Anda di halaman 1dari 10

BAB II

TINJAUAN UMUM LAPANGAN

2.1. Geografis Lapangan Gunung Kemala


Lapangan Gunung Kemala pertama kali ditemukan oleh Belanda pada
tahun 1937 oleh BPM, dengan dibornya sumur GNK-01. Pemboran terus
berlangsung hingga tahun 1958 dengan jumlah sumur produksi sebanyak 51 buah.
Sampai bulan Juni 2008, Lapangan Gunung Kemala telah berhasil dibor 87 sumur
dengan status terakhir 11 sumur aktif berproduksi, 61 sumur ditutup sementara
dan 15 sumur mati, disumbat dan ditinggalkan.
Lokasi Lapangan Gunung Kemala terletak sekitar 90 km di sebelah barat
daya Kota Palembang - Sumatera Selatan atau berada kurang lebih 50 km di
sebelah Barat laut Kota Prabumulih.

Gambar 2.1.
Peta lokasi Lapangan Gunung Kemala1)

2.2. Prospek Hidrokarbon Lapangan Gunung Kemala

4
5

Batuan yang dianggap sebagai batuan induk penghasil hidrokarbon di


lapangan minyak Lapangan Gunung Kemala diperkirakan serpih pada Formasi
Talang Akar itu sendiri yang dinilai berpotensi, baik karena telah dalam kondisi
matang (mature), dan telah menghasilkan hidrokarbon. Proses pematangan
hidrokarbon di Lapangan Gunung Kemala diperkirakan pada kedalaman lebih
kurang 1900 meter.
Formasi Talang Akar yang letaknya di bagian paling bawah dari seluruh
formasi yang ada di daerah studi, dianggap telah mencapai kedalaman
pematangan. Batugamping Formasi Baturaja tidak ada tanda-tanda hidrokarbon.
Petroleum system di Lapangan Gunung Kemala, sudah terbukti
menghasilkan hidrokarbon yang ekonomis dari Formasi Talang Akar (TAF).
Asumsi keberadaan hidrokarbon di Lapangan Gunung Kemala didasarkan pada
konsep petroleum system yang terjadi di Sub-Cekungan Palembang (kompleks
Palembang Selatan), meliputi beberapa aspek sebagai berikut :
a. Source Rock (batuan induk).
Batuan induk Lapangan Gunung Kemala diinterpretasikan berasal dari
batuan serpih Formasi Lemat dan Formasi Talang Akar yang terdapat di Dalaman
Tanjung Miring dan sekitarnya, maupun dari Lematang Depression. Berdasarkan
hasil analisis data geokimia diperkirakan potensi batuan induk cukup bagus, dan
telah matang sebagai penghasil hidrokarbon.
a. Reservoir.
Batuan yang berfungsi sebagai reservoir utama adalah batupasir Formasi
Talang Akar (TAF) yang telah terbukti di Lapangan Gunung Kemala
mengandung hidrokarbon dilapisan existing (23 lapisan) maupun upside
potentials (13 lapisan), dan berkembang bagus pada interval kedalaman (1700 -
2600) mbpl.
b. Sealed Cap Rock (batuan penyekat).
Batuan serpih yang diendapkan secara berselang-seling dengan batupasir
Formasi Talang Akar terbukti sebagai batuan penyekat yang bagus, selain itu
Formasi Gumai merupakan penyekat yang efektif secara regional di Lapangan
Gunung Kemala.
6

c. Trap (perangkap).
Perangkap yang berkembang didominasi oleh perangkap struktur, berupa
antiklin yang dikontrol oleh beberapa sesar (reverse maupun normal fault).
Namun di beberapa tempat, perangkap stratigrafi (isolated channel) ikut berperan
dalam penjebakan hidrokarbon di Lapangan Gunung Kemala.
Adanya indikasi hidrokarbon di kedalaman 3048 - 3071 m di sumur GNK-
79 yang diperkirakan merupakan batuan pra-tersier, memberikan paradigma baru
akan adanya model penjebakan lain di Lapangan Gunung Kemala. Berdasarkan
data yang terkumpul dari sejumlah pemboran upside potentials, disimpulkan
bentuk jebakan berupa fractured reservoir.
Bentuk jebakan tersebut merupakan bentuk yang unconventional, karena
tidak mengikuti penyebaran formasi batuan permeable, melainkan berada di
batuan tight yang terhancurkan akibat pergerakan sesar.
d. Migration.
Migrasi hidrokarbon di Lapangan Gunung Kemala diperkirakan terjadi
pada Miosen Akhir secara insitu (in-site migration), yaitu setelah kematangan
batuan induk Formasi Lahat dan Talang Akar yang merupakan endapan syn-rift
tercapai (primary migration) di Dalaman Benakat, Lematang dan Tapus Half
Graben. Plio-Plestosen terjadi lagi migrasi (secondary migration) melalui pola
patahan yang mengalami inversi pada saat itu (Lematang Fault), mengisi lapisan-
lapisan GRM dan TRM yang merupakan post-rift sediment, terperangkap dalam
jebakan struktural (Pendopo-Limau Anticlinorium).
7

