TESIS
ADIL SETIAWAN
P3400213037
kepada
ADIL SETIAWAN
P3400213037
Komisi Penasehat
Ketua Anggota
Dr. Alimuddin, S.E., Ak., MM Dr. Darwis Said, S.E., Ak., M.SA.
NIP 195912081986011003 NIP 196608221994031009
ii
TESIS
ADIL SETIAWAN
Nomor Pokok P3400213037
Menyetujui
Komisi Penasehat
Dr. Alimuddin, S.E., Ak., MM. Dr. Darwis Said, S.E., Ak., M.SA.
Ketua Anggota
Dr. H. Abdul Hamid Habbe, S.E., M.Si. Prof. Dr. Abd. Rahman Kadir, SE.,M.Si
iii
PERNYATAAN KEASLIAN PENELITIAN
NIM : P3400213037
Adalah karya ilimiah saya sendiri dan sepanjang pengetahuan saya di dalam
naskah tesis ini tidak terdapat karya ilmiah yang pernah diajukan/diterbitkan
sebelumnya, kecuali yang secara tertulis dikutip dalam naskah ini dan disebutkan
dalam sumber kutipan dan pustaka.
Apabila dikemudian hari ternyata dalam naskah tesis ini dapat dibuktikan
terdapat unsur-unsur jiplakan, saya bersedia menerima sanksi atas perbuatan
tersebut dan diproses sesuai dengan peraturan perundangan-undangan yang
berlaku (UU No. 20 Tahun 2003, pasal 25 ayat 2 dan pasal 70).
ADIL SETIAWAN
iv
PRAKATA
Peneliti panjatkan puji syukur atas kehadirat Allah SWT, karena atas
rahmat dan hidayah-Nya, tesis ini dapat terselesaikan. Tesis ini disusun guna
memenuhi salah satu syarat dalam memperoleh derajat Starata Dua (S2) Pada
Pasca Sarjana Magister Akuntansi Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas
Hasanuddin.
Peneliti mengucapkan terima kasih banyak kepada semua pihak yang
telah membantu terselesaikannya tesis ini. Ucapan awal terima kasih peneliti
kepada Ayah dan Ibu, serta saudara-saudara peneliti yang selalu memberikan
iringan doa dan perhatiannya selama ini.
Pada kesempatan ini pula, peneliti mengucapkan terima kasih atas
bimbingannya kepada bapak Dr. Alimuddin, S.E., Ak., MM. dan bapak Dr. Darwis
Said, S.E., Ak., M.SA. selaku komisi panasihat. Disamping itu, terima kasih juga
kepada tim penguji diantaranya Dr. R. A. Damayanti, S.E., Ak., M.Soc., Sc., CA.,
Prof. Dr. Mediaty, S.E., Ak., M.Si., CA., dan Dr. Yohanis Rura, S.E., Ak., M.SA.,
CA. dan kepada ketua Prodi Maksi FEB., Bapak Dr. H. Hamid Habbe, S.E., M.Si.
yang telah memberikan saran-saran untuk penyempurnaan tesis ini.
Dukunagan teman kuliah, Nur Fadhila Amri, Zulkifli Abu, Abd. Gaffar,
Alfiah Dahlan, Nekstriani, Halim Usman, Hj. Sitti Fatmawati, Muh. Abdi Imam, Ria
Zulkha Ermayda, Muh. Afwan Ismayanto dan Sulfianty. rekan, Dr. Firman Menne,
S.E., M.Si., Ak., CA., Dr. Farida, S.E., M.Si., Ak., CA. dan Dr. Lukman Setiawan,
S.E., M.Si. civitas akademika Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas
Hasanuddin, Dewi Chairani, S.E., Burhanuddin, Neni, Udin, Jamal, Hatta, Evo,
Limbas, Suaib, H. Tarru, Aso, budi, Safar dan Sahari bulan, dan semua pihak
yang terlibat secara langsung membantu peneliti menyelesaikan tesis ini.
Dukungan, bimbingan dan kepeduliannya dalam proses penyelesaian studi ini.
Terima kasih, itulah kata yang bisa peneliti ucapkan semoga bisa Allah SWT.
melimpahkan keberkahan kepada semua yang telah membantu.
Akhir kata, tak ada gading yang tak retak begitu pula dengan tesis ini masih jauh
dari kesempurnaan. Kritik dan saran yang sifatnya membangun akan lebih
menyempurnakan tesis ini.
v
ABSTRAK
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui perilaku wajib orang pribadi pajak
dalam penggunaan Sistem Informasi perpajakan (e-filing).
Kata kunci: sistem informasi e-filing, perilaku, wajib pajak, SPT Tahunan.
vi
ABSTRACT
vii
DAFTAR ISI
Halaman
HALAMAN JUDUL ................................................................................. i
HALAMAN PERSETUJUAN .................................................................. ii
ABSTRAK .............................................................................................. iii
DAFTAR ISI ........................................................................................... iv
DAFTAR TABEL .................................................................................... vii
viii
BAB IV KETERBATASAN DAN KURANGNYA PEMAHAMAN MERUBAH
PERILAKU WAJIB PAJAK ATAS PENGGUNAAN e-Filing .... 59
4.1 Pengantar ............................................................................. 59
4.2 Menelisik Pengetahuan Informan dalam menggunakan e-Filing 60
4.2.1 Kurangnya Pemahaman : Enggan penggunaan e-Filing 64
4.2.2 Acuh Tak Acuh Karena Kesibukkan ............................ 66
4.2.3 Rendahnya Minat Wajib Pajak Dalam Penggunaaan
e-Filing ....................................................................... 69
1.2.4 Rasa Takut Yang Menghantui Penggunaan e-Filing ... 73
4.3 Pola Pikir Wajib Pajak Jadi Tantangan Sukseskan e-Filing .. 76
4.4 Ringkasan ............................................................................. 78
ix
DAFTAR TABEL
Halaman
Tabel 1. Perilaku Wajib Pajak Orang Pribadi ............................................... 75
x
1
BAB I
PENDAHULUAN
dan/atau dari hasil kekayaan alam yang ada di dalam negara tersebut. dimana
sekolah, dan lain-lain. Selain itu, pajak juga digunakan untuk pembiayaan dalam
rangka memberikan rasa aman bagi seluruh lapisan masyarakat, seperti subsidi
BBM.
teratas bahkan per 31 Oktober Tahun 2015 mencapai angka 59,41% atau
sekitar Rp 768,957 triliun, dari target penerimaan pajak yang ditetapkan sesuai
penghasilan negara yang dipungut dari warga Negara Indonesia yang diatur
1
2
basis pajak dapat semakin diperluas, sehingga potensi penerimaan pajak yang
sosial dan memberikan pelayanan prima kepada Wajib Pajak (WP). Pajak
data dan informasi mengenai subjek dan objek pajak yang ditangani untuk
tersebut dapat dilakukan dengan penggunaan sistem informasi yang baik. Dalam
kuantitas dan kualitas sistem perpajakan, melainkan meliputi seluruh aspek dari
sistem, dan prosedur kerja, yang diarahkan pada penerapan full automation
Mengacu pada hal tersebut di atas, tidak mengherankan apabila tahun ini
filing. Seruan Pemerintah ini hendaknya juga diikuti oleh karyawan BUMN/BUMD
dan juga seluruh tenaga kerja di berbagai sektor, baik profit maupun non-profit.
para petugas pajak mendatangi wajib pajak untuk menagih pajak bagi wajib
sistem pemungutan pajak yang lebih efektif, serta efisien dalam hal pemenuhan
membayar pajak.
(Danny, 2011).
setiap orang yang hidup dalam suatu negara pasti harus berurusan
2010:140). Salah satu masalah kepatuhan Wajib Pajak yang menjadi tolak ukur
4
kinerja Dirjen Pajak adalah kepatuhan dalam pelaporan SPT Tahunan, karena
SPT Tahunan adalah siklus awal dari pekerjaan DJP (Anandita, 2012).
kesadaran dan keinginan masyarakat untuk tertib sebagai Wajib Pajak. salah
dihubungkan dengan suatu jaringan kerja di kantor pusat yang terdiri dari empat
yang ada di dalam core system informasi. SIDJP bertujuan menyediakan sarana
pendukung terciptanya data wajib pajak yang akurat dengan adanya partisipasi
aktif tiap seksi dalam melakukan monitoring terhadap data wajib pajak. SIDJP
dapat menghasilkan output dan outcome yang lebih baik dan berkualitas, sesuai
Wajib Pajak dapat juga mengisi SPT dengan memanfaatkan media komputer
(SPT) dapat dilakukan di mana saja dan kapan saja baik di dalam maupun di luar
negeri, tidak tergantung pada jam kantor dan dapat pula dilakukan di hari libur
dan tanpa kehadiran Petugas Pajak. 3) Melaporkan SPT secara online melalui
yang salah satunya adalah ( e-Filing) (Ibrahim, 2009:35 dan Rahayu, 2010:131).
DJP melalui sebuah ASP (Application Service Provider atau Penyedia Jasa
Aplikasi) dengan memanfaatkan jalur internet secara online dan real time,
sehingga Wajib Pajak tidak perlu lagi melakukan pencetakan semua formulir
laporan dengan gaya pemborosan dan menunggu tanda terima secara manual
dengan negara lain (Iwan, 2013 15:48 WIB). Kurangnya minat masyarakat dalam
tidak praktis, masyarakat yang masih kesulitan serta belum mengerti dalam
relatif masih rendah, serta kapasitas (e-Filing) yang hanya menerima SPT
sekitar 2.000 lampiran per hari (Iwan, 2013; Muktia, 2013; Ahmad, 2014;
Selain itu, pemahaman terhadap hakikat dari minat perilaku ini akan memberikan
Disamping itu, Aplikasi dan layanan (e-Filing) belum diketahui secara luas
Filing) masih sangat rendah (Kismantoro Petrus, 2014 : 13:07 WIB). Sebagian
internet dipilih untuk menjawab tuntutan wajib pajak akan efektifitas dan efisiensi
dilakukan secara online dan realtime, sehingga memangkas waktu dan biaya
dapat dilakukan dengan mudah dan efisien karena telah tersedia formulir
elektronik di layanan pajak online yang siap memandu para pengguna layanan.
Selain itu, layanan pajak online dapat diakses kapan pun dan dimana pun,
sehingga penyampaian SPT melalui e-filing dapat dilakukan setiap saat selama
24 jam. Dan tentunya, dalam e-filing tidak diperlukan lagi dokumen fisik berupa
elektronik.
(e-Filing) dalam penyampaian atau pelaporan SPT tahunan. Menurut Titis (2011),
Tujuan perilaku ditentukan oleh sikap atas perilaku tersebut. Dalam hal ini yaitu
(e- Filing) apabila pada pribadi individu tersebut bersedia menerima sebuah
teknologi baru dimana teknologi tersebut mampu memiliki manfaat dan memudah
penggunanya dalam pelaporan pajaknya. Oleh karena itu dapat disimpulkan, jika
8
secara berkelanjutan.
informasi (e-Filing), merupakan hal yang sangat mendasar dan menjadi penentu
perilaku (Ajzen, 2005). Kalau kita melihat dari sudut pandang perilaku seseorang
dalam menentukan atau memilih apa yang diinginkan untuk mencapai suatu
kepuasan bagi dirinya, hal ini merupakan hal yang lumrah bagi setiap individu
tersebut akan memilih apa yang menjadi kesenangan bagi dirinya dan tentunya
pilihan atau sikapnya. Sama halnya perilaku wajib pajak dalam menentukan
sistem informasi tersebut dapat memberikan pelayanan yang baik atau tidak
karena hal tersebut menjadi penentu sikap seseorang (bagi wajib pajak) diterima
Tahunan.
penuh agar semua wajib pajak sudah menggunakan Sistem Informasi (e-Filing)
sendiri dalam pelaporan atau penyampaian SPT Tahunan tanpa harus datang
9
langsung ke KPP Pratama Makassar. Inilah yang menjadi Pekerjaan Rumah bagi
yang ada di Indonesia salah satunya kota Makassar, dimana kota Makassar
listrik yang memadai dll. Dengan hal tersebut maka permasalahan dalam
pelayanan secara teknologi modern dapat teratasi. Tidak seperti yang terjadi
dalam pelayanan teknologi modern yang ada di Kota Makassar, contoh, dari segi
dalam lingkungan Dirjen Pajak atau di KPP Pratama Makassar, Dimana tempat
penelitian yang saya lakukan terkait dengan judul yang saya angkat. salah satu
SPT Tahunan. Dengan Kondisi yang dirasakan oleh wajib pajak tidak semulus
SPT Tahunan. Tapi apalah daya, karena itu tadi, pelayanan internet tidak
memadai, sehingga ketika wajib pajak ingin melaporkan SPT Tahunan sering
terjadi hang atau error, belum lagi masalah-masalah lain yang dirasakan oleh
KPP Pratama Makassar ketika wajib pajak ingin melakukan regitrasi untuk
Fin, cukup dengan menggunakan KTP atau NPWP pada saat login, dengan
begitu wajib pajak tidak harus datang lagi ke KPP Pratama Makassar untuk
mendapatkan e-FIN dengan antrian yang panjang”. Inilah sebagian kecil alasan
kenapa wajib pajak masih harus datang langsung dan mengantri ke KPP
sehingga pandangan Dirjen Pajak tidak seindah pemandangan yang ingin dilihat
di KPP Pratama Makassar tanpa melihat wajib pajak masih melakukan antrian
bukanlah suatu pemandangan yang enak bagi Dirjen Pajak yang ada di KPP
Pratama Makassar.
lingkungan KPP Pratama Makassar, masih sekitar 47% Wajib Pajak (WP) yang
Makassar, 2016). Menurut Dirjen Pajak, angka atau persentase tersebut masih
sangat tinggi dan menjadi masalah besar bagi Dirjen Pajak, karena harapan
Dirjen Pajak semua wajib pajak sudah harus menggunakan e-Filing sendiri tanpa
harus datang lagi ke Kantor Pelayanan Pajak (KPP) mengantri untuk melaporkan
SPT Tahunan. mungkin mereka (wajib pajak) belum mengerti sehingga masih
pelaporan SPT secara online karena disebabkan jaringan internet yang masih
disebabkan sistem yang masih sering error. Hal ini tentu tidak sejalan dengan
tujuan yang ingin dicapai oleh Dirjen Pajak dari segi pemanfaatan teknologi
informasi dengan adanya SIDJP (e-Filing), dimana sistem informasi ini dirancang
efektif, begitupula mengurangi antrian dan menghemat waktu. Bagi Dirjen Pajak,
(e-Filing) dapat mengurangi kesalahan input data karena dilakukan sendiri oleh
pribadi dalam Penggunaan Sistem Informasi (e-Filing). Yang dimana Wajib Pajak
masih banyak yang datang langsung ke Kantor Pelayanan Pajak (KPP) untuk
responden sebanyak 800 Wajib Pajak pembayar pajak terbesar yang terdaftar di
8 Kantor Pelayanan Pajak (KPP) dalam lingkungan Kerja Kantor Wilayah Dirjen
Pajak Jawa Timur. Dari 8 KPP tersebut masing- masing ditentukan 100
menjadi 800 Wajib Pajak. Dimana salah satu dari hasil penelitian menunjukkan
dengan judul “Perilaku Waib Pajak Orang Pribadi Dalam Penggunaan Sistem
sebuah sistem informasi (e-Filing) dengan tujuan untuk mempermudah bagi wajib
menjadi masalah dalam penyampaian SPT Tahunan bagi wajib pajak sehingga
wajib pajak masih banyak yang memilih untuk datang langsung ke Kantor
ingin dijawab dalam penelitian ini adalah sebagai berikut : bagaimana perilaku
wajib pajak orang pribadi dalam penggunaan Sistem Informasi (e-Filing) saat
Dari permasalahan di atas, yang dimana wajib pajak masih banyak yang
perilaku wajib pajak orang pribadi dalam penggunaan Sistem Informasi (e-Filing).
