Anda di halaman 1dari 24

Matematika Teknik II 1

DERET LAURENT

L.H. Wiryanto
FMIPA-ITB
Jalan Ganesha 10 Bandung-Indonesia
e-mail: leo@math.itb.ac.id

Deret Taylor:
Fungsi dinyatakan ke bentuk deret pangkat.

• Dalam fungsi riil


1
f (x) = = 1 + x + x2 + x3 + · · · + xn + · · ·
1−x
diuraikan dalam deret Taylor disekitar x = 0.

• Fungsi kompleks

z3 z5 z7
f (z) = sin z = z − + − ···
3! 5! 7!
diuraikan dalam deret Taylor di sekitar z = 0.

Masalah di sini adalah bagaimana menentukan koefisien deret, khususnya fungsi


kompleks, yang akan dihubungkan dengan integral kompleks. Berikut uraiannya.

1. f (z) adalah fungsi analitik pada domain D dan z0 ∈ D

2. C lintasan tertutup berupa lingkaran yang mempunyai pusat z0 dan jari-jari


r; z titik di dalam C dan z ∗ titik pada C.

3. Tulisakan
1 1 1
= ∗ =  
z∗ −z z − z0 − (z − z0 ) (z − z0 ) 1 −
∗ z−z0
z ∗ −z0

Secara geometri
z − z0


<1

z ∗ − z0
2 L.H. Wiryanto

4. Dari deret geometri

1
= 1 + q + q2 + q4 + · · ·
1−q

untuk |q| < 1, ekspresi di atas dapat ditulis dalam deret


" 2 3 #
1 1 z − z0 z − z0 z − z0
 
= 1 + + + ∗ ···
z∗ − z z ∗ − z0 z ∗ − z0 z ∗ − z0 z − z0

5. Hubungan integral Cauchy berbentuk


I
f (z ∗ ) ∗
dz = 2πif (z)
C z∗ − z

Bila 1/(z ∗ − z) di dalam integral digantikan dengan deret di atas diperoleh


" 2 3 #
f (z ∗ ) z − z0 z − z0 z − z0
I  
2πif (z) = 1+ ∗ + ∗ + ∗ · · · dz ∗
C z − z0
∗ z − z0 z − z0 z − z0

= a0 + a1 (z − z0 ) + a2 (z − z0 )2 + · · ·

dengan
f (z ∗ ) ∗
I
a0 = dz
C z ∗ − z0

f (z ∗ )
I
a1 = dz ∗
C (z ∗ − z0 )2
I
f (z ∗ )
a2 = dz ∗
C (z ∗ − z0 )3
..
.

f (z ∗ )
I
an = dz ∗
C (z ∗ − z0 )n+1
..
.

6. Cara lain menulisakan koefisien a0 , a1 , a2 , cdots adalah dengan menyatakan


integral menjadi turunan, menggunakan integral Cauchy terkait turunan

g(z) 2πi (n)


I
n+1
dz = g (z0 ) (1)
C (z − z0 ) n!
Matematika Teknik II 3

yaitu
a0 = 2πif (z0 )

a1 = 2πif ′ (z0 )

2πi ′′
a2 = f (z0 )
2!
..
.

2πi (n)
an = f (z0 )
n!
..
.

7. Jadi deret Taylor dari fungsi kompleks f (z) di sekitar z0

f ′′ (z0 )

f (z) = f (z0 ) + f (z0 )(z − z0 ) + (z − z0 )2 + · · · (2)
2!

seperti dalam fungsi riil.

Deret Laurent:
Perlu diberi catatan di sini bahwa deret Taylor dari fungsi hanya dapat dibentuk
di sekitar titik analitik. Di atas telah diberikan ilustrasi uraian deret Taylor dari
fungsi kompleks f (z) = sin z di sekitar z0 = 0, dan koefisiennya ditentukan menggu-
nakan turunan f (z) di titik tersebut. Masalah selanjutnya adalah bagaimana menen-
tukan deret di sekitar titik tidak analitik, sebagai misal uraian deret f (z) = z −2 sin z
di sekitar z = 0. Rumusan deret Taylor (3) tidak dapat digunakan. Untuk itu, kita
bahas uraian berikut.

1. Tinjau f (z) fungsi kompleks yang analitik pada daerah berbentuk anulus D
diantara lingkaran C1 (luar) dan C2 (dalam) yang keduanya mempunyai pusat
z0 . Kita gunakan notasi z sebagai titik pada anulus, sketsa daerah anulus
diilustrasikan pada Gambar (1).

