Anda di halaman 1dari 64

MODULE

PENERAPAN GEOSTUDIO SLOPE/W


TERHADAP PERHITUNGAN KESTABILAN LERENG

Yogyakarta, 16 – 17 September 2017

Independent/Non-Accreditation Short Course

By
Gilang Firmanda, ST.
MODULE : PENERAPAN GEOSTUDIO SLOPE/W TERHADAP PERHITUNGAN KESTABILAN LERENG

SESSION 1
PENGENALAN KESTABILAN LERENG

Independent/Non-Accreditation Short Course


By
Gilang Firmanda, ST.
9/12/2017

PENGENALAN
KESTABILAN LERENG
Yogyakarta, 16‐17 September 2017

Apa itu Lereng?


• Bentuk permukaan bumi
• Membentuk sudut kemiringan tertentu dengan bidang horizontal
• Terbentuk secara alami maupun buatan manusia.
(Arief, 2007).
Kemiringan Bentuk Bumi

Sudut Kemiringan
Bidang Horizontal
9/12/2017

Lereng Alami

Lereng Buatan (Landfill)


9/12/2017

Lereng Buatan (Penggalian Tambang)

Lereng Buatan (Timbunan)


9/12/2017

Lereng Buatan (Bendungan/Tanggul


Urugan)

Kenapa Lereng Begitu Penting?


• Mitigasi Bencana
• Dapat mengganggu keamanan infrastrutur bangunan & jalan
• Memperhambat jalannya operasi pertambangan
9/12/2017
9/12/2017

Tujuan Analisis Kestabilan Lereng


• Untuk menentukan kondisi kestabilan dan tingkat kerawanan suatu lereng.

• Memperkirakan bentuk keruntuhan kritis yang mungkin terjadi.

• Menganalisis penyebab terjadinya longsoran.

• Mempelajari pengaruh gaya-gaya luar pada kestabilan lereng.

• Merancang suatu desain lereng galian atau timbunan yang optimal dan
memenuhi kriteri akeamanan dan kelayakan ekonomis.

• Memperkirakan kestabilan lereng, selama konstruksi dilakukan maupun dalam


jangka waktu yang panjang.

• Merupakan dasar bagi rancangan ulang lereng setelah mengalami longsoran.

• Menentukan metode perkuatan atau perbaikan lereng yang sesuai.

Faktor Penyebab Runtuhnya Lereng


• Pelapukan (fisika, kimia dan biologi) dan erosi,
• penurunan tanah (ground subsidence),
• deposisi (fluvial, glasial dan gerakan tanah),
• getaran dan aktivitas seismik,
• jatuhan tepra
• perubahan rejim air.
9/12/2017

Jenis Gerakan Tanah

Klasifikasi longsoran (landslide) oleh Varnes (1978, dalam M.J.


Hansen, 1984) yang digunakan oleh Higway Reseach Board
Landslide Comitte (1978, dalam Sudarsono & Pangular, 1986)

Tubuh Lereng
Puncak : Titik tinggi pada bidang kontak antara material yang
bergerak dengan gawir besar.
Mahkota : Material yang terletak di bagian tertinggi gawir utama.
Gawir besar : Lereng terjal pada bagian yang mantap di sekeliling
bagian yang longsor, biasanya terlihat dengan jelas.
3.Blok yang melongsor

4.Gawir kecil : Lereng terjal pada bagian yang bergerak karena ada
perbedaan gerakan dalam massa gerakan tanah.

5. Tubuh utama

6. Retakan tensi

7. Kaki : Garis perpotongan antara bagian terbawah bidang


longsor dengan muka tanah asli.
9/12/2017

Perhitungan Lereng
S

F =   / s (sepanjang bidang gelincir)


bidang gelincir
  = cL +{(W+V) cos   } tan 

s = (W+V) sin 
F = aktor Kemanan lereng (tak bersatuan) L
F= /s = panjang segmen bidang gelincir (meter)

 = gaya ketahanan geser / tahanan geser sepanjang L


(ton/M2) s = gaya dorong geser (Ton/M2)
S = Gaya Dorong Geser/Force Equilibrium
c = kohesi massa lereng (Ton/M2)

Gaya Tahan Geser/Moment Equilibrium  = sudut geser-dalam massa lereng (derajat)


W = Bobot massa di atas segmen L (Ton)

V = beban luar (Ton)

 = tekanan pori ( air x h x L )

h = panjang garis ekuipotensial ke titik berat L (Meter)

  sudut yang dibentuk oleh bidang gelincir dengan bidang horisontal (derajat)
9/12/2017

Metode Perhitungan Kestabilan


Lereng
‐ Ordinary/Fellenius
‐ Bishop
‐ Janbu
‐ Spencer
‐ Sarma
‐ Morgentster – Price