Harapan peneliti dalam penelitian ini yaitu dapat memberikan manfaat bagi
semua kalangan dan memberikan beberapa kontribusi baik secara teori maupun
13
praktis. Kegunaan secara teoritis maupun praktis yang dapat diperoleh dari hasil
1. Hasil penelitian ini diharapkan mampu menggali lebih dalam teori-teori yang
sebagai pengembangan dari teori-teori yang sudah ada yang menjadi acuan
3. Dengan hasil penelitian ini diharapkan semua keluhan dari Wajib Pajak
BAB II
perilaku. Menurut Fisbein dan Ajzen (1975), Minat perilaku adalah suatu ukuran
dikatakan, minat perilaku penggunaan e-filing adalah ukuran kekuatan dari minat
perilaku tertentu.
terdekat dari suatu perilaku. Dipercaya bahwa semakin kuat intensi seseorang
melakukannya. Intensi adalah suatu fungsi dari beliefs dan atau informasi yang
akan mangarahkan pada suatu hasil yang spesifik. Intensi bisa berubah karena
waktu. Semakin lama jarak antara intensi dan perilaku, semakin besar
berperilaku. Mereka berteori bahwa intensi adalah suatu fungsi dari dua
14
15
penentu utama, yaitu a) sikap terhadap perilaku dan b) norma subjektif dari
perilaku.
dan bahwa perilaku-perilaku tersebut berada pada suatu titik dalam suatu
adanya sumber daya atau ketrampilan. Teori ini membuat model prilaku
seseorang sebagai suatu fungsi dari tujuan prilaku. Tujuan prilaku di tentukan
oleh sikap atas prilaku tersebut (Sarana, 2000). Dengan demikian dapat di
konteks penggunaa TI, sehingga alasan seseorang dalam melihat manfaat dan
yang bisa dikatakan terpopuler di kalangan direktorat Jenderal Pajak (DJP) saat
ini, maka DJP mengharapkan agar semua Wajib Pajak sudah menggunakan (e-
Peran program e-Filing dapat dilihat dari seberapa efektif e-Filing dapat
dalam melaporkan atau menyampaikan SPT Tahunan (Sri, 2011 : 49). Faktor
persepsi risiko rendah dan pengambilan resiko. Faktor pertama adalah faktor
perbedaan individu, wajib pajak yang berusia lanjut atau orang tua cenderung
enggan melakukan e-Filing, mereka lebih suka melaporkan SPT secara manual
atau datang langsung ke kantor pajak, hal ini disebabkan oleh kurangnya
pengetahuan mereka tentang IT. Selain faktor umur, faktor geografis Wilayah
Sistem Informasi e-Filing, salah satu faktor yang dapat mempengaruhi adalah
17
sendiri. Teori ini menyediakan suatu kerangka untuk mempelajari sikap terhadap
tempat kerja.
yang masih kurang paham dalam penggunaan sistem informasi tersebut, maka
informasi (e-Filing) bagi wajib pajak secara merata. Seperti penelitian yang
penelitian kali ini akan menguak permaslahan yang terjadi dalam penggunaan
sistem informasi (e-Filing) bagi wajib pajak, nah salah satu maslah yang dihadapi
oleh wajib pajak dalam penggunaan sistem informasi (e-Filing) dalam pelaporan
tersebut, maka penelitian kali ini, peneliti akan mencoba menerapkan teori TPB
dalam mengatasi salah satu masalah yang dirasakan oleh wajib pajak yaitu
dirasakan oleh wajib pajak dalam penggunaan sistem informasi (e-Filing), yang
peneliti akan kuak dalam penelitian kali ini, namun peneliti hanya memberikan
salah satu konstruk penerapan TPB dalam pelatihan atau sosialisasi untuk
mengatasi masalah bagi wajib pajak yang belum memahami sepenuhnya dalam
dan Bank Dunia. penelitian ini juga menjelaskan dampak positif dari perbaikan
sistem pajak dan rekomendasi yang berkaitan, tidak hanya untuk sistem
orang pribadi dan bisnis, administrasi pajak dapat menjadi sumber yang baik di
mana lembaga pemerintah lainnya dapat mengandalkan untuk data yang akurat
pendaftaran dan informasi terkait yang pada gilirannya, dapat sangat berguna
atau elektronik.
Filing yaitu walaupun aplikasi e-Filing bertujuan untuk memudahkan Wajib Pajak
langsung ke KPP Pratama Makassar. Wajib Pajak merasa takut ketika mereka
dicapai (Dewi, 2009). Dewi pun mengungkapkan bahwa tujuan utama dari
pelaporan e-Filing adalah memangkas biaya dan waktu Wajib Pajak untuk
terlebih dahulu jumlah pajak yang terhutang melalui surat pemberitahuan pajak
Surat pemberitahuan ini berisi informasi perpajakan yang benar dan akurat
mengenai besarnya jumlah pajak yang harus dibayarkan oleh wajib pajak
tidak, Wajib Pajak yang beranggapan bahwa e-Filing itu mudah digunakan
cenderung lebih murah dibanding secara manual dan dengan proses yang
kinerja penerimaan pajak di Jawa Timur dengan responden sebanyak 800 Wajib
(KPP) dalam lingkungan Kerja Kantor Wilayah Dirjen Pajak Jawa Timur. Dari 8
KPP tersebut masing- masing ditentukan 100 pembayar pajak terbesar yang
diurut berdasarkan ranking, sehingga jumlahnya menjadi 800 Wajib Pajak. Hasil
penelitian menunjukkan, kesadaran wajib pajak yang diukur dari persepsi wajib
Pelayanan perpajakan yang diukur dari ketentuan perpajakan, kualitas SDM dan
penerimaan pajak. Kepatuhan Wajib Pajak yang diukur dari pemeriksaan pajak,
filing terus mengalami kemajuan. Menurut Iwan Djuniardi pada tahun 2004, wajib
pajak hanya dapat mengakses sistem e-filing melalui perusahaan penyedia jasa
2012 wajib pajak telah dapat mengakses sistem e-filing melalui website resmi
dalam pengisian dan penyampaian SPT karena wajib pajak dapat lebih praktis
22
filing dapat diunduh melalui aplikasi android yaitu Play Store dengan kata kunci
menyediakan tutorial penggunaan e- filing untuk SPT 1770 S dan SPT 1770 SS.
dengan demikian mengurangi pekerja data yang terkait. Teknologi informasi juga
Reasoned Action (TRA). Dalam TRA dijelaskan bahwa niat seseorang terhadap
23
perilaku dibentuk oleh dua faktor utama yaitu attitude toward the behavior dan
ditambahkan satu faktor lagi yaitu perceived behavioral control (Ajzen, 1991).
TPB ini menggunakan tiga konstruk sebagai anteseden dari intensi, yaitu
sikap kita terhadap perilaku tersebut, norma subjektif, dan perasaan kita
Behavioral Beliefs atau sikap terhadap perilaku ini ditentukan oleh keyakinan
yang diperoleh mengenai konsekuensi dari suatu perilaku atau disebut juga
juga lingkungannya. Bagaimana cara mengetahui belief ini? Nah ternyata dalam
24
teorinya TPB ini, Ajzen cerita bahwa belief dapat diungkap dengan cara
manfaat atau kerugian yang mungkin diperoleh apabila kita melakukan atau tidak
melakukan perilaku itu. Keyakinan ini dapat memperkuat sikap terhadap perilaku
itu apabila berdasarkan evaluasi, diperoleh data bahwa perilaku itu dapat
keyakinan tentang harapan normatif orang lain dan motivasi untuk memenuhi
perilaku merupakan fungsi dari keyakinan terhadap perilaku yang akan dilakukan
(behavioral belief) maka norma subjektif adalah fungsi dari keyakinan seseorang
dengannya dan (3) control beliefs, yaitu keyakinan tentang keberadaan hal-hal
beliefs) dan persepsinya tentang seberapa kuat hal-hal yang mendukung dan
atau disebut saja kontrol perilaku adalah perasaan seseorang mengenai mudah
seseorang yang relatif stabil dalam segala situasi. Persepsi kontrol perilaku dapat
berubah tergantung situasi dan jenis perilaku yang akan dilakukan. Pusat kendali
sesuatu tergantung pada usahanya sendiri (Rotter‟s, 1966). Jika keyakinan ini
perilaku adalah self efficacy atau efikasi diri yang dikemukakan Bandura (dalam
Ajzen, 2005). Efikasi diri adalah keyakinan individu untuk berhasil menguasai
persepsi kontrol perilaku yang dikemukakan oleh Ajzen ini banyak sekali
dipengaruhi oleh riset yang dilakukan oleh Bandura mengenai efikasi diri.
yang mendukung atau menghambat perilaku yang akan diprediksi dan besarnya
peran sumber daya tersebut (power of control factor) dalam mewujudkan perilaku
Individu yang mempunyai persepsi kontrol tinggi akan terus terdorong dan
yang ada, kesulitan yang dihadapinya dapat diatasi. Misalnya jika ada dua orang
mencoba dan berlatih, individu yang mempunyai kontrol perilaku tinggi tahu
tahu mengenai beberapa hal yang perlu dipersiapkan, kepada siapa ia meminta
bantuan apabila mengalami kesulitan sehingga individu ini akan terus berusaha
lebih keras. Itulah sebabnya Ajzen (2005) mengemukakan bahwa kontrol perilaku
26
ini bersama dengan intensi erat hubungannya dengan dilakukan atau tidak
Bangkalan belum berjalan secara baik, meski pada fungsi membayar sudah
melapor bukan karena kesadaran tapi karena adanya denda. Dari fungsi fiskus,
baik, ini dibuktikan dengan informasi tentang penyuluhan yang tidak merata.
Selain itu fungsi pengawasan yang dilakukan oleh fiskus sulit diukur dari
persepsi WP. Untuk fungsi pelayanan, ternyata mereka sering datang ke KPP
Sikap atau attitude berasal dari Bahasa Latin, yaitu aptus yang berarti
sesuai atau cocok dan siap untuk bertindak atau berbuat sesuatu Ismail & Zain,
(2008). Menurut Ajzen (2005), sikap adalah evaluasi individu secara positif atau
negatif terhadap benda, orang, institusi, kejadian, perilaku atau minat tertentu.
Menurut Gagne dan Briggs dalam Ajzen, (2002), sikap merupakan suatu
kognitif, afektif, dan tingkah laku yang dipelajari untuk berespon secara positif
maupun negatif terhadap objek, situasi, institusi, konsep atau seseorang. Sikap
merupakan faktor personal yang mengandung evaluasi positif atau dalam tingkah
27
laku yang menghindari, melawan, atau menghalagi objek Eagly & Chaiken,
(1993).
Berdasarkan teori ini, sikap individu terhadap suatu perilaku diperoleh dari
atribut lainnya seperti biaya atau kerugian yang terjadi saat melakukan suatu
perilaku. Dengan kata lain, seseorang yang yakin bahwa sebuah tingkah laku
dapat menghasilkan outcome yang positif, maka individu tersebut akan memiliki
bahwa menampilkan perilaku tertentu akan mengarahkan pada hasil yang positif
mengarahkan pada hasil yang negatif, maka ia akan memiliki sikap unfavorable
teknologi akan meningkatkan kinerja dan produktivitas mereka. Studi dari Lee
pengguna saat menggunakan suatu teknologi dalam hal ini e-filing maka
pengguna yang memiliki sikap negatif. oleh Erwin (2009) dalam penelitiannya
dari hasil penelitian adalah Endang Novi Hastuty dan Siti Ismijati Jenie (2006)
28
(Survei Atas Wajib Pajak Badan Pada KPP Pratama Bandung “X”). Hasil
Alabede, Ariffin, dan Idris (2011) dalam penelitiannya yang berjudul “The
kondisi finansial terbukti memiliki efek moderasi. Tingkat kepatuhan wajib pajak
tersebut menunjukan bahwa biaya terbesar yang harus dikeluarkan oleh wajib
pajak perorangan adalah biaya waktu untuk menyimpan data-data atau dokumen
perpajakan. Apabila mengacu pada biaya moneter, maka biaya terbesar yang
harus dikeluarkan wajib pajak adalah biaya untuk menyewa konsultan pajak.
indikator dari sikap terhadap penggunaan (attitude toward using) terdiri dari:
1. Metode atau ide yang baik adalah penilaian wajib pajak bahwa
2. Disukai adalah penilaian bahwa menggunakan e-filing disukai oleh wajib pajak
Undang No. 6/1983 tentang “Ketentuan Umum dan Tata Cara Perpajakan”.
