Anda di halaman 1dari 48

23 November 2017

PUSAT KURIKULUM
DAN PERBUKUAN
JAKARTA, 2017

KONSEP LITERASI
NUMERACY (Berhitung)
DALAM KURIKULUM
2013

KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN


BADAN PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN
PUSAT KURIKULUM DAN PERBUKUAN
JAKARTA, 2017
1
- 48 -
KATA PENGANTAR

Literasi adalah kemampuan mengetahui, memahami, dan memaknai


bahasa tertulis dalam kehidupan sehari-hari. Menurut UNESCO (2004),
literasi dimaknai sebagai kemampuan mengenali, mengerti, menafsirkan,
menciptakan, mengomunikasikan, menghitung, dan menggunakan bahan
kajian, cetak, tertulis, dan berbagai moda yang berhubungan dengan
beragam konteks. Literasi mencakup rentang pembelajaran yang
membuat individu mampu untuk mencapai tujuannya, mengembangkan
pengetahuan dan potensinya, dan berpartisipasi secara penuh dalam
masyarakat sebagai keseluruhan. Perkembangan selanjutnya, literasi
tidak hanya terbatas pada literasi bahasa di atas. Pada saat ini,
berkembang enam jenis literasi, yaitu baca tulis, Numeracy (berhitung),
keuangan, sains, digital dan Teknologi Informasi dan Komunikasi (TIK),
serta literasi budaya dan kewarganegaraan.

Keenam literasi di atas sudah dikembangkan dalam Kurikulum 2013.


Naskah ini pada dasarnya merupakan kajian konsep terhadap
pengembangan literasi dalam Kurikulum 2013, khususnya literasi
Numeracy (berhitung). Di dalam naskah ini disajikan tentang definisi, misi
pedagogis, tujuan, kompetensi, dan penjenjangan literasi.

Naskah ini masih jauh dari kesempurnaan, untuk itu, saran dan masukan
sangat diharapkan dari pembaca.

Jakarta, November 2017


Kepala Pusat Kurikulum dan Perbukuan

Dr. Awaluddin Tjalla

2
- 47 -
Suherman, E. dkk. (2003). Strategi Pembelajaran Matematika Kontemporer.
Bandung: Depdiknas-JICA-UPI. DAFTAR ISI
Susanto, Dicky. (2017). Literasi Numeracy (berhitung). Bahan tayang
Puskurbuk.
Syaban, Mumun. (2010). Menggunakan Open-Ended untuk Memotivasi I. Defenisi ......................................................... Error! Bookmark not defined.
Berpikir Matematika. EDUCARE: Jurnal Pendidikan dan Budaya. Lampung: II. Misi Pedagogis ............................................... Error! Bookmark not defined.
Unila. [online] di http://educare.e-fkipunla.net.
A. Misi Literasi Numeracy (berhitung) ................................................... - 12 -
ACARA. Numeracy Learning Continuum. Australia: ACARA. [online] di
B. Literasi Numeracy (berhitung) dalam Kurikulum 2013 ..................... - 13 -
https://www.australiancurriculum.edu.au/f-10-curriculum/general-
capabilities/numeracy/ C. Literasi Numeracy (berhitung) dalam Pembelajaran Lintas Mata Pelajaran

Tobias, Dantzig. (2005). Numbers, The Language of Science. New York: Pi ........................................................................................................... - 14 -
Press. III. Tujuan Literasi Numeracy (berhitung) ............. Error! Bookmark not defined.
Ramesh. (2013). The Essentials of Numeracy. [online] di IV. Kompetensi Literasi Numeracy (berhitung) ..... Error! Bookmark not defined.
https://www.nationalnumeracy.org.uk/essentials-numeracy
V. Penjenjangan Literasi Numeracy (berhitung)... Error! Bookmark not defined.
UNESCO. (2004). The plurality of literacy and its Implications for Policies and
VI. Penutup…………………………………………………………………………………….………….-42-
Programs: Position paper. Paris, Perancis: UNESCO Education Sector
Position Paper: 13. VII. Daftar Pustaka……………………………………………………………………………………...-44-
World Economic Forum (2015). New vision for education: Unlocking the
potential of technology. Geneva, Switzerland: World Economic Forum.
Wahyudin. (2008). Pembelajaran dan Model-Model Pembelajaran:
Pelengkap untuk Meningkatkan Kompetensi Pedagogis Para Guru dan
Calon Guru Profesional. Bandung: Diktat Perkuliahan UPI. Belum
diterbitkan.

- 46 -
3
KONSEP LITERASI NUMERACY (BERHITUNG) DALAM KURIKULUM 2013
A Report to the Nation on the Future of Mathematics Education. NRC-
Mathematical Sciences Education Board. Washington D.C.: National
Academy Press.
PENDAHULUAN
Hudoyo, Herman. (2003). Pengembangan Kurikulum Pembelajaran
Perspektif Literasi Matematika. Malang: Depdiknas-JICA-UM.
Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan Indonesia (2016). Buku Saku
Dari perspektif pedagogi, literasi tidak hanya merupakan satu entitas mata Gerakan Literasi Sekolah. Jakarta, Indonesia: Direktorat Jenderal
pelajaran, melainkan menjadi indikator dari keberhasilan implementasi Pendidikan Dasar dan Menengah.
kurikulum. Literasi dalam Kurikulum Australia merupakan proses untuk
mencapai tahap pemaknaan (interpreting) teks melalui mendengar, membaca, Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan Indonesia (2016). Peraturan
dan mencermati. Meskipun pendefinisian literasi tersebut berada dalam konteks Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Nomor 24 Tahun 2016 tentang
pengajaran bahasa, tetapi ruang lingkup dari definisi tersebut dapat berlaku Tentang Kompetensi Inti dan Kompetensi Dasar Pelajaran pada
untuk mata pelajaran lain. PISA (The Programme for International Studet Kurikulum 2013. Jakarta, Indonesia: Kemendikbud.
Assessment) mendefinisikan literasi Numeracy (berhitung) sebagai refleksi Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan Indonesia (2017). Peta Jalan
kompetensi kognitif dari proses penerjemahan atas struktur dan karakteristik Gerakan Literasi Nasional. Jakarta, Indonesia: Kemendikbud.
penyajian tekstual sampai dengan pemahaman pengetahuan tentang fenomena
alam. Dalam upaya untuk mengembangkan pemahaman pengetahuan tersebut, Lange, Jan de. (2005). Mathematical Literacy for Living from OECD-PISA
kompetensi metakognitif menjadi sarana penerjemahan, baik pada tahap Perspective. Netherlands: Freudenthal Institute, Utrecht University.
pemahaman terhadap struktur dan penyajian tekstual sampai dengan NCTM. (2000). Principles and Standards for School Mathematics. Reston, Va:
pemahaman pengetahuan tentang fenomena alam. Pengajaran bahasa NCTM.
merupakan titik tolak menuju literasi bidang lain. Frasa dan paragraf dalam
Pisa, O. E. C. D. (2015). Draft Science Framework. diambil dari http://www.
bahasa mengekspresikan struktur logika bahasa dan sekaligus struktur logika
oecd. org/pisa/pisaproducts/Draft PISA 2015 Science Framework. pdf.
cabang ilmu pengetahuan lainnya.
Puskurbuk (2013). Naskah Akademik Kurikulum 2013. Jakarta, Indonesia:
Proses pedagogi yang berlangsung melalui proses belajar mengajar di kelas Puskurbuk.
merupakan proses interaksi fungsional antara guru dan siswa serta antarsiswa. Puskurbuk. (2016). Silabus Mata Pelajaran Matematika SD, SMP, SMA.
Dalam proses interaksi tersebut, terdapat dua fenomena mengonstruksi Jakarta: Puskurbuk.
pengetahuan dan menginternalisasikan nilai-nilai kehidupan sosial. Keduanya
merupakan proses pengembangan kompetensi literasi. Dengan Riedesel, C. A., Schwartz, J. E., and Clements, D. H. (1996). Teaching
mempertimbangkan bahwa proses pemelajaran membawa misi mengonstruksi Elementary School Mathematics. Boston: Allyn & Bacon.
pengetahuan dan menginternalisasi nilai-nilai kehidupan, interaksi yang Shimada, S. dan Becker, J.P. (1997). The Open-ended Approach: A New
berlangsung di ruang kelas tidak hanya bersifat tekstual, tetapi juga kontekstual. Proposal for Teaching Mathematics. Virginia: National Council of
Dengan mempertimbangkan kedua aspek tersebut, aspek tekstual dan Theachers of Mathematics.

-4- - 45 -
kontekstual bersifat saling melengkapi. Aspek tekstual memberikan karangka
pedagogis untuk menyeleksi konteks-konteks yang dapat diintegrasikan dalam
proses belajar mengajar di kelas. Di lain pihak, aspek kontekstual memperkaya
VII. DAFTAR PUSTAKA pokok bahasan suatu topik dari mata pelajaran.

Dalam konteks ini, literasi tidak hanya bersandar pada kemampuan


Curren, Randal (2010). Education for Global Citizenship and Survival dalam membaca teks yang berdasarkan prinsip struktur bahasa dan perbendaharaan
Yvonne Raley and Gerhard Preyer (Ed). Philosophy of Education in the kata pada teks tersebut, melainkan lebih jauh lagi sampai kepada pemaknaan
Era of Globalization. New York: Routledge. Hlm 67-90 teks. Proses pemahaman terhadap aspek tekstual dan kontekstual harus
meningkat secara berjenjang, baik berdasarkan jenjang pendidikan maupun
Dale, Philip S. and Thoreson, Catherine Crain (March 1999), Language and kompleksitas pokok bahasan pada setiap jenjangnya. Pembentukan kompetensi
Literacy in a Developmental Perspective. Journal of Behavioral literasi atas setiap pokok bahasan pada setiap mata pelajaran meliputi tiga
Education, 9, 1. Hlm. 23-33. tahapan, yaitu mengetahui (knowing), memahami (understanding), dan tahapan
Korkmaz, Sedat and Korkmaz, Şule Çelik (2013). Contextualization or de- tertinggi adalah memaknai (interpreting). Secara grafis, penjelasan dari setiap
contextualization: student teachers’ perceptions about teaching a tahap disajikan pada Gambar 1.
language in context. Social and Behavioral Sciences, 93. Hlm, 895 –
899.
Pole, D. The Concept of Reason. (1972), dalam R.F.Dearden P.H.Hirst and
R.S.Peters (Eds). Education and the development of reason. London:
Routledge. Hlm. 112-130.
Trilling, Bernie and Fadel, Charles (2009). 21st Century Skills: Learning for Life
in Our Times. San Fransisco: John Wiley & Sons, Inc.
Ahmad, Zahanim. (2017). Perlaksanaan Literasi dan Numeracy (berhitung) di
Sekolah Rendah. Malaysia: Pusat Pengajian Teras. Kolej Universiti Islam
Antarabangssa Selangor.
Alisah, Evawati dan Dharmawan, Eko Prasetyo. (2007). Filsafat Dunia Gambar 1. Tahapan dalam Pengembangan Kompetensi Literasi
Matematika, Pengantar untuk Memahami Konsep-konsep Matematika.
Jakarta: Prestasi Pustaka.
Freudenthal, H. (1991). Revisiting Mathematics Education. China Lectures.
Dordrecht: Kluwer Academic Publishers.
Hill, Shirley A. Griffiths, Phillip A. and Bucy, J. Fred. (1989). Everybody Counts:

- 44 - -5-
Literasi Numeracy (berhitung) merupakan kecakapan menggunakan
I. DEFINISI
berbagai macam angka dan simbol-simbol yang terkait dengan
matematika dasar untuk memecahkan masalah praktis kehidupan sehari-
Literasi adalah kemampuan membaca, memahami, dan menggunakan hari juga sebagai alat bagi pengembangan ilmu lain. Di sini juga hadir
bahasa tertulis dalam kehidupan sehari-hari. Menurut UNESCO (2004), kemampuan menganalisis informasi yang ditampilkan dalam grafik,
literasi dimaknai sebagai kemampuan mengenali, mengerti, menafsirkan, diagram, dan tabel serta menggunakan interpretasi hasil analisis untuk
menciptakan, mengkomunikasikan, menghitung, dan menggunakan memprediksi dan mengambil keputusan. Literasi Numeracy (berhitung)
bahan kajian, cetak, tertulis, dan berbagai moda yang diasosiasikan merupakan bagian penting dari matematika, dimana komponen literasi
dengan beragam konteks. Literasi mencakup rentang (continuum) Numeracy (berhitung) diambil dari cakupan matematika. Keduanya
pembelajaran yang memampukan individu untuk mencapai tujuannya, berlandaskan pada pengetahuan dan keterampilan yang sama, namun
mengembangkan pengetahuan dan potensinya, dan berpartisipasi secara perbedaannya terletak pada pemberdayaan pengetahuan dan
penuh dalam masyarakat sebagai keseluruhan. keterampilan tersebut. Komponen literasi Numeracy (berhitung) terdiri
dari: (1) mengestimasi, menghitung, dan menggunakan bilangan, (2)
Literasi diartikan sebagai kemampuan membaca, menulis dan memahami mengenali dan menggunakan pola dan relasi, (3) menggunakan penalaran
perkataan dan ayat yang mudah dan kompleks dan mengaplikasikan spasial, (4) menggunakan pengukuran, (5) menginterpretasi informasi
pengetahuan itu dalam pembelajaran dan komunikasi harian. Numeracy statistik.
(berhitung) diartikan sebagai kemampuan membaca, menulis, mengira
dan menyusun nomor sampai 1.000, menjadi cakap dalam operasi Literasi Numeracy (berhitung) terintegrasi dengan konten matematika
matematik seperti menambah, mengurang, mengali dan membagi dan maupun mata pelajaran non matematika pada Kurikulum 2013.
dapat mengaplikasikannya dalam operasi uang, waktu, massa dan ukuran Pendekatan pembelajaran saintifik dan model pembelajaran Project Based
panjang (Ahmad, 2017). Learning, Problem Based Learning¸ Discovery Learning, Inquiry Learning
dapat mengembangan literasi Numeracy (berhitung) pada pembelajaran
Adapun Numeracy (berhitung) adalah kemampuan untuk memahami di sekolah. Literasi Numeracy (berhitung) memungkinkan peserta didik
angka dan konsep-konsep matematika dalam konteks yang beragam untuk siap menghadapi ujian kehidupan, seperti termasuk perguruan
untuk digunakan dalam kehidupan sehari-hari. Secara sederhana, tinggi, ter masuk pekerjaan, dan tes potensi akademik.
Numeracy (berhitung) dapat diartikan sebagai kemampuan untuk
mengaplikasikan konsep bilangan dan keterampilan operasi hitung di
dalam kehidupan sehari-hari (misalnya, di rumah, di tempat kerja, dan di
lingkungan masyarakat), dan kemampuan untuk menginterpretasi
informasi kuantitatif yang terdapat di sekeliling kita. Kemampuan ini
ditunjukkan melalui kecakapan dan keterampilan dalam menggunakan
Matematika secara praktis untuk memenuhi tuntutan kehidupan.

-6- - 43 -
kadang- Kemampuan ini juga merujuk pada apresiasi dan pemahaman informasi
kadang, tidak yang dinyatakan secara matematis, misalnya grafik, bagan, dan tabel.
pernah)
 Mengambarka
n peluang Literasi Numeracy (berhitung) merupakan bagian dari literasi dasar yang
kejadian dan diperlukan dalam mendukung pencapaian Kecakapan Abad 21.
membandingk Karakteristik pembelajaran Abad 21 menggambarkan proses menuju
an hasil tercapainya kompetensi-kompetensi inti seperti keterampilan berpikir
observasi
kritis (critical thinking), pemecahan masalah (problem solving), kreativitas
dengan
prediksi (75% (creativity), komunikasi dan kerjasama (communication and teamwork)
akan hujan yang sangat melekat dengan pelajaran matematika yang menjadi domain
atau 50/50 utama literasi Numeracy (berhitung). Dengan belajar matematika yang
akan cerah) terintegrasi dai dalamnya literasi Numeracy (berhitung), maka
pengembangan sikap positif siswa seperti rasa ingin tahu (curiosity),
inisiatif (initiative), gigih (persistence), kemampuan beradaptasi
(adaptability), kepemimpinan (leadership) dan kepedulian sosial dan
VI. PENUTUP
budaya (social and cultural awareness).

