Materi Praktikum 1
CISCO IOS
PENDAHULUAN
Port dari router terdiri dari 3 port utama yang biasanya sering digunakan, yaitu Port
Konfigurasi, LAN dan WAN.
Port Konfigurasi, sesuai namanya, port ini digunakan untuk mengkonfigurasi suatu router
melalui sebuah PC. Port konfigurasi ini pun terbagi menjadi 2 port, yaitu :
a) Direct Port
Direct port merupakan port yang CLI IOS nya dapat diakses dengan menggunakan
console. Sesuai dengan namanya, port ini harus terhubung langsung (direct) pada
jaringan. Mengakses melalui console adalah ketika perangkat belum dikonfigurasi,
saat trouble shooting ketika remote perangkat tidak bisa dan ketika recovery
password
b) Undirect Port
Merupakan kebalikan dari port direct. Yaitu port yang CLI IOSnya dapat diakses
dengan menggunakan auxilary, port ini tidak harus terhubung langsung pada
jaringan atau bisa dengan sebah cara yang disebut remote PSTN. Biasanya
mengakses melalui Auxilary Port ketika console port tidak dapat berfungsi. Auxilary
port merupakan port yang jarang digunakan.
Port LAN dapat diakses dengan menggunakan ethernet dan port WAN dapat diakses dengan
menggunakan serial.
a) Incomplete
Muncul manakala mengetik command yang belum lengkap, artinya IOS belum bisa
menerjemahkan secara lengkap
b) Ambigu
Hal ini berarti IOS masih ‘bingung’ karena command yang dimasukkan multi-taksir
(memiliki arti atau bentuk penulisan yang hampir sama)
c) Invalid
Hal ini berarti syntax/command yang dimasukkan kedalam CLI memang salah
Praktikum
Struktur Jaringan
Router>en
Router#conf t
Router(config)#enable password 3NK2POLBAN
2. Enable secret, merupakan cara security yang meminta password lebih dari satu kali
(maksimal 2 kali). Tingkat kesulitan secret password lebih tinggi dibanding dengan
password. Karena secret password sudah di enkripsi, sehingga hacker tidak dapat
mengetahui secret password. Jika sudah tau secret password tidak perlu mengetahui
password.
Router>en
Router#conf t
Router(config)#enable secret 3NK2POLBAN
Router(config)#exit
Router>enable
Password:
Password:
Password:
Interface Jaringan
Router>enable
Password:
Password:
Router#config ter
Router(config)#int fa0/0
Router(config-if)#ip address 192.168.1.100 255.255.255.0
Router(config-if)#no shutdown
Router(config-if)#exit
Router(config)#line vty 0 4
Router(config-line)#password NIRKABEL
Router(config-line)#login
Router(config-line)#exit
PC>ping 192.168.1.100
Kesimpulan :
Jika pada saat di ping mendapat reply dari ip address tujuan (pada percobaan kali ini, ip
address tujuan adalah ip address dari router) maka dapat disimpulkan bahwa jaringan
antara router dan pc tersebut berhasil dibangun.
PC>telnet 192.168.1.100
Trying 192.168.1.100 ...Open
Password:
Password:
Password:
Kesimpulan :
Dengan menggunakan telnet dari PC, kita seolah-olah merupakan user lain yang
menggunakan router yang telah kita konfigurasi sebelumnya. Maka untuk dapat mengakses
kedalam router diperlukan password seperti yang telah dibuat di CLI.
Router>enable
Password:
Password:
Router#config ter
Router(config)#banner MOTD “Selamat Datang di Router NKPOLBAN12”
PC>telnet 192.168.1.100
Trying 192.168.1.100 ...Open
Selamat Datang di Router NKPOLBAN12
Password:
Password:
Password:
Materi Praktikum 2
STATIC ROUTING & DYNAMIC ROUTING
PENDAHULUAN
Alamat tujuan/destination address (tujuan atau alamat item yang akan di routing)
Mengenal sumber informasi, darimana sumber (router lain) yang dapat
dipejari/diakses oleh router dan memberikan jalur sampai ke tujuan
Menemukan rute (rute atau jalur mana yang mungkin diambil sampai ke tujuan)
Pemilihan rute (rute terbaik yang diambil untuk sampai ke tujuan atau rute tercepat
untuk cepat ketujuan)
Menjaga informasi routing, menjaga jalur sampai ke tujuan yang sudah diketahui dan
paling sering terjadi/dilakukan)
Jenis-jenis Routing
Pada umumnya, roting terdiri dari 2 bagian besar, yaitu Static Routing dan Dynamic Routing.
Kedua hal tersebut dapat dijelaskan sebagai berikut :
a) Static Routing
Static routing (Routing Statis) adalah sebuah router yang memiliki tabel routing statik
yang di setting secara manual oleh para administrator jaringan. Routing static
pengaturan routing paling sederhana yang dapat dilakukan pada jaringan komputer.
Menggunakan routing statik murni dalam sebuah jaringan berarti mengisi setiap
entri dalam forwarding table di setiap router yang berada di jaringan tersebut.
Penggunaan routing statik dalam sebuah jaringan yang kecil tentu bukanlah
suatu masalah, hanya beberapa entri yang perlu diisikan pada forwarding table
di setiap router. Namun Anda tentu dapat membayangkan bagaimana jika harus
melengkapi forwarding table di setiap router yang jumlahnya tidak sedikit dalam
jaringan yang besar.
Pada umumnya, static routing memiliki kekurangan dan kelebihan sebagai berikut :
Dilihat dari segi Kelebihan Kekurangan
Dapat mencegah terjadinya static routing yang
error dalam meneruskan menggunakan next hop akan
paket ke router tujuan mengalami multiple lookup
apabila router yang akan atau lookup yg berulang.
meneruskan paket memiliki lookup yg pertama yang
link yang terhubung dengan akan dilakukan adalah
Penggunaan Next
banyak router. Itu mencari network
Hop
disebabkan karena router tujuan,setelah itu akan
telah mengetahui next hop, kembali melakukan proses
yaitu IP Address router lookup untuk mencari
tujuan. interface mana yang
digunakan untuk
menjangkau next hopnya.
Proses lookup hanya akan Kemungkinan akan terjadi
terjadi satu kali saja ( single eror keteka meneruskan
lookup ) karena router akan paket. jika link router
langsung meneruskan paket terhubung dengan banyak
Penggunan Exit ke network tujuan melalui router, maka router tidak
Interface interface yang sesuai pada bisa memutuskan router
routing table mana tujuanya karena tidak
adanya next hop pada tabel
routing. karena itulah, akan
terjadi eror
Routing static dengan menggunakan next hop cocok digunakan untuk jaringan multi-
access network atau point to multipoint sedangkan untuk jaringan point to point,
cocok dengan menggunakan exit interface dalam mengkonfigurasi static route.
b) Dynamic Routing
Dynamic Routing (Router Dinamis) adalah sebuah router yang memiliki dan
membuat tabel routing secara otomatis, dengan mendengarkan lalu lintas jaringan
dan juga dengan saling berhubungan antara router lainnya. Protokol routing
mengatur router-router sehingga dapat berkomunikasi satu dengan yang lain dan
saling memberikan informasi satu dengan yang lain dan saling memberikan informasi
routing yang dapat mengubah isi forwarding table, tergantung keadaan jaringannya.
Dengan cara ini, router-router mengetahui keadaan jaringan yang terakhir dan
mampu meneruskan data ke arah yang benar. Dengan kata lain, routing dinamik
adalah proses pengisian data routing di table routing secara otomatis.
Dynamic router mempelajari sendiri Rute yang terbaik yang akan ditempuhnya
untuk meneruskan paket dari sebuah network ke network lainnya. Administrator
tidak menentukan rute yang harus ditempuh oleh paket-paket tersebut.
Administrator hanya menentukan bagaimana cara router mempelajari paket, dan
Apabila jaringan memiliki lebih dari satu kemungkinan rute untuk tujuan yang sama
maka perlu digunakan dynamic routing. Sebuah dynamic routing dibangun
berdasarkan informasi yang dikumpulkan oleh protokol routing. Protokol ini didesain
untuk mendistribusikan informasi yang secara dinamis mengikuti perubahan kondisi
jaringan. Protokol routing mengatasi situasi routing yang kompleks secara cepat dan
akurat. Protokol routng didesain tidak hanya untuk mengubah ke rute backup bila
rute utama tidak berhasil, namun juga didesain untuk menentukan rute mana yang
terbaik untuk mencapai tujuan tersebut.
Pengisian dan pemeliharaan tabel routing tidak dilakukan secara manual oleh admin.
Router saling bertukar informasi routing agar dapat mengetahui alamat tujuan dan
menerima tabel routing. Pemeliharaan jalur dilakukan berdasarkan pada jarak
terpendek antara device pengirim dan device tujuan.
Tabel Routing
Sebuah router mempelajari informasi routing dari mana sumber dan tujuannya yang
kemudian ditempatkan pada tabel routing .
Router akan berpatokan pada tabel ini, untuk memberitahu port yang akan digunakan untuk
meneruskan paket ke alamat tujuan
Jika jaringan tujuan tidak terhubung langsung di badan router, Router harus mempelajari
rute terbaik yang akan digunakan untuk meneruskan paket. Informasi ini dapat dipelajari
dengan cara manual oleh "network administrator". Pengumpulan informasi melalui proses
dinamik dalam jaringan.Jika jaringan tujuan, terhubung langsung (directly connected) di
badan router, Router sudah langsung mengetahui port yang harus digunakan untuk
meneruskan paket.
Dan secara garis besar, perbedaan antara static routing dan dynamic routing adalah sebagai
berikut :
Syntax
Terminologi STATIC :
R1(config)#ip route (network tujuan) (Subnet Mask tujuan) (ip next hoop/exit int)
Terminologi DEFAULT :
R1(config)#ip route 0.0.0.0 0.0.0.0 (ip next hoop/exit int)
Terminologi FLOAT :
R1(config)#ip route (network tujuan) (Subnet Mask tujuan) (ip next hoop/exit int)
255
Praktikum
Konfigurasi di R2
Router>enable
Router#config ter
Router(config)#ip route 172.31.1.0 255.255.255.128 172.31.1.194
Router(config)#ip route 172.31.1.128 255.255.255.192 172.31.1.198
Konfigurasi di Router 3
Router>enable
Router#config ter
Router(config)#ip route 172.31.0.0 255.255.255.0 s0/0/1
Router(config)#ip route 172.31.1.0 255.255.255.128 s0/0/1
Kesimpulan
Untuk bisa merouting, sebuah router harus tahu alamat tujuan, alamat asal/source,
rute awal yang mungkin, dan path/jalur terbaik
Informasi routing adalah router mempelajai, baik static atau dinamik, kemudian
informasi tersebut di tempatkan di table routingnya
Static route ditentukan oleh admin/user untuk mem-forward packet dari sumber ke
tujuan
Untuk mengkonfigurasi sebuat static route, masukkan perintah ‘ip route’ dengan
diikuti parameter/syntax yang telah dituliskan sebelumnya
Default rute adalah rute yang digunakan ketika rute dari sumber ke tujuan tidak
dikenali atau ketika tidak terdapat informasi yang cukup dalam tabel routing ke
network tujuan
Materi Praktikum 3
VLAN SEGMENTATION
PENDAHULUAN
Kinerja sebuah jaringan sangat dibutuhkan oleh organisasi terutama dalam hal
kecepatan dalam pengiriman data. Salah satu kontribusi teknologi untuk meningkatkan
kinerja jaringan adalah dengan kemampuan untuk membagi sebuah broadcast domain yang
besar menjadi beberapa broadcast domain yang lebih kecil dengan menggunakan VLAN.
Broadcast domain yang lebih kecil akan membatasi device yang terlibat dalam aktivitas
broadcast dan membagi device ke dalam beberapa grup berdasar fungsinya, se[erti layanan
databasse untuk unit akuntansi, dan data transfer yang cepat untuk unit teknik.
Teknologi VLAN (Virtual Local Area Network) bekerja dengan cara melakukan
pembagian network secara logika ke dalam beberapa subnet. VLAN adalah kelompok device
dalam sebuah LAN yang dikonfigurasi (menggunakan software manajemen) sehingga
mereka dapat saling berkomunikasi asalkan dihubungkan dengan jaringan yang sama
walaupun secara fisikal mereka berada pada segmen LAN yang berbeda. Jadi VLAN dibuat
bukan berdasarkan koneksi fisikal namun lebih pada koneksi logikal, yang tentunya lebih
fleksibel. Secara logika, VLAN membagi jaringan ke dalam beberapa subnetwork. VLAN
mengijinkan banyak subnet dalam jaringan yang menggunakan switch yang sama.
model jaringan yang tidak terbatas pada lokasi fisik seperti LAN, hal ini mengakibatkan
suatu network dapat dikonfigurasi secara virtual tanpa harus menuruti lokasi fisik peralatan.
Penggunaan VLAN akan membuat pengaturan jaringan menjadi sangat fleksibel karena
dapat dibuat segmen yang bergantung pada organisasi, tanpa bergantung
lokasi workstations.
Keuntungan VLAN
1. Security – keamanan data dari setiap divisi dapat dibuat tersendiri, karena
segmennya bisa dipisah secara logika. Lalu lintas data dibatasi segmennya.
2. Cost reduction – penghematan dari penggunaan bandwidth yang ada dan dari
upgrade perluasan network yang bisa jadi mahal.
3. Higher performance – pembagian jaringan layer 2 ke dalam beberapa kelompok
broadcast domain yang lebih kecil, yang tentunya akan mengurangi lalu lintas packet
yang tidak dibutuhkan dalam jaringan.
4. Broadcast storm mitigation – pembagian jaringan ke dalam VLAN-VLAN akan
mengurangi banyaknya device yang berpartisipasi dalam pembuatan broadcast
storm. Hal ini terjadinya karena adanya pembatasan broadcast domain.
5. Improved IT staff efficiency– VLAN memudahkan manajemen jaringan karena
pengguna yang membutuhkan sumber daya yang dibutuhkan berbagi dalam segmen
yang sama
6. Simpler project or application management – VLAN menggabungkan para pengguna
jaringan dan peralatan jaringan untuk mendukung perusahaan dan menangani
permasalahan kondisi geografis
Identitas VLAN
Untuk memberi identitas sebuah VLAN digunakan nomor identitas VLAN yang dinamakan
VLAN ID. Digunakan untuk menandai VLAN yang terkait. Dua range VLAN ID adalah:
Jenis VLAN
a. VLAN Data
VLAN Data adalah VLAN yang dikonfigurasi hanya untuk membawa data-data yang
digunakan oleh user. Dipisahkan dengan lalu lintas data suara atau pun manajemen
switch. Seringkali disebut dengan VLAN pengguna, User VLAN.
b. VLAN Default
Semua port switch pada awalnya menjadi anggota VLAN Default. VLAN Default untuk
Switch Cisco adalah VLAN 1. VLAN 1 tidak dapat diberi nama dan tidak dapat dihapus
c. Native VLAN
Native VLAN dikeluarkan untuk port trunking 802.1Q. port trunking 802.1Q mendukung
lalu lintas jaringan yang datang dari banyak VLAN (tagged traffic) sama baiknya dengan
yang datang dari sebuah VLAN (untagged traffic). Port trunking 802.1Q
menempatkanuntagged traffic pada Native VLAN.
d. VLAN Manajemen
VLAN Manajemen adalah VLAN yang dikonfigurasi untuk memanajemen switch. VLAN 1
akan bekerja sebagai Management VLAN jika kita tidak mendefinisikan VLAN khusus
sebagai VLAN Manajemen. Kita dapat memberi IP address dan subnet mask pada VLAN
Manajemen, sehingga switch dapat dikelola melalui HTTP, Telnet, SSH, atau SNMP
e. VLAN Voice
VLAN yang dapat mendukung Voice over IP (VoIP). VLAN yang dikhusukan untuk
komunikasi data suara
Jalur VLAN
Praktikum
Pengaturan VLAN :
VLAN 10 = SALES (172.16.10.0/24) : port 1-8
VLAN 20 = HR (172.16.20.0/24) : port 9-14
VLAN 30 = IT (172.16.30.0/24) : port 15-20
a. VLAN 1
Masing-masing VLAN memiliki 1 console, karena ada 3 VLAN, maka ada 3 console menuju
ke end devices
• Pengaturan di Switch 1
Switch>enable
Switch#config t
Switch(config)#hostname SW01
SW01(config)#enable secret class
SW01(config)#line console 0
SW01(config-line)#password ciscocon
SW01(config-line)#login
SW01(config-line)#exit
SW01(config)#line vty 0 15
SW01(config-line)#password cisconet
SW01(config-line)#login
SW01(config-line)#exit
SW01(config)#vlan 10
SW01(config-vlan)#name SALES
SW01(config-vlan)#exit
SW01(config)#vlan 20
SW01(config-vlan)#name HR
SW01(config-vlan)#exit
SW01(config)#vlan 30
SW01(config-vlan)#name IT
SW01(config-vlan)#end
• Pengaturan InterfaceVLAN
VLAN 10 (SALES)
SW01#config t
SW01(config)#interface range fa0/1 - 8
SW01(config-if-range)#switchport mode access
SW01(config-if-range)#switchport access vlan 10
VLAN 20 (HR)
SW01#config t
SW01(config)#interface range fa0/9 - 14
SW01(config-if-range)#switchport mode access
SW01(config-if-range)#switchport access vlan 20
VLAN 30 (IT)
SW01#config t
SW01(config)#interface range fa0/15 - 20
SW01(config-if-range)#switchport mode access
SW01(config-if-range)#switchport access vlan 30
SW01#config t
SW01(config)#interface fa0/22
SW01(config-if)#switchport mode trunk
SW01#config t
SW01(config)#interface vlan 20
SW01(config-if)#ipaddress 10.10.10.50 255.255.255.0
Router>en
Router#conf t
Router(config)#hostname GATEWAY
GATEWAY(config)#enable secret class
GATEWAY(config)#int fa0/0
GATEWAY(config-if)#ip address 10.10.10.1 255.255.255.0
GATEWAY(config-if)#no shutdown
GATEWAY(config-if)#exit
GATEWAY(config)#int fa0/1
GATEWAY(config-if)#ip address 10.10.20.1 255.255.255.0
GATEWAY(config-if)#no shutdown
GATEWAY(config)#int eth0/0/0
GATEWAY(config-if)#ip address 10.10.30.1 255.255.255.0
GATEWAY(config-if)#no shutdown
GATEWAY(config-if)#exit
GATEWAY(config-subif)#encapsulation dot1Q 10
GATEWAY(config-subif)#int fa0/0.20
GATEWAY(config-subif)#encapsulation dot1Q 20
GATEWAY(config-subif)#ip address 10.10.20.1 255.255.255.0
GATEWAY(config-subif)#int fa0/0.30
Materi Praktikum 3
PENDAHULUAN
Bahwa dalam jaringan WAN kita sering mengenal yang namanya TCP/IP (Transmission
Control Protocol/ Internet Protocol) sebagai alamat sehingga pengiriman paket data
dapat sampai ke alamat yang dituju (host tujuan). TCP/IP membagi tugas masing-
masingmulai dari penerimaan paket data sampai pengiriman paket data dalam sistem
sehingga jika terjadi permasalahan dalam pengiriman paket data dapat dipecahkan
dengan baik. Berdasarkan pengiriman paket data routing dibedakan menjadi routing
lansung dan routing tidak langsung.
Praktikum
D4 Teknik Telekomunikasi - Polban 20
[JARINGAN KOMUNIKASI DATA DAN KOMPUTER] 2015
Tujuan :
Jika PC-A akan mengirim packet ke PC-B, router yang harus dilewati adalah router JKT-
SMRG-SBY lalu paclet akan tiba di router B. Jika PC-B akan membalas ke PC-A, jalur router
yang harus dilewati adalah router SBY-YGY-JKT lalu packet akan sampai ke PC-A.
Konfigurasi CLI :
Di router JKT
JKT#en
JKT#conf t
JKT(config)#enable secret class
JKT(config)#line console 0
JKT(config-line)#password ciscocon
JKT(config-line)#login
JKT(config-line)#exit
JKT(config)#line vty 0 4
JKT(config-line)#password cisconet
JKT(config-line)#login
JKT(config-line)#exit
JKT(config)#service password-encryption
JKT(config)#int gi0/0
JKT(config-if)#ip address 192.168.1.1 255.255.255.0
JKT(config-if)#int serial0/0/0
JKT(config-if)#ip address 172.16.0.1 255.255.255.252
JKT(config-if)#no shutdown
JKT(config-if)#clock rate 72000
JKT(config-if)#int serial 0/0/1
JKT(config-if)#ip address 172.16.0.6 255.255.255.252
Di router SMRG
SMRG>en
SMRG#conf t
SMRG(config)#enable secret class
SMRG(config)#line console 0
SMRG(config-line)#password ciscocon
SMRG(config-line)#login
SMRG(config-line)#exit
SMRG(config)#line vty 0 4
SMRG(config-line)#password cisconet
SMRG(config-line)#login
SMRG(config-line)#exit
SMRG(config)#service password-encryption
Di router SBY
SBY>en
SBY#conf t
SBY(config)#enable secret class
SBY(config)#line console 0
SBY(config-line)#password ciscocon
SBY(config-line)#login
SBY(config-line)#exit
SBY(config)#line vty 0 4
SBY(config-line)#password cisconet
SBY(config-line)#login
SBY(config-line)#exit
SBY(config)#service password-encryption
SBY(config)#int gi0/0
SBY(config-if)#ip address 10.10.10.1 255.255.255.0
SBY(config-if)#int se0/0/0
SBY(config-if)#ip address 172.16.0.10 255.255.255.252
SBY(config-if)#no shutdown
SBY(config-if)#clock rate 72000
SBY(config-if)#int se0/0/1
SBY(config-if)#ip address 192.168.0.1 255.255.255.252
SBY(config-if)#no shutdown
SBY(config-if)#exit
SBY(config)#interface GigabitEthernet0/0
SBY(config-if)#no shutdown
Di router YGY
YGY>en
YGY#conf t
YGY(config)#enable secret class
YGY(config)#line console 0
YGY(config-line)#password ciscocon
YGY(config-line)#login
YGY(config-line)#exit
YGY(config)#line vty 0 4
YGY(config-line)#password cisconet
YGY(config-line)#login
YGY(config-line)#exit
YGY(config)#service password-encryption
YGY(config)#int se0/0/0
YGY(config-if)#ip address 192.168.0.2 255.255.255.252
YGY(config-if)#no shutdown
YGY(config-if)#int se0/0/1
YGY(config-if)#ip address 172.16.0.5 255.255.255.252
YGY(config-if)#no shutdown
YGY(config-if)#int se0/0/0
YGY(config-if)#ip address 192.168.0.2 255.255.255.252
Materi Praktikum 4
D4 Teknik Telekomunikasi - Polban 23
[JARINGAN KOMUNIKASI DATA DAN KOMPUTER] 2015
PENDAHULUAN
Pengertian RIP
RIP yang merupakan routing protokol dengan algoritma distance vector, yang
menghitung jumlah hop (count hop) sebagai routing metric. Jumlah maksimum dari hop
yang diperbolehkan adalah 15 hop. Tiap RIP router saling tukar informasi routing tiap 30
detik, melalui UDP port 520. Untuk menghindari loop routing, digunakan teknik split
horizon with poison reverse. RIP merupakan routing protocol yang paling mudah untuk di
konfigurasi.RIP memiliki 3 versi yaitu :
1. RIPv1 merupakan bagian dari distance vektor yang mencari hop terpendek atau
router terbaik,rip versi 1 juga merupakan classfull routing.
