digunakan adalah high-Cu alloy. 2. W/Puskesmas ratio (1:1). Perbandingan ini berbeda-beda sesuai dengan perbedaan komposisi logam campur, ukuran partikel, bentuk partikel, dan suhu yang digunakan. 3. Triturasi, yaitu proses pencampuran amalgam alloy dan merkuri dengan menggunakan amalgamator selama waktu yang telah ditentukan. 4. Penempatan dan kondensasi agar kekuatan amalgam bertambah dan keroposan akan berkurang. 5. Pengukiran (burnisher) dan penyelesaian akhir. Jika pengukiran terlalu dalam, ketebalan amalgam akan berkurang, terutama di tepi gigi. Jika terlalu tipis, bisa patah dibawah tekanan pengunyahan. Manipulasi Amalgam 1. Seleksi alloy, biasanya yang digunakan adalah high-Cu alloy. 2. W/Puskesmas ratio (1:1). Perbandingan ini berbeda-beda sesuai dengan perbedaan komposisi logam campur, ukuran partikel, bentuk partikel, dan suhu yang digunakan. 3. Triturasi, yaitu proses pencampuran amalgam alloy dan merkuri dengan menggunakan amalgamator selama waktu yang telah ditentukan. 4. Penempatan dan kondensasi agar kekuatan amalgam bertambah dan keroposan akan berkurang. 5. Pengukiran (burnisher) dan penyelesaian akhir. Jika pengukiran terlalu dalam, ketebalan amalgam akan berkurang, terutama di tepi gigi. Jika terlalu tipis, bisa patah dibawah tekanan pengunyahan. Manipulasi Amalgam 1. Seleksi alloy, biasanya yang digunakan adalah high-Cu alloy. 2. W/Puskesmas ratio (1:1). Perbandingan ini berbeda-beda sesuai dengan perbedaan komposisi logam campur, ukuran partikel, bentuk partikel, dan suhu yang digunakan. 3. Triturasi, yaitu proses pencampuran amalgam alloy dan merkuri dengan menggunakan amalgamator selama waktu yang telah ditentukan. 4. Penempatan dan kondensasi agar kekuatan amalgam bertambah dan keroposan akan berkurang. 5. Pengukiran (burnisher) dan penyelesaian akhir. Jika pengukiran terlalu dalam, ketebalan amalgam akan berkurang, terutama di tepi gigi. Jika terlalu tipis, bisa patah dibawah tekanan pengunyahan.
Robert G. Craig. Restoratif Dental Material. Philadelpia: Mosby Inc. 12th ed. 2006. Page 201-3, 248-59.
Pendidikan Adalah Usaha Sadar Dan Terencana Untuk Mewujudkan Suasana Belajar Dan Proses Pembelajaran Agar Peserta Didik Secara Aktif Mengembangkan Potensi Dirinya Untuk Memiliki Kekuatan Spiritual Keagamaan