Fasies

KELOMPOK

TEBAL (m)
UMUR FORMASI LIITOLOGI

NERITIC DEEP
TERSETRIAL

LITHORAL

NERITIC
Kwarter Pasir, lanau, lempung, aluvial.
Kasai

Kerikil, pasir tuffan, dan lempung


Plistosen konkresi vulkanik, tuff batuapung
Muara Enim
PALEMBANG

150 - 750
Lempung, lempung pasiran, pasir dan
Pliosen lapisan tebal batubara.

Lempung pasiran dan napalan, banyak


Benakat

pasir dengan glaukonit, kadang


Air

Atas gampingan.

Tengah
Napal, lempung, serpih, serpih lanauan,
Gumai
Miosen

2200

kadan-kadang gamping dan pasir tipis,


Globigerina biasa terdapat
TELISA

0-160

Napal, gamping terumbu dan gamping


Batu
Raja

Bawah
lempungan
Talangakar

Pasir, pasir gampingan, lempung,


0 - 1100

lempung pasiran sedikit batubara, pasir


kasar pada dasr penampang di banyak
Atas tempat.
Oligosen

Tengah

Bawah
0 - 300

Tuff ungu, hijau, merah dan coklat,


LAF

Atas lempung tuffan, breksi dan konglomerat.


Eosin

Tengah
Bawah
Paleosen
Paleozoikum
Mesozoikum

Pra-tersier

Batuan beku aneka warna dan batuan


sedimen yang termetamorfisir tingkat
rendah.

Gambar 2.2.
Stratigrafi Cekungan Sumatra Selatan1)
8

2.3. Tinjauan Geologi Lapangan Gunung Kemala


Lapangan Gunung Kemala terletak didalam jalur Anti Klinorium Limau,
sub Cekungan Palembang – Cekungan Sumatra Bagian Selatan. Pada Gambar 2.2.
memperlihatkan posisi Lapangan Gunung Kemala terhadap peta tektonik
Cekungan Sumatera Selatan. Cekungan ini di sebelah Barat Daya dibatasi oleh
Pegunungan Bukit Barisan, di sebelah Tenggara oleh Tinggian Lampung dan di
sebelah Timur Laut oleh Paparan Sunda yang juga sebagai batuan induk sedimen
di cekungan ini.
Cekungan Sumatera Tengah di sebelah Barat Laut telah disepakati sebagai
batasnya Pegunungan Cekungan Sumatera Selatan. Batuan dasar yang mengontrol
bentuk cekungan Sumatera Selatan ini adalah batuan-batuan Malihan dari batuan
yang berumur Pra-Tersier, sedangkan sedimen-sedimen tersier yang ada
umumnya kaya akan hydrocarbon diendapkan tidak selaras di atasnya.
Sedimen-sedimen tersier tersebut diawali oleh endapan non-marine
Formasi Lahat yang kemudian diikuti dengan siklus transgresi dan regresi dari
Formasi Talang Akar sampai dengan Formasi Muara Enim, sedangkan tektonik
utama yang mempengaruhi pembentukan sedimen ini terjadi pada awal Tersier,
Oligosen Tengah dan pada Plio Pleistosen. Tektonik yang terakhir ini yang
mempengaruhi penjebakan minyak bumi dan membentuk bentang alam saat ini di
Sumatera Selatan. Hasil akhir dari tektonik ini adalah perlipatan dan patahan dari
sedimen Tersier yang membentuk beberapa Anti Klinorium yang paralel dengan
arah umum Pulau Sumatera.

