TUGAS AKHIR
TUGAS AKHIR
Diajukan sebagai syarat untuk memperoleh gelar Sarjana
Disahkan oleh,
Koordinator Program Studi
Jurusan Teknik Manufaktur Dan Mineral Kebumian
Institut Teknologi Sumatera
Skripsi ini adalah karya saya sendiri, dan semua sumber baik yang dikutip
maupun dirujuk telah saya nyatakan benar.
NIM : 12116084
Tanda Tangan :
Tanggal :
HALAMAN PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI
Sebagai civitas akademik Institut Teknologi Sumatera, saya yang bertanda tangan di
bawah ini:
beserta perangkat yang ada (jika diperlukan). Dengan Hak Bebas Royalti
Noneksklusif ini Institut Teknologi Sumatera berhak menyimpan,
mengalihmedia/formatkan, mengelola dalam bentuk pangkalan data (database),
merawat, dan memublikasikan tugas akhir saya selama tetap mencantumkan nama
saya sebagai penulis/pencipta dan sebagai pemilik Hak Cipta.
ABSTRAK
Kata kunci:
Interpretation Of Alluvial Precipitation Environment Using The Vertical Electrical
Sounding (VES) Method in Al Field, Vion Field, and Ita Field, Tanjung Jabung
Timur District, Jambi Province
(Teresia Okta Alvionita Br Sinuraya) (12116084)
(Dr. Ir. Agus Laesanpura, M.S.) (Rizka, S.T., M.T.)
ABSTRACT
Keyword:
MOTTO
TUHAN akan berperang untuk kamu, dan kamu akan diam saja.
(Keluaran 14:14)
Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, karena atas berkat
rahmat dan kasih-Nya, penulis dapat menyelesaikan tugas akhir dengan judul
Interpretasi Lingkungan Pengendapan Daerah Alluvial Menggunakan Metode
Vertical Electrical Sounding (VES) di Lapangan Al, Lapangan Vion, dan Lapangan
Ita, Kabupaten Tanjung Jabung Timur, Provinsi Jambi. Penulisan laporan tugas akhir
ini dilakukan dalam rangka memenuhi syarat kelulusan program studi Teknik
Geofisika di Institut Teknologi Sumatera, dalam proses penulisan laporan ini penulis
mengalami beberapa kesulitan dan hambatan, namun dengan dorongan dan bantuan
dari berbagai pihak maka laporan ini dapat terselesaikan dengan baik. Oleh karena
itu, pada kesempatan ini penulis mengucapkan terima kasih kepada:
1. Tuhan Yesus Kristus yang selalu memberkati dan menopang selama
menjalani kehidupan.
2. Kedua orangtua terhebat yang penulis sayangi bapak dan mamak, kakak dan
adik-adik yang sangat penulis sayangi kak Ika, Egi, Yolanda. Terimakasih
untuk tidak pernah bosan menunggu penulis untuk segera menyelesaikan
tugas akhir begitupun untuk dukungan, saran, serta doa yang tidak pernah lupa
dipanjatkan yang selalu menyertai penulis sehingga penulis dapat
menyelesaikan laporan Tugas Akhir ini.
3. Bapak Agus Laesanpura, selaku Ketua Program Studi Teknik Geofisika dan
pembimbing satu tugas akhir yang mengarahkan saya dalam penyusunan
laporan Tugas Akhir ini.
4. Ibu Rizka selaku dosen pembimbing dua tugas akhir yang mengarahkan saya
dalam penyusunan laporan Tugas Akhir ini.
5. Seluruh dosen Teknik Geofisika Institut Teknologi Sumatera yang telah
memberikan ilmu pengetahuan kepada penulis hingga penyusunan Tugas
Akhir ini.
Serta semua pihak yang telah banyak membantu dalam menyelesaikan laporan ini.
