Anda di halaman 1dari 16

MAKALAH

MODEL DESAIN SISTEM PEMBELAJARAN DICK & CAREY


Untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah Desain Pembelajaran

Dosen Pengampu: Prof. C. Asri Budiningsih

Disusun Oleh:
Ari Mardian 22107251050
Elfatihan Egista 22107251063

PROGRAM PASCASARJANA TEKNOLOGI PEMBELAJARAN

FAKULTAS ILMU PENDIDIKAN DAN PSIKOLOGI

UNIVERSITAS NEGERI YOGYAKARTA

2023

1
KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa atas
limpahan rahmat dan karunia-Nya kepada penulis, sehingga penulis dapat
menyelesaikan makalah yang berjudul “Model desain sistem pembelajaran Dick &
Carey” ini dengan lancar. Penulisan makalah ini bertujuan untuk memenuhi salah satu
tugas yang diberikan oleh dosen pengampu mata kuliah Desain Pembelajaranl, Prof. C.
Asri Budiningsih
Makalah ini ditulis dari hasil penyusunan materi-materi yang penulis peroleh
dari buku panduan dan jurnal ilmiah yang berkaitan dengan Model desain sistem
pembelajaran Dick & Carey, tak lupa penyusun ucapkan terima kasih kepada pengajar
mata kuliah Desain Pembelajaran atas bimbingan dan arahan dalam penulisan makalah
ini, juga kepada rekan-rekan mahasiswa yang telah ikut andil dalam penyusunan
makalah ini. Berkat dukungan mereka semua kesuksesan ini dimulai, dan semoga
semua ini bisa memberikan sebuah nilai kebahagiaan dan menjadi bahan tuntunan
kearah yang lebih baik lagi. Penulis tentunya berharap isi makalah ini tidak
meninggalkan celah, berupa kekurangan atau kesalahan, namun kemungkinan akan
selalu tersisa kekurangan yang tidak disadari oleh penulis. Sehingga makalah ini dapat
diselesaikan tepat pada waktunya.
Penulis berharap, dengan membaca makalah ini dapat memberi manfaat bagi
kita semua, dalam hal ini dapat menambah wawasan kita mengenai Model desain
sistem pembelajaran Dick & Carey bagi penulis. Memang makalah ini masih jauh dari
sempurna, maka penulis mengharapkan kritik dan saran yang membangun dari
pembaca demi perbaikan menuju arah yang lebih baik.

Yogyakarta, 17 September 2023

Penyusun

2
DAFTAR ISI

Judul ............................................................................................................................ 1

Kata Pengantar .......................................................................................................... 2

Daftar Isi ..................................................................................................................... 3

BAB 1 Pendahuluan .................................................................................................. 4

1. Latar Belakang ................................................................................................. 4

2. Rumusan Masalah ............................................................................................ 4

3. Tujuan .............................................................................................................. 5

BAB 2 Pembahasan ................................................................................................... 6

1. Latar Belakang Desain Pembelajaran Dick dan Carey .................................... 6


2. Tahap-Tahap Penelitian Model Dick & Carey ............................................... 7
3. Karakteristik Model Dick & Carey ............................................................... 12
4. Kelebihan Dan Kekurangan Yang Dimiliki Oleh Model Dick & Carey ....... 14
BAB III Kesimpulan ............................................................................................... 16

Daftar Pustaka ............................................................................................................ 17

