Anda di halaman 1dari 13

LECTURE NOTES

ISYE6093
Human-Integrated System

Week 7 – Session 11

Stress, Workload, Safety, Accidents,


and Human Error

ISYE6093 - Human-Integrated System


LEARNING OUTCOMES

1. Mahasiswa mampu menjelaskan faktor-faktor yang berkontribusi terhadap kecelakaan


kerja di bidang sistem terintegrasi manusia
2. Mahasiswa mampu menerapkan manajemen keselamatan dalam industri manufaktur

OUTLINE MATERI :
1. Environmental and psychological stressor
2. Life stress and workload overload
3. Fatigue and sleep disruption
4. Safety and accident prevention

ISYE6093 - Human-Integrated System


Stress, Workload, Safety, Accidents, and Human Error

A. Environmental and psychological stressor

Secara umum beberapa efek yang bervariasi yang mengakibatkan terjadinya stres pada
kinerja adalah adanya tekanan waktu, stres akan ancaman dan kecemasan, dan stres yang
dipaksakan oleh faktor-faktor di lingkungan. Konsep stres paling mudah dipahami dalam konteks
Gambar 1. Di sebelah kiri gambar adalah serangkaian stresor, mempengaruhi ketersediaan
informasi dan pemrosesan yang tidak melekat dalam isi informasi itu sendiri.

Gambar 1. Representasi Efek Stress


Stres dapat mencakup adanya pengaruh seperti kebisingan, getaran, panas, dan
pencahayaan yang redup serta faktor psikologis seperti kecemasan, kelelahan, frustrasi, dan
kemarahan. Kondisi seperti itu biasanya memiliki empat efek diantaranya:
a. Kondisi tersebut menghasilkan pengalaman psikologis. Sebagai contoh, kita biasanya
tetapi tidak selalu dapat melaporkan perasaan frustrasi atau rangsangan sebagai akibat
dari stresor.
b. Berkaitan erat dengan perubahan dalam fisiologi sering diamati. Hal ini dapat berupa
adanya perubahan jangka pendek seperti peningkatan detak jantung yang terkait dengan
mengambil kendali pesawat terbang atau tekanan pengontrol lalu lintas udara dalam
situasi beban tinggi. Bahkan efek yang lebih berkelanjutan seperti perubahan dalam
output katekolamin, diukur dalam urin setelah periode manuver tempur terbang atau
peristiwa medan perang yang sebenarny. Pengalaman psikologis dan karakteristik
fisiologis sering berkaitan langsung walau tidak selalu terkait.

ISYE6093 - Human-Integrated System


c. Stresor mempengaruhi efisiensi pemrosesan informasi, umumnya dengan menurunkan
kinerja
d. Stresor memiliki konsekuensi negatif jangka panjang bagi kesehatan.

Seperti yang ditunjukkan dalam gambar 1, efek dapat berdampak langsung dan tidak
langsung. Efek langsung (direct effect) memengaruhi kualitas informasi yang diterima oleh
reseptor atau ketepatan respons. Sebagai contoh, getaran mengurangi kualitas input visual dan
output motor, dan noise melakukan hal yang sama untuk input pendengaran. Time stress dapat
mengurangi jumlah informasi yang dapat dirasakan dengan cara yang secara alami dapat
menurunkan kinerja. Oleh karena itu, banyak dari pengaruh negatif stressor efek langsung
terhadap kinerja dapat dengan mudah diprediksi. Sebagian besar pemicu efek langsung
dikategorikan sebagai pemicu lingkungan, dan besaran fisiknya dapat diukur secara objektif
(misalnya Derajat suhu di tempat kerja). Beberapa dari stresor fisik berdampak langsung adalah
kebisingan atau getaran, serta yang lainnya yang tidak memiliki efek langsung dapat diamati
seperti kecemasan atau ketakutan.

