Anda di halaman 1dari 18

PANDUAN PRAKTIKUM PENGUJIAN MATERIAL TEKNIK 2020

ANALISA
STURUKTUR MIKRO
I.TUJUAN PRAKTIKUM
Analisa Struktur Mikro bertujuan untuk :
1. Memahami struktur mikro suatu logam dan kaitanya dengan diagram fasanya.
2. Mempelajari pengaruh proses deformasi dan perlakuan panas terhadap struktur
mikro.
3. Melihat fenomena–fenomena khas pada beberapa material secara
mikroskopik.
4. Mempelajari proses perhitungan fraksi karbon pada suatu material.

II.TEORI DASAR
Struktur mikro meliputi distribusi fasa-fasa. Distribusi inklusi, segregasi,
efek pengerjaan yang dialami material (dekarburasi, pengerjaan panas,
pengerjaan dingin), ukuran dan bentuk butir. Analisa struktur mikro dilakukan
untuk memperkirakan sifat-sifat material, analisa kegagalan, dan memeriksa
proses-proses yang pernah dialami oleh suatu material. Dalam menganalisa suatu
struktur mikro kita perlu mengetahui klasifikasi material logam. Dalam
pelaksanaannya analisa struktur mikro terbagi menjadi tiga yaitu makro, mikro
dan elektron dimana ketiganya memiliki tujuan dan fungsi masing-masing.

Pengetahuan yang harus dimiliki untuk menganalisa struktur mikro antara


lain: Diagram kesetimbangan fasa, hal-hal yang mempengaruhi struktur mikro,
cara-cara memunculkan struktur mikro dan lain-lain.

LABORATORIUM METALURGI FISIK 101


PANDUAN PRAKTIKUM PENGUJIAN MATERIAL TEKNIK 2020

II.1 Diagram Kesetimbangan Fasa

Tujuan mempelajari diagram fasa:


1. Mempelajari fasa yang terjadi untuk berbagai komposisi pada
berbagai temperatur.
2. Meramalkan distribusi fasa.

Dari diagram fasa dapat dipelajari kemungkinan fasa-fasa yang terjadi


melalui proses pembekuan atau pencairan. Syaratnya selama proses pembekuan,
laju pendinginan harus sangat lambat, karena mekanisme solidifikasi
(pembekuan) adalah difusi yang membutuhkan waktu.

Diagram fasa Fe-Fe3C merupakan diagram yang menampilkan hubungan


antara temperatur dan kandungan karbon (%C) selama pemanasan lambat.

Gambar 3. Diagram fasa Fe-Fe3C

LABORATORIUM METALURGI FISIK 102


PANDUAN PRAKTIKUM PENGUJIAN MATERIAL TEKNIK 2020

Dari gambar.3 terdapat beberapa fasa yang akan terbentuk yaitu:


a. Fasa tunggal adalah fasa yang homogen tanpa adanya kombinasi
dengan fasa lain, diantaranya:

- Fasa Ferrit (α), berwarna putih dan terjadi pada saat proses
austenisasi dengan laju pendinginan yang lambat.

- Fasa Austenit (δ),


- Fasa Cementit (Fe3C)
b. Fasa campuran adalah fasa yang terbentuk oleh kombinasi dengan
fasa lain, diantaranya:

-Fasa Bainit (α +Fe3C)

- Fasa Perlit (α +Fe3C)

Pembeda antara fasa perlit dan fasa bainit:


Fasa Perlit Bainit
Struktur Mikro Lapisan Merata
Laju pendinginan Lambat Pertengahan

