Anda di halaman 1dari 13

SKRIPSI ANGGA WIJAYA UNILA

INILAH SKRIPSI KU, MOHON MAAF PABILA KATA-KATA ATAU SIMBOL-SIMBOL ILMIAH TIDAK TERBACA,
SEMOGA BERMANFAAT.
UNIVERSITAS LAMPUNG

angga wijaya
KAMIS, 04 MARET 2010
SEISMIK
II. TEORI SEISMIK

A. Pengertian Seismik
Metoda Seismik merupakan salah satu metoda geofisika yang digunakan untuk eskplorasi sumber daya
alam dan mineral yang ada di bawah permukaan bumi dengan bantuan gelombang seismik. Dalam
metoda seismik pengukuran dilakukan dengan menggunakan sumber seismik (ledakan, vibroseis dll).
Setelah sumber diberikan maka akan terjadi gerakan gelombang di dalam medium (tanah/batuan) yang
memenuhi hukum-hukum elastisitas ke segala arah dan mengalami pemantulan ataupun pembiasan
akibat munculnya perbedaan kecepatan. Kemudian, pada suatu jarak tertentu, gerakan partikel tersebut
di rekam sebagai fungsi waktu. Berdasar data rekaman inilah dapat diperkirakan bentuk
lapisan/struktur di dalam tanah (batuan), (http://yopanz.blogspot.com).

Gambar 2.1. Eksplorasi seismik yang digunakan oleh Perusahaan


minyak (http://id.wikipedia.org/wiki/Eksplorasi_seismik)

Eksplorasi seismik atau eksplorasi dengan menggunakan metode seismik banyak dipakai oleh
perusahaan-perusahaan minyak untuk melakukan pemetaan struktur di bawah permukaan bumi untuk
bisa melihat kemungkinan adanya jebakan-jebakan minyak berdasarkan interpretasi dari penampang
seismiknya.
Di dalam eksplorasi seismik dikenal 2 macam metode, yaitu:
1. Metode seismik pantul
2. Metode seismik bias (http://id.wikipedia.org/wiki/Eksplorasi_seismik)

B. Tahapan-tahapan Pengolahan Data Seismik


Beberapa tahapan yang biasa dilalui didalam pengolahan data seismik:
1. Edit Geometri
Data sebelumnya di-demultiplex dan mungkin di-resampel kemudian di-sorting berdasarkan CDP
(common depth point) atau CMP (common mid point). Informasi mengenai lokasi sumber dan penerima,
jumlah penerima, jarak antara penerima dan jarak antara sumber di-entry didalam proses ini.
(http://ensiklopediseismik.blogspot.com/2007/06/pengolahan-data-seismik.html.).
2. Koreksi Statik (Static Correction)
Koreksi statik dilakukan untuk mengkoreksi waktu tempuh gelombang seismik yang ter-delay akibat
lapisan lapuk atau kolom air laut yang dalam
(http://ensiklopediseismik.blogspot.com/2007/06/pengolahan-data-seismik html). Koreksi statik adalah
proses pengolahan data seismik untuk menggeser waktu tras seismik yang bergeser akibar lapisan lapuk
di permukaan bumi atau akibat perbedaan topografi sumber dan penerima atau akibat perbedaan yang
ekstrim pada batimetri dasar laut. Gambar dibawah menunjukkan penampang seismik refleksi sebelum
dan setelah koreksi statik (http://ensiklopediseismik.blogspot.com/2007_07_01_ archive. html).

Gambar 2.2. Penampang seismik sebelum dan setelah koreksi statik


(http://ensiklopediseismik.blogspot.com/2007/06/ pengolahan-data-seismik.html)

Gambar 2.3. Koreksi statik (Modified from Yilmaz, 1987)