Environmental Stressors
Salah satu contoh dari Enviromental Stressor adalah motion, thermal stress (suhu) dan
kualitas udara. Efek-efek stres dari gerak dapat diakibatkan oleh gerakan berkelanjutan atau
gerak siklik. efek gerakan siklik atau yang lebih dikenal sebagai getaran, termasuk getaran
frekuensi tinggi, dapat menyebabkan penurunan kinerja atau gangguan gerakan berulang, dan
getaran frekuensi rendah yang merupakan penyebab lain seperti mabuk di perjalanan. Terkait
dengan suhu, baik panas yang berlebihan maupun dingin yang berlebihan dapat menghasilkan
penurunan kinerja dan masalah kesehatan. Konteks yang baik untuk memahami efeknya dapat
dihargai dengan representasi zona nyaman, yang mendefinisikan suatu wilayah dalam ruang suhu
dan kelembaban dan merupakan salah satu di mana sebagian besar pekerjaan tampaknya paling
produktif.
Efek stres dingin agak berbeda dari panas. Paparan dingin dalam jangka panjang dapat
menyebabkan radang dingin, hipotermia, dan akan membahayakan kesehatan. Umumnya, efek
dingin pada pemrosesan informasi (berefek tidak langsung) dan tidak terdeksi langsung selain
melalui gangguan ketidaknyamanan dan berusaha agar tetap hangat. Seperti yang dialami oleh

ISYE6093 - Human-Integrated System


pendaki gunung umumnya. Aspek kinerja yang paling kritis dari stres dingin adalah efek
langsung terkait dengan gangguan kinerja motorik yang terkoordinasi yang dikoordinasikan oleh
tangan dan jari. Gangguan ini merupakan hasil dari efek dingin dan angin secara bersamaan.
Upaya perbaikan untuk menghadapi stres dingin diantaranya dengan memakai pakaian yang
sesuai untuk mengurung panas tubuh. Pakaian seperti itu sangat bervariasi dalam keefektifannya
dan tentu saja ada banyak keadaan di mana nilai perlindungan dari beberapa pakaian, seperti
memakai sarung tangan dan pakaian lainnya.
Sedangkan kualitas udara yang buruk sering merupakan konsekuensi dari ventilasi yang
buruk di ruang kerja tertutup seperti tambang atau tangki kapal tetapi juga semakin meningkat di
lingkungan yang tercemar oleh kabut asap atau karbon monoksida. Termasuk di sini adalah efek
nyata dari anoxia, kekurangan oksigen sering mengalami di ketinggian tinggi. Setiap penurunan
kualitas udara ini dapat memiliki pengaruh negatif yang relatif nyata pada kinerja persepsi,
motorik, dan kognitif
Lebih buruk lagi, beberapa penyebab anoxia seperti karbon monoksida kadang-kadang
dapat muncul secara diam-diam sehingga operator yang terpengaruh tidak menyadari bahaya
yang ditimbulkan oleh penurunan kualitas udara. Efek interaksi dingin dan anoksia pada
ketinggian tinggi terbukti ketika fisiologi manusia dalam upaya mempertahankan aliran oksigen
yang cukup menuju otak dan jantung yang pada dasarnya menutup pengiriman darah ke ujung
jari tangan dan kaki.

PSYCHOLOGICAL STRESSORS
Beberapa faktor membuat pemahaman tentang stresor psikologis lebih menantang dan
sulit dibandingkan dengan stresor lingkungan. Pertama, sulit untuk memastikan bagi setiap
individu apa yang mungkin merupakan ancaman. Seperti contoh, para Pendaki yang sudah ahli
dapat menganggap keadaan diatas daerah ketinggian sebagai "tantangan yang menarik,"
sedangkan pemula dapat menganggap kombinasi identik curam batu dan eksposur sebagai
bahaya nyata, hanya karena perbedaan tingkat keterampilan yang dimiliki oleh dua pendaki
untuk menghadapi masalah. Kedua, seperti dicatat oleh Lazarus dan Folkman (1984), jumlah
stres untuk keadaan tertentu sangat terkait dengan pemahaman atau penilaian kognitif seseorang
terhadap situasi tersebut.