2. Menurut integral Cauchy pada anulus

f (z) = g(z) − g(z)


4 L.H. Wiryanto

Figure 1: Sketsa daerah anulus D

dengan
1 f (z ∗ ) ∗
I
g(z) = dz
2πi C1 z∗ − z

1 f (z ∗ ) ∗
I
h(z) = dz
2πi C2 z∗ − z
(a) Tinjau g. z berada di dalam lintasan C1 , seperti pada penurunan deret
Taylor, karena
z − z0

< 1,
z − z0

maka berlaku ∞
an (z − z0 )n
X
g(z) =
n=0
dengan
1 f (z ∗ )
I
an = dz ∗
2πi c1 (z ∗ − z0 )n+1
(b) Tinjau h. z berada di luar C2 , sehingga
z − z0


> 1.

z ∗ − z0
Penyebut dari integran dinyatakan dalam deret
1 1 −1
z ∗ −z
= = h i
z∗ − z0 − (z − z0 ) (z − z0 ) 1 − z ∗ −z0
z−z0

" 2 #
1 z ∗ − z0 z ∗ − z0

=− 1+ + +···
z − z0 z − z0 z − z0
Matematika Teknik II 5

Sehingga
" 2 #
1 f (z ∗ ) z ∗ − z0 z ∗ − z0
I 
h(z) = − 1+ + + · · · dz ∗
2πi C2 z − z0 z − z0 z − z0

b1 b2
= + +···
z − z0 (z − z0 )2

dengan
1
I
b1 = f (z ∗ )dz ∗
2πi C2

1
I
b2 = (z ∗ − z0 )f (z ∗ )dz ∗
2πi C2

..
.

1
I
bm = (z ∗ − z0 )m−1 f (z ∗ )dz ∗
2πi C2
..
.

3. Integral pada koefisien an dan juga bm sepanjang lintasan yang berbeda. Menu-
rut integral Cauchy, lintasan tersebut dapat diganti yang lain selama berada
pada anulus. Oleh karena itu, pilih C1 dan C2 yang sama C. Sehingga deret
f di sekitar z0 (titik tidak analitik)
∞ ∞
bm
an (z − z0 )n +
X X
f (z) = m
(3)
n=0 m=1 (z − z0 )

dengan
1 f (z ∗ )
I
an = n+1
dz ∗
2πi C (z − z0 )

1
I
bm = (z ∗ − z0 )m−1 f (z ∗ )dz ∗
2πi C

yang disebut deret Laurent.

Contoh 3.1.
Tentukan deret Laurent dari f (z) = z −2 sin z di sekitar z = 0.
6 L.H. Wiryanto

Jawab. f tidak analitik di z = 0. Jadi deret yang dibentuk adalah deret Laurent
(3) dengan z0 = 0, dan koefisien deret pertama

1 z ∗ sin z ∗ ∗
I
an = dz
2πi C (z ∗ )n+1

1 I sin z ∗
= dz ∗
2πi C (z ∗ )n+3

F (n+2) (0)
=
(n + 2)!

dengan F (z) = sin z dan C sebarang lintasan tertutup yang mengitari z0 . Kita
jabarkan untuk melihat beberapa nilai an

F ′′ (0)
a0 = = 0,
2!

F ′′′ (0) 1
a1 = =− ,
3! 3!

F iv (0)
a2 = = 0,
4!

F v (0) 1
a3 = = , cdots
5! 5!

Koefisien deret kedua

1
I
bm = (z ∗ )m−1 (z ∗ )−2 sin z ∗ dz ∗
2πi C

1 I ∗ m−3
= (z ) sin z ∗ dz ∗
2πi C
Matematika Teknik II 7

Untuk beberapa bm
1
I
b1 = (z ∗ )−2 sin z ∗ dz ∗ = cos 0 = 1
2πi C

1 I ∗ −1
b2 = (z ) sin z ∗ dz ∗ = 0
2πi C

1
I
b3 = sin z ∗ dz ∗ = 0
2πi C

1 I ∗
b4 = z sin z ∗ dz ∗ = 0
2πi C
..
.
b1 dihitung menggunakan integral Cauchy tentang turunan pertama, b2 menggu-
nakan integral Cauchy terkait nilai fungsi di titik tidak analitik, b3 dan seterus-
nya fungsi yang diintegralkan analitik pada C dan daerah di dalamnya (teorema
Cauchy). Jadi deret Laurent
1 1 1
 
z −2 sin z = − z + z 3 + · · · +
3! 5! z

Mengikuti cara menjawab contoh di atas terasa sangat panjang dan perhitungan
integral dilakukan berulang-ulang. Sebenaranya kita dapat menjawab lebih singkat
dengan hanya menguraikan sin z di sekitar nol, dan karena sin z analitik di z = 0
maka deret yang terbentuk adalah deret Taylor
z3 z5
sin z = z − + −···
3! 5!
Selanjutnya f (z) ditinjau sebagai perkalian dari z −2 dan sin z maka diperoleh
z3 z5
!
−2
z −2
sin z = z z− + −···
3! 5!