II.2 Transformasi Fasa Fe-Fe3C


1.Baja Eutectoid
Baja eutectoid terbentuk melalui dua tahapan yaitu tahap pertama pada
temperatur 830oC terbentuk fasa austenit 100%. Pada titik kedua setelah
temperatur turun hingga 660oC dan melalui garis eutectoid austenit berubah
bentuk menjadi perlit. Perlit mulai tumbuh dari batas butir austenit dengan
transformasi difusi.
2.Baja Hypoeutectoid
Baja hypoeutectoid terbentuk melalui 3 tahapan yaitu pada tahap
pertama terbentuk fasa austenit 100% di temperatur 1000oC. Setelah
temperatur turun hingga 740oC terjadi pertumbuhan fasa ferrit di batas butir

LABORATORIUM METALURGI FISIK 103


PANDUAN PRAKTIKUM PENGUJIAN MATERIAL TEKNIK 2020

austenit. Seletah melewati garis eutectoid hingga temperatur 595oC austenit


berubah menjadi fasa perlit (α+Fe3C).

LABORATORIUM METALURGI FISIK 104


PANDUAN PRAKTIKUM PENGUJIAN MATERIAL TEKNIK 2020

3.Baja Hypereutectoid
Baja hypereutectoid terbentuk melalui 3 tahapan yaitu pada tahap
pertama terbentuk fasa austenit 100% di temperatur 1100oC. Setelah
temperatur turun 850oC terjadi pegintian fasa Fe3C dibatas butir austenit.
Setelah melewati garis eutectoid hingga temperatur 610oC austenit berubah
bentuk menjadi perlit dan Fe3C masih tetap.

II.3 Fasa
1. Martensit
Fasa martensit merupakan larutan padat dari senyawa karbon dan
senyawa lainnya yang berada pada kisi–kisi (α) besi. Fasa martensit terbentuk
melalui proses pendinginan yang cepat pada temperatur kritis baja.
Fasa martensit memiliki nilai kekerasan antara 30 sampai dengan 63 HRC.

Gambar 4. Struktur mikro martensit

2. Ferrit
Fasa ferrit terbentuk melalui proses austenisasi baja pada temperatur
768oC kemudian didinginkan dibawah temperatur austenit tersebut sehingga
karbon bebas pada fasa austenit akan berubah menjadi fasa ferrit yang
merupakan besi murni. Ferrit merupakan larutan padat dari senyawa karbon
dan senyawa lainnya yang berada pada sel satuan BCC.

LABORATORIUM METALURGI FISIK 105


PANDUAN PRAKTIKUM PENGUJIAN MATERIAL TEKNIK 2020

Gambar 5. Struktur mikro ferrit


3. Perlit
Perlit merupakan campuran sementit (Fe3C) dalam bentuk lamellar dan
ferrit. Fasa perlit memiliki nilai kekerasan antara 200 – 300 BHN. Fasa perlit
terbentuk melalui proses austenisasi kemudian didinginkan secara lambat
sehingga fasa austenit berubah menjadi perlit.

Gambar 6. Struktur mikro perlit

LABORATORIUM METALURGI FISIK 106


PANDUAN PRAKTIKUM PENGUJIAN MATERIAL TEKNIK 2020

4. Bainit
Bainit merupakan fasa yang terjadi akibat transformasi fasa austenit
saat proses pendinginan secara moderate pada temperatur 250 – 550oC
sehingga didapat campuran antara sementit dan feritte.

Gambar 7. Struktur mikro bainit

5. Cementit
Cementit merupakan senyawa antara besi dan karbon yang biasa
disebut karbida besi. Cementit memiliki persentase karbon sekitar 6,67%
sehingga cementit memiliki sifat keras dan getas. Cementit memiliki nilai
kekerasan yang dimiliki berkisar 65 – 70 HRC.

Gambar 8. Struktur mikro cementit

LABORATORIUM METALURGI FISIK 107


PANDUAN PRAKTIKUM PENGUJIAN MATERIAL TEKNIK 2020

6. Austenit
Fasa ini disebut gamma (γ) dan merupakan larutan padat interstisi
karbon dengan sel satuan berupa kubik pemusatan sisi. Austenit merupakan
fasa penting sebagai dasar pembentuk fasafasa lainnya dalam proses
perlakuan panas termasuk perlakuan panas pada permukaan baja.

