Anda di halaman 1dari 3

PEMERINTAH DAERAH PROVINSI JAWA BARAT

DINAS PENDIDIKAN
(YPLP DIKDASMEN PGRI) KAB.SUMEDANG
SMK PGRI TANJUNGMEDAR
STATUS AKREDITASI “B” Nomor : 02.00/113/BAP-SM/SKK/X/2015
Jalan Raya Jingkang Kec.Tanjungmedar-Sumedang 45354
e-mail:smks.pgritanjungmedar@gmail.com

MODUL PEMBELAJARAN
MATA PELAJARAN : PENGELOLAAN BISNIS RITEL
GURU MAPEL : LINA KARLINA, S.PD.
MATERI : MEMAHAMI BISNIS RITEL
NAMA SISWA :
KELAS : XI BDP

URAIAN MATERI
Anda pasti sudah sering mendengar istilah ‘retail’ dalam dunia bisnis. Sebenarnya apa itu
bisnis retail dan bisnis seperti apa yang bisa dikategorikan sebagai bisnis  retail? Jika Anda tertarik
dengan bisnis ini, apa saja klasifikasi, mekanisme, teknik pemasaran, dan hal-hal lain terkait bisnis
retail yang perlu Anda ketahui? Sebagai salah satu bisnis yang menjanjikan di era global seperti
sekarang ini, tidak heran bila Anda tertarik untuk memiliki bisnis retail sendiri. Maka dari itu, Anda
perlu menyimak informasi berikut ini agar pengetahuan Anda tentang bisnis retail semakin bertambah.
A. Pengertian Bisnis Retail
Retail sendiri dapat diartikan sebagai proses penjualan produk atau jasa kepada konsumen dalam
skala kecil atau eceran dengan tujuan untuk memenuhi kebutuhan pribadi / konsumsi konsumen
tersebut. Dengan kata lain, pelaku bisnis retail menjual produk atau jasa mereka langsung kepada
konsumen, bukan pada bisnis lain. Proses transaksi pun bisa dilakukan di mana saja, baik melalui
toko fisik maupun toko online. Pelaku bisnis retail merupakan penghubung antara pihak pabrikan
dan konsumen. Maka dari itu, retail dianggap sebagai bagian yang penting dalam rantai pasokan
(supply chain) karena dapat membantu pabrikan sebagai penghasil produk untuk terhubung dengan
konsumen walaupun tanpa ada interaksi langsung. Pihak pabrikan hanya perlu berfokus pada tahap
produksi sedangkan retail berfungsi untuk menjual produk tersebut langsung pada konsumen.
B. Klasifikasi Bisnis Retail
Bisnis retail dapat diklasifikasikan dalam 3 kategori, yaitu:
1. Berbasis toko: transaksi berlangsung melalui perantara toko retail. Klasifikasi ini terbagi dua
lagi; toko berdasarkan kepemilikan dan toko berdasarkan barang yang dijual.
2. Berbasis non-toko: Retail berbasis non-toko biasanya lebih berfokus pada kontak langsung
dengan konsumen. Kontak dapat dilakukan secara personal melalui penjualan langsung (direct
selling) atau non-personal melalui TV, Internet, email marketing, telepon, atau katalog.
3. Berbasis layanan: menawarkan berbagai jenis layanan atau servis pada konsumen. Servis
tersebut bisa berupa perbankan, penyewaan, jasa servis elektronik, dsb. Faktor-faktor seperti
kualitas layanan, fitur yang ditawarkan, keunikan layanan, dan waktu yang dibutuhkan menjadi
hal-hal yang menentukan kesuksesan dari bisnis retail berbasis layanan.
C. Fungsi Bisnis Retail
Mengacu pada arti retail di atas, setidaknya ada empat fungsi dari perusahaan retail. Adapun
fungsi retailing adalah sebagai berikut:
1. Membeli dan menyimpan barang, yaitu membeli barang dari produsen dalam jumlah besar dan
kemudian menyimpannya.
2. Memindahkan hak milik barang kepada konsumen akhir. Dalam hal ini target market retailer adalah
konsumen akhir yang akan memakai suatu barang atau jasa.
3. Memberikan informasi mengenai sifat dasar dan cara penggunaan suatu barang. Retailer berhubungan
langsung dengan konsumen akhir (pengguna), maka informasi mengenai suatu produk harus dijelaskan
oleh retailer kepada konsumen.
4. Memudahkan konsumen untuk membeli barang karena perusahaan retail beroperasi di lokasi yang
mudah terjangkau dan nyaman.
5. Memudahkan konsumen memilih produk yang diinginkan karena terdapat beragam produk pada
pengecer.
6. Mengubah produk ke dalam bentuk yang lebih menarik.
7. Memberikan layanan purna jual produk tertentu dan ikut menangani keluhan konsumen.
8. Pada situasi tertentu, retailer dapat memberikan kredit/ sewa kepada konsumen sehingga pembayaran