1 z z3
= − + −···
z 3! 5!
Cara ini terasa lebih praktis dan mudah dibandingkan sebelumnya, kita terhindar
dari perhitungan integral.

Contoh 3.2.
Tentukan deret dari f (z) = z 3 cosh(1/z) di sekitar z = 0.
8 L.H. Wiryanto

Jawab. Kita berhadapan dengan fungsi tidak analitik di z = 0. Jadi deret yang
hendak kita bentuk adalah deret Laurent, tetapi kita coba menghindari perhitungan
yang melibatkan integral. Jadi kita tinjau g(z) = cosh z yang analitik pada seluruh
bidang komplek, termasuk z = 0. Kita bentuk deret Taylor-nya dengan

g(z) = cosh z → g(0) = 1

g ′(z) = sinh z → g ′(0) = 0

g ′′ (z) = cosh z → g ′′ (0) = 1


.. ..
. .

sehingga
z2 z4 z6
cosh z = 1 +
+ + + · · · , |z| < ∞
2 4! 6!
Kemudian gantikan z dengan 1/z, diperoleh deret
1 1 1 1 1
cosh =1+ 2 + 4
+ 6
+ ···, < ∞ ⇔ 0 < |z| < ∞
z 2z 4!z 6!z |z|
Jadi deret Laurent dari f di sekitar z = 0
1 1 1 1
 
3
z cosh = z3 1 + 2 + 4
+ + ···,
z 2z 4!z 6!z 6

z 1 1
= z3 + + + +···
2 4!z 6!z 3
dengan daerah konvergensi 0 < |z| < ∞.

Contoh 3.3.
Tentukan deret Laurent dari
1
f (z) =
z3 − z4
di sekitar z = 0.

Jawab. Tuliskan
1
f (z) =
− z) z 3 (1
fungsi ini mempunyai 2 titik tidak analitik, z = 0 dan z = 1. Karena kita hendak
membentuk deret di sekitar z = 0, bentuk deret dalam z n dengan n bulat. Oleh
karena itu, cukup kita uraikan faktor 1/(1 − z) dari f dan perlu meninjau daerah
konvergennya.
Matematika Teknik II 9

• Daerah |z| < 1 hanya memuat satu titik tidak analitik, maka
1
= 1 + z + z2 + z3 + · · ·
1−z
Jadi deretnya
1  2 3

f (z) = 1 + z + z + z + · · · , 0 < |z| < 1
z3
• Daerah |z| > 1 memuat kedua titik tidak analitik. Oleh karena itu perlu
diubah bentuknya
" #
1 −1 1 1
1−z
= =−
z(1 − 1/z) z 1 − 1/z

1 1 1 1
 
= − 1+ + 2 + 3 +···
z z z z
Jadi deret dari f
1 1 1 1
 
f (z) = 3
−1 − − 2 − 3 − · · ·
z z z z

Selanjutnya kita gunakan deret Laurent untuk perhitungan integral kompleks.


Dari bentuk deret (3) yang telah kita dapatkan, koefisien b1 , terkait dengan suku
yang memuat 1/(z − z0 ), adalah yang diperlukan. Dari fungsi kompleks f (z) yang
diberikan, bila kita dapat menentukan deret Laurentnya tanpa melakukan perhitun-
gan integral seperti pada contoh-contoh yang diberikan di atas, maka integral dari
f (z) dapat diperoleh melalui b1 , yaitu
I
f (z)dz = 2πib1 (4)
C

Sebagai contoh kita gunakan (4) untuk menghitung integral terkait dengan fungsi
pada contoh 3.2. Deret Laurent pada contoh 3.2. memberikan b1 = 1/4!. Jadi
1 1
I
z 3 cosh dz = 2πi
C z 4!
untuk lintasan C : |z| = r dengan 0 < r < ∞. Perlu diperhatikan bahwa contoh
integral ini tidak dapat dihitung menggunakan integral Cauchy.

Contoh 3.4.
Diberikan
z+i
f (z) =
z+2+i
10 L.H. Wiryanto

1. Tentukan uraian deret Taylor di sekitar z = −i beserta daerah konvergennya.

2. Tentukan uraian deret Laurent di sekitar z = −i beserta daerah konvergennya.

3. Hitung

z+i
I
(a) dz, untuk C1 : |z + i| = 0.25
C1 z+2+i
I
z+i
(b) dz, untuk C2 : |z + i| = 3
C2 z+2+i
z+i
I
(c) dz, untuk C3 : |z + 2 + i| = ρ dengan 0 < ρ < ∞
C3 z+2+i

Jawab.