Kiranya Tuhan Yang Maha Esa berkenan membalas segala kebaikan semua pihak
yang telah membantu. Akhir kata, penulis memohon maaf kepada semua pihak atas
segala kesalahan baik yang disengaja maupun tidak disengaja dalam perkataan
maupun perbuatan yang mungkin kurang berkenan selama penulisan laporan Tugas
Akhir ini. Penulis berharap laporan Tugas Akhir Ini dapat bermanfaat bagi pembaca.
Halama
Gambar 2.1 Siklus elektrik determinasi resistivitas dan lapangan elektrik untuk
stratum homogenous permukaan bawah tanah (Todd, 1980).....................................12
Gambar 2.2. Silinder konduktor (Lowrie, 2007).........................................................15
Gambar 2.3 Sumber arus 2 titik pada permukaan homogen isotropis (Telford et al,
1990)............................................................................................................................17
Gambar 2.4 Sumber arus berupa titik pada permukaan bumi homogen.....................18
Gambar 2.5 Dua pasang elektroda arus dan elektroda potensial pada permukaan
medium homogen isotropis dengan resistivitas 𝜌 (Telford et al, 1990)......................19
Gambar 2.6 Konfigurasi Schlumberger.......................................................................21
YGambar 3.1 Stratigrafi daerah penelitian...................................................................32
Gambar 3.2 Peta Topografi (Badan Informasi Geospasial)........................................33
Gambar 3.3 Peta arah aliran........................................................................................34
Gambar 3.4 Peta geologi provinsi Jambi (Badan Informasi Geospasial)....................35
YGambar 4.1 Peta desain survei lokasi penelitian.......................................................40
Gambar 4.2 Diagram alir.............................................................................................43
YGambar 5.1 Lintasan A-B korelasi titik 02, 01, 03 dengan arah Barat Laut-Tenggara
.....................................................................................................................................52
Gambar 5.2 Lintasan A-B korelasi titik 04, 01, 05 dengan
arah Timur Laut - Barat Daya......................................................................................53
Gambar 5.3 Lintasan A-B korelasi titik 07, 06, 08 dengan arah Barat Laut-Timur....54
Gambar 5.4 Lintasan A-B korelasi titik 07, 06, 09 dengan arah Barat Laut – Selatan
.....................................................................................................................................55
Gambar 5.5 Lintasan A-B korelasi titik 13, 18, 12 dengan arah Barat-Timur............56
Gambar 5.6 Lintasan A-B korelasi titik 11, 12, 15, 14, 16 dengan arah Selatan-Utara
.....................................................................................................................................57
Gambar 5.7 Sub-surface stratigraphy daerah Lapangan Al dan Lapangan Vion.......59
Gambar 5.8 Sub-surface stratigraphy daerah LapanganIta.........................................59
Gambar 5.9 Visualisasi 3D daerah penelitian.............................................................60
Daftar Tabel
Halaman
1.2 Tujuan
Adapun tujuan dari penelitian ini adalah:
1. Mengidentifikasi litologi menggunakan data Vertical Electrical Sounding
(VES) pada daerah penelitian.
2. Membuat korelasi titik sounding untuk mengetahui kemenerusan,
ketebalan, dan kedalaman lapisan setiap titik VES.
3. Membuat visualisasi pemodelan 3D bawah permukaan daerah penelitian.
4. Menganalisis asosiasi fasies daerah penelitian.
5. Menganalisis lingkungan pengendapan sedimen penyusun bawah
permukaan daerah penelitian.
Aliran arus listrik dalam batuan dan mineral dapat digolongkan menjadi 3
macam, yaitu konduksi secara elektronik, konduksi secara elektrolitik dan konduksi
secara dielektrik (Kusumandari, 2015).
1. Konduksi Secara Elektronik
Konduksi ini terjadi jika batuan atau mineral mempunyai banyak electron
bebas sehingga arus listrik dialirkan dalam batuan atau mineral oleh
electron-elektron bebas tersebut. Aliran listrik ini juga dipengaruhi oleh
sifat atau karakteristik masing-masing batuan yang dilewatinya. Salah
satu sifat atau karateristik batuan tersebut adalah resistivitas yang
menunjukkan kemampuan bahan untuk menghantarkan arus listrik.
