Anda di halaman 1dari 27

TEKNIK PENULISAN CERITA ANAK

Oleh:

Fadhilatun Nurul Iin Nur Mohammad Ali


Khasanah Aisyah Akbar
Definisi
Cerita Anak

Cerita anak adalah cerita yang Cerita anak adalah buku yang Cerita anak adalah buku bacaan
ditulis untuk anak, dan berbicara menempatkan mata anak-anak yang sengaja ditulis untuk
mengenai kehidupan anak, dan sebagai pengamat utama, mata dibaca anak-anak. Isi buku
sekeliling yang mempengaruh anak-anak sebagai fokusnya. tersebut harus sesuai dengan
anak serta cerita itu hanya dapat Sastra anak adalah sastra yang minat dan dunia anak-anak,
dinikmati oleh anak dengan mencerminkan perasaan dan sesuai dengan tingkat
bantuan dan pengarahan orang pengalaman anak-anak masa perkembangan emosional dan
dewasa. kini, yang dapat dilihat dan intelektual anak, sehingga dapat
dipahami melalui mata anak. memuaskan mereka.

Sarumpaet (2003:108) Tarigan (1995:5) Hunt


(dalam Witakania, 2008)

Jadi, cerita anak adalah karangan yang menuturkan perbuatan, pengalaman, kejadian, dan
sebagainya yang ditujukan untuk anak, yang ceritanya sederhana namun kompleks dan
komunikatif serta mengandung nilai moral bagi anak.
Ciri-ciri
Cerita Anak

Unsur yang secara khusus


Riris K. Toha-Sarumpaet (2003: 29-32) berhubungan dengan tema dan
amanat. Artinya, sastra anak
menuliskan adanya 3 ciri yang dapat
pantang atau menghindari masalah
membedakan cerita anak-anak dengan masalah yang menyangkut cinta
cerita dewasa. Unsur yang erotis, dendam yang
Ciri-ciri tersebut berupa: Pantangan menimbulkan kebencian atau hal
yang bersifat negatif lainnya.

Cerita anak harus disajikan secara


langsung, tidak berbelit-belit. Oleh
karena itu, bahasa yang digunakan
Fungsi
harus singkat dan lugas. Penyajian Sajian cerita harus bersifat
Terapan
Perwatakan tokoh digambarkan menambah pengetahuan yang
secara hitam putih. Artinya, bermanfaat..
setiap tokoh hanya
mengemban satu sifat utama, yaitu
tokoh baik atau buruk.
Unsur-unsur Cerita Anak
Tema dan Amanat
Tema adalah pesan cerita yang merupakan
perasaan, ide, atau makna yang ingin
disampaikan penulis tentang kehidupan,
nilai, kepercayaan, atau perilaku manusia.
Tema dibagi dua:
• Tema eksplisit: tema yang secara nyata dan
jelas ada didalam cerita.
1 • Tema implisit (tersirat): tokoh berusaha
menyelesaikan masalah yang menghalanginya
dalam mencpai tujuan.
Amanat adalah pesan moral yang ingin
disampaikan penulis kepada pembaca berupa
nilai-nilai luhur yang dapat dijadikan contoh atau
teladan.
Penyampaian pesan selalu didasarkan pada
tema dan tujuan yang telah ditetapkan penulis
pada saat menyusun rancangan cerita.
Unsur-unsur Cerita Anak
Tokoh dan Penokohan
Tokoh merupakan pelaku yang mengemban peristiwa
dalam cerita sehingga peristiwa itu mampu menjalin
cerita, atau tokoh ialah pelaku dalam cerita. Tanpa
tokoh alur tidak akan pernah sampai pada bagian
akhir cerita.
2 Penokohan adalah cara pengarang menggambarkan
atau melukiskan tokoh dalam cerita yang ditulisnya.
Dalam penokohan, watak atau karakter seorang tokoh
dapat dilihat dari tiga segi, yaitu melaluli:
 Dialog tokoh,
 Penjelasan tokoh,
 Penggambaran fisik.
Metode penokohan watak:

o Analitik, yaitu sebuah metode penyampaian oleh penulis mengenai


sifat atau watak tokoh dengan cara memaparkan secara langsung.
Seperti: keras kepala, penakut, pemberani, pemalu, dan lain
sebagainya.