1. Lebih dahulu kita nyatakan f (z) dalam z + i

z+i 2
f (z) = =1−
z+2+i z+2+i

2
=1−
2 + (z + i)

1
=1− 1
1+ 2
(z + i)

sehingga deret Taylor dapat dibentuk dengan menguraikan bentuk f (z) ter-
akhir sebagai deret geometri

1 1 1
 
f (z) = 1 − 1 − (z + i) + (z + i)2 − (z + i)3 + · · ·
2 4 8

1 1 1
= (z + i) − (z + i)2 + (z + i)3 − · · ·
2 4 8

1


untuk (z + i) < 1 ⇔ |z + i| < 2
2

2. Deret Laurent dari f (z) diperoleh dengan mengubah bentuk fungsi dan mengu-
Matematika Teknik II 11

raikan menjadi deret geometri, sehingga perhitungan integral tidak dilakukan.

1
f (z) = 1 − 1
h
2
i
2
(z + i) 1 + z+i

" #
2 2 4 8
=1− 1− + − +···
z+i z + i (z + i)2 (z + i)3

2 4 8 16
=1− + 2
− 3
+ −···
z + i (z + i) (z + i) (z + i)4

2


untuk < 2 ⇔ |z + i| > 2
z + i

3. Untuk menghitung integral, kita perlu memperhatikan keberadaan dari lin-


tasan C pada daerah konvergensi dari deret Taylor atau Laurent.

(a) Untuk C1 : |z + i| = 0.25 lingkaran pusat di z = −i dan jari-jari 0.25


berada pada daerah konvergensi
I dari deret Taylor, jadi f analitik pada
C dan di dalamnya, sehingga f (z)dz = 0.
C1
Bandingkan hasil integral tersebut dengan menghitung menggunakan in-
tegral garis berikut

z+i 2π 0.25eit
I Z
dz = 0.25ieit dt
C1 z+i+2 0 0.25eit + 2
2π cos 2t + i sin 2t
Z
= 0.0625i dt
0 0.25 cos t + 2 + 0.25i sin t

Setelah memisahkan bagian riil dan imaginer, kita dapatkan


2π cos(2t)(0.25 cos t + 2) + 0.25 sin(2t) sin t
Z
dt = 0,
0 4.0625 + cos t

2π (sin(2t)(0.25 cos t + 2) − 0.25 cos(2t) sin t)


Z
dt = 0
0 4.0625 + cos t
sehingga diperoleh hasil yang sama dengan sebelumnya.
(b) Untuk C2 : |z+i| = I3, lintasan berada pada daerah konvergensi dari deret
Laurent, sehingga f (z)dz = 2πib1 . Sedangkan pada deret Laurent,
C2 I
koefisien dari 1/(z + i) adalah b1 = −2. Jadi f (z)dz = −4πi.
C
12 L.H. Wiryanto

Dengan menggunakan integral garis


z+i 2π 3eit
I Z
dz = 3ieit dt
C2 z+i+2 0 3eit + 2

2π cos 2t + i sin 2t
Z
= 9i dt
0 3 cos t + 2 + 3i sin t
Bagian riil dan imaginer memberikan
Z 2π cos(2t)(3 cos t + 2) + 3 sin(2t) sin t 4
dt = − π
0 13 + 12 cos t 9

2π sin(2t)(3 cos t + 2) − 3 cos(2t) sin t


Z
dt = 0
0 13 + 12 cos t
sehingga keseluruhannya memberikan hasil yang sama dengan sebelum-
nya.
(c) Dengan menggunakan integral Cauchy
I
z+i
dz = 2iπg(−2 − i) = −4πi
C3 z+2+i
dengan g(z) = z + i.
Integral ini dapat juga dihitung menggunakan b1 , dengan lebih dahulu
menyatakan f (z) dalam deret Laurent di sekitar z = −2 − i, yaitu
z+i 2
f (z) = =1− ,
z+2+i z − (−2 − i)
kita mempunyai deret yang sukunya hingga, dengan b1 = −2. Jadi
z+i
I
dz = 2πib1 = −4πi
C3 z+2+i

Metoda Residu
Kita telah mengenal beberapa cara menghitung integral fungsi kompleks, terutama
integral garis dan b1 dari deret Laurent. Nama khusus dari nilai b1 tersebut adalah
residu. Pada bagian ini akan dibahas bagaimana menghitung residu tanpa harus
membentuk deret Laurent, khususnya untuk fungsi rasional. Sebelum memperke-
nalkan rumusan residu, kita perkenlkan beberapa istilah

1. z = z0 disebut sebagai titik singular dari fungsi w = f (z) jika f tidak analitik
di z0 , tetapi analitik di sekitarnya.
Matematika Teknik II 13

2. Pole and orde.

• Bentuk deret Laurent


∞ ∞
bm
an (z − z0 )n +
X X
f (z) = m
n=0 m=1 (z − z0 )

