di Pasar Dunia
NANAN NURDJANNAH
Balai Besar Penelitian dan Pengembangan Pasca Panen Pertanian
Indonesian Center for Agriculture Postharvest Research and Development
Jln. Tentara Pelajar No.12, Bogor
Perbaikan Mutu Lada dalam Rangka Meningkatkan Daya Saing di Pasar Dunia (Nanan Nurdjannah) 13
Persaingan komoditas lada di pasar dunia yang mengakibatkan kelainan pada saluran
pada saat ini semakin kompetitif karena besarnya pencernaan dan kematian (Staine, et al., 1974
penawaran relatif seimbang dengan permintaan. dalam Duarte dan Medeiras, 1999).
Selain itu persyaratan yang diminta negara- Selain hal di atas Freire et al. (2000) telah
negara konsumen semakin ketat terutama dalam mengisolasi 42 spesies jamur yang
hal jaminan mutu, aspek kebersihan dan mengkontaminasi lada putih dan hitam di Brazil,
kesehatan. Hanya komoditas yang aman, sehat, yang sebagian dapat menghasilkan toxin, di
dan memiliki daya saing yang kuat terutama dari antaranya adalah Aspergillus flavus, A. niger, A.
segi mutu dan harga yang akan berpeluang ochraceus, Emericella nidulans, Penicillium
meraih pasar. Meningkatnya kepedulian negara- brevicompactum, P. citrinum. Devi et al. (2001) juga
negara konsumen terhadap keamanan produk telah mengidentifikasi adanya ochratoxin A (OA)
pangan termasuk rempah akan menyebabkan yang menkontaminasi pada lada hitam di India.
kendala dalam ekspor. Di samping itu muncul Freire dan Offord (2002) mendeteksi adanya 13
negara-negara penghasil lada baru yang genera bakteri dari dua genera ragi pada
menaikkan produksi dengan cepat terutama permukaan lada putih dan hitam yang baik dan
Vietnam. Pada tahun 1999 produksi lada tidak disterilisasi maupun yang disterilisasi.
Indonesia sebanyak 44.500 ton, sedangkan Akhir-akhir ini negara produsen besar seperti
Vietnam 30.000 ton. Namun pada tahun 2003 Brazil telah menggunakan alat pengering buatan
produksi lada Indonesia 67.000 ton, sedangkan komersil untuk menghasilkan lada dengan
Vietnam 85.000 ton (International Pepper standar mikrobiologi yang diinginkan pasar.
Community, 2004a). Ditinjau dari tingkat kebersihan, cara
Kontaminasi mikroorganisme merupakan pengolahan lada hitam dan lada putih di
salah satu issue terutama dalam keamanan Indonesia kurang higienis sehingga resiko
produk (pangan) selain kontaminasi aflatoksin produk terkontaminasi mikroorganisme selama
dan residu pestisida. Menurut Anonymous pengolahan sangat besar. Lada hitam yang
(2004a), selama Agustus 2003 sampai Juli 2004, berasal dari Lampung ada yang terkontaminasi
ada 83 pengiriman lada dari berbagai negara mikroorganisme melampaui ketentuan ICMSF
yang mengalami penahanan (detained) oleh (International Commision on Microbiological
USFDA (US Food and Drug Administration), Specification for Food). Mikroorgamisne yang
62,7% disebabkan karena adanya Salmonella, ditemukan di antaranya adalah jamur Aspergillus
31,3% karena adanya Salmonella dan kotoran, spp., bakteri Staphylococcus spp., dan Streptococcus
3,6% karena adanya kotoran dan 2,4% karena spp. (Hasanah, 1985). Dari pemeriksaan contoh
sebab-sebab lain seperti pemberian label yang yang diambil dari Lampung dan Bangka, hampir
kurang jelas. Dari data di atas jelas 94% lada yang semuanya terkontaminasi di antaranya oleh
ditahan oleh USFDA adalah karena adanya Staphylococcus aurius dan Eschericia coli yang
Salmonella. melampaui batas ketentuan (Nurdjanah, 1999a).
