Anda di halaman 1dari 19

UNIVERSITAS TADULAKO

Survey & Pemetaan

Ci
pBAB II
PENGUKURAN DENGAN MENGGUNAKAN WATERPASS vil
2.1 Tujuan
1. Mahasiswa dapat melaksanakan pengukuran profil memanjang dan profil
E
melintang. ng
2. Mahasiswa dapat melaksanakan pengukuran peta situasi dengan menyipat datar.
3. Mahasiswa dapat melaksanakan perhitungan kuantitas/volume hasil pekerjaan. in
4. Mahasiswa dapat menggambar hasil pengukuran.
5. Mahasiswa dapat mengukur jarak optis dan beda tinggi suatu tempat.
ee
6. Mahasiswa dapat membaca skala lingkaran pada pesawat waterpass. ri
2.2 Alat dan Bahan
ng
1. Alat
 Payung

 Patok 20
 Papan ujian
 Rol meter
 Kompas

2. Bahan
 Waterpass
 Statif
 Bak ukur
 Unting - unting

FATHRIALIS AKBAR F 111 20 190


UNIVERSITAS TADULAKO
Survey & Pemetaan

Ci
2.3 Tinjauan Pustaka
Suatu tempat di permukaan bumi selain dapat ditentukan posisi vil
mendatarnya dapat juga ditentukan posisi tegaknya. Tinggi suatu titik dapat
diartikan tinggi titik tersebut terhadap suatu bidang persamaan yang telah
E
ditentukan. ng
Pengukuran-pengukuran untuk menentukan beda tinggi suatu tempat
tersebut dapat dilakukan dengan berbagai cara mulai dari yang paling kasar
in
sampai yang teliti, yaitu secara: Barometris, Trigonometris dan secara ee
Waterpassing (Leveling). Namun yang akan dibahas pada modul ini adalah
mengenai pengukuran waterpass.
ri
Pengukuran tinggi cara waterpass adalah untuk menentukan beda tinggi ng
secara langsung untuk membuat garis bidik horizontal. Alat yang digunakan
adalah waterpass. ’
Pemakaian waterpass selanjutnya dapat diterapkan pada pekerjaan-
20
pekerjaan: pembuatan jalan, saluran irigasi, pematangan tanah, dll.
Pesawat waterpass merupakan alat yang berfungsi menentukan beda tinggi
suatu tempat dengan batas antara 0 – 3 m, untuk ketinggian di atas 3 masih
bisa hanya saja akan menghabiskan waktu yang banyak.
Pesawat Waterpass terdiri atas:
a. Teropong Jurusan
Teropong jurusan terbuat dari pipa logam, di dalamnya terdapat
susunan lensa obyektif, lensa okuler dan lensa penyetel pusat. Didalam
teropong terdapat pula plat kaca yang dibalut dengan bingkai dari logam
(diafragma), sedangkan pada plat kaca terdapat goresan benang silang.
b. Nivo
Nivo adalah suatu alat yang digunakan sebagai sarana untuk
membuat arah-arah horizontal dan vertikal. Menurut bentuknya nivo
dibagi atas dua yaitu nivo kotak dan nivo tabung. Nivo kotak berada di
atas.
Dalam pengukuran waterpass digunakan 3 cara, yaitu metode
loncat (muka belakang) dan metode garis bidik serta metode gabungan
keduanya.