• Pada penjumlahan kedua: jika mempunyai suku berhingga, misalnya


sampai bM /(z − z0 )M dan berikutnya nol, maka titik singular z0 dise-
but pole dan M disebut orde dari pole tersebut.
• Pole orde 1 disebut pole sederhana (simple pole), deret berbentuk

b1
an (z − z0 )n +
X
f (z) =
n=0 z − z0

3. z = z0 disebut titik nol dari fungsi analitik f (z) jika f (z0 ) = 0

• Titik nol berorde n jika f ′ (z0 ) = f ′′ (z0 ) = · · · = f (n−1) (z0 ) = 0 dan


f (n) (z0 ) 6= 0, sehingga deretnya

n n+1
X bm
f (z) = an (z − z0 ) + an+1 (z − z0 ) +···+ m
m=1 (z − z0 )

• Titik nol berorde 1 disebut titik nol sederhana (simple nol)


• Titik nol dari fungsi analitik tidak merambat pada turunan, artinya jika
f (z0 ) = 0 untuk fungs analitik f ′ (z0 ) belum tentu bernilai nol.

4. z0 adalah nol dari fungsi analitik f (z) berorde n ⇔ z0 pole dari 1/f (z) berorde
n.

5. f (z) analitik sepanjang lintasan tertutup C dan titik-titik di dalamnya kecuali


z0 . Deret Laurent dari f
∞ ∞
X
n
X bm
f (z) = an (z − z0 ) + m
n=0 m=1 (z − z0 )

dengan
1
I
b1 = f (z)dz
2πi C
disebut residu dari f (z) di z = z0 dan dinotasikan

b1 = Resz=z0 f (z).
14 L.H. Wiryanto

Rumusan menghitung residu.

1. Untuk pole sederhana, kita perhatikan deret Laurent


b1
f (z) = + a0 + a1 (z − z0 ) + · · ·
z − z0

⇔ (z − z0 )f (z) = b1 + a0 (z − z0 ) + a1 (z − z0 )2 + · · ·
Dengan menambil limit z → z0 diperoleh

b1 = Resz=z0 f (z) = lim (z − z0 )f (z) (5)


z→z0

2. Fungsi kompleks berbentuk


p(z)
f (z) =
q(z)
dengan p dan q analitik, p(z0 ) 6= 0 dan z0 nol sederhana dari q(z), yang berarti
sebagai pole sederhana dari f . Deret Taylor dari q di sekitar z0
(z − z0 )2 ′′
q(z) = (z − z0 )q ′ (z0 ) + q (z0 ) + · · ·
2!
" #
′ (z − z0 ) ′′
= (z − z0 ) q (z0 ) + q (z0 ) + · · ·
2!
Bila dikembalikan ke f dan residu dari f dihitung menggunakan limit seperti
sebelumnya
p(z)
Resz=z0 f (z) = lim (z − z0 )
z→z0 q(z)

(z − z0 )p(z)
= lim h
(z−z0 ) ′′
i
z→z0
(z − z0 ) q ′ (z0 ) + 2!
q (z0 ) +···
Perhitungan limit menghasilkan
p(z0 )
Resz=z0 f (z) = (6)
q ′ (z0 )

3. Misal f (z) fungsi kompleks yang mempunyai pole berorde m > 1 di z = z0 ,


deret Laurent dari f
bm b1
f (z) = + · · · + + a0 + a1 (z − z0 ) + · · ·
(z − z0 )m z − z0

⇔ (z − z0 )m f (z) = bm + · · · + b1 (z − z0 )m−1 + a0 (z − z0 )m + a1 (z − z0 )m+1 + · · ·


Matematika Teknik II 15

Dengan menurunkan m − 1 kali, suku b1 (z − z0 )m−1 menjadi (m − 1)!b1 , suku-


suku didepanya akan habis dan suku-suku dibelakangnya masih memuat faktor
(z − z0 ), semakin kebelakang memiliki multiplisitas (pangkat) lebih tinggi.
Oleh karena itu, untuk mendapatkan b1 perlu diambil limit z → z0 agar suku-
suku dibelakang bernilai nol, sehingga diperoleh
dm−1
" #
1
b1 = Resz=z0 = lim {(z − z0 )m f (z)} (7)
(m − 1)! z→z0 dz m−1

Dengan menggunakan (5), (6) atau (7) kita dapat menghitung residu fungsi atau
b1 tanpa harus membentuk deret dari fungsi tersebut. Berikut diberikan beberapa
contoh penggunaannya.

Contoh 3.5.
1. Hitung residu dari f (z) = 4/(1 + z 2 ) pada z = −i.

