Anda di halaman 1dari 13

Perbaikan Mutu Lada Dalam Rangka Meningkatkan Daya Saing

di Pasar Dunia

NANAN NURDJANNAH
Balai Besar Penelitian dan Pengembangan Pasca Panen Pertanian
Indonesian Center for Agriculture Postharvest Research and Development
Jln. Tentara Pelajar No.12, Bogor

ABSTRAK market becomes more stringent because the demand is


relatively balanced with the supply. Moreover, the
Indonesia merupakan salah satu produsen lada consumers ask for more stringent condition of
terbesar di dunia, dimana sebagian besar produknya products, especially quality assurance, hygienic and
diekspor dalam bentuk lada hitam dan lada putih serta healthy aspects. Besides, there are new producing
dalam jumlah kecil dalam bentuk lada bubuk dan countries which increase the pepper production very
minyak lada. Persaingan komoditas lada di pasar fast. Indonesia has conducted some efforts to improve
dunia pada saat ini semakin kompetitif karena the quality of pepper, such as good processing
besarnya penawaran relatif seimbang dengan technology. The improved processing technology has
permintaan. Selain itu, persyaratan yang diminta been implemented, but it has not done correctly and
negara-negara konsumen semakin ketat terutama integratedly with other aspects, so that the results are
dalam hal jaminan mutu, aspek kebersihan dan unsatisfactory. Some producing countries have already
kesehatan. Disamping itu, muncul negara-negara anticipated this condition by improving the quality of
penghasil lada baru yang menaikkan produksi dengan pepper products from the farmer level. The succeess in
cepat. Untuk memperbaiki mutu lada, Indonesia telah improving quality in these countries has been achieved
melakukan beberapa usaha di antaranya menghasilkan because the improvement is done at all levels, from
teknologi yang lebih baik dalam aspek penanganan pepper berries production, processing until marketing
bahan dan cara pengolahannya. Sebagian dari and its organization. The improvement of pepper
teknologi tersebut sudah dicoba diterapkan, namun quality cannot be done only by improving the
belum dilakukan dan diterapkan secara baik dan processing technology, but it should also include other
terintegrasi sehingga hasilnya tidak memuaskan. aspects, from pre harvest, postharvest to marketing,
Beberapa negara produsen lada telah mengantisipasi and distribution. Moreover, an organization is needed
keadaan ini di antaranya dengan menaikkan mutu to organize all aspects involved in order to maintain
produk sejak di tingkat petani. Keberhasilan the consistency and sustainability of pepper
memperbaiki mutu di negara-negara tersebut tercapai production and quality.
karena dilakukan dari segala aspek, dari mulai
budidaya, pengolahan sampai pemasaran dan Key words : Pepper, Piper nigrum L., white pepper,
kelembagaannya. Meskipun teknologinya tersedia, black pepper, quality, processing
perbaikan mutu lada di Indonesia, tidak dapat
diwujudkan tanpa dukungan aspek-aspek lainnya. PENDAHULUAN
Karena itu perbaikan mutu lada harus dilakukan dari
tingkat petani, mulai dari aspek budidaya, pengolahan,
distribusi dan pemasarannya secara terintegrasi. Selain Lada merupakan salah satu jenis rempah
itu perlu dibenahi faktor kelembagaannya supaya yang cukup penting baik ditinjau dari
dapat berjalan secara konsisten dan berkelanjutan. peranannya sebagai penyumbang devisa negara
Kata kunci : Lada, Pepper nigrum, lada putih, lada maupun kegunaannya yang khas dan tidak dapat
hitam, mutu, pengolahan digantikan jenis rempah lainnya. Indonesia
merupakan salah satu produsen lada terbesar di
ABSTRACT
dunia, dan komoditas lada tersebut sebagian
Improvement of Pepper Quality to Increase The
besar diekspor dalam bentuk lada hitam dan lada
Competitiveness In The World Market
putih serta dalam jumlah kecil dalam bentuk lada
Indonesia is one of the biggest pepper producing
bubuk dan minyak lada. Di pasar dunia lada
countries. Most of the products are exported in the
form of black and white pepper, and only a small hitam Indonesia dikenal dengan nama “Lampung
amount in the form of ground pepper and pepper oil. black pepper” dan lada putihnya dikenal sebagai
The competition of pepper commodity in the world “Muntok white pepper”.

Perbaikan Mutu Lada dalam Rangka Meningkatkan Daya Saing di Pasar Dunia (Nanan Nurdjannah) 13
Persaingan komoditas lada di pasar dunia yang mengakibatkan kelainan pada saluran
pada saat ini semakin kompetitif karena besarnya pencernaan dan kematian (Staine, et al., 1974
penawaran relatif seimbang dengan permintaan. dalam Duarte dan Medeiras, 1999).
Selain itu persyaratan yang diminta negara- Selain hal di atas Freire et al. (2000) telah
negara konsumen semakin ketat terutama dalam mengisolasi 42 spesies jamur yang
hal jaminan mutu, aspek kebersihan dan mengkontaminasi lada putih dan hitam di Brazil,
kesehatan. Hanya komoditas yang aman, sehat, yang sebagian dapat menghasilkan toxin, di
dan memiliki daya saing yang kuat terutama dari antaranya adalah Aspergillus flavus, A. niger, A.
segi mutu dan harga yang akan berpeluang ochraceus, Emericella nidulans, Penicillium
meraih pasar. Meningkatnya kepedulian negara- brevicompactum, P. citrinum. Devi et al. (2001) juga
negara konsumen terhadap keamanan produk telah mengidentifikasi adanya ochratoxin A (OA)
pangan termasuk rempah akan menyebabkan yang menkontaminasi pada lada hitam di India.
kendala dalam ekspor. Di samping itu muncul Freire dan Offord (2002) mendeteksi adanya 13
negara-negara penghasil lada baru yang genera bakteri dari dua genera ragi pada
menaikkan produksi dengan cepat terutama permukaan lada putih dan hitam yang baik dan
Vietnam. Pada tahun 1999 produksi lada tidak disterilisasi maupun yang disterilisasi.
Indonesia sebanyak 44.500 ton, sedangkan Akhir-akhir ini negara produsen besar seperti
Vietnam 30.000 ton. Namun pada tahun 2003 Brazil telah menggunakan alat pengering buatan
produksi lada Indonesia 67.000 ton, sedangkan komersil untuk menghasilkan lada dengan
Vietnam 85.000 ton (International Pepper standar mikrobiologi yang diinginkan pasar.
Community, 2004a). Ditinjau dari tingkat kebersihan, cara
Kontaminasi mikroorganisme merupakan pengolahan lada hitam dan lada putih di
salah satu issue terutama dalam keamanan Indonesia kurang higienis sehingga resiko
produk (pangan) selain kontaminasi aflatoksin produk terkontaminasi mikroorganisme selama
dan residu pestisida. Menurut Anonymous pengolahan sangat besar. Lada hitam yang
(2004a), selama Agustus 2003 sampai Juli 2004, berasal dari Lampung ada yang terkontaminasi
ada 83 pengiriman lada dari berbagai negara mikroorganisme melampaui ketentuan ICMSF
yang mengalami penahanan (detained) oleh (International Commision on Microbiological
USFDA (US Food and Drug Administration), Specification for Food). Mikroorgamisne yang
62,7% disebabkan karena adanya Salmonella, ditemukan di antaranya adalah jamur Aspergillus
31,3% karena adanya Salmonella dan kotoran, spp., bakteri Staphylococcus spp., dan Streptococcus
3,6% karena adanya kotoran dan 2,4% karena spp. (Hasanah, 1985). Dari pemeriksaan contoh
sebab-sebab lain seperti pemberian label yang yang diambil dari Lampung dan Bangka, hampir
kurang jelas. Dari data di atas jelas 94% lada yang semuanya terkontaminasi di antaranya oleh
ditahan oleh USFDA adalah karena adanya Staphylococcus aurius dan Eschericia coli yang
Salmonella. melampaui batas ketentuan (Nurdjanah, 1999a).
Kontaminasi pada produk lada putih Dalam rangka menghadapi situasi
maupun hitam terjadi hampir di semua negara perekonomian yang semakin kompetitif dan
produsen lada karena sebagian besar masih untuk memenuhi tuntutan negara konsumen,
menggunakan cara tradisional dengan kondisi maka perlu dilakukan langkah-langkah
kebersihan yang berbeda. Duarte dan Medeiras perbaikan teknik budidaya dan pengolahan
(1999) melaporkan bahwa dari analisis lada pada untuk meningkatkan produktivitas, efisiensi,
tahun 1980 beberapa contoh lada hitam Brazil mutu hasil dan aspek kebersihan produk. Pada
yang dilakukan di Laboratorium di Inggri dan tulisan ini akan diuraikan usaha perbaikan mutu
Amerika telah mendeteksi adanya bakteri lada yang dilakukan di Indonesia dalam
Salmonella spp. Kontaminasi mikroorganisme menyikapi permasalahan di dalam maupun
tersebut telah menyebabkan keracunan makanan

