Anda di halaman 1dari 7

Pre Stack Time Migration (PSTM)

PSTM merupakan teknik migrasi data seismik yang diterapkan sebelum proses stacking. Dibandingkan
dengan Post Stack Time Migration, Pre Stack Time Migration memberikan hasil yang lebih baik terutama
untuk didalam pencitraan struktur yang cukup kompleks seperticonflicting dips structure dan
pengurangan energi dari titik refleksi akibat side swipe.
Metodologi yang biasa diterapkan untuk melakukan PSTM adalah:pertama, melakukan Konvolusi
dengan elliptical impulse response,kedua melakukan penjumlahan disepanjang diffraction response
curve (Kirchhoff Migration). Untuk metodologi yang pertama, data seismik disortir kedalam
domain common-offset. Selanjutnya data tersebut dikonvolusikan dengan elliptical impulse, dikarenakan
PSTM biasanya memiliki variasi kecepatan yang smooth, maka residual NMO corection diterapkan
setelah NMO yang utama.
Elliptical impulse response dibangun berdasarkan persamaan ellipssbb:

Dimana h= offset/2, L = T/2, z adalah kedalaman = V*T/2, x=offset, T=waktu (TWT).

Elliptical impulse response yang merupakan fungsi dari kecepatan, offset dan kedalaman.
Cara yang kedua untuk PSTM adalah dengan melakukan penjumlahan disepanjang diffraction response
curve (Kirchhoff Migration).Diffraction response curve dapat dibangun berdasarkan persamaan berikut
ini:

Dimana T adalah waktu tempuh , z adalah kedalaman, z=V *To/2, h adalah offset/2, y adalah aperture, z
kedalaman dan V adalah kecepatan RMS atau Rata-rata, To adalah waktu pada kecepatan V.
Gambar di bawah ini menunjukkan diffraction response curve (kurva merah putus-putus) yang dibangun
berdasarkan persamaan di atas. PSTM dengan teknik ini hanyalah penjumlahan disepanjang kurva merah
tersebut. Penjumlahan dari sinyal akan saling menguatkan (constructive), sedangkan penjumlahan dari
noise akan saling menghilangkan (destructive), sehingga difraksi yang disebabkan oleh titik hijau
(tengah) akan dikembalikan seperti keadaan sesungguhnya.

Untuk data seismik 3D, flow yang biasanya digunakan untuk melakukan PSTM adalah sbb: Data dalam
CMP gather (biasanya dalam inline order), selanjutnya data disorting menjadi domaincommon-offset,
dengan menggunakan kecepatan PSTM (V-average atau Vrms), Penerapan PSTM dengan dua metodologi
di atas, NMO yang dilakukan secara simultan, sorting kembali kedalam CMP order,Residual NMO
correction (karena variasi kecepatan lateral yangsmooth), Stack.
Gambar di bawah ini menunjukkan perbandingan Post Stack Time Migration (kiri) dan Pre Stack Time
Migration (Kanan). Perhatikan pada penampang PSTM, reflektor-reflektor serta sesar dapat dicitrakan
dengan lebih baik.

Courtesy of Schoenberger

Pre Stack Depth Migration (PSDM)


Sebelum membahas tentang aplikasi PSDM pada data seismik, marilah kita pahami terlebih dahulu
konsep Kirchhoff Migration yang sangat populer digunakan di dalam industri pengolahan data seismik.
Kirchhoff Migration didasarkan pada teori Greens function dan solusi integral persamaan gelombang,
sebagaimana ditunjukkan pada persamaan berikut:

Dimana, Image I() didefinisikan dalam ruang 3 dimensi =(z, x, y)sama dengan integral atau jumlah
dari nilai-nilai data D(t, m, h) pada waktu tD(, m, h) dan pembobotan W(, m, h), penjumlahan dari
integral di atas dibatasi oleh yang dikenal dengan migration aperture. tD (, m, h) merupakan waktu
tempuh dari sumber gelombang sumber s ke titik I() di bawah permukaan sampai terekam oleh
penerima g. Jika kecepatan (kecepata interval) gelombang seismik pada medium diperkenalkan, v (z, x,
y). Maka tD didefinisikan dengan:

Dimana ts adalah waktu dari sumber s ke titik dan tg waktu dari titik sampai penerima g. Jika sifat
kecepatan pada medium tersebut homogen isotropis, maka plot tD pada bidang 3 dimensi akan berbentuk
kerucut sempurna dan pada bidang 2 dimensi akan berbentuk parabola terbalik. Seperti yang terlihat
pada gambar dibawah ini:

Courtesy Biondi, Stanford University, 2004


Kerucut tersebut dikenal dengan Kirchhoff Migration Operator atau Kirchhoff Migration Curve. Pada
medium dengan variasi kecepatan yang kompleks bentuk Kirchhoff Migration Operator di atas tidak akan
lagi seperti kerucut atau parabola, melainkan akan memiliki bentuk yang unik, yang mengikuti variasi
kecepatan medium tersebut, sebagaimana diilustrasikan pada gambar di bawah ini:

Courtesy of Veritas DGC


Pada gambar di atas terlihat bahwa medium dengan variasi kecepatan lateral yang kompleks akan
menghasilkan bentuk Kirchhoff Migration Curve yang unik, sehingga proses Migrasi data seismik pada
medium ini hanyalah menjumlahkan energi gelombang seismik di sepanjang parabola unik tersebut.
Pre Stack Depth Migration (PSDM) merupakan teknik migrasi sebelum stack dengan variasi kecepatan
medium sangat kompleks seperti thrust belt, zona di sekitar karbonat (reef), kubah garam, dll. Yang
membedakan time migration and depth migration bukanlah masalah domain waktu atau domain
kedalaman. Yang membedakannya hanyalah model kecepatan yang digunakan. Time migration memiliki
variasi kecepatan yang smooth dan depth migration memiliki kecepatan yang kompleks. PSDM dilakukan
dalam domain waktu, konversi kecepatan ke dalam domain kedalaman adalah untuk keperluan
perhitungan waktu tempuh untuk mencari solusi Kirchhoff Migration Operator . Demikian juga dengan
seismik yang di konversi menjadi kedalaman adalah untuk pembanding model geologi dalam pembuatan
model kecepatan.
Dikarenakan sifat medium yang sangat kompleks, maka komputasi Kirchhoff migration operator atau
Kirchhoff migration curve memerlukan metodologi yang sesuai seperti metode ray tracing untuk
memecahkan persamaan Eikonal (Cerveny, 1983), Finite Difference Method (Vidale, 1990), dan Fast
Marching Method (Sethian, 2000).
PSDM dapat dilakukan dengan tahapan sbb (tentu saja tahapannya akan berbeda dari satu company ke
company yang lainnya):
1. Data disorting dalam CMP atau Shot Gather (domain waktu)
2. Data conditioning: edit geometri, filtering, AGC, koreksi static, koreksi spherical divergence , noise
attenuation dll.
3. Analisa Kecepatan I
4. Velocity Stack (dapat diproduksi berupa time atau depth domain)
5. Initial structural interpretation (depth domain) untuk model kecepatan
6. PSTM (dengan mempergunakan time domain velocity)
7. Analisa kecepatan II dari PSTM CMP gather

8. Dengan memggunakan model kecepatan II dilakukan PSDM


9. Produksi CRP (Common Reflection Point) gather (dalam domain kedalaman)
10. Velocity Analysis dari CRP gather (domain kedalaman)
11. Sort ke dalam CMP Gather jika analisis dilakukan dalam Shot Gather
12. Stacking
13. Depth Migrated Section / Volume
14. Jika hasil akhirnya masih berbeda dengan model geologi yang diharapkan, diterapkan metodologi
lanjut untuk memperbaiki model kecepatan i.e. reflection tomography atau kembali ke tahap (7).
Gambar di bawah ini menunjukkan contoh diagram alir PSDM, yang melibatkan teknik tomografi pada
medium anisotropis.

Courtesy PGS, 2005


Gambar di bawah ini menunjukkan analisa kecepatan pada CRP (domain kedalaman), panel di sebelah
kanan adalah residual semblance. Analisi kecepatan pada domain ini dikatakan baik jikapeak
semblance (warna merah) memiliki residual semblance = 0.

Gambar di bawah ini menunjukkan model kecepatan yang terus diupdate (a) adalah model kecepatan
awal yang diperoleh pada tahap (4), (b) adalah model kecepatan setelah iterasi pertama dari reflection
tomography, dan gambar (c) adalah model akhir yang bisa diterima.

Courtesy Bradford et al., Geophysics 2006


Gambar di bawah ini menjukkan perbandingan hasil akhir PSTM (atas) dan PSDM (bawah). Perhatikan
reflektor-reflektor di bawah salt diapir yang tercitrakan lebih baik pada penampang PSDM.

Courtesy Gray et al., Geophysics 2001

Anda mungkin juga menyukai