Jawab. z = −i merupakan pole sederhana, penyebut dari f dapat difaktorkan


menjadi (−i + z)(i + z), sehingga dengan menggunakan (5)
4 4
Resz=−i f (z) = lim (z + i) 2
= lim = 2i
z→−i 1+z z→−i −i + z
9z + i
2. Hitung residu dari f (z) = pada z = −i.
z(z 2 + 1)

Jawab. f merupakan fungsi rasional kompleks dengan p(z) = 9z + i dan


q(z) = z(z 2 + 1); dan z = −i merupakan nol sederhana dari q. Jadi kita
gunakan (6) dengan q ′ (z) = 3z 2 + 1, sehingga
p(−i) −9i + i
Resz=−if (z) = = = 4i
q (−i)
′ −3 + 1
9z + i
3. Hitung residu dari f (z) = pada z = −i.
z(z 2 + 1)2

Jawab. z = −i merupakan pole orde 2, karena faktor penyebut z+i berpangkat


2. Jadi kita gunakan (7)
d h i
Resz=−i f (z) = lim (z + i)2 f (z)
z→−i dz

" #
d 9z + i
= lim = −7i
z→−i dz z(z − i)2
16 L.H. Wiryanto

Figure 2: Sketsa lintasan C dan n lintasan lain di dalamnya.

Setelah kita mengenal rumus residu dan menerapkan pada beberapa fungsi, kita
akan menerapkan kegunaannya dalam integral. Untuk itu kita perhatikan
I
f (z)dz
C

dengan C lintasan tertutup yang mengitari n titik singular z1 , z2 , · · · , zn dari fungsi


kompleks f .
Menurut teorema Cauchy, kita dapat membuat n lintasan C1 , C2 , · · · , Cn di
dalam C, yang masing-masing hanya mengitari satu titik singular seperti diilus-
trasikan pada Gambar , dan menyatakan integral di atas sebagai
I I I I
f (z)dz = f (z)dz + f (z)dz + · · · + f (z)dz
C C1 C2 Cn

Selanjutnya tiap integral pada ruas kanan dihitung menggunakan residu, yaitu
I
f (z)dz = 2πiResz=z1 f (z)
C1

I
f (z)dz = 2πiResz=z2 f (z)
C2

.. ..
I
. .
f (z)dz = 2πiResz=zn f (z).
Cn

Sehingga
I n
X
f (z)dz = 2πi Resz=zj f (z) (8)
C j=1
Matematika Teknik II 17

Dalam perhitungannya, di sini kita tidak perlu membentuk n buah deret Laurent
dari f terkait dengan titik singgularnya untuk menghitung residu b1 , tetapi dengan
rumus yang ada kita dapat menghitung lebih praktis, kecuali f bukan jenis yang
disyaratkan pada rumus.

Contoh 3.6.
Hitung I
9z + i
dz
C z(z 2 + 1)
dengan lintasan C : |z| = 5

Jawab. Tiga titik singular dari f adalah z = 0, i, −i, yang ketiganya ada di dalam
C dan merupakan pole sederhana. Residu masing-masing dihitung menggunakan
(5)
9z + i
Resz=0 f (z) = lim z =i
z→0 z(z 2 + 1)

9z + i
Resz=i f (z) = lim(z − i) = −5i
z→0 z(z 2 + 1)

Resz=−i f (z) = 4i (lihat contoh 3.5. nomer 2.)


Selanjutnya integral di atas dihitung menggunakan (8), memberikan
I
9z + i
dz = 2πi{i − 5i + 4i} = 0
C z(z 2 + 1)

Terapan integral kompleks pada integral riil


Pada bagian selanjutnya kita perkenalkan bagaimana menggunakan integral kom-
pleks untuk menghitung integral dari fungsi riil. Dalam pembahsan di sini kita
kelompokkan 3 bentuk integral riil yang dapat dihitung menggunakan integral kom-
pleks.

1. Integral fungsi trigonometri


Integral pada kelompok ini secara umum berbentuk
Z 2π
I= F (cos θ, sin θ)dθ
0

dengan F merupakan fungsi rational dari cos dan sin, dan F berhingga pada selang
[0, 2π].
18 L.H. Wiryanto

Untuk menghitungnya lebih dahulu kita tuliskan z = eiθ , sehingga integran dapat
dinyatakan dalam variabel kompleks z, karena
1  iθ 1 1
  
cos θ = e + e−iθ = z+
2 2 z

1  iθ 1 1
  
sin θ = e − e−iθ = z− ,
2i 2i z
begitu juga dengan variabel dummy dari integral
dz
dz = ieiθ dz ⇔ = idθ.
z
Bila semuanya digantikan pada integral semula maka diperoleh integral kompleks
I
I= f (z)dz (9)
C

dengan C : z = eiθ untuk 0 ≤ θ ≤ 2π, dan f merupakan fungsi rasional F dalam z.


Selanjutnya perhitungan integral kompleks dapat dilakukan menggunakan metoda
residu.