3
BAB I

PENDAHULUAN

1. Latar Belakang
Pendidikan merupakan aspek kunci dalam perkembangan masyarakat dan
individu. Pengembangan metode pembelajaran yang efektif dan efisien adalah salah
satu hal yang sangat penting dalam mencapai tujuan pendidikan yang berkualitas.
Model desain sistem pembelajaran merupakan alat yang sangat berguna dalam
merancang dan mengembangkan proses pembelajaran yang efektif.
Salah satu model desain sistem pembelajaran yang telah dikenal dan digunakan
secara luas adalah Model Dick & Carey. Model ini pertama kali diperkenalkan oleh
Walter Dick dan Lou Carey pada tahun 1978. Sejak itu, model ini telah mengalami
berbagai perkembangan dan modifikasi, tetapi intinya tetap menjadi landasan dalam
merancang pembelajaran yang berfokus pada pencapaian tujuan pembelajaran.
Model Dick & Carey menekankan pendekatan sistematis dalam perancangan
pembelajaran. Dalam model ini, proses pembelajaran dipecah menjadi langkah-
langkah yang terstruktur, dimulai dari analisis kebutuhan pembelajaran hingga evaluasi
hasil pembelajaran. Model ini menempatkan mahasiswa sebagai subjek aktif dalam
proses pembelajaran, dengan pendekatan yang berorientasi pada tujuan pembelajaran
yang jelas.
Latar belakang makalah ini didasarkan pada pentingnya memahami dan
mengaplikasikan Model Dick & Carey dalam konteks pendidikan saat ini. Terdapat
beberapa alasan kuat untuk mengkaji lebih lanjut model ini. Pertama, perkembangan
teknologi informasi dan komunikasi telah mengubah cara pembelajaran dilakukan.
Model Dick & Carey dapat disesuaikan dengan baik dalam konteks pembelajaran
online dan berbasis teknologi. Kedua, model ini memberikan landasan yang kuat untuk
memastikan bahwa tujuan pembelajaran tercapai dengan efektif dan efisien. Dengan
model ini, pendidik dapat merancang pembelajaran yang lebih terstruktur dan mudah
diukur.
Selain itu, model ini juga dapat membantu dalam meningkatkan partisipasi dan
keterlibatan mahasiswa dalam proses pembelajaran. Dengan adanya panduan yang
jelas dan tahapan yang terstruktur, mahasiswa dapat lebih fokus pada pencapaian tujuan
pembelajaran. Oleh karena itu, penelitian dan pemahaman lebih lanjut tentang Model
Dick & Carey sangat penting untuk memaksimalkan hasil pembelajaran di berbagai
tingkat pendidikan.
Dalam makalah ini, kami akan menjelajahi lebih dalam tentang Model Dick &
Carey, termasuk Latar Belakang desain pembelajaran Dick dan Carey, Tahap-tahap

4
penelitian Dick dan Carey, Karakteristik Model Dick dan Carey, dan Kelebihan dan
kekurangan model dick and Carey. Dengan pemahaman yang lebih baik tentang model
ini, kami berharap dapat memberikan kontribusi yang berarti dalam upaya
meningkatkan kualitas pembelajaran di berbagai institusi pendidikan.

2. Rumusan Masalah
a. Bagaimana latar belakang perkembangan Model Desain Sistem Pembelajaran Dick
& Carey dan mengapa model ini menjadi relevan dalam konteks pendidikan?
b. Apa saja tahap-tahap penelitian yang ditempuh dalam pendekatan Dick & Carey
dalam merancang sistem pembelajaran, dan bagaimana tahap-tahap ini
berkontribusi pada perencanaan pembelajaran yang efektif?
c. Apa karakteristik utama dari Model Desain Sistem Pembelajaran Dick & Carey,
dan bagaimana karakteristik ini membedakannya dari model-model desain
pembelajaran lainnya?
d. Apa kelebihan dan kekurangan yang dimiliki oleh Model Dick & Carey dalam
merancang pembelajaran, dan sejauh mana kelebihan tersebut dapat meningkatkan
efektivitas proses pembelajaran?

3. Tujuan
a. Memahami Latar Belakang: Menjelaskan sejarah dan latar belakang
pengembangan Model Dick & Carey untuk memahami relevansinya dalam konteks
pendidikan modern.
b. Menguraikan Tahap-tahap Penelitian: Menganalisis tahap-tahap penelitian yang
digunakan oleh Model Dick & Carey dalam merancang pembelajaran, sehingga
dapat memahami bagaimana pendekatan ini membantu perencanaan pembelajaran
yang efektif.
c. Mengidentifikasi Karakteristik Model: Mengidentifikasi karakteristik utama dari
Model Dick & Carey untuk memahami aspek-aspek kunci yang membedakannya
dari model-model desain pembelajaran lainnya.
d. Mengevaluasi Kelebihan Model: Mengevaluasi kelebihan-kelebihan yang dimiliki
oleh Model Dick & Carey dalam merancang pembelajaran dan memahami sejauh
mana kelebihan tersebut dapat meningkatkan efektivitas proses pembelajaran.
e. Menganalisis Kekurangan Model: Menganalisis kekurangan-kekurangan yang
mungkin ada dalam penerapan Model Dick & Carey dan bagaimana kekurangan
tersebut dapat mempengaruhi hasil pembelajaran.

