Tempat dakwah : Desa Sembalo, sekarang adalah daerah Leran, Kecamatan Manyar, yaitu 9 kilometer ke arah utara Kota Gresik. Ia lalu mulai menyiarkan agama Islam di tanah Jawa bagian timur, Strategi dakwah : Metode dakwah yang dilakukan Sunan Gresik dengan memakai pendekatan budaya. Di mana mengajarkan masyarakat dengan bercocok tanam dan bertani. Sunan Gresik mengandalkan jaringan perdagangan untuk memperkaya petani. Cara tersebut untuk merangkul dan menolong masyarakat pada waktu itu yang tersisihkan pada akhir kerajaan Majapahit. Selain itu juga mengambil jalur pendidikan dengan mendirikan pesantren tempat belajar agama di Leran, Gresik.
2. Sunan Ampel
Nama lengkap : Raden Mohammad Ali Rahmatullah (Raden Rahmat)
Tempat dakwah : Surabaya, Jawa Timur Strategi Dakwah : Membangun pesantren di Ampel Denta, dekat Surabaya yang merupakan salah satu pusat penyebaran agama Islam tertua di Jawa. Pada pesantren yang diasuhnya, Raden Rahmat mendidik kader-kader da’i yang kemudian disebar ke seluruh Jawa.
3. Sunan Bonang
Nama lengkap : Maulana Makhdum Ibrahim
Tempat dakwah : Dakwah Sunan Bonang dimulai dari Kediri, Jawa Timur. Ia mendirikan langgar atau musala di tepi Sungai Brantas, tepatnya di Desa Singkal. Diceritakan, Sunan Bonang sempat mengislamkan Adipati Kediri, Arya Wiranata dan putrinya. Usai dari Kediri, Sunan Bonang bertolak ke Demak, Jawa Tengah. Oleh Raden Patah, pendiri sekaligus pemimpin pertama Kesultanan Demak, Sunan Bonang diminta untuk menjadi imam Masjid Demak. Strategi dakwah : Banyak berdakwah dengan menggunakan sejumlah perangkat seni termasuk penggubah suluk Wijil dan tembang Tombo Ati, memasukkan rebab dan bonang pada gamelan, juga karya sastra.
4. Sunan Drajat
Nama lengkap : Masih Munat
Tempat dakwah : Desa Drajat wilayah Kecamatan Paciran Kabupaten Lamongan Strategi dakwah : Sunan Drajat banyak berdakwah kepada masyarakat kebanyakan dan Ia menekankan kedermawanan, kerja keras, dan peningkatan kemakmuran masyarakat sebagai pengamalan agama Islam. Beliau juga mendirikan pesantren yang dijalankan secara mandiri sebagai wilayah perdikan/merdeka. Beliau juga mempelopori penyantunan anak-anak yatim dan orang sakit.
5. Sunan Kudus
Nama lengkap : Ja’far Sadiq atau Raden Undung
Tempat dakwah: Daerah Jipang Panolan, Blora, Jawa tengah juga daerah Kudus dan sekitarnya Strategi dakwah : Ja’far Sadiq dalam melaksanakan dakwah menggunakan pendekatan budaya, beliau juga memainkan peran sebagai sosok pujangga yang menciptakan berbagai lagu dan cerita keagamaan. Juga banyak berdakwah di kalangan kaum penguasa dan priyayi Jawa.Diantara yang pernah menjadi muridnya ialah Sunan Prawoto ( Penguasa Demak ) dan Arya Panangsang Jipang Panolan
6. Sunan Giri
Nama Lengkap : Raden Paku
Tempat dakwah: Gresik, Jawa Timur Strategi dakwah : Raden Paku mendirikan pesantren di daerah Giri sebagai basis dalam menyebarkan dakwah Islam.Dari pesantren milik Sunan Giri ini lahir da’i-da’I yang kemudian mereka menyiarkan agama Islam ke luar pulau Jawa, seperti Madura, Ternate, Bawean, Kangean, dan Tidore. Kemudian dari hasil usaha santri menyiarkan Islam inilah, pesantren Sunan Giri dikenal luas oleh masyarakat di Tanah air. Ia juga mendirikan pemerintahan Mandiri di Giri Kedaton yang selanjutnya berperan sebagai pusat dakwah Islam di wilayah Jawa dan Indonesia Timur, bahkan sampai ke Kepulauan Maluku.
7. Sunan Kalijaga
Nama Lengkap : Raden Mas Syahid
Tempat dakwah : Desa Kalijaga, Cirebon Strategi dakwah : Menggunakan kesenian dan kebudayaan sebagai sarana berdakwah, anatara lain : kesenian wayang kulit dan tembang suluk.
8. Sunan Muria
Nama Lengkap : Raden Umar Said
Tempat dakwah : Gunung Maria ( sekitar 16 KM sebelah utara Kota Kudus ) Strategi dakwah : Di dalam berdakwah Sunan Muria memiliki keunikan yaitu menjadikan desa-desa terpencil sebagai medan dakwah Islamnya dengan sasaran dakwah para pedagang, nelayan, pelaut, dan rakyat jelata. Beliau satu satunya wali yang mempertahankan kesenian gamelan dan wayang sebagai alat dakwah untuk menyampaikan Islam dan beliau juga yang menciptakan tembang Sinom dan Kinanti. 9. Sunan Gunung Jati
Nama Lengkap : Syarif Hidayatullah
Tempat Dakwah : Cirebon, Jawa Barat Strategi Dakwah : Sunan Gunung Jati merupakan wali yang menyebarkan agama Islam di Tanah Sunda. Keberhasilan dakwahnya tak lepas dari strategi politik dan pendekatan tradisi yang dilakukan. Proses islamisasi yang dilakukan Sunan Gunung Jati menggunakan pendekatan tradisi. Melalui berbagai adat istiadat dan budaya yang berkembang di masyarakat, Sunan Gunung Jati berhasil memasukkan unsur-unsur Islam di dalamnya. Salah satu tradisi yang berkembang pada saat itu adalah peringatan hari kematian atau yang biasa disebut kendurian selama tujuh hari, empat puluh hari, sampai seratus harian. Tradisi itu berawal dari ajaran Hindu dan Budha. Sunan Gunung Jati kemudian mengislamkan dengan bacaan zikir, tahlil, tahmid, tasbih, membaca Al Quran, dan shalawat Nabi Muhammad SAW. Warisan budaya lain seperti wayang kulit, tarian, dan seni pertunjukkan lain juga turut diberikan nilai-nilai Islam oleh Sunan Gunung Jati. Sementara itu, ada beberapa tradisi Islam yang disebarkan kepada masyarakat Tanah Sunda seperti peringatan Maulid Nabi Muhammad SAW, Nuzulul Quran, dan Isra' Mi'raj.