Gambar 9. Struktur mikro austenit

II.4 Struktur Mikro


Struktur mikro adalah gambaran distrubusi fasa dalam bentuk lauratan padat
dan senyawa atau kombinasi antara larutan padat dan senyawa. Jika struktur
mikro dapat diramalkan, maka sifat mekanik yang dimiliki oleh paduan tersebut
juga dapat diramalkan. Struktur mikro dapat mempengaruhi sifat mekanik dan
untuk mengubah sifat mekanik yaitu dengan cara mengubah struktur mikro.

II.5 Fenomena Khas yang Terjadi Pada Struktur Mikro

1.Inklusi : Inklusi adalah adanya kotoran pada logam akibat proses


pengecoran.
2.Porositas : Porositas adalah adanya gelembung pada hasil
pengecoran yang dapat menimbulkan konsentrasi
tegangan pada suatu material.

3.Dekaburasi : Kehilangan karbon pada permukaan suatu material


akibat proses heat treatment.

LABORATORIUM METALURGI FISIK 108


PANDUAN PRAKTIKUM PENGUJIAN MATERIAL TEKNIK 2020

4.Segregasi : Segregasi adalah ketidak homogenan unsur kimia pada


suatu material.
5.HAZ
:HAZ merupakan daerah yang terpengaruhi oleh
panas pada proses pengelasan.

II.6 Hal – Hal yang Mempengaruhi Struktur Mikro


A. Unsur Paduan
Sifat mekanik yang diperoleh dari proses perlakuan panas pada baja
memiliki hubungan dengan komposisi kimia yang terkandung, baja
merupakan kombinasi dari besi (Fe), karbon (C), dan unsur-unsur yang
lainya, terutama Mn, Ni, Cr, W, Mo dan Si yang selalu hadir meskipun dalam
jumlah yang sangat kecil. Kandungan tersebut merupakan unsur-unsur
paduan yang mempengaruhi dari karekteristik dan sifat mekanik pada baja.
Unsur paduan juga mempunyai pengaruh terhadap perubahan diagram fasa,
yaitu menaikan atau menurunkan temperatur eutektoid.
1.Karbon (C)
Karbon merupakan unsur utama yang dapat mempengaruhi
kekerasan pada baja, dimana ketika karbon dengan besi bergabung maka
akan membentuk karbida besi (Fe3C) sementit. Selain itu karbon juga
mempunyai pengaruh terhadap peningkatan kekuatan tarik pada baja.
2.Mangan (Mn)
Mangan selalu hadir pada baja walaupun dengan kandungan yang
kecil, kontribusi dari mangan yaitu meningkatkan kekuatan dan
kekerasan, tetapi pada tingkat yang lebih rendah dari unsur karbon. Ciri
khas dari mangan ialah meningkatkan ketahanan abrasi dan hardenability.
Baja yang memiliki unsur paduan mangan yang tinggi yaitu 0,8%, baja
tersebut dapat disebut baja paduan mangan.
3.Silikon (Si)
Dalam baja konstruksi, silikon dan mangan merupakan unsur yang
umum selalu hadir dengan besar kurang lebih 0,35%. Silikon yang
memiliki kandungan tinggi biasa disebut dengan baja paduan silikon,
pengaruh dari silikon ialah meningkatkan kekerasan dan elastisitas dalam