5
BAB II
PEMBAHASAN

1. Latar Belakang Desain Pembelajaran Dick Dan Carey


Model desain sistem pembelajaran yang dikemukakan oleh Dick dan Carey
(2005) telah lama digunakan untuk membuat program pembelajaran yang efektif,
efisien dan menarik. Model pembelajaran Dick dan Carey didadarkan pada pendekatan
system atau system approach (Muthmainnah, dkk. 2021). Pendekatan ini didasarkan
pada karya dari Robert Gagne dalam buku The Conditions of Learning (1965) yang
memandang bahwa pemrosesan informasi kognitig tentang pembelajaran dipengaruhi
oleh perilaku dan mental seseorang dalam proses pembelajaran. Pembelajaran
dipandang sebagai pengorganisasian serangkaian informasi dapat berupa pengalaman,
kegiatan yang mendukung proses mental siwa. Proses pembelajaran akan terjadi ketika
siswa memasukkan informasi kedalam kemampuan kognitif mereka dan
memungkinkan siswa untuk memperoleh pengetahuan baru (Dick dan Carey, 2015).
Marwiji (2018) mengungkapkan bahwa pendekatan system pembelajran
ialah suatu metode yang digunakan untuk menguhubungkan komponen pembelajaran
untuk mencapai tujuan pembelajaran yang telah ditetapkan. Komponen pembelajaran
disini ialah guru, siswa, materi dan pembelajaran, serta sarana dan prasana yang
digunakan dalam pembelajaran. Pengembangan model desain sistem pembelajaran ini
tidak hanya diperoleh dari teori dan hasil penelitian, tetapi juga dari pengalaman praktis
yang diperoleh di lapangan. Implementasi model desain sistem pembelajaran ini
memerlukan proses yang sistematis dan menyeluruh. Hal ini diperlukan untuk dapat
menciptakan desain sistem pembelajaran yang mampu digunakan secara optimal dalam
mengatasi masalah-masalah pembelajaran (Benny dan Pribadi, 2009). Octaviani, dkk
(2022) mengungkapkan bahwa model desain system pembelajaran Dick dan carey
perlu dilakukan untuk membuat rancangan aktifitas pembelajaran yang lebih baik dan
sesuai dengan kompetensi inti pembelajaran. Dimana model system pemeblajaran ini
menerapkan unsur pembelajaran kognitif berupa pengetahuan, dan behaviour berupa
sikap dan keterampilan, secara bersamaan yang menekankan pada respon siswa
terhadap stimulus yag dihadirkan. Setyawan dan Hakim (2023) juga mengungkapkan
bahwa terdapat beberapa keuntungan dalam menggunakan model desain pembelajaran
Dick dan Carey dalam pembelajaran matematika, diantaranya kerangka yang sistematis
dan terstruktur mulai dari perencaaan sampai dengan perencanaanya, model
pembelajaran ini juga lebih mennekankan pada tercapainya tujuan dan pembelajaran
yang spesifik dan evaluasi hasil pembelajaran. Magdalena ,dkk (2023) juga
menungkapkan bahwa model pembelajaran Dick dan Carey sangat tepat digunakan

6
dalam mengembangkan bahan ajar pada materi Bahasa Indonesia, dimana model
pembelajaran ini mengacu pada tahapan umum pengemabangan pembelajaran,
sehingga mata Pelajaran ini tepat diaplikasikan dalam proses pembelajaran berbasis
keterampilan.
Model desain pembelajaran dick dan carey merupakan suatu model
pembelajaran yang sistematis, dan urut. hal tersebut dapat dilihat dari setiap langkah
model pembelajaran yang digunakan mulai dari tahap analisis kebutuhan sampai
dengan dilakukannya evaluasi pembelajaran, sehingga menghasilkan proses
pembelajaran yang lebih baik.

2. Tahap-Tahap Penelitian Model Dick & Carey


Model pembelajaran Dick dan Carey memiliki model desain sistem
pembelajaran yang kompleks. Model pembelajaran Dick dan Carey memiliki sepuluh
langkah yang dapat dilihat pada gambar berikut.

Gambar 2.1 : Model Desain Sistem Penelitian Dick dan Carey.


Sumber : Dick Dan Carey. 2014. The System Design of Intruktional.