Literasi Numeracy (berhitung) adalah salah satu literasi yang Dengan demikian, literasi Numeracy (berhitung) adalah pengetahuan dan
dikembangkan untuk kepentingan pendidikan di sekolah, khususnya, dan kecakapan untuk:
kemajuan pendidikan Indonesia, pada umumnya. Dengan demikian, A. menggunakan berbagai macam angka dan simbol-simbol yang terkait
pendidikan dapat memenuhi kriteria dan capaian yang diharapkan dan dengan matematika dasar untuk memecahkan masalah praktis dalam
dapat memperbaiki kehidupan bangsa. Dengan literasi yang baik, berbagai macam konteks kehidupan sehari-hari,
diharapkan agar bangsa Indonesia mampu bersaing menyejajarkan diri di B. menganalisis informasi yang ditampilkan dalam berbagai bentuk
dunia internasional. Keberhasilan pencapaian literasi harus didukung oleh (grafik, tabel, bagan, dsb) dan menggunakan interpretasi hasil analisis
seluruh komponen yang ada di dunia pendidikan, terutama peran untuk memprediksi dan mengambil keputusan.
pendidik di sekolah yang berupaya membimbing, mengarahkan, mendidik,
mengevaluasi, memfasilitasi berkembangnya potensi peserta didik sesuai Literasi Numeracy (berhitung) merupakan bagian penting dari
dengan kompetensi yang diharapkan. matematika, dimana komponen literasi Numeracy (berhitung) diambil
dari cakupan matematika. Keduanya berlandaskan pada pengetahuan
Konsep literasi Numeracy (berhitung) ini diharapkan dapat digunakan dan keterampilan yang sama, namun perbedaannya terletak pada
sebagai pedoman bagi pendidik dalam mencapai kompetensi literasi. pemberdayaan pengetahuan dan keterampilan tersebut. Pengetahuan
Konsep literasi ini dapat membawa perubahan terhadap pemahaman matematika saja tidak membuat seseorang memiliki literasi Numeracy
peserta didik sebagaimana literasi yang sebenarnya diterapkan dalam (berhitung). Literasi Numeracy (berhitung) mencakup mengaplikasikan
proses belajar mengajar di sekolah. konsep dan kaidah matematika dalam situasi nyata sehari-hari, terkadang

- 42 - -7-
permasalahannya tidak terstruktur (ill-structured), memiliki banyak cara menggunakan
penyelesaian, atau bahkan tidak ada penyelesaian yang tuntas, serta sistem
penunjuk arah
berhubungan dengan faktor non-matematis. (seperti utara,
timur laut)
Mata pelajaran Matematika pada Kurikulum 2013 sudah memuat literasi 5. Menginterpretasi Informasi Statistik
Numeracy (berhitung), namun pada pelaksanaannya sebagian sekolah 5.1. Menginterpre  Menyajikan  Mengumpulka  Membandingk  Mengevaluas
belum melakukan pembelajaran matematika yang menumbuhkan literasi tasi penyajian informasi n dan an, i statistik
data menggunakan menyajikan menginterpret media dan
Numeracy (berhitung). Komponen literasi Numeracy (berhitung) pada
objek nyata, data dalam asikan, dan tren
mata pelajaran Matematika Kurikulum 2013 dapat dilihat pada Tabel 1. gambar bentuk tabel, menilai penyajian
 Memberikan diagram, efektivitas data, statistik
Tabel 1. Komponen Literasi Numeracy (berhitung) pada Kurikulum 2013 respon atas gambar, dan penyajian
Komponen Literasi Numeracy Cakupan Matematika Kurikulum 2013(2) pertanyaan grafik suatu data
terhadap  Mengumpulka dalam
(berhitung)(1)
informasi yang n, berbagai
Mengestimasi, menghitung, dan Bilangan disajikan membandingk bentuk
menggunakan bilangan  Mengenali an,
bagaimana menjelaskan,
Mengenali dan menggunakan pola Bilangan meminta dan dan
dan relasi Aljabar menjawab menginterpret
Geometri dan Pengukuran pertanyaan asikan data
Trigonometri sederhana dan dalam tabel
Kalkulus menginterpreta ganda, grafik
sinya dalam ganda,
Menggunakan penalaran spasial Geometri dan Pengukuran gambar atau termasuk
Trigonometri grafik dalam media
Menggunakan pengukuran Geometri dan Pengukuran digital
5.2. Menginterpre  Mengenali  Menggambark  Mengambarka  Menjelaskan
Trigonometri
tasi peluang kejadian yang an n dan beragam
Kalkulus
kejadian mungkin atau kemungkinan menjelaskan kejadian dan
Menginterpretasi informasi Statistika dan Peluang tidak mungkin yang kenapa kejadian
statistik  Mengidentifika dihasilkan dari kenyataan bersamaan
si dan percobaan yang terjadi melalui
menjelaskan peluang tidak selalu contoh ke
Uraian komponen kompetensi
kejadian sekitar dengan sama dengan dalam
1. Mengestimasi, menghitung, dan menggunakan bilangan yang bahasa perkiraan peluang
Komponen ini terkait dengan konten matematika dalam Kurikulum melibatkan informal suatu
2013, yaitu bilangan. Peserta didik menerapkan keterampilan dalam peluang (selalu, sering, kejadian
mengestimasi dan menghitung dengan bilangan untuk memecahkan jarang,

-8- - 41 -
jadwal dan memodelkan masalah sehari-hari dalam berbagai konteks otentik
4. Menggunaan Penalaran Spasial dengan menggunakan mental aritmetika, tertulis, atau alat hitung
4.1. Memvisualisa  Menyortir atau  Memvisualisas  Memvisualisasi  Memvisualis
yang efisien. Berkenaan dengan bilangan pecahan, Peserta didik
sikan bentuk menyesuaikan i, menyortir, , menjelaskan asi,
2 dimensi dan objek-objek mengidentifika dan menjelaskan mengembangkan pemahaman tentang makna pecahan,
objek 3 menurut si, dan mengaplikasika dan representasinya sebagai persentase dan rasio, dan bagaimana
dimensi bentuknya menjelaskan n sifat dan menganalisis penerapannya di situasi kehidupan nyata. Peserta didik
 Menyortir dan simetri aturan dari cara bentuk memvisualisasikan, mengurutkan, dan menggambarkan bentuk dan
memberi nama bangun datar bentuk 2 dan objek
objek yang menggunakan proporsi serta hubungan persentase dan
bentuk 2 dan sudut dimensi dan dikombinasik
dimensi dan pada objek 3 an dan rasio untuk memecahkan masalah dalam konteks sesungguhnya.
objek 3 dimensi lingkungan dimensi diposisikan Peserta didik mengidentifikasi situasi pemanfaatan uang dan
 Menidentifikasi sekitar pada menerapkan pengetahuan mereka tentang nilai uang untuk
, menyortir dan  Memvisualisas lingkungan pembelian, penganggaran, dan pengambilan keputusan. Dalam
menjelaskan i, menyortir, dengan
mengembangkan literasi Numeracy (berhitung), peserta didik dapat:
bentuk 2 membandingk tujuan yang
dimensi dan an bentuk berbeda 1.1. memahami dan menggunakan bilangan dalam konteks,
objek 3 dimensi objek-objek 1.2. mengestimasi dan menghitung,
yang biasa sebagai prisma 1.3. menggunakan uang,
digunakan dan piramida 1.4. menginterpretasikan penalaran proporsional,
dalam pada
1.5. menerapkan penalaran proporsional.
kehidupan lingkungan
sekitar
4.2. Menginterpre  Mendemontras  Menginterpret  Membuat dan  Membuat 2. Mengenali dan Menggunakan Pola dan Relasi
tasi peta dan ikan posisi diri asi informasi, menginterpret dan Komponen ini terkait dengan konten matematika dalam Kurikulum
diagram dan objek yang posisi lokasi, asi peta, mengiterpret 2013, yaitu Bilangan, Aljabar, Geometri dan Pengukuran,
berhubungan dan model, dan asi peta, Trigonometri, dan Kalkulus. Matematika merupakan suatu aktivitas
dengan menjelaskan diagram 2 model, dan
kehidupan rute pada peta dimensi dan 3 diagram
untuk menemukan dan mempelajari pola maupun hubungan (Hudoyo:
sehari-hari dan diagram dimensi menggunaka 1988; Riedesel, Schwartz, dan Clements: 1996; Suherman, dkk: 2003).
 Memberikan menggunakan n berbagai Mathematics is a science of pattern and order (Hill etall, 1989). Pola
dan mengikuti skala, legenda, alat dan keteraturan menghiasi proses alam semesta. Pythagoras
petunjuk peta dan petunjuk pemetaan menyatakan bahwa numbers rules the universe. Kita hidup dalam
dan diagram arah yang
dari lokasi sederhana
sebuah alam yang tunduk pada sebuah keteraturan, dan ini
umum  Mengidentifik memungkinkan bagi manusia untuk memprediksi dan mengatur
asi dan kehidupannya (Alisah dan Dharmawan, 2007).
mengambarka Komponen ini melibatkan peserta didik untuk mengidentifikasi trend,
n rute dan menjelaskan dan menggunakan berbagai aturan dan relasi untuk
lokasi

- 40 - -9-
memprediksi pola guna memecahkan masalah kontekstual. Dalam dan bahasa mengukur, satuan baku an masalah
mengembangkan literasi Numeracy (berhitung), peserta didik dapat: mengukur informal dan untuk volume kompleks
dengan dan/atau untuk membandingk dan kapasitas, yang
2.1. mengenali, membentuk, dan menggeneralisasi pola dalam satuan baku menjelaskan an panjang, dan melibatkan
konteks, karakteristik suhu, volume menggunakan luas
2.2. mengenali dan menggunakan relasi dalam konteks. dari panjang, dan masa dari rumus keliling, permukaan
suhu kejadian luas, dan dan volume
3. Menggunakan Penalaran Spasial (panas/dingin), sehari-hari volume untuk prisma dan
masa menggunakan memecahkan tabung serta
Komponen ini terkait dengan konten matematika dalam Kurikulum
(berat/ringan) satuan baku masalah benda pejal.
2013, yaitu geometri dan pengukuran serta trigonometri. Komponen pada dan skala sesungguhnya.
ini melibatkan peserta didik untuk memahami ruang di sekitar mereka. lingkungan pengukuran
Peserta didik memvisualisasikan, mengidentifikasi, dan mengurutkan sekitar
bentuk dan objek, mendeskripsikan ciri utama objek di lingkungan 3.2. Bekerja  Mengurutkan  Membaca jam  Menggunakan  Menggunaka
dengan jam, kejadian sekitar analog dan sistem jam 12- n sistem jam
sekitar. Peserta didik menggunakan simetri, bentuk, dan sudut untuk
kalender, dan dengan digital untuk an dan 24-an 12-an dan
memecahkan masalah kontekstual dan menafsirkan peta atau jadwal berbagai cara mengkonversi dalam satu 24-an dalam
diagram. Peserta didik menggunakan skala, legenda, dan penunjuk  Mengurutkan jam, menit zona waktu berbagai
arah untuk mengidentifikasi dan menggambarkan rute dan lokasi. peristiwa dan detik untuk zona waktu
Dalam mengembangkan literasi Numeracy (berhitung), peserta didik sekitar dalam  Menggunakan menyelesaikan untuk
bahasa waktu ‘am’ dan ‘pm’ masalah menyelesaik
dapat:
(pagi, siang, (jam pagi, an masalah
3.1. memvisualisasikan bentuk 2 dimensi dan objek 3 dimensi, soer malam) siang, malam)  Menggunaka
3.2. menginterpretasikan peta dan diagram  Membaca jam  Menggunakan n skala
analog dan kalender waktu dalam
4. Menggunakan Pengukuran digital untuk untuk kejadian
menentukan menentukan kompleks,
Komponen ini terkait dengan konten matematika dalam Kurikulum
setengah jam lokasi dan tempat
2013, yaitu geometri dan pengukuran, trigonometri, dan kalkulus. dan membandingk bersejarah,
Komponen ini melibatkan peserta didik belajar tentang pengukuran seperempat an waktu dan kejadian
panjang, luas, volume, kapasitas, waktu, suhu, massa, dan sudut. jam kejadian ilmiah
Peserta didik memperkirakan, mengukur, membandingkan, dan  Mengurutkan  Mengkonversi
kejadian sistem jam 12-
menghitung menggunakan satuan baku saat memecahkan masalah
menurut bulan an dan 24-an
kontekstual. Peserta didik membaca jam dan mengkonversi waktu, dan musim untuk
mengidentifikasi dan mengurutkan tanggal/acara dengan  Menentukan menyelesaikan
menggunakan kalender dan jadwal. Dalam mengembangkan literasi tanggal pada masalah
Numeracy (berhitung), peserta didik dapat: kalender waktu
 Meninterpreta
4.1. memperkirakan dan mengukur menggunakan satuan baku,
si dan
4.2. bekerja dengan jam, kalender, dan jadwal. menggunakan

- 10 - - 39 -
dari, kurang pecahan persen pecahan,
dari, dan sama senilai untuk sederhana, desimal,
dalam persepuluh, dan rasio persen, dan
perbandingan perseratus, rasio
sehari-hari satu dan dua 5. Menginterpretasi Informasi Statistik
 Menyelesaikan tempat Komponen ini terkait dengan konten matematika dalam Kurikulum
masalah desimal 2013, yaitu statistika dan peluang. Peserta didik mampu membaca,
menggunakan  Menyelesaika mengumpulkan, merekam, menyajikan, membandingkan, dan
setengah dan n masalah
mengevaluasi ketepatan berbagai jenis penyajian data statistik dari
seperempat menggunakan
pecahan masalah kontekstual. Peserta didik menggunakan bahasa dan
senilai, representasi numerik yang sesuai saat menjelaskan hasil peluang
desimal, dan kejadian. Dalam mengembangkan literasi Numeracy (berhitung),
persen peserta didik dapat:
sederhana
5.1. menginterpretasikan penyajian data,
2. Mengenali dan Menggunakan Pola dan Relasi
2.1. Mengenali,  Mengenali pola  Mengidentifik  Mengidentifika  Mengenali, 5.2. menginterpretasi peluang kejadian.
membentuk, sederhana asi dan si membentuk,
dan dalam menjelaskan kecenderunga dan Berikut ini adalah gambar struktur literasi Numeracy (berhitung)
menggenerali kehidupan kecenderunga n menggeneral
sasi pola sehari-hari n pola menggunakan isasi pola
 Menjelaskan kehidupan pola
dan sehari-hari
melanjutkan  Mengidentifik
pola asi dan
 Mengidentifika menjelaskan
si, menjelaskan, aturan dan
dan menyusun hubungan pola
pola sesuai dengan
konteks kehidupan
sehari-hari
2.2. Mengenali  Mengenali  Mengidentifik  Mengidentifika  Mengenali
dan relasi asi dan si dan
menggunakan sederhana menjelaskan kecenderunga menggunaka
relasi dalam aturan dan n n relasi
kehidupan relasi dengan menggunakan
sehari-hari kehidupan aturan dan
sehari-hari relasi
3. Menggunakan Pengukuran
3.1. Mengestimasi  Menggunakan  Mengestimasi,  Mengkonversi  Menyelesaik

- 38 - - 11 -
Gambar 2. Struktur Literasi Numeracy (berhitung) strategi
mental dan
tuisan secara
efeisien
1.3. Menggunaka  Mengidentifika  Menaksir  Mengidentifika  Mengevaluas
II. MISI PEDAGOGIS n uang si situasi yang kembalian dari si dan i rencana
melibatkan pembelian mempertimba keuangan
uang sederhana ngkan untuk
A. Misi Literasi Numeracy (berhitung)  Mengenali nilai  Membuat keputusan mendukung
uang rupiah rencana ‘best value for tujuan
Literasi Numeracy (berhitung) memiliki misi pedagogis baik untuk  Mengidentifika keuangan money’ khusus
pelajaran Matematika maupun non Matematika. Literasi Numeracy si dan sederhana,
(berhitung) merupakan pendekatan penerapan Numeracy (berhitung) menggunakan anggaran dan
secara konsisten dan menyeluruh di sekolah untuk mendukung kombinasi uang prediksi biaya
pengembangan literasi Numeracy (berhitung) bagi setiap peserta didik. untuk
pembelian
Literasi Numeracy (berhitung) secara eksplisit diajarkan di dalam mata sederhana
pelajaran Matematika, namun peserta didik juga memerlukan literasi 1.4. Mengiterpret  Mengenali  Memvisualisas  Memvisualisasi  Mengilustras
Numeracy (berhitung) dalam mata pelajaran lainnya. Dengan demikian, asi penalaran ‘keseluruhan’ ikan, kan dan ikan dan
literasi Numeracy (berhitung) mengaitkan Matematika dengan mata proporsional dan ‘bagian menjelaskan, menjelaskan mengurutkan
pelajaran lain dan kehidupan sehari-hari. dari dan proporsi dari hubungan
keseluruhan’ mengurutkan persen, dan pecahan,
1. Misi pada mata pelajaran matematika dalam puluhan, rasio desimal,
Literasi Numeracy (berhitung) berperan menentukan cara dan arah kehidupan ratusan, 1 persen, dan
pembelajaran matematika di sekolah, sehingga pembelajaran sehari-hari desimal, 2 rasio
Matematika lebih bermakna bagi peserta didik secara kontekstual.  Mengenali desimal
2. Misi pada mata pelajaran non matematika suatu  Memvisualisas
keseluruhan ikan,
Literasi Numeracy (berhitung) berperan membantu Peserta didik objek yang menjelaskan,
dalam memahami dan menyelesaikan masalah pada mata pelajaran dibagi kedalam dan
non Matematika. Selain itu, beberapa konten pada mata pelajaran bagian yang mengurutkan
non matematika dapat digunakan sebagai objek kajian dalam sama pecahan,
mengembangkan literasi Numeracy (berhitung).  Memvisualisasi desimal,
kan dan persen
menjelaskan sederhana
Misi pedagogis berimplikasi terhadap strategi pembelajaran matematika setengah dan yang senilai
dan non matematika di sekolah, yaitu pembelajaran yang bersifat seperempat
investigatif dan eksploratif dengan menjaga keterpaduan dan 1.5. Menerapkan  Mengidentifika  Menyelesaika  Menyelesaikan  Menyelesaik
interkoneksitas antarmateri pelajaran. Merujuk Kurikulum 20131, maka penalaran si jumlah n masalah masalah an masalah
proporsional seperti lebih menggunakan menggunakan melibatkan
pendekatan saintifik menjadi inti dari pembelajaran di kelas, tentu saja

