Anda di halaman 1dari 15

See discussions, stats, and author profiles for this publication at: https://www.researchgate.

net/publication/341997623

Surveilans Epidemiologi Penyakit Menular

Method · June 2020


DOI: 10.13140/RG.2.2.11534.38722

CITATION READS

1 8,575

1 author:

Ade Heryana
Universitas Esa Unggul
67 PUBLICATIONS   7 CITATIONS   

SEE PROFILE

Some of the authors of this publication are also working on these related projects:

P-Care National Health Security (JKN) Evaluation View project

Kajian Antrian Pelayanan Pendaftaran Pasien BPJS Kesehatan RSU Kabupaten Tangerang Tahun 2018 View project

All content following this page was uploaded by Ade Heryana on 08 June 2020.

The user has requested enhancement of the downloaded file.


2015

Surveilans
Epidemiologi
Penyakit Menular
Materi Online Class Mata Kuliah Epidemiologi Penyakit Menular (IKE361)
Universitas Esa Unggul Jakarta

Ade Heryana
Universitas Esa Unggul
12/20/2015
Surveilans Epidemiologi

PENDAHULUAN

Surveilans Epidemiologi atau Surveilans Kesehatan Masyarakat


merupakan salah satu fungsi utama epidemiologi, sebagaimana menurut
Crooker(2014) terdapat enam fungsi utama epidemiologi yaitu: 1) Surveilans
kesehatan masyarakat; 2) Investigasi lapangan; 3) Studi analitik; 4) Evaluasi;
5) Membuat hubungan antar data kesehatan (record linkages); dan 6)
Pengembangan Kebijakan.

Lebih lanjut dikatakan oleh Crooker (2014) bahwa surveilans


merupakan “batu loncatan” dalam kegiatan kesehatan masyarakat. Karena
dengan surveilans kita akan mendapatkan data yang akurat tentang kejadian
kesehatan di masyarakat

Surveilans juga merupakan langkah awal dalam intervensi kesehatan


masyarakat sebagaimana bagan berikut (CDC):

Implementasi:
how do you do
Evaluasi it?
intervensi: what
works?
Identifikasi
faktor risiko:
what's the cause

Surveilans:
what's the
problem?

Gambar 1. Pendekatan dalam Intervensi Kesehatan Masyarakat (CDC)

Dari bagan di atas terlihat bahwa sistem pendekatan epidemiologi


diawali dengan kegiatan surveilans. Tahap ini dilakukan untuk menjawab
pertanyaan “what’s the problem?” atau masalah apa yang dihadapi.
Selanjutnya bila permasalahan sudah dijawab, pertanyaan yang harus di
jawab adalah “what’s the cause?” atau apa penyebabnya, dengan melakukan

2015 Ade Heryana Page 2


Surveilans Epidemiologi

identifikasi faktor risiko. Setelah faktor risiko diketahui, selanjutnya adalah


melakukan evaluasi intervensi yang akan menjawab pertanyaan “what
works?” atau apa yang akan dilakukan. Dan tahap terakhir adalah
mengimplementasikan intervensi kesehatan yang akan menjawab “how do
you do it?” atau bagaimana intervensi tersebut dijalankan.

DEFINISI

CDC mendefinisikan Surveilans Kesehatan adalah prosedur sistematik


dalam pengumpulan, pengolahan, analisis, dan interpretasi data, yang diikuti
dengan pengaplikasian data tersebut pada program kesehatan masyarakat
dalam rangka meningkatkan aktivitas kesehatan masyarakat.

Menurut Depkes (2003:15), Surveilans epidemiologi adalah suatu


rangkaian proses pengamatan yang terus menerus sistematik dan
berkesinambungan dalam pengumpulan data, analisis dan interpretasi data
kesehatan dalam upaya untuk menguraikan dan memantau suatu peristiwa
kesehatan agar dapat dilakukan untuk menguraikan dan memantau suatu
peristiwa kesehatan agar dapat dilakukan penanggulangan yang efektif dan
efesien terhadap masalah kesehatan masyarakat tersebut.

