Sumber belajar berupa buku tersebut sudah cukup menunjang pembelajaran, namun
guru belum pernah menggunakan media yang dapat menunjang pembelajaran serta
menumbuhkan minat dan motivasi peserta didik dalam mengikuti pembelajaran Bahasa Jawa
yang menyebabkan pembelajaran masih bersifat pasif dan monoton.
Permasalahan Mulok di Jawa Tengah
Kendala yang sering dihadapi yaitu penyampaian materi oleh guru yang sulit
dipahami oleh siswa. Berikut kutipan wawancaranya.
“Kendalanya itu mereka kurang paham dengan bahasanya, kalo materi bahasa jawa
itu saya rasa mudah, tapi kalo sudah masuk diaksara jawa itu mereka pada botak semua
karena baru pertama, kendalanya itu. (CL02.G.W.C2)”
Menurutnya guru Bahasa Jawa, siswa mengalami kesulitan dalam hal pemahaman
arti kosa kata dan materi aksara jawa. Karena mereka baru menerima dan mengetahui materi
ini dipelajaran bahasa jawa.
Identifikasi fokus masalah yang muncul dalam implementasi kurikulum muatan lokal
bahasa jawa di SMK Bagimu Negeriku disebabkan oleh beberapa hal.
1. Pertama, siswa merasa kurang paham dan sulit mengerti arti dari bahasa jawa pada
saat pembelajaran maupun diluar pembelajaran. Karena pada dasarnya memang
sebelum masuk di sekolah SMK Bagimu Negeriku, mereka belum diajarkan dan
mengetahui tentang bahasa jawa. Faktor inilah yang menyebabkan mereka kesulitan
dalam belajar bahasa jawa.
2. Kedua, secara tidak langsung siswa dipaksa belajar bahasa jawa karena berada
dilingkungan dan wilayah jawa. Jadi siswa merasa terpaksa pada saat menerima
pelajaran bahasa jawa. Siswa merasa terpaksa karena mau tidak mau mereka harus
paham dan mengerti dengan bahasa jawa, karena teman-teman mereka juga
berkomunikasi menggunakan bahasa jawa.
3. Ketiga, siswa mengalami kesulitan dalam memahami materi yang disampaikan oleh
guru pada saat pembelajaran bahasa jawa. Guru terkadang secara tidak sengaja
menyampaikan materi menggunakan bahasa jawa tanpa memperhatikan siswa yang
berasal dari luar daerah. Hal inilah siswa mengalami kesulitan dalam menerima materi
pelajaran.
implementasi Kurikulum 2013 Muaran Lokal Bahasa Jawa Sekolah Dasar/Sekolah Dasar
Luar Biasa/Madrasah Ibtidaiyah Provinsi Jawa Tengah.
Menurut anggota DPR Komisi X Teguh Juwarno. bahasa daerah tidak terlalu penting untuk
dijadikan mata pelajaran wajib.
Liputan6.com, Jakarta - Pelajaran bahasa daerah dinilai sudah tidak perlu dijadikan mata
pelajaran wajib. Menurut anggota DPR Komisi X Teguh Juwarno. bahasa daerah tidak terlalu
penting untuk dijadikan mata pelajaran wajib. Bahkan, dia mengusulkan agar mata pelajaran
itu ditiadakan dari mata pelajaran wajib.
"Kita sudah masuk era global sebentar lagi kita masuk masyarakat ekonomi ASEAN,
persaingannya sudah semakin terbuka untuk apa kita masih berkutat dengan persoalan
bahasa daerah,"sebutTeguh.
"Untuk anak-anak usia sekolah dasar, justru lebih penting mereka ditanamkan bahasa global
sehingga kita bisa menjadi bangsa yang kompetitif," sambung anggota Fraksi PAN tersebut.
Mantan penyiar berita ini memberi contoh, dipolmasi internasional bangsa Indonesia kerap
kalah. Ini karena kemampuan bahasa asing bangsa Indonesia tidak sebagus negara lain.
Selain soal diplomasi, TKI juga banyak bermasalah karena faktor bahasa ini. Lebih lanjut,
Teguh menyebut, dengan adanya contoh tersebut, sehingga ia menginginkan peningkatan
pembelajaran bahasa asing mulai dari tingkat dasar.
Walau begitu, pria 41 tahun ini tak ingin pelajaran bahasa daerah dihapus sepenuhnya dalam
kurikulum. Hanya saja, lebih baik bahasa daerah dijadikan opsi bagi siswa. "Bahasa lokal
tetap akan ada tapi bukan pilihan wajib seperti ekstra kulikulet," tandas dia.