- 12 - - 37 -
1.1. Memahami  Mendemonstra  Model,  Membandingk  Menggunaka yang dipadukan dengan model collaborative learning, inquiry based
dan sikan konsep representasi, an, n cara learning, problem based learning, problem solving, project based
menggunakan menghitung mengurutkan, mengurutkan, berbeda
bilangan yang digunakan dan dan untuk
learning, dan cooperative learning. Khusus pelajaran matematika,
dalam dalam menggunakan menggunakan merepresent pendekatan matematika realistic dan open-ended akan sangat
konteks kehidupan bilangan bilangan positif asikan membantu dalam mengembangkan literasi Numeracy (berhitung).
sehari-hari sampai lima dan negatif bilangan
 Menghubungka angka untuk sangat besar
n nama  Mengidentifik menyelesaikan dan sangat B. Literasi Numeracy (berhitung) dalam Kurikulum 2013
bilangan asi, masalah lecil Kurikulum 2013 mengadopsi pergeseran paradigma pembelajaran abad
dengan menjelaskan, kehidupan termasuk
kelompok objek dan sehari-hari notasi ilmiah 21. Numeracy (berhitung) sebagai bagian dari literasi dasar kecakapan
sampai menggunakan abad 21 menjadi penting untuk dikembangkan beriringan dengan
bilangan dua bilangan lebih kerangka Kurikulum 2013, hingga sampai kepada terintegrasi ke dalam
angka dari satu juta pembelajaran di kelas dan sekolah. Tentu hal ini akan bermuara kepada
 Model, kerangka kerja kebijakan pendidikan nasional untuk menghasilkan insan
representasi,
mengurutkan,
indonesia yang produktif, kreatif, inovatif, dan afektif melalui penguatan
dan sikap, keterampilan, dan pengetahuan yang integratif.
menggunakan
bilangan Literasi Numeracy (berhitung) yang menyatu dengan Kurikulum 2013,
sampai empat secara eksplisit terdapat pada mata pelajaran matematika, maupun
angka
1.2. Mengestimasi  Mengenali efek  Mengestimasi  Memecahkan  Memodelkan
secara implisit pada mata pelajarn non matematika. Secara konseptual,
dan menambahan dan masalah yang dan Kurikulum 2013 berbasis kompetensi. Kurikulum 2013 terdiri atas 4
menghitung dan memeriksa kompleks memecahkan (empat) Kompetensi Inti (KI) yang dibagi menjadi 3 aspek, yaitu KI-1 dan
mengambilan solusi suatu dengan masalah KI-2 merupakan aspek sikap, KI-3 menyangkut aspek pengetahuan, dan
dari masalah estimasi dan melibatkan KI-4 menyangkut aspek keterampilan. Pendekatan yang digunakan dalam
sekumpulan dengan perhitungan data yang
benda mengingat dengan kompleks
kurikulum ini adalah pendekatan ilmiah (scientific approach), yang
 Menyelesaikan fakta menggunakan dengan mengakomodir 5 pengalaman belajar (5M), yaitu mengamati, menanya,
penambahan penambahan, strategi estimasi dan melakukan percobaan/mengeksplorasi, mengasosiasi, dan
sehari-hari dan pengurangan, mental, tertulis perhitungan mengomunikasikan/ membuat jejaring, atau menjadi 6M yang
berbagi cerita perkalian, dan dan digital menggunaka dilanjutkan dengan mencipta. Pendekatan ilmiah yang diperkuat dengan
 Mengestimasi pembagian secara efisien n beragam
dan  Memecahkan strategi
problem base learning, project base learning, discovery learning, inquiry
menyelesaikan masalah dan mental, learning, sehingga, Kurikulum 2013 juga sudah mengakomodasi
masalah dan memeriksa tertulis dan pengembangan literasi Numeracy (berhitung) bagi peserta didik. Proses
menghitung perhitungan digital secara pembelajaran ini akan semakin kuat dengan menghadirkan pendekatan
jawaban dengan efisien
menggunakan

- 36 - - 13 -
matematika realistik (Realistic Mathetamtics Education) dan pendekatan pemecahan masalah juga dibutuhkan dan kerjasama di antara
open-ended. peserta didik (kolaborasi). Pembejaran yang dapat diberikan adalah
dengan menggunakan Project Based Learning.
Kurikulum 2013 menitikberatkan penilaian pembelajaran yang
memungkinkan tumbuhnya keterampilan berpikir tingkat tinggi (HOTS:
Higer Order Thinking Skills), dengan demikian matematika sebagai basis
dari pengembangan konsep literasi Numeracy (berhitung) sangat erat V. PENJENJANGAN LITERASI NUMERACY (BERHITUNG)
kaitannya dengan HOTS ini. Untuk pencapaian HOTS ini akan maksimal
apabila proses pembelajaran yang dilakukan guru juga berorientasi Perjenjangan dalam literasi Numeracy (berhitung) merupakan salah satu
pengembangan berpikir (kritis, kreatif, reflektif). Bahwa assessment base aspek dalam satu proses yang berkesinambungan mulai dari jenjang yang
learning maupun assessment as learning menjadi penting untuk terendah sampai dengan jenjang yang tertinggi. Perjenjangan ini penting
diterapkan di sekolah-sekolah yang berkarakter juara dan kompetitif. untuk dibuat agar capaian literasi mengarah pada kesesuaian kebutuhan
peserta didik dan kesesuaian dengan pertumbuhan mental dan psikologis
Berdasarkan hasil identifikasi Kurikulum 2013, untuk menilai bahwa peserta didik serta kesesuaian dengan capaian kompetensi yang
suatu pembelajaran telah melatihkan literasi Numeracy (berhitung), kita diharapkan.
dapat menganalisisnya berdasarkan kompetensi dasar, indikator
pencapaian kompetensi, maupun kegiatan pembelajaran yang dirancang Perjenjangan tersebut memudahkan pula pendidik untuk menentukan
dan dilaksanakan oleh guru. materi yang harus diberikan peserta didik dalam mencapai kompetensi
tersebut. Dengan demikian, penting sekali untuk menentukan tingkatan
C. Literasi Numeracy (berhitung) dalam Pembelajaran Lintas Mata kompetensi literasi peserta didik sesuai dengan jenjang peserta didik itu.
Pelajaran
Literasi Numeracy (berhitung) yang bersesuaian dengan konten
Literasi Numeracy (berhitung) dalam pemelajaran lintas mata pelajaran
matematika dalam Kurikulum 2013 mengalami gradasi pada aspek
adalah literasi yang memuat konteks pada suatu mata pelajaran dan akan
mengetahui, memahami, dan memaknai. Penjenjangan dalam tabel
terlihat pemaknaan suatu pemelajaran antarmata pelajaran tersebut.
berikut menunjukkan kompetensi akhir yang harus dicapai peserta didik,
Literasi tersebut tidak berdiri sendiri, namun terintegrasi dalam suatu
sehingga menjamin mereka telah menguasai pada aspek sebelumnya.
konteks mata pelajaran dengan mata pelajaran lainnya yang memiliki
fungsi dan tujuan tertentu sebagai muatan pemelajaran.
Tabel 2. Penjenjangan Literasi Numeracy (berhitung) dalam Lingkup Sekolah
Literasi Numeracy (berhitung) merupakan kompetensi yang akan dicapai
peserta didik selama proses pembelajaran maupun hasil dari sebuah Indikator Literasi
pembelajaran yang dilakukan guru. Literasi Numeracy (berhitung) secara SD Kelas Rendah SD Kelas Tinggi
Numeracy SMP SMA
(1-3) (4-6)
eksplisit diajarkan di dalam mata pelajaran matematika, namun secara (berhitung)
implisit peserta didik diberikan kesempatan untuk memperoleh literasi 1. Mengestimasi, Menghitung, dan Menggunakan Bilangan

- 14 - - 35 -
Numeracy (berhitung) dari berbagai mata pelajaran non matematika.
Coba cermati harga-harga x dan L di dalam tabel di atas dan grafik Pada kegiatan ini, Numeracy (berhitung) bisa diperoleh melalaui mata
fungsi pelajaran non matematika dan Numeracy (berhitung) digunakan untuk
( ) = 30 − , ≥ 0 memiliki ciri-ciri sebagai berikut, membantu memahami mata pelajaran non matematika.
a. Kurva terbuka ke bawah
Mengaplikasikan literasi Numeracy (berhitung) dalam lintas kurikulum
b. Grafik memotong sumbu-X pada dua titik yang berbeda
dapat memperkaya pembelajaran mata pelajaran lainnya, dan
yaitu (0, 0) dan titik (20, 0) pengalaman tersebut memberikan kesempatan pada peserta didik untuk
c. Grafik fungsi mencapai puncak pada titik (10, 150). melihat keterkaitan konsep matematika dengan konsep ilmu lain. Inilah
d. Garis = 10 membagi dua luas (sama besar) daerah di matematika sebagai pelayan bagi ilmu lain (mathematics is the quen of
bawah kurva, sehingga garis = 10 dapat dikatakan all science). Pada akhirnya pembelajaran matematika maupun non
matematika yang melatihkan literasi Numeracy (berhitung) di kelas
sebagai sumbu simetri grafik fungsi ( ) = 30 −
memungkinkan peserta didik memiliki kemampuan dan keterampilan
Berdasarkan grafik fungsi di atas, luas maksimum diperoleh saat abad 21
lebar permukaan keramba ikan, yaitu = 10 m.
Selanjutnya, dapat diperoleh panjang keramba sebagai berikut: Contoh Penerapan Literasi Numeracy (berhitung) dalam Pembelajaran
= 10 m dan = 30 −  = 15 m Kurikulum 2013
= × = 10 × 15 = 150 1. Penerapan Dalam Mata Pelajaran Matematika
Jadi, Luas maksimum permukaan keramba ikan adalah 150 m2. Dalam pembelajaran matematika, peserta didik diberikan
(Pada soal ini, peserta didik dituntuk untuk memiliki keterampilan permasalahan nyata yang muncul dalam kehidupan sehari-hari, baik
berpikir kritis dan kreatif serta pemecahan masalah). permasalahan yang terstruktur maupun tidak terstruktur. Peserta
didik juga diberikan Pembelajaran Berbasis Proyek (Project Based
Alternatif lain dalam menyelesaikan soal ini adalah dengan Learning) yang mengaplikasikan konsep-konsep matematika di
menggunakan konsep turunan fungsi, yaitu bagi peserta didik SMA dalam kehidupan sehari-hari. Begitu juga dengan Problem Base
kelas 11. Learning dan Discovery Learning sangat baik untuk mengembangkan
3 HOTS peserta didik, apalagi dipadukan dengan pendekatan saintifik
( ) = 30 − sebagai ikon dari Kurikulum 2013. Pembelajaran dengan pendekatan
2
Open-Ended memungkinkan tumbuhnya kemampuan berpikir kreatif
( ) = 30 − 3 = 0
peserta didik (Shimada & Beccker, 1997; Syaban, 2010).
= 10  ( ) = 30(10) − (10) = 300 − 150 = 150
Sebagai contoh:
Jadi lebih praktis dalam pengerjannya.  Membandingkan waktu tempuh ke sekolah melalui rute yang
Dalam mengerjakan soal ini terlihat terlihat keterampilan komunikasi sama dengan berjalan dan berkendara.
peserta didik berdasarkan rincian tahapan pengerjaan. Kemampuan  Menghitung luas tanah (bangunan, sawah, kebun, sekolah, dll)

- 34 - - 15 -
dengan pendekatan geometri 3
= (30 − )
2
2. Penerapan pada Mata Pelajaran Non-Matematika 3
= 30 −
Numbers is the language of science (Tobias, 2005), sebagaimana juga 2
Pythagoras menyatakan bahwa numbers rules the universe (Alisah
dan Dharmawan, 2007), juga mathematics as human activity Karena luas permukaan keramba tergantung nilai maka
(Freudenthal, 1991). Betapa matematika sangat berperan bagi persamaan fungsi luas dapat dinyatakan sebagai berikut,
kehidupan manusia dan alat bagi pengembangan ilmu lain. Pada  ( ) = 30 − , anggota bilangan genap
pembelajaran mata pelajaran non Matematika, informasi yang
disajikan dapat diperkaya dengan menggunakan matematika, Dengan mengambil beberapa nilai x, diperoleh beberapa harga L
misalnya data yang ditampilkan dalam tabel, bagan, atau grafik. dan disajikan pada table berikut
Dengan cara ini, peserta didik dapat melihat bagaimana penggunaan
konsep dan keterampilan matematika di dalam mata pelajaran lain Nilai
0 2 4 6 8 10 12 14 16 18 20
yang dapat membantu mereka memahami konsep yang diberikan.
Pada saat yang sama, peserta didik memiliki kesempatan Nilai
0 54 96 126 144 150 144 126 96 54 0
mengaplikasikan konsep dan keterampilan matematika di luar jam
pembelajaran matematika. Dalam standar proses (NCTM, 2000)
kegiatan ini biasa dikenal dengan mathematical connection. Sekarang mari kita gambarkan fungsi ( ) = 30 − pada
sistem koordinat dengan bantuan nilai-nilai x dan L yang ada pada
Berikut ini contoh literasi Numeracy (berhitung) lintas kurikulum
tabel di atas.
untuk beberapa mata pelajaran non Matematika:
a. Bahasa Indonesia
Perhatikan bacaan berikut!
BMKG menyatakan musim penghujan normal hingga Mei 2013.
Dengan melihat pola dan karakteristik hujan di Indonesia, maka
diperkirakan puting beliung berpotensi terjadi hingga Maret-April
2013. "Selama tahun 2012, data sementara terjadi 295 puting
beliung di Indonesia atau sekitar 36% dari total bencana selama
2012," tutur Kepala Pusat Data, Informasi dan Humas BNP), Sutopo
Purwo Nugroho, Kamis (27/12). Menurut Sutopo, tren kejadian
puting beliung cenderung mengalami peningkatan di setiap
tahunnya. Selama 2002-2011 meningkat 28 kali lipat dan terdapat
404 kabupaten/kota dengan jumlah penduduk 115 juta jiwa yang
tinggal di daerah rawan sedang hingga rawan tinggi bahaya puting
beliung di Indonesia. "Kondisi tersebut diperparah dengan belum

- 16 - - 33 -
dibuat berdampingan. adanya sistem peringatan dini puting beliung," kata Sutopo. Hal ini
disebabkan kecilnya cakupan terjangan puting beliung yang kurang
Misalkan panjang keramba m dan lebarnya m, serta keliling dari 2 km, waktu kejadian kurang dari 10 menit, dan tidak semua
keramba m. Tentukanlah ukuran keramba agar luasnya awan Cumulonimbus selalu terjadi puting beliung. Kebakaran lahan
maksimum! (lebar keramba merupakan bilangan genap). dan hutan selama musim kemarau 2013 berpotensi terjadi di 8
provinsi langganan yaitu Sumut, Riau, Jambi, Sumsel, Kalbar, Kalteng,
Coba amati gambar keramba yang diinginkan dan renungkan Kalsel dan Kaltim. "Kekeringan berpotensi terjadi selama Agustus-
beberapa pertanyaan berikut. Oktober di Jawa, Bali, NTT dan daerah-daerah yang defisit air," ujar
Sutopo. Berdasarkan Data dan Informasi Bencana Indonesia (DIBI)
1. Bagaimana bentuk keramba yang direncanakan Pak Budi ?
BNPB dari tahun 1825-2012, jumlah korban meninggal dan hilang
2. Adakah konsep dan prinsip matematika yang terkait untuk akibat bencana geologi lebih banyak dibandingkan hidrometeorologi.
menentukan panjang keliling permukaan keramba ? Dari 292.330 orang meninggal dan hilang, sekitar 74% akibat
3. Adakah konsep dan prinsip matematika untuk menentukan luas bencana geologi sedangkan 26% bencana hidrometeorologi dan
Iainnya.
daerah permukaan keramba ?
4. Bagaimana menentukan ukuran panjang dan lebar permukaan  Pernyataan yang tidak tergolong fakta dalam bacaan di atas
keramba agar luasnya maksimum dengan jaring jala yang tersedia adalah … .
? A. puting beliung beraksi kurang dari 10 menit
B. cakupan terjangan puting beliung kurang dari 2 km
Alternatif penyelesian C. BMKG menyatakan musim penghujan normal hingga Mei
Penampang permukaan keramba dapat digambarkan sebagai 2013
berikut, D. puting beliung diperkirakan berpotensi terjadi dari bulan
Maret sampai dengan April 2013
E. 115 juta jiwa penduduk Indonesia tinggal di daerah rawan
sedang hingga rawan tinggi bahaya putting beliung

 Fakta yang salah di bawah ini adalah … .


A. Kasus puting beliung meyumbang Iebih dari 30% dari total
Karena panjang jaring jala yang tersedia adalah 60 m maka keliling bencana di Indonesia
keseluruhan permukaan keramba ikan adalah B. 292.330 orang meninggal dan hilang akibat bencana geologi
3 dan hidrometeorologi
= 2 + 3 = 60  2 = 60 − 3  = 30 − C. Jumlah korban meninggal dan hilang akibat bencana
2
Luas keseluruhan permukaan keramba ikan adalah hidrometeorologi lebih sedikit dibandingkan geologji
L = panjang x lebar D. Tren kejadian puting beliung mengalami peningkatan
= " × # sebesar 28 kali lipat dalam tempo sembilan tahun

- 32 - - 17 -
E. Sumut, Riau, Jambi, Sulsel, Kalbar, Kalteng, Kalsel dan Kaltim menguntungkan? Berikan penjelasan.
berpotensi mengalami kebakaran lahan selama musim
kemarau 2013 Jawab
Sistem 1 (beli 1 disc 30%) : Rp70.000,00  dapat 1 baju
b. IPA (Biologi) Sistem 2 (beli 2 gratis 1) : Rp200.000,00  dapat 3
[SMA] Memprediksi banyak amuba dalam kurun waktu tertentu baju
dengan menggunakan barisan geometri atau eksponen Berarti 1 baju seharga Rp66.666,67
Suatu amuba membelah diri Lebih murah Rp3.333,33
menjadi dua bagian setiap 10 menit.
Hitunglah banyaknya amuba dalam Dengan sistem 1, kalau beli 3 baju maka dapat harga Rp210.000,00
waktu 1,5 jam. Lebih mahal Rp10.000,00 dari sistem 2.
Akan tetapi tidak setiap orang benar-benar membutuhkan 3 baju,
sehingga ia harus membeli dengan sistem 2, walaupun terasa lebih
murah.
Bisa jadi orang akan membeli dengan sistem 1, walaupun terasa
Jawab
lebih mahal, karena ia hanya membutuhkan 1 baju.
Mencari data dari fakta biologi
Di sini bergantung pada kebutuhan dan ketersediaan uang dari
seorang pembeli.