dapat dilakukan lebih mudah.
D. Bisnis Retail Berdasarkan Kepemilikannya
Berikut ini jenis-jenis bisnis retail dilihat dari status kepemilikannya:
1. Retail Independen
Pemilik retail independen membangun bisnis tersebut dari awal, mulai dari perencanaan hingga
pendirian usaha retail tersebut. Mereka melakukan semua pekerjaan sendiri tanpa bantuan orang
lain untuk menjalankan usahanya. Kebanyakan orang memulai bisnis retail secara independen
sebelum akhirnya mereka mampu menggaji karyawan untuk membantu mereka. Selain itu,
retailer independen cukup sulit dijalankan terlebih di tengah persaingan yang semakin ketat di
dunia bisnis. Tapi, jangan khawatir, bisnis retail independen Anda akan tetap sukses asalkan
Anda mampu menarik hati konsumen
2. Retail yang Sudah Ada
Bisnis retail jenis ini biasanya berupa warisan atau pengalihan kepemilikan dari bisnis yang
sudah ada. Anda hanya perlu melanjutkan dan bertanggung jawab pada bisnis tersebut sebagai
pemilik baru. Di Indonesia sendiri jenis bisnis retail seperti ini biasanya berupa bisnis keluarga
yang diwariskan pada generasi berikutnya
3. Dealer
Bisnis retail ini berupa badan usaha atau perorangan yang bertugas sebagai distributor dari
produsen ke konsumen. Biasanya dealer memiliki izin khusus yang diberikan oleh produsen
tanpa perlu mengeluarkan biaya apapun. Setelah mengantongi izin tersebut, dealer dapat
menjual produk yang dihasilkan oleh pihak produsen.
4. Waralaba
Waralaba atau franchise hampir mirip seperti dealer. Mereka memiliki izin untuk memakai
produk, nama, konsep, dan rencana bisnis perusahaan induk. Hanya saja untuk mengantongi
izin tersebut, pihak waralaba perlu membayar sejumlah dana yang diajukan pihak tersebut. Hal
ini bukan menjadi masalah karena Anda akan memperoleh sarana yang sama dengan pihak
perusahaan induk.
5. Network Marketing
Network marketing atau jaringan  pemasaran sering disebut juga sebagai Multi Level Marketing
(MLM). Biasanya pihak pemasaran direkrut secara khusus untuk menjual produk dari
distributor / produsen. Penjualan dalam ritel jenis ini sangat tergantung pada orang yang berada
dalam jaringan. Anda tidak memerlukan toko fisik khusus karena hanya mengandalkan jaringan
dalam memasarkan produk.
6. Corporate Chain
Retail jenis ini terdiri atas dua atau lebih bisnis yang dimiliki oleh beberapa individu pemegang
saham dan tergabung dalam satu group. Contoh dari jenis retail ini seperti Ramayana Group,
Matahari Group, Yogya Group dsb.
E. Bisnis Retail Berdasarkan Skala Usaha
Dilihat dari skala usahanya, bisnis retail terbagi menjadi 2 kategori:
1. Retail skala besar; meliputi pengecer atau retailer yang menjual barang dalam skala besar.
Contoh retail jenis ini seperti department store, hypermarket, chain store, general store, dan
supermarket.
2. Retail skala kecil: dikenal juga dengan sebutan pengecer tradisional yang menjual barang
dalam skala kecil. Retail ini dibagi lagi ke dalam dua kategori; retail kecil berpangkal seperti
pedagang kaki lima atau kios yang menetap dan retail kecil tidak berpangkal atau pedagang
keliling seperti penjual sayur keliling.
F. Bisnis Retail Berdasarkan Produk atau Jasa yang Ditawarkan
Bila dikategorikan menurut produk atau jasa yang ditawarkan, bisnis retail terbagi menjadi dua
kategori; product retailing dan service retailing. Penjelasan berikut dapat membantu Anda
membedakan dua kategori tersebut:
1. Service Retailing
Jenis retail ini menawarkan jasa atau layanan secara langsung pada konsumen. Service retailing
terbagi menjadi beberapa kategori, diantaranya:
a. Rented goods service: retail yang menawarkan penyewaan barang terhadap konsumen.
Contohnya; sewa CD, sewa apartemen, rental mobil, dsb.
b. Owned goods service: retail yang menawarkan pelayanan berupa modifikasi atau perbaikan
barang milik konsumen. Contoh; reparasi barang elektronik dan bengkel kendaraan.