Bahasa Sunda tetap diberikan dan para guru nyaman-nyaman saja mengajar. Namun
sekarang indikasinya menunjukkan, beberapa sekolah mengurangi porsi mulok bahasa Sunda
bahkan ada sekolah yang langsung mengganti muloknya dengan bahasa Jawa. Keadaan ini
terjadi karena selain sekolah harus mengikuti kebijakan pemerintah setempat, bahan ajar dan
perangkat pembelajaran pun semakin sulit didapatkan. Guru-guru yang tergabung dalam
MGMP Bahasa Sunda sudah semakin sedikit yang mengupayakan pembelajaran mulok
bahasa Sunda. Bahkan kalau kepala sekolah tidak membuat soal untuk ulangan, mulok
bahasa Sunda tidak ada ulangannya. “Itu yang terjadi di tingkat SD, di di tingkat SMP-SMA
mungkin bahasa Sunda sudah punah karena tidak ada lagi mulok bahasa Sunda,” imbuh dia.
Atas kondisi ini, Datam mengakhawatirkan akan semakin banyak ajen tinajen (nilai-nilai
luhur) budaya Sunda hilang dari kehidupan masyarakat. Padahal kata dia, nilai-nilai
kesundaan sangat penting bagi pembentukan karakter anak didik.
Untuk mengatasi hal itu, Dastam mengaku pihaknya sudah menyampaikan tuntutan
pada Kongres Bahasa Jawa pada 6-12 Desember 2016 lalu di Jogyakarta. Respons positif
telah diberikan pemerintah provinsi Jawa Tengah dengan adanya rencana merevisi Perda
Nomor 9 Tahun 2012 tersebut. Rencananya, Pemprov Jawa Tengah akan memberikan
kebebasan kepada para pemakai bahasa Sunda yang berada di wilayah administrasi Jawa
Tengah untuk tetap memberikan muloknya dalam bahasa Sunda. Kendati demikian, Datam
mengaku, pihaknya belum mendapat perhatian dari pemerintah provinsi Jawa Barat. Bahan
ajar untuk mulok bahasa Sunda yang selama ini tersedia, merupakan upaya bersama guru
MGMP Bahasa Sunda. Pengadaannya merupakan hasil usaha sendiri secara sukarela.
“Walaupun kami ini minoritas, kami ini ingin diaku karena kami juga masyarakat
Sunda yang mengajarkan bahasa Sunda kepada anak didik,” demikian Datam. Pengakuan itu
seharusnya, lanjut Datam, dilakukan dengan cara bekerjasama antara Pemprov Jateng dan
Pemprov Jateng sehingga Pemprov Jabar dapat tetap memfasilitasi bahan ajar dan
memberikan diklat kepada guru-guru pelajaran mulok dalam meningkatkan kompetensi
mereka. Selama ini, kata Datam, Disdik Jabar telah banyak memberikan workshop kepada
guru-guru pelajaran mulok, tetapi mengapa guru-guru di Kecamatan Ketanggungan, Kab.
Brebes tidak pernah dilibatkan. Menanggapi masalah tersebut, Abur Mustikawanto dari
Pelestarian dan Pembelajaran Balai Pengembangan Bahasa Daerah dan Kesenian Dinas
Pendidikan Jawa Barat mengatakan, mereka tidak dapat membantu masyarakat tersebut
karena terkendala kebijakan perbedaan administratif.
Meskipun masyarakat yang berada di wilayah Pemprov Jawa Tengah tersebut secara
budaya merupakan orang Sunda dan menggunakan bahas Sunda dalam kehidupan sehari-hari.
Kondisi ini diakui Abur sangat dilematis karena di satu sisi secara budaya merupakan
masyarakat Sunda tetapi secara wilayah administratif berada di wilayah bukan Jawa Barat.
Namun demikian, pihaknya mencoba menjembatani kondisi itu dengan memberikan bantuan
buku-buku bahan ajar mulok bahasa Sunda apabila guru MGMP Bahasa Sunda meminta
kepada Disdik Jabar sehingga lebih bersifat bottom up.
https://lib.unnes.ac.id/23868/1/1102411067.pdf
http://journal.upgris.ac.id/index.php/jisabda/article/view/4748
http://eprints.umm.ac.id/38368/2/BAB%20I.pdf
https://www.liputan6.com/news/read/2147105/studi-bahasa-daerah-diusulkan-dihapus-dari-
mata-pelajaran-wajib