LABORATORIUM METALURGI FISIK 109


PANDUAN PRAKTIKUM PENGUJIAN MATERIAL TEKNIK 2020

baja, namun kekuatan tarik dan keuletan akan turun. Baja silikon yang
mengalami proses hardening dan tempering akan memiliki sifat kombinasi
keuletan dan ketahanan kejut yang baik.
4.Kromium (Cr)
Unsur paduan selain karbon yang sebagai pembentuk utama karbida
ialah kromium, dengan hadirnya kromium pada baja dapat meningkatkan
ketahanan korosi, yaitu akan terbentuknya lapisan film pada permukaan
baja dengan ketentuan persentase kromium yang dimiliki > 12 %.
Kromium juga dapat meningkatkan kekuatan, ketangguhan, ketahanan
abrasi, dan meningkatkan temperatur eutektoid pada diagram fasa.
5.Nikel (Ni)
Nikel merupakan salah satu unsur paduan yang memiliki kontribusi
penting dalam baja, yaitu meningkatkan kekuatan, ketangguhan, dan dapat
menurunkan temperatur eutektoid. Nikel juga merupakan unsur paduan
utama pada baja tahan karat austenitik, namun nikel bukan unsur utama
pembentuk karbida.
6.Molibdenum (Mo)
Unsur paduan molibdenum memiliki pengaruh yang besar terhadap
hardenability pada baja. Selain itu molibdenum dapat berkombinasi
dengan unsur paduan lain. Pengaruh lain dari paduan ini yaitu dapat
meningkatkan ketangguhan dan kekuatan tarik. Pada baja perkakas,
molibdenum merupakan unsur paduan utama dalam membentuk karbida
dan dapat meningkatkan ketahanan aus.
7.Tungsten (W)
Tungsten mempunyai keterkaitan yang kuat dengan molibdenum,
yaitu sebagai unsur utama pembentuk jaringan karbida yang kompleks.
Selain itu kehadiran tungsten pada baja merupakan alasan utama dalam
memperlambat pertumbuhan butir, pada saat transformasi austenit
menjadi martensit. Penambahan unsur paduan ini akan meningkatkan
ketahanan abrasi, kekerasan, dan yield point.

LABORATORIUM METALURGI FISIK 110


PANDUAN PRAKTIKUM PENGUJIAN MATERIAL TEKNIK 2020

8.Vanadium (V)
Vanadium merupakan unsur paduan utama yang sering ditemukan
pada baja kontruksi, pengaruh dari vanadium yaitu meningkatkan
kekuatan tarik, yield point dan dapat menaikan temperatur austenit.
Vanadium juga merupakan unsur utama pembentuk karbida yang stabil
pada baja perkakas, sehingga dapat meningkatkan kekerasan dan
ketahanan aus pada baja perkakas.

B. Heat Treatment
Proses perlakuan panas merupakan suatu tahapan proses yang penting
pada pengerjaan logam yang bertujuan untuk mendapatkan atau memperbaiki
sifat-sifat mekanik. Perlakuan panas merupakan proses pemanasan yang
dilakukan dengan cara menaikan temperatur logam diatas temperatur kritis
yaitu temperatur dimana mulai terjadinya transformasi struktur dari fasa ferit
(α) menjadi austenit (γ). Kemudian logam ditahan pada temperatur tersebut
untuk waktu tertentu dan dilanjutkan dengan media pendinginan tertentu,
semua rangkaian perlakukan panas dilakukan secara terkontrol.

C. Deformasi
Deformasi akan mengakibatkan perubahan bentuk struktur karena
adanya gaya yang diberikan kepada suatu material. Seperti adanya tarikan,
gesekan, lipatan dan torsi (memutar) yang berkontak langsung pada material.

II.7 Tahap Preparasi Spesimen Analisa Struktutur Mikro

1. Pemotongan
Pemotongan spesimen dengan proses permesinan, chipping, atau flare
cutting.
2. Mounting (pembingkaian)
Pembingkaian diperlukan untuk spesimen yang relatif kecil.

