 234)
nd

1000
i= = 58
17,25

Perbandingan transmisi roda gigi tingkat pertama, kedua dan ketiga diambil i1 = 5;

i2 = 4 dan i3 = 2,9.

Gambar 3.10 Nama-Nama Bagian Roda Gigi

3.6.1 Perencanaan Dimensi Roda Tingkat I

Daya dari poros elektromotor diteruskan ke poros roda gigi tingkat I,

sehingga dapat direncanakan ukuran-ukuran roda gigi 1 dan 2, transmisi tingkat I

yaitu :

• Sudut tekan : α = 20

• Modul : m = 60

• Jumlah gigi roda gigi : z 1 = 12

: z 2 = i 1 .z 1

: 5 x 12 =60

• Lebar gigi :b =(6-10) m


=8.(6) =48 mm

• Tinggi kepala gigi :h k =m=6 mm

• Tinggi kaki gigi :h f =1,25.m

=1,25 (6) =7,5 mm

• Kelonggaran puncak :c k = 0,25 . m

=0,25 (6)=1,5 m

• Tinggi gigi :H =2m+c k

=2(6) + 1,5 = 13,5 mm

m( z1 + z 2 )
• Jarak sumbu poros :a =
2

6(12 + 60)
= = 216 mm
2

• Diameter jarak bagi :d 01 =m.z 1

=6 x 12 =72

:d 02 =m.z 2

= 6 x 60 = 360 mm

• Diameter kepala : d h1 =( z 1 +2 ) m

= (12+2) 6 = 84

:d h 2 =(z 2 +2) m

=(60+2) 6 = 372 mm

• Diameter kaki :d f 1 =d h1 -H

=84-13,5=70,5 mm

:d f 2 =d h 2 -H
= 372 – 13,5 = 358,5 mm

• Jarak bagi lingkaran : t 1 =t 2 = π .m

= π .6 = 18,84 mm

π
• Tebal gigi : S01=S02=m.
2

π
= 6. = 9,42 mm
2

3.6.2 Perhitungan Kekuatan Roda Gigi Tingkat I

Perhitungan kekuatan roda gigi tingkat I sangat penting untuk diperiksa

karena saat roda gigi berputar antara roda gigi yang satu dengan yang lainnya

akan terjadi benturan dan gesekan.

Kecepatan keliling roda gigi 1 dan 2 dapat dihitung dengan rumus :

π .d 01.n
V = 1
................................................................ (Lit.2, Hal 238)
60 x1000

Dimana : d 01 = diameter jarak bagi lingkaran = 72 mm

n 1 = Putaran motor = 1000 rpm

π .72.1000
maka : V= = 3,76 m/det
60.1000

gaya tangensial (F t ) yang berkerja pada roda gigi 1 dan 2 adalah :

102. p
Ft= ..................................................................... (Lit.2, Hal 238)
v

Diaman : P = daya yang ditranmisikasn dari motor penggerak = 55,95 kW

102.55,95
Maka : F t = = 1517,79 kg
3,67
Faktor dinamis (fv) dimana untuk kecepatan rendah dirumuskan dengan ;

3
fv= ............................................................................ (Lit.2, Hal 240)
3+v

3
fv= = 0,44
3 + 3,76

Tegangan lentur yang terjadi dapat dicari dari rumus :

F t = σ a .b.m.Y.f v

Ft
Atau : σ 0 =
b.m.Y . f v

dimana : b = Lebar sisi gigi = 48 mm

m = Modul = 6

Y = Faktor bentuk gigi

Pada roda gigi 1, untuk Z = 12 dengan Y1 = 0,245 maka :

1517,79
σa = = 44,82 kg/mm 2
48.6.0,245.0,44

Pada roga gigi 2, untuk Z =60 Y 2 =0,421 maka :

1517,79
σa = = 26,08 kg/mm 2
48.6.0,421.0,44

Bahan untuk roda gigi 1 adalah SNC 2 yang memiliki tegangan lentur izin

(σa1) = 50 kg/mm2 dan kekuatan tarik (σb1) = 85 kg/mm2. Dan bahan untuk roda

gigi 2 bahannya adalah S 45 C yang memiliki tegangan lentur izin (σa2) = 30

kg/mm2 dan kekuatan tarik (σb2) = 58 kg/mm2.

Besarnya beban lentur yang diizinkan per satuan lebar sisi dapat dihitung

dengan rumus :
Fb = ⌠ a .m.Y . f v .................................................... (Lit.2, Hal 240)

maka : Fb1 = 50 . 6 . 0,245 . 0,44 = 35,28 kg/mm

Fb2 = 30 . 6 . 0,421 . 0,44 = 36,37 kg/mm

Dari hasil perhitungan terlihat bahwa tegangan lentur yang diizinkan lebih

besar dari tegangan lentur yang direncanakan sehingga roda gigi aman untuk

digunakan.

3.6.3 Perencanaan Dimensi Roda Tingkat II

Daya dari poros roda gigi tingkat I diteruskan ke poros roda gigi tingkat II,

dan dengan cara perhitungan yang sama seperti transmisi roda gigi tingkat I dapat

diperoleh ukuran-ukuran roda gigi 3 dan 4, yaitu :

• Sudut tekan :α =20 0

• Modul :m =6

• Jumlah gigi roda gigi : z3 = 14

: z4 = 56

• Lebar gigi :b = 48 mm

• Tinggi kepala gigi : hk = 6 mm

• Tinggi kaki gigi : hf = 7,5 mm

• Tinggi gigi :H = 13,5 mm

• Jarak sumbu poros :a =210 mm

• Diameter jarak bagi : d 03 = 84 mm

: d 04 = 336 mm

• Diameter kepala : d h3 = 96 mm

: d h4 = 348 mm
• Diameter kaki : df3 = 82,5 mm

: df4 = 334,5 mm

• Jarak bagi lingkaran : t1=t2 = 18,85 mm

• Kelonggaran puncak : ck = 1,5 mm

• Tebal gigi : S 01 = 9,42 mm

Putaran poros I adalah n1, dengan ;

n1 Z 2
i= =
n2 Z1

Maka putaran poros II adalah :

n1 Z 1
n2=
Z2

1000.12
= = 200 rpm
60

Putaran poros III adalah

n2 Z 2
n3 =
Z4

14
n3 = 200 x = 50 rpm
56

• Kecepatan keliling roda gigi 3 dan 4 : Vo3 = Vo4 = 4,39 m/s

• Gaya tangensial yang dialami : Ft =1291,61 kg

• Tegangan lentur yang terjadi :σ a3 = 36,92 kg/mm 2

: σ a4 = 23,27 kg/mm 2

Bahan roda gigi 3 yang dipilih adalah SNC 1 dengan tegangan lentur yang

diizinkan σa3 = 40 kg/mm2 dan kekuatan tarik σb3 = 75 kg/mm2. Bahan roda gigi 4

yang dipilih adalah S 35 C dengan tegangan lentur yang diizinkan σa4 = 26


kg/mm2 dan kekuatan tarik σb4 = 52 kg/mm2.

Rancangan ini juga aman digunakan karena tegangan lentur yang diizinkan

lebih besar dari tegangan lentur yang direncanakan.

3.6.4 Perencanaan Dimensi Roda Tingkat III

Daya dari poros roda gigi tingkat II diteruskan ke poros roda gigi tingkat

III, dan dengan cara perhitungan yang sama seperti transmisi roda gigi tingkat II

dapat diperoleh ukuran-ukuran roda gigi 5 dan 6, yaitu :

• Sudut tekan :α =20 0

• Modul :m =6

• Jumlah gigi roda gigi : z5 = 16

: z6 = 47

• Lebar gigi :b = 48 mm

• Tinggi kepala gigi : hk = 6 mm

• Tinggi kaki gigi : hf = 7,5 mm

• Tinggi gigi :H = 13,5 mm

• Jarak sumbu poros :a =189 mm

• Diameter jarak bagi : d 03 = 96 mm

: d 04 = 282 mm

• Diameter kepala : d h3 = 108 mm

: d h4 = 294 mm

• Diameter kaki : d f3 = 94,5 mm

: d f4 = 280,5 mm
• Jarak bagi lingkaran : t1=t2 = 18,85 mm

• Kelonggaran puncak : ck = 1,5 mm

• Tebal gigi : S 01 = 9,42 mm

Putaran poros IV, dengan ;

n3 Z 5
n4 =
Z6

16
n 4 = 50 x = 17,24 rpm
46,4

• Kecepatan keliling roda gigi 5 dan 6 : Vo5 = Vo6 = 5,03 m/s

• Gaya tangensial yang dialami : Ft =1134,57 kg

• Tegangan lentur yang terjadi :σ a5 = 30,935kg/mm 2

: σ a6 = 22,27 kg/mm 2

Bahan roda gigi 5 yang dipilih adalah SNC 1 dengan tegangan lentur yang

diizinkan σa5 = 35 kg/mm2 dan kekuatan tarik σb5 = 75 kg/mm2. Bahan roda gigi 6

yang dipilih adalah S 35 C dengan tegangan lentur yang diizinkan σa6 = 26

kg/mm2 dan kekuatan tarik σb6 = 52 kg/mm2.

