Anda di halaman 1dari 9

Resume 13

(Normal MoveOut (NMO), Stacking dan Migration)

1. Koreksi Normal Move Out (NMO)


Koreksi NMO bertujuan untuk menghilangkan efek dari jarak (offset) antara sumber dan
dalam satu CDP (Common Depth Point), sehingga tampilan dari sumber dan geophone yang
berbeda berada pada waktu yang sama. Koreksi NMO dapat dirumuskan sebagai berikut :

Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada gambar berikut:

Gambar 1. Koreksi NMO


Koreksi NMO (∆Tx) adalah koreksi yang diperlukan untuk membawa gelombang refleksi dari
pantulan miring (NNI = non normal inci-dence) ke pantulan normal (tegak lurus)
∆Tx = Tx – T0
Untuk suatu nilai x dapat diamati bahwa ∆Tx ternyata berubah dengan waktu, hal ini disebabkan
karena lengkungan hiperbola refleksi yang berprilaku semakin landai untuk T0 yang semakin
besar. Karena ∆Tx (koreksi NMO) berubah dengan waktu, maka koreksi NMO disebut ju-ga
koreksi dinamik.
2. Stacking
Stacking adalah proses penjumlahan trace-trace seismik da-lam satu CDP gather untuk
meningkatkan Sinyal to Noise ratio (S/N). Karena sinyal yag koheren akan saling
memperkuat dan noise yang inkoheren akan saling menghilangkan. Selain itu stacking akan
men-gurangi noise yang bersifat koheren. Stack dapat dilakukan berdasar-kan Common Depth
Point (CDP), Common Offset, Common Shot Point tergantung dari tujuan dari stack itu
sendiri. Biasanya proses stack dilakukan berdasarkan CDP yaitu trace-trace yang tergabung
pada satu CDP dan telah dikoreksi NMO kemudian dijumlahkan un-tuk mendapat satu trace
yang tajam dan bebas noise s. Dalam proses stacking trace kecepatan yang digunakan ialah
kecepatan stack. Ke-cepatan stacking dapat diperoleh dari hasil analisis kecepatan sebe-
lumnya dengan melihat amplitudo stack yang paling optimum. Ke-cepatan ini seringkali
disebut juga kecepatan NMO saja. Untuk jarak offset yang kecil, kecepatan stacking sama
dengan kecepatan RMS.

Gambar 2. Stacking pada trace-strace seismik

3. Migration

Migrasi Seismik bertujuan untuk memindahkan reflektor miring ke posisi yang sebenarnya pada
penampang seismik atau menghilangkan efek dari penjalaran gelombang. Efek migrasi pada
antiklin, penyempitan pada penyebaran lat-eral, dip yang semakin curam, closure yang terjadi
berkurang atau tetap. Sedangkan efek migrasi pada sinklin, menjadi semakin luas, ti-tik terbawah
menjadi datar / flat, closure yang terjadi membesar atau tetap.
Terdapat beberapa macam metode migrasi dalam pengolahan data seismik yaitu: Kirchoff
migration, Finite Difference migration, Frequency wavenumber migration, dan Frequency space
migrationTerdapat 2 jenis migrasi yaitu:
 Time Migration
Proses migrasi yang menghasilkan penampang migrasi dalam kawasan waktu. Migrasi ini
umumnya dapat berlaku selama variasi kecepatan secara lateral kecil hingga sedang.
 Depth Migration
Proses migrasi yang menghasilkan penampang migrasi dalam kawasan kedalaman. Migrasi
ini umumnya dapat berlaku selama variasi kecepatan secara lateral besar (medium).

Adapun Yang membedakan time migration dan depth migration bukan karena masalah domain
waktu atau domain kedalaman tetapi model kecepatan yang digunakan. Time migration memiliki
variasi kecepatan yang smooth dan depth migration memiliki kecepatan yang kompleks.

