Deret Laurent ALIF
Deret Laurent ALIF
DERET LAURENT
L.H. Wiryanto
FMIPA-ITB
Jalan Ganesha 10 Bandung-Indonesia
e-mail: leo@math.itb.ac.id
Deret Taylor:
Fungsi dinyatakan ke bentuk deret pangkat.
• Fungsi kompleks
z3 z5 z7
f (z) = sin z = z − + − ···
3! 5! 7!
diuraikan dalam deret Taylor di sekitar z = 0.
3. Tulisakan
1 1 1
= ∗ =
z∗ −z z − z0 − (z − z0 ) (z − z0 ) 1 −
∗ z−z0
z ∗ −z0
Secara geometri
z − z0
<1
z ∗ − z0
2 L.H. Wiryanto
1
= 1 + q + q2 + q4 + · · ·
1−q
= a0 + a1 (z − z0 ) + a2 (z − z0 )2 + · · ·
dengan
f (z ∗ ) ∗
I
a0 = dz
C z ∗ − z0
f (z ∗ )
I
a1 = dz ∗
C (z ∗ − z0 )2
I
f (z ∗ )
a2 = dz ∗
C (z ∗ − z0 )3
..
.
f (z ∗ )
I
an = dz ∗
C (z ∗ − z0 )n+1
..
.
yaitu
a0 = 2πif (z0 )
a1 = 2πif ′ (z0 )
2πi ′′
a2 = f (z0 )
2!
..
.
2πi (n)
an = f (z0 )
n!
..
.
f ′′ (z0 )
′
f (z) = f (z0 ) + f (z0 )(z − z0 ) + (z − z0 )2 + · · · (2)
2!
Deret Laurent:
Perlu diberi catatan di sini bahwa deret Taylor dari fungsi hanya dapat dibentuk
di sekitar titik analitik. Di atas telah diberikan ilustrasi uraian deret Taylor dari
fungsi kompleks f (z) = sin z di sekitar z0 = 0, dan koefisiennya ditentukan menggu-
nakan turunan f (z) di titik tersebut. Masalah selanjutnya adalah bagaimana menen-
tukan deret di sekitar titik tidak analitik, sebagai misal uraian deret f (z) = z −2 sin z
di sekitar z = 0. Rumusan deret Taylor (3) tidak dapat digunakan. Untuk itu, kita
bahas uraian berikut.
1. Tinjau f (z) fungsi kompleks yang analitik pada daerah berbentuk anulus D
diantara lingkaran C1 (luar) dan C2 (dalam) yang keduanya mempunyai pusat
z0 . Kita gunakan notasi z sebagai titik pada anulus, sketsa daerah anulus
diilustrasikan pada Gambar (1).
dengan
1 f (z ∗ ) ∗
I
g(z) = dz
2πi C1 z∗ − z
1 f (z ∗ ) ∗
I
h(z) = dz
2πi C2 z∗ − z
(a) Tinjau g. z berada di dalam lintasan C1 , seperti pada penurunan deret
Taylor, karena
z − z0
< 1,
z − z0
∗
maka berlaku ∞
an (z − z0 )n
X
g(z) =
n=0
dengan
1 f (z ∗ )
I
an = dz ∗
2πi c1 (z ∗ − z0 )n+1
(b) Tinjau h. z berada di luar C2 , sehingga
z − z0
> 1.
z ∗ − z0
Penyebut dari integran dinyatakan dalam deret
1 1 −1
z ∗ −z
= = h i
z∗ − z0 − (z − z0 ) (z − z0 ) 1 − z ∗ −z0
z−z0
" 2 #
1 z ∗ − z0 z ∗ − z0
=− 1+ + +···
z − z0 z − z0 z − z0
Matematika Teknik II 5
Sehingga
" 2 #
1 f (z ∗ ) z ∗ − z0 z ∗ − z0
I
h(z) = − 1+ + + · · · dz ∗
2πi C2 z − z0 z − z0 z − z0
b1 b2
= + +···
z − z0 (z − z0 )2
dengan
1
I
b1 = f (z ∗ )dz ∗
2πi C2
1
I
b2 = (z ∗ − z0 )f (z ∗ )dz ∗
2πi C2
..