o Dramatik, yaitu sebuah metode penyampaian sifat tokoh secara


tersirat. Biasanya disampaikan melalui tingkah laku si tokoh dalam
cerita.
Secara umum terdapat 4 jenis tokoh:

 Protagonis: tokoh yang menjadi pemeran utama mempunyai sifat baik


 Antagonis: tokoh yang menjadi lawan pemeran protagonis dan memiliki
watak negatif
 Tritagonis: tokoh yang menjadi penengah tokoh antagonis dan protagonis,
memiliki sifat yang arif dan bijaksana
 Figuran: tokoh pendukung yang memberikan tambahan warna dalam cerita
Unsur-unsur Cerita Anak
Latar

Latar yaitu keadaan yang melingkupi tokoh atau


gambaran suasana yang terjadi pada sebuah cerita.

Latar terbagi menjadi beberapa macam diantaranya:


• Latar waktu, menggambarkan kapan peristiwa
dalam kisah tersebut terjadi.
Misalnya apakah pagi, siang, atau malam hari.
3 • Latar tempat, menggambarkan dimana atau lokasi
tempat terjadinya peristiwa dalam cerita.
Misalnya di pantai, di gedung, di taman, di hutan,
atau di kota.
• Latar suasana, menggambarkan cara peristiwa itu
terjadi dan perasaan yang di alami para tokoh.
Misalnya damai, sepi, gembira, berduka,
menegangkan, dsb.
Unsur-unsur Cerita Anak
Gaya Bahasa

Gaya bahasa adalah cara mengungkapkan perasaan


atau pikiran dengan bahasa sedemikian rupa, sehingga
kesan dan efek terhadap pembaca atau pendengar
dapat dicapai semaksimal dan seintensif mungkin.
Gaya penceritaan dalam cerita anak hendaklah
menarik bagia anak. Hal ini terlihat dari:
4  Bahasanya sederhana dan kalimatnya pendek,
berarti cerita dapat dikembangkan secara bebas
agar tidak membingungkan,
 Mengunakan pengulangan kata untuk memperjelas
ungkapan,
 Menggunakan dialog dengan kalimat secara aktual,
sehingga mampu menghidupkan daya tarik bagi
Anak.
Unsur-unsur Cerita Anak

Alur atau Plot

Alur atau plot adalah urutan kejadian yang


melibatkan tokoh dengan situasi konflik.
5 Jadi, alur adalah jalan cerita dari awal sampai akhir
cerita ketika cerita tersebut dipaparkan.
Tahapan Alur
Cerita Anak

 Tahap pengenalan (eksposition atau orientation)


Tahap pengenalan merupakan tahapan awal cerita yang digunakan untuk mengenalkan
tokoh, latar, situasi, waktu, dan lain sebagainya.

 Tahap pemunculan konflik (rising action)


Tahap pemunculan konflik merupakan tahap dimunculkan masalah. Tahap ini ditandai
dengan adanya ketegangan atau pertentangan antar tokoh.

 Tahap konflik memuncak (turning point atau klimaks)


Tahap konflik memuncak atau biasa disebut klimaks merupakan tahap dimana
permasalahan atau ketegangan berada pada titik paling puncak.

 Tahap konflik menurun (antiklimaks)


Tahap konflik menurun atau biasa disebut antiklimaks merupakan tahap dimana masalah
mulai diatasi dan ketegangan berangsur-angsur menurun.