2.3.1. Stratigrafi Umum Lapangan Gunung Kemala


Secara umum, stratigrafi Lapangan Gunung Kemala dapat dilihat pada
Gambar 2.2 (Kolom stratigrafi) yang berturut-turut dari tua ke muda adalah:
1. Batuan Dasar (BSM)
Batuan dasar di Cekungan Sumatera Selatan khususnya di daerah Gunung
Kemala disusun oleh berbagai jenis Malihan dengan umur yang berbeda-beda.
Kelompok batuan ini pada umumnya disebut Pra-Tersier.
9

2. Formasi Lahat (LAF)


Secara umum Formasi Lahat diendapkan tidak selaras di atas batuan
dasar. Lithologinya terdiri dari konglomerat di bagian bawah, batupasir, batu
lempung tufaan, dan kadang-kadang disisipi oleh lapisan tipis batubara.
Formasi ini ditafsirkan berumur Eosen sampai Oligosen awal dan diendapkan
di lingkungan kontinental terutama pada daerah lekukan dari paleo-topografi
batuan dasar.
3. Formasi Talang Akar (TAF)
Formasi ini berumur oligosen Atas. SPRUYT (1957, vide Pulunggono,
1966) membagi Formasi Talang Akar menjadi anggota “Gritsand” (GRM)
dan anggota “Transition Member” (TRM), di Lapangan Gunung Kemala
dijumpai pada kedalaman lapisan L1 ke bawah dengan ketebalan sekitar 400
m. Lithologi utamanya adalah batu pasir dengan beberapa sisipan batu lanau
dan batubara.
4. Formasi Baturaja (BRF)
Setelah pengendapan Formasi Talang Akar dan semakin berkurangnya
sedimentasi material klastik, kondisi lingkungan menjadi stabil dan
memungkinkan pengendapan batu gamping terumbu maupun batu gamping
klastik dari Formasi Baturaja.
Lapangan Gunung Kemala Formasi Baturaja Adalah zona A1 dan A2
dan dijumpai pada kedalaman sekitar 1500 m dengan ketebalan 50 m,
sehingga pada umumnya kurva SP-nya datar yang mungkin disebabkan oleh
porositas dan permeabilitas yang sangat kecil.
5. Formasi Gumai (GUF)
Transgresi terus berlanjut dan mencapai puncaknya pada saat
pengendapan Formasi Gumai yang berumur Miosen Bawah sampai Miosen
Tengah. Lithologinya terdiri dari serpih laut dengan sisipan tipis batu gamping
dan napal.
6. Formasi Air Benakat (ABF)
Miosen Atas fase regresi diawali dengan pengendapan Formasi Air
Benakat yang berupa batu lempung, batupasir, dan batubara. Formasi ini
10

diendapkan di lingkungan payau. Lapangan Gunung Kemala dijumpai sebagai


lithologi batu lempung dengan sisipan-sisipan batu pasir dan batu lanau,
banyak mengandung cangkang-cangkang moluska.
7. Formasi Muara Enim (MEF)
Lapangan Gunung Kemala, Formasi Muara Enim tersingkap di
permukaan dan dijumpai sampai kedalaman sekitar 350 m, lithologinya terdiri
dari batu pasir berselang-seling dengan serpih dan batu lanau. Indikasi
hidrokarbon tidak ditemukan di dalam formasi ini.
8. Formasi Kasai (KAF)
Formasi ini diendapkan tidak selaras di atas formasi Muara Enim
setelah tektonik regional pada Plio-Pleistosen. Lithologinya adalah batupasir,
batu lempung dan kerakal yang bersifat tufaan. Formasi ini ditafsirkan
berumur Pleistosin.

2.3.2. Struktur Geologi Umum Lapangan Gunung Kemala


Lapangan Gunung Kemala merupakan sebuah antiklin yang berarah barat
laut - timur tenggara, adalah bagian dari deretan Antiklinorimum Pendopo Limau
yang masuk dalam Sub-Cekungan Palembang Selatan. Antiklin Lapangan
Gunung Kemala sendiri memiliki dimensi panjang ± 18 km, dan lebar ± 5 km.
Secara geologi, Lapangan Gunung Kemala dan Lapangan Benuang hanya
dibatasi oleh sebuah sesar turun (normal fault). Secara geografis kedua lapangan
tersebut dibatasi oleh sungai Sungai Lematang. Lapangan Gunung Kemala
dikontrol oleh sebuah sesar naik (Sesar Lematang) di bagian selatan antiklin, yang
memanjang secara regional dari Lapangan Ogan, Tanjung Tiga, Talang Jimar,
Prabumulih Barat, Gunung Kemala, Benuang dan menerus hingga Benakat
Timur. Sesar normal fault juga berkembang dan membagi Lapangan Gunung
Kemala menjadi empat sektor besar (Gambar 2.4 ).
Sektor I memiliki luas area 4445 km2, terletak paling barat Lapangan
Gunung Kemala yang berbatasan dengan Lapangan Benuang dan Sungai
Lematang. Sektor I merupakan sektor naik terhadap sektor II dan Benuang yang
11

masing-masing dibatasi sesar turun (normal fault). Sektor II sendiri berkembang


dua normal fault yang berukuran minor.