Mitigasi & Pencegahan Keruntuhan


Lereng
• Cut and fill
• Mencegah kejenuhan lereng
• Mengendalikan air permukaan
• Perkuatan lereng
• Vegetasi
9/12/2017

Question?
MODULE : PENERAPAN GEOSTUDIO SLOPE/W TERHADAP PERHITUNGAN KESTABILAN LERENG

SESSION 2-1
PENGAMBILAN DATA LAPANGAN

Independent/Non-Accreditation Short Course


By
Gilang Firmanda, ST.
9/12/2017

PENGAMBILAN
DATA LAPANGAN
Yogyakarta, 16‐17 September 2017

Pengambilan Data Geometri Lereng


• Tinggi Lereng
• Panjang Lereng
• Sudut Lereng
9/12/2017

Geometri Lereng Menggunakan GPS

A B C D
X 833897 833909 833929 833934
Y 77940 77940 77940 77940
E 42 42 22 22

Distance Elevation
A 0 20
B 15 20
C 35 0
D 40 0
9/12/2017

Geometri Lereng Menggunakan


Pengukur Jarak

Pengukuran Sudut Lereng


9/12/2017

Pengambilan Sample

Sampling 1. Mahkota (Force Equilibrium)
2. Tubuh (Mean Force & Moment)
3. Kaki (Moment Equilibrium)

Sampling

Sampling

Jenis Sample

1. Undisturbed Sample (Sample Tidak Terganggu)
‐ Menggunakan tabung sample
‐ Kondisi tanah masih asli
‐ Kadar air asli tidak terganggu
2. Disturbed Sample (Sample Terganggu)
‐ Tidak menngunakan tabung
‐ Kondisi tanah sudah tidak terjaga 
‐ Kadar air asli sudah berubah
9/12/2017

Komponen Hasil Uji Lab yang


Diperlukan
• Unit Weigth
The specific weight (also known as the unit weight) is the weight 
per unit volume of a material. The symbol of specific weight is γ 
(the Greek letter Gamma). 
Cohesion
the intermolecular attraction between like‐molecules, the part of 
shear strength that is independent of the normal effective stress in 
mass movements, is a measure of the forces that cement the 
particle of soils
Friction Angle
Is the measure of the shear strentgh of soils due to friction

COHESION

UNIT WEIGTH

FRICTION ANGLE (PHI)
MODULE : PENERAPAN GEOSTUDIO SLOPE/W TERHADAP PERHITUNGAN KESTABILAN LERENG

SESSION 2-2
PERHITUNGAN MANUAL KESTABILAN LERENG
(FELLENIUS/ORDINARY)

Independent/Non-Accreditation Short Course


By
Gilang Firmanda, ST.
9/12/2017

PERHITUNGAN MANUAL
KESTABILAN LERENG
(FELENIUS)
Yogyakarta, 16‐17 September 2017

FELENIUS METHOD

• In the method of slices, also called OMS or the Fellenius method, the
sliding mass above the failure surface is divided into a number of slices.
The forces acting on each slice are obtained by considering the
mechanical (force and moment) equilibrium for the slices.
9/12/2017

a W sin a = S
a
t F =  t / s

W cos a. tan f f
sudut geser dalam
W cos a

a = kemiringan (sudut) bidang gelincir

t
F =
c L = kohesi sepanjang bidang gelincir L
S

t = W cos a. tan f + c L

a. Data mekanika tanah


 sudut geser dalam (f; derajat)
 bobot satuan isi tanah basah (gwet; g/cm3 atau
kN/m3 atau ton/m3)
 kohesi (c; kg/cm2 atau kN/m2 atau ton/m2)
 kadar air tanah (w; %)
9/12/2017

c = kohesi (kN/m2)
 = sudut geser dalam (derajat)
 = sudut bidang gelincir pada tiap sayatan
(derajat)
l = panjang bidang gelincir pada tiap sayatan (m);
L = jumlah panjang bidang gelincir
W = luas tiap bidang sayatan (M2) X bobot satuan isi tanah ( kN/m3)

 (sudut geser dalam) = 27,46o


Kohesi (c) = 18,722 kN/m2
Bobot satuan isi tanah (.wet) = 16,067 kN/m3
Muka airtanah sangat dalam.