Rancangan ini juga aman digunakan karena tegangan lentur yang diizinkan

lebih besar dari pada tegangan lentur yang direncanakan

3.6.5 Bantalan Transmisi Roda Gigi

Bantalan poros transmisi berfungsi sebagai penyangga atau penumpu

poros. Untuk perencanaan poros bantalan transmisi roda gigi dibutuhkan sebanyak

29 bantalan, dimana pada setiap poros ditumpu oleh dua hingga empat bantalan.

Untuk mendapatkan bantalan yang sesuai maka terlebih dahulu dicari


besarnya beban nominal dinamis spasifik ( C ) yang harus ditahan bantalan. Pada

gerak hoist terdapat lima putaran,seperti dijelaskan sebelumnya.

- Putaran poros I (n1) = 1000 rpm

- Putaran poros II (n2) = 200 rpm

- Putaran poros III (n3) = 50 rpm

- Putaran poros IV (n4) = 17,25 rpm

Untuk menentukan beban radial maka dapat ditentukan dengan cara seperti

berikut ini (gaya yang bekerja pada poros I )

Gaya total yang ditumpu kedua banatalan adalah :

RA + RB = FRG + WP ; FRG = Fn + WP

RA + RB = Fn + WRG + WP

Dimana :

Fn = Gaya yang terjadi akibat persinggungan antara roda gigi (kg)

WRG = Berat roda gigi (kg)

Wp = Berat Poros (kg)

Gambar 3.11 Gaya pada Roda Gigi


Gaya yang terjadi akibat adanya Momen puntir (gaya tangensial)

Mp
Ft = (kg ) ................................................................. (Lit.2, Hal 25)
df / 2

Dimana :

Ft = Gaya yang terjadi akibat adanya Momen puntir (gaya tangensial)

(kg)

Mp = Momen puntir (kg.mm)

Df = Diameter lingkar kaki (mm)

Sehingga gaya tangensial yang terjadi adalah :

19.376,1
Ft =
28,5 / 2

Ft =1359,7 kg

Gaya normal yang terjadi (Fn)

F1
Fn= (kg ) .................................................................. (Lit.2, Hal 237)
Cosα

Dimana :

Ft = Gaya yang terjadi akibat adanya Momen puntir (gaya tangensial)

(Fn) = Gaya normal yang terjadi (kg)

α = Sudut tekan = 20 0

Sehingga

1.359.7
Fn = = 1.446.9 kg
Cos 20 0

Fn =1.446,9 x 9,81 = 14,194 N

Massa roda gigi (Mrg) :

Mrg = Volum roda gigi x massa jenis


π
Mrg =
4
(d 0 )
−d2 b
7,85
1000
(kg )

Dimana :

(Mrg) = Massa roda gigi (kg)

do = Diameter lingkaran jarak bagi (cm)

d = Diameter poros (cm)

b = Lebar gigi (cm)


Sehingga masa roda gigi diperoleh :

π 7,85
Mrg = (3.6 2 − 3,3 2 )4,5
4 1000

Mrg = 0,06 kg

Berat roda gigi (Wrg)

Wrg = Mrg.g (N)

Dimana :

Wrg = Berat roda gigi (N)

g = Gaya grafitasi bumi =9,81 m/s 2

Maka :

Wrg = 0,06 x 9,81 = 0,5886

Wrg =0,6 N

Massa poros (mp)

mp = massa poros (kg)

d = Diameter poros (cm)

L = Panjang poros = 60 cm

Sehingga :

π 7,85
mp = (3,3) 2 .60 X .
4 1000
mp =4

Berat poros (Wp)

Wp = m.g (N)

Dimana :

Wp = Berat Poros (N)

M = Massa poros (Kg)

g = Gaya gravitasi bumi = 9,81 m/s2

Maka :

Wp = 4 x 9,81
Wp =39,3 N

Maka gaya reaksi pada bantalan A dan B adalah :

ΣM A = 0

FRG (15) + Wp (30) − RB (60) = 0

(Fn + Wrg ) (15) + Wp (30) - RB (60) = 0

(14.194 + 0,6) (15) + 39,3 (30) - RB (60) = 0

214.098
Rb =
60

RB = 3,568,3 N = 3,6 N
Σ Fy = 0
RA + RB = Frg + WP
RA = Frg + WP - RB
RA =14.194 + 39,3- 3,568,3
RA =10.665 N
RA =10,7
Jenis bantalan yang digunakan adalah Single Row Deep Grove Ball Bearing dari

standar Jerman. Alasan pemilihan bantalan Single Row Deep Grove Ball Bearing

adalah :

• Mampu menerima beban radial serta beban terpusat

• Memiliki kualitas yang baik (tahan aus,gesek dan tahan terhadap korosi).

• Mampu digunakan pada putaran yang tinggi

• Biaya perawatan yang murah dan pemasangan yang mudah

3.7 Sistem Rem Untuk Mekanisme Pengangkat

Pada pesawat pengangkat ini, rem tidak hanya dipergunakan untuk

menghentikan beban tetapi juga untuk menahan beban pada waktu diam dan

mengatur kecepatan pada saat menurunkannya. Pada perencanaan ini jenis rem

yang dipergunakan adalah jenis rem cakra (disc breake).

Karena rem dipasang pada poros motor, maka daya pengereman statik

(Nbr) adalah :

Q.V .η
Nbr = ........................................................................ (Lit.1, Hal 292)
75

Dimana : Q = Berat muatan yang diangkat = 8.000 kg

V = Kecepatan angkat = 0,28 m/det

η = Effisiensi total mekanisme = 0,8

8.000.0,28.0,8
Maka : Nbr = = 23,89 HP
75

Momen statik (Mst) yang diakibatkan beban pada poros rem saat

pengereman adalah :

N br
M st = 71620 .............................................................. (Lit.1, Hal 292)
nbr
Dimana : Nbr = Kecepatan poros pengereman = 1000 rpm

23,89
Maka : Mst = 71.620 = 1711,24kg.cm = 17,11kg.m
1000

Momen gaya dinamik saat pengereman pada poros rem adalah :

σ .GD 2 .n 0,975.Q.V 2 .η
M dyn = + .................................... (Lit.1, Hal 293)
375.t br n.t br

dimana : GD2 = Momen girasi akibat komponen yang terpasang pada poros motor

= 4,47 kg/m2

δ = Koefisien yang memperhitungkan pengaruh massa mekanisme

transmisi (δ = 1,1 s/d 1,25), diambil 1,15

tbr = Waktu untuk pengereman, untuk mekanisme pengangkatan, V>12

m/menit = 1,5 detik

1,15.4,47.1000 0,975.8000(0,28) 2 .0,8


maka : M dyn = + = 9,46kg.m
375.1,5 1000.1,5

Momen gaya yang diperlukan untuk pengereman adalah :

Mbr = Mst + Mdyn ......................................................... (Lit.1, Hal 297)

Mbr = 17,11 + 9,46 = 26,57 kg.m

Ukuran-ukuran diameter dan lebar cakram dapat ditentukan dengan

menggunakan persamaan dibawah ini :

M br .β
b.rm 2 = ................................................................ (Lit.8, Hal 512)
2π .µ . p

dimana : b = Lebar cakra rem (cm)

rm = Radius rata-rata cakram (cm)

β= Koefisien pengereman, (1,75 – 2)


μ = Koefisen gesekan, (0,35 – 0,45)

P = Tekanan permukaan yang diizinkan, (0,5 – 7)

b
= 0,2 s / d 0,5 ................................................................ (Lit.8, Hal 512)
r

3856(2)
Maka : 0,35 . rm 3 =
2π .0,4(3.25)

1888
= 17,54
r m = 3 0,35

maka : b = 0,2. rm

b = 0,35 . 17,54 = 3,51 cm

Diameter dalam cakram rem adalah :

D1 = 2rm – b ........................................................ (Lit.8, Hal 512)


D1 = 2(17,54) – 3,51 = 31,57 cm

Diameter luar cakram rem adalah :

D2 = 2rm + b ........................................................ (Lit.8, Hal 512)


D2 = 2(17,54) + 3,51 = 38,59 cm

Gaya dorong aksial (S) untuk permukaan gesek adalah :

M br
S= .............................................................. (Lit.1, Hal 222)
z.µ .rm

2417
Dimana : S = = 153,11kg
2(0,45)17,54

Rem harus diperiksa kekuatannya terhadap tekanan satuan (untuk keausan)

Permukaan lingkaran gesek cakram adalah :

F = π (R22 – R12) ................................................................. (Lit.1, Hal 223)

maka : F = π (19,292 – 15,782) = 386,72 cm2


Tekanan permukaan satuan yang terjadi adalah :

S
P= ................................................................................. (Lit.1, Hal 223)
F

153,11
Maka : P = = 0,39kg / cm 2
386,72

Harga tekanan permukaan kontak ini masih dalam batas tekanan satuan

yang diizinkan yaitu untuk bahan asbes pada logam P = (0,5 s/d 7) kg/cm2, dengan

demikian bahan yang dipilih adalah tepat.

h 2b1 + b2
e1= x
3 b1 + b2

h b1 + 2b2
e1= x
3 b1 + b2

Tegangan tarik maksimum pada bagian terdalam pada penampang I adalah :