Semakin besar nilai resistivitas suatu bahan maka semakin sulit bahan
tersebut menghantarkan arus listrik, begitu pula sebaliknya. Resistivitas
mempunyai pengertian yang berbeda dengan resistansi (hambatan),
dimana resistansi tidak hanya tergantung pada bahan tetapi juga
bergantung pada faktor geometri atau bentuk bahan tersebut. Sedangkan
resistivitas tidak bergantung pada faktor geometri (Telford et al, 2007).
Jika ditinjau sebuah silinder dengan panjang L, luas penampang A dan
resistansi R seperti Gambar 2.2.
dv
Dimana 𝐽 = rapat arus listrik = −𝜎
dr
Untuk konstanta integrasi A dalam setengah bola yaitu:
−IP
A= (7)
2π
Sehingga diperoleh:
−A IP
V= (8)
r 2π
Dimana Δ𝑉 = beda potensial, 𝐼 = kuat arus yang dilalui oleh bahan
(ampere).
Maka nilai resistivitas listrik yang diberikan oleh medium:
v
ρ = 2πr (9)
i
Persamaan (9) merupakan persamaan ekuipotensial permukaan setengah
bola yang tertanam di bawah permukaan tanah (Telford et al, 1990).
2. Dua Titik Arus di Permukaan
Apabila terdapat elektroda arus C1 yang terletak pada permukaan suatu
medium homogen, terangkai dengan elektroda arus C2 dan diantaranya
ada dua elektroda potensial P1 dan P2 yang dibuat dengan jarak tertentu
seperti pada Gambar 2.5, maka potensial yang berada di dekat titik
elektroda tersebut bisa dipengaruhi oleh kedua elektroda arus.
Gambar 2. Dua pasang elektroda arus dan elektroda potensial pada permukaan
medium homogen isotropis dengan resistivitas 𝜌 (Telford et al, 1990)
Oleh karena itu potensial P1 yang disebabkan arus di C1 adalah:
− A1
V 1= (10)
r1
Dimana:
−Iρ
A1= (11)
2π
Karena arus pada kedua elektroda adalah sama dan arahnya berlawanan,
maka potensial P1 yang disebabkan arus di C2 adalah:
− A2
V 2= (12)
r2
Dimana:
Iρ
A2=−A 1= (13)
2π
Karena arus pada dua elektroda besarnya sama dan berlawanan arah
sehingga diperoleh potensial total di P1:
Iρ 1 1
V 1 +V 2= ( − ) (14)
2 π r1 r2
Dengan cara yang sama diperoleh potensial total di P2 yaitu:
Iρ 1 1
V 1 +V 2= ( − ) (15)
2 π r3 r 4
Sehingga dapat diperoleh beda potensial antara titik P1 dan P2 yaitu:
Iρ 1 1 1 1
ΔV= (
[ − − − ]
2 π r1 r 2 )(
r3 r4 ) (16)
Dengan:
ΔV : beda potensial antara P1 dan P2
I : arus (A)
ρ: resistivitas (Ωm)
r1 : jarak C1 ke P1 (m)
r2 : jarak C2 ke P1 (m)
r3 : jarak C1 ke P2 (m)
r4 : jarak C2 ke P2 (m)
Susunan keempat elektroda tersebut merupakan susunan elektroda yang
biasanya dalam metode geolistrik resistivitas. Pada konfigurasi ini garis-
garis aliran arus dan ekuipotensial diubah oleh dekatnya kedua elektroda
arus (Reynolds, 2005).
Gambar 3.1 Peta Geologi Tanjung Jabung Timur (Badan Informasi Geospasial)
3.3 Sedimentologi dan Stratigrafi
Secara regional Tanjung Jabung Timur termasuk dalam Cekungan Sumatera
Selatan. Fase sedimentasi di Cekungan Sumatera Selatan berlangsung menerus
selama zaman Tersier disertai dengan penurunan dasar cekungan hingga ketebalan
sedimen mencapai 600 meter (Bemmelen, 1949). Stratigrafi cekungan sumatera
selatan terdiri dari satu siklus besar sedimentasi yang dimulai dari fase transgresi
pada awal siklus dan fase regresi pada akhir siklus. Stratigrafi pada Cekungan
Sumatera Selatan dapat dikenal satu daur besar (megacycle) yang terdiri dari suatu
transgresi yang diikuti regresi (Pratiknyo,2018). Sedimentasi yang terjadi selama
Tersier berlangsung pada lingkungan laut setengah tertutup. Pada fase transgresi
terbentuk urutan fasies darat-transisi-laut dangkal dan pada fase regresi terbentuk
urutan sebaliknya yaitu, laut dangkal-transisi-darat (Pulunggono et al,1992). Susunan
stratigrafi Cekungan Sumatera Selatan dapat diuraikan, sebagai berikut (De Coster,
1974):
1. Kelompok Pra-Tersier
Formasi ini merupakan batuan dasar (basement rock) dari Cekungan
Sumatera Selatan. Tersusun atas batuan beku Mesozoikum, batuan
metamorf Paleozoikum Mesozoikum, dan batuan karbonat yang
termetamorfosa.
2. Formasi Kikim Tuff dan older Lemat atau Lahat
Batuan yang ada pada Formasi ini terdiri dari batupasir tuffan,
konglomerat, breksi, dan lempung. Batuan-batuan tersebut kemungkinan
merupakan bagian dari siklus sedimentasi yang berasal dari Continental,
akibat aktivitas vulkanik, dan proses erosi dan disertai aktivitas tektonik
pada akhir Kapur awal Tersier di Cekungan Sumatera Selatan.
3. Formasi Lemat Muda atau Lahat Muda
Formasi Lemat tersusun atas klastika kasar berupa batupasir, batu
lempung, fragmen batuan, breksi, “Granit Wash”, terdapat lapisan tipis
batubara, dan tuf. Semuanya diendapkan pada lingkungan kontinen.
4. Formasi Talang Akar
Formasi Talang Akar terdiri dari batu pasir yang berasal dari delta plain,
serpih, lanau, batu pasir kuarsa, dengan sisipan batu lempung karbonan,
batubara dan di beberapa tempat konglomerat. Formasi ini berhubungan
dengan delta plain dan daerah shelf.
5. Formasi Baturaja
Formasi Baturaja diendapkan pada bagian intermediate-shelfal dari
Cekungan Sumatera Selatan, di atas dan di sekitar platform dan tinggian.
Komposisi dari Formasi Baturaja ini terdiri dari Batu gamping Bank
(Bank Limestone) atau platform dan reefal. Formasi ini sangat
fossiliferous dan dari analisis umur anggota ini berumur Miosen.
6. Formasi Telisa (Gumai)
Formasi Gumai tersebar secara luas dan terjadi pada zaman Tersier,
formasi ini terendapkan selama fase transgresif laut maksimum
(maximum marine transgressive). Batuan yang ada di formasi ini terdiri
dari napal yang mempunyai karakteristik fossiliferous, banyak
mengandung foram plankton. Sisipan batu gamping dijumpai pada bagian
bawah. Lingkungan pengendapan Laut Terbuka, Neritik
7. Formasi Lower Palembang (Air Benakat)
Formasi Lower Palembang diendapkan selama awal fase siklus regresi.
Komposisi dari formasi ini terdiri dari batu pasir glaukonitan, batu
lempung, batu lanau, dan batu pasir yang mengandung unsur karbonatan.
Formasi ini diendapkan di lingkungan laut dangkal.
8. Formasi Middle Palembang (Muara Enim)
Batuan penyusun yang ada pada formasi ini berupa batu pasir, batu
lempung, dan lapisan batubara. De Coster (1974) menafsirkan formasi ini
berumur Miosen Akhir sampai Pliosen, berdasarkan kedudukan
stratigrafinya. Formasi ini diendapkan pada lingkungan laut dangkal
sampai brackist (pada bagian dasar), delta plain dan lingkungan non
marine.
9. Formasi Upper Palembang (Kasai)
Formasi ini merupakan formasi yang paling muda di Cekungan Sumatra
Selatan. Komposisi dari formasi ini terdiri dari batu pasir tuffan,
lempung, dan kerakal dan lapisan tipis batubara. Umur dari formasi ini
tidak dapat dipastikan, tetapi diduga Plio-Pleistosen. Lingkungan
pengendapannya darat.
Endapan yang menutup Cekungan Sumatera Selatan termasuk kedalam sedimen
kuarter yang terendapkan di atas sedimen Tersier dan batuan dasar Pra-Tersier
serta dibatasi oleh ketidakselarasan terdiri dari breksi, batupasir, dan
batulempung serta produk vulkanik yang berasal dari Bukit Barisan (Salim et al,
1994). Endapan kuarter terendapkan secara tidak selaras di atas formasi kasai dan
tidak terpengaruh oleh perlipatan umur plio-pleistosen. Volkanik andesitik kuarter
biasanya berlimpah pada bukit barisan yang juga di antara sungai lematang dan Enim
dengan banyak produk intrusi dan ekstrusi yang sekarang membentuk kelompok
Bukit Asam, Serelo, dan Jelapang. Batuan lain yang termasuk ke dalam endapan
kuarter adalah liparit yang mengisi lembah pada daerah pasumah bagian selatan dari
pegunungan gumai. Tuff andesit dan lahar pada daerah pasumah berasal dari
gunungapi barisan seperti dempo, dan terendapkan sepanjang sungai utama (Darman
et al, 2000). Daerah penelitian yang berada di Kabupaten Tanjung Jabung Timur
tersusun oleh endapan kuater (Gambar 3.2) yang terdiri dari:
1. Satuan Endapan Aluvium yang tersusun oleh litologi berupa kerakal,
kerikil, pasir, lanau, dan lempung.
2. Satuan Endapan Rawa yang tersusun oleh litologi pasir, lanau, lempung,
lumpur, dan gambut.
Gambar 3.4 Pola aliran sungai Tanjung Jabung Timur (Badan Informasi Geospasial)
BAB IV
METODOLOGI PENELITIAN
4.3 Data
Penelitian ini menggunakan metode Vertical Electrical Sounding (VES) dengan
menggunakan konfigurasi Schlumberger. Data yang diolah merupakan data sekunder
VES yang diperoleh pada pengukuran lokasi penelitian. Titik VES terdiri dari 18 titik
pengukuran, dengan jarak AB/2 serta MN/2 yang dapat dilihat pada Tabel 4.2. Data
yang diperoleh dari pengukuran berupa nilai besaran arus yang diinjeksi (I (m.A),
besaran beda potensial (V (m.V) yang diperoleh setelah arus diinjeksikan. Besarnya
arus listrik dan beda potensial untuk masing-masing jarak elektroda arus dan elektoda
potensial dicatat untuk menghitung nilai resistivitas semu dari material penyusun
lokasi penelitian (Tabel 4.3). Perubahan jarak MN/2 ketika jarak AB/2 tetap
memungkinkan ada nya perubahan nilai resistivitas pada titik tersebut sehingga perlu
dilakukan koreksi. Hal ini bertujuan untuk mengurangi terjadinya overlapping pada
nilai resistivitas tersebut.