Berdasarkan gambar tersebut, model pembelajaran dick dan carey terdiri dari
10 langkah yaitu : 1. Identifikasi tujuan instruksional/pembelajaran, 2. Analisis
instruksional/pembelajaran, 3. Analisis karekteristik siswa dan konteks, 4.
Merumuskan tujuan instruksional/pembelajraan khusus, 5. Mengembangkan
instrument penilaian, 6. Mengembangakan strategi intruksional/pembelajaran, 7,
mengembangkan dan memilih materi intruksional/pembelajaran, 7. Merancang dan
melakukan evaliasi formatif, 9. Melakukan revisi terhadap program
instruksional/pembelajaran yang dikembangkan dan 10. Melakukan evaluasi sumatif.
Berikut penjelasan dari setiap Langkah peneltiian dick dan carey.

7
a. Identifikasi tujuan instruksional/pembelajaran
Langkah ini mencakup analisis tujuan program atau produk pembelajaran, yang
sering kali mencakup penilaian kebutuhan (Brog & Gall, 2003). Pada langkah ini,
perancang program pembelajaran melakukan analisis terhadap kemampuan dan
kompetensi yang diperoleh siswa ketika proses pembelajaran selesai. Perumusan
tujuan pembelajaran umum ini biasanya di rumuskan dari silabus atau dari hasil
analisis kinerja pembelajaran (Muthmainnah, dkk. 2021). Dick dan Carey (2014)
mengungkapkan terdapat beberapa pendekatan yang umum digunakan dalam
mengidentifikasi tujuan instruksional yaitu:
1. Pendekatan ahli, penentuan tujuan instruksional ditentukan oleh seseorang yang
memiliki pengetahuan mendalam terhadap materi pembelajaran. Dalam hal ini
ahli materi biasanya tenaga pendidik maupun instruktur. Dalam hal ini, ahli
materi materi merumuskan tujuan pembelajaran berdasarkan pemahaman
mereka terkait dengan apa saja yang harus dipelajarai dan diperoleh siswa pada
mata Pelajaran tersebut.
2. Pendekatan garis besar isi, pendekatan ini, menunjukkan bahwa tujuan
pembelajaran dirumuskan dari kurikulum yang telah ditetapkan Lembaga
Pendidikan. Tujuan instruksional/pembelajaran dikembangkan atas dasar
topik/materi yang terdapat dalam kurikulum. Pendekatan ini memastikan
bahwa tujuan pembelajaran yang dikembangkan sejalan dengan tujuan
pembelajaran yang dikembangkan oleh Lembaga Pendidikan.
3. Pendekatan mandat administrasi, pendekatan ini berkaiatan dengan proses
penyusunan tujuan pembelajaran yang didasarkan pada kebijakan dan peraturan
yang telah ditetapkan oleh pemerintah, organisasi atau instansi tertentu.
Pendekatan ini mencakup segala bentuk aturan dan kebijakan yang harus
dipatuhi oleh siapa saja, baik guru maupun siswa.
4. Pendekatan teknologi kinerja, pendekatan ini terkait dengan pendekatan dalam
merumuskan dan mengiditentifikasi tujuan instruksional/pembelajaran dalam
dunia kerja, dimana tujuan pembelajaran tersebut dapat diperoleh melalui
kegiatan pelatihan atau pengembagan kinerja di tempat kerja. Pendekatan ini
memungkinkan proses pembelajaran menggunakan teknologi maupun media
pembelajaran untuk tercapainya tujuan pembelajaran.

b. Analisis instruksional/pembelajaran
Analisis instruksional dilakukan untuk mengidentifikasi keterampilan, prosedur,
dan tugas-tugas pembelajaran khusus yang terlibat dalam mencapai tujuan
instruksi. Analisis instruksional/pembelajaran ialah sebuah prosedur yang

