Biaya Pemilikan Dan Operasi Alat Berat
Biaya Pemilikan Dan Operasi Alat Berat
Di dalam suatu proyek konstruksi alat-alat berat yang digunakan dapat berasal dari
bermacam-macam sumber, antara alain alat berat yang dibeli oleh kontraktor, alat berat yang
disewa-beli oleh kontraktor, dan alat berat yang disewa oleh kontraktor.
a. Alat berat yang dibeli oleh kontraktor
Kontraktor dapat saja membeli alat berat. Keuntungan dari pebelian ini adalah biaya
pemakaian per jam yang sangat kecil jika alat tersebut digunakan secara optimal. Dilihat dari
segi keuntungan perusahaan, kepemilikan alat berat merupakan suatu faktor yang penting karena
kadang-kadang pemilik proyek melihat kemampuan suatu kontraktor berdasarkan alat yang
dimilikinya.
Dalam menentukan biaya yang harus dikeluarkan untuk pengoperasian alat berat ada dua bagian
penting yang harus diperhitungkan :
Dalam menghitung biaya pemilikan ada 4 ( empat ) bagian utama yang harus dihitung, keempat
bagian tersebut adalah :
Biaya penyusutan adalah biaya yang harus dihitung sehubungan dengan berkurangnya nilai alat.
Baik karena terjadinya keusangan ataupun berkurangnya nilai alat akibat keausan berbagai elemen yang
ada dalam alat tersebut. Menentukan nilai penyusutan secara ideal dan tepat memang pekerjaan yang
sulit. Karena alat berat adalah sebuah benda yang selalu bergerak dan bersifat mekanis. Tak mudah
menghitung berapa penyusutan sebenarnya yang terjadi pada sebuah alat berat, setelah melakukan
pekerjaan tertentu pada periode waktu yang lama.
Namun untuk menghitung nilai penyusutan secara teoritis berdasarkan ukuran keuangan,
tidaklah terlalu rumit, karena sebagian data yang digunakan untuk dasar perhitungan hanya angka
perkiraan, misalnya dalam menetapkan usia ekonomis alat.
Harga Penyerahan ( Rp )
atau
DP
DC =
EL
dimana :
Harga Penyerahan :
adalah biaya yang dikeluarkan untuk memiliki alat tersebut termasuk pajak dan bea
masuk untuk alat tersebut jika didatangkan dari luar negeri.
Usia Ekonomis :
adalah usia dari alat dapat dipakai secara ekonomis dan ini dipengaruhi oleh beberapa
faktor, antara lain kondisi kerja dan tingkat pemeliharaan yang dilakukan oleh pemilik.
Karena pengaruh kondisi kerja ini sangat besar terhadap usia ekonomis alat. Maka berdasarkan
Caterpillar Performance Handbook edisi 22, untuk alat-alat merk caterpillar kondisi daerah kerja dibagi
dalam tiga kondisi yaitu :
dibawah ini dapat dilihat pada tabel berikut perkiraan usia ekonomis beberapa alat berat
berdasarkan kondisi daerah kerja.
Tabel 10. 1
Perkiraan Usia Ekonomis Alat Berat
harga penyerahan diatas itu termasuk biaya ban dan biaya perlengkapan khusus dan juga jika
alat mempunyai nilai sisa setelah mencapai usia ekonomis, maka biaya penyusutan akan menjadi :
DP - ( SV + TC + SIC )
DC =
EL
dimana :
Untuk memperkirakan nilai sisa ( Salvage value ) ini cukup sulit. Tak mudah memperkirakan
berapa alat akan dijual setelah dipakai selama mencapai usia ekonomis. Caterpillar Performance
Handbook memberikan angka perkiraan nilai sisa alat berat setelah berakhir usia ekonomisnya kurang
lebih 35 % dari harga penyerahan.
SV = ± 35 % DP
Contoh 1
Sebuah bulldozer model D7 dibeli dengan harga penyerahan dilokasi proyek dengan harga Rp
380.000.000. Berapa biaya penyusutan perjam, jika alat ini beroperasi pada daerah kerja kondisi sedang,
dengan perkiraan usia ekonomis 18.000 jam.
Solusi :
Harga Penyerahan ( Rp )
Biaya Penyusutan =
Usia Ekonomis ( jam )
Rp 380.000.000,-
=
18.000 jam
= Rp 21.111,11 / jam
Contoh 2
Solusi
Rp 380.000.000,- 30 % Rp 380.000.000,-
=
18.000 jam
= Rp 13.722,22 / jam
Contoh 3.