14 Volume 5 Nomor 1, Juni 2006 : 13 - 25


diluar negeri ditekankan pada segi pasca dan spesifikasi yang diinginkan dapat dilihat
panennya. pada Tabel 1.
Tabel 1. Kontaminasi mikroba pada lada impor,
bentuk utuh (tidak disterilisasi) di
SPESIFIKASI DAN STANDAR MUTU Jepang
YANG DIMINTA OLEH KONSUMEN
Total mikroba Total bakteri E. coli
group
Sebagian besar lada di Indonesia diekspor ke
Amerika dan Eropa. Sejalan dengan Aktual < 107 – 109 / g < 103 – 108 / g < 106 / g
Yang
meningkatnya penggunaan rempah, perhatian
diharapkan < 103 / g - nol
terhadap keamanan pangan dan kebersihan
meningkat. Negara-negara industri cenderung
Sumber : Mukarami (1999)
memperketat aturan dan pengawasan terhadap
kebersihan dan kontaminasi pada rempah.
Lada adalah rempah yang paling banyak
Walaupun kontaminasi mikroba yang paling
digunakan di Jerman. Seperti halnya di Amerika
diperhatikan, kontaminasi kimia dan pestisida
dan Jepang, industri dan pemerintah menaruh
juga termasuk di dalamnya (Dolev, 1999).
perhatian besar terhadap adanya Salmonella,
Negara-negara yang tidak meningkatkan mutu
aflatoksin dan residu pestisida. Konsumen
produksinya dikhawatirkan tidak akan dapat
mengharapkan produk memenuhi syarat atau
mensuplai negara pengimpor lada.
aturan dalam “ESA Spesification”. Untuk
Lada yang diekspor ke Amerika harus
spesifikasi kimia ESA mensyaratkan maksimum
memenuhi spesifikasi dari ASTA (American Spice
kadar abu 7%, abu tidak larut dalam asam 1,5%,
Trade Association) dan USFDA dan selalu akan
air 13% dan minyak atsiri 1,5%. Selain itu masih
diperiksa pada waktu masuk di US. Pengiriman
terdapat syarat-syarat lainnya seperti kadar
yang tidak sesuai dengan hukum dan aturan-
benda asing, bulk density dan sebagainya (Weber,
aturan tersebut akan ditolak. USFDA
1999).
menetapkan Food Defect Action Level (DAL) atau
Untuk menyamakan persepsi mutu antara
limit dari kontaminasi makanan yang dapat
produsen-eksportir dan konsumen-importir,
diterima. Selain itu The Environmental Protection
setiap negara produsen lada mengeluarkan
Agency (EPA) menetapkan maksimum tingkat
standar mutu yang berlaku untuk ekspor dari
residu yang diperbolehkan di dalam makanan
negara tersebut. Beberapa pengimpor lada seperti
yang diperkuat oleh FDA (Food and Drug
Amerika Serikat, Inggris dan Kanada
Administration) (Shah, 2004).
mengeluarkan standar mutu yang berlaku untuk
Jepang mengharapkan supaya lada diberi
pemasaran lada di negara tersebut. Selain itu,
perlakuan sebelum dikirim yaitu dengan dicuci
International Standard Organization (ISO) juga
dengan air panas (70ºC) kemudian dikeringkan
mengeluarkan standar mutu yang berlaku secara
dengan pengering buatan pada suhu 90 - 100ºC
internasional. Setiap lada yang diekpsor harus
sampai kadar air dibawah 11% untuk
memenuhi standar dari negara pengekspor
menghidarkan tumbuhnya mikroorganisme yang
tersebut. Namun demikian eksportir juga harus
tidak diinginkan (Mukarami, 1999). Untuk bahan-
mempertimbangkan persyaratan mutu yang
bahan asing diharapkan produsen lada memakai
berlaku di negara pengimpor.
alat-alat de stonner, winnower, metal detector,
Negara-negara penghasil lada yang
magnet dan gravity separator untuk
tergabung dalam organisasi internasional yang
menghilangkan batu-batu kecil atau rambut.
bernama ”International Pepper Community”
Jepang tidak menerima produk yang difumigasi
(IPC), bersama dengan negara-negara konsumen
maupun yang diberi perlakuan radioaktif. Hasil
(importir) dan para eksportir lada, telah
analisis di Jepang terhadap lada yang diimpor
merancang suatu standar mutu internasional