8
digunakan untuk menentukan keterampilan, pengetahuan yang relevan dan
diperlukan oleh siswa untuk mencapai tujuan pembelajaran yang telah ditetapkan.
Dalam melakukan analisis instruksional, beberapa langkah diperlukan untuk
mengidentifikasi kompetensi, berupa pengetahuan (cognitive), keterampilan
(psychomotor), dan sikap (atitudes) yang perlu dimiliki oleh siswa setelah
mengikuti proses pembelajaran (Muthmainnah, dkk. 2021). Analisis instruksional
mencakup dua langkah mendasar, yaitu (Dick dan Carey, 2014):
1. Mengklasifikasikan tujuan menurut jenis pembelajaran yang akan terjadi. Hal
ini bertujuan untuk membantu guru dalam merancang dan memilih metode
yang akan diguanakan dalam proses pembelajaran. Jenis pembelajaran yang
dimaksud disini ialah pembelajaran kognitif, pembelajaran afektif dan
pembelajaran psikomotor.
2. Mengidentifikasi dan mengurutkan langkah-langkah utama yang diperlukan
untuk melaksanakan tujuan tersebut. Hal ini melibatkan pemecahan komponen-
komponen pembelajaran menjadi hal yang lebih kecil lagi.

c. Analisis karakteristik siswa dan konteks


Langkah ini dirancang untuk mengidentifikasi keterampilan dan sikap awal peserta
didik, karakteristik pengaturan instruksional, dan karakteristik pengaturan di mana
pengetahuan dan keterampilan baru akan digunakan. Analisis ini membantu guru
dalam menentukan apa yang akan diajarkan dan bagaimana cara mengajarakannya.
Analisis karakteristik siswa yang dapat dilakukan perancang meliputi kemampuan
awal, pengetahauan awal tentang topik pembelajaran, sikap, serta motivasi dalam
pembelajaran. Analisis karakteristik sisiwa dapat membantu perancang dalam
memilih materi dan menentukan strategi pembelajaran yang akan digunakan.
Dalam analisis konteks, perancang harus memperhatikan karakteristik dari
keterampilan dan pengetahuan yang akan digunakan. Analisis konteks, dapat
diguanakan untuk merancang proses pembelajaran yag tidak hanya efektif, relevan
dan mendukung kemajuan peserta didik dalam menyelesaikan tugas yang diberikan
melalui pembelajaran yang nyata.

d. Merumuskan tujuan instruksional/pembelajraan khusus


Langkah 4 melibatkan penerjemahan kebutuhan dan tujuan pembelajaran kedalam
bentuk yang lebih spesifik. Tujuan ini juga memberikan dasar untuk perencanaan
yang tepat untuk butir-butir tes, materi instruksional, dan sistem penyampaian
instruksional. Tahap ini menjelaskan tentang apa yang akan dapat dilakukan oleh
siswa ketika mereka menyelesaikan sebuah unit pembelajaran. Perumusan tujuan
instruksional/pembelajaran khusus menggambarkan jenis pengetahuan,

9
keterampilan, atau sikap yang akan dipelajari oleh para siswa. Tujuan
instruksional/pembelajaran khusus merupakan gambaran dari kompetensi atau
tujuan pembelajaran yang spesifik yang perlu dikuasai siswa untuk pemcapai
tujuan intrulsional/pembelajaran yang bersifat umum. Dalam merumuskan tujuan
pembelajaran khusus ini, perancang harus memerhatikan pengetahuan dan
keterampilan siswa setelah melakukan pembelajaran, kondisi siswa untuk unjuk
kemampuan dan menentukan indicator atau kriteria yang digunakan untuk
menentukan keberhasilan siswa (Muthmainnah, dkk. 2021).

e. Mengembangkan instrument penilaian


Instrumen-instrumen ini harus terkait langsung dengan pengetahuan dan
keterampilan yang ditentukan dalam tujuan pembelajaran khusus. Konsep utama
dalam penilaian mengacu pada beberapa kriteria penilian, biasanya berupa
instrumen yang terdiri dari butir-butir soal atau tugas-tugas yang secara langsung
mengukur kemampuan siswa. Istilah kriteria digunakan karena butir-butir penilaian
berfungsi sebagai tolok ukur untuk menentukan keberhasilan peserta siswa dalam
memenuhi tujuan; artinya, keberhasilan dalam penilaian ini menentukan apakah
peserta didik telah mencapai tujuan dalam unit instruksional (Dick dan Carey,
2014). Instrument penilaian dapat berupa penilaian pada kemapuan kognitif, sikap
dan kemampuan psikomotor.