Q 1 2e1
σI = x x < 1500kg / cm 2
F x α

Q 1 2e1
σI = x x < 1500kg / cm 2
F x α + 2h

Tegangan geser izin dapat dihitung dengan rumus :

σb
τa =
Sf1 + Sf 2

dengan :

Sf1 = Faktor keamanan untuk bahan S-C dengan pengaruh massa = 6

Sf2 = Faktor keamanan dengan pengaruh kekasaran permukaan = 2,15

maka :

52
untuk roda gigi 1 : τ a = = 6,1kg / mm 2
6 + 2,5
30
untuk roda gigi 2 : τ a = = 3,53kg / mm 2
6 + 2,5

Beban permukaan yang diizinkan per satuan lebar, dapat diperoleh dari persamaan

2z2
F’H=fv.kH.do1
Z1 + Z 2

dimana : kH = Faktor tegangan kontak = 0,13 kg/mm

d01 = Diameter jarak bagi lingkaran = 72 mm

2(12)
maka : F’H = 0,44 . 0,13 . 72 = 1,37
12 + 60

Luas permukaan roda gigi adalah :

A=b.H

dimana : b = Lebar gigi = 48 mm

H = Tinggi gigi = 13.5 mm

maka : A = 48 .13,5 = 648 mm2

Tegangan geser (τ) yang terjadi pada roda gigi 1 dan 2 adalah :

Ft
τ= ............................................................................... (Lit.12, Hal 843)
A

1517,79
Maka : τ = = 2,34 kg/mm 2
648
BAB IV
PERENCANAAN MEKANISME TROLLEY

Trolley dirancang sedemikian rupa sebagai tempat bergantungnya rumah kait,

disamping harus dapat menahan beban yang diangkat, trolley juga berfungsi

sebagai pembawa beban yang melintas diatas rel pada boom/girder dalam arah

horizontal.

Perencanaan mekanisme trolley meliputi perencanaan- perencanaan :

1. Roda Trolley

2. Tali baja

3. Puli

4. Drum

5. Motor penggerak

6. Sistem Tranmisi

7. Sistem Rem

Gambar 4.1 Trolley


4.1 Perencanaan Roda Jalan

Gaya maksimum yang bekerja pada roda trolley adalah :

Q0 + G o
Pmax=
4

dimana : Q0 = Berat muatan = 7.700 kg

G0 = Berat trolley = 500 kg, (Dari hasil survey)

7.700 + 500
Maka : Pmax= = 2.050 kg
4

Faktor perhitungan kecepatan gelinding roda adalah:


k = (0,2 s / d 1)v

dimana : v = kecepatan gelinding roda, direncanakan 1 m/det

k = 0,6 x 1 = 0,6

Bahan roda trolley Cast Iron 35-36 dengan kekuatan tekan, σp = 3.500 kg/cm2.

Diameter roda trolley dapat dicari dengan rumus :

Pmax .K
σ p = 600
b.r

dimana : σp = Kekuatan tekan izin pada roda trolley, diambil σp = 3.500 kg/cm2

b = Lebar permukaan kerja rel rata atau lebar roda trolley, = 12 cm

2
 600 Pmax .k 
Maka : r =  
 σ p b.r 

2
 600 2050. 0,6 
r=  
 3.500 12 

Jadi,diameter roda trolley :

D = 2 x 2,89 = 5,78 cm
Diameter poros roda trolley dapat ditentukan dengan rumus :

10, 2.Pmax .L
d= 3
σb

dimana : L = Jarak plat gantungan dengan roda trolley

(direncanakan L = 12,5 cm).

Dan bahan poros diplih S45C dengan kekuatan tarik σt = 5800 kg/cm2. dan

tegangan lentur izin σb = 3500 kg/cm2.

10, 2 .2050 . 2,5


Maka : d = 3 = 2,46 cm
3500

Gambar 4.2 Diagram Untuk Menentukan Tahanan Gesek

Tahanan total terhadap gerak trolley pada gerakan normal adalah :

W = W1 + W2

Tahanan akibat gesekan pada roda gerak trolley adalah :

µd+2k
W1 = (Q + q + G0) β
D

dimana : Q = Berat muatan = 7.700 kg

q = Berat rumah kait (spreader) = 300 kg (Dari hasil survei)

G0 = Berat trolley = 500 kg, (Dari hasil survey)


β = Koefisien gesekan flens roda dan rel

Untuk roda bergerak pada bantalan luncur =1,25-1,4; diambil 1,3

μ = Koefisien gesek pada bantalan roda = 0,1 untuk bantalan luncur

k = Koefisien gesek roda gelinding = 0,05

0,1. 2,9 + 2 ( 0,05)


Maka : W1 = (7.700 + 300 + 500) x 1,3 x = 430,95 kg
10

Momen tahanan relatif terhadap poros roda pada gerakan yang normal adalah :

 d 
M = (Q + q + G0)  µ + 3 
 2 

2,9
Maka : M = (15.400 + 300 + 500) x 0,1 x + 0,05 = 2349,05 kg.cm
2

Tahanan pada puli tali pengangkat (ketika troli yang dibebani bergerak,

roda puli berputar) adalah :


W2 = Son - Soff

Gambar 4.3 Diagram Roda puli Untuk Tali Pengangkat


dimana :

Q+q
S offf = S1= S offf .ε S2 = S1 .ε Son = S2 .ε
2

dimana : ε = Koefisien tahanan roda puli, untuk puli dengan bantalan peluru atau
rol = 1,02

7.700 + 300
Maka : S off = = 4.000 kg
2

S1 = 4000 . 1,02 = 4080 kg

S2 = 4080 . 1,02 = 4161,6 kg

Son = 4161,6 . 1,02 = 4244,8 kg

Maka :

W2 = 4244,8 – 4000 = 244,8 kg

4.2 Perencanaan Tali Baja.

Gambar 4.4 Diagram Mekanisme Tali Baja

Tarikan tali akibat berat dan defleksinya (f) sendiri ditentukan dari keadaan

keseimbangan momen :

qr . x2
S=
2.f

dimana : qr = Berat tali per meter panjangnya

x = Setengah panjang tali maksimum yang terdefleksi

f = Defleksi (lengkungan) tali baja yang diizinkan, diambil sebesar :

 1 1 
f=  +  X max
 100 200 

dimana ; xmax = Panjang lengkungan maksimum = 50 m (Dari hasil survey)


Gambar 4.5 Diagram Untuk Menentukan Tarikan Tali

Maka :

Tipe tali baja yang dipilih adalah 6 x 19 + 1 fibre core dengan diameter dr = 12,9

mm serta berat per meter tali qr = 0,64 kg/m.

Maka :

0,64.(25)
S= = 606,06 kg
2. 0,33

Tegangan tali maksimum yang terjadi :

W1 + W2 + S
S max =
η

dimana : η = effesiensi puli, untuk 3 buah puli = 0,927

Maka :

375, 2 + 212 + 606, 06


S max = = 1241 kg
0,927

Beban patah tali baja :

P = Smax.K

dimana : K = Faktor keamanan = 5,5

Maka :

P = 1241 . 5,5 = 6.825,5 kg.

Dari hasil perhitungan diatas, beban patah yang terjadi masih dibawah

beban patah yang diizinkan yaitu, Pb = 10.100 kg. untuk tali baja dengan σb =
18.000 kg/cm2.

Tegangan tali baja maksimum yang diizinkan adalah :

Pb
S=
K

10.100
Sb= = 1.836,36 kg/cm 2
5,5

Tegangan tarik tali baja yang diizinkan :

σb
σt =
K

18.000
σt = = 3272,73 kg/cm 2
5,5

Luas penampang tali baja adalah :

S
F 114 =
σb d
(50.000)
K Dmin

Dari gambar. 3.9 terlihat bahwa jumlah lengkungannya (NB) = 8, sehingga;

d 1
adalah =
Dmin 3

Maka :

1.241
F 114 = = 0,74 cm 2
18.000 1
(50.000)
5,5 31

Tegangan tarik yang terjadi :

S max
σt =
F114

1241
σt = = 1108,1 kg/cm 2
1,12

Faktor yang tergantung pada jumlah lengkungan tali berulang dari tali
selama periode keausannya sampai tali tersebut rusak (m) :

D
A= = m.ó .C.C1.C 2
d

dimana :

A = Perbandingan diameter drum atau puli dengan diameter tali = 31

σ = Tegangan tarik sebenarnya pada tali = 1665,17 kg/cm2

C = Faktor yang memberi karakteristik konstruksi tali baja dan tegangan

tarik bahan kawat, yaitu : C = 0,78

C1 = Faktor yang tergantung diameter tali baja, C1 = 0.93

C2 = Faktor yang menentukan faktor produksi dan operasi tambahan,

C2 = 1,37

A
Maka : m =
σ .c.c1.c2

31
m= = 2,81
11,08 (0,78)(0,93)(1,37)

Untuk m = 1,87 diperoleh jumlah lengkungan berulang z = 310.000, maka umur

tali baja (N) dapat ditentukan dengan rumus :

z
N=
a.z 2 .β .ϑ

dimana :

z = Jumlah lengkungan berulang yang diizinkan = 310.000

a = Jumlah siklus rata-rata per bulan = 3400

z2 = Jumlah lengkungan berulang per siklus kerja = 3

β = Faktor perubahan daya tahan tali = 0,3

φ = Perbandingan jumlah lengkungan dengan jumlah putus tali = 2,5


Maka :