Soal ini menunjukkan bagaimana seseorang mengambil keputusan


berkenaan dengan penggunaan uang. Dalam mengerjakan soal ini
terlihat terlihat keterampilan komunikasi peserta didik berdasarkan
Fakta matematika terkait banyak amuba dalam setiap 10 menit
rincian tahapan pengerjaan. Kemampuan pemecahan masalah juga
1, 2, 4, 8, …
dibutuhkan dan kerjasama di antara peserta didik (kolaborasi).
Yang merupakan barisan geometri dengan bentuk umum 2n.
Pembejaran yang dapat diberikan adalah dengan menggunakan
Perhatikan bahwa 1,5 jam = 90 menit = 9 x (10 menit)
Problem Based Learning.
Berarti n = 9
Sehingga jumlah amuba = 29 = 512
c. [SMA] Berdasarkan konsep sin2x + cos2x = 1, Peserta didik dapat
Jadi banyaknya amuba dalam 1,5 jam adalah 512.
menemukan rumus baru, seperti 1 + tan2x = sec2x. (Keterampilan
c. IPS (Ekonomi) berpikir kreatif)
Pedagang jamu dorong mempunyai gerobak yang hanya cukup
memuat 40 boks jamu A dan jamu B. Dengan bunga tunggal 10% d. [SMA] Pak Budi memiliki jaring jala sepanjang 60 m. Ia ingin
dan keuntungan maksimum untuk melunasi cicilan, Koperasi membuat keramba ikan gurami dan udang. Kedua keramba ikan

- 18 - - 31 -
bulat tak negatif, pembilang, penjumlahan, perbandingan nilai Sehat meminjamkan modal Rp. 300.000,00 yang ia gunakan
bilangan, sehingga gabungan konsep-konsep ini menghasilkan membeli jamu A dan jamu B masing-masing seharga Rp6.000,00
soal yang kompleks dan non-rutin. Ketika mampu mengerjakan setiap boks dan Rp8.000,00 setiap boks. Jika harga jual tiap boks
soal ini, peserta didik telah berada pada berpikir kritis (mengatur jamu A Rp6.500,00 dan jamu B Rp8.800,00 maka tentukan berapa
bilangan yang harus ditambahkan sehingga berlaku ≥ 2 dan < 3) kali pedagang jamu tersebut menyicil pinjamannya sampai lunas.
dan berpikir kreatif (memberikan beragam bilangan bulat tak
negatif yang bisa ditambahkan pada kedua pembilang). Jawab
21 10 21 + + 10 + , Modal = Rp. 300.000,00
2≤ + < 3 dapat ditulis menjadi 2 ≤ + <3
22 11 22 11 Bunga tunggal = 10% x Rp300.000,00 = Rp. 30.000,00
Variasi nilai + dan , dapat dilihat pada tabel berikut: Pelunasan = Rp. 330.000,00
/0 + - 01 + .
- . + Banyaknya jamu A dan jamu B yang akan dibeli:
// 00
A+ B = 40 boks
0 2 2,045455 6.000A + 8.000B = 300.000
0 12 2,954545 Penyelesaian SPLDV ini memberikan hasil jamu A = 10 boks dan
3 0 2,000000 jamu B = 30 boks.
24 0 2,954545
1 1 2,000000
Harga jual jamu A dan jamu B:
1 11 2,909091
10 boks jamu A = 10 x Rp6.500,00 = Rp65.000,00
22 1 2,954545
30 boks jamu B = 30 x Rp8.800,00 = Rp264.000,00 +
dst.
= Rp329.000,00
Soal ini bisa diubah menjadi pemecahan masalah, apabila
234
ditanyakan “Tentukan nilai + dan , yang memenuhi 2 ≤ + Keuntungan maksimum = Rp29.000,00
2536
< 3 sehingga memberikan + × , maksimal”. Yang akan digunakan dalam membayar cicilan pelunasan
22
Jawabannya adalah + = , = 8 memenuhi 2 ≤ 2,954545 < 3 pinjaman sebesar Rp330.000,00. Sehingga pedagang jamu
dan tersebut harus menyicil sebanyak 12 kali, yaitu
+ × , = 64. 11 x Rp29.000,00 = Rp319.000,00
1 x Rp11.000,00.
b. [SMP] Sebuah baju dijual dengan
sistem diskon atau beli dapat gratis, d. Seni
Berikut adalah gambar bingkai dari kain perca yang ditempelkan
seperti terlihat pada gambar. Sistem
oleh siswa jurusan Tata Busana SMK Muhammadiyah Pasarebo.
mana yang akan dipilih oleh seorang
pembeli sehingga lebih

- 30 - - 19 -
Soal di atas tidak bisa langsung dihitung, harus dicari besar nilai
variabel dan

3x  2y  60  3x  2y  60 

x  y  25  2x  2y  50 
Tahap pengerjaan:

= 10 dan = 15

Tentukan luas kain perca yang diperlukan untuk membuat karya Maka keliling bangun di atas = 2 x (10 + 15) = 50
seni tersebut, jika ukuran kain dasar 70cm x 28cm. Jadi, keliling bangun tersebut adalah 50 m.

Jawab 3. Aspek Memaknai


Motif kain perca pada gambar di atas adalah setengah lingkaran Peserta didik menginterpretasi dan membangun konsep pada
yang saling membelakangi, Bilangan, Aljabar, Geometri dan Pengukuran, Trigonometri, Kalkulus,
Statistika dan Peluang dan menyelesaikan soal matematika yang
menggunakan konteks kehidupan nyata. Peserta didik mampu
menggunakan konteks kehidupan nyata untuk menemukan konsep
matematika, sehingga konteks dijadikan sebagai sumber belajar.
Peserta didik juga sudah mampu menggunakan konsep matematika
yang diperoleh dalam memecahkan persoalan kehidupan nyata.
Berdasarkan panjang dan lebar kain dasar pada
Memaknai matematika adalah bagaimana menggunakan matematika
bingkai di atas, maka gambar di samping
dalam menyelesaikan masalah pada materi matematika, ilmu lain,
merupakan persegi 7cm x 7cm, sehingga
dalam kehidupan sehari-hari.
diameter lingkaran besar adalah 7cm dan
Sebagai contoh:
diameter lingkaran kecil adalah 3,5cm.
a. [SD] Berapa bilangan bulat tak negatif yang harus ditambahkan
Luas kain perca = luas lingkaran besar – 2 x luas lingkaran kecil
pada kedua pembilang supaya bentuk berikut bernilai benar?
= [(3,5)2 – 2(1,75)2]
; 21 10
= 19,25cm2 2≤ + <3
22 11
Karena ada 16 tempelan kain perca, maka luas seluruh kain perca
yang diperlukan adalah = 16 x 19,25cm2 = 308cm2. Jawab
Peserta didik perlu mengetahui dan memahami konsep bilangan

- 20 - - 29 -
Soal ini tidak bisa langsung menerapkan e. PJOK
5 cm rumus luas segitiga, karena belum diketahui Dalam pertarungan silat Perguruan Tapak Suci Putera
4 cm panjang alas segitiga. Oleh karena itu perlu Muhammadiyah menerapkan sistem penskoran, yaitu 1 untuk
melibatkan teorema Pythagoras. pukulan, 2 untuk tendangan, dan 3 untuk jatuhan (bantingan). Jika
Tahap 1 pengerjaan: pada suatu kejuaraan UHAMKA-Cup 2017, didapati seorang
< =+ +, pesilat bernama Taciman memenangkan pertarungan dengan
5 =+ +4 total skor sebesar 35 poin, maka tentukan banyaknnya variasi
25 = + + 16 serangan yang dia lakukan dan tentukan pula banyaknya serangan
+ =9 yang mengenai Taciman, apabila lawan yang dikalahkannya itu
+=3 memperoleh total skor sebesar 20 poin.
Tahap 2 pengerjaan:
1 Jawab
= +=
2 Salah satu variasi serangan yang dilakukan Taciman adalah 10
1
= ×4×3 jatuhan, 2 tendangan, dan 1 pukulan. Sedangkan serangan yang
2 mengenai Taciman salah satunya adalah 1 jatuhan, 1 tendangan,
1
= × 12 dan 15 pukulan. Untuk secara rinci serangan yang dilakukan
2
=6 Taciman dapat dilihat pada tabel berikut:
Jadi, luas segitiga tersebut adalah 6 cm2. No Pukulan Tendangan Jatuhan
1 0 1 11
2 1 2 10
Dalam mengerjakan soal ini terlihat terlihat keterampilan 3 2 3 9
komunikasi peserta didik berdasarkan rincian tahapan pengerjaan. 4 3 4 8
d. [SMA] Peserta didik dapat membuktikan bahwa sin2x + cos2x = 1 5 4 5 7
dengan berbagai cara penyelesaian. (Menampilkan keterampilan 6 5 6 6
berpikir kreatif) 7 6 7 5
8 7 8 4
d. [SMA] Tentukan keliling dari bangun berikut ini, jika 3 + 2 = 9 8 9 3
60 dan jumlah nilai dan sama dengan 25! 10 9 10 2
11 10 11 1
Tabel di atas memperlihatkan bahwa sebelas variasi serangan
y m dengan poin serangan memenuhi angka-angka yang berurutan
dari 0 sampai 11, sehingga nampak adanya pola bilangan pada
variasi serangan dalam pertarungan silat. Namun secara
x m keseluruhan, terdapat 120 variasi serangan yang dapat dilakukan
oleh Taciman untuk memenangkan pertarungan dengan total skor

- 28 - - 21 -
35. Variasi serangan ini dapat saja tanpa poin pukulan, tanpa poin Bagi peserta didik yang pada level memahami, ia tidak perlu lagi
tendangan, ataupun tanpa poin jatuhan. Juga dengan hanya satu menggunakan prosedur matematika dengan konsep
pukulan, tendangan, ataupun jatuhan yang masuk. Secara jelas, menyamakan penyebut, tetapi cukup dengan menggunakan
dapat dilihat pada tabel berikut: konsep pembagian bilangan kecil terhadap bilangan besar
POIN MENYERANG (dalam konsep pecahan pembilang < penyebut), yang nilainya
1 2 3 1 2 3 1 2 3 1 2 3 jelas < 1.
21 10 21 10
0 1 11 9 13 0 8 12 1 5 3 8 Karena < 1 dan < 1 maka + <2
22 11 22 11
0 4 9 7 14 0 6 13 1 8 3 7
0 7 7 5 15 0 4 14 1 11 3 6 Jadi tanda yang benar adalah <.
0 10 5 3 16 0 2 15 1 14 3 5
0 13 3 1 17 0 2 6 7 17 3 4 b. [SMP] Sebuah baju dengan harga Rp100.000,00. dijual pada 2 toko
0 16 1 1 14 2 2 9 5 20 3 3 yang memberikan diskon berbeda. Pada toko mana yang
35 0 0 1 11 4 2 12 3 18 4 3 memberikan harga lebih murah?
32 0 1 1 8 6 25 2 2 16 5 3
29 0 2 1 5 8 22 2 3 14 6 3
26 0 3 1 2 10 19 2 4 12 7 3
23 0 4 3 1 10 16 2 5 10 8 3
20 0 5 6 1 9 13 2 6 8 9 3
17 0 6 9 1 8 10 2 7 6 10 3
14 0 7 12 1 7 7 2 8 4 11 3
11 0 8 15 1 6 4 2 9 4 5 7
8 0 9 18 1 5 25 2 2 4 8 5 Jawab
5 0 10 21 1 4 23 3 2 6 4 7 TOKO MURAH TOKO BAIK
2 0 11 24 1 3 21 4 2 9 4 6 Disc 50%+30% Disc 70%
33 1 0 27 1 2 19 5 2 12 4 5 Diskon 1 = 50% x Rp100.000,00 Diskon 1 = 70% x Rp100.000,00
31 2 0 30 1 1 17 6 2 15 4 4 = Rp50.000,00 = Rp70.000,00
29 3 0 28 2 1 15 7 2 13 5 4 Harga jual baju = Rp50.000,00 Harga jual baju = Rp30.000,00
27 4 0 26 3 1 13 8 2 11 6 4
Diskon 2 = 30% x Rp50.000,00
25 5 0 24 4 1 11 9 2 9 7 4
= Rp15.000,00
23 6 0 22 5 1 9 10 2 7 8 4
21 7 0 20 6 1 7 11 2 5 9 4
Harga jual baju = Rp35.000,00
19 8 0 18 7 1 5 12 2 5 6 6 Jadi yang lebih murah adalah baju yang dijual di TOKO BAIK.
17 9 0 16 8 1 3 13 2 7 5 6
15 10 0 14 9 1 3 4 8 10 5 5 c. [SMP] Tentukan luas segitiga berikut
13 11 0 12 10 1 3 7 6 8 6 5

- 22 - - 27 -
d. [SMA] Berdasarkan konsep sin2x + cos2x = 1, peserta didik dapat 11 12 0 10 11 1 3 10 4 6 7 5
menghitung bahwa sin2(30o) + cos2(30o) = 1.
Sementara kemungkinan Taciman diserang oleh lawan tarungnya
d. Tentukan keliling bangun berikut ini, adalah 39 variasi serangan seperti terlihat pada tabel berikut:
POIN DISERANG
1 2 3 1 2 3 1 2 3 1 2 3
15 m
0 1 6 2 0 6 12 1 2 4 2 4
0 4 4 6 7 0 15 1 1 7 2 3
0 7 2 4 8 0 13 2 1 10 2 2
10 m
0 10 0 2 9 0 11 3 1 8 3 2
20 0 0 1 8 1 9 4 1 6 4 2
17 0 1 1 5 3 7 5 1 4 5 2
14 0 2 1 2 5 5 6 1 2 6 2
Keliling bangun di atas = 2 x (10 + 15) = 50 11 0 3 3 1 5 3 7 1 3 4 3
Jadi, keliling bangun di atas adalah 50 m. 8 0 4 6 1 4 2 6 2 5 3 3
5 0 5 9 1 3 2 3 4
2. Aspek Memahami
Peserta didik mengaitkan antar fakta dan konsep pada Bilangan,
Aljabar, Geometri dan Pengukuran, Trigonometri, Kalkulus, Statistika
dan Peluang dan menyelesaikan soal matematika dengan
mengaplikasikan rumus yang dapat ia buktikan. Pada aspek ini juga, III. TUJUAN LITERASI NUMERACY (BERHITUNG)
peserta didik dapat memperkirakan, mangkategorikan,
membandingkan, ataupun membedakan konsep-konsep matematika Tujuan utama dari linerasi Numeracy (berhitung) adalah mempersiapkan
yang mereka temukan. Soal-soal penggunaan konsep matematika sumber daya manusia yang memiliki kecakapan Abad 21, secara khusus
pada matematika dan ilmu lain sudah mulai dipahami oleh Peserta tujuan literasi Numeracy (berhitung) adalah menjadikan peserta didik dapat:
didik. Soal-soal yang mirip dengan contoh soal masih tetap bisa 1. Mengidentifikasi, memilah, menghubungkan, dan menggunakan
diselesaikan oleh mereka, namun mereka tidak bisa menyelesaikan informasi serta prosedur yang tepat untuk menyelesaikan masalah
soal-soal yang tidak rutin. dalam matematika dan masalah yang memerlukan matematika,
Sebagai contoh: 2. Memodelkan situasi yang terkait dan dapat memilih dan
a. [SD] Letakkan tanda <, = atau > pada titik-titik sehingga bentuk mengintegrasikan representasi yang berbeda dan menghubungkannya
berikut bernilai benar ke dalam dunia nyata,
21 10 3. Mengidentifikasikan kendala yang dihadapi dan melakukan dugaan-
+ … 2
22 11 dugaan, serta penyederhanaan model matematika guna mendapatkan
Jawab hasil yang diharapkan dengan strategi pemecahan masalah yang efektif

- 26 - - 23 -
dalam menghadapi masalah-masalah kompleks yang berhubungan dipelajari. Namun peserta didik belum mampu menjawab dari mana
dengan model tersebut, rumus dan konsep matematika itu diperoleh.
4. Mengkomunikasikan hasil pemikiran dengan logis, sistematis, kritis, dan Sebagai contoh:
kreatif, a. [SD] Letakkan tanda <, = atau > pada titik-titik sehingga bentuk
5. Memaknai peran dan kegunaan matematika dalam mengkonstruksi berikut bernilai benar
kehidupan yang lebih baik. 21 10
+ … 2
22 11
Jawab
21 10 21 + 20 41
IV. KOMPETENSI LITERASI NUMERACY (BERHITUNG) + = = = 1,863
22 11 22 22
yang kurang dari 2, jadi tanda yang benar adalah <.
Literasi Numeracy (berhitung) terdiri dari lima kompetensi, yaitu: (1)
mengestimasi, menghitung, dan menggunakan bilangan, (2) mengenali
b. [SMP] Sebuah baju dijual dengan harga
dan menggunakan pola dan relasi, (3) menggunakan penalaran spasial,
Rp100.000,00. Jika toko memberikan diskon
(4) menggunakan pengukuran, dan (5) menginterpretasi informasi
75%, maka tentukan harga baju setelah diskon.
statistik. Kelima kompetensi literasi Numeracy (berhitung) ini bersesuaian
dengan konten matematika sekolah dalam Kurikulum 2013, yaitu:
Jawab
Bilangan, Aljabar, Geometri dan Pengukuran, Trigonometri, Kalkulus,
Harga baju = Rp100.000,00
Statistika dan Peluang.
Diskon = 75%
Kelas matematika saat ini lebih nampak peserta didik mencatat, jarang
Besar diskon = 75% x Rp100.000,00 = Rp75.000,00
sekali mengkomunikasikan secara lisan hasil dan pengalamannya, jarang
Harga setelah diskon = Rp100.000,00 – Rp75.000,00 =
mengajukan pertanyaan, hanya mencontoh apa-apa yang dikerjakan guru
Rp25.000,00
dan mengingat rumus-rumus atau aturan matematika dengan tanpa
makna dan pengertian (Wahyudin, 2008). Untuk itu literasi Numeracy
c. Tentukan luas segitiga berikut
(berhitung) memastikan peserta didik memperoleh makna dari apa yang 1
dipelajarinya. Kompetensi literasi Numeracy (berhitung) yang = +=
2
bersesuaian dengan konten matematika dalam Kurikulum 2013 1
mengalami gradasi pada aspek mengetahui, memahami, dan memaknai. 4 cm = ×4×3
2
1. Aspek Mengetahui 1
Peserta didik mengingat (dapat pula mendaftar dan mengidentifikasi) = × 12
3 cm 2
fakta dan konsep pada Bilangan, Aljabar, Geometri dan Pengukuran, =6
Trigonometri, Kalkulus, Statistika dan Peluang dan menyelesaikan soal Jadi, luas segitiga tersebut adalah 6 cm2.
matematika dengan mengaplikasikan rumus atau konsep yang sudah