GEOMETRI
Tinggi : 20m
Sudut : 45 derajat
9/12/2017

 Buat sketsa lereng berdasarkan data penampang lereng,


 Buat sayatan-sayatan vertikal sampai batas bidang gelincir.
 Tarik Garis lurus per sayatan pada bidang gelincir
 Hitung panjang, lebar, volume, berat, sudut & data lainnya pada
masing – masing sayatan
 Masukkan data yang sudah ada ke dalam tabel perhitungan
9/12/2017

Question?
MODULE : PENERAPAN GEOSTUDIO SLOPE/W TERHADAP PERHITUNGAN KESTABILAN LERENG

SESSION 3-1
PENGENALAN GEOSTUDIO (SLOPE/W)

Independent/Non-Accreditation Short Course


By
Gilang Firmanda, ST.
9/12/2017

PENGENALAN
GEOSTUDIO
Yogyakarta, 16‐17 September 2017

History

• ‐ Petterson (1916) presented the stability analysis of the Stigberg Quay in 
Gothenberg,Sweden where the slip surface was taken to be circular and 
the sliding mass was divided into slices.During the next few decades
• Fellenius (1936) introduced the Ordinary or Swedish method of slices
• Janbu (1954)
• Bishop (1955)
• Morgenstern and Price (1965)
• Spencer (1967).
9/12/2017

• 1980s, Software products has led to the routine use of limit equilibrium 


stability analysis in geotechnical engineering practice, Modern limit 
equilibrium software is making it possible to handle ever‐increasing 
complexity within an analysis.
• Whay Limit Equilibrium? Because modern limit equilibrium software is 
making it possible to handle ever‐increasing complexity within an
analysis.
• 1977, Professor D.G. Fredlund at the University of Saskatchewan used 
initial code of LE, created SLOPE/W
• 1983, PC‐SLOPE release on Personal Computer
• 1990, The software was again renamed as SLOPE/W to reflect the 
Microsoft Windows environment and that it now had a graphical user 
interface
9/12/2017

Limit Equilibrium
• The limit equilibrium method is the most common approach for 
analyzing slope stability in both two and three dimensions.
• This method can only be applied to circular slip surfaces and leads to 
significant underestimation of the factor of safety (FoS)
• Simple and Accurate
• These methods consist of cutting the slope into fine slices and applying
appropriate equilibrium equations (equilibrium of the forces and/or 
moments)
• Forces on a free body are such that it will remain stationery
• Summation of Moment

Limit Equilibrium
9/12/2017

Is There any other method than Limit


Equlibrium?
Yes They Are!

Finie Element
• As computer performance has improved, the application of FE in 
geotechnical analysis has become increasingly common.
• These methods have several advantages: to model slopes with a degree 
of very high realism (complex geometry, sequences of loading, presence 
of material for reinforcement, action of water, laws for complex soil
behaviour) and to better visualise the deformations of soils in place
9/12/2017

FINITE ELEMENT
9/12/2017

5 Keys Component of SLOPE/W


• Geometry – description of the stratigraphy and shapes of potential slip 
surfaces.
• Material/Soil strength ‐ parameters used to describe the soil (material) 
strength
• Pore‐water pressure – means of defining the pore‐water pressure
conditions
• Reinforcement or soil‐structure interaction – fabric, nails, anchors, piles, 
walls and so forth.
• Imposed loading – surcharges or dynamic earthquake loads

GEOMETRY
REGIONS
• SLOPE/W uses the concept of regions to define the geometry.
• Regions use to drawing a line around a soil unit or stratigraphic layer to 
form a closed polygon
9/12/2017

GEOMETRY
Regions do have a couple of restrictions. They are:
- A region can have only one material (soil) type. The same soil type can
be assigned to many different regions, but each region can only be
assigned one soil type.

- Regions cannot overlap


9/12/2017

GEOMETRY
SLICE DISCRETIZATION
• SLOPE/W uses a variable slice width approach in the sliding mass 
discretization.
• SLOPE/W finds the horizontal distance from slip surface entrance to exit 
and divides this distance by the number of desired slices specified by the 
user (the default is 30)
• The variable slice width approach makes the resulting factor of safety 
relatively insensitive to the number of slices.
• Specifying the number of slices to be greater than the default number of 
30 seldom alters the factor of safety significantly
• Specifying the number of slices lower than the default value of 30 is not
recommended
9/12/2017

GEOMETRY
TENSION CRACK
• A tension crack can be specified with a tension crack line
• When a tension crack line is specified, the slip surface is vertical in the 
tension crack zone

MATERIAL/SOIL STRENGTH
• There are many different ways of describing the strength of the materials 
(soil or rock) in a stability analysis
• In this course, we will use The most common way of describing the shear 
strength of geotechnical materials, is Mohr‐Coloumb