ISYE6093 - Human-Integrated System


Ada beberapa kemungkinan alasan untuk adanya perbedaan dalam penilaian kognitif.
Seseorang mungkin gagal memahami keadaan risiko. Sebagai contoh, para pendaki mungkin
hanya begitu berkonsentrasi untuk berkonsentrasi pada batu sehingga dia gagal memperhatikan
cuaca yang memburuk, dan tidak akan merasa stres sampai dia melakukannya. Seseorang
mungkin gagal memahami risikonya. Di sini pendaki mungkin melihat awan mendekat tetapi
tidak menghargai implikasinya terhadap aktivitas listrik dan batuan basah.
Seseorang mungkin relatif lebih percaya diri atau bahkan terlalu percaya diri dalam
kemampuannya menghadapi bahaya. Akhirnya, jika orang menilai bahwa mereka lebih
mengendalikan situasi, mereka cenderung mengalami stres daripada jika mereka merasa bahwa
agen lain memegang kendali (Bowers et al., 1996). Fakta-fakta ini bersama-sama menggagalkan
upaya untuk memperoleh nilai yang sulit untuk memprediksi jumlah stres untuk stresor
psikologis tersebut dalam keadaan tertentu, meskipun angka-angka tersebut memang dapat
diperoleh dari tindakan fisiologis yang berkorelasi seperti denyut jantung.

Terdapat banyak tantangan dalam melakukan penelitian di bidang stres psikologis. Untuk
alasan etis yang jelas, tidak selalu tepat untuk menempatkan peserta dalam penelitian psikologis
dalam situasi di mana mereka mungkin ditekankan oleh ancaman kerusakan fisik atau psikologis.
Meskipun yang pertama mungkin dijamin tidak akan pernah terjadi. Hal ini berarti bahwa
penelitian di bidang ini harus mendokumentasikan terlebih dahulu bahwa manfaat bagi
masyarakat dari pengetahuan yang diperoleh oleh penelitian lebih penting daripada risiko
psikologis potensial bagi peserta yang ditempatkan dalam keadaan yang penuh tekanan. Bukti
dan Dokumentasi ini seringkali cukup sulit untuk memberikan bahwa pengetahuan penelitian di
bidang stres psikologis berkembang sangat lambat. Namun demikian, hasil kolektif penelitian
laboratorium dan studi kasus dari analisis insiden dan kecelakaan telah mengungkapkan pola
umum efek yang dapat diprediksi terjadi di bawah tekanan psikologis.

B. Life stress and workload overload


Ada kategori besar lain dari stresor terkait dengan keadaan stres di pekerjaan dan dalam
kehidupan pribadi pekerja yang dapat menyebabkan gangguan dalam kinerja. Penyebab life
stress ini mungkin terkait dengan berbagai aspek. Pertama, kinerja yang lebih buruk oleh mereka
yang ditekankan oleh faktor-faktor terkait pekerjaan misalnya kondisi kerja yang buruk, upah

ISYE6093 - Human-Integrated System


yang tidak adil)dan kurangnya perhatian, sumber daya, atau upaya yang dimasukkan ke dalam
pekerjaan (misalnya Motivasi rendah). Sebaliknya, bahaya keamanan yang lebih besar dari
beberapa orang yang menderita tekanan hidup mungkin sangat terkait dengan gangguan atau
pengalihan perhatian seperti perhatian dialihkan dari tugas yang berhubungan dengan pekerjaan
yang menjadi sumber stres.
Stres lainnya dapat disebabkan oleh melakukan terlalu banyak pekerjaan dalam waktu
yang terlalu sedikit. Sebagi contoh pada tahun 1978, sebuah pesawat mendarat jauh dari landasan
pacu Bandara Pensacola di Teluk Escambia. Saat terbang di malam hari, kru penerbangan
rupanya lalai memantau ketinggian setelah harus melakukan pendekatan yang lebih cepat dari
biasanya. Sehingga menyebabkan waktu prelanding menjadi periode waktu yang lebih pendek
dari perkiraan. Beban kerja yang tinggi tampaknya menyebabkan pilot mengabaikan tugas utama
dalam upaya pemantauan ketinggian. Sehigga terjadi kecelakaan, Dalam memeriksa tabrakan
tragis yang diakibatkannya, Dewan Keselamatan Transportasi Nasional menyimpulkan bahwa, di
antara sebab-sebab lain, pengontrol telah kelebihan beban oleh sejumlah tanggung jawab dan
pesawat yang perlu dikelola pada waktu itu.