2. RIPv2 merupakan bagian dari distance vektor yang mencari hop terpendek atau
router terbaik,rip versi2 juga merupakan class list routing.
3. RIPng
RIP mem-broadcast seluruh update routing tabelnya secara periodik (defaultnya setiap
30 detik), dalam mencapai network tujuannya RIP mencatat setiap network (router) yang
dilalui sebagai hop. RIP dikenal juga sebagai distance-vector routing algorithm yang berarti
menggunakan distance (jarak) sebagai cost (digunakan dalam metric routing protocol untuk
menentukan jalur terbaik menuju network tujuan) dan vector (arah) untuk mencapai
network tujuan. Vector hanya menunjukkan arah pada router yang ” bertetangga”, tidak
seluruh jalur network yang ada.
RIP akan bekerja baik hanya pada network berskala kecil, stabil dan berkecepatan tinggi.
Karena metric yang dipakai hanya mengandalkan jarak, jarak terpendeklah yang akan
dipakai sebagai jalur route, tidak ada parameter lain seperti speed link ataupun delay dari
interface suatu perangkat ( router ). RIP akan memilih route dengan jarak ke tujuannya
adalah 3 hop dengan kecepatan 56Kbps daripada route dengan jarak ke tujuannya adalah 4
hop dengan kecepatan 512Kbps. Selain itu, karena RIP mem-broadcast seluruh routing
tabelnya secara periodik hanya kepada network yang “bertetangga” langsung, ini
menyebabkan lambatnya informasi routing tabel yang telah diupdate sampai kepada
network yang tidak bertetangga langsung ( network yang sudah melalui banyak hop )
sehingga nilainya sudah tidak lagi valid. Karena dinilai lambat dalam pengumpulan informasi
update routing tabel dalam topologi jaringan ( Network Convergence ), hop dalam RIP
dibatasi hanya sampai 15, selain itu RIP juga sangat rawan akan terjadinya routing loop.
RIP tidak bisa membaca subnet dalam pengalamatannya, RIP hanya bisa membaca Classfull
address, artinya dia hanya mengerti pengalamatan berdasarkan kelas address dengan
subnetmask default. - Kelas A ( 0 - 126 ) subnet mask 255.0.0.0 - KelasB ( 128 - 191 ) subnet
mask 255.255.0.0 - Kelas C ( 192 - 223 ) subnet mask 255.255.255.0 RIP tidak dilengkapi
perbekalan untuk bertukar informasi subnet antar router, network kita dan network tujuan
sebaiknya memliki subnet mask yang sama agar RIP dapat mengirimkan paket IP di seluruh
network kita, jika tidak RIP akan kesulitan untuk menentukan yang mana alamat network
dan yang mana alamat host karena RIP tidak mampu secara dinamis mengupdate atau
merubah subnet mask.
Dynamic routing secara umum dapat dibagi menjadi 2 kategori, yaitu Distance
Vector dan Link state routing protocol, antara lain : Routing Information Protocol (RIP)
dibagi lagi ada versi 1, versi 2 dan RIPng, Interior Gateway Routing Protocol (IGRP), dan
Enhanced Interior Gateway Routing protocol (EIGRP).
Pokok pembahasan disini adalah RIP. RIP atau Routing Information Protocol terbagi menjadi
3 jenis, yaitu RIPv1, RIPv2, dan RIPng.
RIPv1
Menggunakan classful routing. Pembaruan routing periodik tidak membawa subnet
informasi, dukungan kurang untuk subnet mask panjang variable (VLSM). Keterbatasan
ini tidak memungkinkan untuk memiliki ukuran yang berbeda subnet yang sama dalam
kelas jaringan. Dengan kata lain, semua subnet dalam jaringan kelas harus memiliki
ukuran yang sama. Juga tidak ada dukungan untukotentikasi router, membuat RIP
rentan terhadap berbagai versi RIP attacks. RIP versi 1 hanya ada jumlah hop 16 (0-15).
Jika ada lebih dari 16 hop antara dua router itu gagal untuk mengirim paket data ke
alamat tujuan.
RIPv2
Karena kekurangan dari spesifikasi asli RIP, maka RIP versi 2 (RIPv2) diciptakan
kemampuan yang dimiliki untuk membawa informasi subnet, sehinga mendukung
classless inter-domain routing (CIDR). Untuk menjaga kompatibilitas ke belakang,
jumlah hop limit 15 tetap. RIPv2 memiliki fasilitas untuk sepenuhnya interoperate
dengan spesifikasi awal jika semua protokol bidang Harus Zero dalam pesan RIPv1 yang
benar ditentukan. Selain itu, fitur beralih kompatibilitas berbutir interoperabilitas
memungkinkan penyesuaian saja. Dalam upaya untuk menghindari beban yang tidak
perlu di host yang tidak berpartisipasi dalam routing, multicast RIPv2 tabel routing
seluruh untuk semua router berdekatan di alamat 224.0.0.9, sebagai lawan RIPv1 yang
menggunakan siaran. Pengalamatan unicast masih diperbolehkan untuk aplikasi khusus.