.
1
I
bm = (z ∗ − z0 )m−1 f (z ∗ )dz ∗
2πi C2
..
.
3. Integral pada koefisien an dan juga bm sepanjang lintasan yang berbeda. Menu-
rut integral Cauchy, lintasan tersebut dapat diganti yang lain selama berada
pada anulus. Oleh karena itu, pilih C1 dan C2 yang sama C. Sehingga deret
f di sekitar z0 (titik tidak analitik)
∞ ∞
bm
an (z − z0 )n +
X X
f (z) = m
(3)
n=0 m=1 (z − z0 )
dengan
1 f (z ∗ )
I
an = n+1
dz ∗
2πi C (z − z0 )
∗
1
I
bm = (z ∗ − z0 )m−1 f (z ∗ )dz ∗
2πi C
Contoh 3.1.
Tentukan deret Laurent dari f (z) = z −2 sin z di sekitar z = 0.
6 L.H. Wiryanto
Jawab. f tidak analitik di z = 0. Jadi deret yang dibentuk adalah deret Laurent
(3) dengan z0 = 0, dan koefisien deret pertama
1 z ∗ sin z ∗ ∗
I
an = dz
2πi C (z ∗ )n+1
1 I sin z ∗
= dz ∗
2πi C (z ∗ )n+3
F (n+2) (0)
=
(n + 2)!
dengan F (z) = sin z dan C sebarang lintasan tertutup yang mengitari z0 . Kita
jabarkan untuk melihat beberapa nilai an
F ′′ (0)
a0 = = 0,
2!
F ′′′ (0) 1
a1 = =− ,
3! 3!
F iv (0)
a2 = = 0,
4!
F v (0) 1
a3 = = , cdots
5! 5!
1
I
bm = (z ∗ )m−1 (z ∗ )−2 sin z ∗ dz ∗
2πi C
1 I ∗ m−3
= (z ) sin z ∗ dz ∗
2πi C
Matematika Teknik II 7
Untuk beberapa bm
1
I
b1 = (z ∗ )−2 sin z ∗ dz ∗ = cos 0 = 1
2πi C
1 I ∗ −1
b2 = (z ) sin z ∗ dz ∗ = 0
2πi C
1
I
b3 = sin z ∗ dz ∗ = 0
2πi C
1 I ∗
b4 = z sin z ∗ dz ∗ = 0
2πi C
..
.
b1 dihitung menggunakan integral Cauchy tentang turunan pertama, b2 menggu-
nakan integral Cauchy terkait nilai fungsi di titik tidak analitik, b3 dan seterus-
nya fungsi yang diintegralkan analitik pada C dan daerah di dalamnya (teorema
Cauchy). Jadi deret Laurent
1 1 1
z −2 sin z = − z + z 3 + · · · +
3! 5! z
Mengikuti cara menjawab contoh di atas terasa sangat panjang dan perhitungan
integral dilakukan berulang-ulang. Sebenaranya kita dapat menjawab lebih singkat
dengan hanya menguraikan sin z di sekitar nol, dan karena sin z analitik di z = 0
maka deret yang terbentuk adalah deret Taylor
z3 z5
sin z = z − + −···
3! 5!
Selanjutnya f (z) ditinjau sebagai perkalian dari z −2 dan sin z maka diperoleh
z3 z5
!
−2
z −2
sin z = z z− + −···
3! 5!
1 z z3
= − + −···
z 3! 5!
Cara ini terasa lebih praktis dan mudah dibandingkan sebelumnya, kita terhindar
dari perhitungan integral.
Contoh 3.2.