 Tahap penyelesaian (resolution)


Tahap penyelesaian merupakan tahap dimana konflik sudah terselesaikan. Sudah tidak ada
permasalahan maupun ketegangan antar tokohnya, karena telah menemukan penyelesaian.
Jenis Alur:
Secara umum, alur dapat diklasifikasikan menjadi tiga macam. Pembagian ini didasarkan pada urutan waktu ata
u kronologisnya.

Alur Maju
Alur maju atau bisa disebut progresif adalah sebuah alur yang klimaksnya berada di akhir cerita.
Rangkaian peristiwa dalam alur maju berawal dari masa awal hingga masa akhir cerita dengan urutan
waktu yang teratur dan beruntut. Tahapan pada Alur maju adalah sebagai berikut.
Pengenalan → Muncul konflik → Klimaks → Antiklimaks → Penyelesaian

Alur Mundur
Alur mundur atau bisa disebut regresi adalah sebuah alur yang menceritakan masa lampau yang
menjadi klimaks di awal cerita. Rangkaian peristiwa dalam alur mundur berawal dari masa lampau ke
masa kini dengan susunan waktu yang tidak sesuai dan tidak beruntut. Tahapan pada Alur mundur
adalah sebagai berikut.
Penyelesaian → Antiklimaks → Klimaks → Muncul konflik → Pengenalan

Alur Campuran
Alur campuran atau bisa disebut alur maju-mundur adalah alur yang diawali dengan klimaks, kemudian
menceritakan masa lampau, dan dilanjutkan hingga tahap penyelesaian. Pada saat menceritakan masa
lampau, tokoh dalam cerita dikenalkan sehingga saat cerita satu belum selesai, kembali ke awal cerita
untuk memperkenalkan tokoh lainnya. Tahapan pada Alur campuran adalah sebagai berikut.
Klimaks → Muncul konflik → Pengenalan→ Antiklimaks → Penyelesaian
Unsur-unsur Cerita Anak
Sudut Pandang
Sudut pandang merupakan cara pandang penulis
terhadap cerita yang hendak ditulisnya. Penulis dapat
menempatkan didirinya sebagai orang pertama (gaya
aku) atau orang ketiga (gaya dia), seperti umumnya
dalam cerita anak.
Sudut pandang sendiri terbagi atas beberapa jenis,
6 antara lain:
sudut pandang orang pertama sebagai pelaku utama;
sudut pandang orang pertama sebagai pelaku
sampingan; sudut pandang orang ketiga pengamat;
dan sudut pandang orang ketiga serba tahu.
Sudut Pandang Orang Pertama Pelaku Utama

Sudut pandang yang menempatkan penulis sebagai tokoh utama bagi


ceritanya sendiri. Segala hal yang berkaitan dengan pikiran, perasaan,
tingkah laku, atau kejadian yang tokoh “aku" lakukan, akan digambarkan
pada cerita tersebut.
Contoh:
Aku masih menunggu di halte bus ini. Sudah hampir setengah jam bus yang
kutunggu tak kunjung datang juga. Satu persatu orang-orang yang
menunggu bersamaku mulai pergi seiring hadirnya bus yang mereka tuju.
Setengah jam sudah berlalu, bus yang kutuju masih saja tak kunjung tiba.
Hujan pun turun, dan aku masih menunggu di halte ini.
Sudut Pandang Orang Pertama Sebagai Pelaku Sampingan

Merupakan sudut pandang yang menempatkan penulis sebagai pendamping dari


tokoh utama buatannya. Kehadiran tokoh “aku" dalam cerita berfungsi
untuk memberikan penjelasan tentang cerita kepada pembaca. Sementara
tokoh utama, dibiarkan untuk menceritakan dirinya sendiri lengkap dengan
dinamika yang terjadi.
Contoh:
Aku masih mendengar dengan saksama apa yang diceritakannya itu. Miris, ujarku
dalam hati. Betapa beratnya hidup yang dia hadapi. Mendengar ceritanya, ingin
sekali kuutarakan sebuah nasihat atau kalimat penyemangat kepadanya.
Sayangnya, bibirku ternajur kelu dan tak sanggup kuucap sepatah kata pun.
Sudut Pandang Orang Ketiga Sebagai Pengamat