Sebuah wheel loader dibeli dengan harga penyerahan dilokasi proyek pekerjaan Rp
800.000.000,- . Setelah berakhir usia ekonomis alat ini diperkirakan dapat dijual kembali dengan nilai 35
% dari harga penyerahan. Harga ban diperkirakan Rp 4.000.000,- perbuah. Hitung biaya penyusutan
setiap jam, jika alat ini dapat mencapai usia ekonomis 9 tahun dengan jam kerja rata-rata 2.000 jam
pertahun.
Solusi
Biaya Penyusutan
Harga Penyerahan – ( Nilai Sisa + Harga Ban )
=
Usia Ekonomis
= Rp 28.000,-/ jam
b. Biaya Bunga
Apabila seorang kontraktor tidak memiliki cukup modal untuk membeli sebuah alat berat,
biasanya mereka berusaha untuk mendapatkan pinjaman dari berbagai pihak, sebagai sebuah
perusahaan tentunya kemungkinan besar untuk memperoleh pinjaman dari Bank. Dan pinjaman ini akan
dikembalikan dengan cara-cara tertentu sesuai dengan perjanjian kedua belah pihak. Dan pengembalian
ini ada keharusan bagi kontraktor untuk membayar bunga pinjaman. Dengan demikian kontraktor akan
mengeluarkan biaya tetap setiap periode waktu tertentu. Biaya inilah yang diperhitungkan sebagai biaya
bunga.
Dan demikian juga apabila kontraktor memiliki cukup modal untuk membeli alat,dengan tidak
meminjam uang dari Bank,maka biaya bunga tetap harus diperhitungkan.
Faktor-faktor penting yang harus diketahui untuk menghitung biaya bunga adalah :
Jika semua data di atas sudah dapat diketahui maka Biaya Bunga dapat dihitung dengan rumus
dibawah ini :
( N + 1 )
x DP x IR
2N
IRC =
Hpy
dimana ;
DP = Harga Penyerahan ( Rp )
Suku bunga yang dijadikan sebagai dasar perhitungan bersumber pada sumber-sumber yang
dapat dipercaya, misalnya dari Bank, meskipun kadang kala uang yang digunakan untuk membeli alat
tersebut milik sendiri.
contoh 4
Sebuah Motor Grader dibeli dengan harga penyerahan dilokasi proyek Rp 800.000.000,-.
Diperhitungkan alat ini dapat mencapai usia ekonomis 6 tahun dengan jam kerja rata-rata pertahun
2000 jam. Hitung biaya bunga perjam, jika suku bunga yang berlaku pada waktu membeli alat 12 %.
solusi
Biaya Bunga
( N + 1 )
x DP x IR
2 N
IRC =
Hpy
(9+ 1 )
x Rp 800 . 000. 000,− x 12%
2x9
IRC =
2. 000 jam
Rp 53. 333. 333,33
=
2. 000 jam
= Rp 26 .666,66
c. Biaya Asuransi
Untuk menghitung biaya Asuransi juga diperlukan data-data sama seperti biaya bunga dengan
rumus seperti berikut : ( N +1 )
x DP x I
2N
IC=
Hpy
dimana ;
DP = Harga Penyerahan ( Rp )
I = asuransi ( % pertahun )
Contoh 5
Solusi
Biaya Asuransi ( IC ) =
( N + 1 )
x DP x I
2N
IC=
Hpy
( 8 + 1 )
2x8
x Rp 900 .000 . 000 x 2 %
IC=
2 .000 jam
Rp 10 .125 . 000,−
=
2000 jam
= Rp 5062,5 / jam
d. Biaya Pajak
Pajak merupakan suatu kewajiban membayar kepada negara atas pemilikan barang atau
jasa. Memiliki alat berat berarti juga harus membayar pajak kepada negara sejumlah tertentu sesuai
dengan peraturan yang berlaku. Pajak yang dimaksud disini bukan pajak pendapatan atau pajak
perusahaan, melainkan pajak peralatan sama seperti pajak kendaraan bermotor lainya.
Cara menghitung biaya pajak, juga sama dengan menghitung biaya bunga dan asuransi
terdahulu, mungkin hanya besar prosentasenya yang berbeda.