LABORATORIUM METALURGI FISIK 111


PANDUAN PRAKTIKUM PENGUJIAN MATERIAL TEKNIK 2020

Material pembingkai antara lain :


▪ Resin dan hardener
▪ Bakelit
▪ Logam
▪ Fixtures
Dalam percobaan disini, material
pembingkai yang digunakan adalah resin dan hardener.
3. Penggerindaan
Penggerindaan hanya dilakukan untuk meratakan permukaan pengamatan.
4. Pengampelasan
Pengamplasan dilakukan secara bertahap, mulai dengan amplas yang kasar
s/d amplas yang halus. Kertas amplas yang digunakan nomor 120, 150, 320,
400, 600, 800, 1200, 1500, 2000.
5. Pemolesan
Pemolesan dapat menggunakan berbagai cara antara lain :
▪ Dengan serbuk alumina.
▪ Dengan diamond paste.
6. Pengetsaan
Dilakukan untuk mereaksikan permukaan pengamatan dengan larutan kimia
tertentu sehingga muncul struktur mikro yang hanya diamati dengan
menggunakan mikroskop.

LABORATORIUM METALURGI FISIK 112


PANDUAN PRAKTIKUM PENGUJIAN MATERIAL TEKNIK 2020

III.PERALATAN DAN SPESIMEN


a.Peralatan
Peralatan yang dibutuhkan dalam praktikum ini adalah mikroskop dan
perangkat komputer yang telah dilengkapi dengan perangkat interface antara
mikroskop dan PC.

b.Spesimen
Spresimen analisa struktur mikro terdiri dari beberapa material yang
berbeda yang mendapatkan perlakuan panas berbeda pula, dimana material
tersebut telah dilakukan tahap preparasi sebelumnya.

LABORATORIUM METALURGI FISIK 113


PANDUAN PRAKTIKUM PENGUJIAN MATERIAL TEKNIK 2020

IV.PROSEDUR PRAKTIKUM
Mengamati struktur mikro beberapa spesimen yang disediakan menggunakan
mikroskop.

V.DATA PENGAMATAN

LABORATORIUM METALURGI FISIK 114


PANDUAN PRAKTIKUM PENGUJIAN MATERIAL TEKNIK 2020

VI.PENGOLAHAN DATA

1.Perhitungan volume fraction %α dan %p (Vertical & Horizontal)

α
%α = x100 %
50

p
%p = x 100 % 50
No. α p

Vertikal Horizontal Vertikal Horizontal

1.

2.

LABORATORIUM METALURGI FISIK 115


PANDUAN PRAKTIKUM PENGUJIAN MATERIAL TEKNIK 2020

3.

4.

5.

2.Pehitungan % C (wt)
% C = 0.81 – (0.81 x % P )

α %C
% Crata-rata =
10

3.Perhitungan(% C - % Crata-rata)²
(%C - %Crata-rata)²

(%C - %Crata-rata)²

4.Mencari Standar Deviasi (S)

ket : n =10

LABORATORIUM METALURGI FISIK 116


PANDUAN PRAKTIKUM PENGUJIAN MATERIAL TEKNIK 2020

VIII.DAFTAR PUSTAKA
1. Dieter, G, Metalurgi Mekanik, Jilid I ; penerbit Erlangga, 1998.
2. Surdia, Tata, Prof. Ir., Pengetahuan Bahan Tekenik, PT. Pradnya Paramitha,
Jakarta, 1992.
3. ASM Handbook Vol 9. Metallography and Microstructures.
4. Diktat Kuliah Material Teknik, Yusril Irwan
5. Prabhudev, K. H. 1988. Handbook of Heat Treatment of Steels. New Delhi. Tata
McGraw-Hill Publishing Company
6. Callister, Willism D. 2002. Material Science And Engineering An Introduction.
6th Edition. Dept. of Metallurgical Engineering. The University of Utah.
7. Voort, George F. 2004. ASM Hand Book Vol-9. Metallography and
Microstructures. Asm International.

LABORATORIUM METALURGI FISIK 117


PANDUAN PRAKTIKUM PENGUJIAN MATERIAL TEKNIK 2020

LABORATORIUM METALURGI FISIK 118

Anda mungkin juga menyukai