Kontaminasi pada produk lada putih Dalam rangka menghadapi situasi
maupun hitam terjadi hampir di semua negara perekonomian yang semakin kompetitif dan
produsen lada karena sebagian besar masih untuk memenuhi tuntutan negara konsumen,
menggunakan cara tradisional dengan kondisi maka perlu dilakukan langkah-langkah
kebersihan yang berbeda. Duarte dan Medeiras perbaikan teknik budidaya dan pengolahan
(1999) melaporkan bahwa dari analisis lada pada untuk meningkatkan produktivitas, efisiensi,
tahun 1980 beberapa contoh lada hitam Brazil mutu hasil dan aspek kebersihan produk. Pada
yang dilakukan di Laboratorium di Inggri dan tulisan ini akan diuraikan usaha perbaikan mutu
Amerika telah mendeteksi adanya bakteri lada yang dilakukan di Indonesia dalam
Salmonella spp. Kontaminasi mikroorganisme menyikapi permasalahan di dalam maupun
tersebut telah menyebabkan keracunan makanan
Perbaikan Mutu Lada dalam Rangka Meningkatkan Daya Saing di Pasar Dunia (Nanan Nurdjannah) 15
untuk lada putih dan hitam dengan parameter Hasil analisis produk lada putih petani Indonesia
yang ditentukan bersama pada sidang-sidang umumnya mengandung kadar lada hitam 3 –
tahunan IPC. Rancangan standar tersebut sedang 13%, sedangkan syarat mutu IPC 1 – 2%
didaftarkan ke Codex International, dan (Abdullah dan Nurdjanah, 2005). Diketahui pula
rancangan standar dapat dilihat pada Tabel 2. bahwa kandungan total mikroorganisme (total
plate count) dari produk lada tersebut 12 x 108
Tabel 2. Syarat mutu lada putih dan hitam dalam sampai 70 x 108, jauh lebih tinggi dari pada syarat
bentuk utuh (IPC) mutu IPC (5 x 104).
Quality parameter Black pepper White pepper Harga lada Indonesia lebih rendah dari
IPC BP- IPC BP- IPC WP- IPC Malaysia, contohnya ”Lampung black pepper”
1 2 1 WP-2
Macro dan ”Muntok white pepper”`di New York pada
1. Kerapatan 550 500 600 600 bulan Februari/Maret 2004 berturut-turut
massa (gr / l,
min.) US$ 1,545/ton dan US$ 2,405/ton. Harga tersebut
2. Kadar air (% v / 12 14 13 15 lebih rendah dari pada lada dari Malaysia yang
b, max)
3. Lada enteng (% 2 10 1 2 dikenal dengan ”Serawak black” dan ”Sarawak
b/b, max) white” dengan harga berturut-turut US$ 1,700
4. Bahan asing (% 1 2 1 2
b/b, max) sampai 1,720/ton dan US$ 2,515 -2,535/ton
5. Lada hitam (% Tidak Tidak 1 2 (International Pepper Community, 2004b).
b/b, max) dipakai dipakai
6. Lada berjamur 1 3 1 3
(% b/b, max) Masalah pada Pengolahan Lada Hitam
7. Lada terserang 1 2 1 2
serangga (% b/b,
max)
Pada dasarnya pengolahan lada hitam dapat
8. Serangga utuh, Tidak lebih dari 2 Tidak lebih dari 2 dibagi menjadi dua tahap yaitu tahap perontokan
mati atau hidup buah dalam tiap sub buah dalam tiap
(buah, max) sampel dan tidak sub sampel dan (pemisahan buah lada dari tangkainya) dan tahap
lebih dari 5 buah tidak lebih dari 5 pengeringan. Pemisahan buah lada dari tangkai
pada total sub dalam total sub
sampel sampel masih dilakukan secara manual yaitu dengan
9. Kotoran mamalia Bebas dari kotoran Bebas dari kotoran tangan atau diinjak-injak dengan kaki. Untuk
dan lainnya mamalia dan lainnya mamalia dan
(buah, max) yang dapat dilihat lainnya yang dapat pengeringan sebagian petani masih melakukan-
dilihat nya di atas tikar yang diletakkan dipinggir jalan
Mikrobiologi
1. Salmonella Negatif Negatif Negatif Negatif atau di halaman rumah. Namun demikian
(detection / 25 g) sebagian petani sudah melakukan penjemuran di
Keterangan : atas lantai yang terbuat dari semen. Setelah
(1) IPC BP1 dan IPC WP1 adalah lada yang sudah kering proses sortasi dilakukan dengan
diproses lebih lanjut, termasuk pengayakan, pengayakan atau penampian. Sebagian petani
cyclonning, penghilangan batu, pencucian dan
sudah melakukan sortasi dengan menggunakan
pengeringan kembali.