C. Fatigue and sleep disruption


Beban kerja mental yang tinggi dapat memiliki dua efek. Saat melakukan tugas
kemungkinan kinerja dapat menurun. Tetapi efek dari beban kerja mental yang tinggi dan
cenderung menumpuk, maka akan menyebabkan kelelahan (fatiue) yang dapat mempengaruhi
kinerja pada tugas-tugas berikutnya atau pada tugas yang sama setelah periode kinerja yang lama
tanpa istirahat. Kelelahan dapat didefinisikan sebagai keadaan transisi antara kewaspadaan dan
mengantuk. Selain itu kelelahan dapat terjadi saat keadaan otot dan sistem saraf pusat saat
aktivitas fisik atau pemrosesan mental yang cenderung berkepanjangan, tanpa adanya istirahat
yang cukup atau memadai yang mengarah pada kapasitas atau energi yang tidak lagi cukup untuk
mempertahankan tingkat aktivitas atau proses kerja yang dilakukan.
Kelelahan, sebagai pemicu stres tentunya akan dapat menurunkan kinerja dan
menciptakan masalah dalam mempertahankan fokus atau perhatian. Kelelahan mental dan fisik
menjadi hal yang relevan atau penting diperhatikan dalam penjadwalan istirahat atau siklus tugas
maksimum dalam tugas beban kerja tinggi. Sebagai contoh, Autoritas penerbangan umumnya
menetapkan batasan jumlah waktu penerbangan helikopter berdasarkan tingkat beban kerja yang

ISYE6093 - Human-Integrated System


dikenakan selama penerbangan. Untuk penerbangan malam, dianggap beban kerja yang lebih
tinggi dan karenanya tugas lebih pendek daripada penerbangan siang hari Selain itu untuk
penerbangan kategori terbang rendah ke tanah, beban kerjanya lebih tinggi daripada di
ketinggian yang lebih tinggi.
Sedangkan sleep disruption atau Gangguan tidur adalah salah satu penyebab utama
kelelahan. Gangguan tidur dipengaruhi tiga faktor diantaranya:
(1) Kurang tidur, (kurang dari 7 hingga 9 jam tidur per malam rata-rata orang dewasa;
(2) Kinerja pada titik rendah dari ritme sirkadian pada jam-jam awal pagi;
(3) Gangguan ritme sirkadian dari jet lag atau shift kerja.

D. Safety and accident prevention


Tujuan utama dari human factor (faktor manusia) adalah untuk meningkatkan kesehatan
dan keselamatan manusia di berbagai lingkungan seperti saat berkerja, di rumah, sistem
transportasi, dan sebagainya. Kesehatan dan keselamatan saling terkait tetapi dapat dibedakan
setidaknya dalam dua cara. Pertama, secara umum keselamatan seseorang menyangkut dirinya
sendiri dengan situasi penyebab cedera. Sedangkan kesehatan berkaitan dengan situasi penyebab
penyakitnya. Selain itu, keselamatan berfokus pada kecelakaan akibat kondisi atau peristiwa
akut, mendadak atau parah. Sementara itu, kesehatan berfokus pada kondisi yang kurang intens
tetapi lebih lama, seperti desain keyboard data-entry yang buruk. Hal ini juga berkaitan dengan
bahaya di tempat kerja yang dapat menyebabkan masalah kesehatan, masalah keselamatan, atau
keduanya (seperti kebisingan).