310.000
N= = 40,52 Bulan
3400 (3)(0,3)(2,5)

4.3 Perencanaan Puli

Dmin
Dari diagram lengkungan tali diperoleh = 31 dan diameter tali baja =
d

12,9 mm, maka diameter drum atau puli minimum :

Dmin = 31 . d

Dmin = 31 . 12,9 = 340 mm

Diameter drum atau puli minimum yang diizinkan diperoleh dengan rumus :

D ≥ e1 . e2 . d

dimana :

D = Diameter drum atau puli pada dasar alurnya (mm) = 340 mm

d = Diameter tali baja (mm) = 12,9 mm

e1 = Faktor yang tergantung pada tipe alat pengangkat crane, digerakkan

oleh daya, kondisi operasinya medium = 25

e2 = Faktor yang tergantung pada konstruksi tali Tipe 6 x 19 Fibre core

posisi sejajar = 0,9

Maka :
D ≥ 25 . 0,9 . 12,9

D ≥ 290,25 mm

Jadi diameter drum atau puli minimum sebesar = 340 mm dapat digunakan

Dengan perhitungan secara interpolasi diperoleh ukuran-ukuran dari puli

ditabelkan pada Tabel 4.1 dibawah dengan diameter tali baja 12,9 mm.
Tabel 4.1 Dimensi Puli
Nama a b C e h L r r1 r2 r3 r4

Ukuran 40 30 7 1,0 25,0 10 8,5 4,0 3,0 12 8

4.4 Perencanaan Drum

Ukuran-ukuran dari drum dapat diperoleh dengan diameter

tali baja 12,9 mm ≈13 mm untuk alur dalam :

s2 = 19 c2 = 9,5 r2 m= 1,5
Tebal dinding drum dapat ditentukan dengan rumus :

ω = 0,02 D + (0,6 s/d 1,0 cm); diambil 0,6 cm……..….…

ω = 0,02 . 34 + 0,8

ω = 1,28 cm = 12,89 mm

Dari hasil diatas, maka tebal dinding drum yang digunakan adalah 13 mm.

Tegangan tekan pada permukaan dinding drum adalah :


Maka :
S
σt =
ω.S

1.241
σt = = 510,27 kg/cm 2
1,28.1,9

Maka bahan drum dipilih dari besi cor dengan kekuatan tekan maksimum bahan

yang diizinkan 1000 kg/cm2

Dari hasil perhitungan diatas diperoleh tegangan tekan izin lebih besar dari

tegangan tekanan σ ti > σ t , maka drum aman untuk digunakan.


4.5 Perencanaan Motor Penggerak

Tahanan total untuk menggerakkan trolley :

W = W1 + W2
= 375,2 + 212 = 587,2 kg

Daya yang dihasilkan oleh motor penggerak yang dibutuhkan pada

kecepatan konstan :

W .v1
N=
75.η

dimana :

η = Effesiensi mekanisme pengangkat, diasumsikan 0,85 dengan 2 pasang

roda gigi penggerak

Vt = Kecepatan jalan trolley (Direncanakan = 1 m/detik)

Sehingga :

587,2
N= = 9,3 HP = 7,13 kW
75.0,85

Dari hasil perhitungan, maka direncanakan sebuah elektromotor

dengan daya (Nrated) = 20 Hp, putaran (nrated) = 980 rpm disesuaikan dengan

standart, jumlah kutub 6 buah, momen girasi motor (GDrot = 1,21 kg.m2). Momen

statis (Mst) poros motor adalah :

N
M st = 71.620 x
n

7,13
M st = 71.620 x
980
M st = 521,07 kg.cm
Bahan poros penggerak dipilih S35C dengan kekuatan tarik bahan σP = 5200

kg/cm2

Tegangan tarik yang diizinkan :

σt
σ ti =
K

dimana : K = Faktor keamanan, diambil K = 8

5200
σ ti =
8
σ ti = 650kg / cm2
Tegangan puntir yang diizinkan adalah :

σ k = = 0,7( σ ti )

= 0,7(650)

= 455kg / cm2

Diameter poros penggerak dp = 30 mm, maka momen girasi kopling dapat

dicari dengan rumus :

GD2coupl = 4.g.I

dimana :

g = Percepatan gravitasi (9,81 m/det2)

I = Momen inersia kopling ( 0,003 kg.cm/det2)

Maka :

Momen girasi rotor dan kopling pada poros motor adalah

GD2 = GD2kop + GD2rot


GD2 = 0,011 + 1,21 = 1,221 kg.m2
Momen gaya dinamis (Mdyn) dapat dihitung :
ä .GD 2 .n ,975.Q .v 2
M dyn = +
375.t s n.t s .π

dimana :

δ = Koefisien pengaruh massa mekanisme transmisi (1,1 / 1,25)

ts = waktu start (1,5 s/d 5), diambil = 3,25

Maka :1,129080615

1,15.1, 221.980 0,975(1122,8)(1) 2


M dyn = +
372.3,25 (980).3,25.(0,85)

=1,533 kg.m

Momen gaya motor yang diperlukan pada start adalah :

M mot = M st + M dyn

Maka : GDcoupl = 4(9,81)(0,0003) = 0,011 kg.m

M mot = 959,56 + 1,533 = 1.287,763 kg.m

Momen gaya ternilai dari motor (Mrated) adalah :

N rated
M rated = 71.620 x
n rated

14,92
M rated = 71.620 x = 1.090,37 kg.m
980

Pemeriksaan motor terhadap beban lebih selama start adalah ( M maks = M mot )

adalah :

M maks
< 2,5
M rated

M 1.287,76
maks
= = 1,18
M rated 1.090,37

Harga 1,18 < 2,5 ; maka motor aman untuk dipakai.


4.6 Perencanaan Transmisi Mekanisme Trolley

Pada perencanaan transmisi mekanisme pengangkat ini digunakan sistem

roda gigi yang berfungsi untuk mereduksi putaran motor penggerak. Roda gigi

yang dipakai adalah roda gigi lurus 2 tingkat roda gigi penggerak yang terpasang

pada poros elektromotor. Pada sistem pengangkat ini digunakan sebuah

elektromotor yang terpasang pada satu poros yang diantaranya dipasang transmisi

roda gigi yang meneruskan putaran ke drum.


Dari perhitungan sebelumnya, telah diketahui bahwa untuk mekanisme trolley

diperoleh :

• Daya motor penggerak, N1 = 20 Hp/14,92 kW

• Putaran motor,n1 = 980 rpm

• Kecepatan gelinding trolley, v = 1 m/det

• Diameter drum, D = 340 mm

Kecepatan tali baja pada drum adalah :

Vd = V . i puli

dimana : i puli = Perbandingan transmisi puli, i puli >1, diambil 2

V = Kecepatan angkat motor

Maka : Vd = 1 . 2 = 2 m/det.

Putaran drum dapat ditentukan dengan rumus :


60.Vd
nd =
π .D

60. 2
nd = 112,34 rpm
π .0,34

Perbandingan transmisi motor dengan drum adalah :

n
i=
nd
980
= = 8,72
112,34

Perbandingan transmisi roda gigi tingkat pertama, diambil sebesar : i1 = 3, maka

8,72
i2= = 2,91
3

Dengan cara yang sama. Ukuran-ukuran roda gigi mekanisme trolley

direncanakan seperti dibawah ini :

• Sudut tekan :α = 20 0
• Modul :m = 6
• Jumlah gigi roda gigi : z1 = 12
: z2 = 36
• Lebar gigi :b = 32 mm
• Tinggi kepala gigi : hk = 4 mm
• Tinggi kaki gigi : hf = 5 mm

• Tinggi gigi :H = 9 mm
• Jarak sumbu poros :a = 96 mm
• Diameter jarak bagi : d01 = 48 mm
d02 = 144 mm
• Diameter kepala : dh1 = 56 mm
dh2 = 152 mm
• Diameter kaki : df1 = 38 mm
df2 = 134 mm
• Jarak bagi lingkaran : t1 = t2 = 15,56 mm
• Kelongaran puncak : ck =1,0 mm
• Tebal gigi : So1=So2 = 6,28 mm
Putaran poros I adalah n1, dengan :

n1 Z 2
i1= =
n2 Z 1

maka putaran poros II adalah :


n1 . Z1
n2=
Z2

980.12
= = 326,66 rpm
36

• Kecepatan keliling roda gigi 1 dan 2 : vo3 = vo4 = 2,46 m/det

• Gaya tangensial yang dialami :F = 618,63 kg

• Tegangan geser yang dialami :τ = 2,14 kg/mm2

• Tegangan lentur yang terjadi : σ al = 36,53 kg/mm2

σ al = 23,74 kg/mm2

Bahan roda gigi 3 yang dipilih adalah S 50 C dengan tegangan lentur yang

diizinkan σa3 = 37 kg/mm2 dan kekuatan tarik σb3 = 62 kg/mm2. Bahan roda gigi 4

yang dipilih adalah S 35 C dengan tegangan lentur yang diizinkan σa4 = 26

kg/mm2 dan kekuatan tarik σb4 = 52 kg/mm2.