(2) IPC BP2 dan IPC BWP2 adalah lada yang sudah alat sortasi walaupun sangat sederhana.
mengalami proses pembersihan seperti Cara-cara tersebut di atas memungkinkan
pengayakan dan penghembusan (winnowing). terjadinya kontaminasi pada lada hitam yang
Sumber : International Pepper Community (2005). dihasilkan, berupa debu, tanah, batu-batu kecil,
rambut dan kotoran hewan peliharaan. Selain itu
cara-cara di atas dapat menyebabkan terjadinya
MASALAH DAN PERBAIKAN pencemaran oleh mikroorganisme yang tidak
PENGOLAHAN LADA diinginkan. Tidak dilakukannya sortasi lada
kering atau sortasi yang dilakukan dengan cara
Menurut Putro (2001), masalah utama yang sederhana menyebabkan produk masih banyak
sering dikeluhkan oleh importir rempah Eropa mengandung bahan-bahan asing seperti tangkai,
terhadap produk lada Indonesia yaitu tingginya lada enteng (lada yang tidak bernas), dan lain-
kadar kotoran dan kontaminasi mikroorganisme. lain. Faktor lain yang menentukan mutu lada
Perbaikan Mutu Lada dalam Rangka Meningkatkan Daya Saing di Pasar Dunia (Nanan Nurdjannah) 17
- Memetik buah lada secara bertahap, dipilih dan ekspor Brazil menurun menjadi 715 ton
yang sudah cukup matang (hijau tua tapi (International Pepper Community, 2004c).
belum berwarna kuning) Proses pengolahan lada putih dilakukan di
- Menghindarkan penjemuran di pinggir jalan tingkat petani, prosesnya meliputi perendaman,
- Penjemuran di halaman rumah sebaiknya pencucian dan pemisahan kulit, pengeringan,
tidak langsung di atas tanah tapi memakai sortasi dan pengemasan. Untuk memproduksi
rak-rak sehingga tidak terjangkau oleh lada putih pemetikan buah dilakukan 8 – 9 bulan
binatang peliharaan setelah bunga muncul dengan ditandai sebagian
- Pengemasan buah yang segar maupun yang buah pada pangkal tandan sudah berwarna
kering menggunakan karung yang bersih kuning kemerahan. Setelah dipetik buah lada
- Pemeraman dapat diganti dengan berikut tandannya dimasukkan ke dalam karung
pencelupan buah lada pada air panas (belum goni atau plastik siap untuk direndam.
mendidih) selama kurang lebih 2,5 menit Perendaman biasa dilakukan di sungai-sungai
dengan menggunakan alat yang sudah kecil yang mengalir atau di Bangka biasa
tersedia seperti panci dan sebagainya dilakukan di dalam kolong (cekungan yang
- Sebelum dijual supaya dilakukan sortasi terbentuk akibat penggalian timah) yang
debu dan kotoran lain yang ringan dengan memakan waktu 8 sampai 12 hari. Lamanya
cara meniupkan angin memakai kipas angin perendaman lada tergantung dari kemasakan
- Lada hitam yang kering dan sudah dikemas buah dan keadaan lingkungan seperti,
disimpan diruangan yang bersih dan kering banyaknya air dan lain-lain. Semakin matang
(tidak lembab) dengan ventilasi yang cukup buah lada semakin pendek waktu perendaman.