Material Input :
1. Unit Weigth
2. Cohesion
3. Friction Angle (phi)
9/12/2017

PORE WATER
• the porewater pressures are as important in establishing the correct shear 
strength as the shear strength parameters themselves.
• Due to the importance of pore‐water pressures in a stability analysis, 
SLOPE/W has various ways of specifying the pore‐water pressure 
conditions.
• Piezometric Surfaces
• Ru Coefficient
• B‐Bar Coefficient
• Pore Water Spatial Function
• Negative Pore Water Function
• Negative Pore Water Pressure
• Finite Element Computed Pressure

PORE WATER
• The most common way of defining pore‐water pressure conditions is 
with a piezometric line.
• SLOPE/W simply computes the vertical distance from the slice base mid‐
point up to the piezometric line, and multiplies this distance times the 
unit weight of water to get the pore‐water pressure at the slice base.
9/12/2017

REINFORCEMENT OR SOIL STRUCTURE


INTERACTION
• All reinforcement in a limit equilibrium analysis is represented using a 
concentrated point load
• The reinforcement reduces the activating forces
• The reinforcement reduces the gravitational driving force
• The reinforcement increases the shearing resistance and thereby 
increases the safety factor

REINFORCEMENT OR SOIL STRUCTURE


INTERACTION
9/12/2017

IMPOSED LOADING : Seismic &


Dynamic Stability
• These types of forces are usually oscillatory, multi‐directional, and act 
only for moments in time
• the slope may not completely collapse during the shaking, but there may 
be some unacceptable permanent deformation.
• Pseudostatic Analysis is the most common methods to calculate this 
dynamic force.

DEFORMATION

LIQUEFACTION
MODULE : PENERAPAN GEOSTUDIO SLOPE/W TERHADAP PERHITUNGAN KESTABILAN LERENG

SESSION 3-2
REKOMENDASI PENGAATURAN PADA SLOPE/W

Independent/Non-Accreditation Short Course


By
Gilang Firmanda, ST.
9/12/2017

REKOMENDASI
PENGATURAN
PADA SLOPE/W
Yogyakarta, 16‐17 September 2017

Rekomendasi ‘Analyses Type’


• ‘Analaysis Type’ yang dipilih harus memenuhi dan mencakup beberapa 
komponen dibawah ini :
1. Interslice Shear Force 
2. Interslice Normal Force
3. Lamda ( angle ratio between interslice shear and normal)
4. Memiliki Base Normal Force & Base Shear Force
5. Gravity Weigth 
6. Polygon Slice harus tertutup, apabila tidak tertutup 
mengindikasikan slice tidak punya Force Equilibrium
9/12/2017

Rekomendasi ‘Analyses Type’

Slice 14 - Morgenstern-Price Method


Weight Polygon Tertutup
118.49
255.7
Interslice 
Shear Force Interslice 
Interslice  Normal 
Normal  Force
315.03 314.9
Force

Interslice 
Shear Force
259.57

59.248 Base Shear

Force
98.135

Base Normal
Forces

Analysis Type
9/12/2017

ORDINARY/FELENIUS
‐ Tidak ada Interslice Shear & Intersice Normal
‐ Polygon tidak tertutup

BISHOP

‐ Tidak ada Shear
‐ Tidak ada Force Equilibrium
‐ Tidak ada Interslice Shear Force
‐ Polygon kurang tertutup
9/12/2017

JANBU

‐ Tidak ada Shear
‐ Tidak ada Force Equilibrium
‐ Tidak ada Interslice Shear Force
‐ Polygon sudah tertutup

SPENCER
‐ Interslice Normal & Shear ada
‐ Shear ada
‐ Polygon tertutup
9/12/2017

MORGENTERN - PRICE
‐ Interslice Normal & Shear ada
‐ Shear ada
‐ Polygon tertutup

SIDE FUNCTION
9/12/2017

SIDE FUNCTION
• Berfungsi untuk menghitung konsentrasi shear force & normal force di 
setiap slice dalam bidang gelincir
• Pada metode Spencer, Bishop, Ordinary & Janbu sudah otomatis tepilih 
Constant Function
• Hanya Morgenten‐Price yang memiliki ‘user definition’ untuk side 
function‐nya
• Constant Function, Rasio antara shear force & normal force selalu 
konstan di semua slice pada bidang gelincir
• Half‐sine Function, Mengkonsentrasikan semua interslice shear force & 
ke bagian tengah bidang gelincir lereng & menghilangkan interslice 
shear di kepala dan kaki lereng

PORE WATER PRESSURE


9/12/2017

PORE WATER PRESSURE


• Input PWP berfungsi untuk memasukkan nilai/asumsi kondisi airtanah 
pada lereng.
• Opsional yang paling umum dipilih untuk PWP adalah Piezometric 
Line, pada opsi ini, SLOPE/W akan dengan mudah mengkomputasi 
jarak vertikal dari slice base mid‐point ke atas piezometric line, dan 
memperbanyak jarak tersebut dikalikan unit weigth dari airtanah untuk 
mendapatkan nilai pore‐water pressure pada dasar slice.