4.6.1 Perencanaan Dimensi Roda Tingkat II

Daya dari poros roda gigi tingkat I diteruskan ke poros roda gigi tingkat II,

dan dengan cara perhitungan yang sama seperti transmisi roda gigi tingkat I dapat

diperoleh ukuran-ukuran roda gigi 3 dan 4, yaitu :

• Sudut tekan :α = 20 0

• Modul :m =6

• Jumlah gigi roda gigi : z1 = 12

= 36

• Lebar gigi :b = 32 mm

• Tinggi kepala gigi : hk = 4 mm

• Tinggi kaki gigi :hf = 5 mm


• Tinggi gigi :H = 9 mm

• Jarak sumbu poros :a = 96 mm

• Diameter jarak bagi : d01 = 48 mm

d02 = 144 mm

• Diameter kepala : dh1 = 56 mm

dh2 = 152 mm

• Diameter kaki : df1 = 38 mm

df2 = 134 mm

• Jarak bagi lingkaran : t1 = t2 = 15,56 mm

• Kelongaran puncak :ck =1,0 mm

• Tebal gigi : So1 = So2 = 6,28 mm

Putaran poros II adalah :

n2. Z 3
n3 =
Z4

13
n3 = 326,66 x = 112,25 rpm
38

• Kecepatan keliling roda gigi 3 dan 4 : vo3 = vo4 = 0,88 m/det

• Gaya tangensial yang dialami : Ft = 1.729,36 kg

• Tegangan geser yang dialami :τ = 6 kg/mm2

• Tegangan lentur yang terjadi : σ al = 67,22 kg/mm2

Bahan roda gigi 3 yang dipilih adalah SNC2 dengan tegangan lentur yang

diizinkan σa3 = 70 kg/mm2 dan kekuatan tarik σb3 = 85 kg/mm2. Bahan roda gigi 4

yang dipilih adalah SNC22 dengan tegangan lentur yang diizinkan σa4 = 50

kg/mm2 dan kekuatan tarik σb4 = 100 kg/mm2.


4.7 Sistem Rem Untuk Mekanisme Trolley

Pada mekanisme trolley ini, rem dipergunakan untuk menghentikan laju

mekanisme trolley saat membawa beban. Pada perencanaan mekanisme trolley

ini, jenis rem yang dipergunakan adalah jenis rem blok ganda yang dikatrol

dengan sistem elektromotor.

Daya pengereman statik yang dipakai adalah :

W .v
N br =
75.π

dimana :

W = Tahanan total terhadap gerak trolley = 1.122,8

V = Kecepatan gelinding trolley = 1 m/det

η = Effisiensi total mekanisme = 0,85

maka :

1.122,8 .1
Nbr = == 17,61 HP = 13,13 kW
75. 0,85

Momen statis pada saat pengereman adalah :

N br
Mst = 71.620
nbr

13,13
Mst = 71.620 = 9,89 kg.m
980

Momen gaya dinamik saat pengereman adalah :

δ .GD 2 .n 0,975.W .v 2
Mdyn = +
375.t br n.tbr

dimana :

tbr = Waktu untuk pengereman, untuk mekanisme pengangkatan, V>12

m/menit = 1,5 detik (mekanisme pengangkat dan penjalan)


δ = Koefisien efek massa bagian mekanisme transmisi (δ = 1,1 – 1,25)
1,15 (1,221) 2 .980 0,975.1122,8 (1) . 0,85
Mdyn = + = 30,79 kg.m
375.1,5 980 .1,5

Momen gaya yang diperlukan untuk pengereman adalah :

Mbr = Mdyn + Mst

Mbr = 30,79 - 9,89 = 20,9 kg.m

Tekanan yang diperlukan untuk menggerakkan rem dengan sepatu ganda dapat

dihitung dengan rumus :

M br
S=
D.µ

dimana :

μ = Koefisien gesekan ( 0,35 s/d 0,65)

D = Diameter roda rem (direncakan = 35 cm)

Maka :

22,64
S= = 184,8 kg
0,35(0,35)

Luas permukaan kontak antara sepatu dan roda rem adalah :

π .D.B.β
F=
360

Dimana : B = Lebar sepatu (direncanakan= 6cm)

β = Sudut kontak antara roda dan sepatu rem (600 s/d 1200)

Maka :

π . 35. 6.60
F= = 109,9 cm 2
360

Tekanan satuan antara sepatu dan roda rem adalah :


S 184,8
P= = = 1,68 kg/cm 2
F 109,9
Harga tekanan satuan ini masih dalam batas tekanan satuan yang diizinkan

yaitu untuk bahan asbes pada logam, P = (0,5 s/d 7) kg/cm2, dengan demikian

bahan yang dipilih adalah tepat.

Ukuran-ukuran diameter dan lebar cakram dapat ditentukan dengan

menggunakan persamaan dibawah ni :

M br .β
b.r m 2 =
2π .µ .P

dimana :

b = Lebar cakra rem (cm)

rm = Radius rata-rata cakram (cm)

β = Koefisien pengereman, (1,75 – 2)

μ = Koefisen gesekan, (0,35 – 0,45)

P = Tekanan permukaan yang diizinkan, (0,5 – 7)

b
= 0,2 s/d 0,5
rm

maka :

3393,02 ( 2)
0,2 . rm3 =
2π .0,45 (6)

400,01
rm= 3 = 12,59 cm
0,2

maka : b = 0,2 . rm

b = 0,2 . 12,59 = 2,51 cm

Diameter dalam cakram rem adalah :

Di = 2rm – b

Di = 2(12,59) – 2,51 = 22,67 cm


Diameter luar cakram rem adalah :

Do = 2rm + b

Do = 2(12,59) + 2,51 = 27,69 cm

Gaya dorong aksial (S) untuk permukaan gesek adalah :

M br
S=
Z .µ.rm

Dengan jumlah permukaan gesek (Z) = 2, maka :

3393,02
S= = 299,44 kg
2(0,45)12,59

Tekanan permukaan yang terjadi adalah :

S
P=
F

dimana :

F = luas permukaan kontak

F = π(ro2 – ri2)

F = 3,14(13,842 – 11,332) = 198,47 cm2

maka :

299, 44
P= = 1,5 kg/cm 2
198,47

Harga tekanan permukaan kontak ini masih dalam batas tekanan satuan

yang diizinkan yaitu untuk bahan asbes pada logam P = (0,5 s/d 7) kg/cm2, dengan

demikian bahan yang dipilih adalah tepat.


BAB V

PERENCANAAN MEKANISME GERAK SLEWING

Mekanisme pemutar berfungsi untuk membawa komponen kran seperti

boom dan lengan bobot lawan berputar, yang bertujuan untuk memperluas daerah

kerja dan memudahkan pengaturan beban agar tepat sesuai dengan tempatnya.

Tergantung pada desain kompnen pendukung mekanisme pemutar, kran dapat

diklasifikasikan sebagai berikut :

1) Kran berputar bersama dengan pilar tiang pada bantalnya dan terpasang

pada pondasi ataupun dipasang pada kolom bangunan.

2) Kran berputar pada pilar tiang pada bantalannya biasanya terpasang pada

pondasi ataupun terpasang mati pada pondasi atau pada truk kran.

3) Kran berputar pada poros pemutar pusat yang dipasang mati pada

komponen tak berputar, meja putar pada rel yang berbentuk lingkaran dan

dipasang pada pondasi ataupun kruk kran.

Mekanisme pemutar yang dipakai kran ini adalah yang termasuk pada

kelompok tiga, yaitu kran berputar pada poros pemutar pusat yang dipasang mati

pada komponen tak berputar.

Momen tekan terhadap perputaran akibat gaya gesek :

Rs
M = (Q + G B .G P ).k. β1
R

dimana :
Q = Beban muatan keseluruhannya = 14.000 kg

G B = Berat struktur yang diputar meliputi : boom muatan + kabin operator

+ rangka atas = 6.000 + 1.500 + 6.500 kg =14.000 kg

Gcw = Berat boom dan bobot pengimbang = 6.880 + 13.300 = 20.180 kg


k = Koefisien gesek gelinding bantalan rol pemutar = 0,05
Rs = Jari-jari jalur lintasan = 0,6 m
R = Jari-jari rol perputaran = 7,62 cm = 0.07 m
β1= Faktor yang memperhitungkan tambahan akibat gesekan pada nap
(untuk rol) atau akibat luncuran lateral rol pada jalur (untuk rol
silindris) = 1,2-1,3
Maka :

0,6
M = (14.000 + 14.000 + 20.180) ⋅ 0,05 ⋅ 1,3 = 11.258,74 kg.m
0,07

Momen akibat tegangan angin dapat ditentukan dengan rumus :