FATHRIALIS AKBAR F 111 20 190


UNIVERSITAS TADULAKO
Survey & Pemetaan

Ci
a. Metode Loncat
Metode loncat biasanya digunakan pada pengukuran jaringan vil
irigasi atau pengukuran memanjang tanpa diselingi potongan
melintang, karena pada metode loncat, pesawat waterpass berada di
E
tengah-tengah antara patok 1 dan 2 atau berada pada patok genap. ng
Sedangkan rambu berada pada patok ganjil. Untuk pengukuran
melintang hal ini agak sulit dilakukan karena pesawat waterpass tidak
in
terdiri di semua patok. Untuk itulah digunakan garis bidik. Adapun ee
keunggulan dan kelemahan metode loncat adalah sebagai berikut:
2.2 Metode loncat bisa mengukur jarak dan beda tinggi.
ri
2.3 Tidak efisien digunakan dalam pengukuran jalan yang tiap 25 ng
meter di buat potongan melintang.
2.4 Pesawat harus pas di atas patok sehingga menyulitkan ’
pengukuran pada areal daerah yang padat (dalam hal ini jalan
20
raya).
b. Metode Garis Bidik
Metode garis bidik merupakan metode yang praktis dalam
menentukan profil melintang dibanding dengan metode loncat. Prinsip
kerja metode ini adalah metode ini hanya mengukur beda tinggi.
Adapun keunggulan dan kelebihannya adalah :
2.5 Garis bidik sangat efisien dalam pengukuran melintang
khususnya di jalan.
2.6 Garis bidik hanya mampu menentukan beda tinggi suatu
wilayah namun tidak bisa membaca jarak.
2.7 Jarak antar patok harus diukur terlebih dahulu.
2.8 Pesawat bisa diletakkan dimanapun yang kita suka karena
metode ini hanya untuk menentukan garis bidik.
c. Metode Gabungan
Metode ini merupakan gabungan dari kedua metode di atas, namun
harus diperhatikan bahwa dalam menentukan beda tinggi suatu
wilayah metode perhitungannya harus tersendiri tidak bisa dicampur
baur karena mempunyai prinsip yang berbeda.

FATHRIALIS AKBAR F 111 20 190


UNIVERSITAS TADULAKO
Survey & Pemetaan

Ci
Berdasarkan konstruksinya alat ukur penyipat datar dapat dibagi
dalam empat macam utama : vil
a. Alat ukur penyipat datar dengan semua bagiannya tetap. Nivo
tetap ditempatkan di atas teropong, sedangkan teropong hanya
E
dapat diputar dengan sumbu kesatu sebagai sumbu putar. ng
b. Alat ukur penyipat datar yang mempunyai nivo reversi dan
ditempatkan pada teropong. Dengan demikian teropong selain
in
dapat diputar dengan sumbu kesatu sebagai sumbu putar, dapat ee
pula diputar dengan suatu sumbu yang letak searah dengan
garis bidik. Sumbu putar ini dinamakan sumbu mekanis
ri
teropong. Teropong dapat diangkat dari bagian bawah alat ng
ukur penyipat datar.
c. Alat ukur penyipat datar dengan teropong yang dapat diangkat ’
dari bagian bawah alat ukur penyipat datar dan dapat
20
diletakkan di bagian bawah dengan landasan yang terbentuk
persegi, sedangkan nivo ditempatkan pada teropong.
Karena konstruksi berbeda, maka cara pengaturan pada tiap-tiap
macam alat ukur penyipat datar akan berbeda pula, meskipun syarat-
syarat yang harus dipenuhi untuk semua macam sama.
Dalam konstruksi yang modern, hanyalah macam ke satu dan ke
dua yang dapat mempertahankan diri, dengan perkataan lain: semua
alat ukur penyipat datar yang modern hanya dibuat dalam macam
kesatu atau kedua saja.

FATHRIALIS AKBAR F 111 20 190


UNIVERSITAS TADULAKO
Survey & Pemetaan

Ci
2.4 Petunjuk Umum
1. Baca dan pelajari lembar kerja ini. vil
2. Penyetelan pesawat waterpass yang dimaksud adalah pengaturan pesawat
disuatu tempat sampai memenuhi syarat untuk mengadakan pengukuran.
E
3. Perhatikan dan ingat macam-macam sekrup penyetel dan coba bidik suatu ng
titik target.
4. Letak rambu ukur harus vertikal.
in
5. Pelajari buku petunjuk/spesifikasi pesawat yang digunakan. ee
6. Jangan memutar sekrup sebelum mengetahui kegunaannya.
7. Bekerja dengan hati-hati dan sabar.
ri
8. Bersihkan semua peralatan setelah selesai digunakan. ng
2.5 Langkah Kerja ’
I. Mengatur/Menyetel Pesawat Waterpass
20
1. Dirikan statif di atas titik yang dimaksud hingga kaki statif membentuk
segitiga sama sisi dan usahakan platnya mendatar dengan cara:
a. Buka sekrup pengunci kaki statif, panjangkan seperlunya kemudian
kunci sekedarnya.
b. Injak kaki statif seperlunya hingga cukup stabil.
c. Atur kepala statif (plat level) sedatar mungkin sambil
memperhatikan sekrup pengunci pesawat, kira-kira centering di
atas titik yang dimaksud.
d. Kencangkan sekrup pengunci kaki statif.
2. Pasang pesawat dan kunci sekedarnya sehingga masih mudah digeser-
geser.
3. Pasang unting-unting sedemikian rupa hingga kira-kira 1 cm di atas
titik yang dimaksud.
4. Atur unting-unting dengan menggeser-geser pesawat di atas plat level
hingga betul-betul centering, kemudian kencangkan pengunci pesawat.
5. Sejajarkan teropong dengan dua sekrup penyetel sumbu I (sekrup A &
B) dan tengahkan gelembung nivo dengan memutar sekrup A, B dan C

