Komando Pasukan Khusus yang disingkat menjadi Kopassus merupakan bagian dari Komando
Utama (KOTAMA) tempur yang dimiliki oleh TNI Angkatan Darat. Kopassus memiliki
kemampuan khusus seperti bergerak cepat di setiap medan, menembak dengan tepat,
pengintaian, dan anti teror. Tugas Kopassus Operasi Militer Perang (OMP) diantaranya Direct
Action serangan langsung untuk menghancurkan logistik musuh, Combat SAR, Anti Teror,
Advance Combat Intelligence (Operasi Inteligen Khusus). Selain itu, Tugas Kopasus Operasi
Militer Selain Perang (OMSP) diantaranya Humanitarian Asistensi (bantuan kemanusiaan),
AIRSO (operasi anti insurjensi, separatisme dan pemberontakan), perbantuan terhadap
kepolisian/pemerintah, SAR Khusus serta Pengamanan VVIP.
SEJARAH
Dalam perjalanan sejarahnya, Kopassus berhasil mengukuhkan keberadaannya sebagai
pasukan khusus yang mampu menangani tugas-tugas yang berat. Beberapa operasi yang
dilakukan oleh Kopassus diantaranya adalah operasi penumpasan DI/TII, operasi militer
PRRI/Permesta, Operasi Trikora, Operasi Dwikora, penumpasan G30S/PKI, Pepera di Irian
Barat, Operasi Seroja di Timor Timur, operasi pembebasan sandera di Bandara Don Muang-
Thailand (Woyla), Operasi GPK di Aceh, operasi pembebasan sandera di Mapenduma, operasi
pembebasan sandera perompak Somalia, serta berbagai operasi militer lainnya. Dikarenakan
misi dan tugas operasi yang bersifat rahasia, mayoritas dari kegiatan tugas daripada satuan
Kopassus tidak akan pernah diketahui secara menyeluruh. Contoh operasi Kopassus yang
pernah dilakukan dan tidak diketahui publik seperti: Penyusupan ke pengungsi Vietnam di pulau
Galang untuk membantu pengumpulan informasi untuk di kordinasikan dengan pihak Amerika
Serikat (CIA), penyusupan perbatasan Malaysia dan Australia dan operasi patroli jarak jauh
(long range recce) di perbatasan Papua nugini.
Untuk membentuk unit komando maka direkrutlah seorang mantan prajurit komando Inggris
No.10 (Inter Allied) Commando dan Regiment Speciale Troepen KNIL bernama Idjon Djanbi.
Idjon Djanbi adalah mantan kapten KNIL Belanda kelahiran Kanada, yang memiliki nama asli
Kapten Rokus Bernardus Visser. Pada tanggal 9 Februari 1953, Kesko TT dialihkan dari
Siliwangi dan langsung berada di bawah Kepala Staf TNI Angkatan Darat (KSAD).
KKAD
Pada tanggal 18 Maret 1953 Mabes ABRI mengambil alih dari komando Siliwangi dan
kemudian mengubah namanya menjadi Korps Komando Angkatan Darat (KKAD).
RPKAD
Tanggal 25 Juli 1955 organisasi KKAD ditingkatkan menjadi Resimen Para Komando Angkatan
Darat (RPKAD), yang tetap dipimpin oleh Mochamad Idjon Djanbi.
Tahun 1959 unsur-unsur tempur dipindahkan ke Cijantung, di timur Jakarta. Dan pada tahun
1959 itu pula Kepanjangan RPKAD diubah menjadi Resimen Para Komando Angkatan Darat
(RPKAD). Saat itu organisasi militer itu telah dipimpin oleh Mayor Kaharuddin Nasution.
Pada saat operasi penumpasan DI/TII, komandan pertama, Mayor Idjon Djanbi terluka, dan
akhirnya digantikan oleh Mayor RE Djailani.
PUSPASSUS AD
Pada tanggal 12 Desember 1966, RPKAD berubah pula menjadi Pusat Pasukan Khusus
Angkatan Darat (Puspassus AD). Nama Puspassus AD ini hanya bertahan selama lima tahun.