SLIP SURFACE
9/12/2017

SLIP SURFACE
• Direction of Movement tergantung gambar geometri lereng yang kita 
buat 
• Slip surface option merupakan penentuan metode dalam 
mengasumsikan garis bidang atau point dari potensi bidang gelincir 
yang akan terjadi, umumnya yang digunakan adalah Entry and Exit dan 
Grid and Radius

F of S Distribution & Advance


MODULE : PENERAPAN GEOSTUDIO SLOPE/W TERHADAP PERHITUNGAN KESTABILAN LERENG

SESSION 4
PERHITUNGAN LERENG SEDERHANA (HOMOGEN)
MENGGUNAKAN SLOPE/W

Independent/Non-Accreditation Short Course


By
Gilang Firmanda, ST.
PERHITUNGAN LERENG SEDERHANA (HOMOGEN) MENGGUNAKAN SLOPE/W
Intruksi : Gunakan langkah – langkah dibawah ini sebagai panduan dengan cara membacanya
sambil mempraktekan langkahnya melalui SLOPE/W secara bersamaan.

PENGATURAN AWAL
1. Buka GeoStudio 2012
2. Klik Slope/W
3. Dalam Windows KeyIn Analyses, Besri nama dan deskripsi
4. Pilih analysis type -> ‘Morgensternt – Price’
5. Pilih Side Function ‘Half-Sine Function’
6. Atur pilihan PWP Conditions ke “None”
7. Buka Tab Slip Surface
8. Atur Direction of Movement ke “Left to right”
9. Pilih Slip Surface “Entry and Exit”
10. Tension Crack “No Tension Crack”
11. Buka Tab F of S Distribution
12. FOS Distribution Calculation klik “Constant”
13. Klik Tab Advance
14. Pastikan semua sudah default
15. Solution Setting “Root Finder”
16. Klik Close
17. Klik SET -> Klik “Set Unit and Scale”, atur sesusai yg kita mau
18. Klik “Apply”
19. Klik SET -> “Grid” Atur grid sesuai kebutuhan
20. Klik SKETCH -> Axes, Masukkan label ‘Elevation (m)’ & ‘Distance (m)’
21. Masukkan nilai Max dari X-Axis (Dsitance) & Y-Axis (Elevation)
22. Atur Auto Increment Size sesuai kebutuhan -> Close
CONTOH SOAL
Buat Geometri Lereng dengan data berikut :
Panjang Mahkota/Puncak Lereng : 15m
Tinggi Lereng : 20m
Sudut Lereng : 45derajat

Menggambar Geometri Lereng

1. Gambar geometri lereng dengan cara, Klik SKETCH -> “Polylines”


2. Klik pada ketinggian 20m, lalu tarik garis lurus sampai 15m, klik
3. Tarik garis miring ke bawah sampai dasar, sampai bertemu nilai sudut 45 derajat
4. Klik Esc
5. Alternatif lain adalah dengan input data point dari excel, Klik KEYIN -> “Point” -> Copy Paste
koordinat point dari excel
6. Klik SKETCH -> “Polygon”, gambar & hubungkan garis mengikuti point
Membuat & Menentukan Region

7. Mulai menggambar region dari lereng dengan cara, Klik DRAW -> “Regions”
8. Klik point per point mengikuti gambar sketch sampai regions tertutup
9. Satu Regions untuk satu input material

Memasukkan Data Material Lereng

10. Input Data Material, Klik KEY IN -> “Materials”


11. Tab KeyIn Material akan terbuka
12. Klik ‘Add’, ubah nama material, atur warna material
13. Pilih Material Model ‘Mohr-Coulomb’
14. Pada Tab Basic, masukkan niai Unit Weigth, Cohesion & Phi (Sudut geser dalam)

Unit Weigth : 27 kN/m³, Cohesion : 11 kPa, Phi : 17 °


15. Masukkan nilai lain pada tab lainnya apabila perlu dan ada data yg mendukung
16. Atur tampilan Legend
17. Jika ingin menambahkan material, klik ‘Add’ dan ulangi langkah diatas
18. Klik ‘Close’
19. Input Material ke Region dengan cara klik DRAW -> “Material”
20. Pstikan opsi ‘Assign’ tercentang, pilih material yang ingin diinput
21. Klik region yang ingin diinput material, Close
22. Region akan berubah warna sesuai warna material

Menentukan Bidang Gelincir Dengan Cara ‘Entry and Exit”