Sudut pandang yang menempatkan penulis sebagai pengamat gerak-gerik


dari salah satu tokoh ceritanya. Penulis menceritakan dari pengetahuan yang
diperoleh dari penangkapan pancaindra yang digunakan, baik dengan cara
mengamati (melihat), mendengar, mengalami, atau merasakan suatu kejadian di
dalam cerita.
Contoh:
Perempuan itu masih terduduk di bangku taman kota itu. Tatapannya begitu kosong,
dan beberapa saat kemudian air mata pun menetes di kedua sudut matanya. Dia
masih tak bisa melupakan kejadian tersebut; kejadian yang membuatnya kini
terduduk sendiri di bangku taman itu.
Sudut Pandang Orang Ketiga Serba Tahu

Sudut pandang yang menempatkan penulis sebagai orang yang paling mengetahui dan
menceritakan keseluruhan isi cerita. Ia seakan tahu benar tentang watak, pikiran,
perasaan, kejadian, bahkan latar belakang yang mendalangi sebuah kejadian.
Contoh:
Warga Pulau Bintang masih mencari salah satu penduduknya tersebut. Berhari-hari,
berminggu-minggu, sampai berbulan-bulan, penduduk yang bernama Kejora itu masih
belum juga ditemukan. Di tempat lain, Kejora yang tengah dicari-cari kini tengah
terdampar di Pulau Bulan. Di pulau tersebut, dia berusaha bertahan hidup di pulau yang
tak berpenghuni itu. Sembari tetap bertahan hidup, dia juga tengah mencari beberapa
batang kayu untuk dibuatnya perahu, supaya dia bisa berlayar ke pulau tempat ia tinggal.
Tahap Penulisan Cerita Anak

Perencanaan Pengonsepan Perbaikan Penyuntingan Publikasi


Tahap Pra-Penulisan atau Perencanaan
(Planning)

Mencari dan menentukan topik pembicaraan.


Misalnya, apakah akan membuat cerita yang mengedepankan aspek
pendidikan moral, atau pendidikan kemanusiaan, seperti: mencintai dan
suka menolong terhadap sesama, menumbuhkan semangat
kesetiakawanan sosial, menumbuhkan sikap toleransi terhadap agama,
kesukuan, dsb.
Berangkat dari topik yang sudah ditentukan, maka seorang penulis perlu
menyiapkan ide atau gagasan yang akan dituangkan dalam sebuah karya.
Tahap Pengonsepan atau Tahap Penulisan Draf
(Drafting)

Menyusun pokok-pokok cerita. Dilakukan dengan menulis gambaran kasar


dari cerita yang akan ditulis. Aspek konten (isi cerita) lebih ditekankan dalam
tahapan ini, bukan pada unsur mekaniknya. Aspek konten itu antara lain:
siapa saja tokoh tokoh yang bermain dalam cerita itu, masalah apa yang
akan diangkat, bagaimana alurnya maju atau mundur (biasanya, untuk
cerita anak, plot yang dipilih adalah jenis plot maju), setting (latar) cerita
terjadi di mana, penentuan ending cerita, dst
Tahap Perbaikan atau Revisi
(Revising)

Revisi adalah mempertemukan kebutuhan pembaca dengan menambah,


mengganti, menghilangkan, dan menyusun kembali bahan tulisan. Hasil
tulisan perlu didiskusikan, misalnya untuk mengetahui apakah cerita itu
sudah dibangun dengan konsistensi alur dan penokohannya (nama, karakter).
Masukan atau respon terhadap cerita dapat dimanfaatkan untuk membuat
perubahan-perubahan yang memungkinkan, sejauh itu diperlukan dan tidak
melenceng dari rencana atau maksud penulisan cerita.
Tahap Penyutingan
(Editing)

