Anda di halaman 1dari 5

Nama : Anggita Dyah Kusuma Budi

NRP : 463200564
Kelas : KALK II-B
Mata Kuliah : Perdagangan Ekspor Impor

Rangkuman BAB IX

“BILL OF LADING”

 Bill of Lading (B/L) atau konosemen adalah dokumen pengangkutan barang yang di
dalamnya memuat informasi lengkap mengenai nama pengirim, nama kapal, data muatan,
pelabuhan muat dan pelabuhan bongkar, rincian freight dan cara pembayarannya, nama
consignee (penerima) atau pemesan, jumlah B/L yang harus ditandatangani dan tanggal
dari penandatanganan.
 Berikut ini adalah JENIS Bill of Lading yang menjadi dokumen dalam pengangkutan laut:
1. Shipped Bill of Lading.
2. Received for Shipment Bill of Lading
3. Through Bill of Lading
4. Combined Transport Bill of Lading
5. Groupage Bill of lading.
 Bill of Lading mempunyai FUNGSI sebagai:
1. Tanda terima barang atau muatan (document of receipt)
2. Dokumen pemilikan (document of title)
3. Kontak pengangkutan (contract of carriage)
 Bagian – Bagian Dalam Bill Of Lading
1. Shipper (pengirim) 6. No. of Original Bill of Lading
2. Consignee (penerima) 7. Shipped on Board
3. Notify address (pemberitahuan ke 8. Freight and Charges
alamat) 9. B/L No…
4. Vessel (kapal) 10. For the Carrier, PT Djakarta Lloyd
5. Shipper’s description of goods