Perbaikan Mutu Lada dalam Rangka Meningkatkan Daya Saing di Pasar Dunia (Nanan Nurdjannah) 15
untuk lada putih dan hitam dengan parameter Hasil analisis produk lada putih petani Indonesia
yang ditentukan bersama pada sidang-sidang umumnya mengandung kadar lada hitam 3 –
tahunan IPC. Rancangan standar tersebut sedang 13%, sedangkan syarat mutu IPC 1 – 2%
didaftarkan ke Codex International, dan (Abdullah dan Nurdjanah, 2005). Diketahui pula
rancangan standar dapat dilihat pada Tabel 2. bahwa kandungan total mikroorganisme (total
plate count) dari produk lada tersebut 12 x 108
Tabel 2. Syarat mutu lada putih dan hitam dalam sampai 70 x 108, jauh lebih tinggi dari pada syarat
bentuk utuh (IPC) mutu IPC (5 x 104).
Quality parameter Black pepper White pepper Harga lada Indonesia lebih rendah dari
IPC BP- IPC BP- IPC WP- IPC Malaysia, contohnya ”Lampung black pepper”
1 2 1 WP-2
Macro dan ”Muntok white pepper”`di New York pada
1. Kerapatan 550 500 600 600 bulan Februari/Maret 2004 berturut-turut
massa (gr / l,
min.) US$ 1,545/ton dan US$ 2,405/ton. Harga tersebut
2. Kadar air (% v / 12 14 13 15 lebih rendah dari pada lada dari Malaysia yang
b, max)
3. Lada enteng (% 2 10 1 2 dikenal dengan ”Serawak black” dan ”Sarawak
b/b, max) white” dengan harga berturut-turut US$ 1,700
4. Bahan asing (% 1 2 1 2
b/b, max) sampai 1,720/ton dan US$ 2,515 -2,535/ton
5. Lada hitam (% Tidak Tidak 1 2 (International Pepper Community, 2004b).
b/b, max) dipakai dipakai
6. Lada berjamur 1 3 1 3
(% b/b, max) Masalah pada Pengolahan Lada Hitam
7. Lada terserang 1 2 1 2
serangga (% b/b,
max)
Pada dasarnya pengolahan lada hitam dapat
8. Serangga utuh, Tidak lebih dari 2 Tidak lebih dari 2 dibagi menjadi dua tahap yaitu tahap perontokan
mati atau hidup buah dalam tiap sub buah dalam tiap
(buah, max) sampel dan tidak sub sampel dan (pemisahan buah lada dari tangkainya) dan tahap
lebih dari 5 buah tidak lebih dari 5 pengeringan. Pemisahan buah lada dari tangkai
pada total sub dalam total sub
sampel sampel masih dilakukan secara manual yaitu dengan
9. Kotoran mamalia Bebas dari kotoran Bebas dari kotoran tangan atau diinjak-injak dengan kaki. Untuk
dan lainnya mamalia dan lainnya mamalia dan
(buah, max) yang dapat dilihat lainnya yang dapat pengeringan sebagian petani masih melakukan-
dilihat nya di atas tikar yang diletakkan dipinggir jalan
Mikrobiologi
1. Salmonella Negatif Negatif Negatif Negatif atau di halaman rumah. Namun demikian
(detection / 25 g) sebagian petani sudah melakukan penjemuran di
Keterangan : atas lantai yang terbuat dari semen. Setelah
(1) IPC BP1 dan IPC WP1 adalah lada yang sudah kering proses sortasi dilakukan dengan
diproses lebih lanjut, termasuk pengayakan, pengayakan atau penampian. Sebagian petani
cyclonning, penghilangan batu, pencucian dan
sudah melakukan sortasi dengan menggunakan
pengeringan kembali.
(2) IPC BP2 dan IPC BWP2 adalah lada yang sudah alat sortasi walaupun sangat sederhana.
mengalami proses pembersihan seperti Cara-cara tersebut di atas memungkinkan
pengayakan dan penghembusan (winnowing). terjadinya kontaminasi pada lada hitam yang
Sumber : International Pepper Community (2005). dihasilkan, berupa debu, tanah, batu-batu kecil,
rambut dan kotoran hewan peliharaan. Selain itu
cara-cara di atas dapat menyebabkan terjadinya
MASALAH DAN PERBAIKAN pencemaran oleh mikroorganisme yang tidak
PENGOLAHAN LADA diinginkan. Tidak dilakukannya sortasi lada
kering atau sortasi yang dilakukan dengan cara
Menurut Putro (2001), masalah utama yang sederhana menyebabkan produk masih banyak
sering dikeluhkan oleh importir rempah Eropa mengandung bahan-bahan asing seperti tangkai,
terhadap produk lada Indonesia yaitu tingginya lada enteng (lada yang tidak bernas), dan lain-
kadar kotoran dan kontaminasi mikroorganisme. lain. Faktor lain yang menentukan mutu lada

16 Volume 5 Nomor 1, Juni 2006 : 13 - 25


adalah tingkat kematangan buah lada. Petani Pemanenan (Lada dan Tangkai)
sering melakukan pemetikan buah lada tidak
pada waktu yang tepat.
Selain faktor di atas, cara pengolahan kurang
Perontokan (mesin perontok)
efisien, menyebabkan banyak lada yang tercecer,
terkupas, kadar kotoran tinggi, lada hitam
berwarna kecoklatan, ukuran yang kurang
seragam dan aroma yang kurang tajam. Blansir (alat blansir)
Di tingkat eksportir, lada yang dihasilkan
oleh petani biasanya diolah kembali untuk
mendapatkan lada hitam mutu FAQ atau ASTA.
Proses tersebut terdiri dari pengayakan dan Pengeringan (mesin pengering)
hembusan untuk memisahkan lada hitam bernas
dari lada enteng dan menir serta debu, kemudian
dilanjutkan dengan pencucian dan pengeringan Pemisahan kotoran (mesin sortasi)
kembali. Proses tersebut dilakukan dengan mesin.
Untuk memperbaiki mutu lada hitam yang sudah
terkontaminasi oleh mikroba di Lampung telah
ada unit sterilisasi dengan menggunakan uap. Lada hitam siap pakai
Proses stetrilisasi hanya dilakukan atas
Gambar 1. Diagram alir pengolahan lada hitam
permintaan importir.
secara mekanis

Upaya Perbaikan Mutu Lada Hitam


hitam yang berwarna hitam mengkilat, seragam
Untuk memperbaiki cara pengolahan lada dan beraroma tajam; dan (5) proses pengolahan
hitam di tingkat petani, Balai Penelitian Tanaman lebih singkat 3 – 4 hari karena proses blanching
Rempah dan Obat (Balittro) telah mempersingkat waktu pengeringan. Proses
mengembangkan cara pengolahan secara masinal pengeringan akan lebih singkat lagi bila memakai
dengan merancang bangun alat perontok lada, alat pengering, satu kali pengeringan hanya
pengering dan blansir (Hidayat, 1996). Perbaikan membutuhkan waktu kurang lebih 8 jam. Mutu
cara pengolahan tersebut bertujuan supaya lada hitam hasil pengolahan dengan metoda
proses pengolahan lebih efisien, serta mutu dan Balittro dapat dilihat pada Tabel 3.
kebersihan menjadi lebih baik. Dengan alat-alat Tabel 3. Mutu lada hitam hasil pengolahan
tersebut alur proses pengolahan lada hitam tradisional dan metoda Balai
menjadi seperti pada Gambar 1. Penelitian Tanaman Rempah dan Obat
Beberapa keunggulan pengolahan lada hitam (Balittro)
dengan metoda Balittro antara lain : (1) lada yang Karakteristik Tradisional Metoda Balittro
hilang karena tercecer selama pengolahan (tahap Warna Hitam kecoklatan, Hitam mengkilat,
perontokan, pengeringan dan sortasi) dan lada kurang seragam, seragam
yang terkupas selama proses perontokan relatif Aroma Kurang tajam, berbau Tajam, spesifik
pemeraman lada,
sedikit (masing-masing < 1%); (2) kadar kotoran
Kadar air (%) 11,48 11,60
(tangkai dan debu), lada menir dan lada enteng Kadar minyak (%) 2,78 2,73
relatif sedikit (< 2%); (3) lada hitam lebih bersih
Sumber : Risfaheri dan Hidayat (1993).
karena selama proses blansir terjadi pencucian
kotoran pada permukaan butiran lada serta
tempat pengeringan lebih bersih dan terlindung; Perbaikan mutu lada dapat pula dilakukan
(4) penerapan proses blansir menghasilkan lada dengan memperbaiki cara pengolahan yang biasa
dilakukan oleh petani, yaitu :