Tentukan deret dari f (z) = z 3 cosh(1/z) di sekitar z = 0.
8 L.H. Wiryanto
Jawab. Kita berhadapan dengan fungsi tidak analitik di z = 0. Jadi deret yang
hendak kita bentuk adalah deret Laurent, tetapi kita coba menghindari perhitungan
yang melibatkan integral. Jadi kita tinjau g(z) = cosh z yang analitik pada seluruh
bidang komplek, termasuk z = 0. Kita bentuk deret Taylor-nya dengan
sehingga
z2 z4 z6
cosh z = 1 +
+ + + · · · , |z| < ∞
2 4! 6!
Kemudian gantikan z dengan 1/z, diperoleh deret
1 1 1 1 1
cosh =1+ 2 + 4
+ 6
+ ···, < ∞ ⇔ 0 < |z| < ∞
z 2z 4!z 6!z |z|
Jadi deret Laurent dari f di sekitar z = 0
1 1 1 1
3
z cosh = z3 1 + 2 + 4
+ + ···,
z 2z 4!z 6!z 6
z 1 1
= z3 + + + +···
2 4!z 6!z 3
dengan daerah konvergensi 0 < |z| < ∞.
Contoh 3.3.
Tentukan deret Laurent dari
1
f (z) =
z3 − z4
di sekitar z = 0.
Jawab. Tuliskan
1
f (z) =
− z) z 3 (1
fungsi ini mempunyai 2 titik tidak analitik, z = 0 dan z = 1. Karena kita hendak
membentuk deret di sekitar z = 0, bentuk deret dalam z n dengan n bulat. Oleh
karena itu, cukup kita uraikan faktor 1/(1 − z) dari f dan perlu meninjau daerah
konvergennya.
Matematika Teknik II 9
• Daerah |z| < 1 hanya memuat satu titik tidak analitik, maka
1
= 1 + z + z2 + z3 + · · ·
1−z
Jadi deretnya
1 2 3
f (z) = 1 + z + z + z + · · · , 0 < |z| < 1
z3
• Daerah |z| > 1 memuat kedua titik tidak analitik. Oleh karena itu perlu
diubah bentuknya
" #
1 −1 1 1
1−z
= =−
z(1 − 1/z) z 1 − 1/z
1 1 1 1
= − 1+ + 2 + 3 +···
z z z z
Jadi deret dari f
1 1 1 1
f (z) = 3
−1 − − 2 − 3 − · · ·
z z z z
Sebagai contoh kita gunakan (4) untuk menghitung integral terkait dengan fungsi
pada contoh 3.2. Deret Laurent pada contoh 3.2. memberikan b1 = 1/4!. Jadi
1 1
I
z 3 cosh dz = 2πi
C z 4!
untuk lintasan C : |z| = r dengan 0 < r < ∞. Perlu diperhatikan bahwa contoh
integral ini tidak dapat dihitung menggunakan integral Cauchy.
Contoh 3.4.
Diberikan
z+i
f (z) =
z+2+i
10 L.H. Wiryanto
3. Hitung
z+i
I
(a) dz, untuk C1 : |z + i| = 0.25
C1 z+2+i
I
z+i
(b) dz, untuk C2 : |z + i| = 3
C2 z+2+i
z+i
I
(c) dz, untuk C3 : |z + 2 + i| = ρ dengan 0 < ρ < ∞
C3 z+2+i
Jawab.