Pada perendaman buah lada tersebut terjadi
Perlakuan-perlakuan pendahuluan seperti pembusukan kulit luar oleh bakteri sehingga
blansir dan pencucian serta proses yang bersih kulit tersebut mudah dipisahkan dari bijinya.
dapat menurunkan kadar kontaminasi oleh Perendaman yang lama menyebabkan timbulnya
mikroorganisme. Total mikroba aerob pada bau busuk yang biasanya masih terbawa pada
produk lada di Afrika, yang diolah secara lada putih kering, terutama bila perendaman
tradisional dapat mencapai 6,65 x 1010 pada lada tersebut dilakukan dalam air yang tidak mengalir.
putih dan 7,04 x 1010 pada lada hitam Dengan Setelah perendaman dilakukan pengupasan
perlakuan pendahuluan seperti pencucian dan kulit dan pencucian. Hal ini dilakukan pada
blansir jumlah mikroba aerob pada lada dapat tempat yang sama di mana lada tersebut
diturunkan sampai kurang dari 1,0 x 1010, yang direndam. Pengupasan dilakukan dengan cara
diikuti dengan hilangnya ragi, coliforms dan meremas-remas atau menginjak-injak buah lada
jenis-jenis bakteri yang lain. Demikian pula yang kulitnya sudah lunak tersebut. Setelah
halnya proses pengeringan dapat menurunkan terkelupas kulit luarnya kemudian dicuci dan
jumlah mikroba (Omafuvbe dan Kolawole, 2004). dikeringkan. Pengeringan dilakukan dengan
menghamparkan lada yang sudah terkupas dan
Masalah dalam Pengolahan Lada Putih bersih di atas tikar atau karung goni atau plastik
dan dijemur selama 3 sampai 5 hari sampai
Indonesia adalah negara penghasil dan
kering. Pengeringan tersebut dilakukan di
pengekspor terbesar dari lada putih yang diikuti
halaman rumah atau di pinggir jalan. Setelah
oleh Malaysia dan Brazil. Pada tahun 2002
kering dilakukan sortasi dengan cara menampi
Indonesia mengekpor lada putih sebanyak 12.250
lada yang sudah kering tersebut sehingga bagian
ton, Malaysia sebanyak 843 ton dan Brazil
yang ringannya terpisah. Sortasi hanya dilakukan
sebanyak 776 ton. Pada tahun 2003 ekspor
oleh sebagian petani saja. Kemudian lada putih
Indonesia menurun menjadi 10.752 ton,
dikemas dengan karung goni atau plastik dan
sedangkan ekspor Malaysia naik menjadi 967 ton
disimpan siap untuk dijual (Nurdjannah, 1999b).
Perbaikan Mutu Lada dalam Rangka Meningkatkan Daya Saing di Pasar Dunia (Nanan Nurdjannah) 19
karena proses browning (pencoklatan), sedangkan Tabel 4. Karakteristik lada putih yang dihasilkan
yang dikehendaki pasar adalah yang dengan mesin dan cara tradisional
ditambahkan zat antioksidan seperti asam sitrat,
Karakteristik Cara tradisional Dengan mesin
malat dan tartrat dengan konsentrasi sekitar 2%.