Prinsip dasar migrasi secara geometris seperti terlihat pada gambar di bawah ini:
Prinsip Migrasi
Cara kerja dari migrasi tersebut melalui beberapa tahap, yaitu:
1. Menghubungkan garis CD ke permukaan menuju titik O.
2. Dari titik D, tarik garis vertikal ke permukaan, dan beri nama titik B.
3. Dengan titik O sebagai pusat, buat lingkaran dengan jari-jari O.
4. Tarik garis horizontal dari titik D hingga memotong lingkaran. Beri nama titik E untuk
perpotongan kedua garis ini.
5. Tarik garis dari titik E ke pusat titik O untuk mendapatkan sudut migrasi α.
6. Titik D‟ adalah titik migrasi dari D, didapatkan dengan cara membuat ED=ED‟. Sudut
EDD‟, yaitu Ɛ=α/2.

Beberapa jenis migrasi berdasarkan algoritma yang dipakai antara lain:


1. Metode Finite-difference
Asumsi dasar yang dipakai untuk migrasi finite difference adalah teori reflektor meledak.
Berawal dari teori tersebut maka migrasi merupakan proses kontinuitas ke bawah (Clearbout,
1985). Teknik migrasi ini didasarkan pada penyelesaian persamaan diferensial gelombang
skalar.
2. Metode Penjumlahan Kirchhoff (Kirchhoff summation)
Merupakan pendekatan secara statistik di bawah permukaan dapat saja berasal dari berbagai
kemungkinan lokasi dengan tingkat probilitas yang sama. Dilakukan setelah proses stack.
Kecepatan yang digunakan adalah kecepatan stack yang telah dismooth secara lateral.
Keuntungan metode ini dapat meresolusi struktur dengan kemiringan yang curam,
kelemahannya adalah tidak bisa dilakukan pada data dengan signal to noise ratio yang rendah
atau data yang buruk.
3. Metode F-K (frekuensi – bilangan gelombang)
Dilakukan setelah proses stack dengan menggunakan transformasi Fourier untuk area dengan
variasi kecepatan lateral yang rendah atau tidak ada sama sekali. Keuntungan metode ini
adalah waktu komputasi yang cepat, dapat meresolusi struktur dengan kemiringan yang curam
dan dapat dilakukan pada data dengan signal to noise ratio yang rendah (data yang buruk).
Kelemahannya adalah tidak dapat dilakukan pada area dengan variasi kecepatan lateral yang
tinggi dan kecepatan rata-rata yang digunakan harus rendah atau lambat (Yilmaz, 1987).
4. Migrasi Reverse Time yaitu dengan mengekstrapolasi awal nol x-z pada bidang waktu
terbalik, membawa data seismik P(x,z=0,t) sebagai batas kondisi z=0 pada setiap waktu
tahapan untuk menghitung snapshot dari bidang x-z pada waktu yang berbeda-beda.

Adapun langkah kerja dari tahapan ini yaitu:


1. Buka software ProMax.
2. Kemudian buka area dan line yang digunakan pada modul-modul sebelumnya.
3. Melakukan tahapan koreksi normal moveout (NMO):
3.1 Add 08. NMO pada editing flow dan add flow yang akan digunakan untuk melakukan
koreksi Normal Moveout (NMO) seperti gambar berikut:

Flow Yang Digunakan Pada Editing Flow: 08.NMO


3.2 Pada disk data input -> select dataset pilih ’05.prepro’ data ini merupakan data output
pada tahap preprocessing. Trace read option -> pilih sort, select primary trace header ->
pilih CDP bin number.

Parameter Disk Data Input


3.3 Kemudian pada Band Pass Filter, ormsby frequency values -> masukan filter frekuensi,
seperti gambar berikut.
Parameter Band Pass Filter
3.4 Kemudian pada normal moveout correction, pada select velocity parameter -> pilih table
velocity analysis, yang terbaik, misalkan ‘V0-smooth’.

