ANALISA
STURUKTUR MIKRO
I.TUJUAN PRAKTIKUM
Analisa Struktur Mikro bertujuan untuk :
1. Memahami struktur mikro suatu logam dan kaitanya dengan diagram fasanya.
2. Mempelajari pengaruh proses deformasi dan perlakuan panas terhadap struktur
mikro.
3. Melihat fenomena–fenomena khas pada beberapa material secara
mikroskopik.
4. Mempelajari proses perhitungan fraksi karbon pada suatu material.
II.TEORI DASAR
Struktur mikro meliputi distribusi fasa-fasa. Distribusi inklusi, segregasi,
efek pengerjaan yang dialami material (dekarburasi, pengerjaan panas,
pengerjaan dingin), ukuran dan bentuk butir. Analisa struktur mikro dilakukan
untuk memperkirakan sifat-sifat material, analisa kegagalan, dan memeriksa
proses-proses yang pernah dialami oleh suatu material. Dalam menganalisa suatu
struktur mikro kita perlu mengetahui klasifikasi material logam. Dalam
pelaksanaannya analisa struktur mikro terbagi menjadi tiga yaitu makro, mikro
dan elektron dimana ketiganya memiliki tujuan dan fungsi masing-masing.
- Fasa Ferrit (α), berwarna putih dan terjadi pada saat proses
austenisasi dengan laju pendinginan yang lambat.
3.Baja Hypereutectoid
Baja hypereutectoid terbentuk melalui 3 tahapan yaitu pada tahap
pertama terbentuk fasa austenit 100% di temperatur 1100oC. Setelah
temperatur turun 850oC terjadi pegintian fasa Fe3C dibatas butir austenit.
Setelah melewati garis eutectoid hingga temperatur 610oC austenit berubah
bentuk menjadi perlit dan Fe3C masih tetap.
II.3 Fasa
1. Martensit
Fasa martensit merupakan larutan padat dari senyawa karbon dan
senyawa lainnya yang berada pada kisi–kisi (α) besi. Fasa martensit terbentuk
melalui proses pendinginan yang cepat pada temperatur kritis baja.
Fasa martensit memiliki nilai kekerasan antara 30 sampai dengan 63 HRC.
2. Ferrit
Fasa ferrit terbentuk melalui proses austenisasi baja pada temperatur
768oC kemudian didinginkan dibawah temperatur austenit tersebut sehingga
karbon bebas pada fasa austenit akan berubah menjadi fasa ferrit yang
merupakan besi murni. Ferrit merupakan larutan padat dari senyawa karbon
dan senyawa lainnya yang berada pada sel satuan BCC.
4. Bainit
Bainit merupakan fasa yang terjadi akibat transformasi fasa austenit
saat proses pendinginan secara moderate pada temperatur 250 – 550oC
sehingga didapat campuran antara sementit dan feritte.
5. Cementit
Cementit merupakan senyawa antara besi dan karbon yang biasa
disebut karbida besi. Cementit memiliki persentase karbon sekitar 6,67%
sehingga cementit memiliki sifat keras dan getas. Cementit memiliki nilai
kekerasan yang dimiliki berkisar 65 – 70 HRC.
6. Austenit
Fasa ini disebut gamma (γ) dan merupakan larutan padat interstisi
karbon dengan sel satuan berupa kubik pemusatan sisi. Austenit merupakan
fasa penting sebagai dasar pembentuk fasafasa lainnya dalam proses
perlakuan panas termasuk perlakuan panas pada permukaan baja.
baja, namun kekuatan tarik dan keuletan akan turun. Baja silikon yang
mengalami proses hardening dan tempering akan memiliki sifat kombinasi
keuletan dan ketahanan kejut yang baik.
4.Kromium (Cr)
Unsur paduan selain karbon yang sebagai pembentuk utama karbida
ialah kromium, dengan hadirnya kromium pada baja dapat meningkatkan
ketahanan korosi, yaitu akan terbentuknya lapisan film pada permukaan
baja dengan ketentuan persentase kromium yang dimiliki > 12 %.
Kromium juga dapat meningkatkan kekuatan, ketangguhan, ketahanan
abrasi, dan meningkatkan temperatur eutektoid pada diagram fasa.
5.Nikel (Ni)
Nikel merupakan salah satu unsur paduan yang memiliki kontribusi
penting dalam baja, yaitu meningkatkan kekuatan, ketangguhan, dan dapat
menurunkan temperatur eutektoid. Nikel juga merupakan unsur paduan
utama pada baja tahan karat austenitik, namun nikel bukan unsur utama
pembentuk karbida.