Wajib Pajak adalah orang pribadi atau badan, meliputi pembayar pajak,
pemotong pajak, dan pemungut pajak, yang mempunyai hak dan kewajiban
perpajakan.
perseroan lainnya, badan usaha milik negara atau badan usaha milik
daerah dengan nama dan dalam bentuk apa pun, firma, kongsi, koperasi,
badan lainnya termasuk kontrak investasi kolektif dan bentuk usaha tetap.
wajib mendaftarkan diri pada kantor Direktorat Jenderal Pajak yang wilayah
kerjanya meliputi tempat tinggal atau tempat kedudukan wajib pajak dan
Nomor Pokok Wajib Pajak (NPWP) adalah nomor yang diberikan kepada
dipergunakan sebagai tanda pengenal diri atau identitas wajib pajak dalam
sebagai tanda pengenal diri atau identitas wajib pajak. Oleh karena itu, setiap
dan/atau bukan objek pajak, dan/atau harta dan kewajiban sesuai dengan
dua, yang pertama SPT Masa dan SPT Tahunan. SPT Masa yaitu surat
pajak bulanan. Ada beberapa jenis pelaporan SPT Masa yaitu PPh pasal 21,
PPh pasal 22, PPh pasal 23, PPh pasal 25, PPh pasal 26, PPh pasal 4 (2), PPh
pasal 15, PPN dan PPnBM. Sementara SPT Tahunan yaitu Surat
yang diteliti adalah pelaporan SPT Masa yang dilakukan oleh Wajib Pajak
Badan.
32
2.3.2 (e-filing)
Tahunan oleh Orang Pribadi maupun Badan ke Direktorat Jenderal Pajak yang
dilakukan secara online dan realtime melalui Penyedia Jasa Aplikasi atau
Application Service Provider (ASP). Online berarti bahwa wajib pajak dapat
melaporkan pajak melalui internet dimana saja dan kapan saja, sedangkan kata
dapat diperoleh saat itu juga apabila data-data Surat Pemberitahuan (SPT) yang
diisi dengan lengkap dan benar telah sampai dikirim secara elektronik.
penerimaan pajak yang disampaikan antara satu pejabat dengan pejabat lain
Secara garis besar (e-filing) juga sangat menguntungkan Wajib Pajak antara lain
cenderung lebih murah dibanding secara manual dan dengan proses yang lebih
bisa lebih akurat, efektif dan efisien. Serta dengan adanya data silang
penerimaan pajak.
beberapa hal yang perlu diketahui mengenai alat kelengkapan (e-filing) yaitu
meliputi :
sebagai mediator, melainkan hanya ASP yang telah memenuhi syarat dan
berikut:
a. Berbentuk badan
(ASP) yang telah ditunjuk oleh DJP, namun baru 8 ASP yang sudah aktif melalui
a. http://www.tax-tel.com
b. http://pajakmandiri.com
34
c. http://mitrapajak.com
d. http://www.spt.co.id
e. http://www.pajakku.com
f. http://laporpajak.com
g. http://setorpajak.com
h. http://www.ic-rekayasa.co.id/espt/default.html
yang diberikan oleh Kantor Pelayanan Pajak tempat Wajib Pajak terdaftar
Filing.
data SPT dalam bentuk encryption (pengacakan) yaitu hanya bisa dibaca
oleh sistem tertentu (dalam hal ini sistem penerimaan SPT ASP dan DJP)
kerahasiaannya.
4. e-SPT adalah data SPT Wajib Pajak dalam bentuk elektronik yang dibuat
Keterangan Terdaftar yang asli. Dan dalam hal Pengusaha Kena Pajak
b) Pendaftaran
informasi lainnya
Surat Pemberitahuan (SPT) dapat diisi secara offline oleh Wajib Pajak
Kemudian Wajib Pajak berhak menerima tanda bukti elektronik yang diberikan
oleh DJP melalui Kantor Pelayanan Pajak meliputi nama, Nomor Pokok
Wajib Pajak (NPWP), tanggal transaksi, jam transaksi, Nomor Tanda Terima
Perusahaan Penyedia Aplikasi (ASP) yang tertera pada hasil cetakan SPT Induk
prima kepada wajib pajak menjadi semakin nyata. Kedua, petugas pajak atau
memberikan penjelasan terhadap wajib pajak dengan ramah agar wajib pajak
yang bisa dilakukan dimana saja, Penyampaian SPT melalui drop box yang
dapat dilakukan dimana saja, tidak harus di KPP tempat wajib pajak terdaftar,
disediakan sistem pelaporan melalui e-SPT dan e-Filling. NPWP yang dapat
dilakukan secara online melalui e-Register dari website pajak. Keempat, KPP
Seperti penelitian yang dilakukan Wiyono (2008) terhadap para wajib pajak yang
suatu nilai yang rela dikontribusikan oleh seseorang (yang ditetapkan dengan
wajib pajak, penegakan hukum perpajakan, dan tarif pajak. (Devano dan
Rahayu 2006).
masyarakat melalui pendidikan perpajakan baik formal maupun non formal akan
Karakteristik wajib pajak yang dicerminkan oleh kondisi budaya, sosial, dan
ekonomi akan dominan membentuk perilaku wajib pajak yang tergambar dalam
wajib pajak tentang kewajiban membayar pajak sebagai wujud kegotong royongan
self assessment system sudah dijalankan. Namun dalam prakteknya sulit berjalan
sesuai dengan yang diharapkan atau bahkan disalahgunakan. Hal ini dapat dilihat
dari banyaknya wajib pajak yang dengan sengaja tidak patuh, kesadaran wajib
pajak yang masih rendah atau kombinasi keduanya, sehingga membuat wajib
dan kesadaran wajib pajak ini bisa terlihat dari sangat kecilnya jumlah mereka
yang memiliki Nomor Pokok Wajib Pajak (NPWP) dan mereka yang
kepada pelanggan dan tetap dalam batas memenuhi standar pelayanan yang
transparan. Dalam kondisi wajib pajak merasa puas atas pelayanan yang
maka pelayanan perpajakan atas hak dan kewajiban mereka dapat dilaksanakan
secara efektif dan efisien. Dengan demikian sistem informasi perpajakan dan
semakin baik.
disampaikan oleh wajib pajak orang pribadi paling lambat 31 Maret dan Badan
Usaha paling lambat 30 April. Sejak awal tahun, petugas pajak mulai disibukkan
SPT. Kegiatan yang dilakukan antara lain himbauan agar wajib pajak segera
Wakil Presiden Jusuf Kalla telah menyampaikan SPT pada akhir Februari lalu
40
penerimaan pajak. Terlebih, pada tahun 2015 Dirjen Pajak menanggung target
juta penduduk yang harus memiliki Nomor Pokok Wajib Pajak (NPWP), baru
sekitar 20 juta yang terdaftar memiliki NPWP. Dari jumlah tersebut, baru 10 juta
saja yang melaporkan SPT. Hal ini berarti lebih dari setengah wajib pajak tidak
Untuk itu, Dirjen Pajak melakukan berbagai cara antara lain dengan
penyampaian SPT dalam bentuk digital ke KPP secara elektronik atau dengan
memenuhi kewajibannya.
tahun 2014, pelapor SPT melalui e- filing mencapai 1,7 juta orang pada 2014
dan sebanyak 500 ribu pada awal Maret 2015. Dengan fitur kemudahannya,
2015. Keuntungan dari penggunaan e-filing bagi Wajib Pajak antara lain
mengurangi antrian dan menghemat waktu. Bagi Dirjen Pajak, e-filing dapat
mengurangi kesalahan input data karena dilakukan sendiri oleh Wajib Pajak,
mengurangi volume proses penerimaan SPT dan mengurangi berkas fisik dan
dokumen perpajakan. Inovasi baru yang dilakukan Dirjen Pajak pada 2015
android e-filing dari Play Store. Aplikasi tersebut tersedia untuk pengisian dan
pelaporan SPT Tahunan PPh Wajib Pajak Orang Pribadi Sangat Sederhana
(Formulir 1770 SS), yang diperuntukkan untuk Wajib Pajak yang mempunyai
bulan Januari sampai dengan Maret (untuk orang pribadi) dan April (untuk
Badan Usaha).
masyarakat untuk mengisi SPT dan edukasi bagaimana mengisi SPT dengan
42
benar. Selain itu, kebijakan Dirjen Pajak yang meniadakan sanksi administratif
bagi wajib pajak yang melakukan pembetulan SPT tahun pajak sebelumnya
Wajib Pajak tidak akan dikenai sanksi administratif, pesan lain yang
menyebabkan Wajib Pajak terkena sanksi baik berupa denda sampai pidana.
Bagi Wajib Pajak Orang Pribadi akan dikenakan sanksi administrasi sebesar
Tata Cara Perpajakan (KUP), untuk Wajib Pajak yang baru pertama alpa atau
melakukan keterlambatan penyampaian SPT lebih dari sekali, Wajib Pajak bisa
dikenakan sanksi pidana dan denda. Hal ini merujuk Pasal 38 UU KUP,
apabila wajib pajak alpa atau lalai tidak menyampaikan SPT, atau
menyampaikan SPT tetapi dengan isi tidak benar, dan merupakan laporan
setelah kali pertama atau untuk kali kedua dan seterusnya, maka Wajib
Pajak akan dikenakan sanksi pidana denda paling sedikit satu kali dan paling
banyak dua kali jumlah pajak terutang, atau pidana kurungan paling singkat
BAB III
METODE PENELITIAN
dan mengungkap inti dari pengalaman melalui penggabungan antara fakta dan
dengan penelitian ini, karena penelitian ini berusaha memahami inti dari
pengalaman informan yang dimana melihat dari sisi wajib pajak dalam pengalaman
menggunakan Sistem Informasi e-Filing yang selama ini mereka hadapi dan
dimaksudkan untuk mencari pola atau hukum universal (universal law/) dalam
43
44
memahami fenomena sosial dengan cara mendalami latar ilmiah yang ada
.
Trasedental Phenomenologi yang diluncurkan oleh Edmund Huserl
tentang fenomenologi pada konsep “Aku”/”I”. jika ada yang mengatakan bahwa
manusia dengan manusia yang lain karena pengalaman setiap “Aku” akan
karena itu “Aku” disini bukan pengalaman, namun yang mengalami; “Aku”
pemaknaan atas suatu hal tertentu. Mengupas “Aku” ini adalah tugas
fenomenolog, yang tentu akan sangat melelahkan. Oleh Karen itu, jika anda
memilih fenomenologi, tidak mungkin anda mengambil lebih dari 10 inform an.
(the zero point) (Husserl, 2006 : 6), akhirnya mengarah pada bagaimana “Aku”
dalam tubuh”ku” (lived body) yang mengambil ruang dan tempat tertentu
2. Kesengajaan (Intentionality)
noesis. Noema dan noesis memiliki prinsip yang berbeda. Noema adalah
sisi objektif dari fenomena yang dapat kita lihat, dengar, rasa, pikir, dan
cium, sedangkan noesis adalah sisi subjektif dari fenomena yang menjadi
yang menjadi inti dari penelitian ini. Inti dari fenomena tidak ditekankan
pada ciri fisik yang melekat padanya, akan tetapi terletak pada esensi dari
esensi dari suatu fenomena, kita harus melihat noema dan noesis dari setiap
46
informan.
4. Intuisi
dan noesis dapat terhubung, sehingga esensi dari suatu noema akan
tercermin dalam noesis. Dalam penelitian ini, yang dimaksud intuisi adalah
5. Intersubjektivitas
oleh empati yang seseorang miliki pada orang lain. Hal ini wajar karena
dari objek penelitian, maka setting lokasi penelitian sedapat mungkin dilakukan
perpajakan (e-Filing) yang menjadi fokus dalam penelitian ini. Dengan demikian
dan dekat dengan tempat kerja peneliti, sehingga memberi kemudahan dalam
pemerolehan data.
Namun demikian fokus objek penelitian dan setting lokasi pada saat
penelitian dan penggalian informasi kepada informan, maka yang menjadi objek
penelitian hanya terfokus pada Wajib Pajak Orang Pribadi dan PPh Pasal 21,
dan lokasi pengambilan data dari informan tidak harus pada KPP Pratama
Makassar, tetapi bisa saja di tempat lain yang dirasakan nyaman oleh informan,
ataupun ciri-ciri yang sudah diketahui sebelumnya. Teknik ini dipilih karena
karakteristik tertentu, yang merupakan ciri-ciri pokok populasi, dan ketiga, subjek
yang diambil sebagai sampel benar-benar merupakan subjek yang paling banyak
mengandung ciri-ciri yang terdapat pada populasi. Menurut Sanders, 1982 dalam
melalui tiga sampai dengan enam informan. Berdasarkan pendapat dari Sanders
orang informan didasarkan pada kecukupan data atau inlormasi yang dibutuhkan
pegawai Direktorat Jenderal Pajak, Wajib Pajak dan Konsultan Pajak. Jumlah
yaitu salah satu metode dalam pengambilan sampel dari suatu populasi dengan
cara berantai. Neuman, (2003). yakni suatu metode penentuan informan yang
tidak menemukan informasi lain lagi yang ditandai dengan adanya jawaban yang
berulang dari informan yang menandakan pertanyaan sudah berada pada titik
jenuh.
yakni untuk mengetahui faktor pendukung dan penghambat bagi Wajib Pajak
hanya satu atau dua orang saja atau bahkan lebih sebagaimana teknik snwo-ball
lebih ahli dalam hal ini adalah pembimbing penelitian untuk mendapat masukan
terhadap kepuasan informan dan pencatatan langsung yang dilakukan pada saat
dijabarkan pada bagian metode analisis data. setelah itu, peneliti membuat
50
penelitian. Tanpa sumber, penelitian tidak akan berjalan, karena tidak memiliki
dasar yang jelas. Menurut Lofland dan Lofland (dalam Moleong, 2005:157),
sumber data utama dalam penelitian kualitatif adalah kata-kata dan tindakan,
dan tindakan, dan sumber data tertulis. Kata-kata dan tindakan peneliti peroleh
pembicara seminar yang diikuti oleh peneliti. Sumber data tertulis diperoleh
yakni teknik wawancara dan observasi, kedua teknik pengumpulan data ini
ini. Kedua teknik pengumpulan data ini akan dijelaskan sebagai berikut:
1. Wawancara
sangat umum, serta mencantumkan isu-isu yang harus diliput tanpa menentukan
aspek-aspek apa yang harus dibahas, juga menjadi daftar pengecek (check list)
yang menjadi kunci utama pertanyaan yang diajukan kepada informan. Pertama,
apakah bapak / ibu sudah menggunakan sistem informasi e-Filing atau belum
dalam pelaporan SPT Tahunan? jika belum apa yang menyebabkan bapak / ibu
belum menggunakan e-Filing? Kedua, menurut bapak / ibu apa saja yang
informasi e-Filing? Kelima, apakah menurut bapak / ibu dengan hadirnya sistem
Tahunan? Keenam, apa saran bapak kepada Ditjen Pajak terkait penggunaan
c. Menjadi stu-satunya hal yang dapat dilakukan disaat tehnik lain sudah tidak
dapat dilakukan.
b. Rentan terhadap bias yang ditimbulkan oleh respon yang kurang sesuai.
akurat.
oleh interviewer.
