Anda di halaman 1dari 9

Indonesian Journal of Legal and Forensic Sciences 2020; 10 (2) : 62 – 70 e-ISSN 2657-0815, p-ISSN 1979-1763

http://ojs.unud.ac.id/index.php/ijlfs Asosiasi Ilmu Forensik Indonesia

TUGAS POKOK DAN FUNGSI (TUPOKSI) APOTEKER DI PUSKESMAS


DALAM PELAYANAN OBAT MENURUT PERATURAN
PERUNDANG-UNDANGAN

Putu Andika Dhananjaya1, Wiwin Mey Tjiang1,


Ni Nyoman Adhi Satvika Devi1, Ni Putu Ayu Inten Artania1, Ni Made Widi Astuti1
1
Program Studi Profesi Apoteker, Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam,
Universitas Udayana
Email: satvika.devi@student.unud.ac.id

ABSTRAK
Puskesmas adalah sebuah fasilitas layanan kesehatan yang bertujuan untuk meningkatkan
kesehatan masyarakat dimana didalamnya terkait dengan peran apoteker untuk memberikan pelayanan
kefarmasian dengan baik. Pelayanan Kefarmasian merupakan pelayanan langsung yang bertanggung
jawab terkait dengan sediaan farmasi agar dapat mencapai peningkatan kualitas dalam kehidupan pasien.
Tugas pokok dan fungsi apoteker di puskesmas mencakup pelayanan kefarmasian mengenai pelayanan
obat dan telah diatur dalam peraturan perundang-undangan. Pada pelaksanaannya belum sepenuhnya
dijalankan dengan baik karena belum dianggap sebagai prioritas. Berbagai kasus penggunaan obat yang
kurang sesuai bermunculan. Untuk itu perlu dilakukan kajian mengenai tupoksi apoteker di puskesmas
berdasarkan peraturan perundang-undangan. Metode penulisan artikel ini berdasarkan studi pustaka
melalui peraturan dan regulasi yang sah kemudian dikaitkan dengan kasus yang terjadi di masyarakat.
Berbagai undang-undang dibuat pemerintah guna mengatur mengenai tanggung jawab seorang apoteker
dalam menjalankan tugas dan fungsinya dalam hal-hal yang berkaitan dengan pelayanan kefarmasian
seperti pelayanan obat sehingga diharapkan mampu meminimalisir kasus terkait obat yang terjadi di
masyarakat. Tugas dan fungsi apoteker yang diatur dalam undang-undang mencakup pelayanan resep,
konseling, dispensing, PTO, MESO, dan PIO.
Kata kunci: Apoteker, Puskesmas, Peraturan perundang-undangan, Tugas Pokok, Fungsi.

ABSTRACT
Puskesmas is a health service facility that aims to improve public health, which is related to the
role of pharmacists in providing good pharmaceutical services. Pharmaceutical services are direct
services that are responsible for pharmaceutical preparations in order to achieve quality improvement in
patient life. The main duties and functions of pharmacists in health centers include pharmaceutical
services regarding drug services and have been regulated in laws and regulations. In practice, it is not
yet fully implemented because it is not considered a priority. Various cases of inappropriate drug use
have emerged. For this reason, it is necessary to carry out a study on the functions of pharmacists in
health centers based on statutory regulations. The method of writing this article is based on literature
study through legal rules and regulations which are then linked to cases that occur in society. Various
laws have been made by the government to regulate the responsibilities of a pharmacist in carrying out
their duties and functions in matters related to pharmaceutical services such as drug services so that they
are expected to be able to minimize drug-related cases that occur in the community. The duties and
functions of pharmacists which are regulated by law include prescription services, counseling,
dispensing, PTO, MESO, and PIO.
Keywords: Pharmacist, Puskesmas, Legislation, Main Duties, Functions

62
Putu Andika Dhananjaya, Wiwin Mey Tjiang,
Ni Nyoman Adhi Satvika Devi, Ni Putu Ayu Inten Artania, Ni Made Widi Astuti
Program Studi Profesi Apoteker, Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam,
Universitas Udayana
Indonesian Journal of Legal and Forensic Sciences 2020; 10 (2) : 62 – 70 e-ISSN 2657-0815, p-ISSN 1979-1763
http://ojs.unud.ac.id/index.php/ijlfs Asosiasi Ilmu Forensik Indonesia