FATHRIALIS AKBAR F 111 20 190


UNIVERSITAS TADULAKO
Survey & Pemetaan

Ci
sekaligus hingga gelembung nivo tepat berada di tengah-tengah
lingkaran nivo. vil
6. Putar teropong ke posisi mana saja, jika gelembung nivo berubah-ubah
setel kembali sekrup penyetel hingga gelembung kembali ke tengah.
E
7. Lakukan berulang-ulang hingga gelembung nivo tetap di tengah ng
kemanapun teropong diarahkan, maka sumbu I vertikal dan pesawat
telah siap dipakai.
in
ee
II. Membidik dan Membaca Rambu Ukur
1. Bidik dan arahkan teropong kasar pada bak ukur yang didirikan
ri
vertikal pada suatu titik yang telah ditentukan dengan menggunakan ng
garis bidik kasar yang ada di atas pesawat.
2. Bila bayangan kabur, perjelas dengan memutar sekrup pengatur lensa ’
obyektif dan jika benang silang kabur perjelas dengan memutar sekrup
20
pengatur diafragma.
3. Himpitkan benang silang diafragma dengan sumbu rambu ukur dengan
cara mengatur sekrup penggerak halus.
4. Lakukan pembacaan rambu ukur sebagai berikut:

a. Misal bacaan meter dua decimeter.


BA = 1,500 cm
BT =1,400 cm
BB =1,300 cm
b. Pembacaan centimeter ditentukan oleh bentuk hitam
putih pada rambu ukur.
Misal : BA =0,050 cm

FATHRIALIS AKBAR F 111 20 190


UNIVERSITAS TADULAKO
Survey & Pemetaan

Ci
BT =0,050 cm
BB =0,050 cm vil
c. Pembacaan milimeter ditaksir di antara garis centimeter.
Misal : BA =0,005 cm
E
BT =0,005 cm ng
BB =0,005 cm
d. Maka hasil pembacaan adalah:
in
BA = 1,500 + 0,050 + 0,005 = 1,555 cm ee
BT = 1,400 + 0,050 + 0,005 = 1,455 cm
BB = 1,300 + 0,050 + 0,005 = 1,355 cm
ri
5. Pembacaan rambu selesai dan harus memenuhi ketentuan: ng
BA + BB = 2 x BT
(BA - BT) = (BT - BB) ’
6. Untuk mendapatkan jarak optis digunakan rumus:
20
Jarak = (BA – BB) x 100, dimana benang atas dan benang bawah
satuannya adalah cm
7. Untuk Mendapatkan Beda Tinggi digunakkan rumus :
Beda Tinggi = TT-TA, dimana TT adalah Tinggi Titik dan TA adalah
Tinggi Alat.

