0 penilaian0% menganggap dokumen ini bermanfaat (0 suara)
41 tayangan1 halaman
Teks ini membahas tentang kehidupan yang terlalu teratur dan stagnasi tanpa menghargai hal-hal indah dalam kehidupan seperti keindahan alam, puisi, dan koneksi antarmanusia. Penulis merasa ada yang hilang dalam kehidupannya yang hanya berisi rutinitas tanpa makna sebelum datangnya seseorang yang membuatnya menyadari arti kehidupan yang sebenarnya.
Teks ini membahas tentang kehidupan yang terlalu teratur dan stagnasi tanpa menghargai hal-hal indah dalam kehidupan seperti keindahan alam, puisi, dan koneksi antarmanusia. Penulis merasa ada yang hilang dalam kehidupannya yang hanya berisi rutinitas tanpa makna sebelum datangnya seseorang yang membuatnya menyadari arti kehidupan yang sebenarnya.
Teks ini membahas tentang kehidupan yang terlalu teratur dan stagnasi tanpa menghargai hal-hal indah dalam kehidupan seperti keindahan alam, puisi, dan koneksi antarmanusia. Penulis merasa ada yang hilang dalam kehidupannya yang hanya berisi rutinitas tanpa makna sebelum datangnya seseorang yang membuatnya menyadari arti kehidupan yang sebenarnya.
Pernahkah kau ada di titik di mana hidupmu begitu teratur,
melakukan segala hal yang kau mampu untuk menjadi “seragam”, berharap semua akan baik – baik adanya, namun tetap merasa ada yang hilang? Seolah, ada satu kepingan puzzle yang tak juga melengkapi teka – teki yang kau ciptakan sendiri. Semestaku sebelum kau datang adalah konstalasi yang sistematis; mengandung stagnasi yang konservatif. Aku tidak tahu caranya menghargai Mentari yang membakar langit hingga kemerahan. Aku tidak tahu caranya mencium wangi hujan yang membasahi bumi. Aku tidak paham di mana indahnya kalimat yang termaktub dalam larik – larik puisi. Malam – malamku hanya berisi kumpulan tugas yang harus rela kubagi dengan jam tidur. Dan pagi – pagiku hanyalah repetisi membosankan untuk mengenyangkan logika. Aku lupa bahwa binatang pun bernyawa, hutan pun bernapas, dan kita diciptakan untuk melakukan hal – hal yang lebih besar dari sekadar rutinitas harian. Aku lupa bahwa kita semua terkoneksi; bahwa cinta sepatutnya menjadi bahan bakar agar kita tetap melangkah. Garis besarnya aku lupa menjadi manusia.