Dengan demikian kata kunci dalam surveilans kesehatan masyarakat


adalah mengumpulkan, menganalisis, menginterpretasi, menerapkan, dan
menghubungkan dengan praktik-praktik kesehatan masyarakat.

Hasil dari surveilans intinya adalah tindakan yang berbentuk respon.


Respon terhadap surveilan ada dua tipe yaitu Respon segera (epidemic type
response) dan Respon terencana (management type response).

JENIS SURVEILANS

Surveilans Kesehatan Masyarakat terdiri dari 5 jenis (McNab, NA


dalam Crooker, 2014) yaitu: 1) Participatory surveillance; 2) Predictive

2015 Ade Heryana Page 3


Surveilans Epidemiologi

Surveillance (Climate and Ecology); 3) Syndromic surveillance; 4) Event-


based surveillance; dan 5) Indicator-based surveillance.

Disamping itu menurut intervensinya ke masyarakat, surveilans


kesehatan masyarakat dibagi menjadi dua, yaitu:

1. Active surveillance (surveilans aktif) yaitu pemerintah melalui petugas


kesehatan secara aktif mengumpulkan data kejadian kesehatan di
masyarakat atau komunitas; dan
2. Pasive surveillance (surveilans pasif) yaitu pemerintah melalui biro
kesehatan (dinkes) menerima laporan penyakit secara reguler dari
pelayanan kesehatan sesuai dengan aturan yang berlaku.

RUANG LINGKUP SURVEILANS KESMAS

Surveilans kesmas atau surveilans epidemiologi merupakan kegiatan


yang ditujukan bagi intervensi suatu kejadian penyakit yang mencakup
surveilans terhadap: Penyakit menular (PM), Penyakit tidak menular (PTM),
Kesehatan Lingkungan (Kesling), Perilaku sehat, Masalah kesehatan,
Kesehatan Matra (Darat, Laut, Udara), Kesehatan Kerja, dan Kecelakaan
Kerja.

Surveilans epidemiologi pada penyakit menular meliputi:

a. PD3I (Penyakit yang Dapat Dicegah Dengan Imunisasi);


b. AFP (Acute Flacid Paralysis);
c. Penyakit Potensial Wabah/Kejadian Luar Biasa Penyakit Menular dan
Keracunan;
d. Demam Berdarah Dengue (DBD);
e. Malaria;
f. Zoonosis (Antraks, Rabies, Leptospirosis);
g. Filariasis
h. Tuberkulosis
i. Diare, Tifus, Kecacingan dan penyakit perut lainnya
j. Kusta

2015 Ade Heryana Page 4


Surveilans Epidemiologi

k. HIV/AIDS
l. Penyakit Menular Seksual (PMS); dan
m. Pneumonia, termasuk SARS

TUJUAN SURVEILANS

Secara umum tujuan surveilans adalah mendapatkan informasi


epidemiologi penyakit tertentu dan mendistribusikannya kepada pihak
terkait, pusat-pusat kajian, pusat penelitian, serta unit lainnya.

Adapun tujuan khusus diselenggarakannya surveilans kesehatan


masyarakat dari berbagai sumber dan literatur adalah sebagai berikut:

1. Mendeteksi wabah;
2. Mengidentifikasi masalah kesehatan dan kecenderungan penyebaran
penyakit;
3. Mengestimasi luas dan pengaruh masalah kesehatan;
4. Memberi penekanan pada penyebaran kejadian kesehatan secara
geografis dan demografis;
5. Mengevaluasi cara pengawasan;
6. Membantu dalam pengambilan keputusan;
7. Mengalokasikan sumberdaya kesehatan secara lebih baik;
8. Menggambarkan riwayat alamiah suatu penyakit;
9. Membuat hipotesis dalam rangka pengembangan penelitian
epidemiologi;
10. Memonitor perubahan agen infeksi; dan
11. Memfasitasi program perencanaan kesehatan.

LANGKAH-LANGKAH SURVEILANS

Menurut WHO (1999) serta Myrnawati (2001) langkah-langkah


surveilans kesehatan masyarakat meliputi: Pengumpulan data, Pengolahan
Data, Analisis data; dan Penyebarluasan informasi.