Warna Putih kekuningan Putih agak gelap
Asam sitrat lebih baik karena disamping lebih Aroma Spesifik lada, Spesifik lada, lebih
mudah didapat, juga harganya paling murah (Rp. kurang kuat kuat aromanya,
aromanya, bau bebas dari bau
15.000,-/kg) (Iyengar dan McEvily, 1992 ;
busuk masih busuk
Nurdjannah, 2005). terbawa
Alat pengering yang telah dirancang bangun Kadar air (% v/b) 11,9 11,7
adalah dari tipe “pengering rak” dan “pengering Kadar minyak atsiri 2,5 3,2
(% v/b)
bak” sama dengan pengering untuk lada hitam
dengan kapasitas masing-masing 200 dan 500 kg. Sumber : Hidayat dan Risfaheri (1994)
Energi yang digunakan berasal dari sinar
matahari atau minyak tanah untuk “pengering Perbaikan cara pengolahan lada putih secara
rak” dan listrik atau minyak tanah untuk masinal di atas telah dicoba diterapkan dalam
“pengering bak”. Faktor penting yang harus skala lebih besar di Desa Batauah, Kecamatan
diperhatikan pada pengeringan lada putih adalah Loa Janan, Kabupaten Kutai Kertanegara,
harus dilakukan dalam beberapa tahap (interval hasilnya lebih baik dibandingkan dengan lada
waktu) dan dengan suhu tidak melebihi 70ºC. putih hasil pengolahan petani setempat. Lada
Alat sortasi adalah alat untuk memisahkan putih yang dihasilkan disamping mempunyai
lada enteng, menir dan debu dari lada putih yang warna yang lebih baik juga kandungan total
dihasilkan dari alat-alat di atas. Cara kerja alat mikroorganisme atau Total Plate Count (TPC)
berdasarkan perbedaan berat dari masing-masing jauh lebih rendah dari pada yang dihasilkan
fraksi di atas. petani. Disamping itu, pada produk tersebut
Pengolahan lada putih dengan menggunakan tidak terdeteksi adanya Salmonella maupun E. coli.
rangkaian alat-alat di atas dapat menurunkan Warna lada putih yang dihasilkan oleh sebagian
tingkat kontaminasi mikroorganisme yang besar petani antara putih kecoklatan dan abu-abu,
berbahaya untuk kesehatan serta kotoran lainnya sedangkan lada putih yang dihasilkan dengan
seperti kotoran manusia, hewan dan lain-lain cara masinal umumnya berwarna putih
dengan waktu pengolahan yang lebih singkat (1 – kekuningan. Nilai TPC dari lada putih yang
2 hari untuk lada hitam, 4 – 5 hari untuk lada dihasilkan petani berkisar antara 12 – 70 x 108 / g,
putih dengan perendaman dan 1 – 2 hari untuk sedangkan yang dihasilkan dengan cara masinal
lada putih tanpa perendaman). Selain itu petani antara 1,4 – 4,8 x 108 / g (Nurdjannah dan
dapat menjual disamping produk utama (lada Hidayat, 2006). Walaupun telah terjadi
putih) juga produk sampingnya (lada enteng, penurunan TPC, nilai tersebut masih di atas nilai
menir dan debu) sebagai sumber minyak lada yang dikehendaki oleh konsumen Jepang (<
yang dapat diekspor. Disamping menurunnya 103/g). Hal ini kemungkinan disebabkan karena
derajat kontaminasi, lada putih yang diproses penggunaan air yang berasal dari sumber yang
dengan alat-alat tersebut mempunyai aroma khas kurang bersih. Karena itu untuk dapat
lada, bebas dari bau busuk dan mengandung menurunkan nilai TPC tersebut perlu dibuat
minyak atsiri yang tinggi. Karakteristik lada yang sumber air yang dapat dijamin kebersihannya.
dihasilkan dengan cara mesin tanpa perlakuan Untuk perbaikan mutu lada putih telah pula
perendaman maupun antioksidan dan dengan dilakukan percobaan pengupasan dengan
cara tradisional dapat dilihat pada Tabel 4. menggunakan mikroba pendegradasi. Telah
dilakukan analisis dan isolasi mikroba
Perbaikan Mutu Lada dalam Rangka Meningkatkan Daya Saing di Pasar Dunia (Nanan Nurdjannah) 21
terintegrasi, karena negara-negara tersebut sudah yang dilengkapi dengan program training di
mempunyai status badan khusus yang semua tingkatan tersebut (Nambiar, 1999). Di
menangani mulai dari hulu sampai hilir. beberapa daerah pemisahan buah dari
Malaysia memiliki suatu badan yang tangkainya sudah dilakukan dengan mesin
menangani atau mengkoordinasikan segala hal perontok dengan kapasitas 1,5 ton/hari.
mengenai lada yang dinamakan Pepper Disamping itu telah ada pula modifikasi alat
Marketing Board (PMB). Untuk meningkatkan perontok yang dapat merontokkan lada sebanyak
mutu lada di tingkat petani, PMB bekerjasama 3 ton/jam (Zachariah, 2000).