z+i 2
f (z) = =1−
z+2+i z+2+i
2
=1−
2 + (z + i)
1
=1− 1
1+ 2
(z + i)
sehingga deret Taylor dapat dibentuk dengan menguraikan bentuk f (z) ter-
akhir sebagai deret geometri
1 1 1
f (z) = 1 − 1 − (z + i) + (z + i)2 − (z + i)3 + · · ·
2 4 8
1 1 1
= (z + i) − (z + i)2 + (z + i)3 − · · ·
2 4 8
1
untuk (z + i) < 1 ⇔ |z + i| < 2
2
2. Deret Laurent dari f (z) diperoleh dengan mengubah bentuk fungsi dan mengu-
Matematika Teknik II 11
1
f (z) = 1 − 1
h
2
i
2
(z + i) 1 + z+i
" #
2 2 4 8
=1− 1− + − +···
z+i z + i (z + i)2 (z + i)3
2 4 8 16
=1− + 2
− 3
+ −···
z + i (z + i) (z + i) (z + i)4
2
untuk < 2 ⇔ |z + i| > 2
z + i
z+i 2π 0.25eit
I Z
dz = 0.25ieit dt
C1 z+i+2 0 0.25eit + 2
2π cos 2t + i sin 2t
Z
= 0.0625i dt
0 0.25 cos t + 2 + 0.25i sin t
2π cos 2t + i sin 2t
Z
= 9i dt
0 3 cos t + 2 + 3i sin t
Bagian riil dan imaginer memberikan
Z 2π cos(2t)(3 cos t + 2) + 3 sin(2t) sin t 4
dt = − π
0 13 + 12 cos t 9
Metoda Residu
Kita telah mengenal beberapa cara menghitung integral fungsi kompleks, terutama
integral garis dan b1 dari deret Laurent. Nama khusus dari nilai b1 tersebut adalah
residu. Pada bagian ini akan dibahas bagaimana menghitung residu tanpa harus
membentuk deret Laurent, khususnya untuk fungsi rasional. Sebelum memperke-
nalkan rumusan residu, kita perkenlkan beberapa istilah
1. z = z0 disebut sebagai titik singular dari fungsi w = f (z) jika f tidak analitik
di z0 , tetapi analitik di sekitarnya.
Matematika Teknik II 13
4. z0 adalah nol dari fungsi analitik f (z) berorde n ⇔ z0 pole dari 1/f (z) berorde
n.
dengan
1
I
b1 = f (z)dz
2πi C
disebut residu dari f (z) di z = z0 dan dinotasikan
b1 = Resz=z0 f (z).
14 L.H. Wiryanto
⇔ (z − z0 )f (z) = b1 + a0 (z − z0 ) + a1 (z − z0 )2 + · · ·
Dengan menambil limit z → z0 diperoleh
(z − z0 )p(z)
= lim h
(z−z0 ) ′′
i
z→z0
(z − z0 ) q ′ (z0 ) + 2!
q (z0 ) +···
Perhitungan limit menghasilkan
p(z0 )
Resz=z0 f (z) = (6)
q ′ (z0 )
Dengan menggunakan (5), (6) atau (7) kita dapat menghitung residu fungsi atau
b1 tanpa harus membentuk deret dari fungsi tersebut. Berikut diberikan beberapa
contoh penggunaannya.
Contoh 3.5.
1. Hitung residu dari f (z) = 4/(1 + z 2 ) pada z = −i.
" #
d 9z + i
= lim = −7i
z→−i dz z(z − i)2
16 L.H. Wiryanto
Setelah kita mengenal rumus residu dan menerapkan pada beberapa fungsi, kita
akan menerapkan kegunaannya dalam integral. Untuk itu kita perhatikan
I
f (z)dz
C
Selanjutnya tiap integral pada ruas kanan dihitung menggunakan residu, yaitu
I
f (z)dz = 2πiResz=z1 f (z)
C1
I
f (z)dz = 2πiResz=z2 f (z)
C2
.. ..
I
. .
f (z)dz = 2πiResz=zn f (z).
Cn
Sehingga
I n
X
f (z)dz = 2πi Resz=zj f (z) (8)
C j=1
Matematika Teknik II 17
Dalam perhitungannya, di sini kita tidak perlu membentuk n buah deret Laurent
dari f terkait dengan titik singgularnya untuk menghitung residu b1 , tetapi dengan
rumus yang ada kita dapat menghitung lebih praktis, kecuali f bukan jenis yang
disyaratkan pada rumus.