2. Observasi
Menurut Nawawi & Martini (1991 : 45) observasi adalah pengamatan dan
dan hal-hal yang dianggap relevan sehingga dapat memberikan data tambahan
orang-orang yang terlibat dalam aktivitas, dan makna kejadian di lihat dari
perpektif mereka yang terlihat dalam kejadian yang diamati tersebut. Salah satu
53
hal yang penting, namun sering dilupakan dalam observasi adalah mengamati
hal yang tidak terjadi. Dengan demikian Patton menyatakan bahwa hasil
a. Peneliti akan mendapatkan pemahaman lebih baik tentang konteks dalam hal
menjadi bagian dari data yang pada giliranya dapat dimanfaatkan untuk
1. Pedoman wawancara
54
2. Pedoman Observasi
berlangsungnya wawancara.
3. Alat Perekam
Alat perekam berguna sebagai alat bantu pada saat wawancara, agar peneliti
perekam baru dapat dipergunakan setelah mendapat ijin dari informan untuk
yang diperlukan dalam suatu penelitian pendekatan kualitatif. Empat hal tersebut
yang berukur benar- benar merupakan variabel yang ingin diukur. Keabsahan ini
juga dapat dicapai dengan proses pengumpulan data yang tepat. Salah satu
data yang memanfaatkan sesuatu yang lain di luar data tersebut untuk keperluan
a. Triangulasi data
wawancara, hasil observasi atau juga dengan mewawancarai lebih dari satu
b. Triangulasi Pengamat
data. Dalam penelitian ini, dosen pembimbing studi kasus bertindak Sebagai
pengumpulan data.
c. Triangulasi Teori
yang dikumpulkan sudah memasuki syarat. Pada penelitian ini, berbagai teori
data tersebut.
d. Triangulasi metode
wawancra dilakukan.
Keabsahan ini dapat dicapai melalui proses analisis dan interpretasi yang tepat.
Aktivitas dalam melakukan penelitian kualitatif akan selalu berubah dan tentunya
akan memengaruhi hasil dari penelitian tersebut. Walaupun telah dilakukan uji
berbeda.
sifat tidak ada kesimpulan yang pasti, tetapi dapat dikatakan bahwa penelitian
4. Kehandalan (Realibilitas)
dilakukan sekali lagi dengan informan yang sama. Hal ini menunjukan bahwa
analisa data kualitatif untuk proses analisis data yang dapat digunakan dalam
1. Mengorganisasikan Data
57
mendalam (indepth interveiw), dimana data tersebut dicatat dan direkam dengan
tape recorder dibantu alat tulis lainya. Kemudian dibuatkan transkripnya dengan
mengubah hasil wawancara dari bentuk rekaman menjadi bentuk tertulis secara
verbatim. Data yang telah didapat dibaca berulang-ulang agar peneliti mengerti
perhatiaan yang penuh dan keterbukaan terhadap hal-hal yang muncul di luar
apa yang ingin digali. Berdasarkan kerangka teori dan pedoman wawancara,
peneliti menyusun sebuah kerangka awal analisis sebagai acuan dan pedoman
yang relevan dengan pokok pembicaraan. Data yang relevan diberi kode dan
Pada penelitian ini, analisis dilakukan terhadap sebuah kasus yang diteliti.
hal yang diungkapkan oleh informan. Data yang telah dikelompokkan tersebut
oleh peneliti dicoba untuk dipahami secara utuh dan ditemukan tema-tema
Setelah kategori pola data tergambar dengan jelas, peneliti menguji data
tersebut terhadap asumsi yang dikembangkan dalam penelitian ini. Pada tahap
ini kategori yang telah didapat melalui analisis ditinjau kembali berdasarkan
58
landasan teori yang telah dijabarkan dalam bab II, sehingga dapat dicocokkan
apakah ada kesamaan antara landasan teoritis dengan hasil yang dicapai.
Setelah kaitan antara kategori dan pola data dengan asumsi terwujud,
telah didapat dari kaitanya tersebut, penulis merasa perlu mencari suatau
alternatif penjelasan lain tentang kesimpulan yang telah didapat. Sebab dalam
penelitian kualitatif memang selalu ada alternatif penjelasan yang lain. Dari hasil
analisis, ada kemungkinan terdapat hal-hal yang menyimpang dari asumsi atau
yang tidak terfikirkan sebelumnya. Pada tahap ini akan dijelaskan dengan
alternatif lain melalui referensi atau teori-teori lain. Alternatif ini akan sangat
yang dibuat telah selesai. Dalam penelitian ini, penulisan yang dipakai adalah
significant other. Proses dimulai dari data-data yang diperoleh dari informan dan
hasil penelitian.
59
BAB IV
4.1 Pengantar
Makassar yaitu warga Makassar yang telah ber NPWP wajib melaporkan surat
lambatnya tanggal 31 Maret dan Wajib Pajak Badan adalah 30 April. Di bulan
Maret fenomena tahunan kembali terjadi yaitu banyak Wajib Pajak yang
Kantor Pelayanan Pajak, dan saat itu pula Kantor Pajak sibuk dalam memberikan
tahun, berbagai layanan penerimaan SPT diterapkan sesuai ketentuan yang ada
dengan diadakannya Drop Box, Pojok Pajak, dan Mobil Pajak Keliling, WP pun
sebenarnya bisa dengan melaporkan melalui pos atau dengan cara lain melalui
perusahaan jasa ekspedisi atau jasa kurir, selain itu dengan berkembangan
dengan Sistem Informasi e-Filing baik melalui penyedia jasa aplikasi atau ASP
(Application Service Provider) dan juga menggunakan aplikasi pada situs DJP
Pajak Badan untuk tahun 2015, sudah wajib melaporkan dengan e-SPT.
59
60
membantu Wajib Pajak, selain dapat melaporkan kapan saja (24 jam),
menghemat kertas dan tidak perlu ke Kantor Pajak (KPP dan KP2KP) atau
tempat lain yang ditunjuk (Drop box dll), dan yang pasti hemat waktu karena tidak
perlu mengantri. Saat ini e-Filing melalui website DJP masih terbatas pada
mempunyai penghasilan dari satu atau lebih pemberi kerja dan atau yang
Oleh karena itu, bab ini disuguhkan untuk menguraikan persepsi wajib
teknologi informasi itu dapat mempermudah dan mendorong minat perilaku wajib
Seperti salah satu kenalan peneliti panggil saja nama akrabnya “Arif” dia
adalah salah satu karyawan swasta Bosowa Berlian Motor yang sudah tergolong
wajib pajak, hssssst… kebetulan satu naungan Bosowa dengan Peneliti “wah
kesempatan bagus” (dalam hatiku), awal perkenalan dengan Arif itu tepatnya di
61
ruang mesin ATM Bukopin yang terletak di lingkungan kantor Bosowa Berlian
Bukopin”, kebetulan kami pada waktu itu ingin melakukan transaksi di mesin
ATM Bukopin.
Lanjut cerita, Arif ternyata adalah seorang wajib pajak, namun pada awal
perkenalan kami, peneliti tidak punya niat untuk melakukan penelitian dengan
wawancara langsung kepada Arif, tapi karena Arif adalah seorang wajib pajak
“Ya sebetulnya orang enggan menyampaikan SPT Tahunan itu ada dimana-
mana, gak hanya di Makassar. Mereka masih menganggap penyampaian SPT
dengan menggunakan Sistem Informasi e-Filing adalah hal tabu. Tapi kan kita
aturan ada ya?” (Wawancara : Tanggal 01 September 2016).
Kemudian peneliti menanggapai statemen dari Arif bahwa benar atuaran itu
ada sebagaimana tahun ini pemerintah telah mewajibkan seluruh Aparatur Sipil
menyampaikan SPT Tahunan pajak penghasilan (PPh) orang pribadi atau badan
melalui Sistem Informasi e-Filing. Aturan pemerintah ini hendaknya juga diikuti
oleh karyawan BUMN/BUMD dan juga seluruh tenaga kerja di berbagai sektor,
oleh Arif (noesis), maksud dari kata “enggan” adalah berusaha menyampaikan
tentunya tidak hanya dirasakan oleh “saya” kata “Arif”, akan tetapi masih banyak
wajib pajak yang lain yang ada di kota Makassar merasakan hal serupa yaitu
wajib pajak menganggap e-Filing masih terlalu asing (tabu) bagi mereka,
Filing. Sebagai mana yang kita ketahui bahwa bagi wajib pajak terutama bagi
ASN, POLRI dan TNI sudah diwajibkan dalam penggunaan e-Filing. Jadi mau
“Sama saja, saya juga masih kurang paham teknisnya bagaimana, karena
selama ini saya belum pernah dapat sosialisasi secara langsung terkait
penggunaan Sistem Informasi e-Filing, ya mungkin karena kami ini pegawai
swasta jadi kami belum dapat sosialisasi secara merata. tapi saya mau tahu
juga penggunaan e-Filing itu bagaimana? (kata Arif), karna selama ini saya
hanya nebeng ke bendahara dalam penyampaian SPT Tahunan”. (Wawancara :
Tanggal 01 September 2016).
Dari penjelasan lebih lanjut (noesis) oleh Arif, terlihat bahwa permasalahan
yang sering dihadapi oleh Wajib Pajak adalah kurang mengerti teknis
secara keseluruhan akan membuat Wajib Pajak bingung. Pegawai pajak harus
bisa menyadari hal tersebut. Oleh karena itu, Kemudian lanjut pertanyaan
dalam penyampaian SPT Tahunan. seperti harapan dari informan (Arif) bahwa :
untuk dipahami oleh Wajib Pajak apabila tidak ada sosialisasi secara langsung,
kalaupun wajib pajak ada yang memahami tanpa ada sosialisasi itupun hanya
satu atau dua wajib pajak yang mengerti. Maka dari itu peneliti melihat bahwa
SPT Tahunan, Tanpa harus datang langsung ke Kantor Pelayanan Pajak (KPP)
“Belum tentu seh.. karena bisa saja kan? kita mendapatkan masalah dalam
pneggunaan e-Filing secara online jadi yaaa mau tidak mau kalau dapat
masalah ya harus ke KPP lagi untuk melaporkan atau menyampaikan SPT
Tahunan secara langsung. Karena waktu istrahat terbatas pak Arif langsung
mengakhiri wawancara tersebut “maaf pak adil saya harus kembali ke kantor
dulu karena masih ada pekerjaan yang harus diselesaikan, nanti di lain waktu
bisa ngobrol-ngobrol lagi kok” penelitipun mempersilahakan pak Arif dengan
ucapan terima kasih banyak serta budaya salam jabat tangan tidak terlupakan”.
(Wawancara : Tanggal 01 September 2016).
Dari hasil wawancara terakhir dari informan (Arif), (noema) “belum tentu
seh.. karena bisa saja kan? kita mendapatkan masalah dalam pneggunaan e-
Filing secara online jadi ya, mau tidak mau, kalau dapat masalah ya harus ke
KPP lagi untuk melaporkan atau menyampaikan SPT Tahunan secara langsung”.
Dari jawaban Informan (noesis) bahwa informan belum sepenuhnya percaya diri
Di zaman modern yang serba elektronik digital sekarang ini tidak menutup
tersebut dan semua akan tahu dalam penggunaan teknologi. Masyarakat kota
Makassar, khususnya para wajib pajak maupun badan masih banyak yang awam
merata sehingga wajib pajak bermasabodoh dalam hal sistem infornasi e-Filing,
pelaporan SPT Tahunannya, tanpa disadari kebiasaan buruk ini akan berdampak
lumrah, mengapa tidak? Dari regulasi pajak yang ada di Indonesia atau di
Negara manapun dalam hal penyampaian atau pelaporan SPT Tahunan itu
dilakukan hanya satu kali dalam setahun. Itu artinya penggunaan atau
pengaplikasian e-Filing juga hanya sekali dalam satu tahun, jadi tidak menutup
kemungkinan bahwa wajib pajak akan terus mengingat tata cara penggunaan e-
Filing dalam pelaporan SPT Tahunan walaupun pada waktu pertama kalinya
wajib pajak pernah tahu tata cara penggunaan e-Filing. Tanpa menentukan
range umur atau usia informan, rata-rata umur wajib pajak pribadi yang dijadikan
65
sebagai informan dalam penelitian ini adalah 40 tahun ke atas, dengan usia
tersebut tentunya daya ingat sesorang tidak lagi sama dengan anak yang
belasan tahun yang mudah mengingat sesuatu. Hal ini yang banyak dirasakan
oleh wajib pajak yaitu mudah lupa dalam penggunaan e-Filing yang dimana
harus belajar lagi tiap kali ingin menggunakan atau mengaplikasikan e-Filing.
Hal tersebut dirasakan oleh salah satu Guru SMAN 3 Makassar yaitu
dari fenomena yang terjadi pada lingkungan wajib pajak, kalau merujuk pada
tidak patuh dalam pelaporan atau penyampaian SPT Tahunan. Di sini dapat
sebagai wajib pajak. Namun seringkali wajib pajak larut dalam ketidakpahaman
dan kerumitan, sehingga wajib pajak enggan menggunakan e-Filing itu sendiri.
Informan menyadari bahwa untuk penggunaan e-Filing setahun satu kali akan
penggunaan e-Filing dengan benar kemudian karena faktor usia yang tidak muda
lagi dan tidak adanya kebiasaan untuk selalu mengingat dan mengulang-ulang
66
kembali penggunaan e-Filing dalam kurun waktu satu tahun, sehingga untuk
melaporkan SPT Tahunan yang dirasakan oleh informan Zainal. Dari sudut
bagi sebagai wajib pajak, yang tidak dibarengi dengan membiasakan diri untuk
dan adanya pelayanan ekstra yang diberikan oleh aparat KPP terutama di masa-
masa injury time pelaporan pajak dengan alasan sibuk dengan pekerjaan kantor.