2015 Ade Heryana Page 5


Surveilans Epidemiologi

a. Pengumpulan Data
Tahap ini merupakan permulaan kegiatan surveilans yang sangat
penting untuk menghasilkan data kejadian penyakit yang baik. Kegiatan
pengumpulan data dapat dilakukan secara aktif dan pasif (lihat sub bab
tentang jenis surveilans).
Sumber data yang bisa digunakan dalam surveilans antara lain:
Laporan penyakit, Pencatatan kematian, Laporan wabah, Pemeriksaan
laboratorium, Penyelidikan peristiwa penyakit, Penyelidikan wabah,
Survey/Studi Epidemiologi, Penyelidikan distribusi vektor dan reservoir,
Penggunaan obat-serum-vaksin, Laporan kependudukan dan lingkungan,
Laporan status gizi dan kondisi pangan, dan sebagainya.
Sedangkan jenis data surveilans meliputi: Data kesakitan, Data
kematian, Data demografi, Data geografi, Data laboratorium, Data kondisi
lingkungan, Data status gizi, Data kondisi pangan, Data vektor dan
reservoir, Data dan informasi penting lainnya.
Dilihat dari frekuensi pengumpulannya, data surveilans
dibedakan dalam empat kategori:
a. Data rutin bulanan, yang digunakan untuk perencanaan dan evaluasi.
Misalnya: data yang bersumber dari SP2TP, SPRS;
b. Data rutin harian dan mingguan, yang digunakan dalam Sistem
Deteksi Dini pada Kejadian Luar Biasa (SKD KLB). Misalnya: data
yang bersumber dari Laporan Penyakit Potensial Wabah (W2);
c. Data insidensil. Misalnya: Laporan KLB (W1); dan
d. Data survey.
Adapun syarat yang dibutuhkan agar data surveilans yang
dikumpulkan berkualitas adalah sebagai berikut:
1. Memuat informasi epidemiologi yang lengkap. Misalnya:
- Angka kesakitan dan angka kecacatan menurut umur, jenis
kelamin dan tempat tinggal;
- Angka cakupan program;
- Laporan Faktor Risiko Penyakit;
- Dan sebagainya

2015 Ade Heryana Page 6


Surveilans Epidemiologi

2. Pengumpulan data dilakukan secara terus menerus dan sistematis;


3. Data kejadian penyakit yang dikumpulkan selalu tepat waktu,
lengkap dan benar;
4. Mengetahui dengan baik sumber data yang dibutuhkan, misalnya
dari Puskesmas, pelayanan kesehatan swasta, laporan kegiatan
lapangan Puskesmas, dan sebagainya; dan
5. Menerapkan prioritas dalam pengumpulan data yang diutamakan
pada masalah yang signifikan.
b. Pengolahan Data

Pengolahan data merupakan kegiatan penyusunan data yang


sudah dikumpulkan ke dalam format-format tertentu, menggunakan
teknik-teknik pengolahan data yang sesuai. Dalam pengolahan data, dua
aspek perlu dipertimbangkan yaitu ketepatan waktu dan sensitifitas data
(lihat sub bab tentang Atribut Surveilans).

Dalam pengolahan data, terdapat langkah yang penting yaitu


Kompilasi Data, yang bertujuan untuk menghindari duplikasi (doble)
data dan untuk menilai kelengkapan data. Proses kompilasi data dapat
dilakukan secara manual (dengan kartu pengolah data atau master
table), atau komputerisasi (dengan aplikasi pengolah data, misalnya Epi-
info). Variabel yang dikompilasi meliputi orang, tempat, dan waktu.

Pengolahan data yang baik memenuhi kriteria antara lain:

1. Selama proses pengolahan data tidak terjadi kesalahan sistemik;


2. Kecenderungan perbedaan antara distribusi frekeuensi dengan
distribusi kasus dapat diidentifikasi dengan baik;
3. Tidak ada perbedaan atau tidak ada kesalahan dalam menyajikan
pengertian/definisi; dan
4. Menerapkan metode pembuatan tabel, grafik, peta yang benar.
c. Analisis data
Data yang telah diolah kemudian dilakukan analisis untuk
membantu dalam penyusunan perencanaan program, monitoring,
evaluasi, dan dalam upaya pencegahan serta penanggulangan penyakit.