Contoh 3.6.
Hitung I
9z + i
dz
C z(z 2 + 1)
dengan lintasan C : |z| = 5
Jawab. Tiga titik singular dari f adalah z = 0, i, −i, yang ketiganya ada di dalam
C dan merupakan pole sederhana. Residu masing-masing dihitung menggunakan
(5)
9z + i
Resz=0 f (z) = lim z =i
z→0 z(z 2 + 1)
9z + i
Resz=i f (z) = lim(z − i) = −5i
z→0 z(z 2 + 1)
dengan F merupakan fungsi rational dari cos dan sin, dan F berhingga pada selang
[0, 2π].
18 L.H. Wiryanto
Untuk menghitungnya lebih dahulu kita tuliskan z = eiθ , sehingga integran dapat
dinyatakan dalam variabel kompleks z, karena
1 iθ 1 1
cos θ = e + e−iθ = z+
2 2 z
1 iθ 1 1
sin θ = e − e−iθ = z− ,
2i 2i z
begitu juga dengan variabel dummy dari integral
dz
dz = ieiθ dz ⇔ = idθ.
z
Bila semuanya digantikan pada integral semula maka diperoleh integral kompleks
I
I= f (z)dz (9)
C
Contoh 3.7.
Hitung Z 2π dθ
I= √
0 2 − cos θ
2 dz
I
=−
i
C (z − z1 )(z − z2 )
√ √
dengan z1 = 2 + 1, z2 = 2 − 1.
Karena hanya z2 yang berada di dalam C maka kita hitung hanya residu dari z2
1 1
Resz=z2 f (z) = lim (z − z2 )f (z) = =−
z→z2 z2 − z1 2
Oleh karena itu integral
−2 −1
I = 2πi = 2π
i 2
Matematika Teknik II 19
yang telah dikenalkan untuk mengerjakan dengan memecah integral menjadi dua dan
masing-masing dihitung menggunakan limit. Bila limit masing-masing ada (konver-
gen), perhitungan dapat dilakukan dengan
Z ∞ Z R
f (x)dx = lim f (x)dx
−∞ R→∞ −R
dengan C merupakan lintasan tertutup yang merupakan gabungan dari selang [−R, R]
dan setengah lingkaran bagian atas pusat 0 dan jari-jari R, seperti diberikan pada
20 L.H. Wiryanto
Gambar . Integral pada ruas kiri selanjutnya dihitung menggunakan metoda residu,
sehingga
Z R X Z
f (x)dx = 2πi Resf (z) − f (z)dz
−R S
Integral pada ruas kiri menjadi integral tak wajar dengan mengambil limit R → ∞,
sedangkan integral sepanjang S dapat dianalisa sebagai berikut
• S : z = Reiθ , 0 ≤ θ ≤ π
K
|f (z)| <
|z|2
untuk konstanta K.
• Batas integral
K πK
Z
f (z)dz < 2
πR =
S R R
Z
• Pengambilan limit R → ∞ mengakibatkan f (z)dz → 0
S
Contoh 3.8.
Hitung
∞ x2
Z
dx
−∞ (x2 + 1)(x2 + 4)
z2 z2
f (z) = =
(z 2 + 1)(z 2 + 4) (z − i)(z + i)(z − 2i)(z + 2i)
Fungsi ini mempunyai titik singular z = i, −i, 2i, −2i bertipe pole sederhana. Sedan-
gkan lintasan yang kita ambil adalah setengah lingkaran bagian atas, sehingga hanya
Matematika Teknik II 21
z = i dan z = 2i yang terlibat dalam perhitungan integral di sini. Residu dari kedua
titik adalah
1
Resz=if (z) = lim(z − i)f (z) = −
z→i 6i
1
Resz=2i f (z) = lim (z − 2i)f (z) =
z→2i 3i
Sehingga integral tak wajar yang ditanyakan dihitung menggunakan (10), meng-
hasilkan
x2 1 1 π
Z ∞
2 2
dx = 2πi − + =
−∞ (x + 1)(x + 4) 6i 3i 3
dengan lim |f (x)| = ∞. Terkait dengan titik x = a integral tak wajar pada selang
x→a
hingga didefinisikan sebagai
Z B Z a−ǫ Z B
f (x)dx := lim f (x)dx + lim f (x)dx
A ǫ→0 A δ→0 a+δ
Sedangkan ditinjau dari bidang kompleks, x = a merupakan pole yang berada pada
sumbu x dari funsgi f (z).