RIPng
RIPng (RIP next generation) adalah perluasan dari RIPv2 untuk mendukung IPv6,
generasi berikutnya Inter Protocol. Perbedaan utama antara RIPV2 dan RIPng adalah :
a. Dukungan dari jaringan IPv6.
b. Meskipun RIPv2 dukungan otentikasi RIPv1 update, RIPng tidak. Router IPv6 adalah
pada saat itu, seharusnya menggunakan IPsec untuk otentikasi.
c. RIPv2 memungkinkan melampirkan tag sewenang-wenang untuk rute, RIPng tidak
d. Mengkodekan RIPv2 hop berikutnya ke setiap entri rute, RIPng membutuhkan
pengkodean khusus dari hop berikutnya untuk satu set entri rute.
Praktikum
Tujuan :
Masing-masing switch dan pc di setiap bagian dberikan IPv6 sebagai defaultnya. Dengan
menggunakan RIPng, diharuskan agar switch dan router bisa berkomunikasi dengan IPv6,
dan router harus mengerti IPv6 yang dikirimkan dari PC untuk berkomunikasi ke PC lain.
CLI :
Konfigurasi Router 1
R1>en
R1#conf t
R1(config)#ipv6 unicast-routing
R1(config)#ipv6 router rip CISCO
R1(config-if)#ipv6 rip CISCO enable
R1(config-if)#int se0/0/0
R1(config-if)#ipv6 rip CISCO enable
Konfigurasi Router 2
R2>en
R2#conf t
R2(config)#ipv6 unicast-routing
R2(config)#ipv6 router rip CISCO
R2(config-rtr)#int gi0/0
R2(config-if)#ipv6 rip CISCO enable
R2(config-if)#int se0/0/0
R2(config-if)#ipv6 rip CISCO enable
R2(config-if)#int se0/0/1
R2(config-if)#ipv6 rip CISCO enable
Konfigurasi Router 3
R3#conf t
R3(config)#ipv6 unicast-routing
R3(config)#ipv6 router rip CISCO
R3(config-rtr)#int gi0/0
R3(config-if)#ipv6 rip CISCO enable
R3(config-if)#int se0/0/1
R3(config-if)#ipv6 rip CISCO enable
Analisa Praktikum :
Syntax R2(config)#ipv6 unicast-routing
Agar router mengenali konfigurasi IPv6 yang menjadi standard IP di topologi tersebut
Materi Praktikum 5
CONFIGURING OSPFv2
Pendahuluan
OSPF (Open Shortest Path First) adalah routing protocol yang secara umum bisa
digunakan oleh router lainnya (cisco, juniper, huawei, dll), maksudnya dari keterangan
diatas bahwa routing protocol OSPF ini dapat digunakan seluruh router yang ada di dunia ini
bukan hanya cisco, tetapi seluruhnya dapat mengadopsi routing protocol OSPF.
OSPF ini termasuk di kategori Link-state routing protocol (sama seperti EIGRP), Link-
state routing protocol ini ciri-cirinya memberikan informasi ke semua router, sehingga
setiap router bisa melihat topologinya masing. Cara updatenya itu secara Triggered update,
maksudnya tidak semua informasi yg ada di router akan dikirim seluruhnya ke router-router
lainnya, tetapi hanya informasi yang berubah/bertambah/berkurang saja yang akan di kirim
ke semua router dalam 1 area, sehingga meng-efektifkan dan meng-efisienkan bandwidth
yg ada, lalu convergencenya antar router sangatlah cepat, dikarenakan informasi yg
berubah/bertambah/berkurang saja yang dikirim ke router lainnya. Lalu tidak mudah terjadi
Routing loops, jika menggunakan routing protocol OSPF maka dibutuhkan power memory
dan proses yang lebih besar, dan OSPF itu sulit untuk di konfigurasi.
OSPF berdasarkan Open Standard, maksudnya adalah OSPF ini dapat dikembangkan dan
diperbaiki oleh vendor lainnya.
Routing Open Shortest Path First (OSPF) adalah sebuah routing protocol standard
terbuka yang telah diimplementasikan oleh sejumlah besar vendor jaringan. Alasan untuk
mengkonfigurasi OSPF dalam sebuah topologi adalah untuk mengurangi overhead (waktu
pemrosesan) routing, mempercepat convergance, serta membatasi ketidakstabilan network
disebuah area dalam suatu network.
OSPF Message Encapsulation terjadi pada lapisan data-link dengan nomor protocol
89. Data field ini dapat berisi salah satu dari lima tipe paket OSPF. Pada IP packet header,
alamat tujuannya mempunyai dua alamat multicast yaitu 224.0.0.5 dan 224.0.0.6 namun
yang diset cukup salah satu dari alamat tersebut. Bila paket OSPF diencapsulasi di sebuah
frame Ethernet, alamat tujuan dari MAC address juga merupakan sebuah alamat multicast,
yaitu 01-00-5E-00-00-05 dan 01-00-5E-00-00-06. Semua paket OSPF mempunyai 24 byte
yang berisikan informasi yang diperlukan. Packet header ini terdiri dari berbagai bidang
seperti jenis-jenis paket OSPF, router ID serta alamat IP dari router yang mengirimkan paket.
memiliki hak administrasi terhadap jaringan tersebut. Jika Anda sudah tidak memiliki hak
untuk menggunakan dan mengaturnya, maka jaringan tersebut dapat dikategorikan sebagai
jaringan eksternal.
Pada kondisi standar, Hello packet dikirimkan berkala setiap 10 detik sekali (dalam
media broadcast multiaccess) dan 30 detik sekali dalam media Point-to-Point. Hello packet
berisikan informasi seputar pernak-pernik yang ada pada router pengirim. Hello
packet pada umumnya dikirim dengan menggunakan multicast address untuk menuju ke
semua router yang menjalankan OSPF (IP multicast 224.0.0.5). Semua router yang
menjalankan OSPF pasti akan mendengarkan protocol hello ini dan juga akan mengirimkan
hello packet-nya secara berkala. Cara kerja dari Hello protocol dan pembentukan neighbour
router terdiri dari beberapa jenis, tergantung dari jenis media di mana router OSPF berjalan.