f. Mengembangakan strategi intruksional/pembelajaran


Seorang guru harus mampu menyiapkan dan memilih strategi pembelajaran yang
akan digunakan dalam menyampaiakan materi pembelajarannya. Strategi
instruksional dikembangkan harus dapat membantu siswa dalam mencapai tujuan
pembelajaran yang telah ditetapkan. Strategi pembelajaran yang dipilih untuk
digunakan perlu didasarkan pada faktor-faktor sebagai berikut (Benny dan Pribadi,
2009):
• Teori terbaru tentang aktivitas pembelajaran
• Penelitian tentang hasil belajar
• Karakteristik media pembelajaran yang akan digunakan untuk menyampaikan
materi pembelajaran
• Materi atau substansi yang perlu dipelajari oleh siswa
• Karakteristik siswa yang akan terlibat dalam kegiatan pembelajaran

Guru harus mampu memilih strategi pembelajaran yang efektif, sehingga proses
pembelajaran menjadi lebih efektif dan menyenangkan.

10
g. Mengembangkan dan memilih materi intruksional/pembelajaran
Langkah 7 melibatkan pengembangan dan pemilihan materi instruksional, yang
dapat mencakup materi cetak seperti buku teks dan panduan pelatihan guru, atau
media lain seperti rekaman audio atau sistem video interaktif. Dick dan Carey
(2014) mengungkapkan bahwa ketika guru merancang dan mengambangkan materi
yang bersifat indivual, maka peran guru sebagai seorang penyampai pembelajaran
akan bersifat pasif, namun peran guru sebagai fasilitator akan aktif. Ketika guru
atau perancang instruksional memilih dan mengadaptasi materi pembelajaran dari
berbagai sumber, maka peran seorang guru atau perancang intruksional menjadi
lebih besar dalam pengelolaan materi. Benny dan Pribadi (2009) mengungkapkan
bahwa Pengadaan bahan ajar yang akan digunakan dapat dilakukan melalui
beberapa cara, yaitu: membeli produk pembelajaran, memodifikasi bahan ajar yang
telah tersedia, dan memproduksi sendiri bahan ajar sesuai tujuan.

h. Merancang dan melakukan evaliasi formatif


Evaluasi formatif dilakukan oleh pengembang ketika program atau produk sedang
dalam tahap pengembangan, dalam rangka mendukung proses peningkatan
efektivitasnya. Evaluasi formatif dilakukan untuk mengumpulkan data yang terkait
dengan kekuatan dan kelemahan program pembelajaran. Temuan evaluasi formatif
dapat mengarah pada keputusan untuk membatalkan pengembangan lebih lanjut,
sehingga sumber daya tidak terbuang sia-sia untuk program yang pada akhirnya
tidak akan efektif. Benny dan Pribadi (2009) mengungkapkan bahwa terdapat tiga
jenis evaluasi formatif yang dapat dilakukan dalam mengembangakan produk dan
program pembelajaran, yaitu :
1. Evaluasi perorangan dilakukan melalui kontak langsung dengan satu atau lebih
calon pengguna program, untuk memperoleh masukan dari pengguna program.
2. Evaluasi kelompok sedang dilakukan dengan melakukan uji coba pada
kelompok kecil yang terdiri dari 10-15 orang siswa, guna memperoleh masukan
untuk memperbaiki kualits program.
3. Evaluasi lapangan dilakukan dengan melakukan uji coba program terhadap
kelompok besar calon pengguna program sebelum program pembelajaran
digunakan.

Dick dan Carey mengungkapkan tahap evaluasi ini sangat bergantung pada metode
kualitatif, misalnya wawancara dan observasi. Berdasarkan hasil awal, program
pendidikan dimodifikasi dan dikembangkan lebih lanjut, dan kemudian diuji
cobakan dengan jumlah siswa yang lebih besar (meskipun masih agak kecil).
Berdasarkan hasil-hasil ini, program disempurnakan dan kemudian dilakukan uji

11
coba lapangan di mana program tersebut akan digunakan Pada tahap ini, evaluasi
cenderung bersifat kuantitatif, yang melibatkan tes dan langkah-langkah lain untuk
menentukan sejauh mana program mencapai tujuan yang diinginkan (Brog & Gall,
2003).

i. Melakukan revisi terhadap program instruksional/pembelajaran yang


dikembangkan
Dalam model Dick and Carey, evaluasi formatif dilakukan selama proses
pengembangan, dan hasilnya digunakan untuk merevisi setiap pekerjaan yang
dilakukan selama tujuh tahap pertama-yaitu untuk merevisi tujuan instruksional,
analisis instruksional, perilaku awal, tujuan kinerja, item tes, strategi instruksional,
dan/atau bahan instruksional dengan cara yang diinginkan berdasarkan hasil
evaluasi formatif.