3. Automatic Gain Control (AGC)
Kompensasi amplitudo gelombang seismik akibat adanya divergensi muka gelombang dan sifat attenuasi
bumi. Gain adalah penskala-an amplitudo gelombang seismik untuk menampilkan amplitudonya yang
menurun akibat geometrical spreading (http://ensiklopediseismik.blogspot.com ./2007/06/pengolahandata-seismik.html)
4. Dekonvolusi (Pre-Stack)
Dekonvolusi dilakukan untuk meningkatkan resolusi vertikal (temporal) dan meminimalisir efek
multiplex. (http://ensiklopediseismik. blogspot.com/2007/06/pengolahan-data-seismik.html).
Proses ini dilakukan untuk menghilangkan/mengurangi pengaruh ground roll, pemantulan ganda
(multipel), reverberation, efek pemantulan permukaan(ghost) serta memperbaiki bentuk wavelet yang
kompleks, akibat pengaruh noise dan merupakan penerapan dari invers filter karena konvolusi
merupakan suatu filter. Bumi bertindak sebagai filter yaitu low pass filter, dimana sinyal impulsif dinamit
berubah menjadi wavelet yang panjangnya sampai 100 ms. Wavelet yang terlalu panjang
mengakibatkan resolusi seismik turun sebab kemampuan membedakan dua peristiwa refleksi
berdekatan menjadi berkurang. Ada beberapa metoda dekonvolusi yang digunakan dalam processing
yaitu Spike Deconvolution, Zero Offset Deconvolution, Prediktif Deconvolution dan Surface Consisten
Deconvolution. Masing-masing mempunyai kegunaan tertentu
(http://www.bravo3x.com/Geoelectric.php.)
Dekonvolusi adalah proses pengolahan data seismik yang bertujuan untuk meningkatkan resolusi
temporal (baca: vertikal) dengan cara mengkompres wavelet seismik. Deconvolusi umumnya dilakukan
sebelum stacking akan tetapi dapat juga diterapkan setelah stacking. Selain meningkatkan resolusi
vertikal, dekonvolusi dapat mengurangi efek 'ringing' atau multipel yang mengganggu interpretasi data
seismik.
Dekonvolusi dilakukan dengan melakukan konvolusi antara data seismik dengan sebuah filter yang
dikenal dengan Wiener Filter . Filter Wiener diperoleh melalui permasaan matriks berikut:
a x b = c (1)
a adalah hasil autokorelasi wavelet input (wavelet input diperoleh dengan mengekstrak dari data

seismik), b Filter Wiener dan c adalah kros korelasi antara wavelet input dengan output yang
dikehendaki.
Hasil yang dikehendaki terbagi menjadi beberapa jenis (Yilmaz, 1987):
1. Zero lag spike (spiking deconvolution)
2. Spike pada lag tertentu.
3. Time advanced form of input series (predictive deconvolution)
4. Zero phase wavelet
5. Wavelet dengan bentuk tertentu (Wiener Shaping Filters)
Zero lag spike memiliki bentuk [1 , 0, 0, 0, ..., 0] yakni amplitudo bukan nol terletak para urutan pertama.
Jika hasil yang dikehendaki memiliki bentuk [0 , 0, 1, 0, ..., 0] maka disebut spike pada lag 2 (amplitudo
bukan nol terletak para urutan ketiga) dan seterusnya.
Dalam bentuk matrix, Persamaan Filter Wiener dituliskan sbb:

dimana n adalah jumlah elemen.


Matriks a diatas merupakan matriks dengan bentuk spesial yakni matriks Toeplitz, di mana solusi
persamaan diatas secara efisien dapat dipecahkan dengan solusi Levinson. Dengan demikian operasi
Dekonvolusi jenis ini seringkali dikenal dengan Metoda Wiener-Levinson.
Untuk memberikan kestabilan dalan komputasi numerik diperkenalkan sebuah Prewhitening (e) yakni
dengan memberikan pembobotan dengan rentang 0 s.d 1 pada zero lag matriks a (sehingga elemen a0
matrix diatas menjadi
Gambar dibawah ini menunjukkan diagram alir proses Dekonvolusi
(http://ensiklopediseismik.blogspot.com/2007_07_01_archive.html).

Gambar 2.4. Diagram alir proses dekonvolusi (Yilmaz, 1987)