Perbaikan Mutu Lada dalam Rangka Meningkatkan Daya Saing di Pasar Dunia (Nanan Nurdjannah) 17
- Memetik buah lada secara bertahap, dipilih dan ekspor Brazil menurun menjadi 715 ton
yang sudah cukup matang (hijau tua tapi (International Pepper Community, 2004c).
belum berwarna kuning) Proses pengolahan lada putih dilakukan di
- Menghindarkan penjemuran di pinggir jalan tingkat petani, prosesnya meliputi perendaman,
- Penjemuran di halaman rumah sebaiknya pencucian dan pemisahan kulit, pengeringan,
tidak langsung di atas tanah tapi memakai sortasi dan pengemasan. Untuk memproduksi
rak-rak sehingga tidak terjangkau oleh lada putih pemetikan buah dilakukan 8 – 9 bulan
binatang peliharaan setelah bunga muncul dengan ditandai sebagian
- Pengemasan buah yang segar maupun yang buah pada pangkal tandan sudah berwarna
kering menggunakan karung yang bersih kuning kemerahan. Setelah dipetik buah lada
- Pemeraman dapat diganti dengan berikut tandannya dimasukkan ke dalam karung
pencelupan buah lada pada air panas (belum goni atau plastik siap untuk direndam.
mendidih) selama kurang lebih 2,5 menit Perendaman biasa dilakukan di sungai-sungai
dengan menggunakan alat yang sudah kecil yang mengalir atau di Bangka biasa
tersedia seperti panci dan sebagainya dilakukan di dalam kolong (cekungan yang
- Sebelum dijual supaya dilakukan sortasi terbentuk akibat penggalian timah) yang
debu dan kotoran lain yang ringan dengan memakan waktu 8 sampai 12 hari. Lamanya
cara meniupkan angin memakai kipas angin perendaman lada tergantung dari kemasakan
- Lada hitam yang kering dan sudah dikemas buah dan keadaan lingkungan seperti,
disimpan diruangan yang bersih dan kering banyaknya air dan lain-lain. Semakin matang
(tidak lembab) dengan ventilasi yang cukup buah lada semakin pendek waktu perendaman.
Pada perendaman buah lada tersebut terjadi
Perlakuan-perlakuan pendahuluan seperti pembusukan kulit luar oleh bakteri sehingga
blansir dan pencucian serta proses yang bersih kulit tersebut mudah dipisahkan dari bijinya.
dapat menurunkan kadar kontaminasi oleh Perendaman yang lama menyebabkan timbulnya
mikroorganisme. Total mikroba aerob pada bau busuk yang biasanya masih terbawa pada
produk lada di Afrika, yang diolah secara lada putih kering, terutama bila perendaman
tradisional dapat mencapai 6,65 x 1010 pada lada tersebut dilakukan dalam air yang tidak mengalir.
putih dan 7,04 x 1010 pada lada hitam Dengan Setelah perendaman dilakukan pengupasan
perlakuan pendahuluan seperti pencucian dan kulit dan pencucian. Hal ini dilakukan pada
blansir jumlah mikroba aerob pada lada dapat tempat yang sama di mana lada tersebut
diturunkan sampai kurang dari 1,0 x 1010, yang direndam. Pengupasan dilakukan dengan cara
diikuti dengan hilangnya ragi, coliforms dan meremas-remas atau menginjak-injak buah lada
jenis-jenis bakteri yang lain. Demikian pula yang kulitnya sudah lunak tersebut. Setelah
halnya proses pengeringan dapat menurunkan terkelupas kulit luarnya kemudian dicuci dan
jumlah mikroba (Omafuvbe dan Kolawole, 2004). dikeringkan. Pengeringan dilakukan dengan
menghamparkan lada yang sudah terkupas dan
Masalah dalam Pengolahan Lada Putih bersih di atas tikar atau karung goni atau plastik
dan dijemur selama 3 sampai 5 hari sampai
Indonesia adalah negara penghasil dan
kering. Pengeringan tersebut dilakukan di
pengekspor terbesar dari lada putih yang diikuti
halaman rumah atau di pinggir jalan. Setelah
oleh Malaysia dan Brazil. Pada tahun 2002
kering dilakukan sortasi dengan cara menampi
Indonesia mengekpor lada putih sebanyak 12.250
lada yang sudah kering tersebut sehingga bagian
ton, Malaysia sebanyak 843 ton dan Brazil
yang ringannya terpisah. Sortasi hanya dilakukan
sebanyak 776 ton. Pada tahun 2003 ekspor
oleh sebagian petani saja. Kemudian lada putih
Indonesia menurun menjadi 10.752 ton,
dikemas dengan karung goni atau plastik dan
sedangkan ekspor Malaysia naik menjadi 967 ton
disimpan siap untuk dijual (Nurdjannah, 1999b).