a. Melakukan evaluasi sumatif


Ketika program telah menyelesaikan proses pengembangan, program tersebut akan
dievaluasi secara sumatif. Dick dan Carey mencantumkan evaluasi sumatif sebagai
langkah ke-10 dari model mereka. Namun, mereka berkomentar bahwa evaluasi ini
"biasanya tidak melibatkan perancang instruksional, melainkan melibatkan
evaluasi secara independen."

3. Karakteristik Model Dick & Carey


Dalam buku The systematic design of instruction , Dick dan Carey tahun 2015
menyatakan dua karakteristik Model Dick & Carey , yaitu :

a. Siklus Peningkatan Berkelanjutan:


Siklus Peningkatan Berkelanjutan adalah konsep yang sangat penting dalam
Model Dick & Carey. Penggunaan Konsep mengacu pada pendekatan yang
memungkinkan beberapa tahap dalam perencanaan, pengembangan, implementasi,
dan revisi pembelajaran berlangsung secara bersamaan atau dalam siklus aktivitas
yang terjadi secara simultan. Pendekatan ini memungkinkan evaluasi dan perbaikan
terus-menerus selama berbagai tahap dalam perancangan pembelajaran. Ini
menciptakan fleksibilitas dan kemampuan untuk mengidentifikasi masalah atau
perbaikan lebih awal dalam proses perancangan pembelajaran, yang selaras dengan
konsep Siklus Peningkatan Berkelanjutan.
Konsep ini menekankan bahwa proses pembelajaran harus melibatkan
evaluasi dan perbaikan yang berkelanjutan. Dalam konteks Model Dick & Carey,
siklus ini merujuk pada langkah-langkah evaluasi dan revisi yang terjadi setelah
penerapan desain pembelajaran. Setelah materi pembelajaran diimplementasikan,

12
evaluasi dilakukan untuk mengukur sejauh mana tujuan pembelajaran telah tercapai
dan untuk mengidentifikasi area yang perlu diperbaiki. Hasil dari evaluasi ini
digunakan untuk melakukan revisi pada desain pembelajaran.
Siklus ini menciptakan mekanisme di mana pengembang kurikulum dan
instruktur dapat terus memperbaiki pembelajaran mereka berdasarkan pengalaman
yang mereka dapatkan. Ini mengakui bahwa perencanaan pembelajaran yang
sempurna mungkin tidak selalu tercapai pada percobaan pertama, dan perbaikan
perlu terus menerus dilakukan untuk mencapai tingkat efektivitas yang optimal.
Dengan kata lain, siklus peningkatan berkelanjutan memungkinkan pembelajaran
untuk berkembang dan meningkat seiring waktu.

b. Pengembangan Prototipe Cepat:


Konsep Pengembangan Prototipe Cepat menggambarkan pendekatan yang
digunakan dalam Model Dick & Carey untuk menciptakan pembelajaran yang
efektif. Dalam pendekatan ini, pengembang kurikulum bekerja secara bersamaan
dengan pengembang prototipe untuk membuat model awal dari materi
pembelajaran.
Pendekatan ini memungkinkan tim pengembang kurikulum untuk segera
melihat bagaimana rencana pembelajaran mereka akan berfungsi dalam praktiknya.
Mereka dapat menguji prototipe ini dengan pengajar dan peserta didik untuk
mendapatkan umpan balik awal. Dengan demikian, proses pengembangan
pembelajaran menjadi lebih dinamis dan responsif terhadap kebutuhan pengajar
dan peserta didik.
Keuntungan dari pendekatan ini adalah memungkinkan pengembang
kurikulum dan pengembang prototipe untuk mengidentifikasi potensi masalah atau
perbaikan yang diperlukan lebih awal dalam proses, sehingga mempercepat iterasi
dan peningkatan dalam desain pembelajaran. Ini juga meminimalkan risiko
kesalahan besar yang mungkin terjadi jika desain pembelajaran diimplementasikan
secara penuh tanpa pengujian awal.
Kedua karakteristik ini mencerminkan pendekatan yang adaptif dan
berorientasi pada perbaikan berkelanjutan dalam perancangan pembelajaran.
Karakteristik tersebut dapat membantu memastikan bahwa proses pembelajaran
selalu berkembang dan meningkat seiring waktu, sehingga efektivitas pembelajaran
dapat terus ditingkatkan.