5. Analisis Kecepatan (Velocity Analysis) dan Koreksi NMO

Analisis kecepatan melibatkan semblance, gather, dan kecepatan konstan stack. Informasi kecepatan
dari velocity analysis digunakan untuk koreksi NMO (Normal Move Out)
(http://ensiklopediseismik.blogspot.com 2007/06/pengolahan-data-seismik.html).
Analisa kecepatan adalah upaya untuk memprediksi kecepatan gelombang seismik sampai kedalaman
tertentu. Analisa kecepatan dilakukan didalam proses pengolahan data seismik pada data CMP
(Common Mid Point) gather.
NMO merupakan koreksi dinamik yang diterapkan untuk mengoreksi efek adanya jarak offset antara
shot point dan geophone pada trace berasal dari satu CDP gather. Koreksi ini menghilangkan pengaruh
offset sehingga seolah-olah gelombang pantul datang dalam arah vertikal (normal incident).
Prinsip dasar analisa kecepatan pada proses stacking adalah mencari persamaan hiperbola yang tepat
sehingga memberikan stack yang maksimum. Ada beberapa metoda analisa kecepatan yaitu :
1. Metoda grafik
2. Constant Velocity Stack
3. Semblance Velocity atau Velocity Spectrum
6. Pembobotan tras (Trace Weighting)
Teknik ini dilakukan untuk meminimalisir multipel, yang dilakukan dalam koridor CMP sebelum stacking.
Proses ini menguatkan perbedaan moveout antara gelombang refleksi dengan multiplenya sehingga
dapat mengurangi kontribusi multipel dalam output stack
(http://ensiklopediseismik.blogspot.com/2007/06/pengolahan-dataseismik. html).
7. Stack
Teknik ini dilakukan untuk meminimalisir multipel yang dilakukan dalam koridor CMP sebelum stacking.
Proses ini menguatkan perbedaan moveout antara gelombang refleksi dengan multipelnya sehingga
dapat mengurangi kontribusi multipel dalam output stack
(http://ensiklopediseismik.blogspot.com/2007/06/pengolahan-dataseismik. html).
Stacking adalah proses menjumlahkan tras-tras seismik dalam satu CDP setelah koreksi NMO (Normal
Move Out). Proses stacking memberikan keuntungan untuk mengingkatkan rasio signal terhadap noise
(S/N ratio).

Gambar 2.5. Prinsip koreksi NMO (http://yopanz.blogspot.com)

Gambar diatas menunjukkan prinsip koreksi NMO, hiperbola refleksi di-adjust dengan menggunakan
model kecepatan (kecepatan rms atau kecepatan stacking) sehingga berbentuk lapisan horizontal,
selajutnya trace-trace NMO dijumlahkan (stacking).

8. Post-Stack Deconvolution
Dekonvolusi mungkin dilakukan setelah stacking yang ditujukan untuk mengurangi efek ringing atau
multipel yang tersisa (http://ensiklopediseismik.blogspot.com/2007/06/pengolahan-dataseismik. html).
9. Migrasi F-K (F-K Migration)
Migrasi dilakukan untuk memindahkan energi difraksi ke titik asalnya. Atau lapisan yang sangat miring
ke posisi aslinya. Migrasi memerlukan informasi kecepatan yang mungkin memakai informasi kecepatan
dari velocity analysis (http://ensiklopediseismik.blogspot.com/2007/06/ pengolahan-data-seismik.html)
Proses migrasi dilakukan pada data seismik dengan tujuan untuk mengembalikan reflektor miring ke
posisi 'aslinya' serta untuk menghilangkan efek difraksi akibat sesar, kubah garam, pembajian, dll.
Terdapat beberapa macam migrasi: Kirchhoff migration, Finite Difference migration, FrequencyWavenumber migration dan Frequency-Space migration (Yilmaz, 1987)
Kedudukan reflektor yang tergambar pada penampang seismik hasil stack belumlah mencerminkan
kedudukan yang sebenarnya (masih semu), karena rekaman normal incident belum tentu tegak lurus
terhadap bidang permukaan, terutama untuk bidang reflektor miring. Untuk mendapatkan kedudukan
reflektor yang sebenarnya perlu dilakukan pemindahan posisi dan waktu pantul yang sebenarnya
berdasarkan lintasan gelombangnya. Proses inilah yang disebut proses migrasi. Selain itu, migrasi juga
dapat menghilangkan pengaruh difraksi gelombang yang muncul akibat adanya struktur-struktur
tertentu (patahan, lipatan).
Proses migrasi parsial sebelum stack bertujuan untuk mendapatkan hasil stack yang lebih baik, pada
pemantul yang miring. Biasanya proses ini hanya diterapkan pada daerah yang kompleks.
Proses migrasi setelah stack bertujuan untuk mengkoreksi data rekaman seismik, yaitu untuk
menentukan letak pemantul sebenarnya di bawah permukaan bumi, serta untuk menggagalkan efek
difraksi.
Sekilas proses migrasi adalah tahap menentukan kondisi geologi. Tahap ini memerlukan tahap-tahap
pengolahan yang tepat. Kondisi geologi dapat di jelaskan melalui interpretasi cirri-ciri reflektor yang
telah dianalisis sejak input data sampai migrasi (Gambar 2.6)