III. Membaca Skala Lingkaran


1. Perhatikan pembagian skala lingkaran pada pesawat tersebut.
2. Tiap 10° dibagi menjadi 10 bagian, berarti tiap bagian besarnya 1°.
3. Baca skala lingkaran yang ditunjuk oleh garis index.
Misal garis index menunjukan pada bilangan puluhan 60° dan atara 5
dan 6 strip bagian kecil, berarti pembacaan 60° + 5° =65°.
4. Harga bacaan menit dikira-kira sesuai dengan letak garis index.
Misal dalam gambar garis index berada ditengah antara 5 dan 6 berarti
mempunyai harga ½ ° atau 30’.
5. Pembacaan akhir pada gambarskala lingkaran di atas adalah :
60° + 5° + 30’ = 65°30’

FATHRIALIS AKBAR F 111 20 190


UNIVERSITAS TADULAKO
Survey & Pemetaan

Ci
IV. Memeriksa Pesawat Waterpass
a. Mengatur/memeriksa garis arah nivo tegak lurus gambar.I vil
1. Tempatkan dan setel pesawat waterpass.
2. Tengahkan nivo dengan sekrup penyetel A, B dan C.
E
3. Putar teropong ke arah 90° & 180°, jika gelembung nivo tetap ng
berada ditengah-tengah berarti garis arah nivo tegak lurus sumbu I.
4. Jika setelah teropong diputar 90° & 180°, gelembung nivo berubah
in
maka atur kembali sekrup penyetel A, B dan C sehingga ee
gelembung nivo berada di tengah-tengah.
5. Jika pekerjaan di A telah dikerjakan berulang kali tetapi
ri
gelembung nivo tidak bisa ditengah, berarti garis lurus arah nivo ng
tidak tegak lurus dengan bagian I dan perlu diadakan koreksi nivo.
6. Koreksi nivo dilakukan dengan mengembalikan gelembung nivo ’
setengahnya dengan sekrup penyetel A, B dan C setengahnya
20
dikembalikan dengan sekrup koreksi nivo.
b. Memeriksa/mengatur benang mendatar diafragma tegak lurus sumbu I.
1. Tempatkan dan setel pesawat sehinga sumbu I tegak lurus seperti
angka penyetelan pesawat waterpass.
2. Bidik suatu titik target sehingga titik tersebut terletak di salah satu
ujung benang mendatar diafragma.
Misal titik target terletak di ujung kiri.
3. Putar teropong ke arah titik tersebut sehingga titik tersebut terletak
di ujung kanan mendatar diafragma.
4. Bila titik tersebut berhimpit dengan ujung kanan benang mendatar,
berarti benang mendatar diafragma tegak lurus sumbu I.
5. Jika titik target tersebut tidak berhimpit dengan ujung kanan
benang mendatar diafragma, berarti ada kesalahan (benang
mendatar diafragma tidak tegak lurus sumbu I).
6. Untuk mengoreksinya hilangkan setengah dengan mengatur sekrup
koreksi diafragma, maka benang mendatar diafragma akan tegak
lurus sumbu I.

FATHRIALIS AKBAR F 111 20 190


UNIVERSITAS TADULAKO
Survey & Pemetaan

Ci
7. Ulangi pekerjaaan ini dari awal sehingga pada pemutaran teropong
dengan sumbu I sebagai sumbu putar titik target tetap berhimpit vil
dengan benang mendatar diafragma.
E
c. Memeriksa/mengatur garis bidik sejajar dengan garis arah nivo. ng
1. Tentukan titik A, B, C dan D yang terletak pada satu garis lurus
dan buat jarak AC – CB = BD.
in
2. Letakkan pesawat dititik C, steel sehingga memenuhi syarat guna ee
mengadakan pengukuran.
3. Letakkan rambu ukur pada titik A dan B.
ri
4. Baca rambu ukur di A & B dan catat hasil pembacaannya. ng
Misal: Pembacaan rambu ukur di A = a
Pembacaan rambu ukur di B = b ’
5. Pindahkan pesawat di D, setel sehingga memenuhi syarat
20
pengukuran.
6. Baca rambu ukur di A & B.
Misal: Pembacaan rambu ukur di A = C
Pembacaan rambu ukur di B = D
7. Hitung beda tinggi A – B berdasarkan bacaan pertama: (a - b) = h1.
8. Hitung beda tinggi A – B berdasarkan bacaan kedua: (c – d) = h2.
9. Jika h1 = h2 berarti garis bidik/garis arah nivo.
10. Jika h1 = h2 berarti garis titik tidak sejajar garis arah nivo dan harus
dikoreksi. (Seperti terlihat pada gambar, jika garis bidik tidak
sejajar dengan garis arah nivo, maka garis bidik akan membentuk
sudut α terhadap garis nivo).
11. Cari harga x dan y.
Lihat ∆ cpd dan ∆ cyt 2
∆ cpd ~ cyt 2 karena d1 = d2 = d3
Maka dx = ⅓ cy
P = d + h1
cp = c – p
dx = ½ c p → x = d – dx y = c – cy