18 Volume 5 Nomor 1, Juni 2006 : 13 - 25


Cara pengolahan seperti di atas sering kali biasa tetapi dengan memperbaiki faktor-faktor
menghasilkan mutu lada putih yang kurang baik yang menyebabkan rendahnya mutu lada.
bahkan sering terjadi kontaminasi baik dari Tangki perendaman besar telah dibuat sebanyak
kotoran hewan atau mikroba yang tidak empat buah yang berbentuk bulat dan tiap tangki
diinginkan. Hal ini disebabkan oleh beberapa hal dapat memuat 8 sampai 10 ton buah lada. Setiap
di antaranya adalah perendaman dilakukan di tangki dilengkapi dengan 3 tangki pencuci. Air
tempat yang tidak higienis dengan menggunakan diambil dari cekungan besar bekas galian timah
air yang tidak bersih, bahkan sebagian dilakukan dan berisi air yang dinamakan kolong dengan
di sungai-sungai kecil yang juga digunakan memakai pompa air. Untuk menggerakan pompa
untuk keperluan sehari-hari. Selain itu proses dipakai generator atau listrik dari PLN. Untuk
pengeringan yang dilakukan di pinggir jalan atau mengalirkan air dari kolong ke tempat
halaman rumah memungkinkan terjadinya perendaman digunakan pipa polietilen yang
kontaminasi oleh debu dan kotoran hewan. Pada tebal. Air didalam tangki perendaman diganti
waktu hujan, kurangnya sinar matahari setiap 3 atau 4 hari. Dengan tersedianya air
menyebabkan tertundanya proses pengeringan dalam jumlah yang banyak dan bersih tersebut
yang akan menyebabkan berjamurnya lada putih akan diperoleh lada putih dengan mutu yang
yang dihasilkan (Nurdjannah, 1999b). baik sepanjang buah lada yang digunakan juga
Rendahnya mutu lada yang dihasilkan dapat baik mutunya (Nurdjannah dan Dhalimi, 1998).
juga disebabkan oleh waktu pemetikan buah Di samping cara-cara di atas, untuk
yang tidak tepat waktu. Kadang-kadang petani meningkatkan mutu lada putih, BALITTRO telah
terlalu dini dalam memanen buahnya sehingga merancang bangun alat pengolah lada putih yang
buah lada belum cukup masak, yang terdiri dari alat perontok, pengupas, pengering
mengakibatkan banyaknya lada putih kering dan sortasi lada (Nurdjannah et al., 2000). Alat
yang hampa (Nurdjannah, 1999b). perontok dapat digerakkan dengan tenaga listrik
maupun tenaga manusia. Alat ini sama dengan
Upaya Perbaikan Mutu Lada Putih yang digunakan untuk lada hitam yang
fungsinya adalah untuk memisahkan buah lada
Beberapa upaya telah dilakukan untuk
dari tangkainya dengan kapasitas 170 sampai 185
memperbaiki mutu lada putih, baik dengan
kg/jam menggunakan tenaga manusia dan
memperbaiki cara-cara tradisional maupun
sampai 250 kg/jam dengan menggunakan tenaga
dengan membuat peralatan yang lebih baik.
listrik (Risfaheri et al., 1992).
Beberapa kolam perendaman lada dari beton
Alat pengupas lada fungsinya untuk
telah dibuat di Bangka dan Kalimantan Barat
memisahkan kulit buah lada dari bijinya, alat
dengan dasar diberi tulang beton untuk
dapat digerakkan dengan tenaga listrik atau
menyangga karung lada supaya tidak kena
tenaga manusia yang masing-masing mempunyai
lumpur. Air yang digunakan dibuat sedemikian
kapasitas 55 sampai 60 kg/jam dan 23 sampai 25
rupa sehingga mengalir. Dengan cara demikian
kg/jam. Alat ini dapat mengupas lada dengan
terjadi penggantian air yang terus menerus di
baik, namun kapasitasnya masih rendah. Untuk
mana air yang berbau busuk dan kotorannya
menaikkan kapasitasnya dilakukan perendaman
dapat dikeluarkan. Hasilnya adalah lada putih
pada lada yang akan dikupas selama 3 – 4 hari
yang berwarna cerah, tidak berbau busuk dan
(Nurdjannah dan Hidayat, 2006). Perendaman
mengurangi kontaminasi bakteri dan lain-lain.
lada sebelum pengupasan disarankan tidak lebih
“Agribusiness Development Project” (ADB)
dari 4 hari karena pada hari keempat mulai
yang dibantu oleh USAID, bekerjasama dengan
timbul bau yang tidak dikehendaki (Steinhaus
“Yayasan Dian Desa” (YDD) telah membuat
dan Schieberle, 2005a ; 2005b). Selain itu warna
tempat perendaman, pencucian dan pengeringan
lada yang dihasilkan secara mekanis kurang
lada putih dalam skala besar di Desa Air Gegas,
menarik, yaitu putih kecoklatan yang terjadi
Bangka, dengan menggunakan cara perendaman

Perbaikan Mutu Lada dalam Rangka Meningkatkan Daya Saing di Pasar Dunia (Nanan Nurdjannah) 19
karena proses browning (pencoklatan), sedangkan Tabel 4. Karakteristik lada putih yang dihasilkan
yang dikehendaki pasar adalah yang dengan mesin dan cara tradisional
ditambahkan zat antioksidan seperti asam sitrat,
Karakteristik Cara tradisional Dengan mesin
malat dan tartrat dengan konsentrasi sekitar 2%.
Warna Putih kekuningan Putih agak gelap
Asam sitrat lebih baik karena disamping lebih Aroma Spesifik lada, Spesifik lada, lebih
mudah didapat, juga harganya paling murah (Rp. kurang kuat kuat aromanya,
aromanya, bau bebas dari bau
15.000,-/kg) (Iyengar dan McEvily, 1992 ;
busuk masih busuk
Nurdjannah, 2005). terbawa
Alat pengering yang telah dirancang bangun Kadar air (% v/b) 11,9 11,7
adalah dari tipe “pengering rak” dan “pengering Kadar minyak atsiri 2,5 3,2
(% v/b)
bak” sama dengan pengering untuk lada hitam
dengan kapasitas masing-masing 200 dan 500 kg. Sumber : Hidayat dan Risfaheri (1994)
Energi yang digunakan berasal dari sinar
matahari atau minyak tanah untuk “pengering Perbaikan cara pengolahan lada putih secara
rak” dan listrik atau minyak tanah untuk masinal di atas telah dicoba diterapkan dalam
“pengering bak”. Faktor penting yang harus skala lebih besar di Desa Batauah, Kecamatan
diperhatikan pada pengeringan lada putih adalah Loa Janan, Kabupaten Kutai Kertanegara,
harus dilakukan dalam beberapa tahap (interval hasilnya lebih baik dibandingkan dengan lada
waktu) dan dengan suhu tidak melebihi 70ºC. putih hasil pengolahan petani setempat. Lada
Alat sortasi adalah alat untuk memisahkan putih yang dihasilkan disamping mempunyai
lada enteng, menir dan debu dari lada putih yang warna yang lebih baik juga kandungan total
dihasilkan dari alat-alat di atas. Cara kerja alat mikroorganisme atau Total Plate Count (TPC)
berdasarkan perbedaan berat dari masing-masing jauh lebih rendah dari pada yang dihasilkan
fraksi di atas. petani. Disamping itu, pada produk tersebut
Pengolahan lada putih dengan menggunakan tidak terdeteksi adanya Salmonella maupun E. coli.
rangkaian alat-alat di atas dapat menurunkan Warna lada putih yang dihasilkan oleh sebagian
tingkat kontaminasi mikroorganisme yang besar petani antara putih kecoklatan dan abu-abu,
berbahaya untuk kesehatan serta kotoran lainnya sedangkan lada putih yang dihasilkan dengan
seperti kotoran manusia, hewan dan lain-lain cara masinal umumnya berwarna putih
dengan waktu pengolahan yang lebih singkat (1 – kekuningan. Nilai TPC dari lada putih yang
2 hari untuk lada hitam, 4 – 5 hari untuk lada dihasilkan petani berkisar antara 12 – 70 x 108 / g,
putih dengan perendaman dan 1 – 2 hari untuk sedangkan yang dihasilkan dengan cara masinal
lada putih tanpa perendaman). Selain itu petani antara 1,4 – 4,8 x 108 / g (Nurdjannah dan
dapat menjual disamping produk utama (lada Hidayat, 2006). Walaupun telah terjadi
putih) juga produk sampingnya (lada enteng, penurunan TPC, nilai tersebut masih di atas nilai
menir dan debu) sebagai sumber minyak lada yang dikehendaki oleh konsumen Jepang (<
yang dapat diekspor. Disamping menurunnya 103/g). Hal ini kemungkinan disebabkan karena
derajat kontaminasi, lada putih yang diproses penggunaan air yang berasal dari sumber yang
dengan alat-alat tersebut mempunyai aroma khas kurang bersih. Karena itu untuk dapat
lada, bebas dari bau busuk dan mengandung menurunkan nilai TPC tersebut perlu dibuat
minyak atsiri yang tinggi. Karakteristik lada yang sumber air yang dapat dijamin kebersihannya.
dihasilkan dengan cara mesin tanpa perlakuan Untuk perbaikan mutu lada putih telah pula
perendaman maupun antioksidan dan dengan dilakukan percobaan pengupasan dengan
cara tradisional dapat dilihat pada Tabel 4. menggunakan mikroba pendegradasi. Telah
dilakukan analisis dan isolasi mikroba