Tabel 4. Jarak AB/2 dan MN/2 pengukuran pada setiap titik VES
AB/2 MN/2 AB/2 MN/2 AB/2 MN/2 AB/2 MN/2 AB/2 MN/2
1.5 15 30 75 250
2.5 20 40 100 300
5 40
4 25 50 15 125 350
6 30 60 150 20 400
0.5
8 75 175
10 200
12 250
15
Lempung 0 Ωm-3 Ωm
Lanau 3.1 Ωm -10.6 Ωm
Pasir 10.7 Ωm -50 Ωm
Kerikil/Kerakal > 50 Ωm
Tabel 5. Nilai resistivitas litologi daerah Muaro Jambi (Ikhsan et al,2018)
Muaro Jambi
Lanau Pasiran 14.2 Ωm -121 Ωm
Lempung Berbatu 152 Ωm -259 Ωm
Tanah Batu Dasar 403 Ωm -1922 Ωm
Lempung Basah 1.65 Ωm
Lempung Lanauan 4.11 Ωm -12.5 Ωm
Tabel 5. Nilai resistivitas litologi di Kawasan Geopark Merangin ( Dewi et al, 2018)
Tipe
Titik N ρ (Ωm) d (m) h (m) Litologi Kurva VES
Kurva
3 16.5 Pasir
3 14 Pasir
4 5.91 Lanau
4 7.88 Lanau
4 10.4 Lanau
4 23.3 Pasir
4 25 Pasir
1 23.9 0.57 0.57 Pasir
6 135 Kerikil/Kerakal
3 17.8 Pasir
5 19.5 Pasir
3 18.4 Pasir
1 10.1 1.1 1.1 Pasir
3 15.8 Pasir
5 11.5 Pasir
5 12 Pasir
4 13.9 Pasir
1 3.07 1.53 1.53 Lanau
5 7.79 Lanau
3 10.8 Pasir
5.2 Hasil Korelasi Titik Sounding
5.2.1 7Lapangan Al
Gambaran keadaan bawah permukaan yang telah diidentifikasi melalui
pemodelan 1D kemudian dibuat korelasi untuk mengetahui adanya informasi geologi
yang lain seperti akuifer, intrusi air laut, hingga struktur geologi. Korelasi dibuat
berdasarkan hubungan nilai resistivitas antar titik VES per kedalaman. Lapangan Al
di dominasi oleh endapan alluvial. Korelasi pada lokasi penelitian lapangan Al
dilakukan dengan dua arah.
Penampang hasil korelasi pertama dilakukan pada titik VES 1, VES 2, dan VES
3 dari arah Barat Laut-Tenggara yang diidentifikasi memiliki 4 lapisan (Gambar 5.1)
dan tersusun oleh lapisan pasir dan lanau. Lapisan atas pada titik tersebut berada
hingga kedalaman 5.32 meter dengan nilai resistivitas 28 Ωm hingga 34.8 Ωm yang
diidentifikasi sebagai lapisan pasir. Lapisan kedua diidentifikasi berada hingga
kedalaman 68 meter dengan resistivitas 3.25 Ωm hingga 5.79 Ωm yang diidentifikasi
sebagai lapisan lanau. Lapisan ketiga diidentifikasi berada hingga kedalaman 106
meter dengan resistivitas 11.3 Ωm hingga 18.3 Ωm yang diinterpretasikan sebagai
lapisan pasir. Lapisan keempat diidentifikasi berada hingga 110 meter dengan
resistivitas 5.91 Ωm yang diinterpretasikan sebagai lapisan lanau.
Gambar 5. Lintasan A-B korelasi titik 02, 01, 03 dengan arah Barat Laut-Tenggara
Penampang hasil korelasi kedua dilakukan pada titik VES 1, VES 4, dan VES 5
dari arah Timur Laut-Barat Daya, yang diidentifikasi memiliki 4 lapisan (Gambar
5.2) dan tersusun oleh lapisan pasir dan lanau. Lapisan pertama diidentifikasi berada
hingga kedalaman hingga 4.33 meter dengan nilai resistivitas 28 Ωm hingga 46.7 Ωm
yang diidentifikasi sebagai lapisan pasir dengan sisipan lapisan pasir dari arah Timur
Laut pada titik VES 4 dengan ketebalan 0.8 meter. Lapisan kedua diidentifikasi
berada hingga kedalaman 68 meter dengan nilai resitivitas 4.55 Ωm hingga 9.7 Ωm
yang diidentifikasi sebagai lapisan lanau. Lapisan ketiga diidentifikasi berada hingga
kedalaman 110 meter dengan resistivitas 16.5 Ωm hingga 25.3 Ωm yang
diidentifikasi sebagai lapisan pasir. Lapisan keempat diidentifikasi berada hingga
kedalaman lebih dari 110 meter dengan resistivitas 7.88 Ωm yang diinterpretasi
sebagai lapisan lanau.