 Isi dari bill of lading dari Indonesia?Australia/Strait Service secara singkat adalah:
1. Definition 3. Hague Rules Governing Law and
2. Caontrakting Parties Jurisdiction
4. Sub-Contractors, Sub-Agents and 13. General Avarage, New Jason
Agents Clause
5. Scope of Carriage and Carrier’s 14. Both to Blame Collision
Liberties 15. Mark, Sweepings and Separation
6. Alternative Discharge 16. Notification and Delivery
7. Mislaid Goods 17. Expenses
8. Carrier Reponsibility 18. Freight and Charges
9. Carrier’s ContainerSpecial 19. Lien
Container 20. Limitation of Liability
10. Stowage, Deck Cargo, Live 21. Period of Claims
Animals 22. “on Board” Endorsement
11. Dangerous Goods and Contraband 23. Timbe
12. Valuable Goods
 Proses Pergerakan Bill Of Lading
1. Mate’s receipt
2. Pelaksanaan jual/beli
3. Penyerahan muatan di pelabuhan bongkar
4. Kaitannya dengan transportasi
 Hubungan Antara Nakhoda Dengan Bill Of Lading
Nahkoda bertanggung jawab atas barang-barang yang diangkut dengan kapalnya,
meskipun dia tidak pernah melihat barang atau menandatangi tanda terima karena semua
pengurusan barang telah diserahkan kepada agen.
Secara hukum, nakhoda bertanggung jawab terhadap isi dari B/L, dan bila memberi tanda
tangannya tidak mengetahui dengan pasti akan keadaan barang yang berada di atas
kapalnya, maka untuk mengurangi tanggung jawabnya dipakai istilah:
 Weight, measure, quantity, contents, dan value unknown
 Shippers load dan count
 Apparent good order and condition
 Said to be, dan lain sebagainya.
 Dalam pengapalan barang, masalah yang sering muncul terhadap nakhoda yang mewakili
pemilik kapal dalah:
1. Tekanan terhadap nakhoda untuk mengeluarkan clean bill of lading dengan
menandatangi letter of indemnity.
2. Perbedaan pendapat untuk jumlah barang yang dimuat antara darat dan kapal.
3. Agen atau perwakilan menandatangani bill of lading tanpa melihat catatan mate’s
receipt atau melebihi wewenang yang diberikan.
4. Mengeluarkan atau menyerahkan muatan eks kapal tanpa memperlihatkan bill of
lading yang asli.
 Nakhoda atau yang diberi kuasa harus menandatangani bill of lading, maka ia harus
memeriksa hal-hal berikut ini.
1. Isi dari B/L, tanggal dan terms of carriage harus benar
2. Isi dari B/L harus sama dengan isi mate’s receipt.
3. Memeriksa kesesuaian isi B/L dengan jumlah dan jenis muatan.
4. Tanggal loading port dan discharging port dan apakah sesuai dengan voyage yang
akan dilakukan.
5. Tanggal completion of loading apakah sesuai.
 Hal-hal yang harus diperhatikan terkait Bill of Lading
1. Dibawah Hagus Rules, dan juga dalam hukum berdagangan yang berlaku, bill of
lading merupakan prima facie evidence atau buktu bahwa apa yang tertulis di atasnya
adalah benar. Pemilik barang dapat memakai bukti ini untuk mengajukan klaim
terhadap pengangkut.
2. Hague-Visby Rules memperkuat bukti ini dengan menambahkan bahwa di tangan
penerima atau endorse, bill of lading pada pembeli dari barang adalah sebagai
pelengkap bukti bahwa shipment barang telah dilakukan, waktu dan tempat dari
pengapalan dan merek, jumlah, banyak, berat, apparent order, dan condition dari
barang telah diketahui.
3. Hamburg Rules bilamana dipakai akan memperkuat uraian yang ada di atas.
4. Section 4 dari Cogsa 1992 menambah dampak dari bill of lading, yang merupakan
bukti akhir bahwa pemilik barang dapat memakainya terhadap pengangkut untuk
haknya atas barang yang diangkut, sesuai seperti yang ditandatangani dalam bill of
lading. Hal ini dinamakan “conclusive evidence”
5. Prima facie evidence masih dapat dibantah oleh pengangkut, bila dapat dibuktikan
bahwa bill of lading tidak sesuai. Dengan conclusive hal ini tidak dapat dilakukan.
 Keracunan dalam bill of lading dapat muncul dalam kondisi di bawah ini.
1. Muatan kering yang tercampur. 3. Terdapat beberapa set bill of lading
2. Muatan cair yang tercampur. dari muatan yang sama.
4. Bill of lading tidak sesuai dengan 10. Perincian kualitas barang tidak
tanggal atau yang di-anti datir sesuai.
(tanggal yang dimajukan atau 11. Hubungan dengan L/C.
dimundurkan) dari tanggal 12. Cara mendapatkan B/L melaui
pengapalan barang. endorsement atau consignment.
5. Terjadi perubahan bill of lading 13. Tanggung jawab terhadap packing
6. Tidak sesuai dengan mate’s receipt dan marking.
7. Kontrak penjualan tidak sempurna 14. Penundaan kapal, kelambatan
atau dipertanyakan. mengelarkan B/L.
8. Tekanan terhadap nakhoda untuk 15. B/L dari pencharter.
menandatangani B/L 16. Tempat penerbitan B/L berbeda
9. Permintaan shippes atau received dengan loading port barang.
for shipment bill of lading.
 Fiata Combined Transport of Bill of Lading (FBL) adalah dokumen pengangkutan
antar moda yang di pakai oleh International Freight Forwarder yang bertindak sebagai
badan jasa angkutan bersambung atau Intermodal Transport Operation.
 Berikut ini adalah beberapa catatan mengenai menggunaan FBL:
1. FBL dapat diperdagangkan (negotiable), kecuali bila ada catatan non-negotiable.
2. Telah diterima di bank-bank untuk tujuan sebagai dokumen kredit.
3. Dapat juga di pakai sebagai marine bill of lading.
4. Bila mengeluarkan dokumen ini, forwarder harus mengetahui bahwa:
a. Forwader atau agennya telah mengambil kiriman yang dimaksud dan hak untuk
mengerjakan kiriman barangnya adalah hanya ada dia.
b. Kiriman biasanya dalam keadaan baik (apparently good order or condition).
c. Perincian dari dokumen pengiriman sesuai instruksi telah diterima dengan baik.
d. Pertanggungjawaban asuransi dari barang kiriman telah ada persetujuan.
e. Telah diperinci dengan jelas apabila telah dikeluarkan satu atau beberapa FBL asli.
5. Dalam mengeluarkan FBL, forwarder bertanggung jawab terhadap jumlah 2 SDR per
kilo bila barangnya hilang atau rusak. Bilamana diketahui pda tahap mana dan dimana
kehilangan atau kerusakan terjadi, tanggung jawabnya ditentukan sesuai dengan
ketentuan atau hukum internasional yang ada.
6. Sangat dianjurkan bahwa forwarder yang mengeluarkan FBL menutup tanggung
jawabnya dengan asuransi

Anda mungkin juga menyukai