- 24 - - 25 -
dalam menghadapi masalah-masalah kompleks yang berhubungan dipelajari. Namun peserta didik belum mampu menjawab dari mana
dengan model tersebut, rumus dan konsep matematika itu diperoleh.
4. Mengkomunikasikan hasil pemikiran dengan logis, sistematis, kritis, dan Sebagai contoh:
kreatif, a. [SD] Letakkan tanda <, = atau > pada titik-titik sehingga bentuk
5. Memaknai peran dan kegunaan matematika dalam mengkonstruksi berikut bernilai benar
kehidupan yang lebih baik. 21 10
+ … 2
22 11
Jawab
21 10 21 + 20 41
IV. KOMPETENSI LITERASI NUMERACY (BERHITUNG) + = = = 1,863
22 11 22 22
yang kurang dari 2, jadi tanda yang benar adalah <.
Literasi Numeracy (berhitung) terdiri dari lima kompetensi, yaitu: (1)
mengestimasi, menghitung, dan menggunakan bilangan, (2) mengenali
b. [SMP] Sebuah baju dijual dengan harga
dan menggunakan pola dan relasi, (3) menggunakan penalaran spasial,
Rp100.000,00. Jika toko memberikan diskon
(4) menggunakan pengukuran, dan (5) menginterpretasi informasi
75%, maka tentukan harga baju setelah diskon.
statistik. Kelima kompetensi literasi Numeracy (berhitung) ini bersesuaian
dengan konten matematika sekolah dalam Kurikulum 2013, yaitu:
Jawab
Bilangan, Aljabar, Geometri dan Pengukuran, Trigonometri, Kalkulus,
Harga baju = Rp100.000,00
Statistika dan Peluang.
Diskon = 75%
Kelas matematika saat ini lebih nampak peserta didik mencatat, jarang
Besar diskon = 75% x Rp100.000,00 = Rp75.000,00
sekali mengkomunikasikan secara lisan hasil dan pengalamannya, jarang
Harga setelah diskon = Rp100.000,00 – Rp75.000,00 =
mengajukan pertanyaan, hanya mencontoh apa-apa yang dikerjakan guru
Rp25.000,00
dan mengingat rumus-rumus atau aturan matematika dengan tanpa
makna dan pengertian (Wahyudin, 2008). Untuk itu literasi Numeracy
c. Tentukan luas segitiga berikut
(berhitung) memastikan peserta didik memperoleh makna dari apa yang 1
dipelajarinya. Kompetensi literasi Numeracy (berhitung) yang = +=
2
bersesuaian dengan konten matematika dalam Kurikulum 2013 1
mengalami gradasi pada aspek mengetahui, memahami, dan memaknai. 4 cm = ×4×3
2
1. Aspek Mengetahui 1
Peserta didik mengingat (dapat pula mendaftar dan mengidentifikasi) = × 12
3 cm 2
fakta dan konsep pada Bilangan, Aljabar, Geometri dan Pengukuran, =6
Trigonometri, Kalkulus, Statistika dan Peluang dan menyelesaikan soal Jadi, luas segitiga tersebut adalah 6 cm2.
matematika dengan mengaplikasikan rumus atau konsep yang sudah

- 24 - - 25 -
d. [SMA] Berdasarkan konsep sin2x + cos2x = 1, peserta didik dapat 11 12 0 10 11 1 3 10 4 6 7 5
menghitung bahwa sin2(30o) + cos2(30o) = 1.
Sementara kemungkinan Taciman diserang oleh lawan tarungnya
d. Tentukan keliling bangun berikut ini, adalah 39 variasi serangan seperti terlihat pada tabel berikut:
POIN DISERANG
1 2 3 1 2 3 1 2 3 1 2 3
15 m
0 1 6 2 0 6 12 1 2 4 2 4
0 4 4 6 7 0 15 1 1 7 2 3
0 7 2 4 8 0 13 2 1 10 2 2
10 m
0 10 0 2 9 0 11 3 1 8 3 2
20 0 0 1 8 1 9 4 1 6 4 2
17 0 1 1 5 3 7 5 1 4 5 2
14 0 2 1 2 5 5 6 1 2 6 2
Keliling bangun di atas = 2 x (10 + 15) = 50 11 0 3 3 1 5 3 7 1 3 4 3
Jadi, keliling bangun di atas adalah 50 m. 8 0 4 6 1 4 2 6 2 5 3 3
5 0 5 9 1 3 2 3 4
2. Aspek Memahami
Peserta didik mengaitkan antar fakta dan konsep pada Bilangan,
Aljabar, Geometri dan Pengukuran, Trigonometri, Kalkulus, Statistika
dan Peluang dan menyelesaikan soal matematika dengan
mengaplikasikan rumus yang dapat ia buktikan. Pada aspek ini juga, III. TUJUAN LITERASI NUMERACY (BERHITUNG)
peserta didik dapat memperkirakan, mangkategorikan,
membandingkan, ataupun membedakan konsep-konsep matematika Tujuan utama dari linerasi Numeracy (berhitung) adalah mempersiapkan
yang mereka temukan. Soal-soal penggunaan konsep matematika sumber daya manusia yang memiliki kecakapan Abad 21, secara khusus
pada matematika dan ilmu lain sudah mulai dipahami oleh Peserta tujuan literasi Numeracy (berhitung) adalah menjadikan peserta didik dapat:
didik. Soal-soal yang mirip dengan contoh soal masih tetap bisa 1. Mengidentifikasi, memilah, menghubungkan, dan menggunakan
diselesaikan oleh mereka, namun mereka tidak bisa menyelesaikan informasi serta prosedur yang tepat untuk menyelesaikan masalah
soal-soal yang tidak rutin. dalam matematika dan masalah yang memerlukan matematika,
Sebagai contoh: 2. Memodelkan situasi yang terkait dan dapat memilih dan
a. [SD] Letakkan tanda <, = atau > pada titik-titik sehingga bentuk mengintegrasikan representasi yang berbeda dan menghubungkannya
berikut bernilai benar ke dalam dunia nyata,
21 10 3. Mengidentifikasikan kendala yang dihadapi dan melakukan dugaan-
+ … 2
22 11 dugaan, serta penyederhanaan model matematika guna mendapatkan
Jawab hasil yang diharapkan dengan strategi pemecahan masalah yang efektif

- 26 - - 23 -
35. Variasi serangan ini dapat saja tanpa poin pukulan, tanpa poin Bagi peserta didik yang pada level memahami, ia tidak perlu lagi
tendangan, ataupun tanpa poin jatuhan. Juga dengan hanya satu menggunakan prosedur matematika dengan konsep
pukulan, tendangan, ataupun jatuhan yang masuk. Secara jelas, menyamakan penyebut, tetapi cukup dengan menggunakan
dapat dilihat pada tabel berikut: konsep pembagian bilangan kecil terhadap bilangan besar
POIN MENYERANG (dalam konsep pecahan pembilang < penyebut), yang nilainya
1 2 3 1 2 3 1 2 3 1 2 3 jelas < 1.
21 10 21 10
0 1 11 9 13 0 8 12 1 5 3 8 Karena < 1 dan < 1 maka + <2
22 11 22 11
0 4 9 7 14 0 6 13 1 8 3 7
0 7 7 5 15 0 4 14 1 11 3 6 Jadi tanda yang benar adalah <.
0 10 5 3 16 0 2 15 1 14 3 5
0 13 3 1 17 0 2 6 7 17 3 4 b. [SMP] Sebuah baju dengan harga Rp100.000,00. dijual pada 2 toko
0 16 1 1 14 2 2 9 5 20 3 3 yang memberikan diskon berbeda. Pada toko mana yang
35 0 0 1 11 4 2 12 3 18 4 3 memberikan harga lebih murah?
32 0 1 1 8 6 25 2 2 16 5 3
29 0 2 1 5 8 22 2 3 14 6 3
26 0 3 1 2 10 19 2 4 12 7 3
23 0 4 3 1 10 16 2 5 10 8 3
20 0 5 6 1 9 13 2 6 8 9 3
17 0 6 9 1 8 10 2 7 6 10 3
14 0 7 12 1 7 7 2 8 4 11 3
11 0 8 15 1 6 4 2 9 4 5 7
8 0 9 18 1 5 25 2 2 4 8 5 Jawab
5 0 10 21 1 4 23 3 2 6 4 7 TOKO MURAH TOKO BAIK
2 0 11 24 1 3 21 4 2 9 4 6 Disc 50%+30% Disc 70%
33 1 0 27 1 2 19 5 2 12 4 5 Diskon 1 = 50% x Rp100.000,00 Diskon 1 = 70% x Rp100.000,00
31 2 0 30 1 1 17 6 2 15 4 4 = Rp50.000,00 = Rp70.000,00
29 3 0 28 2 1 15 7 2 13 5 4 Harga jual baju = Rp50.000,00 Harga jual baju = Rp30.000,00
27 4 0 26 3 1 13 8 2 11 6 4
Diskon 2 = 30% x Rp50.000,00
25 5 0 24 4 1 11 9 2 9 7 4
= Rp15.000,00
23 6 0 22 5 1 9 10 2 7 8 4
21 7 0 20 6 1 7 11 2 5 9 4
Harga jual baju = Rp35.000,00
19 8 0 18 7 1 5 12 2 5 6 6 Jadi yang lebih murah adalah baju yang dijual di TOKO BAIK.
17 9 0 16 8 1 3 13 2 7 5 6
15 10 0 14 9 1 3 4 8 10 5 5 c. [SMP] Tentukan luas segitiga berikut
13 11 0 12 10 1 3 7 6 8 6 5

- 22 - - 27 -
Soal ini tidak bisa langsung menerapkan e. PJOK
5 cm rumus luas segitiga, karena belum diketahui Dalam pertarungan silat Perguruan Tapak Suci Putera
4 cm panjang alas segitiga. Oleh karena itu perlu Muhammadiyah menerapkan sistem penskoran, yaitu 1 untuk
melibatkan teorema Pythagoras. pukulan, 2 untuk tendangan, dan 3 untuk jatuhan (bantingan). Jika
Tahap 1 pengerjaan: pada suatu kejuaraan UHAMKA-Cup 2017, didapati seorang
< =+ +, pesilat bernama Taciman memenangkan pertarungan dengan
5 =+ +4 total skor sebesar 35 poin, maka tentukan banyaknnya variasi
25 = + + 16 serangan yang dia lakukan dan tentukan pula banyaknya serangan
+ =9 yang mengenai Taciman, apabila lawan yang dikalahkannya itu
+=3 memperoleh total skor sebesar 20 poin.
Tahap 2 pengerjaan:
1 Jawab
= +=
2 Salah satu variasi serangan yang dilakukan Taciman adalah 10
1
= ×4×3 jatuhan, 2 tendangan, dan 1 pukulan. Sedangkan serangan yang
2 mengenai Taciman salah satunya adalah 1 jatuhan, 1 tendangan,
1
= × 12 dan 15 pukulan. Untuk secara rinci serangan yang dilakukan
2
=6 Taciman dapat dilihat pada tabel berikut:
Jadi, luas segitiga tersebut adalah 6 cm2. No Pukulan Tendangan Jatuhan
1 0 1 11
2 1 2 10
Dalam mengerjakan soal ini terlihat terlihat keterampilan 3 2 3 9
komunikasi peserta didik berdasarkan rincian tahapan pengerjaan. 4 3 4 8
d. [SMA] Peserta didik dapat membuktikan bahwa sin2x + cos2x = 1 5 4 5 7
dengan berbagai cara penyelesaian. (Menampilkan keterampilan 6 5 6 6
berpikir kreatif) 7 6 7 5
8 7 8 4
d. [SMA] Tentukan keliling dari bangun berikut ini, jika 3 + 2 = 9 8 9 3
60 dan jumlah nilai dan sama dengan 25! 10 9 10 2
11 10 11 1
Tabel di atas memperlihatkan bahwa sebelas variasi serangan
y m dengan poin serangan memenuhi angka-angka yang berurutan
dari 0 sampai 11, sehingga nampak adanya pola bilangan pada
variasi serangan dalam pertarungan silat. Namun secara
x m keseluruhan, terdapat 120 variasi serangan yang dapat dilakukan
oleh Taciman untuk memenangkan pertarungan dengan total skor

- 28 - - 21 -
Soal di atas tidak bisa langsung dihitung, harus dicari besar nilai
variabel dan

3x  2y  60  3x  2y  60 

x  y  25  2x  2y  50 
Tahap pengerjaan:

= 10 dan = 15

Tentukan luas kain perca yang diperlukan untuk membuat karya Maka keliling bangun di atas = 2 x (10 + 15) = 50
seni tersebut, jika ukuran kain dasar 70cm x 28cm. Jadi, keliling bangun tersebut adalah 50 m.

Jawab 3. Aspek Memaknai


Motif kain perca pada gambar di atas adalah setengah lingkaran Peserta didik menginterpretasi dan membangun konsep pada
yang saling membelakangi, Bilangan, Aljabar, Geometri dan Pengukuran, Trigonometri, Kalkulus,
Statistika dan Peluang dan menyelesaikan soal matematika yang
menggunakan konteks kehidupan nyata. Peserta didik mampu
menggunakan konteks kehidupan nyata untuk menemukan konsep
matematika, sehingga konteks dijadikan sebagai sumber belajar.
Peserta didik juga sudah mampu menggunakan konsep matematika
yang diperoleh dalam memecahkan persoalan kehidupan nyata.
Berdasarkan panjang dan lebar kain dasar pada
Memaknai matematika adalah bagaimana menggunakan matematika
bingkai di atas, maka gambar di samping
dalam menyelesaikan masalah pada materi matematika, ilmu lain,
merupakan persegi 7cm x 7cm, sehingga
dalam kehidupan sehari-hari.
diameter lingkaran besar adalah 7cm dan
Sebagai contoh:
diameter lingkaran kecil adalah 3,5cm.
a. [SD] Berapa bilangan bulat tak negatif yang harus ditambahkan
Luas kain perca = luas lingkaran besar – 2 x luas lingkaran kecil
pada kedua pembilang supaya bentuk berikut bernilai benar?
= [(3,5)2 – 2(1,75)2]
; 21 10
= 19,25cm2 2≤ + <3
22 11
Karena ada 16 tempelan kain perca, maka luas seluruh kain perca
yang diperlukan adalah = 16 x 19,25cm2 = 308cm2. Jawab
Peserta didik perlu mengetahui dan memahami konsep bilangan

- 20 - - 29 -
bulat tak negatif, pembilang, penjumlahan, perbandingan nilai Sehat meminjamkan modal Rp. 300.000,00 yang ia gunakan
bilangan, sehingga gabungan konsep-konsep ini menghasilkan membeli jamu A dan jamu B masing-masing seharga Rp6.000,00
soal yang kompleks dan non-rutin. Ketika mampu mengerjakan setiap boks dan Rp8.000,00 setiap boks. Jika harga jual tiap boks
soal ini, peserta didik telah berada pada berpikir kritis (mengatur jamu A Rp6.500,00 dan jamu B Rp8.800,00 maka tentukan berapa
bilangan yang harus ditambahkan sehingga berlaku ≥ 2 dan < 3) kali pedagang jamu tersebut menyicil pinjamannya sampai lunas.
dan berpikir kreatif (memberikan beragam bilangan bulat tak
negatif yang bisa ditambahkan pada kedua pembilang). Jawab
21 10 21 + + 10 + , Modal = Rp. 300.000,00
2≤ + < 3 dapat ditulis menjadi 2 ≤ + <3
22 11 22 11 Bunga tunggal = 10% x Rp300.000,00 = Rp. 30.000,00
Variasi nilai + dan , dapat dilihat pada tabel berikut: Pelunasan = Rp. 330.000,00
/0 + - 01 + .
- . + Banyaknya jamu A dan jamu B yang akan dibeli:
// 00
A+ B = 40 boks
0 2 2,045455 6.000A + 8.000B = 300.000
0 12 2,954545 Penyelesaian SPLDV ini memberikan hasil jamu A = 10 boks dan
3 0 2,000000 jamu B = 30 boks.
24 0 2,954545
1 1 2,000000
Harga jual jamu A dan jamu B:
1 11 2,909091
10 boks jamu A = 10 x Rp6.500,00 = Rp65.000,00
22 1 2,954545
30 boks jamu B = 30 x Rp8.800,00 = Rp264.000,00 +
dst.
= Rp329.000,00
Soal ini bisa diubah menjadi pemecahan masalah, apabila
234
ditanyakan “Tentukan nilai + dan , yang memenuhi 2 ≤ + Keuntungan maksimum = Rp29.000,00
2536
< 3 sehingga memberikan + × , maksimal”. Yang akan digunakan dalam membayar cicilan pelunasan
22
Jawabannya adalah + = , = 8 memenuhi 2 ≤ 2,954545 < 3 pinjaman sebesar Rp330.000,00. Sehingga pedagang jamu
dan tersebut harus menyicil sebanyak 12 kali, yaitu
+ × , = 64. 11 x Rp29.000,00 = Rp319.000,00
1 x Rp11.000,00.
b. [SMP] Sebuah baju dijual dengan
sistem diskon atau beli dapat gratis, d. Seni
Berikut adalah gambar bingkai dari kain perca yang ditempelkan
seperti terlihat pada gambar. Sistem
oleh siswa jurusan Tata Busana SMK Muhammadiyah Pasarebo.
mana yang akan dipilih oleh seorang
pembeli sehingga lebih

- 30 - - 19 -
E. Sumut, Riau, Jambi, Sulsel, Kalbar, Kalteng, Kalsel dan Kaltim menguntungkan? Berikan penjelasan.
berpotensi mengalami kebakaran lahan selama musim
kemarau 2013 Jawab
Sistem 1 (beli 1 disc 30%) : Rp70.000,00  dapat 1 baju
b. IPA (Biologi) Sistem 2 (beli 2 gratis 1) : Rp200.000,00  dapat 3
[SMA] Memprediksi banyak amuba dalam kurun waktu tertentu baju
dengan menggunakan barisan geometri atau eksponen Berarti 1 baju seharga Rp66.666,67
Suatu amuba membelah diri Lebih murah Rp3.333,33
menjadi dua bagian setiap 10 menit.
Hitunglah banyaknya amuba dalam Dengan sistem 1, kalau beli 3 baju maka dapat harga Rp210.000,00
waktu 1,5 jam. Lebih mahal Rp10.000,00 dari sistem 2.
Akan tetapi tidak setiap orang benar-benar membutuhkan 3 baju,
sehingga ia harus membeli dengan sistem 2, walaupun terasa lebih
murah.
Bisa jadi orang akan membeli dengan sistem 1, walaupun terasa
Jawab
lebih mahal, karena ia hanya membutuhkan 1 baju.
Mencari data dari fakta biologi
Di sini bergantung pada kebutuhan dan ketersediaan uang dari
seorang pembeli.