FATHRIALIS AKBAR F 111 20 190


UNIVERSITAS TADULAKO
Survey & Pemetaan

Ci
12. Teropong di arahkan ke rambu ukur A.
13. Dengan sekrup koreksi diafragma benang tengah dikoreksi vil
sehingga pembacaan sama dengan y.
14. Untuk pengecekan, arahkan teropong ke rambu ukur B dan
E
pembacaan harus sama dengan x. ng
V. Pelaksaanaan Waterpass Menyimpang Datar
in
1. Metode loncat ee
Hal penting dalam metode loncat:
a. Tentukan titik-titik travers yang akan dibuat.
ri
b. Dalam pengukuran sebaiknya dilakukan dengan cara rambu ng
muka pada slag I menjadi rambu belakang pada slag II dan
seterusnya. ’
c. Untuk mendapatkan ketelitian, sebaiknya pengukuran
20
dilakukan dua kali (pulang pergi).
d. Hitung hasil pengukuran dan bila perlu digambar profilnya.
Uraian pelaksanaan pengukuran:
a. Pengukuran jarak optis

P0 P1 P2 P3 P4

a.1 Tempatkan dan setel pesawat ditengah-tengah antara titik


P0 dan P2 (slag), slag adalah ruas antara dua patok muka
dan belakang. Penempatan pesawat harus satu garis
dengan P0 dan P2.
a.2 Tempatkan rambu ukur di atas patok. Titik P0 sebagai
rambu belakang dan titik P2 sebagai rambu muka.
a.3 Bidik teropong ke rambu belakang P0 kemudian baca BT,
BA dan BB, kemudian dicatat pada buku ukur.
a.4 Turunkan rambu kemuka tanah pada titik P0 tersebut dan
lakukan pembacaan seperti pada a.3.

FATHRIALIS AKBAR F 111 20 190


UNIVERSITAS TADULAKO
Survey & Pemetaan

Ci
a.5 Putar teropong dan bidik rambu muka serta lakukan
pembacaan seperti pada a.3 dan a.4. vil
a.6 Pesawat dipindahkan ke slag II (antara P2 dan P4). Dengan
cara yang sama dengan langkah a.1 s/d a.5. Lakukan
E
pembacaan rambu muka dan rambu belakang. ng
a.7
a.8
Begitu seterusnya sampai dengan slag terakhir.
Jarak P0 dan P2 adalah pesawat ke rambu belakang
in
tambah jarak pesawat ke rambu muka. Demikian juga ee
pada slag-slag berikutnya. Pesawat diusahakan
ditempatkan tepat di tengah antara dua titik (P0P2).
ri
ng
b. Perhitungan jarak optis
Perhitungan jarak secara optis dapat dilakukan pada titik-titik ’
utama dan titik detail.
20
Rumus jarak optis (D)
D = (BA – BB) x 100
dimana :
D = Jarak datar optis
BA = Bacaan benang atas
BB = Bacaan benang bawah
Bacaan benang tengah (BT) harus memenuhi persyaratan yaitu :
BT = BA + BB
2
Pengukuran jarak titiik-titik detail (tidak langsung) pada titik profil
melintang yang titik utamanya bukan posisi alat, dapat dilakukan
dengan cara phytagoras seperti di bawah ini :
P0 a b P0 a = √(P1a)2 – (P1P0)2
P0 b = √(P1b)2 – (P1P0)2

Dimana :