PENDAHULUAN
Puskesmas adalah suatu fasilitas sediaan farmasi serta menerapkan
pelayanan kesehatan tingkat pertama standar pelayanan farmasi klinis [4].
dalam pelayanan kesehatan Pelayanan kefarmasian yang ada
masyarakat maupun perorangan di Puskesmas awalnya masih sangat
dimana mengutamakan aspek terbatas dan jarang, dikarenakan
preventif serta promotif, demi kualitas pelayanan kefarmasian merupakan
kesehatan sebaik-baiknya disuatu minoritas yang masih belum dianggap
wilayah [1]. Tenaga kesehatan penting. Namun, berbagai kasus
merupakan sarana penunjang bermunculan di Puskesmas mengenai
keberhasilan dari tujuan kesalahan pemberian obat, kesalahan
penyelenggaraan kesehatan di informasi obat, penjualan obat
Puskesmas. Salah satu tenaga narkotika dan psikotropika, dan lain
kesehatan yang menunjang sebagainya. Hal inilah yang akhirnya
tercapainya kesehatan di Puskesmas menjadi pertimbangan keluarnya
yaitu pelayanan kefarmasian yang Undang-Undang yang mengatur
baik dan bermutu. pelayanan kefarmasian di Puskesmas
Pelayanan kefarmasian atau dan mewajibkan setidaknya terdapat
pharmaceutical care merupakan satu apoteker di Puskesmas untuk
pelayanan yang secara langsung dan mendukung regulasi pelayanan
bertanggung jawab terhadap profesi kesehatan khususnya pelayanan
apoteker dalam peningkatan kualitas kefarmasian di Puskesmas.
hidup pasien [2]. Sehingga tenaga Penelitian ini memiliki tujuan
farmasi berkewajiban untuk untuk mengkaji lebih dalam mengenai
meningkatkan kompetensi baik berupa tupoksi dari apoteker sebagai tenaga
pengetahuan, perilaku dan juga kefarmasian dalam upaya untuk
keterampilan agar siap berinteraksi mendukung kinerja Puskesmas untuk
langsung dengan pasien. Pelayanan menyelenggarakan pelayanan
kefarmasian umumnya meliputi kesehatan kepada masyarakat beserta
pelayanan resep, Monitoring Efek mekanismenya yang telah diatur
Samping Obat (MESO), konseling, dalam peraturan perundangan.
dispensing, Pemantauan Terapi Obat
(PTO), dan Pelayanan Informasi Obat METODE PENELITIAN
(PIO) [3]. Apoteker merupakan Metode
sebuah profesi yang diambil oleh Penelitian yang dilakukan yaitu
sarjana farmasi yang telah lulus dalam non-eksperimental dengan studi
pendidikan profesi Apotekernya serta pustaka dan bersifat deskriptif, dengan
telah mengucapkan sumpah jabatan tujuan mendeskripsikan secara
akan profesi yang dijalani. Standar sistematik, faktual, dan akurat
dari pelayanan kefarmasian di mengenai regulasi sah yang tekait
Puskesmas mencakup standar dari dengan tugas dan fungsi (tupoksi)
pengelolaan bahan medis habis beserta apoteker dalam pelayanan obat di
63
Putu Andika Dhananjaya, Wiwin Mey Tjiang,
Ni Nyoman Adhi Satvika Devi, Ni Putu Ayu Inten Artania, Ni Made Widi Astuti
Program Studi Profesi Apoteker, Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam,
Universitas Udayana
Indonesian Journal of Legal and Forensic Sciences 2020; 10 (2) : 62 – 70 e-ISSN 2657-0815, p-ISSN 1979-1763
http://ojs.unud.ac.id/index.php/ijlfs Asosiasi Ilmu Forensik Indonesia