Gambar 3.4 Parameter Normal Moveout Correction


3.5 Kemudian pada disk data output tambahkan output dataset filename baru, misalakan
“08.NMO_Corr”.
3.6 Lalu klik execute.
4. Melakukan tahapan stacking:
4.1 Add 09. Stacking pada editing flow dan add flow yang akan digunakan untuk melakukan
stacking seperti gambar berikut:

Parameter Stacking
4.2 Pada disk data input -> select dataset pilih ’06.NMO_Corr’ data ini merupakan data
output pada tahap normal moveout. Trace read option -> pilih sort, select primary trace
header -> pilih CDP bin number. Kemudian pada CDP/Ensemble Stack, apply final
datum statics after stack > No.

Parameter CDP/Ensemble Stack


4.3 Kemudian pada disk data output tambahkan output dataset filename baru, “09.Stacking”.
4.4 Lalu klik execute.
4.5 Untuk melihat hasil tahap stacking, kembali pada flows Display “00. Display”,
kemudian pada disk data input pilih data hasil proses stacking “09. Stacking” dan pada
trace display, trace display mode > color > primary trace labeling header entry > CDP
bin number > Secondary Trace LABELING header entry > CDP bin number > Execute.
Maka akan diperoleh hasil stacking seperti gambar 4.1.
5. Melakukan tahapan migration:
5.1 Pada disk data input, pilih data hasil proses stacking “09. Stacking”.

Parameter Disk Data Input


5.2 Proses migrasi dilakukan pada data yang masih bersifat time domain, maka pilih kirchoff
time, dan add parameter yang digunakan.

Parameter Kirchhoff Time Mig


5.3 Dalam “Disk Data Output” pada bagian “output dataset filename” diubah menjadi “10.
Migrasi”.
5.4 Lalu klik execute.
5.5 Untuk menampilkan hasil migrasi dapat dilakukan dengan cara kembali ke flows 00.
Display (sama seperti menampilkan data hasil stacking). Dalam “Disk Data Input” pada
bagian “select dataset” diubah menjadi “10. Migrasi”, “Trace read option” diubah
menjadi “Sort”, “Interactive Data Access?” diubah menjadi No, dan “Select primary
trace header entry” diubah menjadi “CDP Bin Number”.
5.6 Lalu klik execute.
5.7 Untuk mengubah tampilan dapat dilakukan dengan cara pilih menu View → trace
display → pilih variable density → pada colormap pilih gray scale (atau warna lain) →
klik OK. Adapun untuk mengganti warna pada tampilan penampang, pilih menu “View”
→ “Edit Colormap...” → muncul jendela “Color Editor” pilih menu “File” → “Open”
→ pilih warna yang diinginkan (ex: blue_white_red.rgb) → OK.

Adapun hasil output dari stacking dan migration”


1. Stacking
2. Migration

Aperture merupakan proses integral dari kurva difraksi, jadi seberapa lebar kurva difraksiyang
dijumlahkan itu tergantung dari radius Fresnel, kecepatannya, dll. Jadi kurva aperture ini bisa di
hitung dengan zona Fresnel. Jika terlalu besar, konsekuensinya akan menjumlahkan data-data
yang bukan dari di titik target (random/acak-acakan) sedangkan jika terlalu kecil masih cukup
aman dibanding terlalu lebar tetapi tidak menjumlah dari seluruh data target. Semakin dalam
target maka aperture semakin lebar. Untuk menentukan besar aperture ini dengan trial and error
dari rentang data kita, kemudian dipilih gambar yang lebih focus.

Noted :

Cara untuk mengetahui hasil migrasi kita sudah benar atau belum

Melihat dari karakter data seismic, kualitas data ini terdiri dari kemenerusan lapisan, ketidak
menerusan lapisan, resolusi atau kandungan frekuensi data, dll. Hal ini dapat dilihat dari
karakteristik geologi area target (ada sesar atau tidak, formasi apa, dll). Atau dengan kata lain
melihat data konstrain.

Anda mungkin juga menyukai