dengan Departemen Pertanian mengadakan Belajar dari negara-negara penghasil lada lain
pelatihan-pelatihan pada petani untuk mengolah yang telah berhasil dalam usaha peningkatan
produknya supaya sesuai dengan mutu untuk mutu, seperti Malaysia dan India, maka
keperluan ekspor. Selain itu bagi beberapa peningkatan mutu perlu dilakukan sejak tingkat
kelompok tani terpilih disediakan alat-alat petani dengan menerapkan metoda-metoda
pengolahan seperti alat pengering mekanis, alat pengolahan yang sudah diperbaiki dan higienis,
pemisah spiral, lantai jemur. Hal ini dilakukan serta program pelatihan yang terus menerus.
dalam rangka transfer teknologi pengolahan Selain itu harus dibentuk sebuah badan yang
pada petani dan upaya agar petani dapat mengurus rempah umumnya dan lada
menghasilkan lada dengan harga premium khususnya yang menangani komoditas tersebut
(Anonymous, 2004b). Selain upaya di atas, PMB dari hulu sampai hilir, dan mempunyai akses ke
membeli lada dari petani berkompetisi dengan semua pihak yang berkecimpung dalam bidang
pedagang perantara, dan membantu mengekspor produksi lada sampai pemasarannya. Dengan
langsung ke pengguna supaya petani mendapat demikian diharapkan usaha tersebut merupakan
harga yang sesuai dengan keadaan pasar dan sesuatu yang konsisten, berkesinambungan dan
berusaha mendapat pasar yang baru. Dalam menimbulkan dampak positif baik untuk petani
upaya untuk menstabilkan pendapatan petani, sebagai produsen, maupun bagi perladaan
PMB memberi kesempatan pada petani untuk umumnya, terutama daya saing di pasar
menyimpan ladanya digudang milik PMB internasional.
sampai menunggu harga yang layak. Untuk
petani yang menyimpan lada di gudang PMB KESIMPULAN
diberi sertifikat yang dapat ditransfer atau dijual,
dan mereka diberi bimbingan untuk mencari Persaingan komoditas lada di pasar dunia
pasar langsung dengan menawarkan lada yang pada saat ini semakin kompetitif karena besarnya
siap ekspor pada eksportir (Kanbur dan penawaran relatif tidak seimbang dengan
Abdullah, 2000). permintaan. Selain itu persyaratan yang diminta
Di India terdapat suatu badan yang negara-negara konsumen semakin ketat terutama
dinamakan “Spice Board” yang menangani dalam hal jaminan mutu, aspek kebersihan dan
mengenai rempah. Untuk meningkatkan mutu kesehatan. Dengan demikian hanya komoditas
lada, Spice Board mengadakan pelatihan yang aman, sehat dan memiliki daya saing yang
mengenai mutu yang diinginkan oleh negara- kuat terutama dari segi mutu dan harga yang
negara pengimpor lada dan cara-cara produksi akan berpeluang meraih pasar.
lada yang higienis terhadap petani, pedagang, Permasalahan di negara-negara produsen
eksportir, pegawai pertanian yang terkait dan lada termasuk Indonesia relatif sama, yaitu
para pengolah lada (Anonymous, 2004c). Selain dalam cara pengolahan yang masih tradisional
itu “Spice Board” juga menyediakan fasilitas dan dan kurang memperhatikan aspek kebersihan
peralatan untuk menunjang usaha tersebut. sehingga lada yang dihasilkan mutunya kurang
Pengawasan mutu sudah dilakukan mulai dari baik (antara lain kontaminasi mikroorganisme).
pertanaman, pengolahan, pemasaran dan ekspor Disamping aspek pengolahan, masalah mutu
Perbaikan Mutu Lada dalam Rangka Meningkatkan Daya Saing di Pasar Dunia (Nanan Nurdjannah) 23
Tanaman Industri. Bogor, 21 – 23 Nurdjannah, N., 1999b. Usaha perbaikan peng-
Nopember 1994. 10 hlm. olahan lada putih. Makalah disampaikan
International Pepper Community, 2004a. Pepper pada Seminar “Konsep Standar Mutu
News and Market Review. Issue : July Lada-IPC” tanggal 20 – 21 Juli 1999 di
2004. International Pepper Community. Pangkal Pinang, Bangka. Departemen
Jakarta, Indonesia. 3 p. Perindustrian dan Pedagangan.