2015 Ade Heryana Page 7


Surveilans Epidemiologi

Penganalisis data harus memahami dengan baik data yang akan


dianalisa. Data yang telah diolah dan disusun dalam format tertentu
umumnya lebih mudah dipahami. Beberapa cara berikut biasanya
dilakukan untuk memahami data dengan baik, antara lain:
1. Pada data sederhana dan jumlah variabel tidak terlalu banyak, cukup
dengan mempelajari tabel saja; dan
2. Pada data yang kompleks, selain mempelajari tabel juga dilengkapi
dengan peta dan gambar. Peta dan gambar berfungsi untuk
mempermudah pemahaman akan trend, variasi, dan perbandingan.

Beberapa teknik berikut umumnya dipakai dalam analisa data


surveilans, seperti:

a. Analisis univariat, yaitu teknik analisis terhadap satu variable saja


dengan menghitung proporsi kejadian penyakit dan menggambarkan
deskripsi penyakit secara statistik (mean, modus, standar deviasi);
b. Analisis Bivariat, yaitu teknik analisis data secara statistik yang
melibatkan dua variable. Untuk menggambarkan analisis ini bisa
digunakan tools seperti Tabel (menghitung proporsi dan distribusi
frekuensi), Grafik (menganalisis kecenderungan), dan Peta
(menganalisis kejadian berdasarkan tempat dan waktu); dan
c. Analisis lebih lanjut dengan Multivariat, yaitu teknik analisis statistik
lanjutan terhadap lebih dari dua variable, untuk mengetahui
determinan suatu kejadian penyakit.
d. Penyebarluasan informasi
Tahap selanjutnya adalah menyebarluaskan informasi
berdasarkan kesimpulan yang didapat dari analisis data. Penyebaran
informasi disampaikan kepada pihak-pihak yang berkepentingan dengan
program kesehatan, seperti Pimpinan program, Pengelola program, atau
Unit-unit kerja yang kompeten di lintas program atau sektoral. Menurut
Noor (2008) informasi surveilans sebaiknya disebarkan kepada tiga arah
yaitu:

2015 Ade Heryana Page 8


Surveilans Epidemiologi

1. Kepada tingkat administrasi yang lebih tinggi, sebagai tindak lanjut


dalam menentukan kebijakan;
2. Kepada tingkat administrasi yang lebih rendah atau instansi pelapor,
dalam bentuk data umpan balik; dan
3. Kepada instansi terkait dan masyarakat luas.
Kapan informasi disebarkan? Penyebaran dapat memanfaatkan
waktu-waktu atau kegiatan yang memungkinkan berkumpulnya para
pemangku kepentingan, misalnya pada rapat rutin, rapat koordinasi,
atau pertemuan rutin warga masyarakat.
Selain berbentuk laporan, media untuk penyebaran informasi
dapat berupa bulletin, news letter, jurnal akademis, website, dan media
sosial.

ATRIBUT DAN INDIKATOR KERJA SURVEILANS

Atribut surveilans adalah karakteristik-karakteristik yang melekat


pada suatu kegiatan surveilans, yang digunakan sebagai parameter
keberhasilan suatu surveilans. Menurut WHO (1999), atribut-atribut
tersebut adalah sebagai berikut:

1. Simplicity (kesederhanaan).
Surveilans yang sederhana adalah kegiatan surveilans yang
memiliki struktur dan sistem pengoperasian yang sederhana tanpa
mengurangi tujuan yang ditetapkan. Sebaiknya sistem surveilans disusun
dengan sifat demikian.
2. Flexibility (fleksibel atau tidak kaku)
Surveilans yang fleksibel adalah kegiatan surveilans yang dapat
menyesuaikan dengan perubahan informasi dan/atau situasi tanpa
menyebabkan penambahan yang berati pada sumberdaya antara lain
biaya, tenaga, dan waktu. Perubahan tersebut misalnya perubahan
definisi kasus, variasi sumber laporan, dan sebagainya.
3. Acceptability (akseptabilitas)