23. Tentukan bidang gelincir dengan cara kllik DRAW -> “Slip Surface” -> ‘Entry and Exit’
24. Klik dan tahan di batas region bagian mahkota/kepala lereng untuk input ‘Entry’ sesuai
keinginan kita
25. Klik dan tahan di batas region bagian kaki untuk input ‘Exit’ sesuai keinginan kita
26. Pada Tab, klik ‘Apply’ kemudian klik ‘Done’
Melakukan Perhitungan Faktor Keamanan Lereng

27. Untuk Running perhitungan, klik WINDOW -> ‘Solve Manager’


28. Pastikan analisis yang sedang kita kerjakan sudah tercentang
29. Klik “Start” -> Save File terlebih dahulu, kemudian program akan running
30. Beberapa detik kemudian hasil kalkulasi FS sudah terhitung

Mengurangi atau Menambahkan Properti/Keterangan yang muncul di Hasil Perhitungan


Kestabilan Lereng

31. Untuk mengetahui informasi per region material, klik VIEW -> “Object Information”,
kemudian klik region yang ingin dilihat informainya
32. Untuk mengetahui informasi masing – masing slice, klik VIEW -> “Slice Information”
kemudian klik slice yang ingin dilihat informasinya
33. Untuk Melihat Total Massa Bidang Gelincir/Slide, klik VIEW -> “Slide Mass”
34. Untuk membuat report dlam bentuk HTML, Klik VIEW -> “Report”
35. Untuk menampikan semua perhitungan jalur bidang gelincir, klik DRAW -> Slip Surface
Colour Map
36. Atur setting tampilan yang diinginkan, slipsurface, safety zone map, legend etc)
37. Untuk mengganti hasil FS dan bidang gelincir yang sudah ada, klik DRAW -> “Select Slip
Surface”, kemudian arahkan kursor pada bidang gelincir yang diinginkan
38. Untuk me-reset hasil FS ke perhitungan semula, pada Tab Slip Surface (kiri layar), centang
‘Auto Select Critical’
39. Untuk melihat hasil graphic, klik DRAW -> ‘Graph’
40. Untuk mengubah penampilan lainnya sesuai keinginan, silahkan klik icon – icon pada tab
vertical sebelah kanan layar
41. Untuk kembali ke layar sebelum dilakukan perhitungan, klik WINDOW -> ‘Define View’
Mencoba Running Perhitungan Kestabilan Lereng Menggunakan Metode Analisis Lainnya

42. Bandingkan hasil perhitungan berbagai metode, dengan cara klik WINDOW -> “Define
View”, kemudian klik KEY IN -> “KeyIn Analysis”
43. Akan muncul Tab KeyIn Analysis, pada bagian ‘Analysis Type’ pilih metode lainnya yang
diinginkan, klik ‘Close’
44. Masuk ke “Solve Manager” kemudian klik ‘Start’, maka software akan running dengan
metode lainnya
45. Bandingkan hasil FS nya, Graphic, serta polygon slice

Menambahkan Pore Water Pressure ke Lereng

46. Tambahkan Pore Water Pressure ke lereng dengan cara, klik WINDOW -> “Define Window”
47. Klik KEY IN -> “Analysis”, akan terbuka TAB KeyIn Analysis
48. Pada opsi PWP Condition From, klik dan piih Piezometric Line, Klik Close
49. Cara pertama memasukkan Piezometric Line adalah klik DRAW -> “Pore-Water Pressure”
50. Akan keluar TAB Draw Piezometric Lines, klik ‘Draw’, kemudian tarik garis – garis airtanah
dalam lereng sesuai data yang ada atau interpretasi, jika selesai, klik ‘Done’
51. Cara alternatif adalah dengan import koordinat point dari excel, klik KEY IN -> “Pore Water
Pressure”, akan muncul TAB KeyIn Piezometric Line,
52. Klik ‘Add’ , klik angka ‘1’ pada daftar, akan muncul keterangan koordinat dibawahnya
53. masukkan koordinat titik Piezometric line, atau copy paste data koordinat dari excel, klik
Close jika sudah selesai
54. Lakukan perhitungan lereng kembali dengan klik Solve Manager -> START
55. Hasil FS akan sedikit berubah dari sebelumnya (kondisi tanpa PWP)