puskesmas. Pelayanan obat yang tugas yang dapat dilakukan apoteker


dimaksud yaitu pelayanan resep, yaitu pelayanan resep, konseling,
konseling, dispensing, PTO, MESO, dispensing, PTO, MESO, dan PIO.
dan PIO. Hal ini dikarenakan apoteker yang
mempunyai kompetensi untuk
HASIL dan PEMBAHASAN mengelola obat dari obat terdistribusi
Apoteker mempunyai tugas untuk ke Puskesmas sampai diberikan
menjamin barang atau jasa sampai kepada pasien.
kepada pasien dengan memperhatikan Tenaga kefarmasian memiliki
aturan perundang-undangan. Selain peranan penting dalam membangun
itu, Apoteker memiliki tugas yang dan mengembangkan bidang
penting dalam pelayanan obat yang kesehatan dengan tanggung jawab
mencakup pelayanan resep, konseling, yang secara langsung dalam
dispensing, PTO, MESO, dan PIO. memberikan pelayanan kefarmasian.
Seorang Apoteker haruslah memiliki Menurut PP No. 51 Tahun 2009
surat izin yaitu SIPA agar dapat tentang Pekerjaan Kefarmasian,
menjalankan tanggung jawabnya atau Pelayanan Kefarmasian merupakan
tugas pokok dan fungsinya (tupoksi) di sebuah pelayanan langsung yang
Puskesmas. bertanggung jawab kepada pasien
Tugas pokok dan fungsi apoteker untuk meningkatkan kehidupan pasien
dalam aspek pelayanan obat telah berkaitan dengan sediaan farmasi [3].
dibahas dan disinggung dalam Pada undang-undang ini Apoteker
beberapa undang-undang yang telah dalam tupoksinya yakni melaksanakan
disahkan oleh pemerintah. Salah satu pekerjaan kefarmasian dalam
aturan tersebut yaitu UU No. 32 Tahun pelayanan sediaan farmasi juga
2004 yang membahas terkait otonomi dilakukan di Puskesmas. Regulasi-
daerah. Peraturan perundang- regulasi ini menjelaskan bahwa
undangan ini mengatur mengenai seorang apoteker bertanggung jawab
pemberian ijin untuk sarana kesehatan penuh terhadap kualitas obat yang
di suatu daerah salah satunya yaitu akan digunakan oleh masyarakat dan
puskesmas yang menyediakan fasilitas cara penggunaan obat itu sendiri agar
kesehatan, ketersediaan obat serta dapat menghindari kasus kesalahan
perbelakan farmasi. Pada undang- penggunaan obat dimasyarakat.
undang ini dijelaskan mengenai Penempatan apoteker di
penyediaan dan pengelolaan obat, alat puskesmas dianggap belum menjadi
kesehatan, maupun vaksin baik itu prioritas yang memiliki peranan
bagi manusia maupun hewan. penting untuk mengurangi angka
Regulasi ini bertujuan untuk menjaga kematian ibu dan/atau angka kematian
dan memastikan agar penyelenggaraan bayi [6]. Pengawasan dan monitoring
kesehatan dapat berjalan dengan baik terhadap obat menjadi tidak terawasi
[5]. Pada undang-undang ini, tupoksi dengan baik akibat tidak adanya
apoteker sangatlah penting mengingat apoteker di puskesmas. Kasus-kasus
64
Putu Andika Dhananjaya, Wiwin Mey Tjiang,
Ni Nyoman Adhi Satvika Devi, Ni Putu Ayu Inten Artania, Ni Made Widi Astuti
Program Studi Profesi Apoteker, Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam,
Universitas Udayana
Indonesian Journal of Legal and Forensic Sciences 2020; 10 (2) : 62 – 70 e-ISSN 2657-0815, p-ISSN 1979-1763
http://ojs.unud.ac.id/index.php/ijlfs Asosiasi Ilmu Forensik Indonesia

berkaitan dengan keracunan bahkan pasien. Salah satu kasus terjadi ditahun
kematian dilaporkan akibat pemberian 2019 yang diberitakan dalam surat
obat kadaluwarsa. Hal tersebut kabar Jawa Pos bahwa terdapat resep
menandakan bahwa perencanaan obat palsu guna dapat membeli obat keras
di puskesmas tidaklah berjalan dengan yang dibuat oleh oknum-oknum tidak
optimal. Selain itu juga, kasus lain bertanggung jawab [11]. Kasus yang
yang terjadi adalah pasien tidak sama diberitakan kembali oleh BPOM
mendapatkan komunikasi, informasi, pada 15 Mei 2020 dalam surat kabar
dan edukasi (KIE) mengenai obat yang Galamedianews.com mengenai
dikonsumsinya [7]. Undang Undang peredaran dan pembelian obat keras
No. 36 Tahun 2009 dalam Pasal 8 tanpa resep dokter. Obat-obatan ini
menunjukkan setiap orang memiliki banyak dijual bebas dan dapat
hak dalam memeroleh informasi dan ditemukan di toko online [12]. Jelas
pengetahuan mengenai segala bahwa hal ini tidak sesuai dengan
tindakan dan segala bentuk peraturan perundang-undangan yang
pengobatan yang telah diberikan berlaku, dimana obat-obatan ini secara
maupun yang akan diterimanya [8]. tegas diberikan oleh apoteker atas
Hal ini sejalan dengan hak yang adanya resep dari dokter. Tugas dan
dimiliki oleh konsumen atas fungsi sebagai seorang apoteker secara
keselamatan, keamanan, dan tegas dan jelas untuk meninjau
kenyamanan dalam mengonsumsi kembali resep yang dibawa oleh
barang (obat) sebagaimana diatur pasien untuk mengurangi kecurangan
dalam Undang-Undang No. 8 Tahun pembelian obat keras tanpa resep
1999 terkait perlindungan konsumen dokter. Pelayanan informasi mengenai
[9]. obat sangat penting agar kasus
Menurut Pasal 16 pada PP No. 72 pembelian obat terlarang dan obat
tahun 1998 yang membahas mengenai keras dapat dikurangi, karena adanya
pengamanan sediaan farmasi dan alat kesadaran masyarakat tentang
kesehatan menyebutkan bahwa pentingnya menjaga kesehatan diri
sediaan farmasi diserahkan untuk sendiri dan orang lain. Hal ini dengan
dapat dipergunakan dalam bidang sangat jelas tercantum pada PP No. 72
pelayanan kesehatan atau untuk tahun 1998 pada pasal 26 mengenai
digunakan dalam ilmu pengetahuan penandaan serta informasi terkait
[10]. Penyerahan sediaan-sediaan dengan sediaan farmasi dilakukan
farmasi dilakukan berdasarkan resep sebagai bentuk perlindungan kepada
dokter atau tanpa resep dokter. Peran masyarakat dalam hal penerimaan
apoteker dalam penyerahan resep informasi yang tidak lengkap dan tidak
kepada pasien di puskesmas dilakukan subjektif serta menyesatkan [10].
berdasarkan peraturan tersebut, UU No. 35 tahun 2009 terkait
hendaknya seorang apoteker narkotika dalam pasal 4, narkotika
memeriksa kembali resep obat diserahkan atau diberikan untuk
sebelum memberikan obat kepada kepentingan dalam melakukan
65
Putu Andika Dhananjaya, Wiwin Mey Tjiang,
Ni Nyoman Adhi Satvika Devi, Ni Putu Ayu Inten Artania, Ni Made Widi Astuti
Program Studi Profesi Apoteker, Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam,
Universitas Udayana
Indonesian Journal of Legal and Forensic Sciences 2020; 10 (2) : 62 – 70 e-ISSN 2657-0815, p-ISSN 1979-1763
http://ojs.unud.ac.id/index.php/ijlfs Asosiasi Ilmu Forensik Indonesia

pelayanan kesehatan dan/atau untuk incaran para oknum-oknum yang tidak


mengembangkan ilmu pengetahuan bertanggung jawab untuk dijual secara
serta teknologi. Penyaluran narkotika bebas. Hal ini dilaporkan pada 6 Mei
telah diatur dalam pasal 39 yang 2020 dalam surat kabar kompas.com,
menyatakan bahwa narkotika hanya dimana obat-obat ini biasa
boleh didistribusikan oleh pedagang disalahgunakan oleh masyarakat untuk
besar farmasi atau biasa disebut PBF, mendapatkan ketenangan dan
industri farmasi, dan sarana kepuasan [17]. Selain dari pada itu,
penyimpanan sediaan farmasi milik pada 24 Maret 2020 dalam surat kabar
pemerintah sesuai ketentuan yang detik finance kembali diberitakan
berlaku [13]. Selain narkotika, obat mengenai maraknya penjualan obat
psikotropika juga tidak boleh beredar klorokuin yang diklaim mampu
di masyarakat secara bebas. Hal menyebuhkan pasien yang tekena
tersebut sudah dimuat dalam UU No. virus Covid-19. Namun pihak kimia
5 tahun 1997 berkaitan dengan farma dengan tegas menekankan
psikotropika. Pasal 12 berisi mengenai bahwa pihaknya tidak ada menjual
penyaluran psikotropika yang hanya obat tersebut seperti yang beredar di
boleh dilaksanakan oleh pedagang toko online [18]. Meskipun kasus ini
besar farmasi atau disingkat dengan melibatkan apotek, namun tidak
PBF, pabrik obat, serta sarana menutup kemungkinan agar apoteker
penyimpanan sediaan farmasi milik yang berada di Puskesmas agar dengan
pemerintah [14]. Banyak terjadi kasus cepat dan tanggap dalam memberikan
peredaran narkotika, psikotropika, dan informasi mengenai obat-obat yang
obat keras yang dijual secara bebas beredar dipasaran secara online.
dimasyarakat tanpa sepengetahuan Informasi yang dapat diberikan berupa
apoteker maupun tanpa adanya resep efek samping, kebenaran klaim khasiat
dokter. Kasus yang sering terjadi yaitu obat dan penggunaan dari obat itu
penjualan bebas obat Amoxicilin yang sendiri yang seharusnya menggunakan
telah diberitakan dalam beberapa surat resep dari dokter. Jika hal ini masih
kabar, salah satunya diberitakan pada terus terjadi di masyarakat, maka tidak
19 Juni 2019 dalam surat kabar menutup kemungkinan akan adanya
Pasundanekspres.co [15]. Pada ketergantungan dan terjadinya
tanggal 20 Februari 2020 diberitakan resistensi obat khususnya antibiotik.
dalam surat kabar Detik Health Adanya peran apoteker dalam hal ini
mengenai rawannya penyalahgunaan sangat penting untuk meninjau
obat, khsusnya obat keras yang dijual kembali mengenai pentingnya
secara bebas di beberapa toko online pengelolaan dan pemberian informasi
tanpa adanya pengawasan dari apotek terkait obat yang beredar di
dan resep dari dokter [16]. Obat- masyarakat secara online maupun
obatan seperti tramadol, dalam pembelian secara illegal.
rhexiphenydyl, hexymer, dan obat- Pemberian informasi dapat berupa
obat keras daftar G juga menjadi penjelasan dan pemahaman mengenai
66
Putu Andika Dhananjaya, Wiwin Mey Tjiang,
Ni Nyoman Adhi Satvika Devi, Ni Putu Ayu Inten Artania, Ni Made Widi Astuti
Program Studi Profesi Apoteker, Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam,
Universitas Udayana
Indonesian Journal of Legal and Forensic Sciences 2020; 10 (2) : 62 – 70 e-ISSN 2657-0815, p-ISSN 1979-1763
http://ojs.unud.ac.id/index.php/ijlfs Asosiasi Ilmu Forensik Indonesia