Gambar 5. Lintasan A-B korelasi titik 04, 01, 05 dengan arah
Timur Laut - Barat Daya
Berdasarkan data resistivitas, tipe kurva yang diidentifikasi pada titik VES
lapangan Al yaitu H, HK, dan HKH. Kurva resistivitas ini memiliki 3 sampai 5
lapisan. Kurva resistivitas tersebut mengindikasi adanya struktur perlapisan yang juga
terlihat pada penampang hasil korelasi bawah permukaan. Lapisan dengan nilai
resistivitas yang tinggi menginterpretasi lapisan pasir sedangkan lapisan dengan
resistivitas yang lebih rendah menginterpretasi lapisan lanau. Struktur perlapisan pada
penampang memberikan kesan adanya perbedaan arus pada saat proses pengendapan
terjadi. Pada saat proses pengendapan berlangsung juga mengakibatkan terbentuknya
bidang erosional yang terlihat pada penampang di bagian lapisan ke 3 hingga 5 pada
titik VES 3 dan 5.
5.2.2 Lapangan Vion
Korelasi pada lokasi penelitian Lapangan Vion dilakukan dengan dua arah.
Lapangan Vion tersusun oleh endapan alluvial. Penampang hasil korelasi pertama
dilakukan pada titik VES 6, VES 7, dan VES 8 yang dikorelasikan dari arah Barat –
Selatan. Penampang ini memiliki 4 lapisan (Gambar 5.3) yang tersusun oleh lapisan
pasir, kerikil, dan lanau. Lapisan pertama diidentifikasi berada pada kedalaman
hingga 1 meter dengan resistivitas 13.7 Ωm yang diinterpretasi sebagai lapisan pasir.
Lapisan kedua diidentifikasi berada hingga kedalaman 16.7 meter dengan resistivitas
53 Ωm hingga 209 Ωm yang diidentifikasi sebagai lapisan kerikil/kerakal. Lapisan
ketiga diidentifikasi berada hingga kedalaman 120 meter dengan nilai resistivitas 11.2
Ωm hingga 25 Ωm yang diinterpretasi sebagai lapisan pasir. Lapisan keempat berada
hingga kedalaman lebih dari 120 meter dengan resistivitas 9.8 Ωm yang diinterpretasi
sebagai lapisan lanau.
Gambar 5. Lintasan A-B korelasi titik 07, 06, 08 dengan arah Barat Laut-Timur
Penampang hasil korelasi kedua dilakukan pada titik VES 6, VES 7, dan VES 9
dari arah Barat – Tenggara, yang diidentifikasi memiliki 5 lapisan (Gambar 5.4) dan
tersusun oleh lapisan pasir, kerikil, dan lanau. Lapisan pertama diidentifikasi berada
hingga kedalaman 0.5 meter dengan nilai resistivitas 23.9 Ωm yang diidentifikasi
sebagai lapisan pasir. Lapisan kedua berada hingga kedalaman 16.7 meter dengan
resistivitas 53 Ωm hingga 222 Ωm yang diinterpretasikan sebagai lapisan
kerikil/kerakal. Lapisan ketiga diidentifikasi berada hingga kedalaman 115 meter
dengan resistivitas 11.2 Ωm hingga 50 Ωm yang diidentifikasi sebagai lapisan pasir.
Lapisan keempat diidentifikasi berada hingga kedalaman 120 meter dengan
resistivitas 135 Ωm ini yang diinterpretasikan sebagai lapisan kerikil/kerakal. Lapisan
kelima diidentifikasi berada hingga kedalaman lebih dari 120 meter dengan
resistivitas 9.8 yang diinterpretasikan sebagai lapisan lanau.