20 Volume 5 Nomor 1, Juni 2006 : 13 - 25


pendegradasi yang terdapat dalam air kesadaran para petani mengenai pentingnya
perendaman lada. Hasilnya menunjukkan dari peningkatan mutu, dan beberapa petani telah
sampel air dan kulit buah lada yang sedang bersedia mengolah lada putih dengan metoda
membusuk diperoleh beberapa jenis bakteri dan yang dianjurkan, dan lada putih yang dihasilkan
jamur. Sejumlah 30 isolat bakteri dan 5 isolat mempunyai warna putih kekuningan dengan
jamur telah diisolasi. Beberapa isolat tersebut ada spesifikasi mutu yang memenuhi syarat mutu
yang menunjukkan kemampuan untuk IPC. Disamping itu lada yang dihasilkan
mendegradasi senyawa selulosa (Supriadi et al., mendapat harga Rp. 500,-/kg lebih tinggi (Rp.
1999). Percobaan pengupasan dengan bakteri 14.500,-, pertengahan tahun 2005) di pasar lokal
Trichoderma viridae telah pula dicoba dilakukan. dari pada yang diolah dengan cara tradisional
Perlakuan optimal dengan presentase lada (Rp. 14.000,-, pertengahan tahun 2005), bahkan
terkupas 95,00% dihasilkan pada penggunaan salah satu eksportir dari Surabaya bersedia
mikroba T. viridae dengan media penambahan membeli Rp. 17.500,- /kg dengan syarat dapat
nutrien dan inkubasi selama 8 hari. Nutrien yang tersedia produk paling sedikit 2 ton untuk satu
dipakai urea 1%, Fe SO4 1%, MgSO4.H2O 0,5% kali pembelian (Nurdjannah dan Hidayat, 2006).
(Suhirman et al., 1999). Namun demikian Hal ini belum dapat dipenuhi karena kegiatan
percobaan ini belum diterapkan untuk jumlah tersebut merupakan suatu model percontohan
yang lebih besar dan belum diteliti segi ekonomis yang masih memerlukan pengembangan. Untuk
dan keamanannya. pengembangannya memerlukan pihak-pihak
terkait lain yang harus terlibat mulai dari
PELUANG PERBAIKAN MUTU replikasi model percontohan untuk memenuhi
jumlah produk yang diminta, maupun
Mengingat ketatnya persaingan di pasar penyediaan bahan baku yang baik, pemasaran
dunia, permintaan konsumen yang makin dan distribusi serta kelembagaannya.
meningkat dari segi kebersihan (kesehatan) dan Menghadapi keadaan tersebut di atas,
banyaknya petani lada Indonesia yang keterpaduan antara teknologi budidaya dan
menggantungkan hidupnya dari lada, maka pengolahan hasil perlu ditingkatkan karena mutu
perlu dilakukan usaha yang lebih intensif dalam produk tidak saja ditentukan oleh pengolahan
memperbaiki mutu produk lada Indonesia. Dari tetapi juga oleh faktor budidaya atau kondisi
segi teknologi perbaikan mutu, baik usaha pertanaman. Kontrol terhadap mutu perlu
memproduksi buah lada dengan mutu yang baik dilakukan dengan pendekatan analisa bahaya
sebagai bahan baku maupun cara pengolahan dan pengendalian titik kritis atau “Hazard
dan pengemasannya sudah tersedia cukup Análisis Critical Control Point (HACCP)”.
banyak. Khusus dari segi pengolahan lada putih Pendekatan ini melibatkan semua unsur mulai
dan lada hitam, mulai dari perbaikan cara dari tingkat petani, pengolah, pedagang,
tradisional sampai usaha perbaikan mutu dengan eksportir, lembaga penelitian dan pemerintah
pengolahan menggunakan mesin sudah tersedia pusat dan daerah (Ta’dung, 1999). Melalui
dan siap untuk diaplikasikan di lapangan. pendekatan HACCP seluruh alur produksi dapat
Uji coba di lapangan sudah pernah dilakukan, ditelusuri, dicegah atau dikendalikan dari
di antaranya di Provinsi Bangka Belitung dan kemungkinan terjadinya kesalahan dan
Kalimantan Timur. Uji coba di Kalimantan Timur penyimpangan produksi.
dilakukan dengan bantuan dari FAO. Pada uji Negara-negara penghasil lada lain seperti
coba alat-alat tersebut dilakukan pelatihan Malaysia dan India melakukan usaha-usaha
sebanyak dua kali terhadap kelompok tani perbaikan mutu lada yang hampir sama seperti
penerima bantuan, juga pada kelompok tani yang di Indonesia, dari mulai perbaikan bahan
lainnya. FAO menilai proses peningkatan mutu tanaman, cara budidaya dan pengolahannya.
tersebut berhasil karena telah dapat menggugah Namun demikian usaha yang dilakukan sudah