efek samping yang ditimbulkan dari khususnya puskesmas menjadikan


penggunaan obat-obat keras, narkotika dasar dibentuknya Permenkes No. 74
serta obat golongan psikotropika. Oleh Tahun 2016. Peraturan menteri
sebab itu, erat kaitannya dengan tugas kesehatan ini menunjukkan peran
pokok dan fungsi apoteker dalam penting yang dimiliki oleh apoteker
melakukan pengecekan dan sehingga diharapkan mampu
peninjauan kembali resep yang meminimalisir kasus-kasus yang
diberikan. terjadi terutama dalam hal pelayanan
Berdasarkan PMK No. 3 Tahun obat. Bab III Permenkes No. 74 Tahun
2015, berkaitan dengan obat-obatan 2016 menjelaskan terkait pelaksanaan
narkotika dan/atau psikotropika pelayanan farmasi klinis dimana
beserta prekursor farmasi yang merupakan salah satu tanggung jawab
merupakan golongan obat keras di pelayanan kefarmasian secara
puskesmas kemudian hanya boleh langsung terhadap pasien yang
diserahkan ke pasien sesuai dengan berkaitan dengan penggunaan obat
resep dokter [19]. Peran apoteker serta bahan medis habis pakai yang
dalam melaksanakan kewajiban atau memiliki maksud dan tujuan agar
tugas pokok dan fungsinya dalam hal tercapainya peningkatan standar mutu
ini tentu sangat mempengaruhi dalam kehidupan seorang ataupun
kepatuhan masyarakat terhadap segolongan pasien. Permenkes No. 74
penggunaan golongan-golongan Tahun 2016 ini menyebutkan tugas
tersebut sehingga kasus dan tanggung jawab apoteker
penyalahgunaan juga dapat ditekan. berkaitan dengan meningkatkan
Pelaksanaan SOP yang sesuai oleh kualitas atau mutu hidup pasien mulai
apoteker dapat menjamin kesehatan, dari pengkajian resep, pelayanan
keamanan, dan kenyamanan dari resep, PIO, MESO, dispensing,
pasien yang akan terus meningkat. Hal konseling, PTO serta evaluasi
ini yang kemudian yang akan penggunaan obat. Dengan demikian,
membantu pasien untuk patuh dan diterbitkannya permenkes ini
peduli terhadap penggunaan obat dan diharapkan mampu memperbaiki serta
kesehatannya. Sehingga angka kasus mengurangi angka kasus terkait
yang terjadi di masyarakat seperti obat perencanaan obat di puskesmas [4].
kadaluwarsa dapat ditekan. Apoteker Tugas dan fungsi apoteker selaku
yang dalam menjalankan peranannya pemberi pelayanan kepada masyarakat
tidak sesuai dengan peraturan harus mampu memberikan konseling
perundangan akan diberikan sanksi dan memberikan informasi terkait efek
tegas. Sanksi yang diberikan sesuai samping obat, bahaya obat, dan
dengan ketentuan atau regulasi yang kesadaran masyarakat untuk tidak
tercantum dalam peraturan perundang- membeli obat terlarang maupun
undangan. prekursornya agar mengurangi
Tinjauan peran Apoteker terjadinya kasus kematian dan
berkaitan dengan pelayanan kesehatan
67
Putu Andika Dhananjaya, Wiwin Mey Tjiang,
Ni Nyoman Adhi Satvika Devi, Ni Putu Ayu Inten Artania, Ni Made Widi Astuti
Program Studi Profesi Apoteker, Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam,
Universitas Udayana
Indonesian Journal of Legal and Forensic Sciences 2020; 10 (2) : 62 – 70 e-ISSN 2657-0815, p-ISSN 1979-1763
http://ojs.unud.ac.id/index.php/ijlfs Asosiasi Ilmu Forensik Indonesia

