Tugas 3 Fitoterapi Hepatopektor - Agustia Ningsy
Tugas 3 Fitoterapi Hepatopektor - Agustia Ningsy
HEPATOPROTEKTOR
DisusunOleh :
2. Hepatitis a
Bentuk hepatitis yang lebih serius dibandingkan dengan jenis hepatitis lainnya.
Penularan melalui transfusi darah, penggunaan jarum suntik tidak steril, alat tato,
hubungan seksual, air liur, feses, juga dapat ditularkan dari ibu kepada bayi yang
baru dilahirkannya.
Hepatitis virus akut dapat sembuh dengan sendirinya, namun sejumlah besar
penderita hepatitis b akan menjadi kronis.
Semakin muda usia terinfeksi virus hepatitis b semakin besar kemungkinan menjadi
kronis yang akan meningkatkan risiko terjadinya sirosis dan hepatoma (kanker hati)
di kemudian hari
Langkah pencegahan:
❖ imunisasi hepatitis b
❖ hindarkan pemakaian jarum suntik bekas&peralatan tato tidak steril
❖ hindarkan pemakaian bersama sikat gigi, pisau cukur dan alat lainnya yang
dapat menimbulkan luka.
❖ penderita hepatitis b dilarang minum alkohol untuk mencegah rangsangan
selanjutnya pada hati.
3. Hepatitis c
❖ penularan : transfusi darah, hubungan seksual, penggunaan sikat gigi bersamaan, dan
dari ibu penderita kepada bayinya.
4. Hepatitis d
• Virus hepatitis d hanya dapat ditemukan pada penderita hepatitis b, karena untuk
hidupnya memerlukan virus pembantu yaitu virus hepatitis b.
• Upaya pencegahan terhadap hepatitis b secara tidak langsung juga mencegah hepatitis
d.
5. Hepatitis e
Tipe penularan = virus hepatitis a yaitu melalui makanan dan minuman yang
terkontaminasi oleh feses.
Infeksi virus hepatitis e terutama terjadi di daerah yang tingkat kesehatan dan sanitasin
buruk, dan lebih banyak diderita oleh anak-anak dan wanita hamil.
7. Kanker hati
Kanker hati merupakan jenis kanker yang berawal dari organ hati. Terdapat beberapa
jenis kanker hati, yaitu hepatocellular carcinoma (HCC), hepatoblastoma,
dan cholangiocarcinoma. HCC merupakan jenis kanker hati yang paling sering terjadi.
Tahap 1
Penyakit liver atau penyakit hati pada tahap ini ditandai dengan adanya inflamasi
(peradangan) pada sel-sel hati. Kondisi ini bisa menyebabkan jaringan hati menjadi lunak
dan membengkak. Jika tidak ditangani dengan baik, inflamasi dapat membuat kerusakan
permanen pada jaringan hati.
Tahap 2
Pada tahap ini, liver mulai mengalami fibrosis, yaitu suatu kondisi saat jaringan parut
mulai tumbuh untuk menggantikan jaringan hati yang rusak. Pembentukan jaringan parut
sebenarnya merupakan proses yang dilakukan oleh tubuh untuk menyembuhkan luka
yang ada di jaringan hati. Namun, pembentukan fibrosis ini justru membuat hati tidak
bisa berfungsi dengan normal.
Tahap 3
Tahap ini ditandai dengan terjadinya sirosis, yaitu kerusakan parah pada hati akibat
penumpukan jaringan parut pada hati. Sirosis disebabkan oleh penyakit hati yang
berlangsung dalam waktu lama. Sirosis hati merupakan tahap akhir dari penyakit liver.
Pada tahap ini, hati sudah tidak bisa berfungsi dengan baik. Kondisi ini akan ditandai
dengan munculnya keluhan dan gejala yang lebih serius.