Gambar 2. 6. Salah satu hasil analisis seismik yang siap untuk di interpretasi
(http://ensiklopediseismik.blogspot.com /2007/06/ pengolahan-data-seismik.html)
C. Jenis Gelombang Seismik
Gelombang seismik adalah gelombang elastik yang dapat dibagi berdasarkan medium penjalarannya,
yaitu gelombang tubuh (body wave) dan gelombang permukaan (surface wave). Gelombang tubuh
merupakan gelombang yang energinya ditransfer melalui medium di dalam bumi, sedangkan gelombang
permukaan merupakan gelombang yang transfer energinya terjadi pada permukaan bebas. Pada
gelomabng permukaan transfer energi terjadi akibat free surface dan manjalar dalam bentuk ground roll
(Priyono, 2006).
Gelombang badan (body wave)
Gelombang badan (body wave) adalah gelombang sinyal (utama/penting) dalam eksplorasi seismik.
Gelombang ini merambat dalam batuan bawah permukaan dari hasil sumber kemudian merambat ke
bawah permukaan dan terpantul saat gelombang menyentuh lapisan dengan kontras impedansi yang
berbeda.
Gelombang badan terdiri dari gelombang P dan S. Apabila gelombang P ini merambat tanpa ada
gelombang S, disebu juga dengan gelombang akustik. Jika kedua gelombang P dan S merambat
(diperhitungkan) maka gelombang ini disebut sebagai gelombang elastik.
Sifat gelombang P adalah P sebagai berikut :
1. P berarti primary wave, datang paling awal.
2. P berarti pressure wave, gelombang yang cara bergeraknya dengan mendasarkan pada efek tekanan.
Sedangkan gelombang S bersifat sebagai berikut :
1. S berarti secondary wave, datang kedua setelah P.
2. S berarti shear wave, gelombang yang cara bergeraknya mendasarkan pada geseran.
Gelombang P dan S ini mempunyai karakteristik unik yang pada akhirnya akan menjadi play maker
dalam keberhasilan sebuah survey seismik.

Gelombang permukaan
Gelombang permukaan merupakan gelombang yang memiliki amplitudo besar dan frekuensi rendah
yang menjalar pada permukaan bebas (free surface). Kecepatan panjalarannya berkisar antara 500
m/detik dan 600 m/detik. Berdasarkan sifat gerakan partikel mediumnya maka gelombang permukaan
dibagi 2 yaitu gelombang Rayleigh dan gelombang love (Priyono, 2006).
Gelombang love merupakan gelombang permukaan yang menjalar dalam bentuk gelombang

transversal. Gerakan partikelnya mirip dengan gelombang S. kecepatan penjalarannya bergantung


dengan panjang gelombangnya dan bervariasi sepanjang permukaan (Priyono, 2006). Gelombang Love
adalah gelombang geser (S wave) yang terpolarisasi secara horizontal (SH). Gelombang Love termasuk
kategori gelombang permukaan.

Gambar 2.7. Gelombang Love (http://bp2.blogger.com)


Sedangkan gelombang rayleigh atau groundroll adalah gelombang yang menjalar di permukaan bumi
dengan pergerakan partikelnya menyerupai ellip (lihat gambar). Karena menjalar di permukaan,
amplitudo gelombang rayleigh akan berkurang dengan bertambahnya kedalaman.

Gambar 2.8. Gelombang Rayleigh (http://bp1.blogger.com)


Gelombang Geser (S wave)
Jika bumi yang 'tenang' diberikan gangguan, misalnya diganggu dengan diledakannya sebuah dinamit,
maka partikel-partikel material bumi tersebut akan bergerak dalam berbagai arah. Fenomena
pergerakan partikel material bumi ini disebut dengan gelombang.
Jika pergerakan partikel tersebut tegak lurus dengan arah penjalaran gelombang, maka disebut dengan
gelombang geser (gelombang sekunder atau secondary wave atau gelombang S).
Gambar dibawah menunjukkan karakter material sebelum diganggu dan karakter gelombang S.