kecelakaan akibat kesalahan racikan, pelayanan informasi obat,


penggunaan obat. hingga konseling [21].
Sekarang ini, telah disediakan
jaminan perlindungan kesehatan yang KESIMPULAN
diberikan kepada masyarakat untuk Adanya berbagai kasus yang
memperoleh manfaat dalam hal terjadi di masyarakat bersumber pada
kesehatan dan perlindungan agar dapat pelayanan di Puskesmas terlebih
memenuhi kebutuhan dasar dalam dalam hal pelayanan obat menjadikan
kesehatan yang diberikan kepada apoteker adalah elemen yang penting
setiap orang yang iuranya dibayarkan untuk ada di Puskesmas. Keberadaan
oleh pemerintah. Pelayanan kesehatan apoteker dalam hal ini menjalankan
yang diselenggarakan oleh pemerintah tugas pokok dan fungsinya dalam hal
kepada peserta penerima JKN terdiri pharmaceutical care termasuk di
atas fasilitas kesehatan tingkat dalamnya mencakup hal penting yakni
pertama serta fasilitas kesehatan pelayanan kefarmasian. Apoteker
rujukan tingkat lanjutan. Salah satu memiliki tanggung jawab atas segala
fasilitas kesehatan tingkat pertama bentuk yang berkaitan dengan
yang menyediakan fasilitas JKN ialah pelayanan kefarmasian sehingga
puskesmas [20]. Maka dari itu diharapkan mampu meminimalisir
apoteker, sebagai salah satu tenaga kasus terkait obat yang terjadi di
kesehatan di puskesmas juga harus masyarakat.
berperan dalam pelaksanaan program Pentingnya peranan serta tugas
JKN. Peranan apoteker dalam dan fungsi (tupoksi) seorang Apoteker
menjamin terlaksananya JKN secara di Puskemas mengenai pengelolaan
baik yaitu dengan menjamin obat dan pelayanan pemberian
ketersediaan obat dan alat kesehatan, informasi terkait obat yang beredar di
pemerataan, keterjangkauan obat, masyarakat baik itu secara online
menjamin khasiat, mutu, dan maupun secara illegal akan dapat
keamanan obat yang beredar serta mengurangi kasus penyalahgunaan
memberikan perlindungan kepada obat dan pemalsuan resep.
masyarakat dari penggunaan yang
keliru atau tidak sesuai dan UCAPAN TERIMA KASIH
penyalahgunaan obat. Selain itu juga, Terima kasih kami sampaikan
apoteker berperan penting dalam terhadap pihak-pihak yang telah
pelayanan obat dalam memberikan mendukung dan membantu yaitu
konseling obat kepada pasien sehingga program studi profesi apoteker.
penggunaan obat yang baik dan benar
dapat terlaksana secara maksimal. DAFTAR PUSTAKA
Serta Apoteker bertanggung jawab [1] Permenkes RI. 2014. Peraturan
untuk menjalankan SOP yang ada Menteri Kesehatan Republik
seperti pelayanan obat meliputi Indonesia Nomor 75 Tahun
skrining resep, penyiapan resep 2014 tentang Pusat Kesehatan
68
Putu Andika Dhananjaya, Wiwin Mey Tjiang,
Ni Nyoman Adhi Satvika Devi, Ni Putu Ayu Inten Artania, Ni Made Widi Astuti
Program Studi Profesi Apoteker, Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam,
Universitas Udayana
Indonesian Journal of Legal and Forensic Sciences 2020; 10 (2) : 62 – 70 e-ISSN 2657-0815, p-ISSN 1979-1763
http://ojs.unud.ac.id/index.php/ijlfs Asosiasi Ilmu Forensik Indonesia

Masyarakat. Jakarta: Meteri Kesehatan. Jakarta: Departemen


Kesehatan Republik Indonesia. Kesehatan Republik Indonesia.
[2] Hartini, SY. 2009. Relevansi [9] Depkes RI. 1999. Undang-Undang
Peraturan dalam Mendukung Republik Indonesia No. 8 Tahun
Praktek Profesi Apoteker di 1999 tentang Perlindungan
Apotek. Majalah Ilmu Konsumen. Jakarta: Departemen
Kefarmasian, VI (2):97-106. Kesehatan Republik Indonesia.
[3] PP RI. 2009. PP RI. 2009. [10] PP RI. 1998. Peraturan
Peraturan Pemerintah Republik Pemerintah Nomor 72 tahun 1998
Indonesia Nomor 51 Tahun 2009 tentang Pengamanan Sediaan
tentang Pekerjaan Kefarmasian. Farmasi Dan Alat Kesehatan.
Jakarta: Presiden Republik Jakarta: Menteri Kesehatan
Indonesia. Republik Indonesia.
[4] Permenkes RI. 2016. Peraturan [11] Perdana. 2019. Awas Resep Palsu
Menteri Kesehatan Republik untuk Beli Obat Keras. Diakses
Indonesia Republik Indonesia pada 04 Oktober 2020 pukul 11.32
Nomor 74 Tahun 2016 tentang WITA,
Standar Pelayanan Kefarmasian https://radarsolo.jawapos.com/rea
di Puskesmas. Jakarta: Menteri d/2019/09/06/154470/awas-resep-
Kesehatan Republik Indonesia. palsu-untuk-beli-obat-keras.
[5] Depkes RI. 2004. Undang Undang [12] Galamedianews. 2020. BPOM:
No. 32 Tahun 2004 tentang Masih Banyak Toko Daring
Otonomi Daerah. Jakarta: Menjual Obat Keras Tanpa Resep
Departemen Kesehatan Republik Dokter. Diakses pada 05 Oktober
Indonesia. 2020 pukul 10.22 WITA,
[6] Supardi, S., A. L. Susyanti, https://galamedia.pikiran-
Raharni, dan M J. Herman. 2012. rakyat.com/news/pr-
Kebijakan Penempatan Apoteker 35562368/bpom-masih-banyak-
Di Puskesmas. Buletin Penelitian toko-daring-menjual-obat-keras-
Sistem Kesehatan. 15(2):133-142. tanpa-resep-dokter.
[7] Triana, M., C. Suryawati dan A. [13] Depkes RI. 2009. Undang Undang
Sriyatmi. 2014. Evaluasi No. 35 Tahun 2009 tentang
Perencanaan Obat Pelayanan Narkotika. Jakarta: Departemen
Kesehatan Dasar (PKD) di Kesehatan Republik Indonesia.
Gudang Farmasi Kabupaten [14] Depkes RI. 1997. Undang Undang
Gunung Mas Provinsi Kalimantan No. 5 Tahun 1997 tentang
Tengah. Jurnal Manajemen Psikotropika. Jakarta: Departemen
Kesehatan Indonesia, 02(01):44- Kesehatan Republik Indonesia.
51. [15] Redaksi. 2019. Farmasi Dilema:
[8] Depkes RI. 2009. Undang Undang Obat Keras Dijual Secara Bebas.
No. 36 Tahun 2009 tentang Diakses pada 04 Oktober 2020
pukul 11.25 WITA,
69
Putu Andika Dhananjaya, Wiwin Mey Tjiang,
Ni Nyoman Adhi Satvika Devi, Ni Putu Ayu Inten Artania, Ni Made Widi Astuti
Program Studi Profesi Apoteker, Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam,
Universitas Udayana
Indonesian Journal of Legal and Forensic Sciences 2020; 10 (2) : 62 – 70 e-ISSN 2657-0815, p-ISSN 1979-1763
http://ojs.unud.ac.id/index.php/ijlfs Asosiasi Ilmu Forensik Indonesia