Contoh 3.7.
Hitung Z 2π dθ
I= √
0 2 − cos θ

Jawab. Dalam variabel kompleks integral menjadi


dz 2 dz
I I
I = √   = √
C iz 2− 1
z+ 1 i C 2 2z − z 2 − 1
2 z

2 dz
I
=−
i
C (z − z1 )(z − z2 )

√ √
dengan z1 = 2 + 1, z2 = 2 − 1.
Karena hanya z2 yang berada di dalam C maka kita hitung hanya residu dari z2
1 1
Resz=z2 f (z) = lim (z − z2 )f (z) = =−
z→z2 z2 − z1 2
Oleh karena itu integral
−2 −1
I = 2πi = 2π
i 2
Matematika Teknik II 19

Figure 3: Sketsa lintasan C = [−R, R] S.


S

2. Integral tak wajar


Integral pada kelompok ini secara umum berbentuk
Z ∞
f (x)dx
−∞

yang telah dikenalkan untuk mengerjakan dengan memecah integral menjadi dua dan
masing-masing dihitung menggunakan limit. Bila limit masing-masing ada (konver-
gen), perhitungan dapat dilakukan dengan
Z ∞ Z R
f (x)dx = lim f (x)dx
−∞ R→∞ −R

Hal ini dijamin untuk


p(x)
f (x) =
r(x)
fungsi rasional dengan q(x) 6= 0 dan derajat dari q setidaknya 2 tingkat di atas
derajat p, yaitu
p(x) = a0 + a1 x + a2 x2 + · · · + an xn
q(x) = b0 + b1 x + b2 x2 + · · · + bm xm
an dan bm tidak nol dan m ≥ n + 2.
Dalam kaitannya dengan integral kompleks, kita nyatakan
I Z Z R
f (z)dz = f (z)dz + f (x)dx
C S −R

dengan C merupakan lintasan tertutup yang merupakan gabungan dari selang [−R, R]
dan setengah lingkaran bagian atas pusat 0 dan jari-jari R, seperti diberikan pada
20 L.H. Wiryanto

Gambar . Integral pada ruas kiri selanjutnya dihitung menggunakan metoda residu,
sehingga
Z R X Z
f (x)dx = 2πi Resf (z) − f (z)dz
−R S

Integral pada ruas kiri menjadi integral tak wajar dengan mengambil limit R → ∞,
sedangkan integral sepanjang S dapat dianalisa sebagai berikut

• S : z = Reiθ , 0 ≤ θ ≤ π

• Jaminan limit ada pada fungsi rasional memberikan

K
|f (z)| <
|z|2

untuk konstanta K.

• Batas integral
K πK
Z

f (z)dz < 2
πR =

S R R
Z
• Pengambilan limit R → ∞ mengakibatkan f (z)dz → 0
S

Jadi integral tak wajar dapat dihitung menggunakan


Z ∞ X
f (x)dx = 2πi Resf (z) (10)
−∞

tanpa harus menentukan antiturunan dari f (x).

Contoh 3.8.
Hitung
∞ x2
Z
dx
−∞ (x2 + 1)(x2 + 4)

Jawab. Fungsi kompleks yang berpadanan dengan integran adalah

z2 z2
f (z) = =
(z 2 + 1)(z 2 + 4) (z − i)(z + i)(z − 2i)(z + 2i)

Fungsi ini mempunyai titik singular z = i, −i, 2i, −2i bertipe pole sederhana. Sedan-
gkan lintasan yang kita ambil adalah setengah lingkaran bagian atas, sehingga hanya
Matematika Teknik II 21

Figure 4: Sketsa lintasan C = [−R, a − r] [a + r, R] C2 S.


S S S

z = i dan z = 2i yang terlibat dalam perhitungan integral di sini. Residu dari kedua
titik adalah
1
Resz=if (z) = lim(z − i)f (z) = −
z→i 6i

1
Resz=2i f (z) = lim (z − 2i)f (z) =
z→2i 3i
Sehingga integral tak wajar yang ditanyakan dihitung menggunakan (10), meng-
hasilkan
x2 1 1 π
Z ∞  
2 2
dx = 2πi − + =
−∞ (x + 1)(x + 4) 6i 3i 3

Integral tak wajar dengan titik singular pada lintasan


Bentuk integral riil yang termasuk kelopok ini adalah
Z ∞
f (x)dx
−∞

dengan lim |f (x)| = ∞. Terkait dengan titik x = a integral tak wajar pada selang
x→a
hingga didefinisikan sebagai
Z B Z a−ǫ Z B
f (x)dx := lim f (x)dx + lim f (x)dx
A ǫ→0 A δ→0 a+δ

Sedangkan ditinjau dari bidang kompleks, x = a merupakan pole yang berada pada
sumbu x dari funsgi f (z).
Selanjutnya untuk menghitung integral tak wajar jenis di atas, kita lakukan hal
serupa seperti kasus sebelumnya, yaitu kita buat lintasan tertutup seperti sketsa
yang diberikan pada Gambar , yaitu merupakan gabungan antara garis [−R, a − r]
22 L.H. Wiryanto

dan [a + r, R] untuk r yang kecil, kemudian lintasan C2 dan lintasan S. Tujuan


dari lintasan tersebut adalah membentuk lintasan tertutup tetapi menghindari titik
x = a yang berada pada sumbu x, selanjutnya kita sebut lintasan tertutup tersebut
dengan C.
Dengan menggunkan lintasan C, kita dapat memecah integral kompleks menjadi
bagian-bagian mengikuti lintasan bagian yang membentuk C, yaitu
I Z R Z Z
f (z)dz = PV f (x)dx + f (z)dz + f (z)dz
C −R S C2