Tahunannya, bukan malah menjadi aplikasi yang tak bermakna dan malah
menyusahkan diri sendiri. Hal ini yang harus menjadi perhatian pengguna dan
suka yang menunda-nunda waktu atau budaya kita senangnya yang mepet-
saat terakhir jatuh tempo. Seperti bayar rekening listrik, rekening telepon, tagihan
67
(SPT) Tahunan yang jauh jauh hari sudah dihimbau sejak awal tahun baru dan
sampai batas akhir 31 Maret. Ternyata masih mendapati antrian yang panjang,
Adanya tradisi Wajib Pajak dalam penyampaian SPT pada batas akhir
penyampaian SPT Tahunan, hal ini belum dipelajari dengan baik oleh KPP
Pratama Makassar, akibatnya pada saat batas akhir penyampaian SPT terjadi
banyak faktor diantaranya, faktor kesadaran dari wajib pajak sebagai warga
Negara yang baik dengan melakukan selft assessment dengan benar, faktor
informasi mengenai segala resiko bila melakukan selft assessment tidak benar,
yang diperlukan tepat pada waktunya, mengisi secara benar jumlah pajak
lebih awal lagi. Karena berbagai alasan, sering baru menyadari kewajiban untuk
menyampaikan SPT Tahunan pada Hari -1 atau tepat pada hari terakhir batas
waktu penyampaian. Seperti yang dialami oleh teman saya pada tahun yang lalu
tepatnya tahun 2015, Dia bekerja di salah satu perusahaan swasta di Makassar.
68
Karena terdapat hal-hal yang kurang jelas dia datang langsung ke KPP dan
bertanya beberapa hal. Waktunya sudah sangat mepet, karena dia datang
tanggal 30 Maret 2016 yang jatuh pada hari Rabu. Berarti dia baru dapat
yang juga merupakan batas akhir penyampaian SPT Tahunan 2015. Agar dapat
secara langsung ke KPP yang jaraknya lumayan jauh atau ke kantor pos tertentu
Berbagai kegiatan atau aktifitas yang menjadi rutinitas tiap hari adalah
diselesaikan. Terkadang di hari yang sibuk, 24 jam sehari rasanya tidak cukup
di rumah. Belum terselesaikan pekerjaan hari ini, ternyata esok hari telah datang
dan pekerjaan baru sudah datang. Tanpa disadari satu tahun terlewati dengan
pada akhir-akhir bulan maret bahkan kadang wajib pajak terlambat dalam
informan terkait penggunaan e-Filing yang ditambah lagi dengan kesibukan wajib
69
pajak sehingga terlena, malas dan gagal fokus kembali pada e-Filing
terlambat. Seperti yang diungkapkan oleh informan bahwa hal ini yang menjadi
boomerang bagi dirinya karena pada akhirnya akan berdampak pada pengenaan
sanksi dan denda administrasi jika informan terlambat dalam pelaporan SPT
Tahunan. Hal ini tentunya harus menjadi perhatian bagi Direktorat Jenderal
(Ditjen) Pajak dan menjadi pertimbangan agar semua wajib pajak dapat
kegiatan lain yang menyita waktu wajib pajak, sehingga wajib pajak terpaksa
menggunakan pola manual dengan meminta tolong kepada petugas pajak atau
rangkaian sistem informasi yang berbasis online yang feature-nya cukup jelas
dan detail dari sisi panduan dan formulir-formulir yang terstruktur juga berdampak
“bagai api jauh dari panggang”, kemudahan dan keunggulan sistem e-Filing ini
justru tidak disadari dan tidak diminati dengan baik oleh sebagian wajib pajak
dengan data KPP Pratama Makassar 2016, yang menunjukkan bahwa minat
70
perilaku wajib pajak masih rendah. Sebaliknya wajib pajak yang melaporkan SPT
tinggi pada kisaran 47%. Angka ini menjadi tidak proporsional mengingat
yang sebagian besarnya adalah wajib pajak. Hal ini ditunjukkan oleh tingginya
(Kominfo, 2014). Seharusnya media pelaporan SPT Tahunan oleh wajib pajak
Namun kenyataannya sistem online ini hanya didominasi oleh user pada wilayah
media sosial semata seperti facebook, twitter, dan search engine google lainnya.
ini belum mampu memberikan pengaruh yang positif terhadap tingkat kepatuhan
wajib pajak dalam pelaporan SPT Tahunan secara nasional (Pegawai pajak
“Irfan” : 2016). Jumlah SPT e-Filing yang diterima Ditjen Pajak hingga saat ini
ditengarai berasal dari wajib pajak yang memang sudah patuh menyampaikan
SPT Tahunan dan bukan berasal dari wajib pajak baru atau wajib pajak yang
belum patuh yang kemudian dengan adanya e-Filing menjadi patuh secara
sosialisasi secara keseluruhan atau merata kepada wajib pajak pribadi oleh
apa yang dirasakan oleh informan memang seharusnya Ditjen Pajak tidak boleh
memilih-milih wajib pajak ketika melakukan sosialisasi karena wajib pajak baik
pribadi maupun badan mempunyai hak dan kewajiban yang sama dalam
yang menjadi salah satu penyebab rendahnya minat wajib pajak dalam
penggunaan e-Filing..
personal approach atau pendekatan pribadi secara legal action kepada wajib
pajak yang sama sekali belum mengetahui penggunaan sistem informasi e-Filing.
secara pribadi ketika melakukan sosialisasi, jadi petugas dari pajak harus
melakukan metode private kepada wajib pajak yang belum tahu sama sekali
Karena tanpa ada sosialisasi atau imabauan dari DJP sendiri maka wajib pajak
dalam hal ini tidak terdorong untuk menggunakan e-Filing, atau akan
SPT Tahunan secara elektronik dengan begitu wajib pajak pasti akan lebih
menganggap bahwa sosialisasi yang dilakukan melalui media visual seperti, tv,
radio, koran atau yang lain itu dapat diterima atau dipahami oleh wajib pajak
teknologi informasi itu berbeda-beda bahkan ada orang yang tidak tahu sama
72
approach dalam sosialisasi e-Filing itu lebih efektif, Karena untuk mengukur
oleh pihak Ditjen Pajak, sehingga wajib pajak manapun kalau merasakan
pendekatan seperti ini oleh pihak DJP maka secara tidak langsung hubungan
emosional anatara wajib pajak, e-Filing, dan petugas sosialisasi akan tercipta,
dengan begitu wajib pajak yang tadinya enggan menggunakan e-Filing, pada
Tahunan.
Di zaman modern yang serba elektronik digital sekarang ini tidak menutup
tersebut dan semua akan tahu dalam penggunaan teknologi. Masyarakat kota
Makassar khususnya para wajib pajak maupun badan masih banyak yang awam
merata sehingga wajib pajak bermasabodoh dalam hal sistem infornasi e-Filing,
pelaporan SPT Tahunannya, tanpa disadari kebiasaan buruk ini akan berdampak
minat wajib pajak dalam penggunaan e-Filing. Kepatuhan dalam hal ini adalah
dengan meningkatkan sosialisasi secara terus menerus. Selain itu, wajib pajak
dari DJP kepada wajib pajak yang dilakukan secara terus menerus yang akan
memicu terjadinya loncatan minat dan kepatuhan wajib pajak dalam merengkuh
eksistesnsi e-Filing dari sisi keberadaan „minat‟ para penggunanya (wajib pajak).
Menurut Crow dan Crow (1976) bahwa seharusnya minat dapat membantu
atau aktivitas yang lain dan juga dapat dipahami bahwa minat menunjukkan
Internet adalah jendela dunia, tak terjangkau oleh batasan apapun. Kita
informasi dari berbagai belahan dunia. Pemerintah patut memikirkan hal ini
karena memang jika berkaca pada dunia luar, akses internet yang disediakan
macam kalangan bisa memanfaatkan akses tersebut untuk keperluan yang lain.
Seperti wajib pajak dalam penggunaan sistem informasi e-Filing dalam pelaporan
SPT Tahunan. soal pengguna (wajib pajak), bukan masalah mereka bisa atau
tidak menggunakan eFiling. karena yang menjadi kendala adalah akses jaringan
internet ada atau tidak dan apakah cukup memadai bagi keperluan semua wajib
memadai, Informan katakan pula bahwa mereka lebih memilih ke KPP untuk
kendala yang dialami oleh informan kali ini, menunjukkan bahwa, kendala utama
adalah tidak tersedianya jaringan internet yang memadai. Sehingga hal tersebut
dapat pula menjadi salah satu pemicu rendahnya minat wajib pajak dalam
penggunaan sistem informasi e-Filing Seperti pernyataan informan pada sub bab
sebelumnya.
perlu diperhatikan oleh Direktorat Jenderal Pajak. Jaringan internet yang tidak
75
kurang maksimal. Jadi ketika sebagian besar para user atau pengguna (wajib
error disaat menginput formulir elektronik dalam pelaporan SPT Tahunan secara
online. Inilah kendala yang menjadi kegelisahan atau ketakutan sehingga wajib
melakukan dengan benar dalam pengisian formulir atau justru tidak dan malah
tejadi selisih bayar. Hal ini yang menggiring wajib pajak masih datang langsung
bahwa mereka lebih memilih untuk datang langsung ke KPP karena wajib pajak
takut terkendala dengan jaringan internet yang sering terjadi error sehingga
mengalami kegagalan disaat pengisian formulir SPT online. Hal tersebut menjadi
perhatian bagi DJP dan Pemerintah agar penggunaan e-Filing secara mandiri
Keempat perilaku wajib pajak orang pribadi dalam penelitian ini dapat
- tumpang tindihnya
- Acuh Tak - Terlena dengan waktu pelaporan - Sibuk dengan
Acuh waktu dan gagal SPT dengan pekerjaan
fokus dengan e-Filing berbagai kegiatan sehari-hari, baik
lain baik di rumah di kantor
maupun di kantor maupun di
yang menyita waktu rumah
wajib pajak,
sehingga wajib
pajak terpaksa
menggunakan pola
manual dengan
meminta tolong
kepada petugas
pajak.
pajak kurang respon dan kurang percaya diri terhadap penggunaan sistem
informasi e-Filing karena masih merasa awam dengan sistem tersebut. Banyak
77
wajib yang sudah lama bekerja kemudian tiba-tiba diperhadapkan dengan sistem
informasi e-Filing, mau tidak mau wajib pajak harus beradaptasi dan bersentuhan
pajak terhadap penggunaan e-Filing seperti rendahnya minat perilaku wajib pajak
tentunya beberapa keluhanpun muncul dari wajib pajak seperti keluhan dari
“Dahulu dalam pelaporan SPT Tahunan masih secara manual, kamipun enjoy
ketika harus ke KPP untuk melaporkan SPT Tahunan, tapi sekarang dengan
hadirnya e-Filing justru kami tidak merasa enjoy lagi karena saya sendiri belum
memahami penggunaan sistem informasi e-Filing jadi saya masih harus tetap
ke KPP lagi dan lebih ribetnya lagi karena sekarang pelaporan SPT diharuskan
menginput formulir secara elektronik, karena saya belum memahami jadi harus
meminta bantuan kepada pegawai pajak untuk diajari dalam penginputan
formulir tersebut, namun tidak semudah itu karena harus antri karena
banyaknya wajib pajak yang senasib dengan saya, ya.. jadi harus sabar
menunggu sampai giliran kita yang dibantu untuk menginput formulir secara
elektronik”. (wawancara : Tanggal 04 Oktober 2016)
bahwa dengan hadirnya e-Filing justru informan merasa tambah ribet dan tidak
enjoy dalam pelaporan SPT Tahunan. Hal tersebut disebabkan karena di KPP
harus mencari pegawai pajak yang siap membantu dalam pengimputan formulir
elektronik (e-Filing) dan lebih ribetnya lagi selain membutuhkan waktu yang lama
dalam pengimputan formulir juga harus disiplin mengantri panjang karena dalam
jaringan yang kurang bagus atau lambat. Lanjut (noesis) bahwa untuk mengubah
mindset itu tidak semudah membalikkan telapak tangan. Karena pada dasarnya
informan belum tahu sama sekali dalam penggunaan sistem informasi e-Filing.
78
Tapi sebagai pegawai pajak harus siap dan sabar menghadapi informan seperti
ini, karena wajar saja wajib pajak lupa dengan pengisian formulir walaupun pada
awalnya sudah diajarkan tetapi jika tidak dibiasakan maka akan lupa cara
pengisian formulir tersebut, apalagi pelaporan SPT dilaporkan satu tahun sekali.
informan apabila mendapatkan masalah seperti ini, agar terus diberikan dorong
4.4 Ringkasan
memandang sebuah sistem informasi e-Filing yang dimana para pelaku atau
wajib pajak yang awam dengan e-Filing tentunya hal tersebut menjadi hal baru
bagi mereka. Dengan hadirnya sistem informasi e-filing, mau tidak mau para
wajib pajak harus berbaur dengan sistem tersebut, karena hal tersebut
merupakan tujuan dan harapan besar dari Ditjen Pajak (DJP) guna
SPT Tahunannya dan hal tersebut sudah menjadi regulasi dari Ditjen Pajak
tidak berjalan mulus sesuai apa yang menjadi keinginan atau harapan dari DJP
sendiri. Mengapa tidak? tidak semua para wajib pajak dapat menggunakan
sistem informasi e-Filing secara mandiri. Hal ini yang menjadi tantangan bagi
Bab kali ini menelisik perilaku wajib pajak terkait penggunaan sistem
informasi e-Filing, bahwa perilaku wajib pajak muncul karena masih adanya
sehingga wajib pajak enggan untuk menggunakan e-Filing secara mandiri. Wajib
Pajak lebih memilih untuk datang langsung ke KPP Pratama Makassar guna
pelaporan SPT Tahunan. Hal ini merupakan masalah besar bagi DJP dan harus
melakukan perbaikan atau restorasi rupa agar penggunaan e-Filing bisa secara
pajak dalam penggunaan e-Filing yaitu karena faktor ketidakbiassan “bisa karena
biasa” dan sebaliknya. Seperti yang kita ketahui bahwa pengguanaan sistem
informasi e-Filing hanya digunakan dalam setahun sekali yaitu pada saat
penggunaan e-Filing. Misalkan tahun ini wajib pajak dipandu atau didampingi
oleh petugas pajak dalam pengisian formulir SPT Tahunan secara online atau e-
Filing dalam pelaporan SPT Tahunan sampai selesai di saat itu juga wajib pajak
dilaporkan maka pada saat itu pula wajib pajak mulai untuk melupakan
Tahunan berikutnya, wajib pajak jadi lupa atau tidak tahu-menahu sehingga wajib
80
ketidaktahuannya sendiri.