Sebenarnya hingga tahun 1963, RPKAD terdiri dari dua batalyon, yaitu batalyon 1 dan batalyon
2, kesemuanya bermarkas di Jakarta. Ketika, batalyon 1 dikerahkan ke Lumbis dan Long
Bawan, saat konfrontasi dengan Malaysia, sedangkan batalyon 2 juga mengalami penderitaan
juga di Kuching, Malaysia. Personel nyata RPKAD saat itu tak lebih dari 1 Batalyon, hal ini
membuat komandan RPKAD saat itu, Letnan Kolonel Sarwo Edhie -karena kedekatannya
pribadi dengan Panglima Angkatan Darat, Letnan Jenderal Ahmad Yani, meminta penambahan
personel dari 2 batalyon Banteng di Jawa Tengah. Saat menumpas DI/TII di Jawa Tengah,
Ahmad Yani membentuk operasi "Gerakan Banteng Negara" (GBN) yang sering disebut
Batalyon Banteng Raiders. Ahmad Yani menyanggupi dan memberikan Batalyon 441 "Banteng
Raider III", Jatingaleh, Semarang dan Batalyon Lintas Udara 436 "Banteng Raider I", Magelang.
Melalui rekrutmen dan seleksi latihan Raider di Bruno Purworejo dan latihan Komando di
Batujajar maka Batalyon 441 "Banteng Raider III" ditahbiskan sebagai Batalyon 3 RPKAD (Tri
Budhi Maha Sakti) di akhir tahun 1963. Menyusul kemudian Batalyon Lintas Udara 436
"Banteng Raider I", Magelang menjadi Batalyon 2 menggantikan batalyon 2 lama yang
kekurangan tenaga di pertengahan 1965. Perbedaan yang mencolok adalah prajurit RPKAD
pada Batalyon-1 dan 2 awal di Cijantung diambil dari seleksi anak-anak muda (sipil) sementara
pada Batalyon-2 dan 3 seleksi prajurit RPKAD diambil dari prajurit "jadi" yang sudah
mempunyai "jam terbang" dan pengalaman dalam operasi - operasi militer. Sedangkan
Batalyon 454 "Banteng Raider II" tetap menjadi batalyon di bawah naungan Kodam
Diponegoro. Batalyon ini kelak berpetualang di Jakarta dan terlibat tembak menembak dengan
Batalyon 1 RPKAD di Hek. (Bekas markas Yon-3 RPKAD kini digunakan sebagai Yon
Arhanudse 15, Semarang. Bekas markas Yon-2 RPKAD Magelang sekarang Rindam
IV/Diponegoro. Batalyon-454 berubah menjadi Yonif-401/BR (Banteng Raiders ) kini Yonif
Raider 400/Banteng Raider berkedudukan di Srondol, Semarang).
KOPASSANDHA
Tanggal 17 Februari 1971, resimen tersebut kemudian diberi nama Komando Pasukan Sandi
Yudha (Kopassandha).
Dalam operasi di Timor Timur pasukan ini memainkan peran sejak awal. Mereka melakukan
operasi khusus guna mendorong integrasi Timtim dengan Indonesia. Pada tanggal 7 Desember
1975, pasukan ini merupakan angkatan utama yang pertama ke Dili. Pasukan ini ditugaskan
untuk mengamankan lapangan udara. Sementara Angkatan Laut dan Angkatan Udara
mengamankan kota. Semenjak saat itu peran pasukan ini terus berlanjut dan membentuk
sebagian dari kekuatan udara yang bergerak (mobile) untuk memburu tokoh Fretilin, Nicolau
dos Reis Lobato pada Desember 1978. Prestasi yang melambungkan nama Kopassandha
adalah saat melakukan operasi pembebasan sandera yaitu para awak dan penumpang
pesawat DC-9 Woyla Garuda Indonesian Airways yang dibajak oleh lima orang yang mengaku
berasal dari kelompok ekstremis Islam "Komando Jihad" yang dipimpin Imran bin Muhammad
Zein, 28 Maret 1981. Pesawat yang tengah menerbangi rute Palembang-Medan itu sempat
didaratkan di Penang, Malaysia dan akhirnya mendarat di Bandara Don Mueang, Bangkok. Di
bawah pimpinan Letkol Sintong Panjaitan, pasukan Kopassandha mampu membebaskan
seluruh sandera dan menembak mati semua pelaku pembajakan. Korban yang jatuh dari
operasi ini adalah Capa (anumerta) Achmad Kirang yang meninggal tertembak pembajak serta
pilot Kapten Herman Rante yang juga ditembak oleh pembajak. Imran bin Muhammad Zein
ditangkap dalam peristiwa tersebut dan dijatuhi hukuman mati.