Zonasi Fasies

KELOMPOK

TEBAL (m)

TERESTERIAL

NERITIC DEEP
UMUR FORMASI LITOLOGI
Nanno
Foram

LITHORAL
Polen

NERITIC
Kwarter

Terdiri dari claystone abu-abu muda, lunak sticky ,


MEF

360
Pliosen non karbonatan, dengan sisipan batulanau, batupasir
dan batubara tebal.
Florschuetzia levipoli

PALEMBANG
Air Benakat
Akhir

Terdiri dari claystone tebal berselang-seling dengan


NN5

shale abu-abu, lunak, non karbonat, dengan sisipan


770

batulanau dan batupasir abu-abu kehijauan


mengandung glaukonit.
N6 - N15

Tengah

Gumai

Terdiri dari shale abu-abu muda kadang kecoklatan,


390

sisipan napal coklat muda dan batugamping putih


NN3-NN4

Miosen

lunak.
BRF

Batugamping, putih, coklat muda, keras menengah,


N5-N6

35

sebagian chalky dan kristalin


F. trilobata

Awal
TELISA
Talang Akar

Terdiri dari perselingan batupasir tebal dengan shale ,


< NN2

1150

batupasir abu-abu muda di bagian atas gampingan


dan mengandung glaukonit, dibagian bawah tidak
gampingan, lepas, dengan sisipan batubara.
Lanagiopollis sp.1 Mayeripollis

Oligosen
P22

Akhir
> NP25

LAF

Shale abu-abu hingga coklat tua non-karbonatan, dengan


250

sisipan batupasir menyudut tanggung kadang lepas.


Pre-Tertier

Basement

Shale hitam keras-sangat keras termetamorfosa tingkat


rendah (kemungkinan slate yang masih menunjukkan
tekstur sisa blastopsephite ) dengan sisipan marble putih.

Gambar 2.3.
Stratigrafi Lapangan Gunung Kemala1)
12

Sektor I memiliki luas area 4445 km2, terletak paling barat Lapangan
Gunung Kemala yang berbatasan dengan Lapangan Benuang dan Sungai
Lematang. Sektor I merupakan sektor naik terhadap sektor II dan Benuang yang
masing-masing dibatasi sesar turun (normal fault). Sektor II sendiri berkembang
dua normal fault yang berukuran minor.
Sektor II memiliki luas area 8347 km2, terletak di bagian tengah
Lapangan Gunung Kemala berbatasan dengan sektor I dan sektor III yang
dibatasi oleh sebuah sadle. Sektor ini merupakan sektor paling turun
dibandingkan tiga sektor lainnya.
Sektor III memiliki luas area 12.69 km2, terletak di bagian tengah
Lapangan Gunung Kemala, merupakan sektor yang lebih naik dari sektor II. Saat
ini hidrokarbon paling banyak diproduksikan dari sektor III.
Sektor IV memiliki luas area 7751 km2, merupakan sektor paling timur
dari Lapangan Gunung Kemala dan sampai sekarang baru 4 sumur yang di bor di
sektor tersebut.

Gambar 2.4.
Penampang blok-blok sesar yang mengontrol Lapangan Benuang,
Prabumulih Barat dan Gunung Kemala, serta membagi Lapangan Gunung
Kemala menjadi 4 sektor1)
13

2.4. Sejarah Produksi


Sumur pertama dibor pada lapangan “Gunung Kemala” pada tahun 1937,
selama kurun waktu 1937-1985 PT. Pertamina EP Region SUMBAGSEL telah
membor 72 sumur yang mana 60 diantaranya menggunakan artificial lift yaitu gas
lift. Saat ini jumlah sumur yang masih berproduksi pada lapangan “Gunung
Kemala” adalah 24 sumur dengan produksi harian mencapai 548 BOPD.

Anda mungkin juga menyukai