International Pepper Community, 2004b. Weekly Nurdjannah, N, T. Hidayat dan Risfaheri, 2000.
Prices Bulletin No.07/04 (09-13 February Pedoman Pengolahan Lada Putih dengan
2004). International Pepper Community. Mesin. Pemerintah Daerah Kabupaten
International Pepper Community, 2004c. The Bangka dan Balai Penelitian Tanaman
pepper industryan outlook. Paper Rempah dan Obat, Badan Litbang
presented at The 7th Meeting of The Kehutanan dan Perkebunan. 22 hlm.
Committee on Marketing on the 26th Nurdjannah, N., 2005. Use of antioxidant to
September 2004, Yogyakarta. inhibit browning on white pepper
International Pepper Community, 2005. Grades of decorticating process. Jurnal Penelitian
black pepper and white, whole pepper. Tanaman Industri 11 (2) : 78 – 84.
Committee on Quality Standardization. Nurdjannah, N., and T. Hidayat, 2006. Mecha-
Iyengar R. and J. McEvily, 1992. Anti-browning nical pepper processing and its
agents : alternatives to the use of sulfites Application in East Kalimantan. Focus on
in foods. Trends in Food Science and Pepper (Piper nigrum L.) Journal of the
Technology. 3 : p 60 – 63. Pepper Industry, International Pepper
Kanbur, M.G. and A.A. Abdullah, 2000. Economy Community. 2 (2).
and marketing of black pepper: The Omafuvbe B.O. and D.O. Kolawole, 2004. Quality
Malaysian Scenario, In Ravindran, P.N. Assurance of stored pepper (piper
(ed.). Black Pepper (Piper nigrum L.) guineense) using controlled processing
Harwood Academic Publishers. p. 441 – methods. Pakistan Journal of Nutrition 3
453. (4) : 244 – 249.
Mukarami, H., 1999. Present situation of pepper Putro, S., 2001. Peluang pasar rempah Indonesia
in Japan. International Pepper Bulletin. 23 di Eropa. Prosiding Simposium Rempah
(3-4): 77-79. Indonesia. Kerjasama Masyarakat Rem-
Nambiar, O.T.S., 1999. Present and proposed pah Indonesia (MaRI) dengan Puslit-
activities for procesing and product bangbun, Jakarta, 13 – 14 September 2001.
Development in India. Paper presented at Hlm 25 – 32.
the 24th Peppertech Meeting of the 27th Risfaheri, T. Hidayat dan M.P. Laksmanahardja,
annual session of The International 1992. Pengembangan alat pengupas lada
Pepper Community held at Colombo, Sri dengan penggerak pedal. Pusat
Lanka on the 9th – 13th November 1999. Penelitian Tanaman Industri. Bogor.
Nurdjannah, N and A. Dhalimi, 1998. Enhan- Pemberitaan Littri. 18 (3) : 86–90.
cement of white pepper, Indonesian Risfaheri and T. Hidayat, 1993. Effect of treatment
experiences. International News Bulletin. prior to sun-drying on black papper
International Pepper Community. 22 (1) : quality. Journal of Spice and Medicinal
28 – 37. Crops, 2 (1) : 36 – 40.
Nurdjannah, N., 1999a. Pemeriksaan mikro-orga- Shah, A., 2004. Changing trends and newer
nisme pada lada hitam yang berasal dari horizons in U.S. Spice Market. Paper
beberapa eksportir dan petani. Balai presented at the 32nd Session and Meeting
Penelitian Tanaman Rempah dan Obat. of The International Pepper Community,
(tidak dipublikasikan). 27 – 30th September 2004, Yogyakarta.
Perbaikan Mutu Lada dalam Rangka Meningkatkan Daya Saing di Pasar Dunia (Nanan Nurdjannah) 25