Pada tahun 1992 menangkap penerus Lobato, Xanana Gusmao, yang bersembunyi di Dili
bersama pendukungnya.
Kopassus :
Dengan adanya reorganisasi di tubuh ABRI, sejak tanggal 26 Desember 1986, nama
Kopassandha berubah menjadi Komando Pasukan Khusus yang lebih terkenal dengan nama
Kopassus hingga kini.
ABRI selanjutnya melakukan penataan kembali terhadap grup di kesatuan Kopassus. Sehingga
wadah kesatuan dan pendidikan digabungkan menjadi Grup 1, Grup 2, Grup 3/Pusdik Pasuss,
serta Detasemen 81.
Sejak tanggal 25 Juni 1996 Kopasuss melakukan reorganisasi dan pengembangan grup dari
tiga Grup menjadi lima Grup.
STRUKTUR SATUAN
Pasukan Kopassus
Perbedaan struktur dengan satuan infanteri lain :
Struktur organisasi Kopassus berbeda dengan satuan infanteri pada umumnya. Meski dari segi
korps, para anggota Kopassus pada umumnya berasal dari Korps Infanteri, namun sesuai
dengan sifatnya yang khusus, maka Kopassus menciptakan strukturnya sendiri, yang berbeda
dengan satuan infanteri lainnya.
Kopassus sengaja untuk tidak terikat pada ukuran umum satuan infanteri, hal ini tampak pada
satuan mereka yang disebut Grup. Penggunaan istilah Grup bertujuan agar satuan yang dimiliki
mereka terhindar dari standar ukuran satuan infanteri pada umumnya (misalnya Brigade).
Dengan satuan ini, Kopassus dapat fleksibel dalam menentukan jumlah personel, bisa lebih
banyak dari ukuran brigade (sekitar 5000 personel), atau lebih sedikit.
JUMLAH PERSONEL
Karena Kopassus merupakan pasukan khusus, maka dalam melaksanakan operasi tempur,
jumlah personel yang terlibat relatif sedikit, tidak sebanyak jumlah personel infanteri biasa,
dengan kata lain tidak menggunakan ukuran konvensional mulai dari peleton hingga batalyon.
Kopassus jarang sekali (mungkin tidak pernah) melakukan operasi dengan melibatkan kekuatan
satu batalyon sekaligus.
ISTILAH DI KESATUAN
Karena berbeda dengan satuan pada umumnya, satuan di bawah batalyon bukan disebut
kompi, tetapi detasemen, unit atau tim. Kopassus jarang melibatkan personel yang banyak
dalam suatu operasi. Supaya tidak terikat dengan ukuran baku pada kompi atau peleton, maka
Kopassus perlu memiliki sebutan tersendiri bagi satuannya, agar lebih fleksibel.
PANGKAT KOMANDAN
Komandan Grup berpangkat Kolonel,
Komandan Batalyon berpangkat Letnan Kolonel,
Komandan Detasemen, Tim, Unit, atau Satuan Tugas Khusus, adalah perwira yang pangkatnya
disesuaikan dengan beban tugasnya (mulai Letnan sampai Mayor).
KOMANDAN
Artikel utama: Komandan Jenderal Komando Pasukan Khusus
Saat ini, Kopassus di pimpin oleh seorang Komandan Jenderal (Danjen) yang berpangkat
Mayor Jenderal. Saat ini jabatan Danjen diduduki oleh Mayjen TNI I Nyoman Cantiasa.