2015 Ade Heryana Page 9


Surveilans Epidemiologi

Surveilans yang akseptabel adalah kegiatan surveilans yang para


pelaksana atau organisasinya mau secara aktif berpartisipasi untuk
mencapai tujuan surveilans yaitu menghasilkan data/informasi yang
akurat, konsisten, lengkap, dan tepat waktu.
4. Sensitivity (sensitifitas)
Surveilans yang sensitif adalah kegiatan surveilans yang mampu
mendeteksi Kejadian Luar Biasa (KLB) dengan cepat. Sensitifitas suatu
surveilans dapat dinilai pada dua tingkatan, yaitu pada tingkat
pengumpulan data, dan pada tingkat pendeteksian proporsi suatu kasus
penyakit. Beberapa faktor mempengaruhi sensitivitas suatu surveilans,
antara lain:
a. Orang-orang yang mencari upaya kesehatan dengan masalah
kesehatan atau penyakit khusus tertentu;
b. Penyakit atau keadaan yang akan didiagnosa; dan
c. Kasus yang akan dilaporkan dalam sistem, untuk diagnosis tertentu.
5. Predictive value positif (memiliki nilai prediksi positif)
Surveilans yang memiliki nilai prediktif positif adalah kegiatan
surveilans yang mampu mengidentifikasi suatu populasi (sebagai kasus)
yang kenyataannya memang kasus. Kesalahan dalam mengidentifikasi
KLB disebabkan oleh kegiatan surveilans yang memiliki predictive value
positif (PVP) rendah.
6. Representativeness (Keterwakilan)
Surveilans yang representatif adalah kegiatan surveilans yang
mampu menggambarkan secara akurat kejadian kesehatan dalam
periode waktu tertentu dan distribusinya menurut tempat dan orang.
Studi kasus merupakan sarana yang dapat digunakan untuk menilai
representativeness suatu surveilans. Untuk mendapatkan surveilans
yang representatif dibutuhkan data yang berkualitas, yang diperoleh dari
formulir surveilans yang jelas dan penatalaksanaan data yang teliti.
7. Timeliness (Ketepatan waktu)
Surveilans yang tepat waktu adalah kegaiatan surveilans yang
mampu menghasilkan informasi yang sesuai dengan waktu yang tepat

2015 Ade Heryana Page 10


Surveilans Epidemiologi

(tidak terlalu lambat dan cepat). Misalnya informasi


penanggulangan/pencegahan penyakit, baik dalam jangka pendek
(segera) maupun jangka panjang.

Dalam Keputusan Menteri Kesehatan No.1116/Menkes/SK/VII/2003


tentang surveilans epidemiologi, indikator kerja surveilans meliputi:

a. Kelengkapan laporan bulanan STP unit pelayanan ke Dinas Kesehatan


Kabupaten/Kota sebesar 90%;
b. Ketepatan laporan bulanan STP Unit Pelayanan ke Dinas Kesehatan
Kabupaten/Kota sebesar 80%;
c. Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota mencapai indikator epidemiologi STP
sebesar 80%;
d. Kelengkapan laporan bulanan STP Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota ke
Dinas Kesehatan Propinsi sebesar 100%;
e. Ketepatan laporan bulanan STP Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota ke
Dinas Kesehatan Propinsi sebesar 90%;
f. Kelengkapan laporan bulanan STP Dinas Kesehatan Propinsi ke Ditjen
PPM&PL Depkes sebesar 100%;
g. Ketepatan laporan bulanan STP Dinas Kesehatan Propinsi ke Ditjen
PPM&PL Depkes sebesar 90%;
h. Distribusi data dan informasi bulanan Kabupaten/Kota, Propinsi dan
Nasional sebesar 100%;
i. Umpanbalik laporan bulanan Kabupaten/Kota, Propinsi dan Nasional
sebesar 100%;
j. Penerbitan buletin epidemiologi di Kabupaten/Kota adalah 4 kali
setahun;
k. Penerbitan buletin epidemiologi di Propinsi dan Nasional adalah sebesar
12 kali setahun;
l. Penerbitan profil tahunan atau buku data surveilans epidemiologi
Kabupaten/Kota, Propinsi dan Nasional adalah satu kali setahun.

