Aspek Psikologis, remaja adalah mereka yang secara individu mengalami perkembangan
dalam pola identifikasi dari anak menuju dewasa. Pada usia remaja, seseorang akan
mengalami puncak emosional dalam hidupnya. Pertumbuhan organ seksual memiliki peran
yang tinggi dalam perkembangan emosinya, misalnya saja muncul perasaan cinta dan hasrat
terhadap lawan jenis.
G.W. Allport (Sarlito, 2006), studinya tentang psikologi remaja memberikan pandangannya
tersendiri mengenai masa remaja. Beliau kemudian membagi masa remaja itu sendiri dalam
ciri-ciri berikut :
Pada masa remaja berkembang “social cognition”, yaitu kemampuan untuk memahami
orang lain. Remaja memahami orang lain sebagai individu yang unik, baik menyangkut
sifat pribadi, minat, nilai-nilai, maupun perasaannya.
Pada masa ini juga berkembang sikap “conformity”, yaitu kecenderungan untuk
menyerah atau mengikuti opini, pendapat, nilai, kebiasaan, kegemaran atau keinginan
orang lain (teman sebaya).
Apabila kelompok teman sebaya yang diikuti menampilkan sikap dan perilaku yang
secara moral dan agama dapat dipertanggung jawabkan maka kemungkinan besar remaja
tersebut akan menampilkan pribadinya yang baik. Sedangkan, apabila kelompoknya itu
menampilkan dan perilaku yang melecehkan nilai-nilai moral maka sangat dimungkinkan
remaja akan melakukan perilaku seperti kelompoknya tersebut.
Anthropologi berasal dari kata Yunani yakni anthropos yang berarti “manusia” atau
“orang”, dan logos yang berarti “wacana” (dalam pengertian “bernalar”, “berakal”).
Antropologi adalah salah satu cabang ilmu sosial yang mempelajari tentang budaya
masyarakat suatu etnis tertentu. Antropologi lahir atau muncul berawal dari ketertarikan
orang-orang Eropa yang melihat ciri-ciri fisik, adat istiadat, budaya yang berbeda dari apa
yang dikenal di Eropa.
Anak menurut perspektif antropologi sebagai individu yang merupakan bagian suatu
kebudayaan, yang dibentuk melalui pola pengasuhan orang tua, dan melakukan
sosialisasi dengan lingkungan sosialnya. Dari perspektif tersebut dapat diambil tiga
garis besar yakni:
D. Fisik
Pertumbuhan fisik remaja relatif berkurang dengan kata lain tidaksepesat dalam masa remaja
awal.Bagi remaja pria pada usia 20 tahun danremaja wanita 18 tahun keadaan tinggi badan
mengalami pertumbuhan yanglambat.Mengalami keadaan sempurna bagi beberapa aspek
pertumbuhan danmenunjukkan kesiapan untuk memasuki masa dewasa awal.
Seperti badandan anggota badan menjadi berimbang, wajah yang simetris, bahuyang
berimbang dengan pinggul.Saat ini, remaja mengalami perubahan fsik (dalam tinggi danberat
badan) lebih awal dan cepat berakhir daripada orang tuanya.Kecenderungan ini disebut trend
secular.
E. Non Fisik
Masa remaja akhir adalah masa transisi perkembangan antara masa remaja menuju dewasa
yang pada umumnya dimulai pada usia 17-22 tahun. Pada masa ini terjadi proses
perkembangan meliputi perubahan-perubahan yang berhubungan dengan orang tua dan cita-
cita mereka, dimana pembentukan cita-cita merupakan proses pembentukan orientasi masa
depan.
Adolessense berasal dari kata adolescere yang artinya: “tumbuh”, atau ”tumbuh menjadi
dewasa” untuk mencapai “kematangan”. Pada masa adolessense ini adalah masa terjadinya
proses peralihan dari masa remaja atau pemuda ke masa dewasa. Jadi masa ini merupakan
masa penutup dari masa remaja atau pemuda.
Pada masa adolescence ini sudah mulai stabil dan mantap, ia ingin hidup dengan modal
keberanian, anak mengenal aku-nya, mengenal arah hidupnya, serta sadar akan tujuan yang
dicapainya, pendiriannya sudah mulai jelas dengan cara tertentu. sikap kritis sudah semakin
nampak, dan dalam hal ini sudah mulai aktif dan objektif dalam melibatkan diri ke dalam
kegiatan-kegiatan dunia luar. Juga dia sudah mulai mencoba mendidik diri sendiri sesuai
pengaruh yang diterimanya. Maka dalam hal ini terjadi pembangunan yang esensial terhadap
pandangan hidupnya, dan masa ini merupakan masa berjuang dalam menentukan
bentuk/corak kedewasaannya (Agus Salim Daulay, 2010:77).
