Anda di halaman 1dari 5

KONSEP DASAR KEPERAWATAN

HOSPICE CARE

Disusun oleh Kelompok 2

PROGRAM SARJANA KEPERAWATAN


SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN (STIKES) MATARAM
TAHUN 2020

1
RESUME TENTANG HOSPICE CARE

Pengertian
Perawatan  hospis dan home care diberikan oleh tim multi disiplin kesehatan
dimana seorang perawat menjadi koordinatornya.  Para klien pengidap kanker yang
dirawat di hospis atau home care masih tetap menjadi populasi berresiko dimana
kebutuhan akan kesehatannya memerlukan perhatian jangka panjang (Ferrel & Dow,
1997).
Hospice adalah perawatan pasien terminal (stadium akhir) dimana pengobatan
terhadap penyakitnya tidak diperlukanlagi (dokter sudah angkat tangan). Perawatan ini
bertujuan meringankan penderitaan dan rasa tidak nyaman dari pasien, berlandaskan
pada aspek bio-psiko-spiritual (HHC-YKI).

Hospice home care merupakan pelayanan/perawatan pasien kanker terminal


(stadium akhir) yang dilakukan di rumah pasien setelah dirawat di rumah sakit dan
kembali keruma
Tujuan
Tiga tujuan utama dari pelayanan hospice home care pada paisen, diantaranya:

1. Meringankan pasien dari penderitaannya, baik fisik (misalnya rasa nyeri, mual,
muntah, dll), maupun psikis (sedih, marah, khawatir, dll) yang berhubungan
dengan penyakitnya.
2. Memberikan dukungan moril, spiritual maupun pelatihan praktis dalam hal
perawatan pasien bagi keluarga pasien dan perawat.
3. Memberikan dukungan moril bagi keluarga pasien selama masa duka cita.

 
Pelayanan Hospice Home Care
Hospice care juga merupakan pelayanan medis yang diberikan kepada pasien di
rumah sakit, pelayanan yang diberikan adalah pelayanan medis secara menyeluruh dan

2
memberikan dukungan sosial, emosional, spiritual dengan maksud untuk meringankan
rasa sakit pada pasien dan keluarga.
Tujuan yang ingin dicapai dari hospice care adalah perawatan paliatif
(manajeman kenyamanan) bukan hanya dari pelayanan kuratif (terapi) saja. Kelebihan
dari layanan hospice care ini dapat diberikan dirumah pasien, hanya saja pasien
terkadang lebih memilih untuk melakukkan rawat jalan, yang mana menawarkan
bantuan dan istirahat sebagai pemberian pelayanan dasar. 
Perawatan  hospis dan home care diberikan oleh tim multi disiplin kesehatan
dimana seorang perawat menjadi koordinatornya.  Para klien yang dirawat di hospis atau
home care masih tetap menjadi populasi berresiko dimana kebutuhan akan kesehatannya
memerlukan perhatian jangka panjang (Ferrel & Dow, 1997).
Perawatan hospis yang dilaksanakan di rumah atau hospice home care adalah
pelayanan kesehatan kepada klien yang pada umumnya bersifat paliatif dan berfokus
pada kesejahteraan klien. Pendekatan holistik merupakan aspek yang paling penting
dalam pelayanan ini dimana tiga komponen individual yang terdiri dari tubuh, jiwa, dan
semangat hidup saling mendukung. Oleh karena itu, jika salah satu komponen tubuh
terganggu maka akan terjadi ketidak harmonisan pada dua komponen yang lain.
Asuhan fisik adalah pelayanan yang diberikan untuk mempertahankan
kesejahteraan fisik. Rasa nyeri, status cairan dan nutrisi merupakan dimensi penting
dalam asuhan fisik dimana klien pengidap kanker sering mengalami gejala kaheksia, dan
xerostomia sebagai akibat ketidak seimbangan status cairan dan nutrisi (Brant, 1998).
Asuhan psikososial termasuk pelayanan untuk mempertahankan keseimbangan
hubungan dan komunikasi dengan keluarga. Selain itu, terjadinya depresi sebagai
manifestasi ketidak seimbangan psikososial termasuk dalam asuhan psikososial.
Perawatan di hospis atau home care bertujuan untuk mempertahankan konsep
paripurna dan individualistik meliputi perawatan fisiologis, psikologis, sosial, kultural,
dan spiritual. Jenis pelayanan ini diharapkan dapat mempertahankan pola hidup klien
sebelumnya sehingga dapat mempertahankan kondisi kualitas hidup klien sesuai dengan
harapannya (McMillan & Weitzner,2000). Pengukuran kualitas hidup diukur

3
berdasarkan kepuasan klien terhadap domain kehidupan meliputi fisik, fungsional,
sosial, spiritual, psikologis, dan ekonomi (Cohen et al, 1997).
Trend Penerapan Hospice care pada Penyakit Kanker
Perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi khususnya dalam bidang
kesehatan telah menjadikan penyakit kanker tidak lagi merupakan penyakit fatal dan
terlambat diobati namun telah menjadi penyakit kronis yang memiliki potensi untuk
mengubah pola kehidupan para pengidapnya. Dengan perkembangan ini terjadi
penurunan angka kematian yang merupakan hasil dari keberhasilan terapi kanker
sehingga dapat memperpanjang hidup klien.
Namun demikian, keefektifan terapi ini hanya diukur dari hasil keluaran secara
fisik seperti sembuh dari penyakit, kematian, angka kesakitan, dan angka kekambuhan.
Oleh karena itu, pada dua dekade terakhir, tim kesehatan telah menyadari bahwa
keberhasilan terapi harus dinilai juga dari pengalaman klien baik secara kualitatif
maupun kuantitatif (King, et al, 1997).
Penurunan angka kematian akibat penyakit kanker dan sifat kronik dari penyakit
ini telah menimbulkan kecenderungan banyak klien tidak dirawat di rumahsakit
melainkan pada pelayanan hospis atau home care. Perawatan  hospis dan home care
diberikan oleh tim multi disiplin kesehatan dimana seorang perawat menjadi
koordinatornya.
Para klien pengidap kanker yang dirawat di hospis atau home care masih tetap
menjadi populasi berresiko dimana kebutuhan akan kesehatannya memerlukan perhatian
jangka panjang (Ferrel & Dow, 1997). Ironisnya, tidak banyak yang perduli dengan
tingkat kualitas hidup mereka yang menghabiskan sisa hidupnya di hospis atau home
care ini (Stetz, 1998).

Pada penderita kanker yang tidak mungkin tersembuhkan lagi, perawatan paliatif
pada dasarnya adalah upaya untuk mempersiapkan awal kehidupan baru (akhirat) yang
berkualitas. Tidak ada bedanya dengan perawatan kandungan yang dilakukan seorang
calon ibu, yang sejak awal kehamilannya rutin memeriksakan diri untuk memastikan

4
kesehatannya dan tumbuh kembang calon bayinya, agar dapat melewati proses kelahiran
dengan sehat dan selamat, selanjutnya dalam kehidupan barunya sebagai manusia sibayi
dapat tumbuh menjadi manusia yang sehat dan berkualitas.

Sedang bagi penderita kanker stadium dini, perawatan paliatif merupakan


pendamping pengobatan medis. Meningkatnya kualitas kehidupan pasien karena
perawatan paliatif diharapkan akan membantu proses penyembuhan kanker secara
keseluruhan.

Kualitas hidup merupakan masalah yang penting dalam pengalaman para


pengidap penyakit kanker yang telah berhasil mengendalikan penyakitnya dan
memperpanjang masa hidup yang harus dilaluinya (Ersek, Ferrel, Dow, &Melancon,
1997).Masalah kualitas hidup bagi klien dengan penyakit kanker meliputi efek
fisiologis, masalah keluarga dan sosial, pekerjaan atau aktifitas harian serta distres
spiritual (Dow, Ferrel, Haberman, & Eaton, 1999).

Kualitas hidup juga dilihat dari berbagai aspek dalam tujuh kategoriya itu gejala
fisik seperti gejala, dan nyeri; kemampuan fungsional seperti aktifitas; kesejahteraan
keluarga; kesejahteraan emosi; kepuasan akan terapi meliputi masalah finansial;
seksualitas dan keintiman termasuk citra tubuh; dan fungsisosial (Cella, 1998).

Anda mungkin juga menyukai