Tahap 4
Pada tahap ini, kerusakan hati sudah terjadi secara menyeluruh. Kondisi ini
menyebabkan hilangnya fungsi hati secara keseluruhan. Tahap ini disebut juga dengan
gagal hati. Kondisi ini dapat terjadi secara akut atau kronis.
Kerusakan hati yang sudah mencapai tahap akhir tidak bisa disembuhkan. Penderita
kerusakan hati berat umumnya memerlukan penanganan dan perawatan khusus. Salah
satu pilihan penanganan yang dianjurkan pada tahap ini adalah dengan
melakukan transplantasi hati.
Setelah menanyakan soal gejala, dokter akan melakukan pemeriksaan fisik guna
menemukan tanda atau kelainan yang muncul pada pengidap. Misalnya dengan menekan
perut untuk mendeteksi pembesaran hati dan memeriksa kulit serta mata untuk melihat
apakah ada perubahan warna menjadi kuning. Kemudian, pengidap akan disarankan
untuk menjalani berbagai pemeriksaan tambahan seperti:
Tes ini dilakukan dengan mengambil sampel darah, untuk mengecek kinerja atau
fungsi hati. Pada tes ini, kandungan enzim hati dalam darah, yaitu enzim aspartat
aminotransferase dan alanin aminotransferase (AST/SGOT dan ALT/SGPT), akan
diukur. Normalnya, kedua enzim tersebut terdapat di dalam hati. Namun jika hati
mengalami kerusakan akibat peradangan, kedua enzim tersebut akan tersebar dalam darah
sehingga kadarnya meningkat. Meski demikian, perlu diingat bahwa tes fungsi hati
tidaklah spesifik hanya untuk menentukan penyebab hepatitis saja.
Tes ini bertujuan untuk menentukan keberadaan antibodi yang spesifik untuk virus
HAV, HBV, dan HCV. Ketika seseorang terkena hepatitis akut, tubuh biasanya akan
membentuk antibodi spesifik untuk memusnahkan virus yang menyerang tubuh. Lalu,
antibodi dapat terbentuk beberapa minggu setelah seseorang terkena infeksi virus
hepatitis.
Pada pengidap hepatitis kronis, antibodi dan sistem imun tubuh tidak dapat
memusnahkan virus, sehingga virus akan terus berkembang dan lepas dari sel hati ke
dalam darah. Keberadaan virus dalam darah dapat dideteksi dengan tes antigen spesifik
dan material genetik virus, yaitu:
3. USG Perut
4. Biopsi Hati
Dalam prosedurnya, sampel jaringan hati akan diambil untuk kemudian diamati
menggunakan mikroskop. Melalui pemeriksaan biopsi hati, dokter dapat menentukan
penyebab kerusakan yang terjadi di dalam hati.
4. Tuliskan zat aktif dan tanaman asal dari tanaman yang berkhasiat anti
hepatotoksik/hepatoprotektor !
Jawab :
• Phyllanthus niruri l. (meniran)
Senyawa kimia – lignan, alkaloid dan bioflavonoid. Aktivitas antihepatoksisitas → yaitu
filantin dan hipofilantin (golongan lignan)
• Jinten hitam
Thymoquinone tereduksi menjadi dihydrotymoquinone sebagai antioksidan , yang
menjelaskan efek proteksi hepatotoksik dan nefrotoksik secara in vivo dan in vitro yang
sebelumnya diinduksi oleh obat-obatan anti kanker.
5. Sebutkan 2 contoh sediaan yang digunakan sebagai hepatoprotektor beserta zat aktifnya !
Jawab :
• Nama Produk: Gramuno
• Pt. Graha Farma, Solo
• Tr03132665
• Komposisi:
-Ekstrak Phyllanthi Herba 250 Mg
- Ekstrak Curcuma Domestica 50 Mg
- Ekstrak Curcuma Xanthorrhiza 30 Mg
• Klaim: Membantu Memelihara Kesehatan Fungsi Hati
• Dosis: 1-2 X Sehari 1 Kapsul