Sehingga pelaporan SPT Tahunan secara online awal bulan terlupakan bahkan
terlewatkan dari batas waktu yang telah ditentukan dalam pelaporan SPT
Tahunan. Mau tidak mau wajib pajak harus datang langsung ke KPP jika waktu
pelaporan SPT Tahunan sudah lewat. Hal seperti ini banyak dirasakan oleh wajib
pajak dan sudah menjadi kebiasaan sehingga mereka acuh tak acuh atau gagal
fokus dalam penggunaan sistem informasi e-Filing serta mereka sudah merasa
enjoy dengan keadaan seperti itu walaupun mereka harus dikenakan sanksi
dengan datang langsung ke KPP mereka berharap dapat dibantu oleh petugas
tidakadanya sosialisasi secara merata sehingga para wajib pajak merasa tidak
adanya perhatian khusus dari DJP ataupun Pemerintah setempat. Wajib pajak
memang perlu adanya dorongan berupa sosialisasi secara khusus dan merata
dari DJP dalam penggunaan e-Filing, agar para wajib pajak tidak merasa
terkucilkan. Karena wajib pajak akan merasa terkucilkan jika tidak ada perhatian
dari seseorang yang dibutuhkan, dalam hal ini adalah Ditjen Pajak (DJP). Hal
berdampak kepada hal yang terkait dengan DJP, seperti wajib pajak yang acuh
tak acuh atas regulasi yang dikeluarkan oleh DJP. misalakan rendahnya minat
Filing dalam pelaporan SPT Tahunan. Ketakutan yang diraskan wajib pajak
ketika melakukan pengisian formulir elektronik secara online, wajib pajak takut
terjadinya selisih bayar. Hal ini dikarenakan jaringan internet yang sering
Sehingga menyulitkan bagi para wajib pajak dalam mengakses sistem informasi
e-Filing.
e-Filing yang dimana pola pikir wajib pajak yang selalu menghadirkan rasa
was-was atau rasa takut dalam penggunaan e-Filing, rasa takut akan
tersebut tidak terkirim sama sekali karena biasa terjadi gangguan sistem
jaringan yang error. Hal inilah yang menjadi buah pemikiran dari wajib
BAB V
5.1 Pengantar
perpajakan yang dikeluarkan Ditjen Pajak takkan bertaring tanpa dukungan dari
Pajak terkait aturan pemberian Nomor Pokok Wajib Pajak (NPWP) bagi wajib
dengan NPWP adalah nomor yang diberikan kepada wajib pajak (WP) sebagai
pengenal diri atau identitas wajib pajak dalam melaksanakan hak dan kewajiban
NPWP tidak selalu timbul. Ada syarat khusus yang menjadi dasar kapan
Oleh karena itu pada bab ini, peneliti akan menggali persepsi Wajib Pajak
berdasarkan status pekerjaan. status wajib pajak yang dimaksud dalam hal ini
yaitu peran atau pekerjaan wajib pajak yang sesuai aturan dan ketentuan yang
berlaku pada DJP untuk memenuhi kewajibannya sebagai wajib pajak dalam
informasi e-Filing. Status pekerjaan wajib pajak tidak dapat digeneralisasi secara
82
83
umum, karena dari status pekerjaan wajib pajak nantinya yang akan
yang berstatus ASN/TNI/Polri dan Dokter serta pegawai Swasta. Dalam bab ini
juga akan menjelaskan perilaku Wajib Pajak yang dihadapi oleh masing-masing
Menggunakan e-Filing.
pajak diwajibkan bagi Pengusaha Kena Pajak (PKP) pengguna e-Faktur untuk
04/PJ.09/2016). Kebijakan ini juga berlaku untuk TNI, Polri dan PNS atau ASN
juga PNS pekerjaan bebas seperti Dokter, pengacara dan lainnya yang memiliki
penghasilan sendiri di luar dari gaji pegawai tidak termasuk usaha dagang. Hal
mulai dari pegawai swasta dan BUMN untuk menyampaikan SPT tahunan
melalui e-Filing.
Birokrasi (PAN RB) Nomor 8 tahun 2015. Dengan adanya peraturan tersebut
yang mewajibkan ASN, TNI dan Polri untuk menggunakan e-Filing dalam
melaporkan SPT Tahunannya, namun, bukan hanya Aparatur Sipil Negara, TNI
dan Polri saja yang dapat memanfaatkan e-Filing tapi semua wajib pajak namun,
84
wajib pajak. maka mau tidak mau mereka yang termasuk dalam golonagan
Era manual telah lewat, kini zamannya serba teknologi, begitu juga dalam
menggunakan aplikasi efiling tapi karena belum registrasi e-FIN, karena itu masih
banyak wajib pajak datang kekantor pajak untuk meregistrasi elektronik e-Filing
identification number (e-FIN) karena pada dasarnya kontribusi wajib pajak bukan
hanya dari kalangan pengusaha kena pajak (PKP) maupun ASN,TNI/Polri akan
Seperti salah seorang Polri yang bertugas di SPN Batua Makassar sebut
“Bukan persoalan tidak tahu dalam prosedur untuk mendapatkan e-FIN, tapi
disini saya menilai bahwa aplikasi e-Filing ini masih ada kekurangan dan masih
menyulitkan kita ketika mau mendapatkan e-FIN, seperti yang saya alami ketika
saya mendapatkan e-FIN, saya musti ke KPP lagi untuk mendaftarkan diri
dengan mengisi formulir secara manual. Yang lebih parahnya lagi ketika
mendaftar untuk mendapatkan e-FIN, itu tidak boleh diwakili oleh orang lain,
repot kan..? kenapa sih tidak online saja daftarnya tanpa harus ke KPP lagi?
Inilah alasan kami masih ke KPP walau harus menambah kuota antrian”.
(wawancara : 9 November 2016).
sehingga masih banyak yang datang kekantor pajak untuk menyampaikan surat
85
mendapatkan sosialisasi penggunaan e-Filing DJP online dan wajib pajak yang
tergolong ASN,TNI dan POLRI pun masih banyak yang datang langsung ke KPP
FIN dan terlebih lagi karena disaat untuk mendapatkan e-FIN tidak boleh
diwakili oleh orang lain baik teman maupun saudara. Dijelaskan lebih lanjut
informan akan berusaha mencari cara atau mencari waktu kosong untuk
kemungkinan besar wajib pajak yang lain juga merasakan hal yang sama
kosong guna mendapatkan e-FIN karena prosesnya juga lama tergantung dari
kecepatan akses internet belum lagi antrian yang begitu panjang yang
“Kembali lagi dari kita sendiri, kita bisa memberi edukasi, bahwa dengan adanya
kesibukan di kantor bukan berarti kita menuruti kesibukan tersebut dan tidak
menyempatkan diri untuk ke KPP, jangan sampai kita terlena dengan kesibukan
sehingga untuk mendapatkan e-FIN saja selalu tertunda bahkan inilah penyebab
wajib pajak tidak menggunakan e-Filing ketika melaporkan SPT Tahunan.
(Wawancara, 9 November 2016)”.
wajib pajak lainnya agar tidak terlena dengan kesibukan karena kewajiban
informan (Ardi) sudah memberikan edukasi belum tentu semua wajib pajak
memiliki pemikiran yang sama dan tidak dapat dipungikri bahwa wajib pajak
dengan kemudahan mendapatkan e-FIN tanpa harus ke KPP lagi. Sambung oleh
kendala di sini bagi Wajib pajak yang tergolong PNS/TNI/Polri bahwa langkah
awal yaitu untuk mendapatkan e-FIN cukup menyulitkan bagi wajib pajak.
kompasiana bahwa :
“Lalu saya jadi berpikir, apa gunanya e-FIN. Makhluk ini malah mempersulit
untuk lapor SPT Tahunan secara online. Untuk mendapatkannya sudah sulit,
setelah di dapatkan harus disimpan, dijaga dengan baik, jangan sampai
menghilang.
Mengapa Dirjen Pajak tidak membuat sistem lapor pajak online, selayaknya
memaintain akun media sosial? ketika kita membuat akun baru media sosial,
cukup memasukan data pribadi, e-mail dan password. Hal yang sama bisa
diterapkan saat registrasi lapor pajak online. Kita bisa input NPWP, email dan
password. Lalu kita dikirimkan e-mail dari dirjen pajak untuk verifikasi email.
Selesai verifikasi, langsung lapor pajak deh. Data pribadi kita kan sudah
tersimpan saat mendaftarkan NPWP. Jadi tidak perlu input data pribadi lagi.
Kalau begini mekanismenya, Ngapain harus ada e-FIN?”
Di sisi lain para wajib pajak yang tergolong ASN memang dituntut dan
sampai dsitu, setelah para wajib pajak mendapatkan e-FIN dan sudah dapat
87
semua wajib pajak akan menggunakan e-Filing sendiri tanpa datang lagi ke KPP
dan tanpa ada masalah lagi? Tentu saja tidak, masih banyak kendala yang
dirasakan wajib pajak ketika menggunakan e-Filing sendiri. Yang tentunya akan
dibahas dan digalih lebih dalam lagi maslah yang dirasakan wajib pajak tersebut
terkait dengan teori dan judul penelitian yang diangkat pada sub-sub berikutnya.
merasa puas ataukah tidak dengan adanya program pemerintah ini. Jika menurut
wajib pajak sistem e-Filing DJP Online masih rumit. Silahkan pilih “TIDAK PUAS”,
itu adalah feedback (masukan) untuk DJP. Namun jika menurut wajib pajak e-
Filing itu bagus dan mudah serta cukup membantu wajib pajak dalam
wajib pajak dapatkan dalam pengisian Formulir SPT Tahunan secara elektronik
berhasil, maka wajib akan merasa tidak puas dalam pelayanan sistem tersebut
melainkan gangguan internet. Seperti yang dirasakan oleh wajib pajak atau
“Kadang saya merasa kessel ketika saya sedang mengisi formulir SPT
Tahunan secara online (e-Filing), di tengah-tengah pengisian formulir tiba-tiba
ada gangguan internet yang menyebabkan sistem error dan saya menunggu
sampai jaringan internet kembali normal kemudian saya mengulang kembali
mengisi formulir dari awal lagi.” (Wawancara, 9 November 2016)”.
88
Filing itu sendiri yang menyebabkan wajib pajak tidak menggunakan sistem
informasi e-Filing secara mandiri, yaitu penyediaan formulir wajib pajak yang
tergolong PNS pekerjaan bebas seperti Dokter, Pengacara dan profesi sejenis
lainnya yang menggunakan kode formulir 1770, hal tersebut tidak ditemukan
dalam sistem aplikasi e-Filing. Untuk memudahkan wajib pajak dalam hal
pelaporan SPT Tahunan dengan e-Filing, mesti menggunakan fitur formulir 1770,
yang tidak tersedia dalam aplikasi e-Filing. Namun demikian, situs e-Filing
diunggah harus sudah diisi dan dalam bentuk format file .CSV. Untuk melakukan
hal tersebut, ada serangkaian persiapan yang harus dilakukan di komputer yaitu
pajak.go.id, wajib pajak akan kesulitan, pertama karena (mungkin) traffic ke situs
ini begitu tinggi, performa koneksi situs pajak kurang baik. Kedua, meskipun
error yang wajib pajak temui dan wajib pajak kemungkinan akan frustrasi setelah
15 menit mengutak-atik komputer. Kesulitan seperti ini yang dirasakan oleh wajib
pajak yang tergolong PNS pekerjaan bebas seperti Dokter, Pengacara dan
Seperti yang dirasakan oleh salah satu Dokter PNS pekerjaan bebas sebut
saja nama panggilannya “dr. Alwi” yang punya usaha klinik di Makassar bahwa :
Lebih mudah, ketik SPT, taruh amplop lalu serahkan ke kantor POS atau ke
KPP langsung”. (Wawancara, 13 Desember 2016).
para wajib pajak dalam penggunaan sistem tersebut untuk pelaporan SPT
Tahunan. Wajib pajak yang berstatus PNS Pekerjaan bebas (dokter), berbeda
dengan status PNS tanpa pekerjaan bebas atau dengn kata lain PNS yang tidak
mempunyai usaha lain. Perbedaan tersebut dapat diliat dari kode formulir antara
PNS Pekerjaan bebas dan PNS Tanpa pekerjaan bebas, yang dimana formulir
SPT Tahunan PNS Pekerjaan bebas dengan kode 1770 sedangkan PNS tanpa
pekerjaan bebas yaitu dengan kode 1770 S. dari perbedaan tersebut sehingga
dapat mengukur kekurangan dari sistem aplikasi e-Filing, yaitu dimana formulir
secara elektronik dengan kode 1770 tidak ditemukan atau tidak tersedianya pada
sistem aplikasi e-Filing. Pada saat wajib pajak ingin mengupload berkas yang
diminta oleh formulir 1770 maka wajib pajak harus terlebih dahulu menginstal
sisitem aplikasi e-Filing dapat menyulitkan bagi wajib pajak untuk melaporkan
mandiri. sehingga dengan kesulitan yang ada, dapat menyurutkan minat bagi
Dari kekurangan sistem tersebut di atas, sudah jelas bahwa salah satu
alasan bagi wajib pajak enggan menggunakan e-Filing dalam pelaporan SPT
Tahunan. Tidak hanya sampai disitu, di luar dari kekurangan sistem informasi e-
Filing juga dapat dilihat dari gangguan jalannya e-Filing yaitu kecepatan internet
atau banwich tidak secara maksimal. Sehingga berdampak bagi user atau sistem
informasi e-Filing itu sendiri. Mengapa tidak? Seperti yang sudah dibahas pada
90
digunakan pada batas bulan pelaporan SPT Tahunan. Di bulan tersebut para
atau pelaporan SPT Tahunan yang akan segera berakhir. banyaknya pengguna
terganggu, seperti terjadinya error pada sistem dan sulitnya pagi para wajib pajak
untuk masuk di situs pajak e-Filing. Dengan begitu wajib pajak terpaksa harus ke
KPP untuk menyerahkan atau melaporkan secara manual kepada petugas pajak.
internet yang kurang memadai, khususnya jaringan server DJP kota Makassar.
Merupakan sebuah realitas atau fenomena yang menjadi salah satu pokok
yang dirasakan oleh dr. Alwi (noema) bahwa informan merasa kesel atau tidak
berfluktuasi kadang cepat kadang juga lambat, bahkan bisanya jaringan terputus,
sehingga semua sistem aplikasi online yang sedang berjalan akan terhenti atau
error. Inilah yang dirasakan oleh informan dr. Alwi sehingga informan merasa
merupakan hal yang utama dalam mengakses sistem informasi e-Filing. tanpa -
Sebagaimana yang diungkapkan oleh Gusma at. all, (2016) dalam penelitiannya
mengatakan bahwa :
91
Kendala Yang dirasakan oleh dr. Alwi adalah hal yang juga banyak
dirasakan oleh wajib pajak lainnya, dari sudut (noesis) bahwa dari fasilitas
jaringan internet yang tersedia dari segi kecepatan atau bandwich-nya terbukti
Negara dan Reformasi Birokrasi (Menpan RB) Nomor 8 Tahun 2015 mewajibkan
membayar pajak, serta mengisi dan menyampaikan SPT Tahunan PPh melalui
harus disampaikan dengan benar, lengkap, jelas dan tepat waktu. pimpinan unit
kerja diminta untuk melakukan koordinasi dengan unit kerja DJP tempat
sosialisasi pelaporan SPT Tahunan PPh melalui e-Filing dapat berjalan dengan
Intinya agar segenap jajaran Ditjen Pajak baik di tingkat Kantor Wilayah
TNI/Polri tentang yang wajib dan tidak wajib dalam penggunaan e-Filling untuk
melaporkan SPT Tahunan. Untuk membedakan antara ASN, TNI, Polri dan
formulir SPT, misalkan, antara pegawai Swasta dan Pegawai Negeri Sipil formulir
SPT yang mereka gunakan sama-sama menggunakan formulir kode SPT 1770S
yang membedakan adalah bukti potong 1721-A1 untuk karyawan swasta dan
1721-A2 untuk Pegawai negeri sipil. Sedangkan formulir untuk Dokter dan
merupakan suatu hal yang sangat penting, khususnya bagi para wajib pajak
yang tergolong status PNS / ASN. Maka dari itu pada tahun 2015 ditetapkan
terobosan cara lapor pajak online yang dikenal dengan sebutan e-Filing.
banyak keuntungan bagi pemakainya, namun masih banyak Wajib Pajak yang
(KPP).
dilakukan dengan mudah dan efisien, karena telah tersedia formulir elektronik di
layanan pajak online yang akan memandu para pengguna layanan. Selain itu,
layanan pajak online juga dapat diakses kapan dan di mana pun, sehingga
penyampaian SPT dapat dilakukan setiap saat selama 24 jam. Dengan e-Filing,
93
tidak perlu lagi dokumen fisik berupa kertas, karena semua dokumen akan
Kalau kita menelisik lebih jauh manfaat dari e-Filing memang sangat besar
manfaatnya jika seiring dengan fasilitas yang disediakan oleh pemerintah dalam
yang kita lihat dan rasakan bahwa pemanfaatan teknologi secara online belum
kemungkinan para pengguna (user) e-Filing masih acuh tak acuh dengan
keberadaan e-Filing.
“Kalau dikatakan manfaat, berarti manfaat yang dirasakan oleh seseorang dari
sesuatu yang berguna buat dirinya. Okelah e-Filing manfaatnya tidak
menggunakan kertas lagi, tidak perlu jauh-jauh ke KPP lagi untuk melaporkan
SPT dll. Tapi manfaat dari sistem informasi e-Filing tidak didukung oleh fasilitas,
seperti fasilitas jaringan internet yang masih lambat. Terkait dengan
penggunaan e-Filing saya sendiri belum merasakan manfaat sepenuhnya dari
sistem informasi e-Filing itu sendiri, karena saya sendiri masih ke KPP untuk
melaporkan SPT Tahunan dengan bantuan petugas pajak”. (Wawancara, 09
november 2016).
merasakan sepenunya manfaat dari sistem e-Filing itu sendiri. Yang dimana
yaitu merasakan berbagai manfaat dari sistem informasi e-Filing. Manfaat dari
pajak untuk melaporkan SPT Tahunan. Dengan manfaat yang dirasakan oleh
para wajib pajak, maka dapat mempengaruhi minat wajib pajak dalam
peneliti dapatkan di lapangan, seperti yang dirasakan oleh informan “Ardi” bahwa
belum merasakan sepenunya manfaat dari sistem e-Filing itu sendiri. seiring
dengan harapan Ditjen Pajak. Namun pada kenyataannya manfaat dari e-Filing
tidak tersalurkan sepenuhnya kepada wajib pajak. Jika manfaat dari sistem
informasi e-Filing tidak dirasakan oleh banyak wajib pajak dikarenakan oleh
sesuatu yang seharusnya bisa terpenuhi, seperti jaringan internet yang masih
memfasilitasi hal tersebut, maka jauh dari harapan Ditjen Pajak kepada wajib
tinggal angan-angan”.
perilaku manusia modern. Hal ini disadari oleh Direktorat Jenderal Pajak,
Secara umum, e-Filing melalui situs Direktorat Jenderal Pajak (DJP), yang
sarana internet tanpa melalui pihak lain dan tanpa biaya apapun, yang dibuat
penyerahan laporan SPT kepada DJP secara lebih mudah, lebih cepat, dan lebih
murah. Dengan e-Filing, WP tidak perlu lagi menunggu antrian panjang di lokasi
Dropbox maupun Kantor Pelayanan Pajak (KPP). Hal ini merupakan salah satu
terobosan baru pelaporan SPT yang digulirkan DJP untuk membuat WP semakin
Dengan cepat dan mudahnya pelaporan pajak dengan e-Filing berarti juga
(juga akurasi data), distribusi dan pengarsipan laporan SPT. Petugas pajak tidak
perlu lagi menginput data-data SPT ke dalam sistem karena data-data tersebut
telah diinput oleh wajib pajak pada saat menyampaikan SPT melalui e-filing. Hal
oleh para wajib pajak yang sebelumnya sudah memahami kegunaan internet,
memiliki alamat surel (e-mail), bermain game secara online, dan melakukan
mempunyai dasar pengetahuan yang sama, sulit bagi wajib pajak untuk
wajib pajak mengatakan bahwa sistem informasi e-Filing sangat ribet dan rumit.
Rumit dan mudahnya Sistem informasi e-Filing itu relatif, tergantung individunya.
“saya tidak bisa katakan mudah dalam penggunaan sistem informasi e-Filing,
karena saya sendiri masih kesulitan, seperti saya ini seorang Dokter punya
usaha lain tentunya berbeda dengan PNS yang lain yang tanpa pekerjaan
bebas atau usaha lain dalam menggunakan sistem informasi e-Filing, ada
beberapa hal yang saya belum pahami, seperti ketika saya ingin mengupload
berkas yang berformat CSV karena harus terlebih dahulu kita menginstal
aplikasi di luar e-Filing agar bisa mengupload berkas yang berformat CSV
belum lagi jika terjadi selisih bayar atau kurang bayar pajak. ini menurut
persepsi saya belum lagi menurut persepsi wajib pajak yang lain yang sama
sekali tidak tahu komputer”. (Wawancara, 13 Desember 2016).
Seperti apa yang dijelaskan oleh informan (noema) bahwa informan masih
kesulitan dan tidak mudah bagi informan untuk menggunakan sistem informasi e-
Filing. Karena masih ada beberapa hal yang belum diketahui oleh informan,
misalkan seperti yang dijelaskan informan pada sub bab sebelumnya. ketika
ingin menggunakan formulir dengan kode 1770 bagi PNS pekerjaan bebas, yang
Filing, untuk mengupload berkas atau file yang berformat CSV. Kemudian
informan juga belum mengetahui cara pelaporan SPT ketika terjadi selisih bayar
informan masih ada beberapa yang belum dimengerti terkait penggunaan sistem
informasi e-Filing oleh informan seperti yang disebutkan di atas. Kalau merujuk
Filing. Tetapi secara objektif berbeda dengan penelitian yang peneliti dapatkan di
lapangan. Kita dapat menarik benang merahnya bahwa dalam sistem informasih
97
Berbagai prosedur dan tata cara dalam pelaporan SPT dengan menggunakan
beda, seperti apa yang dialami oleh informan yang berstatuskan PNS pekerjaan
bebas (dokter), yang dimana informan pada saat mengisi formulir dengan kode
1770 yang menggunakan format file CSV informan mengalami kesulitan karena
oleh wajib pajak, apakah dalam pelaporan SPT Tahunan pada sistem informasi
e-filing akan berhasil atau gagal. Pencapaian ini juga perlu dikaitkan dengan
perilaku wajib pajak dalam penggunaan sistem informasi e-Filing selama proses
pengisian formulir SPT. Kepuasan wajib pajak dalam hal ini berhubungan
pelaporan SPT Tahunan dengan e-Filing, dan pada akhirnya wajib pajak akan
merasa puas atas kinerja dari aplikasi pajak (e-Filing), yang tentunya juga
didukung oleh fasilitas yang disediakan oleh pemerintah setempat, terkait fasilitas
Jadi apabila wajib pajak merasa puas terhadap sistem informasi yang
digunakan (e-Filing), maka wajib pajak akan cenderung untuk merasa nyaman
dan aman selama pengisian formulir SPT Tahunan dengan menggunakan sistem
informasi e-Filing. sehingga wajib pajak juga akan merasa terbantu dalam
98
persepsi kepuasan wajib pajak dalam penggunaan sisitem informasi (e-Filing) ini
atau keinginan wajib pajak dalam penggunaan sistem informasi e-Filing untuk
setiap orang, tergantung capaian yang dicapai, seperti halnya informan “dr. Alwi”
mengtakan bahwa:
“Belum tentu semua wajib pajak merasa puas dengan kehadiran sistem
informasi e-Filing dalam memenuhi kebutuhan pelaporan SPT Tahunan. Seperti
apa yang saya rasakan disaat melaporkan SPT, masih ada beberapa yang
belum terpenuhi sesuai keinginan saya ketika menggunakan sistem informasi
e-Filing, seperti untuk mendapatkan e-FIN harus ke KPP untuk mendapatkan
registrasi e-FIN, fitur untuk mengupload berkas yang berformat CSV belum
tersedia, dan jaringan internet yang tidak memadai. Itulah yang saya rasakan
sehingga saya belum bisa mengatakan kalau saya sudah merasa puas dengan
kehadiran e-Filing dalam pelaporan SPT Tahunan.” (Wawancara, 13 Desember
2016).
seseorang itu adalah apa yang dirasakan dari hasil yang dicapai. Seperti yang
puas dengan apa yang rasakan informan ketika menggunakan e-Filing dalam
99
yang dialami dan dirasakan oleh informan yang menyebabkan informan belum
merasa puas, bukan berarti sistem informasi e-Filing adalah produk gagal.
merujuk pada hasil penelitian yang dilakukan oleh Nurul (2012) bahwa,
penelitian yang peneliti lakukan dengan penelitian yang dilakukan oleh Nurul
(2012). Namun secara objektif berbeda dengan apa yang diungkapkan oleh
informan dalam penelitian yang peneliti lakukan kali ini. Pernyataan informan
ungkapan wajib pajak atas apa yang dirasakan. Kalau kita merujuk pada Surat
mendaftarkan diri sebagai Wajib Pajak, membayar pajak, serta mengisi dan
menyampaikan SPT Tahunan PPh melalui e-Filing. Di sini jelas bahwa yang
diwajibkan dalam penggunaan e-Filing hanya para wajib pajak yang tergolong
Wajib pajak yang tergolong ASN / PNS dan wajib pajak pekerja bebas atau
penggunaan sistem informasi e-Filing itu hanya berlaku kepada wajib pajak yang
tergolong ASN / PNS saja. Menurut beberapa informan yang peneliti dapatkan di
lapangan terkhusus bagi ASN / PNS seperti pak “Ardi” dan pak dr. “Alwi” dan
Wajib pajak ASN / PNS yang masih asing atau belum familiar dengan e-
Filing, mereka merasa dilema karena di sisi lain mereka diwajibkan untuk
Filing. Mau tidak mau wajib pajak harus menggunakan e-Filing. sehingga
berbagai alasanpun muncul, ketika mereka masih datang langsung ke KPP untuk
Sedangkan wajib pajak pekerja bebas atau pegawai swasta mereka welcome
saja dengan hadirnya sistem informasi e-Filing, karena mereka belum diwajibkan
untuk menggunakan e-Filing. Namun ada beberapa wajib pajak di antara mereka
katakan juga bahwa mereka tetap ingin tahu bagaimana cara penggunaan
sistem informasi e-Filing, jadi DJP harus melakukan sosialisasi secara merata.