Soal ini menunjukkan bagaimana seseorang mengambil keputusan


berkenaan dengan penggunaan uang. Dalam mengerjakan soal ini
terlihat terlihat keterampilan komunikasi peserta didik berdasarkan
Fakta matematika terkait banyak amuba dalam setiap 10 menit
rincian tahapan pengerjaan. Kemampuan pemecahan masalah juga
1, 2, 4, 8, …
dibutuhkan dan kerjasama di antara peserta didik (kolaborasi).
Yang merupakan barisan geometri dengan bentuk umum 2n.
Pembejaran yang dapat diberikan adalah dengan menggunakan
Perhatikan bahwa 1,5 jam = 90 menit = 9 x (10 menit)
Problem Based Learning.
Berarti n = 9
Sehingga jumlah amuba = 29 = 512
c. [SMA] Berdasarkan konsep sin2x + cos2x = 1, Peserta didik dapat
Jadi banyaknya amuba dalam 1,5 jam adalah 512.
menemukan rumus baru, seperti 1 + tan2x = sec2x. (Keterampilan
c. IPS (Ekonomi) berpikir kreatif)
Pedagang jamu dorong mempunyai gerobak yang hanya cukup
memuat 40 boks jamu A dan jamu B. Dengan bunga tunggal 10% d. [SMA] Pak Budi memiliki jaring jala sepanjang 60 m. Ia ingin
dan keuntungan maksimum untuk melunasi cicilan, Koperasi membuat keramba ikan gurami dan udang. Kedua keramba ikan

- 18 - - 31 -
dibuat berdampingan. adanya sistem peringatan dini puting beliung," kata Sutopo. Hal ini
disebabkan kecilnya cakupan terjangan puting beliung yang kurang
Misalkan panjang keramba m dan lebarnya m, serta keliling dari 2 km, waktu kejadian kurang dari 10 menit, dan tidak semua
keramba m. Tentukanlah ukuran keramba agar luasnya awan Cumulonimbus selalu terjadi puting beliung. Kebakaran lahan
maksimum! (lebar keramba merupakan bilangan genap). dan hutan selama musim kemarau 2013 berpotensi terjadi di 8
provinsi langganan yaitu Sumut, Riau, Jambi, Sumsel, Kalbar, Kalteng,
Coba amati gambar keramba yang diinginkan dan renungkan Kalsel dan Kaltim. "Kekeringan berpotensi terjadi selama Agustus-
beberapa pertanyaan berikut. Oktober di Jawa, Bali, NTT dan daerah-daerah yang defisit air," ujar
Sutopo. Berdasarkan Data dan Informasi Bencana Indonesia (DIBI)
1. Bagaimana bentuk keramba yang direncanakan Pak Budi ?
BNPB dari tahun 1825-2012, jumlah korban meninggal dan hilang
2. Adakah konsep dan prinsip matematika yang terkait untuk akibat bencana geologi lebih banyak dibandingkan hidrometeorologi.
menentukan panjang keliling permukaan keramba ? Dari 292.330 orang meninggal dan hilang, sekitar 74% akibat
3. Adakah konsep dan prinsip matematika untuk menentukan luas bencana geologi sedangkan 26% bencana hidrometeorologi dan
Iainnya.
daerah permukaan keramba ?
4. Bagaimana menentukan ukuran panjang dan lebar permukaan  Pernyataan yang tidak tergolong fakta dalam bacaan di atas
keramba agar luasnya maksimum dengan jaring jala yang tersedia adalah … .
? A. puting beliung beraksi kurang dari 10 menit
B. cakupan terjangan puting beliung kurang dari 2 km
Alternatif penyelesian C. BMKG menyatakan musim penghujan normal hingga Mei
Penampang permukaan keramba dapat digambarkan sebagai 2013
berikut, D. puting beliung diperkirakan berpotensi terjadi dari bulan
Maret sampai dengan April 2013
E. 115 juta jiwa penduduk Indonesia tinggal di daerah rawan
sedang hingga rawan tinggi bahaya putting beliung

 Fakta yang salah di bawah ini adalah … .


A. Kasus puting beliung meyumbang Iebih dari 30% dari total
Karena panjang jaring jala yang tersedia adalah 60 m maka keliling bencana di Indonesia
keseluruhan permukaan keramba ikan adalah B. 292.330 orang meninggal dan hilang akibat bencana geologi
3 dan hidrometeorologi
= 2 + 3 = 60  2 = 60 − 3  = 30 − C. Jumlah korban meninggal dan hilang akibat bencana
2
Luas keseluruhan permukaan keramba ikan adalah hidrometeorologi lebih sedikit dibandingkan geologji
L = panjang x lebar D. Tren kejadian puting beliung mengalami peningkatan
= " × # sebesar 28 kali lipat dalam tempo sembilan tahun

- 32 - - 17 -
dengan pendekatan geometri 3
= (30 − )
2
2. Penerapan pada Mata Pelajaran Non-Matematika 3
= 30 −
Numbers is the language of science (Tobias, 2005), sebagaimana juga 2
Pythagoras menyatakan bahwa numbers rules the universe (Alisah
dan Dharmawan, 2007), juga mathematics as human activity Karena luas permukaan keramba tergantung nilai maka
(Freudenthal, 1991). Betapa matematika sangat berperan bagi persamaan fungsi luas dapat dinyatakan sebagai berikut,
kehidupan manusia dan alat bagi pengembangan ilmu lain. Pada  ( ) = 30 − , anggota bilangan genap
pembelajaran mata pelajaran non Matematika, informasi yang
disajikan dapat diperkaya dengan menggunakan matematika, Dengan mengambil beberapa nilai x, diperoleh beberapa harga L
misalnya data yang ditampilkan dalam tabel, bagan, atau grafik. dan disajikan pada table berikut
Dengan cara ini, peserta didik dapat melihat bagaimana penggunaan
konsep dan keterampilan matematika di dalam mata pelajaran lain Nilai
0 2 4 6 8 10 12 14 16 18 20
yang dapat membantu mereka memahami konsep yang diberikan.
Pada saat yang sama, peserta didik memiliki kesempatan Nilai
0 54 96 126 144 150 144 126 96 54 0
mengaplikasikan konsep dan keterampilan matematika di luar jam
pembelajaran matematika. Dalam standar proses (NCTM, 2000)
kegiatan ini biasa dikenal dengan mathematical connection. Sekarang mari kita gambarkan fungsi ( ) = 30 − pada
sistem koordinat dengan bantuan nilai-nilai x dan L yang ada pada
Berikut ini contoh literasi Numeracy (berhitung) lintas kurikulum
tabel di atas.
untuk beberapa mata pelajaran non Matematika:
a. Bahasa Indonesia
Perhatikan bacaan berikut!
BMKG menyatakan musim penghujan normal hingga Mei 2013.
Dengan melihat pola dan karakteristik hujan di Indonesia, maka
diperkirakan puting beliung berpotensi terjadi hingga Maret-April
2013. "Selama tahun 2012, data sementara terjadi 295 puting
beliung di Indonesia atau sekitar 36% dari total bencana selama
2012," tutur Kepala Pusat Data, Informasi dan Humas BNP), Sutopo
Purwo Nugroho, Kamis (27/12). Menurut Sutopo, tren kejadian
puting beliung cenderung mengalami peningkatan di setiap
tahunnya. Selama 2002-2011 meningkat 28 kali lipat dan terdapat
404 kabupaten/kota dengan jumlah penduduk 115 juta jiwa yang
tinggal di daerah rawan sedang hingga rawan tinggi bahaya puting
beliung di Indonesia. "Kondisi tersebut diperparah dengan belum

- 16 - - 33 -
Numeracy (berhitung) dari berbagai mata pelajaran non matematika.
Coba cermati harga-harga x dan L di dalam tabel di atas dan grafik Pada kegiatan ini, Numeracy (berhitung) bisa diperoleh melalaui mata
fungsi pelajaran non matematika dan Numeracy (berhitung) digunakan untuk
( ) = 30 − , ≥ 0 memiliki ciri-ciri sebagai berikut, membantu memahami mata pelajaran non matematika.
a. Kurva terbuka ke bawah
Mengaplikasikan literasi Numeracy (berhitung) dalam lintas kurikulum
b. Grafik memotong sumbu-X pada dua titik yang berbeda
dapat memperkaya pembelajaran mata pelajaran lainnya, dan
yaitu (0, 0) dan titik (20, 0) pengalaman tersebut memberikan kesempatan pada peserta didik untuk
c. Grafik fungsi mencapai puncak pada titik (10, 150). melihat keterkaitan konsep matematika dengan konsep ilmu lain. Inilah
d. Garis = 10 membagi dua luas (sama besar) daerah di matematika sebagai pelayan bagi ilmu lain (mathematics is the quen of
bawah kurva, sehingga garis = 10 dapat dikatakan all science). Pada akhirnya pembelajaran matematika maupun non
matematika yang melatihkan literasi Numeracy (berhitung) di kelas
sebagai sumbu simetri grafik fungsi ( ) = 30 −
memungkinkan peserta didik memiliki kemampuan dan keterampilan
Berdasarkan grafik fungsi di atas, luas maksimum diperoleh saat abad 21
lebar permukaan keramba ikan, yaitu = 10 m.
Selanjutnya, dapat diperoleh panjang keramba sebagai berikut: Contoh Penerapan Literasi Numeracy (berhitung) dalam Pembelajaran
= 10 m dan = 30 −  = 15 m Kurikulum 2013
= × = 10 × 15 = 150 1. Penerapan Dalam Mata Pelajaran Matematika
Jadi, Luas maksimum permukaan keramba ikan adalah 150 m2. Dalam pembelajaran matematika, peserta didik diberikan
(Pada soal ini, peserta didik dituntuk untuk memiliki keterampilan permasalahan nyata yang muncul dalam kehidupan sehari-hari, baik
berpikir kritis dan kreatif serta pemecahan masalah). permasalahan yang terstruktur maupun tidak terstruktur. Peserta
didik juga diberikan Pembelajaran Berbasis Proyek (Project Based
Alternatif lain dalam menyelesaikan soal ini adalah dengan Learning) yang mengaplikasikan konsep-konsep matematika di
menggunakan konsep turunan fungsi, yaitu bagi peserta didik SMA dalam kehidupan sehari-hari. Begitu juga dengan Problem Base
kelas 11. Learning dan Discovery Learning sangat baik untuk mengembangkan
3 HOTS peserta didik, apalagi dipadukan dengan pendekatan saintifik
( ) = 30 − sebagai ikon dari Kurikulum 2013. Pembelajaran dengan pendekatan
2
Open-Ended memungkinkan tumbuhnya kemampuan berpikir kreatif
( ) = 30 − 3 = 0
peserta didik (Shimada & Beccker, 1997; Syaban, 2010).
= 10  ( ) = 30(10) − (10) = 300 − 150 = 150
Sebagai contoh:
Jadi lebih praktis dalam pengerjannya.  Membandingkan waktu tempuh ke sekolah melalui rute yang
Dalam mengerjakan soal ini terlihat terlihat keterampilan komunikasi sama dengan berjalan dan berkendara.
peserta didik berdasarkan rincian tahapan pengerjaan. Kemampuan  Menghitung luas tanah (bangunan, sawah, kebun, sekolah, dll)

- 34 - - 15 -
matematika realistik (Realistic Mathetamtics Education) dan pendekatan pemecahan masalah juga dibutuhkan dan kerjasama di antara
open-ended. peserta didik (kolaborasi). Pembejaran yang dapat diberikan adalah
dengan menggunakan Project Based Learning.
Kurikulum 2013 menitikberatkan penilaian pembelajaran yang
memungkinkan tumbuhnya keterampilan berpikir tingkat tinggi (HOTS:
Higer Order Thinking Skills), dengan demikian matematika sebagai basis
dari pengembangan konsep literasi Numeracy (berhitung) sangat erat V. PENJENJANGAN LITERASI NUMERACY (BERHITUNG)
kaitannya dengan HOTS ini. Untuk pencapaian HOTS ini akan maksimal
apabila proses pembelajaran yang dilakukan guru juga berorientasi Perjenjangan dalam literasi Numeracy (berhitung) merupakan salah satu
pengembangan berpikir (kritis, kreatif, reflektif). Bahwa assessment base aspek dalam satu proses yang berkesinambungan mulai dari jenjang yang
learning maupun assessment as learning menjadi penting untuk terendah sampai dengan jenjang yang tertinggi. Perjenjangan ini penting
diterapkan di sekolah-sekolah yang berkarakter juara dan kompetitif. untuk dibuat agar capaian literasi mengarah pada kesesuaian kebutuhan
peserta didik dan kesesuaian dengan pertumbuhan mental dan psikologis
Berdasarkan hasil identifikasi Kurikulum 2013, untuk menilai bahwa peserta didik serta kesesuaian dengan capaian kompetensi yang
suatu pembelajaran telah melatihkan literasi Numeracy (berhitung), kita diharapkan.
dapat menganalisisnya berdasarkan kompetensi dasar, indikator
pencapaian kompetensi, maupun kegiatan pembelajaran yang dirancang Perjenjangan tersebut memudahkan pula pendidik untuk menentukan
dan dilaksanakan oleh guru. materi yang harus diberikan peserta didik dalam mencapai kompetensi
tersebut. Dengan demikian, penting sekali untuk menentukan tingkatan
C. Literasi Numeracy (berhitung) dalam Pembelajaran Lintas Mata kompetensi literasi peserta didik sesuai dengan jenjang peserta didik itu.
Pelajaran
Literasi Numeracy (berhitung) yang bersesuaian dengan konten
Literasi Numeracy (berhitung) dalam pemelajaran lintas mata pelajaran
matematika dalam Kurikulum 2013 mengalami gradasi pada aspek
adalah literasi yang memuat konteks pada suatu mata pelajaran dan akan
mengetahui, memahami, dan memaknai. Penjenjangan dalam tabel
terlihat pemaknaan suatu pemelajaran antarmata pelajaran tersebut.
berikut menunjukkan kompetensi akhir yang harus dicapai peserta didik,
Literasi tersebut tidak berdiri sendiri, namun terintegrasi dalam suatu
sehingga menjamin mereka telah menguasai pada aspek sebelumnya.
konteks mata pelajaran dengan mata pelajaran lainnya yang memiliki
fungsi dan tujuan tertentu sebagai muatan pemelajaran.
Tabel 2. Penjenjangan Literasi Numeracy (berhitung) dalam Lingkup Sekolah
Literasi Numeracy (berhitung) merupakan kompetensi yang akan dicapai
peserta didik selama proses pembelajaran maupun hasil dari sebuah Indikator Literasi
pembelajaran yang dilakukan guru. Literasi Numeracy (berhitung) secara SD Kelas Rendah SD Kelas Tinggi
Numeracy SMP SMA
(1-3) (4-6)
eksplisit diajarkan di dalam mata pelajaran matematika, namun secara (berhitung)
implisit peserta didik diberikan kesempatan untuk memperoleh literasi 1. Mengestimasi, Menghitung, dan Menggunakan Bilangan

- 14 - - 35 -
1.1. Memahami  Mendemonstra  Model,  Membandingk  Menggunaka yang dipadukan dengan model collaborative learning, inquiry based
dan sikan konsep representasi, an, n cara learning, problem based learning, problem solving, project based
menggunakan menghitung mengurutkan, mengurutkan, berbeda
bilangan yang digunakan dan dan untuk
learning, dan cooperative learning. Khusus pelajaran matematika,
dalam dalam menggunakan menggunakan merepresent pendekatan matematika realistic dan open-ended akan sangat
konteks kehidupan bilangan bilangan positif asikan membantu dalam mengembangkan literasi Numeracy (berhitung).
sehari-hari sampai lima dan negatif bilangan
 Menghubungka angka untuk sangat besar
n nama  Mengidentifik menyelesaikan dan sangat B. Literasi Numeracy (berhitung) dalam Kurikulum 2013
bilangan asi, masalah lecil Kurikulum 2013 mengadopsi pergeseran paradigma pembelajaran abad
dengan menjelaskan, kehidupan termasuk
kelompok objek dan sehari-hari notasi ilmiah 21. Numeracy (berhitung) sebagai bagian dari literasi dasar kecakapan
sampai menggunakan abad 21 menjadi penting untuk dikembangkan beriringan dengan
bilangan dua bilangan lebih kerangka Kurikulum 2013, hingga sampai kepada terintegrasi ke dalam
angka dari satu juta pembelajaran di kelas dan sekolah. Tentu hal ini akan bermuara kepada
 Model, kerangka kerja kebijakan pendidikan nasional untuk menghasilkan insan
representasi,
mengurutkan,
indonesia yang produktif, kreatif, inovatif, dan afektif melalui penguatan
dan sikap, keterampilan, dan pengetahuan yang integratif.
menggunakan
bilangan Literasi Numeracy (berhitung) yang menyatu dengan Kurikulum 2013,
sampai empat secara eksplisit terdapat pada mata pelajaran matematika, maupun
angka
1.2. Mengestimasi  Mengenali efek  Mengestimasi  Memecahkan  Memodelkan
secara implisit pada mata pelajarn non matematika. Secara konseptual,
dan menambahan dan masalah yang dan Kurikulum 2013 berbasis kompetensi. Kurikulum 2013 terdiri atas 4
menghitung dan memeriksa kompleks memecahkan (empat) Kompetensi Inti (KI) yang dibagi menjadi 3 aspek, yaitu KI-1 dan
mengambilan solusi suatu dengan masalah KI-2 merupakan aspek sikap, KI-3 menyangkut aspek pengetahuan, dan
dari masalah estimasi dan melibatkan KI-4 menyangkut aspek keterampilan. Pendekatan yang digunakan dalam
sekumpulan dengan perhitungan data yang
benda mengingat dengan kompleks
kurikulum ini adalah pendekatan ilmiah (scientific approach), yang
 Menyelesaikan fakta menggunakan dengan mengakomodir 5 pengalaman belajar (5M), yaitu mengamati, menanya,
penambahan penambahan, strategi estimasi dan melakukan percobaan/mengeksplorasi, mengasosiasi, dan
sehari-hari dan pengurangan, mental, tertulis perhitungan mengomunikasikan/ membuat jejaring, atau menjadi 6M yang
berbagi cerita perkalian, dan dan digital menggunaka dilanjutkan dengan mencipta. Pendekatan ilmiah yang diperkuat dengan
 Mengestimasi pembagian secara efisien n beragam
dan  Memecahkan strategi
problem base learning, project base learning, discovery learning, inquiry
menyelesaikan masalah dan mental, learning, sehingga, Kurikulum 2013 juga sudah mengakomodasi
masalah dan memeriksa tertulis dan pengembangan literasi Numeracy (berhitung) bagi peserta didik. Proses
menghitung perhitungan digital secara pembelajaran ini akan semakin kuat dengan menghadirkan pendekatan
jawaban dengan efisien
menggunakan