Perbaikan Mutu Lada dalam Rangka Meningkatkan Daya Saing di Pasar Dunia (Nanan Nurdjannah) 21
terintegrasi, karena negara-negara tersebut sudah yang dilengkapi dengan program training di
mempunyai status badan khusus yang semua tingkatan tersebut (Nambiar, 1999). Di
menangani mulai dari hulu sampai hilir. beberapa daerah pemisahan buah dari
Malaysia memiliki suatu badan yang tangkainya sudah dilakukan dengan mesin
menangani atau mengkoordinasikan segala hal perontok dengan kapasitas 1,5 ton/hari.
mengenai lada yang dinamakan Pepper Disamping itu telah ada pula modifikasi alat
Marketing Board (PMB). Untuk meningkatkan perontok yang dapat merontokkan lada sebanyak
mutu lada di tingkat petani, PMB bekerjasama 3 ton/jam (Zachariah, 2000).
dengan Departemen Pertanian mengadakan Belajar dari negara-negara penghasil lada lain
pelatihan-pelatihan pada petani untuk mengolah yang telah berhasil dalam usaha peningkatan
produknya supaya sesuai dengan mutu untuk mutu, seperti Malaysia dan India, maka
keperluan ekspor. Selain itu bagi beberapa peningkatan mutu perlu dilakukan sejak tingkat
kelompok tani terpilih disediakan alat-alat petani dengan menerapkan metoda-metoda
pengolahan seperti alat pengering mekanis, alat pengolahan yang sudah diperbaiki dan higienis,
pemisah spiral, lantai jemur. Hal ini dilakukan serta program pelatihan yang terus menerus.
dalam rangka transfer teknologi pengolahan Selain itu harus dibentuk sebuah badan yang
pada petani dan upaya agar petani dapat mengurus rempah umumnya dan lada
menghasilkan lada dengan harga premium khususnya yang menangani komoditas tersebut
(Anonymous, 2004b). Selain upaya di atas, PMB dari hulu sampai hilir, dan mempunyai akses ke
membeli lada dari petani berkompetisi dengan semua pihak yang berkecimpung dalam bidang
pedagang perantara, dan membantu mengekspor produksi lada sampai pemasarannya. Dengan
langsung ke pengguna supaya petani mendapat demikian diharapkan usaha tersebut merupakan
harga yang sesuai dengan keadaan pasar dan sesuatu yang konsisten, berkesinambungan dan
berusaha mendapat pasar yang baru. Dalam menimbulkan dampak positif baik untuk petani
upaya untuk menstabilkan pendapatan petani, sebagai produsen, maupun bagi perladaan
PMB memberi kesempatan pada petani untuk umumnya, terutama daya saing di pasar
menyimpan ladanya digudang milik PMB internasional.
sampai menunggu harga yang layak. Untuk
petani yang menyimpan lada di gudang PMB KESIMPULAN
diberi sertifikat yang dapat ditransfer atau dijual,
dan mereka diberi bimbingan untuk mencari Persaingan komoditas lada di pasar dunia
pasar langsung dengan menawarkan lada yang pada saat ini semakin kompetitif karena besarnya
siap ekspor pada eksportir (Kanbur dan penawaran relatif tidak seimbang dengan
Abdullah, 2000). permintaan. Selain itu persyaratan yang diminta
Di India terdapat suatu badan yang negara-negara konsumen semakin ketat terutama
dinamakan “Spice Board” yang menangani dalam hal jaminan mutu, aspek kebersihan dan
mengenai rempah. Untuk meningkatkan mutu kesehatan. Dengan demikian hanya komoditas
lada, Spice Board mengadakan pelatihan yang aman, sehat dan memiliki daya saing yang
mengenai mutu yang diinginkan oleh negara- kuat terutama dari segi mutu dan harga yang
negara pengimpor lada dan cara-cara produksi akan berpeluang meraih pasar.
lada yang higienis terhadap petani, pedagang, Permasalahan di negara-negara produsen
eksportir, pegawai pertanian yang terkait dan lada termasuk Indonesia relatif sama, yaitu
para pengolah lada (Anonymous, 2004c). Selain dalam cara pengolahan yang masih tradisional
itu “Spice Board” juga menyediakan fasilitas dan dan kurang memperhatikan aspek kebersihan
peralatan untuk menunjang usaha tersebut. sehingga lada yang dihasilkan mutunya kurang
Pengawasan mutu sudah dilakukan mulai dari baik (antara lain kontaminasi mikroorganisme).
pertanaman, pengolahan, pemasaran dan ekspor Disamping aspek pengolahan, masalah mutu

22 Volume 5 Nomor 1, Juni 2006 : 13 - 25


lada ditentukan pula oleh aspek, pasca-panen, Anonymous, 2004b. Malaysia country paper on
distribusi, dan pemasaran. Beberapa negara pepper production, processing and trade.
produsen lada telah mulai melakukan pening- Paper presented at The 35th Exporting
katan mutu lada secara menyeluruh dengan Meeting, 27th September 2004, Yogya-
memperbaiki cara pengolahan, pemasaran dan karta, Indonesia.
kelembagaannya. Anonymous, 2004c. India Country Paper on
Beberapa teknologi lada putih dan hitam Pepper Production, Processing and Trade.
untuk meningkatkan mutu lada hitam dan putih Paper presented at The 35th Exportir
dari mulai perbaikan cara pengolahan tradisional Meeting, 27th September 2004, Yogya-
sampai cara pengolahan dengan mesin sudah karta, Indonesia.
banyak tersedia di Indonesia, dan sudah diuji Devi K T., M A Mayo, G Reddy, E K Tangni, Y
coba di lapangan dengan hasil yang baik, dan Larondelle, D.V Reddy, and K E
perlu pengembangan lebih lanjut. Keberhasilan Emmanuel, 2001. Occurrence of ochra-
peningkatan mutu lada tidak dapat hanya toxin A in black pepper, coriander, ginger
dengan memperbaiki faktor pasca panen yaitu and turmeric in India. Food Addit.
cara pengolahannya saja, tetapi juga faktor pra Contam. 18 (9) : 830 – 835.
panen dan pasca penen secara terpadu dari mulai Dolev, S., 1999. Market situation of pepper in
aspek produksi bahan baku sampai pemasaran USA. International Pepper News Bulletin.
dan distribusi. Untuk itu perlu perubahan- 23 (3-4):79-81.
perubahan termasuk pelatihan dan bimbingan Duarte and Medeiras, 1999. Salmonella in
kepada petani, melalui pembentukan kelemba- Brazillian black pepper : Causes and
gaan yang tepat seperti “Spice Board” di India Method of Control. Paper presented at
dan “Pepper Marketing Board” di Malaysia 21st Peppertech Meeting. International
supaya usaha tersebut konsisten, berkesinam- Pepper Community. Kuching, Malaysia,
bungan, menghasilkan dampak positif baik 22 July 1996.
untuk petani sebagai produsen, maupun daya Freire F C O, Z Kozakiewicz and R R M Paterson,
saing lada di pasar internasional. 2000. Mycoflora and mycotoxin in
Brazillian black papper, white pepper
DAFTAR PUSTAKA and Brazil nuts. Biochemical and Life
Sciences Mycopathologya Journal 149 (1):
Abdullah, A and N.Nurdjannah, 2005. Final 13-19.
report of pilot on-farm demonstration of Freire F C O and L Offord, 2002. Bacterial and
small scale equipment for improvement yeast counts in Brazillian Commodities
of pepper quality in East Kalimantan. and spices. Brazillian Journal of Micro-
International Pepper Com-munity and biology 33: 145-148.
Indonesian Center for Agriculture Hasanah, 1985. Pencemaran lada oleh mikro-
Postharvest Research and Development. organisme di Lampung. Pem-beritaan
8 p. Penelitian Tanaman Insutri 10 (3): 72-76.
Anonymous, 2004a. Note on quality impro- Hidayat, T. 1996. Rancang bangun alat pengo-
vement programme at farm level. lahan lada. Monograf Tanaman Lada.
proposal to broaden the scope of the Balai Penelitian Tanaman Rempah dan
committee on quality standardization. Obat. Hlm 195 – 209.
Paper presented at The 9th Meeting of The Hidayat, T. dan Rsifaheri, 1994. Pengolahan lada
Committee on Quality Standardization putih secara mekanis dan analisis
International Pepper Community. 26th ekonominya. Makalah pada Simposium
September 2004 at Inna Garuda Hotel, II Hasil Penelitian dan Pengembangan
Yogyakarta, Indonesia.