5.5 Ringkasan
menguraikan persepsi wajib pajak yang tergolong ASN / PNS dari berbagai
kemudian dituangkan ke dalam wadah ranah publik sebagai bahan koreksi bagi
wajib pajak yang tercermin dalam gelap gemelutnya nilai-nilai e-Filing yang
menjadi sebuah keluhan bagi wajib pajak dalam pelaporan SPT Tahunan. Hal
seperti ini harusnya DJP memberikan perhatian khusus kepada wajib pajak, Jika
keluhan dari wajib pajak terus menerus dibiarkan begitu saja tanpa ada perhatian
dari DJP, maka hal tersebut dapat merubah mindset atau pola pikir wajib pajak
Hadirnya persepsi dari wajib pajak yang menjadi sebuah dilema dalam
menentukan sikap atas penggunaan sistem informasi e-Filing dapat dilihat dari
kesulitan wajib pajak menggunakan e-Filing, hal ini menjadi dilema tersendiri bagi
wajib pajak, menagpa tidak? Di sisi lain wajib pajak harus mematuhi peraturan
Nomor 8 tahun 2015 atas kewajiban wajib pajak yang tergolong ASN / PNS
dalam menggunakan e-Filing dalam pelaporan SPT Tahunan. Di sisi lain wajib
Sulitnya mendapatkan e-FIN dapat menjadi kendala tersendiri bagi wajib pajak,
seperti beberapa keluhan dari informan bahwa “untuk mendapatkan e-FIN kita
harus ke KPP lagi untuk mendaftarakan diri dengan mengisi formulir manual dan
lebih parahnya lagi karena tidak boleh terwakilkan oleh orang lain. Apa sih
sulitanya kalau di fitur e-Filing Jika disediakan form untuk registrasi e-FIN? Jadi
ketika ingin mendaptakan e-FIN cukup dengan mendaftarkan KTP dan NPWP
secara online tanpa harus ke KPP lagi”. Kemudian sulitnya bagi wajib pajak
itu sendiri yaitu penyediaan formulir wajib pajak yang tergolong PNS pekerjaan
bebas seperti Dokter, Pengacara dan profesi sejenis lainnya dengan kode
formulir 1770 itu tidak ditemukan dalam fitur sistem aplikasi e-Filing. Pada saat
wajib pajak ingin mengupload berkas dengan format file CSV yang diminta oleh
formulir 1770 maka wajib pajak harus terlebih dahulu menginstal aplikasi khusus
Filing. Berbagai persepsi pun bermunculan dari berbagai wajib pajak seperti,
Filing itu sendiri. Yang dimana penyebab utamanya adalah jaringan internet yang
informan katakan bahwa masih kesulitan dan tidak mudah bagi informan untuk
menggunakan sistem informasi e-Filing. Karena masih ada beberapa hal yang
dengan kode 1770 bagi PNS pekerjaan bebas, yang dimana membutuhkan
berkas pelaporan berupa file yang berformat CSV. Rumitnya disini ketika harus
komputer, untuk mengupload berkas atau file yang berformat CSV. Kemudian
informan juga belum mengetahui cara pelaporan SPT ketika terjadi selisih bayar
atau kurang bayar pajak jika terjadi selisih bayar. Kemudian yang terakhir
informan bahwa dari berbagai kendala yang dialami dan dirasakan oleh informan
BAB VI
6.1 Kesimpulan
Edmund Husserl yang memotret perilaku wajib pajak atas penggunaan sistem
cakrawala berfikir dalam memahami perilaku wajib pajak. Fenomena yang terjadi
dapat dilihat dari paradigma atau sudut pandang yang berbeda dari wajib pajak
pajak dalam penggunaan sistem informasi e-Filing dan perilaku hadir ketika
melihat dan merasakan kondisi di lapangan. Hal tersebut dapat dilihat dari
berbagai persoalan.
karena takut ketika melakukan kesalahan dalam pelaporan SPT Tahunan secara
online (e-Filing). Namun, Wajib Pajak tetap patuh dalam pelaporan SPT Tahunan
walaupun mereka (Wajib Pajak) harus ke KPP lagi untuk melaporkan SPT
104
105
kerumitan tersebut, tidak lain sebagian besar dari Wajib Pajak yang tergolong
lanjut usia 50 tahun ke atas. Wajib Pajak yang tergolong lanjut usia tersebut, sulit
Kedua, Wajib Pajak acuh tak acuh dalam penggunaan e-Filing karena
wajib pajak sehingga terlena, malas dan gagal fokus kembali pada e-Filing
terlambat.
e-Filing, sehingga animo atau minat wajib pajak untuk menggunakan e-Filing itu
sangat rendah. Hal tersebut disebabkan karena tidak adanya sosialisasi secara
merata bagi wajib pajak pribadi. Olehnya itu wajib pajak menginginkan adanya
sosialisasi secara intens dan merata dengan melakukan personal approach atau
pendekatan pribadi agar wajib pajak lebih mudah untuk memahami prosedur
Keraguan atau rasa takut yang dirasakan wajib pajak atas penggunaan e-Filing
jaringan server sistem informasi e-Filing, maka secara otomatis jaringan internet
dalam pelaporan SPT Tahunan secara online. Hal tersebut yang menjadi
kegelisahan atau ketakutan bagi wajib pajak sehingga wajib pajak merasa
dengan benar dalam pengisian formulir atau justru tidak dan malah tejadi selisih
bayar.
rujukan semisal teori dan hasil-hasil penelitian yang terkait langsung dengan
menggali secara mendalam penelitian ini, maka dari itu penelitian ini lebih
Kedua, penelitian ini belum bergerak lebih jauh untuk melacak wajib pajak
berdasarkan range umur atau usia masing-masing wajib pajak, penelitian ini
hanya melacak secara umum dan hanya memilih beberapa informan yang benar-
6.3 Rekomendasi
approach) yang menuntun para wajib pajak secara personal baik di kalangan
ASN / PNS maupun di kalangan Swasta atau pekerja bebas. Dengan begitu
wajib pajak akan menggunakan sistem informasi e-Filing dalam pelaporan SPT
107
Tahunan secara mandiri tanpa harus datang ke KPP memenuhi antrian yang
fasilitas jaringan internet dengan bandwich yang tinggi dan memadai di kota
Makassar khususnya jaringan server lingkup DJP atau lingkup KPP Pratama
Makassar. Dengan begitu jaringan lalod dan error akan terhindarkan disaat wajib
Number (E-FIN). Dalam hal ini DJP dengan cara menyediakan fitur pada aplikasi
e-Filing untuk melakukan registrasi e-FIN. Sehingga wajib pajak cukup dengan
menyediakan KTP atau NPWP untuk melakukan registrasi secara online guna
fitur pada aplikasi e-Filing sesuai kebutuhan user atau pengguna dalam hal ini
Semisal penambahan fitur untuk upload berkas atau file yang berformat CSV
bagi wajib pajak yang tergolong ASN / PNS pekerja bebas dan fitur untuk
mendownload surat setoran pajak (SSP) apabila terjadi selisih bayar atau kurang
bayar, tanpa harus ke KPP lagi untuk meminta surat setoran pajak (SSP) pada
petugas pajak.
Kelima, Wajib Pajak harus mematuhi aturan yang berlaku terkait batas
waktu atau jatuh tempo yang telah ditentukan dalam pelaporan SPT Tahunan
dan lebih berani untuk menggunakan e-Filing secara mandiri dalam pelaporan
DAFTAR PUSTAKA
Adjat Djatnika, 2014. Walikota Bandung dan Wakilnya Laporkan SPT via E-
filing. Diakses pada 11 April 2014 dalam
<http://jabar.tribunnews.com/ 2014/03/27/wali-kota-bandung-dan-
wakilnya-laporkan-spt-via-e-filling. Senin, 03 Agustus 2015 | 21:05
WITA.
Ajzen, I. dan Fishbein, M. 1975. Understanding Attitudes and Predicting Social
Behavior. Prentice-Hall, Englewood Cliffs, NJ.
Alabede, Zainol and Idris. 2011. Tax Service Quality and Compliance Behaviour
in Nigeria: Do Taxpayer‟s Financial Condition and Risk Preference
Play Any Moderating Role. Journal of Economics, Finance and
Administrative Sciences, ISSN 1450-2887 Issue 78 (2011)
Arief Wibowo, 2006. Kajian tentang Perilaku Pengguna Sistem Informasi dengan
Pendekatan Technology Acceptance Model (TAM), Universitas Budi
Luhur, Jakarta.
Avianto, Rahayu, dan Bayu. 2016. Analisa Peranan E-Filing Dalam Rangka
Meningkatkan Kepatuhan Pelaporan Surat Pemberitahuan Tahunan
Wajib Pajak Orang Pribadi. Jurnal Perpajakan Vol. 9 No. 1
Universitas Brawijaya.
109
110
Denzin N.K. 1994. The Art and Politics of Interpretion, in Denzin N.K. and Lincoln
Y.S. (eds)., 1994, Handbook Qualitative Research, New Delhi : Sage
Publication.
Devano, S dan Siti Rahayu, 2006. Perpajakan: Konsep, Teori, dan Isu. Kencana,
Jakarta.
Fishbein, Martin and Ajzen, Icek, 1975. Belief, Attitude, Intention and Behavior:
An Introduction to Theory and Research, Addison-Wesley Publishing
Company Inc, Menlo Park, California.
Gefen, D., Karahanna, E. and Straub, D. 2003. Trust and TAM in Online
shopping : an integrated model. MIS Quarterly, 27(1):51-90.
Giddlens, Anthony and Jonathan H.Turner (ed.). 2008. social Theory Today :
Panduan Sistematis Tradisi dan Tren Terdepan Teori Sosial,
Terjemahan Yudi Santoso, Yogyakarta, Pustaka Pelajar.
Harinurdin, Erwin. 2009. Perilaku Kepatuhan Wajib Pajak Badan. Bisnis &
Birokrasi, Jurnal Ilmu Administrasi dan Organisasi, ISSN 0854-3844
Hlm. 96-104. Vol. 16 No. 2.
Ismadji Suryadi, 2011. Process & Product Innvation For Techno Preneurship,
Teknik Kimia Unika Widya Mandala, vol. 6 No.2
Iwan Djuniardi. 2013. Pelaporan SPT Pajak E-filing Terus Digenjot. Diakses pada
07 September 2015 dalam <http://www.republika.co.id
/berita/ekonomi/keuangan/13/12/06/ mxdn44-pelaporanspt-pajak-
efiling-terus-digenjot, Jumat, 6 Desember 2013 | 5:48>.
Jabbar, Hijattulah Abdul, dan Pope, Jeff. 2008. Exploring The Relationship
Between Tax Compliance Costs and Compliance Issues in Malaysia.
Journal of Applied Law and Policy.
Jackson et. Al., 1997. A Global Budget For Fine Root Biumas, Surface Area, and
Nutrient Contents, Proc. Natl. Acad. SCI. USA, vol. 94 PP.
7362±7366, Ecology.
Jogiyanto, HM., 1995. Analisis & disain sistem informasi : pendekatan terstruktur
teori dan praktek aplikasi bisnis. Andi Offset. Yogyakarta.
Kismantoro Petrus, 2014. Lapor dan Setor Pajak Bisa di BRI, diakses pada
tanggal 07 September 2015, http://bisnis.tempo.co/read/news
/2014/03/24/087564852/ lapor-dan-setor-pajak-bisa-di-bri, Senin, 24
Maret 2014 | 13:07 WIB.
Lani Sidharta, 1995, Pengantar Sistem Informasi Bisnis, P.T. ELEX Media
Komputindo, Jakarta.
Livari, Juhari, 2005. An. Empirical test of the DeLone and McLean, Model of
Information System Succes Database for Advances in Information
System Spring.
Lim Ibrahim Nur, 2009. Analisis Penerapan Sistem Pelaporan Pajak dengan
Aplikasi E-Filing secara Online, Universitas Multimedia Nusantara,
ISSN 2085-4579, Ultima Infosys, vol. 1 No. 1
Lisa Humairah, David P.E. Saerang, & Ventje Ilat. 2013. Pengaruh Sistem
Administrasi Perpajakan Modern, Pemeriksaan Pajak, dan
Pelayanan Fiskus terhadap Kepatuhan Wajib Pajak pada Kantor
Pelayanan Pajak Pratama Ternate. Jurnal Riset Akuntansi dan
Auditing Volume 4, Nomor 1, Juni 2013. pp43-53.
Loren Bagus, 1996. Kamus Filsafat, Gramedia Pustaka Utama : Jakarta, p. 307
113
Mahmudi. 2005. Manajemen Kinerja Sektor Publik, Penrbit Buku UPP AMP
YKPN, Yogyakarta
Nawawi, dan Martini Hadari, 1991. Instrumen Penelitian Bidang Sosial, Gajah
Mada University Press.
Nurcholis, Hanif., 2005. Teori dan Praktik Pemerintahan dalam Otonomi Daerah.
Grasindo. Jakarta
P.J.A. Adriani, 1991. Pegantar Ilmu Hukum Pajak. Penerbit Salemba Empat,
Jakarta.
Rahayu, Sri, dan Lingga, Ita Salsalina, 2009. Pengaruh Modernisasi Sistem.
Administrasi Perpajakan terhadap Kepatuhan Wajib Pajak. Jurnal
Akuntansi Vol. 1 No. 2 Bandung Maranatha University Press.
Risal C.Y. Laihand, 2013. Pengaruh Perilaku Wajib Pajak Terhadap Penggunaan
E-Filing Wajib Pajak Di Kota Manado, Universitas Sam Ratulangi
Manado, ISSN 2303-1174, Jurnal Emba, vol. 1 No. 3.
Sari, E., M. 2009. Motivasi. Pusat Pengembangan Bahan Ajar Universitas Mercu
Buana : Jakarta
Siti Kurnia Rahayu dan Ely Suhayati, 2010. Perpajakan Indonesia : Teori dan
Teknis Perhitungan, Graha Ilmu : Yogyakarta.
Tarjo dan Indra Kusumawati 2006. Analisis perilaku wajib pajak orang pribadi
terhadap pelaksanaan self assessment system: Suatu studi di
Bangkalan.JAAI 10 No.1.101-120.
Vanessa Tatiana, Priyo Hari, 2009. Dampak sunset policy terhadap faktor-faktor
yang mempengaruhi kemauan membayar pajak. Makalah Simposium
Nasional Indonesia Perpajakan II.
Ward J et al, 2006. At a Glance Fisiologi; alih bahasa, dr.Indah RW; Editor,
Amalia Safitri, Rina Astikawati. Jakarta: Erlangga.
Yin, Robert K. 2003. Studi Kasus: Disain dan Metode. M. Djauzi Mudjakir
(Penerjemah), PT. Raja Grafindo Persada, Jakarta.
Sumber Lain :
http://id.wikipedia.org/wiki/Edmund_Husserl
http://yoyoksiemo.blogspot.com/2007/10/edmund-husserl-1859-1938.html
Iwan Djuniardi. 2013. Pelaporan SPT Pajak E-filing Terus Digenjot. Diakses
pada 20 Maret 2014 dalam <http://www.republika.co.id/ berita/
ekonomi/ keuangan/13/12/06/ mxdn44-pelaporan-spt-pajak-efiling-
terus-digenjot. Selasa, 20 Oktober 2015 | 15:48 WITA.
Muktia Agus Budi Santoso. 2013. „Online‟, Isi SPT Cuma 10 Menit. Diakses pada
9 Oktober 2013 dalam <http://bisniskeuangan.kompas.com/read/
2013/02/22/14030370/Online..Isi.SPT. Cuma.10.Menit . Jumat, 11
September 2015|14:30 WITA.