- 36 - - 13 -
Gambar 2. Struktur Literasi Numeracy (berhitung) strategi
mental dan
tuisan secara
efeisien
1.3. Menggunaka  Mengidentifika  Menaksir  Mengidentifika  Mengevaluas
II. MISI PEDAGOGIS n uang si situasi yang kembalian dari si dan i rencana
melibatkan pembelian mempertimba keuangan
uang sederhana ngkan untuk
A. Misi Literasi Numeracy (berhitung)  Mengenali nilai  Membuat keputusan mendukung
uang rupiah rencana ‘best value for tujuan
Literasi Numeracy (berhitung) memiliki misi pedagogis baik untuk  Mengidentifika keuangan money’ khusus
pelajaran Matematika maupun non Matematika. Literasi Numeracy si dan sederhana,
(berhitung) merupakan pendekatan penerapan Numeracy (berhitung) menggunakan anggaran dan
secara konsisten dan menyeluruh di sekolah untuk mendukung kombinasi uang prediksi biaya
pengembangan literasi Numeracy (berhitung) bagi setiap peserta didik. untuk
pembelian
Literasi Numeracy (berhitung) secara eksplisit diajarkan di dalam mata sederhana
pelajaran Matematika, namun peserta didik juga memerlukan literasi 1.4. Mengiterpret  Mengenali  Memvisualisas  Memvisualisasi  Mengilustras
Numeracy (berhitung) dalam mata pelajaran lainnya. Dengan demikian, asi penalaran ‘keseluruhan’ ikan, kan dan ikan dan
literasi Numeracy (berhitung) mengaitkan Matematika dengan mata proporsional dan ‘bagian menjelaskan, menjelaskan mengurutkan
pelajaran lain dan kehidupan sehari-hari. dari dan proporsi dari hubungan
keseluruhan’ mengurutkan persen, dan pecahan,
1. Misi pada mata pelajaran matematika dalam puluhan, rasio desimal,
Literasi Numeracy (berhitung) berperan menentukan cara dan arah kehidupan ratusan, 1 persen, dan
pembelajaran matematika di sekolah, sehingga pembelajaran sehari-hari desimal, 2 rasio
Matematika lebih bermakna bagi peserta didik secara kontekstual.  Mengenali desimal
2. Misi pada mata pelajaran non matematika suatu  Memvisualisas
keseluruhan ikan,
Literasi Numeracy (berhitung) berperan membantu Peserta didik objek yang menjelaskan,
dalam memahami dan menyelesaikan masalah pada mata pelajaran dibagi kedalam dan
non Matematika. Selain itu, beberapa konten pada mata pelajaran bagian yang mengurutkan
non matematika dapat digunakan sebagai objek kajian dalam sama pecahan,
mengembangkan literasi Numeracy (berhitung).  Memvisualisasi desimal,
kan dan persen
menjelaskan sederhana
Misi pedagogis berimplikasi terhadap strategi pembelajaran matematika setengah dan yang senilai
dan non matematika di sekolah, yaitu pembelajaran yang bersifat seperempat
investigatif dan eksploratif dengan menjaga keterpaduan dan 1.5. Menerapkan  Mengidentifika  Menyelesaika  Menyelesaikan  Menyelesaik
interkoneksitas antarmateri pelajaran. Merujuk Kurikulum 20131, maka penalaran si jumlah n masalah masalah an masalah
proporsional seperti lebih menggunakan menggunakan melibatkan
pendekatan saintifik menjadi inti dari pembelajaran di kelas, tentu saja

- 12 - - 37 -
dari, kurang pecahan persen pecahan,
dari, dan sama senilai untuk sederhana, desimal,
dalam persepuluh, dan rasio persen, dan
perbandingan perseratus, rasio
sehari-hari satu dan dua 5. Menginterpretasi Informasi Statistik
 Menyelesaikan tempat Komponen ini terkait dengan konten matematika dalam Kurikulum
masalah desimal 2013, yaitu statistika dan peluang. Peserta didik mampu membaca,
menggunakan  Menyelesaika mengumpulkan, merekam, menyajikan, membandingkan, dan
setengah dan n masalah
mengevaluasi ketepatan berbagai jenis penyajian data statistik dari
seperempat menggunakan
pecahan masalah kontekstual. Peserta didik menggunakan bahasa dan
senilai, representasi numerik yang sesuai saat menjelaskan hasil peluang
desimal, dan kejadian. Dalam mengembangkan literasi Numeracy (berhitung),
persen peserta didik dapat:
sederhana
5.1. menginterpretasikan penyajian data,
2. Mengenali dan Menggunakan Pola dan Relasi
2.1. Mengenali,  Mengenali pola  Mengidentifik  Mengidentifika  Mengenali, 5.2. menginterpretasi peluang kejadian.
membentuk, sederhana asi dan si membentuk,
dan dalam menjelaskan kecenderunga dan Berikut ini adalah gambar struktur literasi Numeracy (berhitung)
menggenerali kehidupan kecenderunga n menggeneral
sasi pola sehari-hari n pola menggunakan isasi pola
 Menjelaskan kehidupan pola
dan sehari-hari
melanjutkan  Mengidentifik
pola asi dan
 Mengidentifika menjelaskan
si, menjelaskan, aturan dan
dan menyusun hubungan pola
pola sesuai dengan
konteks kehidupan
sehari-hari
2.2. Mengenali  Mengenali  Mengidentifik  Mengidentifika  Mengenali
dan relasi asi dan si dan
menggunakan sederhana menjelaskan kecenderunga menggunaka
relasi dalam aturan dan n n relasi
kehidupan relasi dengan menggunakan
sehari-hari kehidupan aturan dan
sehari-hari relasi
3. Menggunakan Pengukuran
3.1. Mengestimasi  Menggunakan  Mengestimasi,  Mengkonversi  Menyelesaik

- 38 - - 11 -
memprediksi pola guna memecahkan masalah kontekstual. Dalam dan bahasa mengukur, satuan baku an masalah
mengembangkan literasi Numeracy (berhitung), peserta didik dapat: mengukur informal dan untuk volume kompleks
dengan dan/atau untuk membandingk dan kapasitas, yang
2.1. mengenali, membentuk, dan menggeneralisasi pola dalam satuan baku menjelaskan an panjang, dan melibatkan
konteks, karakteristik suhu, volume menggunakan luas
2.2. mengenali dan menggunakan relasi dalam konteks. dari panjang, dan masa dari rumus keliling, permukaan
suhu kejadian luas, dan dan volume
3. Menggunakan Penalaran Spasial (panas/dingin), sehari-hari volume untuk prisma dan
masa menggunakan memecahkan tabung serta
Komponen ini terkait dengan konten matematika dalam Kurikulum
(berat/ringan) satuan baku masalah benda pejal.
2013, yaitu geometri dan pengukuran serta trigonometri. Komponen pada dan skala sesungguhnya.
ini melibatkan peserta didik untuk memahami ruang di sekitar mereka. lingkungan pengukuran
Peserta didik memvisualisasikan, mengidentifikasi, dan mengurutkan sekitar
bentuk dan objek, mendeskripsikan ciri utama objek di lingkungan 3.2. Bekerja  Mengurutkan  Membaca jam  Menggunakan  Menggunaka
dengan jam, kejadian sekitar analog dan sistem jam 12- n sistem jam
sekitar. Peserta didik menggunakan simetri, bentuk, dan sudut untuk
kalender, dan dengan digital untuk an dan 24-an 12-an dan
memecahkan masalah kontekstual dan menafsirkan peta atau jadwal berbagai cara mengkonversi dalam satu 24-an dalam
diagram. Peserta didik menggunakan skala, legenda, dan penunjuk  Mengurutkan jam, menit zona waktu berbagai
arah untuk mengidentifikasi dan menggambarkan rute dan lokasi. peristiwa dan detik untuk zona waktu
Dalam mengembangkan literasi Numeracy (berhitung), peserta didik sekitar dalam  Menggunakan menyelesaikan untuk
bahasa waktu ‘am’ dan ‘pm’ masalah menyelesaik
dapat:
(pagi, siang, (jam pagi, an masalah
3.1. memvisualisasikan bentuk 2 dimensi dan objek 3 dimensi, soer malam) siang, malam)  Menggunaka
3.2. menginterpretasikan peta dan diagram  Membaca jam  Menggunakan n skala
analog dan kalender waktu dalam
4. Menggunakan Pengukuran digital untuk untuk kejadian
menentukan menentukan kompleks,
Komponen ini terkait dengan konten matematika dalam Kurikulum
setengah jam lokasi dan tempat
2013, yaitu geometri dan pengukuran, trigonometri, dan kalkulus. dan membandingk bersejarah,
Komponen ini melibatkan peserta didik belajar tentang pengukuran seperempat an waktu dan kejadian
panjang, luas, volume, kapasitas, waktu, suhu, massa, dan sudut. jam kejadian ilmiah
Peserta didik memperkirakan, mengukur, membandingkan, dan  Mengurutkan  Mengkonversi
kejadian sistem jam 12-
menghitung menggunakan satuan baku saat memecahkan masalah
menurut bulan an dan 24-an
kontekstual. Peserta didik membaca jam dan mengkonversi waktu, dan musim untuk
mengidentifikasi dan mengurutkan tanggal/acara dengan  Menentukan menyelesaikan
menggunakan kalender dan jadwal. Dalam mengembangkan literasi tanggal pada masalah
Numeracy (berhitung), peserta didik dapat: kalender waktu
 Meninterpreta
4.1. memperkirakan dan mengukur menggunakan satuan baku,
si dan
4.2. bekerja dengan jam, kalender, dan jadwal. menggunakan

- 10 - - 39 -
jadwal dan memodelkan masalah sehari-hari dalam berbagai konteks otentik
4. Menggunaan Penalaran Spasial dengan menggunakan mental aritmetika, tertulis, atau alat hitung
4.1. Memvisualisa  Menyortir atau  Memvisualisas  Memvisualisasi  Memvisualis
yang efisien. Berkenaan dengan bilangan pecahan, Peserta didik
sikan bentuk menyesuaikan i, menyortir, , menjelaskan asi,
2 dimensi dan objek-objek mengidentifika dan menjelaskan mengembangkan pemahaman tentang makna pecahan,
objek 3 menurut si, dan mengaplikasika dan representasinya sebagai persentase dan rasio, dan bagaimana
dimensi bentuknya menjelaskan n sifat dan menganalisis penerapannya di situasi kehidupan nyata. Peserta didik
 Menyortir dan simetri aturan dari cara bentuk memvisualisasikan, mengurutkan, dan menggambarkan bentuk dan
memberi nama bangun datar bentuk 2 dan objek
objek yang menggunakan proporsi serta hubungan persentase dan
bentuk 2 dan sudut dimensi dan dikombinasik
dimensi dan pada objek 3 an dan rasio untuk memecahkan masalah dalam konteks sesungguhnya.
objek 3 dimensi lingkungan dimensi diposisikan Peserta didik mengidentifikasi situasi pemanfaatan uang dan
 Menidentifikasi sekitar pada menerapkan pengetahuan mereka tentang nilai uang untuk
, menyortir dan  Memvisualisas lingkungan pembelian, penganggaran, dan pengambilan keputusan. Dalam
menjelaskan i, menyortir, dengan
mengembangkan literasi Numeracy (berhitung), peserta didik dapat:
bentuk 2 membandingk tujuan yang
dimensi dan an bentuk berbeda 1.1. memahami dan menggunakan bilangan dalam konteks,
objek 3 dimensi objek-objek 1.2. mengestimasi dan menghitung,
yang biasa sebagai prisma 1.3. menggunakan uang,
digunakan dan piramida 1.4. menginterpretasikan penalaran proporsional,
dalam pada
1.5. menerapkan penalaran proporsional.
kehidupan lingkungan
sekitar
4.2. Menginterpre  Mendemontras  Menginterpret  Membuat dan  Membuat 2. Mengenali dan Menggunakan Pola dan Relasi
tasi peta dan ikan posisi diri asi informasi, menginterpret dan Komponen ini terkait dengan konten matematika dalam Kurikulum
diagram dan objek yang posisi lokasi, asi peta, mengiterpret 2013, yaitu Bilangan, Aljabar, Geometri dan Pengukuran,
berhubungan dan model, dan asi peta, Trigonometri, dan Kalkulus. Matematika merupakan suatu aktivitas
dengan menjelaskan diagram 2 model, dan
kehidupan rute pada peta dimensi dan 3 diagram
untuk menemukan dan mempelajari pola maupun hubungan (Hudoyo:
sehari-hari dan diagram dimensi menggunaka 1988; Riedesel, Schwartz, dan Clements: 1996; Suherman, dkk: 2003).
 Memberikan menggunakan n berbagai Mathematics is a science of pattern and order (Hill etall, 1989). Pola
dan mengikuti skala, legenda, alat dan keteraturan menghiasi proses alam semesta. Pythagoras
petunjuk peta dan petunjuk pemetaan menyatakan bahwa numbers rules the universe. Kita hidup dalam
dan diagram arah yang
dari lokasi sederhana
sebuah alam yang tunduk pada sebuah keteraturan, dan ini
umum  Mengidentifik memungkinkan bagi manusia untuk memprediksi dan mengatur
asi dan kehidupannya (Alisah dan Dharmawan, 2007).
mengambarka Komponen ini melibatkan peserta didik untuk mengidentifikasi trend,
n rute dan menjelaskan dan menggunakan berbagai aturan dan relasi untuk
lokasi

- 40 - -9-
permasalahannya tidak terstruktur (ill-structured), memiliki banyak cara menggunakan
penyelesaian, atau bahkan tidak ada penyelesaian yang tuntas, serta sistem
penunjuk arah
berhubungan dengan faktor non-matematis. (seperti utara,
timur laut)
Mata pelajaran Matematika pada Kurikulum 2013 sudah memuat literasi 5. Menginterpretasi Informasi Statistik
Numeracy (berhitung), namun pada pelaksanaannya sebagian sekolah 5.1. Menginterpre  Menyajikan  Mengumpulka  Membandingk  Mengevaluas
belum melakukan pembelajaran matematika yang menumbuhkan literasi tasi penyajian informasi n dan an, i statistik
data menggunakan menyajikan menginterpret media dan
Numeracy (berhitung). Komponen literasi Numeracy (berhitung) pada
objek nyata, data dalam asikan, dan tren
mata pelajaran Matematika Kurikulum 2013 dapat dilihat pada Tabel 1. gambar bentuk tabel, menilai penyajian
 Memberikan diagram, efektivitas data, statistik
Tabel 1. Komponen Literasi Numeracy (berhitung) pada Kurikulum 2013 respon atas gambar, dan penyajian
Komponen Literasi Numeracy Cakupan Matematika Kurikulum 2013(2) pertanyaan grafik suatu data
terhadap  Mengumpulka dalam
(berhitung)(1)
informasi yang n, berbagai
Mengestimasi, menghitung, dan Bilangan disajikan membandingk bentuk
menggunakan bilangan  Mengenali an,
bagaimana menjelaskan,
Mengenali dan menggunakan pola Bilangan meminta dan dan
dan relasi Aljabar menjawab menginterpret
Geometri dan Pengukuran pertanyaan asikan data
Trigonometri sederhana dan dalam tabel
Kalkulus menginterpreta ganda, grafik
sinya dalam ganda,
Menggunakan penalaran spasial Geometri dan Pengukuran gambar atau termasuk
Trigonometri grafik dalam media
Menggunakan pengukuran Geometri dan Pengukuran digital
5.2. Menginterpre  Mengenali  Menggambark  Mengambarka  Menjelaskan
Trigonometri
tasi peluang kejadian yang an n dan beragam
Kalkulus
kejadian mungkin atau kemungkinan menjelaskan kejadian dan
Menginterpretasi informasi Statistika dan Peluang tidak mungkin yang kenapa kejadian
statistik  Mengidentifika dihasilkan dari kenyataan bersamaan
si dan percobaan yang terjadi melalui
menjelaskan peluang tidak selalu contoh ke
Uraian komponen kompetensi
kejadian sekitar dengan sama dengan dalam
1. Mengestimasi, menghitung, dan menggunakan bilangan yang bahasa perkiraan peluang
Komponen ini terkait dengan konten matematika dalam Kurikulum melibatkan informal suatu
2013, yaitu bilangan. Peserta didik menerapkan keterampilan dalam peluang (selalu, sering, kejadian
mengestimasi dan menghitung dengan bilangan untuk memecahkan jarang,

-8- - 41 -
kadang- Kemampuan ini juga merujuk pada apresiasi dan pemahaman informasi
kadang, tidak yang dinyatakan secara matematis, misalnya grafik, bagan, dan tabel.
pernah)
 Mengambarka
n peluang Literasi Numeracy (berhitung) merupakan bagian dari literasi dasar yang
kejadian dan diperlukan dalam mendukung pencapaian Kecakapan Abad 21.
membandingk Karakteristik pembelajaran Abad 21 menggambarkan proses menuju
an hasil tercapainya kompetensi-kompetensi inti seperti keterampilan berpikir
observasi
kritis (critical thinking), pemecahan masalah (problem solving), kreativitas
dengan
prediksi (75% (creativity), komunikasi dan kerjasama (communication and teamwork)
akan hujan yang sangat melekat dengan pelajaran matematika yang menjadi domain
atau 50/50 utama literasi Numeracy (berhitung). Dengan belajar matematika yang
akan cerah) terintegrasi dai dalamnya literasi Numeracy (berhitung), maka
pengembangan sikap positif siswa seperti rasa ingin tahu (curiosity),
inisiatif (initiative), gigih (persistence), kemampuan beradaptasi
(adaptability), kepemimpinan (leadership) dan kepedulian sosial dan
VI. PENUTUP
budaya (social and cultural awareness).