Sebuah proses yang diperlukan untuk melihat apakah komposisi, teknik


penulisan, bahasa serta kalimat yang kita pergunakan sudah tepat atau belum.
Hal-hal yang sifatnya mekanis perlu diperhatikan, karena membuat cerita tetap
memerlukan wawasan kebahasaan.
Tahap Publikasi

Publikasi ini perlu dilakukan untuk melihat bentuk apresiasi yang muncul
terhadap karya yang telah di buat. Publikasi memerlukan kepercayaan diri.
Boleh jadi, karya yang penulis kirim ke media massa tidak langsung dimuat.
Disisi lain pada siswa tahap mempublikasikan hasil penulisannya dapat
Dengan cara membaca di depan kelas, sementara siswa lain memberikan
pendapat berkaitan dengan cerita tersebut.
Dengan demikian penulis mendapat beragam penguatan dari pendapat atau
komentar orang lain yang dapat dijadikan bekal atau pengalaman dalam
penulisan selanjutnya.
Hal-hal yang diperhatikan dalam menulis cerita anak secara umum:

 Pilihlah kata-kata sederhana atau kalimat tunggal, bisa menggunakan


kalimat kompleks asalkan logis dan langsung mengarah kepada apa
yang ingin disampaikan,
 Hindarkan penggunaan kata-kata asing,
 Hindarkan  bahasa yang mengumpat, kasar, sadis dan jorok,
 Tema cerita jangan terlalu rumit, sajikan yang hanya dapat diterima oleh
nalar anak-anak.
Agar cerita dapat menarik dan tidak membosankan pembaca, maka perlu diperhatikan hal-hal
berikut.
 Penggunaan bahasa plastis, berbobot , padat, dan berisi.
 Pembukaan cerita yang merangsang keingintahuan pembaca untuk mengikuti
kalimat-kalimat selanjutnya.
 Tema hendaknya jelas dan dinyatakan baik secara eksplisit maupun implisit, namun jangan terlalu kelihatan.
 Cerita hendaknya mampu merefleksikan realitas sosial, yaitu cerita yang perna dialami dan ada disekitar
pembaca/anak.
 Plot harus jelas karena akan memudahkan pembaca untuk mengikuti jalannya cerita.
 Cerita hendaknya mengadung suspence, yaitu adanya gejolak cerita, naik turunnya cerita,
ceruk lekuknya cerita sehingga cerita itu tidak terasa datar karena menyimpan
sebuah misteri.
 Cerita hendaknya memiliki kejutan (surprise), dimana didalam cerita tersebut terdapat
sebuah klimaks yang dilukiskan sedemikian rupa sehingga pembaca senang mengikutinya.
 Akhir cerita ditutup dengan paragraf yang mengesankan, yaitu suatu tekanan khusus pada batin dan jiwa
pembacanya. Misalnya, menyenangkan, cinta kasih, atau menumbuhan persaudaraan.
Manfaat Cerita Anak
 Media untuk menanamkan nilai dan etika,
 Cerita dapat sebagai multiple intelligences,
 Sebagai langkah awal untuk menumbuhkan minat baca anak,
 Mengembangkan kecerdasan emosi dan spiritual,
 Kemampuan berbahasa meningkat,
 Kemampuan berkomunikasi verbal meningkat,
 Kemampuan konseptual meningkat,
 Kemampuan memecahkan masalah meningkat,
 Daya imajinasi dan kreativitas,
 Nilai moral bertambah,
 Wawasan bertambah,
 Pengetahuan ragam budaya bertambah,
 Mendapatkan reaksi jiwa dan raga,
 Keakraban emosi antara orang tua dan anak.
TERIMAKASIH

Anda mungkin juga menyukai