M ϖ = Pϖ S mua tan .a + P ϖ .S ϖ P ϖ .S cvw .e g

dimana :
P = Tekanan angin = 40 kg/m2

S cr = Luas bidang yang mengalami tekanan angin pada struktur putar

crane

1
= (55 x 1,4) + (17 x 2,32) + (7.2 + 7.2) =137,44 m2
2

S mua tan = Luas bidang yang mengalami tekanan angin pada muatan = 4 m2

l = Jarak bobot bagian kran yang berputar relatif terhadap meja putar = 1m

S cw = Luas bidang yang mengalami tekanan angin pada pengimbang =0,75 m2


e g = Jarak titik pusat ke bobot pengimbang = 17 m
a = Jangkauan lengan 55 m
Maka :
M ω = 40.4.55 + 40.(137,44`).1 40.(0,95).17 = 13.651,6 kg.m

Momen perlawanan terhadap perputaran total :


M Σ = M + Μω

= 11.258,74 + 13.651,6 = 24.910,34 kg.m


5.1.Motor Penggerak

Daya motor penggerak yang dibutuhkan :

M Σ .ncr
N=
71620.η

dimana :

ncr = Kecepatan putaran struktur putar crane = 0,8 rpm


η = Efisiensi penggerak = 0,85

Maka :

24.910,34 .0,8
N= = 0,32 HP
71620.0,85

Maka dipilih motor penggerak dengan daya motor ternilai Nrated = 4.1 HP,

dengan putaran n = 930 rpm dan momen girasi rotor (GD2)rot = 0,18 kg/m2

Momen statik dengan mengacu momen terhadap putaran pada sumbu

bagian crane yang berputar dengan kecepatan ncr terhadap poros motor (atau

pengereman) dengan kecepatan nmot (atau nbr) dapat ditentukan dengan rumus :


M st =
i.η

Perbandingan transmisi mekanisme :

n mot 930
M st = = = 1162,5
n cr 0,8

Maka :

24.910,34
M st = = 25,2 kg.m
1162,5. 0,85

Disini dipilih kopling fleksibel untuk poros motor dengan diameter poros =30
mm. momen inersia kopling tersebut (Tabel 39 Lit. 1) sebesar I = 0,003 kg.m/s2
Momen girasi kopling :
(GD2)cuopl = I . 4g
= 0,003 x 4(9,81) = 0,11 kg.m2
Momen girasi motor pada poros motor akan menjadi :
(GD2) = (GD2)rot + (GD2)cuopl
= 0,18 + 0,11 = 0,29 kg.m2
Momen inersia beban :

1
I load = Q.(a 2 + b 2 ) + Q.lboom
2

dimana :
a = Panjang beban = 2 m
b = Lebar beban = 2 m
lboom = Panjang lengan = 55 m

Maka :

1
I load = .12.000.(2 2 + 2 ) + 12.000.55 = 668.000 kg/m 2
12

Momen inersia konstruksi boom muatan :

1
I Gb = G B .(c 2 + d 2 ) + G B .lboo
12

dimana :

c = Tinggi struktur boom c = 1,4 m


d = Panjang struktur boom : d = 55 m

Maka :
1
I GB = × 6.000 (1,4 2 + 55 ) + 6.000 × 55 = 1.843.480 kg/m 2
12
Momen inersia bobot pengimbang :
1
I cw = Gcw .(e 2 + f 2 ) + Gcw .lcw
2

dimana : e = Lebar lengan bobot pengimbang = 1,7 m


f = Tinggi lengan bobot pengimbang = 1,8 m
cw = Panjang lengan bobot pengimbang = 17 m
Maka :

1
I cw = .13.300.(1,7 2 + 1,8 ) + 13.300.17 = 232.894,08 kg/m2
12

Momen inersia total :


I total = I load + I G + I cw + I G
B cw

= 668.000 + 1.843.840 + 232.894,08 + 124.867,64


= 2.869.601,72 kg.m2.
Momen dinamik yang dihasilkan pada poros motor selama percepatan ialah :

δ .GD 2 .n mot π .n cr .
M dyn = + I total .............................................. (Lit.1 Hal 298)
375.t s 30.t s .η .i

dimana :
GD2= Momen girasi yang dipasang pada motor dan kopling = (0,29kg/m2)
δ = Koefisien untuk memperhitungkan efek masa mekanisme
transmisi(1,1 – 2,5 ), diambil 1,15

ncr = Putaran crane ( 0,8 rpm)

t s = Waktu start (5-8) detik, diambil 6,5 detik


i = Perbandingan transmisi
Maka :

1,15.0, 29.930 π .0,8


M dyn = + 2.869.601,72 = 46,91 kg.m
375.6,5 30.6,5.930.0,85
Momen gaya start motor yang diperlukan adalah :

Mmot = Mst + Mdyn = 25,2 + 46,91 = 72,11 kg.m

Momen gaya ternilai motor adalah :

N rated
M rated = 71.620
n

4,1
M rated = 71.620 = 315,74 kg.cm
930
Pemeriksaan motor terhadap beban berlebih selama start (Mmaks = Mmot) adalah :

M maks
< 2,5
M daya

M maks 72,11
= = 0,22
M daya 315,74

Dari hasil diatas diperoleh berada dibawah batas yang diizinkan 0,22 < 2,5

5.2. Sistem Rem Mekanisme Slewing


Jenis rem yang digunakan pada mekanisme gerak slewing adalah rem
sepatu elektromagnetik.
Waktu pengereman

2.n.60
t br =
n cr

dimana :
ncr = Putaran struktur putar crane pada kecepatan normal = 0,8 rpm

nt = Bagian dari satu putaran crane dimulai saat motor dimatikan sampai
mekanisme crane terhenti sepenuhnya : untuk crane pelayanan

1
sedang nt = putaran (20 o )
8
1
2.
Maka : t br = 18 0,8.60 = 6,6 detik
0.8

Momen gaya dinamik selama perlambatan pada poros motor adalah :

ä .GD 2 n mot π .ner .η


M dyn = +I total
375.t br 30.t br .i.
Maka :

1,15.0, 29.930 π .0,8.0,85


M dyn = + 2.869.601,72 = 26.75 kg.m
375.6,6 30.6,6.1162,5.
Momen statis yang dibutuhkan untuk pengereman :

Σm
M st ' = M st =
i.η
24.910,34
M st ' = M st = = 25,2 kg.m
1162,5.0,85

Momen gaya yang dibutuhkan untuk pengereman adalah :


M br = M st − M dyn

= 25,2 – 26,75 = -1,55 kg.m


Tekanan yang diperlukan untuk menggerakkan rem dengan sepatu ganda dapat
dihitung dengan rumus :

M br
S=
D.µ
Dimana :
µ = koefisien gesekan ( 0,35 atau 0,65)
D= Diameter roda rem (direncanakan = 50 cm)
Maka :

1,55
S= = 4,769 kg
0,5(0,65)
Luas permukaan kontak antara sepatu dan roda rem adalah :

π .D.B.β
A=
360
Dimana : B= Lebar sepatu (direncanakan = 20 cm)
β = Sudut kontak antara roda dan sepatu rem (600 s/d 1200)

π .32.20.60
A= = 418,66 cm 2
360
Tekanan satuan antara sepatu dan roda rem adalah :

P
P=
S
2328,316
= = 5,56 kg/cm 2
418,66
Harga tekanan satuan ini masih dalam batas tekanan satuan yang diizinkan yaitu

untuk bahan asbes pada logam, P = (0,5 s/d 7) kg/cm2, dengan demikian bahan

yang dipilih adalah tepat.


BAB VI
PERENCANAAN KONSTRUKSI BOOM

6.1 Konstruksi Boom

Boom adalah bagian dari pesawat pengangkat tempat digantungkan sistem

pengangkat. Boom berfungsi sebagai tangan crane yang digunakan untuk

menjangkau, memindahkan, menaikkan, ataupun menurunkan beban. Jadi boom

berfungsi sebagai gantungan (suspensi) serta menaikkan dan menurunkan sistem

pengangkat. Sedangkan sistem pengangkat sendiri berfungsi untuk gantungan

(suspensi) serta menaikkan dan menurunkan beban atau muatan

Berdasarkan cara kerjanya, boom dibagi atas 3 jenis yaitu :

1. Boom dengan radius tetap (fixed radius boom)

2. Boom sebagai suspensi (guyed boom)

3. Boom elevasi (luffing boom)

Berdasarkan konstruksinya, boom dibagi atas 3 jenis yaitu :

1. Boom dengan lengan tetap (boom with fixed arm)

2. Boom dengan lengan yang dapat memanjang dan memendek (telescopic boom)

3. Boom dengan lengan yang dapat dilipat (bent boom)

Berdasarkan jenis material konstruksinya, boom dibagi atas 3 jenis yaitu :

1) Boom dari baja profil (rigid boom)

2) Boom dari pipa baja (round turbular boom)

3) Boom rangka baja, terdiri atas 2 jenis yaitu :


a. Boom rangka tunggal (single frame boom)

b. Boom rangka berganda (assembled frame boom)

Pada perencanan ini boom yang dipergunakan adalah boom dengan lengan

tetap, seperti pada gambar jenis boom ini berdasarkan material konstruksinya
adalah boom rangka baja berganda. Boom jenis ini dapat mengangkat beban lebih

besar. Dalam perencanaan boom ini, perlu diketahui dulu beban akibat berat boom

itu sendiri.