Hello Packet
Hello Packet digunakan untuk menemukan serta membentuk suatu hubungan tetangga
antara router OSPF. Untuk membentuk hubungan ini router OSPF akan mengirimkan paket
berukuran kecil secara berkala ke jaringan. Paket inilah yang disebut dengan Hello packet.
Paket ini juga mengadpertensikan router mana saja yang akan menjadi tetangganya. Pada
jaringan multi-access Hello Packet digunakan untuk memilih Designated Router (DR) dan
Back-up Designated Router (BDR). DR dan BDR akan menjadi pusat komunikasi seputar
informasi OSPF dalam jaringan tersebut.
Network Mask pada format Hello packet merupakan mask dari interface jaringan
dari OSPF yang sedang berjalan. Subnet-Mask nya 0.0.0.0 (4 byte).
Hello Interval biasanya multicast (224.0.0.5). Merupakan jumlah detik antara hello
packet, biasanya 10 detik pada link point-to-point dan 30 detik pada NBMA / link broadcast.
Options merupakan kemampuan opsional yang dimiliki router.
RTR Prio digunakan dalam pemilihan DR dan BDR. Router dengan nilai priority
tertinggi akan menjadi DR. Router dengan nilai poriotity di urutan kedua sebagai BDR.
Secara default semua router OSPF memiliki nilai priority 1. Dengan Range priority mulai dai
0 hingga 255. Bila prioritasnya 0 berarti router tersebut tidak memenuhi syarat dalam
pemilihan DR dab BDR, sedangkan nilai 255 menjamin sebuah router menjadi DR. Jjika dua
buah router memiliki nilai priority sama, maka yang menjadi DR dan BDR adalah router yang
memiliki nilai router ID tertinggi dalam jaringan.
Router Dead Interval merupakan jumlah dalam hitungan detik sebelum tetangga
dinyatakan down. Secara default dead interval adalah 4 kali hello interval.
DBD digunakan selama pertukaran database. Paket DBD pertama digunakan untuk
memilih hubungan master dan slave serta menetapkan urutan yang dipilih oleh master.
Pemilihan master dan slave berdasarkan router ID tertinggi dari salah satu router. Router
dengan router ID tertinggi akan menjadi master dan memulai sinkronisasi database. Router
yang menjadi master akan melakukan pengiriman lebih dulu ke router slave. Peristiwa ini di
istilahkan fase Exstart State. Setelah fase Exstart State lewat, selanjutnya adalah fase
Exchange. Pada fase ini kedua router akan saling mengirimkan Database Description Packet.
Bila si penerima belum memiliki informasi yang terdapat dalam paket tersebut, maka router
pengirim akan memasuki fase Loading State. Dimana fase ini router akan mengirimkan
informasi state secara lengkap ke router tetangganya. Setelah selesai router-router OSPF
akan memiliki informasi state yang lengkap dalam databasenya, ini disebut fase Full State.
LSR akan dikirim jika bagian dari database hilang atau out of date. LSR juga
digunakan setelah pertukaran DBD selesai untuk meminta LSAs yang telah terjadi selama
pertukaran DBD.
LSU mengimplementasikan flooding dari LSAs yang berisi routing dan informasi
metric. LSU dikirim sebagai tanggapan dari LSR.
OSPF membutuhkan pengakuan untuk menerima setiap LSA. Beberapa LSA dapat
diakui dalam sebuah paket single link-state acknowledgement. Paket ini dikirim sebagai
jawaban dari packet update link state serta memverifikasi bahwa paket update telah
diterima dengan sukses. LSAck akan dikirim sebagai multicast. Jika router dalam keadaan DR
atau BDR maka pengakukan dikirim ke alamat multicast router OSPF dari 224.0.0.5
sedangkan bila router dalam keadaan tidak DR atau BDR pengakuan akan dikirim kesemua
alamat multicast router DR dari 224.0.0.6
2. Point-to-Point
Teknologi Point-to-Point digunakan pada kondisi di mana hanya ada satu router lain yang
terkoneksi langsung dengan sebuah perangkat router. Contoh dari teknologi ini misalnya
link serial. Dalam kondisi Point-to-Point ini, router OSPF tidak perlu membuat Designated
Router dan Back-up-nya karena hanya ada satu router yang perlu dijadikan sebagai
neighbour. Dalam proses pencarian neighbour ini, router OSPF juga akan melakukan
pengiriman Hello packet dan pesanpesan lainnya menggunakan alamat multicast
bernama AllSPFRouters 224.0.0.5.
3. Point-to-Multipoint
Media jenis ini adalah media yang memiliki satu interface yang menghubungkannya
dengan banyak tujuan. Jaringan-jaringan yang ada di bawahnya dianggap sebagai
serangkaian jaringan Point-to-Point yang saling terkoneksi langsung ke perangkat
utamanya.