FATHRIALIS AKBAR F 111 20 190


UNIVERSITAS TADULAKO
Survey & Pemetaan

Ci
P0a = Jarak analitis P0 – a
P1 = Jarak optis melintang vil
P1a = Jarak optis P1–a ; P1P2
E
c. Pengukuran jarak rantai
c.1 Tempatkan dan setel pesawat kira-kira ditengah-tengah
ng
antara P0 dan P2 (slag I). in
c.2 Tempatkan rambu ukur di P0 sebagai rambu belakang dan
di P2 sebagai rambu muka. ee
c.3 Bidik teropong ke rambu belakang, baca dan catat
ri
pembacaan BT, BA dan BB.
c.4 Turunkan rambu kemuka tanah pada titik P0 tersebut dan ng
c.5
lakukan pembacaan seperti b.3.
Putar teropong dan bidik rambu muka serta lakukan

pembacaan rambu muka b.3 dan b.4. 20
c.6 Ukur jarak P0 P2 (slag I) dengan rantai ukur atau pita
ukur.
c.7 Dengan cara yang sama pengukuran dilanjutkan pada slag
II, III,... sampai slag terakhir.

d. Perhitungan beda tingga (∆ h) pembacaan muka – belakang

a a a
b b b
P0 P1 P2
c c c
d d d

Menghitung beda tinggi patok utama:


Rumus perhitungan beda tinggi :
∆hP0P1 = BT – TA(untuk pembacaan ke belakang)
(BT di P0 – TA di P1)

FATHRIALIS AKBAR F 111 20 190


UNIVERSITAS TADULAKO
Survey & Pemetaan

Ci
dan :
∆hP1P2 = TA – BT (untuk pembacaan ke depan) vil
(TA di P1 – BT di P2)
dimana : TA = Tinggi Alat
E
ng
Menghitung beda tinggi patok-patok detail:
Rumus perhitungan beda tinggi:
in
∆hP0P0a = BT P0 – BT P0a (untuk melintang tanpa pesawat) ee
Dan :
∆hP1P1a = TA P1 – BT P1a (untuk melintang titik pesawat)
ri
ng
2. Metode garis bidik
1. Tentukan patok-patok yang akan diukur dan berikan tanda ’
sesuai jarak patok tersebut. Misalnya sta 0+00,0+25, sta 0+50
20
dan sebagainya.
2. Sebelum memberikan tanda ukur jarak antara patok tersbeut
dengan menggunakan roll meter.
3. Dirikan pesawat waterpass ditempat yang kita inginkan dengan
catatan bahwa minimal ada dua titik yang bisa dilihat dari
tempat berdirinya pesawat.
4. Letakkan rambu ukur pada titik awal yang biasanya dikenal
dengan sta 0+00.
5. Arahkan teropong ke arah rambu ukur dan pembacaan ini
dinamakan pembacaan belakang. Setelah itu baca rambu ukur
pada benang tengah sedangkan benang atas dan benang bawah
tidak perlu dibaca. Benang tengah ini merupakan garis bidik
yang menjadi patokan untuk perhitungan beda tinggi titik
selanjutnya. Jika metode pengukuran merupakan metode
gabungan maka bacaan benang atas dan benang bawah untuk
jalur potongan memanjang harus dicatat.

FATHRIALIS AKBAR F 111 20 190


UNIVERSITAS TADULAKO
Survey & Pemetaan

Ci
6. Selanjutnya arahkan pesawat kesamping kiri kanan sta 0+00
dan pembacaan ini dinamakan pembacaan detail melintang vil
jalan.
7. Jika diperlukan data elevasi pada titik alat dan arah
E
melintangnya maka pembacaan arah melintang pada posisi titik ng
pesawat juga harus dilakukan untuk memperoleh ketelitian data
profil.
in
8. Baca benang tengah dari masing-masing titik. ee
9. Setelah itu lanjutkan ke patok berikutnya, jika patok (sta)
berada didepan pesawat maka pembacaan tersebut dikatakan
ri
sebagai pembacaan depan. Jika semuanya telah selesai ng
pindahkan pesawat untuk melihat titik selanjutnya.
10. Setelah pesawat dipindahkan, maka arahkan pesawat ke titik ’
akhir pembacaan pesawat pertama atau dalam hal ini titik yang
20
diketahui tingginya, karena benang tengah tersebut akan
menjadi garis bidik titik berikutnya.
11. Ulangi langkah kerja diatas sampai pengukuran selesai.
Pengukuran leveling dengan metode garis bidik hanya dapat
dilakukan pada patok-patok yang diketahui jaraknya dan jika
tidak maka digunakan metode leveling loncat dimana pesawat
berada patok genap.