Gambar 5. Lintasan A-B korelasi titik 07, 06, 09 dengan arah Barat Laut – Selatan
Berdasarkan data resistivitas, tipe kurva yang diidentifikasi pada titik VES
lapangan Vion yaitu HK, QH, KH, dan HKHK. Kurva resistivitas ini memiliki 4
sampai 6 lapisan. Lapisan pertama memiliki nilai resistivitas yang tinggi yang
diinterpretasi sebagai lapisan kerikil. Lapisan kedua memiliki nilai resistivitas
menengah yang diinterpretasi sebagai lapisan pasir sedangkan lapisan ketiga memiliki
nilai resistivitas rendah yang diinterpretasikan sebagai lapisan lanau. Susunan lapisan
tersebut menunjukkan adanya struktur perlapisan coarsening upward atau mengasar
keatas. DAS Batanghari bercabang dua memasuki lapangan Vion, yaitu sungai
Batanghari yang mengalir ke timur laut dan melintasi lapangan Al dan sungai berbak
yang mengalir ke barat laut dan melintasi Lapangan Ita. Ketika memasuki Lapangan
Al, lapisan pasir terbentuk sebagai lapisan yang paling muda, hal ini dapat terlihat
pada titik VES 8. Pada area titik percabangan peningkatan energi arus transportasi
sangat rentang terjadi, hal ini mengakibatkan pengendapan sedimentasi berlangsung
untuk butir yang halus terlebih dahulu.
5.5 ISOPACH
Coarsening Upward
Peta Isopach merupakan peta yang dibuat dengan data ketebalan setiap litologi.
Peta ini dibuat dengan cara mengukur ketebalan yaitu dari top lapisan hingga bottom
lapisan. Harga dari ketebalan masing-masing titik VES tersebut diplotkan ke dalam
basemap yang kemudian dihubungkan untuk kedalaman yang memiliki harga yang
sama. Berdasarkan peta ini dapat dilihat penyebaran tebal tipisnya setiap litologi pada
wilayah studi.
Litologi Pasir menyebar secara merata di wilayah studi, namun semakin
bergerak kearah muara sungai baik disebelah Timur Laut maupun Barat Daya litologi
pasir ditemukan semakin menipis, terutama kearah Barat Daya litologi ini ditemukan
juga berada di kedalaman yang kebih dalam, hal ini terjadi disebabkan karena adanya
perbedaan endapan yang menyusun wilayah studi, daerah Barat disusun oleh endapan
rawa yang terendapkan lebih dahulu dibandingkan endapan yang berada di sebelah
Timur yang disusun oleh endapan alluvium.
Litologi Lanau ditemukan berada di lapangan yang akan tertransportasi menuju
muara sungai yaitu di Lapangan Al dan Lapangan Ita. Sedangkan di Lapangan Vion
litologi lanau ditemukan sangat tipis dan berada di lapisan paling bawah pada
penampang, lapisan ini diduga telah mengalami erosi yang kemudian terjadi
pengendapan lapisan pasir diatasnya.
Litologi Kerikil/Kerakal hanya ditemukan di Lapangan Vion, hal ini dapat
terjadi karena tingginya arus di Lapangan tersebut, mengingat Lapangan Vion
merupakan titik percabangan DAS Batanghari menuju hilir. Kemudian litologi
lempung hanya ditemukan di Lapangan Ita. Lapangan Ita yang berada dekat dengan
muara sungai menandakan bahwa litologi penyusun bawah permukaan Lapangan ini
telah mengalami transportasi yang cukup jauh sehingga memungkinkan terbentuknya
lapisan kedap air seperti lempung.
6.2 SARAN
Diharapkan pada penelitian selanjutnya, perlu adanya pemboran uji geologi
sebagai bukti dalam penentuan litologi untuk lapangan penelitian.
DAFTAR PUSTAKA