Gambar 2.9. Karakter gelombang S (http://bp0.blogger.com)


Sebagai fungsi dari modulus geser (u), dan densitas (r), kecepatan gelombang S (Vs) adalah:
(3)
Gelombang Kompresi ( P wave)
Jika bumi yang 'tenang' diberikan gangguan, misalnya diganggu dengan diledakannya sebuah dinamit,
maka partikel-partikel material bumi tersebut akan bergerak dalam berbagai arah. Fenomena
pergerakan partikel material bumi ini disebut dengan gelombang.
Jika pergerakan partikel tersebut sejajar dengan arah penjalaran gelombang, maka disebut dengan
gelombang kompresi (gelombang primer atau primary wave atau gelombang P).
Gambar dibawah menunjukkan karakter material sebelum diganggu dan karakter gelombang P.

Gambar 2.10. Karakter gelombang P (http://bp3.blogger.com)


Rekaman seismik refleksi suatu eksplorasi migas merupakan rekaman gelombang P yang menjalar dari
sumber (dinamit, vibroseis, dll.) ke penerima (geophone).
Gelombang P menjalar dengan kecepatan tertentu. Jika melewati material yang bersifat kompak atau
keras misalnya dolomit maka kecepatan gelombang P akan lebih tinggi dibanding jika melewati material
yang 'lunak' seperti batulempung.
Sebagai fungsi dari modulus bulk (k), modulus geser (u), dan densitas (r), kecepatan gelombang P (Vp)
adalah:

(4)
D. Prinsip Dasar Metode Seismik
Metode seismik didasarkan pada sifat penjalaran gelombang yang dihasilkan oleh sumber getaran
buatan. Beberapa asas sifat panjalaran gelombang yang digunakan, yaitu :
1. Wavefront dan rays
Wavefront atau muka gelombang adalah suatu bentuk lingkaran yang menjalar dari sumber gelombang,
sedangkan berkas gelombang atau rays sendiri adalah garis yang menggambarkan arah penjalaran muka
gelombang dan berkas gelombang tegak lurus terhadap muka gelombang.
2. Fermats principle
Prinsip Fermat menyatakan bahwa jika sebuah gelombang merambat dari satu titik ke titik yang lain
maka gelombang tersebut akan memilih jejak yang tercepat. Kata tercepat di-boldkan untuk

memberikan penekanan bahwa jejak yang akan dilalui oleh sebuah gelombang adalah jejak yang secara
waktu tercepat bukan yang terpendek secara jarak. Tidak selamanya yang terpendek itu tercepat.
Dengan demikian jika gelombang melewati sebuah medium yang memiliki variasi kecepatan gelombang
seismik, maka gelombang tersebut akan cenderung melalui zona-zona kecepatan tinggi dan menghindari
zona-zona kecepatan rendah. Lintasan gelombang akan selalu berbentuk garis lurus. Waktu tempuh
gelombang dari sumber ke receiver akan ditentukan oleh bentuk bidang pantul.
3. Reflection dan refraction
Gelombang yang melewati suatu bidang batas, maka gelombang tersebut dapat dipentulkan dan
diteruskan.
Refleksi adalah respon gelombang elastik dalam penjalarannya akan bergantung pada medium yang
dilewatinya. Munculnya zona kontras sifat elastik batuan (kecepatan dan ensitas) yang signifikan akan
menyababkan terjadinya refleksi gelombang. Diskontinuitas dari lapisan tersebut akan menyababkan
gelombang seismik dipantulkan dengan sudut pantul sama dengan sudut datangnya. Dengan asumsi
bumi homogen isotropis dan berada pada normal inside (sudut datang = 0), perbandingan antara energi
yang direfleksikan dengan energi insiden secara matematis ditulis sebagai koefisien refleksi, seperti
perumusan yang berdasarkan pada prinsip Fermat.
Sedangkan Refraksi adalah gelombang seismik yang datang dan mengenai reflektor tidak selalu akan
direfleksikan, tetapi juga bisa ditransmisikan kemedium berikutnya. Gelombang yang mempunyai bidang
batas dua medium yang memiliki kontras densitas dan kecepatan berbeda akan direfleksikan
berdasarkan hukum Snellius.