Adapun langkah-langkah perhitungan metode garis bidik yaitu :


a. Tentukan jarak antara patok dengan menggunakan roll meter.
b. Garis bidik merupakan patokan untuk menentukan beda tinggi
antar patok. Garis bidik diambil dari benang tengah belakang
atau titik ikat yang telah diketahui tingginya.
c. Garis bidik yang telah ditentukan merupakan patokan bagi titik
yang lain sepanjang pesawat tersebut belum pindah tempat.
Jika telah pindah tempat maka yang diambil sebagai garis bidik
adalah titik yang telah diketahui tingginya.

FATHRIALIS AKBAR F 111 20 190


UNIVERSITAS TADULAKO
Survey & Pemetaan

Ci
d. Dalam pengukuran diatas pesawat diletakkan pada titik 0+75
dan yang diambil sebagai garis bidik adalah 0+0, dengan vil
demikian titik tersebut sebagai patokan untuk titik yang lainnya
baik untuk perhitungan beda tinggi maupun tinggi titik.
E
e. Menentukan tinggi titik ng
1.
Dalam menentukkan tinggi titik digunakkan dua metode yaitu :
Metode Beda Tinggi
in
Rumus : ee
TT n = TA + ∆H
ri
Keterangan : TT = Tinggi titik (m) ng
TA =
Titik awal (m)
∆H = Beda tinggi (m)

2. Metode Garis Bidik
20
Rumus :

TGB = TT + TA

TT = TGB –
BTM

Keterangan : TGB = Tinggi Garis Bidik (m)


TT = Tinggi Titik (m)
TA = Tinggi Alat (m)
BTM = Benang tengah muka (m)

3. Metode Perhitungan Galian dan Timbunan.


a. Metode titik koordinat :
Pertama-tama kita mesti menentukan titik-titik koordinat yang
akan kita tinjau, setelah meninjau titik koordinat kita sudah dapat
menentukan metode selanjutnya, yaitu meninjau searah maupun
berlawanan arah jarum jam. Berikut merupakan contoh
perhitungannya.
Contoh: Titik koordinat bangun dibawah ini masing-masing
A(515,520), B (530,560), C (600,565) dan D(590,515). Hitunglah

FATHRIALIS AKBAR F 111 20 190


UNIVERSITAS TADULAKO
Survey & Pemetaan

Ci
luasan dan timbunan/galian dari bidang diatas (jarak antar bidang
tersebut = 30 m. vil
E
ng
in
ee
ri
ng

20
Meninjau searah jarum jam:

No X Y Xn * Yn+1 Xn+1 * Yn
2x 1 515 520 288400 275600 luas =
2 530 560 299450 336000 1210175-
3 600 565 309000 333350
1203650
4 590 515 306800 265225
2 1 515 520 0 0 x
Σ 1203650 1210175
luas = 6525
Luas = 3262,5 m2

Xn * Xn+1 *
Meninjau berlawanan searah jarum jam :
No X Y Yn+1 Yn
51
1 5 520 265225 306800
2 59 x luas = 1210175-1203650
2 2 0 515 333350 309000 x luas = 6525
60
Luas = 3262,5 m2
30 565 336000 299450
53
FATHRIALIS AKBAR F 111 20 190
4 0 560 275600 288400
51
1 5 520 0 0
Σ 1210175 1203650
UNIVERSITAS TADULAKO
Survey & Pemetaan