Literasi Numeracy (berhitung) adalah salah satu literasi yang Dengan demikian, literasi Numeracy (berhitung) adalah pengetahuan dan
dikembangkan untuk kepentingan pendidikan di sekolah, khususnya, dan kecakapan untuk:
kemajuan pendidikan Indonesia, pada umumnya. Dengan demikian, A. menggunakan berbagai macam angka dan simbol-simbol yang terkait
pendidikan dapat memenuhi kriteria dan capaian yang diharapkan dan dengan matematika dasar untuk memecahkan masalah praktis dalam
dapat memperbaiki kehidupan bangsa. Dengan literasi yang baik, berbagai macam konteks kehidupan sehari-hari,
diharapkan agar bangsa Indonesia mampu bersaing menyejajarkan diri di B. menganalisis informasi yang ditampilkan dalam berbagai bentuk
dunia internasional. Keberhasilan pencapaian literasi harus didukung oleh (grafik, tabel, bagan, dsb) dan menggunakan interpretasi hasil analisis
seluruh komponen yang ada di dunia pendidikan, terutama peran untuk memprediksi dan mengambil keputusan.
pendidik di sekolah yang berupaya membimbing, mengarahkan, mendidik,
mengevaluasi, memfasilitasi berkembangnya potensi peserta didik sesuai Literasi Numeracy (berhitung) merupakan bagian penting dari
dengan kompetensi yang diharapkan. matematika, dimana komponen literasi Numeracy (berhitung) diambil
dari cakupan matematika. Keduanya berlandaskan pada pengetahuan
Konsep literasi Numeracy (berhitung) ini diharapkan dapat digunakan dan keterampilan yang sama, namun perbedaannya terletak pada
sebagai pedoman bagi pendidik dalam mencapai kompetensi literasi. pemberdayaan pengetahuan dan keterampilan tersebut. Pengetahuan
Konsep literasi ini dapat membawa perubahan terhadap pemahaman matematika saja tidak membuat seseorang memiliki literasi Numeracy
peserta didik sebagaimana literasi yang sebenarnya diterapkan dalam (berhitung). Literasi Numeracy (berhitung) mencakup mengaplikasikan
proses belajar mengajar di sekolah. konsep dan kaidah matematika dalam situasi nyata sehari-hari, terkadang

- 42 - -7-
Literasi Numeracy (berhitung) merupakan kecakapan menggunakan
I. DEFINISI
berbagai macam angka dan simbol-simbol yang terkait dengan
matematika dasar untuk memecahkan masalah praktis kehidupan sehari-
Literasi adalah kemampuan membaca, memahami, dan menggunakan hari juga sebagai alat bagi pengembangan ilmu lain. Di sini juga hadir
bahasa tertulis dalam kehidupan sehari-hari. Menurut UNESCO (2004), kemampuan menganalisis informasi yang ditampilkan dalam grafik,
literasi dimaknai sebagai kemampuan mengenali, mengerti, menafsirkan, diagram, dan tabel serta menggunakan interpretasi hasil analisis untuk
menciptakan, mengkomunikasikan, menghitung, dan menggunakan memprediksi dan mengambil keputusan. Literasi Numeracy (berhitung)
bahan kajian, cetak, tertulis, dan berbagai moda yang diasosiasikan merupakan bagian penting dari matematika, dimana komponen literasi
dengan beragam konteks. Literasi mencakup rentang (continuum) Numeracy (berhitung) diambil dari cakupan matematika. Keduanya
pembelajaran yang memampukan individu untuk mencapai tujuannya, berlandaskan pada pengetahuan dan keterampilan yang sama, namun
mengembangkan pengetahuan dan potensinya, dan berpartisipasi secara perbedaannya terletak pada pemberdayaan pengetahuan dan
penuh dalam masyarakat sebagai keseluruhan. keterampilan tersebut. Komponen literasi Numeracy (berhitung) terdiri
dari: (1) mengestimasi, menghitung, dan menggunakan bilangan, (2)
Literasi diartikan sebagai kemampuan membaca, menulis dan memahami mengenali dan menggunakan pola dan relasi, (3) menggunakan penalaran
perkataan dan ayat yang mudah dan kompleks dan mengaplikasikan spasial, (4) menggunakan pengukuran, (5) menginterpretasi informasi
pengetahuan itu dalam pembelajaran dan komunikasi harian. Numeracy statistik.
(berhitung) diartikan sebagai kemampuan membaca, menulis, mengira
dan menyusun nomor sampai 1.000, menjadi cakap dalam operasi Literasi Numeracy (berhitung) terintegrasi dengan konten matematika
matematik seperti menambah, mengurang, mengali dan membagi dan maupun mata pelajaran non matematika pada Kurikulum 2013.
dapat mengaplikasikannya dalam operasi uang, waktu, massa dan ukuran Pendekatan pembelajaran saintifik dan model pembelajaran Project Based
panjang (Ahmad, 2017). Learning, Problem Based Learning¸ Discovery Learning, Inquiry Learning
dapat mengembangan literasi Numeracy (berhitung) pada pembelajaran
Adapun Numeracy (berhitung) adalah kemampuan untuk memahami di sekolah. Literasi Numeracy (berhitung) memungkinkan peserta didik
angka dan konsep-konsep matematika dalam konteks yang beragam untuk siap menghadapi ujian kehidupan, seperti termasuk perguruan
untuk digunakan dalam kehidupan sehari-hari. Secara sederhana, tinggi, ter masuk pekerjaan, dan tes potensi akademik.
Numeracy (berhitung) dapat diartikan sebagai kemampuan untuk
mengaplikasikan konsep bilangan dan keterampilan operasi hitung di
dalam kehidupan sehari-hari (misalnya, di rumah, di tempat kerja, dan di
lingkungan masyarakat), dan kemampuan untuk menginterpretasi
informasi kuantitatif yang terdapat di sekeliling kita. Kemampuan ini
ditunjukkan melalui kecakapan dan keterampilan dalam menggunakan
Matematika secara praktis untuk memenuhi tuntutan kehidupan.

-6- - 43 -
kontekstual bersifat saling melengkapi. Aspek tekstual memberikan karangka
pedagogis untuk menyeleksi konteks-konteks yang dapat diintegrasikan dalam
proses belajar mengajar di kelas. Di lain pihak, aspek kontekstual memperkaya
VII. DAFTAR PUSTAKA pokok bahasan suatu topik dari mata pelajaran.

Dalam konteks ini, literasi tidak hanya bersandar pada kemampuan


Curren, Randal (2010). Education for Global Citizenship and Survival dalam membaca teks yang berdasarkan prinsip struktur bahasa dan perbendaharaan
Yvonne Raley and Gerhard Preyer (Ed). Philosophy of Education in the kata pada teks tersebut, melainkan lebih jauh lagi sampai kepada pemaknaan
Era of Globalization. New York: Routledge. Hlm 67-90 teks. Proses pemahaman terhadap aspek tekstual dan kontekstual harus
meningkat secara berjenjang, baik berdasarkan jenjang pendidikan maupun
Dale, Philip S. and Thoreson, Catherine Crain (March 1999), Language and kompleksitas pokok bahasan pada setiap jenjangnya. Pembentukan kompetensi
Literacy in a Developmental Perspective. Journal of Behavioral literasi atas setiap pokok bahasan pada setiap mata pelajaran meliputi tiga
Education, 9, 1. Hlm. 23-33. tahapan, yaitu mengetahui (knowing), memahami (understanding), dan tahapan
Korkmaz, Sedat and Korkmaz, Şule Çelik (2013). Contextualization or de- tertinggi adalah memaknai (interpreting). Secara grafis, penjelasan dari setiap
contextualization: student teachers’ perceptions about teaching a tahap disajikan pada Gambar 1.
language in context. Social and Behavioral Sciences, 93. Hlm, 895 –
899.
Pole, D. The Concept of Reason. (1972), dalam R.F.Dearden P.H.Hirst and
R.S.Peters (Eds). Education and the development of reason. London:
Routledge. Hlm. 112-130.
Trilling, Bernie and Fadel, Charles (2009). 21st Century Skills: Learning for Life
in Our Times. San Fransisco: John Wiley & Sons, Inc.
Ahmad, Zahanim. (2017). Perlaksanaan Literasi dan Numeracy (berhitung) di
Sekolah Rendah. Malaysia: Pusat Pengajian Teras. Kolej Universiti Islam
Antarabangssa Selangor.
Alisah, Evawati dan Dharmawan, Eko Prasetyo. (2007). Filsafat Dunia Gambar 1. Tahapan dalam Pengembangan Kompetensi Literasi
Matematika, Pengantar untuk Memahami Konsep-konsep Matematika.
Jakarta: Prestasi Pustaka.
Freudenthal, H. (1991). Revisiting Mathematics Education. China Lectures.
Dordrecht: Kluwer Academic Publishers.
Hill, Shirley A. Griffiths, Phillip A. and Bucy, J. Fred. (1989). Everybody Counts:

- 44 - -5-
KONSEP LITERASI NUMERACY (BERHITUNG) DALAM KURIKULUM 2013
A Report to the Nation on the Future of Mathematics Education. NRC-
Mathematical Sciences Education Board. Washington D.C.: National
Academy Press.
PENDAHULUAN
Hudoyo, Herman. (2003). Pengembangan Kurikulum Pembelajaran
Perspektif Literasi Matematika. Malang: Depdiknas-JICA-UM.
Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan Indonesia (2016). Buku Saku
Dari perspektif pedagogi, literasi tidak hanya merupakan satu entitas mata Gerakan Literasi Sekolah. Jakarta, Indonesia: Direktorat Jenderal
pelajaran, melainkan menjadi indikator dari keberhasilan implementasi Pendidikan Dasar dan Menengah.
kurikulum. Literasi dalam Kurikulum Australia merupakan proses untuk
mencapai tahap pemaknaan (interpreting) teks melalui mendengar, membaca, Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan Indonesia (2016). Peraturan
dan mencermati. Meskipun pendefinisian literasi tersebut berada dalam konteks Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Nomor 24 Tahun 2016 tentang
pengajaran bahasa, tetapi ruang lingkup dari definisi tersebut dapat berlaku Tentang Kompetensi Inti dan Kompetensi Dasar Pelajaran pada
untuk mata pelajaran lain. PISA (The Programme for International Studet Kurikulum 2013. Jakarta, Indonesia: Kemendikbud.
Assessment) mendefinisikan literasi Numeracy (berhitung) sebagai refleksi Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan Indonesia (2017). Peta Jalan
kompetensi kognitif dari proses penerjemahan atas struktur dan karakteristik Gerakan Literasi Nasional. Jakarta, Indonesia: Kemendikbud.
penyajian tekstual sampai dengan pemahaman pengetahuan tentang fenomena
alam. Dalam upaya untuk mengembangkan pemahaman pengetahuan tersebut, Lange, Jan de. (2005). Mathematical Literacy for Living from OECD-PISA
kompetensi metakognitif menjadi sarana penerjemahan, baik pada tahap Perspective. Netherlands: Freudenthal Institute, Utrecht University.
pemahaman terhadap struktur dan penyajian tekstual sampai dengan NCTM. (2000). Principles and Standards for School Mathematics. Reston, Va:
pemahaman pengetahuan tentang fenomena alam. Pengajaran bahasa NCTM.
merupakan titik tolak menuju literasi bidang lain. Frasa dan paragraf dalam
Pisa, O. E. C. D. (2015). Draft Science Framework. diambil dari http://www.
bahasa mengekspresikan struktur logika bahasa dan sekaligus struktur logika
oecd. org/pisa/pisaproducts/Draft PISA 2015 Science Framework. pdf.
cabang ilmu pengetahuan lainnya.
Puskurbuk (2013). Naskah Akademik Kurikulum 2013. Jakarta, Indonesia:
Proses pedagogi yang berlangsung melalui proses belajar mengajar di kelas Puskurbuk.
merupakan proses interaksi fungsional antara guru dan siswa serta antarsiswa. Puskurbuk. (2016). Silabus Mata Pelajaran Matematika SD, SMP, SMA.
Dalam proses interaksi tersebut, terdapat dua fenomena mengonstruksi Jakarta: Puskurbuk.
pengetahuan dan menginternalisasikan nilai-nilai kehidupan sosial. Keduanya
merupakan proses pengembangan kompetensi literasi. Dengan Riedesel, C. A., Schwartz, J. E., and Clements, D. H. (1996). Teaching
mempertimbangkan bahwa proses pemelajaran membawa misi mengonstruksi Elementary School Mathematics. Boston: Allyn & Bacon.
pengetahuan dan menginternalisasi nilai-nilai kehidupan, interaksi yang Shimada, S. dan Becker, J.P. (1997). The Open-ended Approach: A New
berlangsung di ruang kelas tidak hanya bersifat tekstual, tetapi juga kontekstual. Proposal for Teaching Mathematics. Virginia: National Council of
Dengan mempertimbangkan kedua aspek tersebut, aspek tekstual dan Theachers of Mathematics.

-4- - 45 -
Suherman, E. dkk. (2003). Strategi Pembelajaran Matematika Kontemporer.
Bandung: Depdiknas-JICA-UPI. DAFTAR ISI
Susanto, Dicky. (2017). Literasi Numeracy (berhitung). Bahan tayang
Puskurbuk.
Syaban, Mumun. (2010). Menggunakan Open-Ended untuk Memotivasi I. Defenisi ......................................................... Error! Bookmark not defined.
Berpikir Matematika. EDUCARE: Jurnal Pendidikan dan Budaya. Lampung: II. Misi Pedagogis ............................................... Error! Bookmark not defined.
Unila. [online] di http://educare.e-fkipunla.net.
A. Misi Literasi Numeracy (berhitung) ................................................... - 12 -
ACARA. Numeracy Learning Continuum. Australia: ACARA. [online] di
B. Literasi Numeracy (berhitung) dalam Kurikulum 2013 ..................... - 13 -
https://www.australiancurriculum.edu.au/f-10-curriculum/general-
capabilities/numeracy/ C. Literasi Numeracy (berhitung) dalam Pembelajaran Lintas Mata Pelajaran

Tobias, Dantzig. (2005). Numbers, The Language of Science. New York: Pi ........................................................................................................... - 14 -
Press. III. Tujuan Literasi Numeracy (berhitung) ............. Error! Bookmark not defined.
Ramesh. (2013). The Essentials of Numeracy. [online] di IV. Kompetensi Literasi Numeracy (berhitung) ..... Error! Bookmark not defined.
https://www.nationalnumeracy.org.uk/essentials-numeracy
V. Penjenjangan Literasi Numeracy (berhitung)... Error! Bookmark not defined.
UNESCO. (2004). The plurality of literacy and its Implications for Policies and
VI. Penutup…………………………………………………………………………………….………….-42-
Programs: Position paper. Paris, Perancis: UNESCO Education Sector
Position Paper: 13. VII. Daftar Pustaka……………………………………………………………………………………...-44-
World Economic Forum (2015). New vision for education: Unlocking the
potential of technology. Geneva, Switzerland: World Economic Forum.
Wahyudin. (2008). Pembelajaran dan Model-Model Pembelajaran:
Pelengkap untuk Meningkatkan Kompetensi Pedagogis Para Guru dan
Calon Guru Profesional. Bandung: Diktat Perkuliahan UPI. Belum
diterbitkan.

- 46 -
3
KATA PENGANTAR

Literasi adalah kemampuan mengetahui, memahami, dan memaknai


bahasa tertulis dalam kehidupan sehari-hari. Menurut UNESCO (2004),
literasi dimaknai sebagai kemampuan mengenali, mengerti, menafsirkan,
menciptakan, mengomunikasikan, menghitung, dan menggunakan bahan
kajian, cetak, tertulis, dan berbagai moda yang berhubungan dengan
beragam konteks. Literasi mencakup rentang pembelajaran yang
membuat individu mampu untuk mencapai tujuannya, mengembangkan
pengetahuan dan potensinya, dan berpartisipasi secara penuh dalam
masyarakat sebagai keseluruhan. Perkembangan selanjutnya, literasi
tidak hanya terbatas pada literasi bahasa di atas. Pada saat ini,
berkembang enam jenis literasi, yaitu baca tulis, Numeracy (berhitung),
keuangan, sains, digital dan Teknologi Informasi dan Komunikasi (TIK),
serta literasi budaya dan kewarganegaraan.

Keenam literasi di atas sudah dikembangkan dalam Kurikulum 2013.


Naskah ini pada dasarnya merupakan kajian konsep terhadap
pengembangan literasi dalam Kurikulum 2013, khususnya literasi
Numeracy (berhitung). Di dalam naskah ini disajikan tentang definisi, misi
pedagogis, tujuan, kompetensi, dan penjenjangan literasi.

Naskah ini masih jauh dari kesempurnaan, untuk itu, saran dan masukan
sangat diharapkan dari pembaca.

Jakarta, November 2017


Kepala Pusat Kurikulum dan Perbukuan

Dr. Awaluddin Tjalla

2
- 47 -
23 November 2017
PUSAT KURIKULUM
DAN PERBUKUAN
JAKARTA, 2017

KONSEP LITERASI
NUMERACY (Berhitung)
DALAM KURIKULUM
2013

KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN


BADAN PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN
PUSAT KURIKULUM DAN PERBUKUAN
JAKARTA, 2017
1
- 48 -

Anda mungkin juga menyukai