Gambar 6.1 Konstruksi Boom

6.2 Gaya-Gaya Pada Batang Akibat Beban Dan Beratnya Sendiri

Tegangan batang penahan boom dapat dihitung dengan persamaan kesetimbangan

momen terhadap A.

Gambar 6.2 Pembebanan Boom Maksimum


Keterangan gambar :

GE = Berat peralatan : motor, drum dan transmisi troli = 600 kg

〈 = Sudut penyangga boom 1 (28,790)

 = Sudut penyangga boom 2 (9,740)

Gb = Berat boom seluruhnya = 6815,06 kg)

Q0 = Kapasitas angkat maksimum kran (7.000 kg)

G0 = Berat rumah kait/spreader (300 kg)

q = Berat troli (500 kg )

ΣM A = 0 ;
G E (5,62) + G (16,6) − TB1 sin α (12,74) + G B (27,5) + − TB2 sin β (40,75) = 0
(600) (5,62) + (13.500) (16,6) − TB1 sin 28,79 (12,74) + (6000) (27,5) − TB2 sin 9,74
(40,75) = 0
3372 + 224.100 − 8,37 TB1 + 165.000 − 6,93 TB2 = 0
8,37 TB1 + 6,93 TB2 = 392.472

Gaya yang terjadi terhadap sumbu y :

Fy = 0
− FAy + G E + G − TB1 sin α + G B − TB2 sin β = 0
− FAy + 600 + 13.500 − TB1 sin 28,79 + 6000 − TB2 sin 9,74 = 0
− FAy + 20.100 − 0,48TB1 − 0.17 TB2 = 0
FAy =−0,48TB1−0.17 TB2 + 20.100

Gaya yang terjadi terhadap sumbu x :

Fx = 0
− TB1 cosα − TB2 cos β = 0
− TB1 cos 28,79 − TB2 cos 9,74 = 0
− 0,88TB1 − 0,98TB2 = 0

Substitusikan persamaan 2 ke persamaan 1 maka :


8,37.(2,057TB2 ) + 5,53TB2 = 900000
11,087TB2 + 5,53TB2 = 900000
TB2 = 54161,4kg
TB1 = 2,057.(54161,4) = 111409,99kg

Gambar 6.3 Pembebanan Boom Akibat Beban Sendiri

Momen gaya terhadap beban sendiri yaitu :

M A = 20.TB1 sin α + 40TB2 sin β − 60.(G B )


M A = 20.(111409,99) sin 15,64 + 40.(54161,4).sin 7,96 − 60(6815,06)
M A = 491816,19kg.m

Gambar 6.4 Pembebanan Boom Maksimum Yang Diizinkan


Jarak beban maksimum yang diperbolehkan dalam lengan tower crane sewaktu

pengangkatan yaitu :

Σ M Ay = 0
0 = 20.TB1 sin α + 40TB2 sin β − 60.(G B ) − X (G0 + Q + q)
0 = 20.(111409,99) sin 15,64 + 40.(54161,4).sin 7,96 − 60(6815,06) − X (15000)
491913,97 = X .15000
X = 32,79 = 32meter

Jadi beban maksimum yang boleh diangkat pada jarak 32meter, apabila

melebihi dari jarak yang ditentukan maka lengan akan mengalami patah.

6.3 Pemeriksaan Kekuatan Konstruksi Boom

Gambar diagram bentang dari batang boom untuk pemeriksaan kekuatan


konstruksi dapat dilihat pada gambar 6.5. di bawah ini :

Gambar 6.5 Gaya–Gaya Setiap Sambungan Pada Boom

Besarnya gaya tiap sambungan adalah :

Fy
P=
s

Dimana : s = jumlah sambungan = 42 sambungan

Maka :

6 .600 + 500 + 300


P= = 176,19 kg
42

Besarnya gaya pada tiap batang adalah :


Kesetimbangan titik A

Σ Fx = 0
 0,6 
-F AB Cos   - FAC = 0
 1,86 

- FAB = 0,99FAC

Σ Fy = 0
 1,76 
-F AB Sin  -P =0
 1,86 

−0,016FAB = 150
FAB = −9375kg
9375
FAC = − = 9469,69kg
0,99

Kesetimbangan titik B

Σ Fx = 0
−FAB cos a + FBD = 0
9375(0,99) + FBD = 0
FBD = −9281,25kg

Σ Fy = 0
FBC sin a − P = 0
0,016FBC = 150
FBC = 9375kg
Kesetimbangan titik D

Σ Fx = 0
FDE cos a + FBD = 0
0,99FDE + 9281,25 = 0
FDE = −9375kg

Σ Fy = 0
FDC sin a − P = 0
0,016FDC = 150
FDC = 9375kg

Kesetimbangan titik E

Σ Fx = 0
− FDE cos a − FEC = 0
9375(0,99) = FEC
FEC = 9281,25kg

Dengan cara yang sama dapat digunakan untuk menghitung gaya dalam

yang terjadi pada tiap batang. Bahan yang digunakan untuk konstruksi lengan

tower crane yaitu baja karbon S 25 C dengan kekuatan tarik 45 kg/mm2.


6.3.1 Analisa Gaya di Spreader

TB1Sin Q1 TB 2 Sin Q2
TB 1
GB
TB 2

Q1 Q2

TB1cos Q1 TB2 cos Q 2


A
G GE

Gambar 6.6 Gaya-gaya pada Spreader

ΣFy = 0

ΣFx = 0

tinjau sb y :

ΣFy = 0

-G + TB1sin Q1+ TB2sin Q2 – GE –GB + RAy = 0

RAy = G + GE +GB - TB1sin Q1 - TB2sin Q2

RAy = G + GE +GB – (TB1sin Q1 - TB2sin Q2) = 0

= 13.500 + 600 + 6000 –(TB1sin Q1+ TB2sin Q2) = 0

(TB1sin Q1+ TB2sin Q2) = 20.100

0,48 TB1 + TB2 0,17 = 20.100 ………………………….. (1)

ΣFx = 0

- TB1cos Q1 - TB2cos Q2 = 0

- 0,88TB1 – 0,98TB2 = 0
TB 1 TB1Sin Q1
TB 2 Sin Q2
TB 2
G

Q1 Q2
A TB1cos Q1 TB2 cos Q 2
G
16 m 20 m GE
GB + Q + q
30 m

40 m

60 m

Gambar 6.7 Diagram Benda Bebas pada Spreader

ΣMA = 0

GE(l.GE) + G(l.GB) + G(l.G)

- TB1sin Q1 - TB2sin Q2 = 0

600 (5,52)+ 13.500 (16,6) + 6000 (27,5)

- TB1sin Q1 - TB2sin Q2 = 0

3372 + 224.100 +-8,37 TB1+ 165.000- 6,93 TB2 = 392.472 …………..…..(2)

substitusikan 1 dan 2

0,48 TB1 + TB2 0,17 = 20.100

- 0,88TB1 – 0,98TB2

0,37 (2,057 TB2) + 5,53 TB2 = 900.000

11,087 TB2 + 5,53 TB2 = 900.000

TB2 = 54161, 4 kg

TB2 = 2,057 (54161,4) = 111404,99 kg

Pembebanan maksimum Boom

MA = 20TB1sin Q1 + TB2sin Q2 +60 (GB)


MA = 20(111.409,99)sin Q1 + 40 (54161,4)sin Q2 +60 (6815,06)

MA = 491816,19 kg.m

jadi jarak maksimum agar lengan tower Crane tidak patah

-MAy = 0

0 = 20TB1sin Q1 + 40TB2sin Q2 +60 (GB) + x (GB +Q + q)

0 = 20 (111.404,99)sin 15,64 + 40(54161,4)sin Q2 + 60 (6815,06) + x (15.000)

491913,97 = 15.000 x

x = 991913,97 / 15000

= 32 meter

Konstruksi truss pada spreader sepanjang 60 meter, banyaknya truss =42

panjang tiap bagian truss = 60 / 42 = 1,4 m

tinggi truss = 1,4 m

E 1,4 m
C
D

1,4 m
A B
F

R A
GB

jadi besarnya gaya pada FFB = FBD

jadi FFD = √2 FFB


Tinjau sambungan B

F BD
F EB F EB

F BD F BD = F BF

BF
B GB
F BF

GB

FBD + FEB + FBF + GB = 0

2FBD + FEB + GB = 0

2FBD + √2 FBD + GB = 0

2FBD + √2 FBD + 6815,06 = 0

2FBD + 1,414 FBD = -6815,06

3,414 FBD = -6815,06

FBD = -6815,06 / 3,414

= -1996,21 (arahnya terbalik)

FEB +√2 FBD = 2822,64

GB = 6815,06

Tinjau Sambungan D

F FD
F

-F D

FFD - FFD + FDB = 0

FFD = FBE = 2822,64


Tinjau Sambungan F

F FB
F DF
F FE
F FE F DF

F FA F FB F FA

Tinjau Sambungan E

F CE F DE F CE

F EA F EA F EF
F EF

F DE

Tinjau Sambungan C

F CE F CE

F CF F CA
F CF
F CA

Tinjau Sambungan A

F AC
F AE

F AF

F AC
A F AF

F AE R A

Karena struktur kruss A merupakan struktur statik dan konstruksi tiap bagian truss
merupaka persegi sehingga gaya pada tiap sisi truss adalah sama, sedangkan gaya
pada tiap sisi diagonal truss adalah √2 dikali tiap sisi

cth : FBE = √2 FBF


F AC
F AE
F AF

F AC
R A

F AF
F AE
R A

RA + FAF +FAC + FAE = 0

RA + 2FAF +√2 FAF = 0

RA = -3,414FAF

RA = -3,414 – 1996,21

= 6815,06

Analisa gaya pada tali baja drum

FTB2
F TD R A FTB2
TD R A FTB1
FTB1

FTD + FTB2 + RA + FTB1

FDD = FTB1 + (FTB2 + RA )

= 111409,99 + (54161) + 6815,06

= 172386,05

6.4 Perencanaan Counter weight (bobot imbang)

Counter weight (bobot imbang) berfungsi unuk mengimbangi berat dari

pada boom dan beban, Counter weight (bobot imbang)terbuat dari coran beton.