Integral pertama pada ruas kiri diberikan simbol PV (Principle Value) untuk meny-
atakan integral tersebut menghindari x = a secara simetri dari sebelah kiri maupun
sebelah kanan titik tersebut. Begitu juga fungsi yang digunakan berbeda dengan
integral lainnya, pada integral ini kita hanya bicara fungsi dengan variabel riil dari
−R sampai R, sedangkan lainnya lintasannya bergerak pada bidang kompleks.
Selanjutnya kita ambil limitnya R → ∞ dan sekaligus r → 0; dan kita analisa
masing-masing integral. Dengan limit tersebut ruas kiri hanya memperbesar lintasan
C dan kita hitung menggunakan metoda residu yang memberikan 2πi Resf (z).
P
R∞
Pada ruas kanan integral pertama menjadi PV −∞ f (x)dx dan integral kedua akan
menuju ke nol seperti dijelaskan pada bagian sebelumnya. Integral ketiga pada ruas
kanan akan menuju ke −πiResz=a f (z). Tanda negatif di sini karena arah lintasan
yang searah dengan perputaran jaraum jam. Sehingga kita peroleh hasilnya
Z ∞ X
PV f (x)dx = 2πi Resf (z) + πiResz=a f (z) (11)
−∞

Sebagai catatan nilai integral sepanjang setengah lingkaran kecil di atas tidak di-
jelaskan secara analitis tetapi akan diberikan melalui contoh di bawah, yang perhi-
tungan integralnya menggunakan deret Laurent dan integral garis. Untuk itu kita
perhatikan integral Z
1
3
dz
C z (1 − z)

dengan C : z(t) = 1 + reit untuk 0 ≤ t ≤ π

• Integran mempunyai pole sederhana z = 1

• Deret Laurent
1 1
= − + 3 − 6(z − 1) + 10(z − 1)2 + · · ·
z 3 (1 − z) z−1

• Tinjau
Matematika Teknik II 23

1. Integral dari suku pertama dari deret Laurent

1 π rieit dt
Z Z
dz = = πi
C z−1 0 reit

2. Integral pada suku selebihnya dari deret Laurent

(3 − 6(z − 1) + 10(z − 1)2 + · · ·) dz


R
C


= 0 (3 − 6reit + 10r 2 e2it + · · ·) rieit dt

Sebut
3 − 6reit + 10r 2 e2it + · · · < M

dan karena |ieit | = 1 maka


Z
3 − 6(z − 1) + 10(z − 1)2 + · · · dz



C

Z π
< 3 − 6reit

+ 10r 2 e2it + · · · rdt ≤ Mrπ
0

Sehingga bila r → 0 diperoleh


Z
3 − 6(z − 1) + 10(z − 1)2 + · · · dz → 0
C

• Dari tinjauan integral suku per suku dari deret Laurent, maka diperoleh
dz
Z
lim = −πi
r→0 C z 3 (1 − z)
Bila dibandingkan dengan residu atau b1 dari deret, hasil tersebut tidak lain
adalah πiResz=1 f (z)

Contoh 3.9.
Hitung nilai utama integral
∞ dx
Z
PV
−∞ (x − 2)(x2 + 1)

Jawab. Fungsi kompleks yang berpadanan dengan integran


1
f (z) =
(z − 2)(z 2 + 1)
24 L.H. Wiryanto

dengan 3 titik singular z = 2, i, −i yang masing-masing merupakan pole sederhana.


Untuk menggunakan (11) kita gunakan lintasan tertutup yang berada di atas sumbu
x dan hanya melibatkan dua titik singular z = 2 dan z = i. Residu keduanya
1
Resz=2 f (z) = lim (z − 2)f (z) =
z→2 5
1
Resz=if (z) = lim(z − i)f (z) = (2i − 1)
z→i 10
sehingga nilai utama integral
∞ dx 1 1 2π
Z
PV 2
= 2πi (2i − 1) + πi = −
−∞ (x − 2)(x + 1) 10 5 5

Dari tiga bentuk integral riil di atas yang perhitungannya dilakukan menggu-
nakan integral kompleks, perlu diperhatikan bahwa nilai integral haruslah juga riil,
bila diperoleh hasilnya memuat bagian imaginer maka perlu dihitung ulang karena
menandakan adanya kesalahan.

Anda mungkin juga menyukai