6.Molibdenum (Mo)
Unsur paduan molibdenum memiliki pengaruh yang besar terhadap
hardenability pada baja. Selain itu molibdenum dapat berkombinasi
dengan unsur paduan lain. Pengaruh lain dari paduan ini yaitu dapat
meningkatkan ketangguhan dan kekuatan tarik. Pada baja perkakas,
molibdenum merupakan unsur paduan utama dalam membentuk karbida
dan dapat meningkatkan ketahanan aus.
7.Tungsten (W)
Tungsten mempunyai keterkaitan yang kuat dengan molibdenum,
yaitu sebagai unsur utama pembentuk jaringan karbida yang kompleks.
Selain itu kehadiran tungsten pada baja merupakan alasan utama dalam
memperlambat pertumbuhan butir, pada saat transformasi austenit
menjadi martensit. Penambahan unsur paduan ini akan meningkatkan
ketahanan abrasi, kekerasan, dan yield point.
8.Vanadium (V)
Vanadium merupakan unsur paduan utama yang sering ditemukan
pada baja kontruksi, pengaruh dari vanadium yaitu meningkatkan
kekuatan tarik, yield point dan dapat menaikan temperatur austenit.
Vanadium juga merupakan unsur utama pembentuk karbida yang stabil
pada baja perkakas, sehingga dapat meningkatkan kekerasan dan
ketahanan aus pada baja perkakas.
B. Heat Treatment
Proses perlakuan panas merupakan suatu tahapan proses yang penting
pada pengerjaan logam yang bertujuan untuk mendapatkan atau memperbaiki
sifat-sifat mekanik. Perlakuan panas merupakan proses pemanasan yang
dilakukan dengan cara menaikan temperatur logam diatas temperatur kritis
yaitu temperatur dimana mulai terjadinya transformasi struktur dari fasa ferit
(α) menjadi austenit (γ). Kemudian logam ditahan pada temperatur tersebut
untuk waktu tertentu dan dilanjutkan dengan media pendinginan tertentu,
semua rangkaian perlakukan panas dilakukan secara terkontrol.
C. Deformasi
Deformasi akan mengakibatkan perubahan bentuk struktur karena
adanya gaya yang diberikan kepada suatu material. Seperti adanya tarikan,
gesekan, lipatan dan torsi (memutar) yang berkontak langsung pada material.
1. Pemotongan
Pemotongan spesimen dengan proses permesinan, chipping, atau flare
cutting.
2. Mounting (pembingkaian)
Pembingkaian diperlukan untuk spesimen yang relatif kecil.
b.Spesimen
Spresimen analisa struktur mikro terdiri dari beberapa material yang
berbeda yang mendapatkan perlakuan panas berbeda pula, dimana material
tersebut telah dilakukan tahap preparasi sebelumnya.
IV.PROSEDUR PRAKTIKUM
Mengamati struktur mikro beberapa spesimen yang disediakan menggunakan
mikroskop.
V.DATA PENGAMATAN
VI.PENGOLAHAN DATA
α
%α = x100 %
50
p
%p = x 100 % 50
No. α p
1.
2.
3.
4.
5.
2.Pehitungan % C (wt)
% C = 0.81 – (0.81 x % P )
α %C
% Crata-rata =
10
3.Perhitungan(% C - % Crata-rata)²
(%C - %Crata-rata)²
(%C - %Crata-rata)²
ket : n =10
VIII.DAFTAR PUSTAKA
1. Dieter, G, Metalurgi Mekanik, Jilid I ; penerbit Erlangga, 1998.
2. Surdia, Tata, Prof. Ir., Pengetahuan Bahan Tekenik, PT. Pradnya Paramitha,
Jakarta, 1992.
3. ASM Handbook Vol 9. Metallography and Microstructures.
4. Diktat Kuliah Material Teknik, Yusril Irwan
5. Prabhudev, K. H. 1988. Handbook of Heat Treatment of Steels. New Delhi. Tata
McGraw-Hill Publishing Company
6. Callister, Willism D. 2002. Material Science And Engineering An Introduction.
6th Edition. Dept. of Metallurgical Engineering. The University of Utah.
7. Voort, George F. 2004. ASM Hand Book Vol-9. Metallography and
Microstructures. Asm International.