https://www.pasundanekspres.co/ Kesehatan. Jakarta: Presiden


opini/farmasi-dilema-obat-keras- Republik Republik Indonesia.
dijual-secara-bebas/. [21] Depkes RI. 2006. Pedoman
[16] Detik Health. 2020. Farmasi Pelayanan Kefarmasian di
Dilema: Obat Keras Dijual Secara Puskesmas. Jakarta: Departemen
Bebas. Diakses pada 5 Oktober Kesehatan Republik Indonesia.
2020 pukul 12.02 WITA,
https://health.detik.com/berita-
detikhealth/d-4906498/rawan-
penyalahgunaan-obat-obat-keras-
masih-banyak-dijual-bebas.
[17] Kompas. 2020. Polisi Selidiki
Peredaran Obat Psikotropika
yang Dijual Bebas di E-
Commerce. Diakses pada 04
Oktober 2020 pukul 11.29 WITA,
https://megapolitan.kompas.com/r
ead/2020/05/10/14520341/polisi-
selidiki-peredaran-obat-
psikotropika-yang-dijual-bebas-
di-e?page=all.
[18] Detik finance. 2020. 'Obat'
Corona Chloroquine Tak Dijual di
Apotek Kimia Farma. Diakses
pada 05 Oktober 2020 pukul 12.33
WITA,
https://finance.detik.com/berita-
ekonomi-bisnis/d-4951002/obat-
corona-chloroquine-tak-dijual-di-
apotek-kimia-farma.
[19] Permenkes RI. 2015. Peraturan
Menteri Kesehatan Republik
Indonesia Nomor 3 Tahun 2015
tentang Obat-Obatan Narkotika
Dan/Atau Psikotropika Dan
Prekursor Farmasi Golongan
Obat Keras. Jakarta: Menteri
Kesehatan Republik Indonesia.
[20] PP RI. 2018. Peraturan Presiden
Republik Indonesia Nomor 82
Tahun 2018 tentang Jaminan

70
Putu Andika Dhananjaya, Wiwin Mey Tjiang,
Ni Nyoman Adhi Satvika Devi, Ni Putu Ayu Inten Artania, Ni Made Widi Astuti
Program Studi Profesi Apoteker, Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam,
Universitas Udayana

Anda mungkin juga menyukai