( N + 1 )
x DP x T
2N
TC =
Hpy
dimana ;
DP = Harga Penyerahan ( Rp )
T = Pajak ( % pertahun )
Solusi
Biaya Pajak ( TC ) =
( N + 1 )
x DP x T
2N
TC =
Hpy
( 8+ 1 )
2x8
x Rp 900 . 000 . 000 x 1 %
TC=
2. 000 jam
Rp 5 . 062. 500 ,−
=
2000 jam
= Rp 2531 ,25 / jam
(N+1 )
x DP x ( IR + I + T )
2N
= z
Hpy
dimana ;
DP = Harga Penyerahan ( Rp )
I = Asuransi ( % pertahun )
T = Pajak ( % pertahun )
Biaya Pemilikan = Biaya Penyusutan + Biaya Bunga + Biaya Asuransi + Biaya Pajak
BP = DC + IRC + IC + TC
dimana :
BP = Biaya Pemilikan
DC = Biaya Penyusutan
IRC= Biaya Bunga
IC = Biaya Asuransi
TC = Biaya Pajak
Biaya Operasi adalah biaya-biaya yang dikeluarkan untuk keperluan operasi sebuah alat
berat. Biaya ini memang tergantung pada beroperasi atau tidaknya sebuah alat, berbeda dengan biaya
pemilikan, biaya operasi tidak akan dikeluarkan bila alat dalam keadaan tidak beroperasi. Oleh karena
itu biaya operasi ini tergantung dari intensitas pemakaian alat. Sehingga besarnya biaya operasi yang
harus dikeluarkan sangat ditentukan dari jumlah bahan bakar dan bahan-bahan yang lain serta
perlengkapan yang dikonsumsi oleh alat tersebut.
Secara teoritis biaya-biaya yang harus dihitung dalam bagian biaya operasi ini adalah :
Dengan demikian kebutuhan bahan bakar yang diperlukan sebuah alat dapat
ditentukan dengan rumus :
b. Pelumas
Perhitungan penggunaan pelumas per jam ( Q p ) biasanya berdasarkan jumlah waktu
operasi dan lamanya:
f x hp x 0,006 c
Qp = +
7,4 t
Hp = horse – power
c = Kapasitas crankcase
t = lama penggunaan pelumas
f = faktor pengoperasian
c. Roda
Perhitungan depresiasi alat berat beroda ban dengan alat berat beroda crawler berbeda.
Umumnya crawler mempunyai depresiasi sama dengan depresiasi alat sedangkan ban
mempunyai depresiasi lebih pendek daripada umur alat.
Contoh 4:
Hitunglah biaya per jam alat berat beroda ban dengan ketentuan seperti di bawah ini:
- Mesin diesel 160 hp
- Kapasitas crankcase 6 gal
- Pelumas diganti setiap 100 jam
- Factor pengoperasian 0,6
- Harga alat 400.000.000 rupiah tanpa nilai alat sisa
- Pemakaian gemuk per jam 0,25 kg
- Umur ekonomis alat 5 tahun (1 tahun dipakai 1400 jam)
- Bunga pinjaman, pajak, asuransi 20%
- BBM menggunakan solar @ Rp4500/ liter
- Harga pelumas @Rp120.000/ liter
- Harga gemuk Rp5.000/ kg
- Biaya operator = Rp12.500/ jam
- Harga ban Rp25.000.000 dengan masa pakai 5000 jam dan perbaikan ban 15% dari depresiasi
ban.
Pembahasan:
1) Biaya kepemilikan per jam:
- Perhitungan dengan menggunakan table suku bunga
A = P (A/P,i,n)
Dengan menggunakan table suku bunga, diperoleh nilai (A/P,i =20, n=5)
diperoleh = 0,334380, sehingga:
A = 400.000.000 x 0,334380
= Rp133.752.000/ tahun
= 133.752.000/ 1400 = Rp95.538/ jam
-
d. Mobilisasi dan Demobilisasi Alat
Biaya ini merupakan biaya yang dikeluarkan untuk mengangkut alat antara proyek dan
garasi atau tempat penyimpanan alat. Biaya ini perlu diperhitungkan karena alat – alat berat
umumnya kecuali truk tidak berjalan sendiri menuju lokasi proyek tetapi diangkut dengan
menggunakan lowbed trailer
Contoh :
Hitung biaya perjam alat beroda crawler dengan
ketentuan seperti di bawah ini :
- Mesin diesel 160 hp
- Kapasitas crankcase 6 gal
- Pelumas diganti setiap 100 jam
- Faktor pengoperasian 0,6
- Harga alat 400.000.000 rupiah tanpa nilai sisa alat
- Pemakaian gemuk perjam 0,25 kg
Secara keseluruhan biaya alat berat per jam adalah sebagai berikut: