Gambar 2.1.
Peta lokasi Lapangan Gunung Kemala1)
4
5
c. Trap (perangkap).
Perangkap yang berkembang didominasi oleh perangkap struktur, berupa
antiklin yang dikontrol oleh beberapa sesar (reverse maupun normal fault).
Namun di beberapa tempat, perangkap stratigrafi (isolated channel) ikut berperan
dalam penjebakan hidrokarbon di Lapangan Gunung Kemala.
Adanya indikasi hidrokarbon di kedalaman 3048 - 3071 m di sumur GNK-
79 yang diperkirakan merupakan batuan pra-tersier, memberikan paradigma baru
akan adanya model penjebakan lain di Lapangan Gunung Kemala. Berdasarkan
data yang terkumpul dari sejumlah pemboran upside potentials, disimpulkan
bentuk jebakan berupa fractured reservoir.
Bentuk jebakan tersebut merupakan bentuk yang unconventional, karena
tidak mengikuti penyebaran formasi batuan permeable, melainkan berada di
batuan tight yang terhancurkan akibat pergerakan sesar.
d. Migration.
Migrasi hidrokarbon di Lapangan Gunung Kemala diperkirakan terjadi
pada Miosen Akhir secara insitu (in-site migration), yaitu setelah kematangan
batuan induk Formasi Lahat dan Talang Akar yang merupakan endapan syn-rift
tercapai (primary migration) di Dalaman Benakat, Lematang dan Tapus Half
Graben. Plio-Plestosen terjadi lagi migrasi (secondary migration) melalui pola
patahan yang mengalami inversi pada saat itu (Lematang Fault), mengisi lapisan-
lapisan GRM dan TRM yang merupakan post-rift sediment, terperangkap dalam
jebakan struktural (Pendopo-Limau Anticlinorium).
7
Fasies
KELOMPOK
TEBAL (m)
UMUR FORMASI LIITOLOGI
NERITIC DEEP
TERSETRIAL
LITHORAL
NERITIC
Kwarter Pasir, lanau, lempung, aluvial.
Kasai
150 - 750
Lempung, lempung pasiran, pasir dan
Pliosen lapisan tebal batubara.
Atas gampingan.
Tengah
Napal, lempung, serpih, serpih lanauan,
Gumai
Miosen
2200
0-160
Bawah
lempungan
Talangakar
Tengah
Bawah
0 - 300
Tengah
Bawah
Paleosen
Paleozoikum
Mesozoikum
Pra-tersier
Gambar 2.2.
Stratigrafi Cekungan Sumatra Selatan1)
8
Zonasi Fasies
KELOMPOK
TEBAL (m)
TERESTERIAL
NERITIC DEEP
UMUR FORMASI LITOLOGI
Nanno
Foram
LITHORAL
Polen
NERITIC
Kwarter
360
Pliosen non karbonatan, dengan sisipan batulanau, batupasir
dan batubara tebal.
Florschuetzia levipoli
PALEMBANG
Air Benakat
Akhir
Tengah
Gumai
Miosen
lunak.
BRF
35
Awal
TELISA
Talang Akar
1150
Oligosen
P22
Akhir
> NP25
LAF
Basement
Gambar 2.3.
Stratigrafi Lapangan Gunung Kemala1)
12
Sektor I memiliki luas area 4445 km2, terletak paling barat Lapangan
Gunung Kemala yang berbatasan dengan Lapangan Benuang dan Sungai
Lematang. Sektor I merupakan sektor naik terhadap sektor II dan Benuang yang
masing-masing dibatasi sesar turun (normal fault). Sektor II sendiri berkembang
dua normal fault yang berukuran minor.
Sektor II memiliki luas area 8347 km2, terletak di bagian tengah
Lapangan Gunung Kemala berbatasan dengan sektor I dan sektor III yang
dibatasi oleh sebuah sadle. Sektor ini merupakan sektor paling turun
dibandingkan tiga sektor lainnya.
Sektor III memiliki luas area 12.69 km2, terletak di bagian tengah
Lapangan Gunung Kemala, merupakan sektor yang lebih naik dari sektor II. Saat
ini hidrokarbon paling banyak diproduksikan dari sektor III.
Sektor IV memiliki luas area 7751 km2, merupakan sektor paling timur
dari Lapangan Gunung Kemala dan sampai sekarang baru 4 sumur yang di bor di
sektor tersebut.
Gambar 2.4.
Penampang blok-blok sesar yang mengontrol Lapangan Benuang,
Prabumulih Barat dan Gunung Kemala, serta membagi Lapangan Gunung
Kemala menjadi 4 sektor1)
13