Tabel 1. Penyebab Paling Umum Kematian dan Cedera di Tempat Kerja

ISYE6093 - Human-Integrated System


Seiring perkembangannya, keselamatan di tempat kerja sangat dipengaruhi oleh undang-
undang selama 100 tahun terakhir. Secara umum diakui bahwa sekitar tahun 1800-an, para
pekerja melakukan tugasnya di bawah kondisi yang tidak aman dan tidak sehat. Filosofi bisnis
yang diterapkan umumnya adalah laissez-faire, yang berarti membiarkan segala sesuatu terjadi
dan membiarkan hukum alam beroperasi tanpa batasan.
Meskipun secara teknis, di bawah hukum umum, para pengusaha diharapkan
menyediakan tempat yang aman untuk bekerja dan alat-alat yang aman untuk bekerja, Namun
pada kenyataannya, kecelakaan kerja menjadi hal yang tak terhindarkan. Ketika kecelakaan
terjadi, satu-satunya cara bagi karyawan untuk mendapatkan kompensasi adalah untuk
membuktikan kelalaian manajemen, yang didefinisikan sebagai kegagalan untuk melakukan
perawatan dengan jumlah yang wajar, atau untuk melaksanakan tugas hukum sehingga cedera
atau kerusakan properti dapat terjadi. Selain itu, masalahnya adalah bahwa jumlah perawatan
yang logis tidak ditentukan. Sehingga perusahaan berpendapat bahwa kondisi berbahaya itu
adalah hal yang normal.
Terkait dengan kecelakaan kerja, pada mulanya berbagai negara telah menetapkan
undang-undang terkait kompensasi pekerja. Undang-undang awal ini didasarkan pada konsep
memberikan kompensasi kepada pekerja untuk cedera di tempat kerja tanpa memandang siapa
yang bersalah. Secara keseluruhan, tujuan kompensasi pekerja termasuk hal berikut:
1. Memberikan penghasilan yang pasti, cepat, dan masuk akal serta tunjangan kesehatan
kepada korban kecelakaan kerja atau tunjangan penghasilan bagi tanggungan mereka,
terlepas dari kesalahan apa pun.
2. Pemberian obat untuk mengurangi penundaan pengadilan, biaya, dan beban kerja
yang timbul dari litigasi cedera pribadi.
3. Menghilangkan pembayaran biaya untuk pengacara dan saksi serta persidangan dan
banding yang memakan waktu.
4. Mendorong minat pemberi kerja secara maksimal terkait keselamatan dan rehabilitasi
melalui mekanisme peringkat pengalaman.
5. Mempromosikan studi penyebab kecelakaan.

ISYE6093 - Human-Integrated System


Pada tahun 1960-an, mulai dirasakan bahwa undang-undang yang disahkan negara masih
tidak memadai. Masih banyak industri yang memiliki standar keselamatan dan kesehatan yang
buruk, dan tingkat cedera dan kematian masih terlalu tinggi. Akibatnya, pada tahun 1970,
pemerintah federal bertindak untuk memaksakan standar keselamatan tertentu pada industri
dengan menandatangani Undang-Undang Keselamatan dan Kesehatan Kerja. Undang-undang ini
membentuk lembaga administratif, Administrasi Keselamatan dan Kesehatan Kerja (OSHA).
OSHA mengimplementasikan program keselamatan, menetapkan dan mencabut standar
kesehatan dan keselamatan, melakukan inspeksi, menyelidiki masalah, memantau penyakit dan
cedera, mengeluarkan investigasi, menilai hukuman, mengajukan petisi kepada pengadilan untuk
mengambil tindakan yang tepat terhadap pengusaha yang tidak aman, memberikan pelatihan
keselamatan, memberikan konsultasi pencegahan cedera, dan memelihara database statistik
kesehatan dan keselamatan.
OSHA menerbitkan standar untuk industri umum dan juga untuk industri tertentu seperti
konstruksi, pertanian, dan maritim. Pengusaha harus mematuhi peraturan OSHA melalui
kegiatan seperti mematuhi standar untuk menghindari terjadinya cedera, menyimpan catatan
cedera dan kematian terkait pekerjaan, menyimpan catatan paparan karyawan terhadap bahan
beracun atau bahaya lain, dan menjaga agar karyawan mendapat informasi tentang masalah
keselamatan dan kesehatan.
Berbagai teori dan model telah diusulkan untuk menjelaskan dan memprediksi
kecelakaan. Sebagian besar hanya mempertimbangkan beberapa faktor yang berkontribusi
terhadap kecelakaan misalnya lingkungan sosial. Mungkin model yang paling komprehensif,
pendekatan sistem juga merupakan salah satu yang kompatibel dengan pendekatan faktor
manusia. Pendekatan sistem mengasumsikan bahwa kecelakaan terjadi karena interaksi antara
komponen sistem.
Berdasarkan kondisi di lapangan, terdapat beberapa faktor yang terlibat erat atau secara
langsung dalam kinerja karyawan. oleh karena itu, faktor ini merupakan faktor penyebab
langsung dalam keselamatan. Diantara Faktor-faktor tersebut termasuk karakteristik berikut:
a. Karyawan yang melakukan tugas,
b. Tugas itu sendiri, dan
c. Peralatan apa pun yang secara langsung atau tidak langsung digunakan dalam
tugas tersebut.