Adapun sifat-sifat yang dialami pada masa adolescence ini adalah sebagai berikut:
1. Menunjukkan timbulnya sikap positif dalam menentukan sistem tata nilai yang ada.
2. Menunjukkan adanya ketenangan dan keseimbangan di dalam kehidupannya.
3. Mulai menyadari bahwa sikap aktif, mengkritik, waktu ia puber itu mudah tetapi
melaksanakannya sulit.
4. Ia mulai memiliki rencana hidup yang jelas dan mapan.
5. Ia mulai senang menghargai sesuatu yang bersifat historis dan tradisi, agama, kultur,
etis dan estetis serta ekonomis.
6. Ia sudah tidak lagi berdasarkan nafsu seks belaka dalam mentukan calon teman hidup,
akan tetapi atas dasar pertimbangan yang matang dari berbagai aspek.
7. Ia mulai mengambil atau menentukan sikap hidup berdasarkan system nilai yang
diyakininya.
a. Meningkatkan keimanan dan ketakwaan peserta didik kepada Tuhan Yang Maha Esa
b. Mengembangkan potensi peserta didik agar menjadi warga Negara yang berahlak mulia,
sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, demokratis dan bertanggung jawab.
Tujuan Khusus :
a. Menyiapkan peserta didik agar menjadi manusia produktif, maupun bekerja mandiri,
mengisi lowongan pekerjaan yang ada di dunia usaha dan industri sebagai tenaga tingkat
kerja menengah, sesuai dengan kompetensi dalam program keahlian yang dipilihnya.
b. Menyiapkan peserta didik agar mampu memilih karir, ulet dan gigih dalam berkompetisi,
beradaptasi di lingkungan kerja, dan mengembangkan sikap profesional dalam bidang
keahlian yang diminatinya.
c. Membekali peserta didik dengan ilmu pengetahuan, teknologi dan seni, agar mampu
mengembangkan diri di kemudian hari baik secara mandiri maupun melalui jenjang
pendidikan yang lebih tinggi
Peran guru produktif sangat menentukan dalam usaha peningkatan kualitas pendidikan
kejuruan. Untuk itu guru sebagai agen pembelajaran, dituntut mampu menyelenggarakan
proses pembelajaran dengan sebaik-baiknya dalam kerangka pembangunan nasional. Guru
memiliki peran strategis dalam bidang pendidikan, bahkan sumber daya pendidikan lain yang
memadai kurang berarti apabila tidak disertai kualitas guru yang baik. Untuk pendidikan
kejuruan, kualitas guru harus sesuai kompetensinya, termasuk dalam menyiapkan
administrasi pembelajaran kejuruan. Dengan kata lain guru produktif merupakan ujung
tombak dalam upaya peningkatan kualitas layanan dan hasil pendidikan. Guru professional
mempunyai beberapa tanggungjawab berupa :
1. Tanggung jawab pribadi yang mandiri, yang mampu memahami dirinya, mengelola
dirinya, mengendalikan dirinya dan menghargai serta pengembangan diri.
2. Tanggungjawab sosial diwujudkan melalui kompetensi guru dalam memahami dirinya
sebagai bagian yang tak terpisahkan dari lingkungan sosial serta memiliki
kemampuan interaksi yang efektif.
3. Tanggungjawab intelektual diwujudkan melalui penguasaan berbagai perangkat
pengetahuan dan keterampilan yang diperlukan untuk menunjang tugas utamanya.
4. Tanggungjawab moral, mental dan spiritual diwujudkan melalui penampilan guru
sebagai makhluk beragama yang perilakunya senantiasa tidak menyimpang dari
norma agama.
Guru produktif harus memiliki komitmen dan kompetensi sesuai bidangnya. Guru produktif
memiliki 3 tugas dan tanggungjawab, yaitu sebagai pengajar, pembimbing dan administrator
kelas dan bengkel. Mengajar merupakan suatu perbuatan tanggungjawab moral yang cukup
berat, karena tindakan dan perilaku seorang guru juga menjadi pertimbangan. Guru produktif
bertanggungjawab terhadap berhasil atau tidaknya proses pembelajaran terhadap kompetensi
siswa. Guru produktif sangat lekat dengan tugas dan tanggungjawabnya sebagai pengembang
dan penyelenggara pendidikan vokasi, harus mampu merencanakan, melaksanakan
pembelajaran dalam suasana yang menyenangkan ( joyfull, funny, romantic ), dialogis,
demokratis, kooperatif, dan bermakna. Proses pembelajaran seperti itu dapat terwujud jika
seorang guru produktif memiliki kompetensi yang cukup dalam bidangnya. Kompetensi yang
dimaksud adalah seperangkat pengetahuan, keterampilan dan perilaku yang dimiliki, dihayati
dan dikuasai oleh guru.