Ci
Sehingga, untukmemperoleh timbunan/galian dari bidang diatas adalah sebagai
berikut(dimisalkan luas pada bidang pertama = luas bidang kedua): vil
L1+ L 2 3262,5+ 3262,5
E
VTimbunan/Galian =
b. Metode persamaan2bidang :
X Jarak =
2
X 30 m =
ng
Dengan melihat contoh gambar diatas, maka dengan sendirinya kita
dapat menentukan bangun apa yang sekiranya dapat mewakili bangun in
yang berada diatas. Sebagai contoh kita menyamakan bangunan di atas
sebagai sebuah bangun persegi/persegi panjang maka dengan mudah kita
ee
dapat menentukan luasan dari bangun diatas, akan tetapi dalam aplikasinya ri
dilapangan metode ini sangat jarang digunakan. Hal ini dikarenakan
metode ini akan memberikan hasil yang kurang teliti.
ng
Luas = Panjang x Lebar = 85 x 50 = 4250 m2 (∆ x . ∆ y ¿ ’
Volume = (4250 + 4250)/2 x 30 m = 127500 m3
Ket : ∆x = X tertinggi – X terendah
20
∆y = Y tertinggi – Y terendah

VI. Prosedur Pengukuran Profil Melintang

1. Tentukan posisi dari profil tersebut terhadap travers yang telah


ditentukan dengan cara sebagai berikut :
a. Tempatkan dan setel pesawat pada titik travers yang akan diukur
profilnya sedemikian rupa sehingga sumbu I tepat di atas titik tersebut.
Misal titik P1.
b. Bidik teropong ke titik P2, kemudian putar horizontal sehingga index
lingkaran tepat pada angka nol dari skala lingkaran.
c. Putar teropong, ke kiri atau ke kanan, tergantung dari posisi profil
yang diinginkan, maka buat sudut terhadap P1 P2. Misal 90°.
Kemudian pasang patok pembantu pada ujung profil tersebut, misal
titik a.
d. Putar teropong 180° untuk menentukan ujung lain dari profil tersebut
misal titik b.

FATHRIALIS AKBAR F 111 20 190


UNIVERSITAS TADULAKO
Survey & Pemetaan

Ci
2. Dalam hal ini penentuan posisi dari profil, selain dilakukan
seperti langkah no.1 yang bisa dicatat dengan jarak optis dan beda tinggi. vil
Penentuan posisi dari profil ini dapat juga ditentukan dengan perkiraan,
tergantung kebutuhan.
E
a. Tempatkan dan setel pesawat pada suatu titik diluar garis profil,
ng
sedemikian rupa sehingga dari titik tersebut dapat membidik in
sepanjang profil yang akan diukur (metode tinggi garis bidik).
b. Pasang rambu ukur P1 bidikkan teropong pada rambu ukur tersebut dan
ee
lakukan pembacaan BT, BA dan BB yang tercatat pada rambu ukur. ri
c. Pasang rambu ukur pada titik a (dalam hal ini rambu ukur diletakkan
diatas tanah) dan lakukan pembacaan langkah 4.
ng
d. Lakukan pembacaan pada setiap perubahan kemiringan tanah ’
sepanjang garis profil, misal titik b, c, d, ... dan seterusnya sampai ke
ujung profil yang telah ditentukan. 20
e. Ukur jarak ab, bc,cd, ... dan seterusnya dengan pita ukur atau rantai
ukur.
f. Pengukuran dilanjutkan pada profil berikutnya (P2,P3,... dan
seterusnya).
g. Hitung dan gambar hasil pengukuran tersebut.

.............................................................................................................................................
.............................................................................................................................................
.............................................................................................................................................
.............................................................................................................................................
.............................................................................................................................................
.............................................................................................................................................
.............................................................................................................................................
.............................................................................................................................................
.............................................................................................................................................

FATHRIALIS AKBAR F 111 20 190


UNIVERSITAS TADULAKO
Survey & Pemetaan

Ci
.............................................................................................................................................
............................................................................................................................................. vil
.............................................................................................................................................
.............................................................................................................................................
E
............................................................................................................................................. ng
.............................................................................................................................................
............................................................................................................................................. in
.............................................................................................................................................
.............................................................................................................................................
ee
............................................................................................................................................. ri
.............................................................................................................................................
.............................................................................................................................................
ng
............................................................................................................................................. ’
.............................................................................................................................................
............................................................................................................................................. 20
.............................................................................................................................................
.............................................................................................................................................
.............................................................................................................................................
.............................................................................................................................................
.............................................................................................................................................
.............................................................................................................................................
.............................................................................................................................................
.............................................................................................................................................
.............................................................................................................................................

FATHRIALIS AKBAR F 111 20 190

Anda mungkin juga menyukai