Dalam perancangan tower crane ini, Counter weight (bobot imbang) terpasang di
bagian ujung pada lengan bobot lawan yang terlihat pada gambar 6.8. berikut di

bawah ini.

Gambar 6.8 Lengan Bobot Imbang

Gambar 4.8. konstruksi bobot lawan

Counter Weight

Counter weight (bobot imbang) berfungsi untuk mengimbangi berat boom

(lengan) dan bagian beban yang sedang diangkat. Dalam perancangan tower crane

ini meja putar dan bobot imbang (counter weight) yang terpasang di bagian atas.
Bila tower crane hendak dipindahkan dari site ke site, maka harus dipisah –

pisahkan dalam beberapa bagian, kemudian dipasang kembali pada site yang baru.

Kabin operator terdapat pada bagian tengah dari tower. Beberapa tower crane dari

tipe ini mempunyai gerakan trolley sepanjang boom (lengan crane) yang

memudahkan mengatur lempengan besar persis pada tempat yang diinginkan.

Dari hasil survei, bobot imbang terbuat dari coran baja yang massa

berkisar 3 – 4 ton yang terlihat pada gambar berikut ini :

Gambar. 6.9 Counter weight

Untuk lebih mengetahui penggunaan bobot imbang (counter weigth) dapat

dilihat dalam tabel di bawah ini :


Tabel 6.1 Klasifikasi Dari Tower Crane

Bobot lawan yang dibutuhkan untuk sebagai penyeimbang lengan tower crane

adalah
Σ FY=0
.(W A) + .(Gmt ) − (G0 + Q + q) = 0
W A + 600 − .(2000 + 10000 + 3000) = 0
W A = 14400kg
W A = 15ton

Berat sebuah bobot imbang (counter weight) yang berupa coran beton yaitu 4 ton.

Maka bobot imbang yang dibutuhkan untuk mengangkat beban maksimum yaitu:

4ton.n = 15 ton

n = 3,75= 4 buah

Tegangan batang untuk menyangga beban counter weight yaitu

Σ FY=0
W A + 600 TC.sin  = 0
TC.sin 23,62 = 16600
TC = 41430,719kg

Karena batang penyangga (TC) ada dua maka tegangan satu batang penyangga

Yaitu :
41430,719
TC = = 20715,359kg
2

Panjang lengan yang direncanakan untuk sebagai bobot lawan untuk

pengangkatan beban maksimum adalah :

Σ M A == 0

x.(W A) + 17.(Gmt ) + 16.TC sin  = 0


x(W A ) + 17(600) + 16(41430,719) sin 23,62 = 0
x15000 = 275799,99kg
x = 18,38m = 19meter

Tabel 6.2 Panjang, jumlah, dan massa kerangka bobot lawan (hasil
perhitungan)

Jumlah
No Panjang Batang (m) Batang Massa (kg) Massa Total

1 19 2 17,38 660,44
2 1,5 24 3,16 113,76
3 1,2 27 3,16 102,384
4 1,4 22 1,68 51,744
5 15 2 1,68 50,4
6 1 4 5,57 22,28
7 10 2 1,68 16,934
Massa total lengan bobot lawan =1017,94 kg

Tabel 6.3 Berat, panjang, dan jumlah batang boom


No Panjang Batang (m) Jumlah Batang Berat per meter (kg) Berat Total

1 56,8 2 22,2 2521,92


]
2 56,2 1 6,53 366,98

3 2,0 44 5,57 490,16

41 1,7 176 3,89 1163,88

5 1,2 45 3,89 210,06

Berat Boom Total = 6815,06 kg


BAB VII
KESIMPULAN dan SARAN

7.1 Kesimpulan
Jenis mesin pemindah bahan yang direncanakan adalah mesin pengangkat

tipe tower crane sesuai dengan hasil survei pada Proyek Pembangunan Rumah

Sakit Pendidikan USU Jln.Dr. Mansyur.

Berdasarkan spesifikasi tugas, hasil survei, analisa pemeriksaan dan

perhitungan serta standar yang ada dalam perencanaan mesin pengangkat dan

elemen mesin, maka dapat disimpulkan bahwa sebuah mesin pengangkat dengan

kapasitas angkat 7 ton, secara teoritis dapat dioperasikan pada pembangunan

apartemen bertingkat dengan spesifikasi sebagai berikut :

Karakteristik Utama

• Jenis Mesin : Tower Crane


• Kapasitas angkat : 7 ton
• Kecepatan angkat penuh : 17 m/menit
• Radius jangkauan : 60 m
• Tinggi angkat : 55 m
Karakteristik Komponen – Komponen Utama Mekanisme
1. Tali Baja Mekanisme Pengangkat
• Jenis tali : 6 x 37 + 1 fibre core
• Diameter : 16,6 mm
• Beban patah : 12.500 kg
• Tegangan patah : 159 kg/mm2
• Berat tali : 0.9 kg/m
• Umur tali : 1,5 tahun

2. Tali Baja Mekanisme Trolley


• Jenis tali : 6 x 19 + 1 fibre core
• Diameter : 16,4 mm
• Beban patah : 12000 kg
• Tegangan patah : 159 kg/mm2
• Berat tali : 0.9 kg/m
• Umur tali : 1,5 tahun
3. Tali Baja Mekanisme Trolley
• Jenis tali : 6 x 19 + 1 fibre core
• Diameter : 16,4 mm
• Beban patah : 12000 kg
• Tegangan patah : 159 kg/mm2
• Berat tali : 0,89 kg/m
• Umur tali : 13 bulan
Jenis dan Karakteristik Puli (Cakra)
1. Puli mekanisme Pengangkat
• Jenis : Puli tetap dan bebas
• Diameter : 418,5 mm
• Jumlah : 7 buah
2. Puli Mekanisme Trolley
• Jenis : Puli tetap
• Diameter : 541 mm
• Jumlah : 4 buah
Jenis dan Karakteristik Drum
1. Drum Mekanisme Pengangkat
• Jenis : Drum ganda/ Alur standar
• Diameter : 418,5 mm
• Panjang : 1795,25 mm
• Jumlah lilitan : 276 lilitan
• Tebal dinding : 18 mm
• Bahan : S 35 C
2. Drum Mekanisme Trolley
• Jenis : Drum ganda/ Alur standar
• Diameter : 541 mm
• Tebal dinding : 17 mm
• Bahan : Baja Khrom Molybdenum SFCM 80D
Jenis dan Karakteristik Motor Penggerak
1. Motor Penggerak Mekanisme Pengangkat
• Daya : 80 kW
• Putaran : 1200 rpm
• Bahan poros penggerak : S 30 C
• Diameter poros penggerak : 8 cm
2. Motor Penggerak Mekanisme Trolley
• Daya : 4,5 kW
• Putaran : 1200 rpm
• Bahan poros penggerak : S 35 C
• Diameter poros penggerak : 15 mm
3. Motor Penggerak Mekanisme Slewing
• Daya : 30 kW
• Putaran : 500 rpm

Jenis dan Karakteristik Rem


1. Rem Mekanisme Pengangkat
• Jenis: Rem cakra
• Jumlah: Satu
• Bahan cakra: Besi cor
• Bahan lapisan rem: Asbes
• Diamater roda rem: 320 mm
• Lebar Sepatu rem: 100 mm
2.Rem Mekanisme Trolley
• Jenis : Rem blok ganda
• Jumlah : Satu
• Bahan rem : Besi cor
• Bahan lapisan rem : Asbes
• Diamater roda rem : 320 mm
• Lebar sepatu rem : 100 mm

3. Rem Mekanisme Slewing


• Jenis: Rem sepatu elektromagnetik
• Jumlah: Satu
• Bahan rem: Besi cor
• Bahan lapisan rem: Asbes
• Diamater roda rem: 500 mm
• Lebar Sepatu rem: 200 mm

7.2 Saran

Adapun saran yang terdapat dalam penulisan skripsi ini adalah :

• Terlebih dahulu survey lapangan untuk mendapatkan data dan keterangan

lebih lanjut tentang mesin pemindah bahan yang akan dirancang ulang

• Lebih memperbanyak diskusi kepada ahli yang memahami tentang crane

untuk mendapatkan pengetahuan yang lebih luas serta mendapatkan

pemahaman secara teoritis dari Tower crane.

Anda mungkin juga menyukai