2015 Ade Heryana Page 11


Surveilans Epidemiologi

OUTPUT/HASIL SURVEILANS

Output dari surveilans digambarkan dalam bentuk grafik, tabel, dan


peta. Berikut adalah contoh output surveilans.

700
586
600
500
400
304 Kasus
300
Mati
200 140
86 77
100 33 43
5 15
0 11 8 21 14
2003 2004 2005 2006 2007 2008 2009 2010 2011

Gambar 2. Grafik Trend Penyakit Difteri di Provinsi Jawa Timur tahun 2003-
2011 (sumber: Dinas Kesehatan Provinsi Jawa Timur)

100%
18% 13% 17%
80% 13%
Proporsi Kasus Campak

12%
21%
60% 32%
34%
31%
40%

31%
20% 18% 27%

12% 11% 10%


0%
2009 2010 2011
Tahun

< 1 th 1 - 4 th 5 - 9 th 10 - 14 th > 15 th

Gambar 3. Distribusi Kasus Campak Menurut Usia di Provinsi Jawa Timur


tahun 2009-2011 (sumber: Dinas Kesehatan Provinsi Jawa Timur)

2015 Ade Heryana Page 12


Surveilans Epidemiologi

PERMASALAHAN SURVEILANS

Permasalahan potensial yang umumnya terjadi dalam kegiatan


survailans antara lain:

1. Pemahaman yang keliru antara surveilans dengan survei. Perbedaan


utama antara surveilans dan survei adalah dalam hal konsistensi.
Surveilans dilakukan secara terus menerus, sedangkan survei dilakukan
temporer dan terjadwal;
2. Keterbatasan sumber daya, baik manusia, sarana, prasarana dan
finansial. Sumberdaya manusia merupakan keterbatasan yang paling
sering dialami dalam kegiatan surveilans;
3. Kualitas sumber daya yang belum merata. Rendahnya pemahaman
petugas kesehatan dan non kesehatan akan kegiatan surveilans
merupakan faktor utama;
4. Rendahnya kualitas data, disebabkan ketidaktepatan dan
ketidaklengkapan laporan;
5. Diseminasi informasi kurang berjalan dengan baik. Hal ini disebabkan
koordinasi yang kurang baik antara tim surveilans dengan pemangku
kepentingan informasi;
6. Monitoring dan evaluasi surveilans melalui atribut surveilans yang tidak
berjalan dengan baik;
7. Adanya perbedaan metode dan definisi kasus; dan
8. Politisasi masalah kesehatan.

Kegiatan surveilans penyakit menular di Indonesia belum


memberikan dampak yang menggembirakan dalam upaya penurunan
penyakit. Beberapa permasalahan yang selalu muncul antara lain:

a. Tidak tersedianya data kejadian penyakit yang akurat, lengkap, dan tepat
waktu menjadi masalah dasar dalam pelaksanaan surveilans di
Indonesia. Masalah ini ditambah dengan jarak antara Puskesmas dengan
kantor dinas kesehatan yang jauh terutama di wilayah terpencil
(Sulistyowaty, 2005).

2015 Ade Heryana Page 13


Surveilans Epidemiologi

b. Sistem surveilans yang terlalu sederhana juga menjadi penyebab tidak


bermaknanya pelaksanaan surveilans penyakit. Beberapa parameter
kejadian penyakit yang seharusnya dapat dianalisis dari informasi atau
data kejadian kesehatan, tidak didapat karena begitu sederhananya jenis
dan metode pengumpulan data.
c. Kekurangpahaman sumber daya manusia survelilans akan pentingnya
data kejadian penyakit menyebabkan data kejadian penyakit tidak
dilakukan secara berkesinambungan.
d. Masalah birokrasi antara lain implementasi kebijakan surveilans yang
tidak berjalan serta tarik menarik antara sektor kesehatan dengan
Pemda dalam penanggulangan suatu kejadian penyakit.

2015 Ade Heryana Page 14

View publication stats

Anda mungkin juga menyukai