ISYE6093 - Human-Integrated System


Faktor-faktor lain juga secara signifikan memengaruhi keselamatan. Hal ini dapat
dikategorikan sebagai faktor sosial atau psikologis dan faktor lingkungan. Gambar 2
menunjukkan satu pandangan khusus tentang pendekatan sistem yang diusulkan oleh Slappendel
et al.

Gambar 2. Model faktor penyebab cedera atau kecelakaan kerja.

ISYE6093 - Human-Integrated System


KESIMPULAN

Stres dapat berasal dari berbagai sumber dan menunjukkan berbagai gejala. Perhatian
yang mendasari human factor adalah risiko potensial terhadap kesehatan dan penurunan kinerja
pada tugas-tugas yang mungkin dapat difaktorkan dengan baik oleh manusia. Kemungkina
penyebab yang mendasarinya adalah overarousal dan overload atau underarousal dan underload
stress pada manusia. Masalah kelebihan beban kerja selalu dihadapi pekerja di masyarakat.

Namun, dua tren muncul untuk membuat masalah underload menjadi salah satu
kekhawatiran yang berkembang. Pertama, dorongan berkelanjutan untuk produktivitas di semua
domain tampaknya meningkatkan frekuensi operasi sepanjang waktu, sehingga mengundang
kekhawatiran tentang kerja malam dan gangguan tidur. Kedua, peningkatan kemampuan
otomatisasi kini menempatkan manusia lebih sering dalam peran monitor secara pasif , serta
menghidari tugas yang tidak menyenangkan yang cenderung paling rentan terhadap kondisi
kelelahan. Sehingga satu-satunya tanggung jawab manusia yang lain adalah membuat keputusan
kreatif secara tiba-tiba sebagai tanggapan terhadap keadaan langka namun kritis ketika otomasi
gagal dan fokus juga pada tugas yang rentan menyebabkan gangguan tidur.

Selain itu, perilaku safety adalah tujuan penting dan kompleks dari faktor manusia. Hal
ini bergantung pada pengidentifikasian dan analisis bahaya, identifikasi kekurangan desain (baik
komponen yang tidak hidup dan faktor manusia) yang dapat menyebabkan bahaya tersebut. Serta
mengusulkan dan mengimplementasikan) berbagai perbaikan yang akan mengurangi bahaya dan
kecelakaan. Sementara cara yang paling pasti adalah untuk menghilangkan bahaya itu sendiri,
adalah hal yang tidak selalu mungkin, mengingat bahaya yang manusia tak terhindarkan
terekspos dalam tugas dan lingkungan tertentu.

Dengan demikian, remediasi yang paling kompleks dan menantang adalah mengatasi
pilihan manusia untuk terlibat dalam perilaku yang aman dan yang tidak aman. Pengetahuan
psikolog tentang hal ini dan proses pilihan lain masih jauh dari matang, tetapi kontribusi
pengetahuan tersebut dapat membuat faktor keselamatan manusia berpotensi cukup besar

ISYE6093 - Human-Integrated System


DAFTAR PUSTAKA

Wickens, C. D., Lee, J. D., Liu, Y., & Gordon-Becker, S. E. (2014). An Introduction to Human
Factors Engineering. ISBN 13: 978-1-292-02231-4.

Mark R. Lehto and Steven J. Landry. (2013). Introduction to Human Factors and Ergonomics for
Engineers, Second Edition. CRC Press. ISBN 13: 978-1-4665-8416-7.

https://bit.ly/2NUAvjK

https://bit.ly/2qqT8D9

ISYE6093 - Human-Integrated System

Anda mungkin juga menyukai