Menambahkan Tension Crack Pada Lereng

56. Data Tension Crack dapat ditambahkan dengan cara, Buka TAB ‘Key In Analyses’
57. Klik TAB ‘Slip Surface’, pada bagian ‘Tension Crack Option, klik ‘Tension Crack Angle’ dan
input derajat kemiringan tension crack berdasar data lapangan (90-180), klik Close
58. Buka “Solve Manager” dan klik START, maka akan keluar FS dengan tambahan input Tension
Crack
59. Untuk input Tension Crack Line, kembali ke KeyIn Analyses TAB
60. Klik TAB ‘Slip Surface’, pada bagian ‘Tension Crack Option, klik ‘Tension CrackLine’, klik
Close
61. Untuk menggambar Tenson crack line, klik DRAW -> “Tension crack line’’, kemudian klik titik
pada ujung lereng kanan dengan kedalaman data tension yang ada, klik lagi pada ujung
lereng kiri, Tension Crack Line akan tergambar
62. Buka “Solve Manager” dan klik START, maka akan keluar FS dengan tambahan input Tension
Crack Line
Mengganti Asumsi Bidang Gelincir Dengan Grid and Radius

63. Membuat bidang gelincir dengan Grid and Radius dapat dimulai dengan cara, buka TAB
‘KeyIn Analyses’
64. Klik Tab ‘Slip Surface’, pada ‘Slip Surface Option’ pilih ‘Grid and Radius’, klik Close
65. Untuk membuat bidang gelincirnya, klik DRAW -> ‘Slip Surafce’ -> ‘Grid’
66. Arahkan mouse pada bagian atas lereng, klik sekali lalu turunkan mouse/garis, kemudian
tarik ke arah kanan, apabila lebar kotak sudah sesuai dengan yang diinginkan klik sekali, akan
muncul tab ‘Draw Grid Surface Slip’
67. Isi jumlah grid X dan Y sesuai yang diinginkan, klik Ok
68. Kemudian Klik DRAW -> ‘Slip Surface’
69. Taruh mouse pada bagian kaki lereng, gambar kotak yang akan jadi asumsi bidang gelincir
(klik mouse sekali pada bagian atas kiri asumsi bidang gelincir, tarik kebawah sampai batas
kiri bawah, klik, kemudian tarik ke kanan, klik pada batas bawah kanan, kemudian tarik ke
atas dan klik pada bagian batas kanan atas asumsi bidang gelincir), Klik Ok
70. Buka “Solve Manager” dan klik START, maka akan keluar FS dengan bidang gelincir
menggunakan cara Grid and Radius
MODULE : PENERAPAN GEOSTUDIO SLOPE/W TERHADAP PERHITUNGAN KESTABILAN LERENG

SESSION 5
PERHITUNGAN KESTABILAN LERENG MULTI-LAYER
MENGGUNAKAN SLOPE/W

Independent/Non-Accreditation Short Course


By
Gilang Firmanda, ST.
PERHITUNGAN KESTABILAN LERENG MULTI-LAYER
Pengaturan Awal
1. Buka GeoStudio -> SLOPE/W
2. Akan terbuka TAB KeyIn Analyses, pada ‘Analyses Option’ pilih Morgenstent – Price
3. Pada TAB ‘Setting’ pilh ‘Side Function’ menjadi Half-sine function
4. Pada opsi ‘PWP Conditions from’ pilih Piezometric Line, klik ‘Close’
5. Klik SET -> Klik “Set Unit and Scale”, atur sesusai yg kita mau
6. Klik “Apply”
7. Klik SET -> “Grid” Atur grid sesuai kebutuhan
8. Klik SKETCH -> Axes, Masukkan label ‘Elevation (m)’ & ‘Distance (m)’
9. Masukkan nilai Max dari X-Axis (Dsitance) & Y-Axis (Elevation)
10. Atur Auto Increment Size sesuai kebutuhan -> Close

Buat Geometri Lereng dengan data berikut :

Panjang Mahkota Lereng : 15m


Tinggi Lereng : 20m
Sudut Lereng : 45derajat

Layer Bawah : Elevasi 5m


Unit Weigth : 18 kN/m³
Cohession : 10 kPa
Phi : 17 °
Layer Tengah : Elevasi 15m
Unit Weigth : 30 kN/m³
Cohession : 15 kPa
Phi : 18 °
Layer Atas : Elevasi 20m
Unit Weigth : 19 kN/m³
Cohession : 13 kPa
Phi : 22 °
Membuat Geometri Lereng
1. Gambar lereng, Klik SKETCH -> “Polylines”
2. Klik pada ketinggian 20m, lalu tarik garis lurus sampai 15m, klik
3. Tarik garis miring ke bawah sampai dasar, sampai bertemu nilai sudut 45 derajat
4. Klik Esc
5. Alternatif lain adalah dengan import point koordinat dari excel, Klik KEYIN -> “Point” -> Copy
Paste koordinat point dari excel
6. Klik SKETCH -> “Polygon”, gambar mengikuti point
11. Klik DRAW -> “Region”
12. Klik point per point mengikuti gambar sktech sampai regions tertutup
13. Satu Regions untuk satu input material