Perbaikan Mutu Lada dalam Rangka Meningkatkan Daya Saing di Pasar Dunia (Nanan Nurdjannah) 23
Tanaman Industri. Bogor, 21 – 23 Nurdjannah, N., 1999b. Usaha perbaikan peng-
Nopember 1994. 10 hlm. olahan lada putih. Makalah disampaikan
International Pepper Community, 2004a. Pepper pada Seminar “Konsep Standar Mutu
News and Market Review. Issue : July Lada-IPC” tanggal 20 – 21 Juli 1999 di
2004. International Pepper Community. Pangkal Pinang, Bangka. Departemen
Jakarta, Indonesia. 3 p. Perindustrian dan Pedagangan.
International Pepper Community, 2004b. Weekly Nurdjannah, N, T. Hidayat dan Risfaheri, 2000.
Prices Bulletin No.07/04 (09-13 February Pedoman Pengolahan Lada Putih dengan
2004). International Pepper Community. Mesin. Pemerintah Daerah Kabupaten
International Pepper Community, 2004c. The Bangka dan Balai Penelitian Tanaman
pepper industryan outlook. Paper Rempah dan Obat, Badan Litbang
presented at The 7th Meeting of The Kehutanan dan Perkebunan. 22 hlm.
Committee on Marketing on the 26th Nurdjannah, N., 2005. Use of antioxidant to
September 2004, Yogyakarta. inhibit browning on white pepper
International Pepper Community, 2005. Grades of decorticating process. Jurnal Penelitian
black pepper and white, whole pepper. Tanaman Industri 11 (2) : 78 – 84.
Committee on Quality Standardization. Nurdjannah, N., and T. Hidayat, 2006. Mecha-
Iyengar R. and J. McEvily, 1992. Anti-browning nical pepper processing and its
agents : alternatives to the use of sulfites Application in East Kalimantan. Focus on
in foods. Trends in Food Science and Pepper (Piper nigrum L.) Journal of the
Technology. 3 : p 60 – 63. Pepper Industry, International Pepper
Kanbur, M.G. and A.A. Abdullah, 2000. Economy Community. 2 (2).
and marketing of black pepper: The Omafuvbe B.O. and D.O. Kolawole, 2004. Quality
Malaysian Scenario, In Ravindran, P.N. Assurance of stored pepper (piper
(ed.). Black Pepper (Piper nigrum L.) guineense) using controlled processing
Harwood Academic Publishers. p. 441 – methods. Pakistan Journal of Nutrition 3
453. (4) : 244 – 249.
Mukarami, H., 1999. Present situation of pepper Putro, S., 2001. Peluang pasar rempah Indonesia
in Japan. International Pepper Bulletin. 23 di Eropa. Prosiding Simposium Rempah
(3-4): 77-79. Indonesia. Kerjasama Masyarakat Rem-
Nambiar, O.T.S., 1999. Present and proposed pah Indonesia (MaRI) dengan Puslit-
activities for procesing and product bangbun, Jakarta, 13 – 14 September 2001.
Development in India. Paper presented at Hlm 25 – 32.
the 24th Peppertech Meeting of the 27th Risfaheri, T. Hidayat dan M.P. Laksmanahardja,
annual session of The International 1992. Pengembangan alat pengupas lada
Pepper Community held at Colombo, Sri dengan penggerak pedal. Pusat
Lanka on the 9th – 13th November 1999. Penelitian Tanaman Industri. Bogor.
Nurdjannah, N and A. Dhalimi, 1998. Enhan- Pemberitaan Littri. 18 (3) : 86–90.
cement of white pepper, Indonesian Risfaheri and T. Hidayat, 1993. Effect of treatment
experiences. International News Bulletin. prior to sun-drying on black papper
International Pepper Community. 22 (1) : quality. Journal of Spice and Medicinal
28 – 37. Crops, 2 (1) : 36 – 40.
Nurdjannah, N., 1999a. Pemeriksaan mikro-orga- Shah, A., 2004. Changing trends and newer
nisme pada lada hitam yang berasal dari horizons in U.S. Spice Market. Paper
beberapa eksportir dan petani. Balai presented at the 32nd Session and Meeting
Penelitian Tanaman Rempah dan Obat. of The International Pepper Community,
(tidak dipublikasikan). 27 – 30th September 2004, Yogyakarta.

24 Volume 5 Nomor 1, Juni 2006 : 13 - 25


Supriadi, B. Sofiana, T. Marwati dan N. Karyani, (Piper nigrum L.) Based on Quantitative
1999. Isolasi dan identifikasi mikroba Measurements and Othonasal Break-
yang terdapat pada perendaman lada. through Thresholds. Journal Agriculture
Prosiding Simposium III Hasil Penelitian Food Chemistry, 53, 6049 – 6055.
dan Pengembangan Tanaman Perke- Steinhaus, M and P. Schieberle 2005b. Role of the
bunan. Kerjasama Pusat Penelitian dan Fermentation Process in off-odorant
Pengembangan Tanaman Perkebunan Formation in White Pepper : On-site Trial
dengan Asosiasi Penelitian Perkebunan in Thailand. Journal Agriculture Food
Indonesia. Buku 3. Hlm. 612 – 619. Chemistry, 53 : 6056 – 6060.
Suhirman, S., T. Marwati, dan N. Karyani, 1999. Ta’dung, M, 1999. Peningkatan teknologi
Pengaruh Trichoderma viridae dan pengolahan dan mutu lada di tingkat
Aspergillus niger terhadap pembusukan petani. Makalah disampaikan pada
kulit buah lada. Prosiding Simposium III Seminar Konsep Standar Mutu Lada IPC.
Hasil Penelitian dan Pengembangan Pangkal Pinang, 20 – 21 Juli 1989.
Tanaman Perkebunan. Kerjasama Pusat Weber, G, 1999. Quality requirement of pepper in
Penelitian dan Pengembangan Tanaman Germany. International Pepper News
Perkebunan dengan Asosiasi Penelitian International Pepper Community.
Perkebunan Indonesia. Buku 3. Hlm. 620 Bulletin. 23 (1): 33-34.
– 625. Zachariah, T.J., 2000. On Farm Processing of
Steinhaus, M and P. Schieberle, 2005a. Black Pepper. In Revindran, P.N. (editor).
Characterization of Odorants Causing an Black Pepper (Piper nigrum), p. 335 – 354,
Atypical Aroma in White Pepper Powder Hardwood Academic Publisher.

Perbaikan Mutu Lada dalam Rangka Meningkatkan Daya Saing di Pasar Dunia (Nanan Nurdjannah) 25

Anda mungkin juga menyukai