Selanjutnya untuk menghitung integral tak wajar jenis di atas, kita lakukan hal
serupa seperti kasus sebelumnya, yaitu kita buat lintasan tertutup seperti sketsa
yang diberikan pada Gambar , yaitu merupakan gabungan antara garis [−R, a − r]
22 L.H. Wiryanto
Integral pertama pada ruas kiri diberikan simbol PV (Principle Value) untuk meny-
atakan integral tersebut menghindari x = a secara simetri dari sebelah kiri maupun
sebelah kanan titik tersebut. Begitu juga fungsi yang digunakan berbeda dengan
integral lainnya, pada integral ini kita hanya bicara fungsi dengan variabel riil dari
−R sampai R, sedangkan lainnya lintasannya bergerak pada bidang kompleks.
Selanjutnya kita ambil limitnya R → ∞ dan sekaligus r → 0; dan kita analisa
masing-masing integral. Dengan limit tersebut ruas kiri hanya memperbesar lintasan
C dan kita hitung menggunakan metoda residu yang memberikan 2πi Resf (z).
P
R∞
Pada ruas kanan integral pertama menjadi PV −∞ f (x)dx dan integral kedua akan
menuju ke nol seperti dijelaskan pada bagian sebelumnya. Integral ketiga pada ruas
kanan akan menuju ke −πiResz=a f (z). Tanda negatif di sini karena arah lintasan
yang searah dengan perputaran jaraum jam. Sehingga kita peroleh hasilnya
Z ∞ X
PV f (x)dx = 2πi Resf (z) + πiResz=a f (z) (11)
−∞
Sebagai catatan nilai integral sepanjang setengah lingkaran kecil di atas tidak di-
jelaskan secara analitis tetapi akan diberikan melalui contoh di bawah, yang perhi-
tungan integralnya menggunakan deret Laurent dan integral garis. Untuk itu kita
perhatikan integral Z
1
3
dz
C z (1 − z)
• Deret Laurent
1 1
= − + 3 − 6(z − 1) + 10(z − 1)2 + · · ·
z 3 (1 − z) z−1
• Tinjau
Matematika Teknik II 23
1 π rieit dt
Z Z
dz = = πi
C z−1 0 reit
Rπ
= 0 (3 − 6reit + 10r 2 e2it + · · ·) rieit dt
Sebut
3 − 6reit + 10r 2 e2it + · · · < M
Z π
< 3 − 6reit
+ 10r 2 e2it + · · · rdt ≤ Mrπ
0
• Dari tinjauan integral suku per suku dari deret Laurent, maka diperoleh
dz
Z
lim = −πi
r→0 C z 3 (1 − z)
Bila dibandingkan dengan residu atau b1 dari deret, hasil tersebut tidak lain
adalah πiResz=1 f (z)
Contoh 3.9.
Hitung nilai utama integral
∞ dx
Z
PV
−∞ (x − 2)(x2 + 1)
Dari tiga bentuk integral riil di atas yang perhitungannya dilakukan menggu-
nakan integral kompleks, perlu diperhatikan bahwa nilai integral haruslah juga riil,
bila diperoleh hasilnya memuat bagian imaginer maka perlu dihitung ulang karena
menandakan adanya kesalahan.