c. Non-good service: jasa yang ditawarkan bersifat intangible, artinya tidak berbentuk produk
fisik. Contoh dari layanan ini yaitu pengasuh bayi, pemandu wisata, dan supir.
2. Product Retailing
Product retailing merupakan jenis bisnis retail yang menawarkan berbagai produk untuk memenuhi
kebutuhan pelanggan. Ada 4 tipe yang termasuk dalam kategori ini:
a. Toserba atau Department Store; retail ini menawarkan produk berupa pakaian dan peralatan
rumah tangga. Setidaknya bisnis retail ini memiliki 20 karyawan.
b. Food and drug retailer: produk yang ditawarkan terbatas pada makanan dan obat-obatan saja.
Produk ini bisa ditemukan di toko retail besar maupun kecil.
c. Swalayan atau superdrug store: berupa toko besar yang menjual obat-obatan dan makanan
dalam berbagai variasi dengan harga yang rendah.
d. Convenience store: bisa disebut sebagai swalayan mini yang menjual kebutuhan sehari-hari.
Retail ini mudah ditemukan karena berlokasi di pemukiman penduduk dan buka 24 jam.
Contoh Alfamart dan Indomaret.
e. Combination store: hampir mirip dengan swalayan atau superdrug store karena menetapkan
harga dan praktik pemasaran yang serupa. Tetapi, ritel ini lebih besar dibanding superdrug
store dan swalayan.
G. Bisnis Retail Dilihat dari Teknik Pemasaran Produk
Di era digital seperti sekarang ini, teknologi berperan penting untuk menunjang pemasaran produk
suatu bisnis retail. Maka tidak heran jika teknik pemasaran atau marketing dalam bisnis retail
mengalami perubahan seiring perkembangan teknologi. Terlepas dari perubahan teknik pemasaran
produk retail, berikut ini kategori teknik pemasaran produk dalam bisnis retail yang perlu Anda
ketahui:
1. In Store – Retailing (Dalam Toko)
Proses transaksi atau penjualan berlangsung di dalam toko. In – store retailing dibagi menjadi tiga
vjenis, yaitu:
a. Speciality merchandise; terdiri dari limited – line stores (toko yang menawarkan produk
dengan ruang lingkup yang kecil seperti toko bunga), single – line stores (toko yang menjual
satu produk dengan jenis yang beragam), dan specialty stores (toko yang menjual satu jenis
produk saja).
b. General merchandise; berupa general stores (menjual kebutuhan pokok dan berlokasi di desa-
desa), variety store (menjual berbagai produk tapi dengan pilihan yang terbatas), dan
department store (menjual produk yang beragam dan lengkap).
c. Mass merchandise; berupa supermarket, superstores (lebih besar dari supermarket dan
menawarkan berbagai macam produk dan jasa), hypermarket (menjual perabotan rumah tangga
dan perlengkapan transportasi), discount store (menjual barang dengan harga diskon untuk
menghasilkan perputaran penjualan yang tinggi), warehouse showroom, dan catalogue
showroom.
2. Non – Store Retailing
Retail berjenis non – toko ini menjual produk atau jasa dengan menggunakan media di luar toko
fisik sebagai teknik pemasarannya. Contoh non – store retailing yaitu penjualan yang dilakukan
melalui direct selling, email, vending machine, televisi, dan media elektronik / digital lainnya

TEST FORMATIF
Jawablah pertanyaan dibawah ini dengan baik dan benar!
1. Setelah mempelajari modul di atas, simpulkan lagi menurut Bahasa kalian sendiri, apa yang dimaksud
dengan bisnis ritel?
2. Dari tiga klasifikasi bisnis retail diatas, bisnis retail seperti apa yang ingin Anda tawarkan pada
konsumen Anda?
3. Bisnis ritel lebih megutamakan pengalaman pelanggan saat berbelanja. Bagaimana cara menjalin hubungan
baik dengan pelanggan?
4. Harga sebagai nilai suatu barang atau jasa diukur dengan sejumlah uang. Bagaimana prosedur penetapan
harga? Apabila anda melakukan pembelian produk, manakah yang lebih anda utamakan? Harga atu
kualitas? Jelaskan!
5. Ritel meliputi semua kegiatan yang melibatkan penjualan barang dan jasa secara langsung kepada
konsumen akhir untuk penggunaan pribadi dan bukan bisnis. Bagaimana karakteristik bisnis ritel?

Anda mungkin juga menyukai