Praktikum
CLI :
Konfigurasi di Router-1
Di router-1 yang dikonfigurasi merupakan OSPF ke network 172.16.1.0/24, 172.16.3.0/30
dan 192.168.10.4/30
R1#en
R1#conf t
R1(config)#router OSPF 10
R1(config-router)#network 172.16.1.0 0.0.0.255 area 0
R1(config-router)#network 172.16.3.0 0.0.0.3 area 0
R1(config-router)#network 192.168.10.4 0.0.0.3 area 0
Konfigurasi di Router-2
Di router-2 yang dikonfigurasi merupakan OSPF ke network 172.16.2.0/24, 172.16.3.0/30
dan 192.168.10.8/30
R2#conf t
R2(config)#router ospf 20
R2(config-router)#network 172.16.2.0 0.0.0.255 area 0
R2(config-router)#network 172.16.3.0 0.0.0.3 area 0
R2(config-router)#network 192.168.10.8 0.0.0.3 area 0
Konfigurasi di Router-3
Di router-3 yang dikonfigurasi merupakan OSPF ke network 192.168.1.0/24,
192.168.10.4/30 dan 192.168.10.8/30
R3#conf t
R3(config)#router ospf 30
Analisa :
OSPF dapat berkomunikasi walau nilai OSPF-nya berbeda. Pada praktikum diatas nilai OSPF-
nya berbeda-beda yaitu 10,20 dan 30. Dalam penulisan syntax konfigurasi seperti berikut :
R3(config-router)#network 192.168.1.0 0.0.0.255 area 0, cara penulisannya yaitu
sebagai berikut :
R3(config-router)#network network-ip wildcard-mask area 0
Materi Praktikum 6
KOMUNIKASI RIP, OSPF dan STATIC
Pendahuluan
2. Link State
Pada protokol link-state atau yang juga disebut protokol shortest path first, setiap
router akan menciptakan tiga buah tabel terpisah. Satu dari tabel ini mencatat
perubahan dari network-network yang terhubung secara langsung, satu tabel lain
menentukan topologi dari keseluruhan internetwork, dan tabel yang terakhir digunakan
sebagai routing table. Router yang link-state mengetahui lebih banyak tentang
internetwork dibandingkan semua jenis routing protokol yang distance-vector. OSPF
adalah sebuah routing protokol IP yang sepenuhnya link-state. Protokol link-state
mengirimkan update-update yang berisi status dari link mereka sendiri ke semua router
lain di internetwork.
3. Hybrid
Protokol hybrid menggunakan aspek-aspek dari routing jenis distance-vector dan
routing protokol link-state, sebagai contoh adalah EIGRP
Open Shortest Ptah First (OSPF) adalah routing protokol jenis link-state pertama yang
dikenalkan pada kebanyakan orang, jadi berguna untuk melihat bagaimana OSPF
D4 Teknik Telekomunikasi - Polban 39
[JARINGAN KOMUNIKASI DATA DAN KOMPUTER] 2015
dibandingkan dengan protokol distance-vector yang lebih tradisional seperti RIPv1. Tabel
dibawah ini memberikan pada Anda sebuah perbandingan dari kedua protokol tersebut.
OSPF memiliki banyak fitur lain diluar dari Tabel 3.2, dan semuanya member
konstribusi pada sebuah protokol yang cepat, scalable, dan kuat, yang dapat diterapkan
secara aktif pada ribuan network produksi.
OSPF seharusnya dirancang dengan cara hierarkis, yang pada dasarnya bahwa Anda
dapat memisahkan internetwork yang lebih besar menjadi internetwork-internetwork yang
lebih kecil yang disbbut area ini adalah rancangan terbaik untuk OSPF. Alasan untuk
menciptakan OSPF dalam rancangan hierarkis, anatara lain:
· Untuk mengurangi overhead (waktu pemrosesan) routing
· Untuk mempercepat convergence
· Untuk membatasi ketidakstabilan network di sebuah area dari network saja
Praktikum
Topologi Rangkaian :
Keterangan :
1. PC-1
IP Address : 192.168.1.254
Subnet Mask : 255.255.255.0
Default Gateway : 192.168.1.1
2. PC-2
IP Address : 192.168.2.66
Subnet Mask : 255.255.255.0
Default Gateway : 192.168.2.1
3. PC-3
IP Address : 192.168.13.254
Subnet Mask : 255.255.255.0
Default Gateway : 192.168.13.1
4. PC-4
IP Address : 192.168.10.254
Subnet Mask : 255.255.255.0
Default Gateway : 192.168.10.1
5. PC-5
IP Address : 192.168.11.254
Subnet Mask : 255.255.255.0
Default Gateway : 192.168.11.1
6. PC-6
IP Address : 192.168.12.254
Keterangan :
Area berwarna BIRU = RIP
Area berwarna ORANGE = OSPF
Tujuan :
Agar OSPF dan RIP bisa berkomunikasi
CLI :
Di Router 1, 7 dan 8
Lakukan konfigurasi RIP seperti yang sudah dipelajari pada praktikum ‘Configuring
RIPng’
Di Router 2
R2>en
R2#conf t
R2(config)#router rip
R2(config-router)#version 2
R2(config-router)#no network 192.168.6.0
R2(config-router)#no network 192.168.5.0
R2(config-router)#no network 192.168.4.0
R2(config-router)#exit
R2(config)#router ospf 10
R2(config-router)#network 192.168.6.0 0.0.0.255 area 0
R2(config-router)#network 192.168.5.0 0.0.0.255 area 0
R2(config-router)#network 192.168.4.0 0.0.0.255 area 0
R2(config-router)#exit
R2(config)#router rip
R2(config-router)#version 2
R2(config-router)#redistribute ospf 10 metric 1
R2(config-router)#exit
R2(config)#router ospf 10
R2(config-router)#redistribute rip subnets
R2(config-router)#exit
B. Komunikasi antara Static, RIP dan OSPF dalam satu topologi jaringan
Topologi Jaringan :
Keterangan :
Area berwarna BIRU = STATIC
Area berwarna UNGU = RIP
Area berwarna PINK = OSPF
Tujuan :
Agar Static, OSPF dan RIP bisa berkomunikasi
Di Router 2
R2>en
R2#conf t
R2(config)#ip route 0.0.0.0 0.0.0.0 192.168.1.0
R2(config)#ip route 0.0.0.0 0.0.0.0 192.168.2.0
R2(config)#router rip
R2(config-router)#version 2
R2(config-router)#redistribute ospf 10 metric 1
R2(config-router)#exit
R2(config)#router ospf 10
R2(config-router)#redistribute rip subnets
R2(config-router)#exit
R2(config)#router rip
R2(config-router)#version 2
R2(config-router)#network 192.168.2.0
R2(config-router)#redistribute connected
R2(config-router)#exit