4. Persamaan Zoopprite dan Koefisien Transmission


Parameter suatu bidang batas dapat didefinisikan sebagai koefisien refleksi yang besarnya merupakan
perbandingan impedensi (perkalian antara kecepatan dan densitas) media-1 dan media-2.
5. Hukum Snellius
Hukum Snellius ini menjelaskan bahwa gelombang refleksi akan dibelokkan bila merambat memasuki
medium lain yang memiliki densitas berbeda. Perambatan gelombang pada bidang batas akan mengikuti
rumus berikut :
(5)
dengan
i : sudut datang
r : sudut pantul
V1, V2 : kecepatan gelombang pad bidang 1 dan bidang 2
Pada setiap sudut datang yang lebih besar dari pada sudut kritisnya, maka tidak akan terjadi pembiasan
hanya pemantulan total.
6. Prinsip Huygen
Prinsip huygen menyatakan bahwa titik-titik yang dilewati wavefront akan menjadi wavefront
gelombang. Energi gelombang yang dihasilkan oleh sumber getar dapat disimplikasi sebagai gelombang
P, S dan gelombang permukaan (Reyleigh). Gelombang yang dibutuhkan pada survei seismik refleksi

adalah P dan S, sedangkan Reyleigh umumnya sebagai noise


(http://www.bravo3x.com/Geoelectric.php).
Mengatakan bahwa setiap titik pada muka gelombang dapat menjadi sumber gelombang baru, sebuah
muka gelombang pada suatu bagian tertentu, kemudian posisi dari muka gelombang dapat ditentukan
dengan mempertimbangkan setiap titik pada muka gelombang yang pertama sebagai sumber
gelombang AB adalah muka gelombang pada waktu t0 dan kita mengharapkan untuk menentukan muka
gelombang pada waktu berikutnya selama interval , jarak gelombang akan bertambah sejauh v delta t
dimana v adalah kecepatan gelombang. Kita akan memilih titik P1, P2, P3 dan seterusnya. Pada muka
gelombang dari titik tersebut kita bisa menggambar lingkaran dengan jari-jari v . garis yang
menghubungkan tiap muka gelombang (AB) kita definisikan sebagai posisi dari muka gelombang yang
baru pada waktu (Telford, dkk, 1990)
E. Noise
Noise adalah gangguan yang sering ditemui dalam rekaman data sesmik, secara noise dapat dibedakan
menjadi dua yaitu noise koheren dan noise inkoheren. Noise koheren adalah noise yang mempunyai
frekuensi dan fasa yang sama dengan sinyal seismik, sementara noise inkoheren atau noise acak
(random noise) biasanya mempunyai frekuensi yang lebih tinggi dan fasanya tidak sama. Noise perlu
dihilangkan untuk mendapatkan rasio signal-noise yang tinggi.
F. Multipel
Multipel terjadi akibat muka gelombang terpantulkan lebih dari satu kali sedang macam-macamnya
parameter pengambilan data dapat didesain sedemikian rupa untuk menghilangkan multipel tapi
umumnya efek itu dihilangkan pada saat pemrosesan data yaitu terutama dengan menggunakan teknik
stacking dan dekonvolusi (Sukmono, 1999).
Multipel adalah pengulangan refleksi akibat terperangkapnya gelombang seismik dalam air laut atau
terperangkap dalam lapisan batuan lunak.
Terdapat beberapa macam multipel: (a) water-bottom multipel, (b) peg-leg multipel dan (c) intra-bed
multipel. Perhatikan model di bawah ini:

Gambar 2.11. Beberapa macam multipel (http://ensiklopediseismik.


blogspot.com/2007/09/multiple.htm)
Di dalam rekaman seismik, masing-masing multipel akan menunjukkan morfologi reflektor yang sama
dengan reflektor primernya akan tetapi waktunya berbeda.
Gambar dibawah adalah rekaman seismik yang menunjukkan fenomena multiple. Perhatikan terdapat 4
multiple akibat dasar laut, berarti gelombang seismik tersebut terperangkap empat kali
(http://ensiklopediseismik.blogspot .com/2007/09/multiple.html).

Gambar 2.12. Rekaman seismik yang menunjukkan fenomena


multipel (http://ensiklopediseismik.blogspot.com /2007/09/multiple.html)
DIPOSKAN OLEH SKRIPSI Q DI 23.46
TIDAK ADA KOMENTAR:
POSKAN KOMENTAR
Posting LamaBeranda
Langganan: Poskan Komentar (Atom)
LAMAN
Halaman Muka
Inilah aku

PENGIKUT
ARSIP BLOG
2010 (4)
Maret (3)
SEISMIK
Magnetik
PKL Q
Januari (1)
MENGENAI SAYA

SKRIPSI Q
saya tu kata orang-orang misterius, pendiam, ga ramah, tapi ada jg yg bilang orangnya baik, menghargai
pendapat orang lain, cinta keluarga, ga sombong n pelit, n ganteng, wkwkwkwkw
LIHAT PROFIL LENGKAPKU

Anda mungkin juga menyukai