Input Data Material ke Masing – masing Region


14. Input Data Material ke setiap Region dengan cara, Klik KEY IN -> “Materials”
15. Tab KeyIn Material akan terbuka
16. Klik ‘Add’, ubah nama material, atur warna material
17. Pilih Material Model ‘Mohr-Coulomb’
18. Pada Tab Basic, masukkan nilai Unit Weigth, Cohesion & Phi (Sudut geser dalam)
19. Masukkan nilai lain pada tab lainnya apabila perlu dan ada data yg mendukung
20. Atur tampilan Legend
21. Jika ingin menambahkan material, klik ‘Add’ dan ulangi langkah diatas
22. Klik ‘Close’
23. Input Material ke Region dengan cara klik DRAW -> “Material”
24. Pastikan opsi ‘Assign’ tercentang, pilih material yang ingin diinput
25. Klik region yang ingin diinput material, Close
26. Region akan berubah warna sesuai warna material
Input Data Pore Water Pressure

27. Cara pertama adalah klik DRAW -> “Pore-Water Pressure”


28. Akan keluar TAB Draw Piezometric Lines, klik ‘Draw’, kemudian tarik garis – garis airtanah
dalam lereng sesuai data yang ada atau interpretasi, jika selesai, klik ‘Done’
29. Cara alternatif adalah import data point dari excel, klik KEY IN -> “Pore Water Pressure”,
akan muncul TAB KeyIn Piezometric Line,
30. Klik ‘Add’ , klik angka ‘1’ pada daftar, akan muncul keterangan koordinat dibawahnya
31. masukkan koordinat titik Piezometric line, atau copy paste data koordinat dari excel, klik
Close jika sudah selesai

Menentukan Asumsi Bidang Gelincir

32. Tentukan bidang gelincir dengan cara kllik DRAW -> “Slip Surface” -> ‘Entry and Exit’
33. Klik dan tahan di batas region bagian mahkota/puncak untuk input ‘Entry’ sesuai
keinginan/asumsi kita
34. Klik dan tahan di batas region bagian kaki untuk input ‘Exit’ sesuai keinginan/asumsi kita
35. Pada Tab, klik ‘Apply’ kemudian klik ‘Done’
36. Untuk Running perhitungan, klik WINDOW -> ‘Solve Manager’
37. Pastikan analisis yang sedang kita kerjakan sudah tercentang
38. Klik “Start” -> Save File terlebih dahulu, kemudian program akan running
39. Beberapa detik kemudian hasil kalkulasi FS sudah terhitung
Mengubah Layer Bawah menjadi base rock
40. Klik KEY IN -> ‘Material” -> klik ‘Layer Bawah’, Pada opsi Material Model, ubah ke Bedrock,
klik Close

41. Buka “Solve Manager” dan klik START, maka akan keluar FS dengan Bedrock pada layer
bawah
MODULE : PENERAPAN GEOSTUDIO SLOPE/W TERHADAP PERHITUNGAN KESTABILAN LERENG

SESSION 6
CONTOH SOAL KESTABILAN LERENG MULTI LAYER
RUMIT SLOPE/W

Independent/Non-Accreditation Short Course


By
Gilang Firmanda, ST.
CONTOH SOAL KESTABILAN LERENG MULTI-LAYER RUMIT

Buat Geometri lereng menggunakan data point koordinat dibawah ini :

No X (m) Y (m)
1 25 0
2 100 0
3 100 7
4 77 7
5 5 0
6 66 15
7 0 0
8 0 1
9 64 17
10 0 3
11 62 18
12 0 9
13 57 22
14 0 23
15 42 28
16 51 23
17 56 23
18 9 24
19 37 31
20 35 32
21 0 25
22 32 34
23 0 27
24 29 36
25 0 35
26 17 38
27 25 38
28 0 38
29 15 40
30 0 45
31 10 45
Input data material masing – masing region menggunakan data dibawah ini :

Unit Friction
Cohesion
No Material Weigth Angle
kPa
kN/m³ (°)
1 Sand 22 18 23
2 Clayey Sand 20 18 20
3 Sandy Clay 22 22 24
4 Clay 17 30 7
5 Coal 13 5 49
6 Clay 30 35 10
7 Coal 7 4 50
8 Sandy Clay 28 24 22
9 Coal 8 5 38
10 Clay 29 20 11
11 Coal 3 6 52
12 Sand 24 15 20
13 Clay 26 31 8
Hitung/Running kestabilan lerengnya, perhatikan perbedaan apa saja yang ada dibandingkan dengan
soal lereng – lereng yang sederhana & tidak rumit.

Anda mungkin juga menyukai