13
4. Kelebihan Dan Kekurangan Yang Dimiliki Oleh Model Dick & Carey

Pemahaman yang komprehensif tentang kelebihan dan kekurangan Model Dick


& Carey sangat penting bagi para praktisi pendidikan, pengembang kurikulum, dan
instruktur. Ini akan membantu dalam membuat keputusan yang lebih baik tentang
penggunaan model ini dalam berbagai konteks pembelajaran. berikut ini kelebihan dan
kekurangan yang dimiliki oleh Model Dick & Carey (Trianto, 2009).

Kelebihan Model Dick dan Carey:

• Kelebihan dari Model Dick dan Carey meliputi langkah-langkah yang jelas dan
terperinci, memudahkan untuk diikuti.
• Model ini memiliki struktur yang teratur, efektif, dan efisien dalam pelaksanaan
pembelajaran.
• Kehadiran perencanaan pembelajaran yang terperinci membuatnya mudah diikuti
dan diimplementasikan.
• Model ini memungkinkan revisi pada analisis instruksional, yang memungkinkan
perbaikan jika terjadi kesalahan sebelum mempengaruhi tahap-tahap berikutnya.
• Model Dick & Carey memiliki komponen yang sangat lengkap, mencakup hampir
semua aspek yang diperlukan dalam perencanaan pembelajaran.

Kelemahan Model Dick dan Carey:


● Kelemahan model ini termasuk keterbatasan fleksibilitas karena setiap langkah
sudah ditentukan.
● Tidak semua prosedur pembelajaran dapat dikembangkan sesuai dengan langkah-
langkah yang telah ditetapkan.
● Tidak ada penjelasan yang jelas tentang kapan harus melakukan uji coba dan
revisi, serta kapan pelaksanaan tes formatif harus dilakukan.
● Validasi oleh penilaian pakar pada tahap pengembangan tes hasil belajar, strategi
pembelajaran, dan bahan pembelajaran tidak selalu tampak jelas.
● Proses pembelajaran dalam model ini memerlukan guru untuk melakukan terlalu
banyak prosedur, yang dapat memakan waktu dan sumber daya yang signifikan.

14
BAB III
KESIMPULAN

Berdasarkan rumusan masalah, tujuan pembuatan makalah dan pembahasan, maka


dapat disimpulkan bahwa :
a. Pendekatan ini didasarkan pada karya dari Robert Gagne dalam buku The
Conditions of Learning (1965) yang memandang bahwa pemrosesan informasi
kognitif tentang pembelajaran dipengaruhi oleh perilaku dan mental seseorang
dalam proses pembelajaran. Model desain pembelajaran dick dan carey merupakan
suatu model pembelajaran yang sistematis, dan urut. hal tersebut dapat dilihat dari
setiap langkah model pembelajaran yang digunakan mulai dari tahap analisis
kebutuhan sampai dengan dilakukannya evaluasi pembelajaran, sehingga
menghasilkan proses pembelajaran yang lebih baik.
b. Model pembelajaran dick dan carey terdiri dari 10 langkah yaitu : 1. Identifikasi
tujuan instruksional/pembelajaran, 2. Analisis instruksional/pembelajaran, 3.
Analisis karakteristik siswa dan konteks, 4. Merumuskan tujuan
instruksional/pembelajaran khusus, 5. Mengembangkan instrumen penilaian, 6.
Mengembangakan strategi intruksional/pembelajaran, 7, mengembangkan dan
memilih materi instruksional/pembelajaran, 7. Merancang dan melakukan evaliasi
formatif, 9. Melakukan revisi terhadap program instruksional/pembelajaran yang
dikembangkan dan 10. Melakukan evaluasi sumatif.
c. Dua karakteristik Model Dick & Carey , yaitu : Siklus Peningkatan berkelanjutan
dan Pengembangan Prototipe Cepat, Kedua karakteristik ini mencerminkan
pendekatan yang adaptif dan berorientasi pada perbaikan berkelanjutan dalam
perancangan pembelajaran. Karakteristik tersebut dapat membantu memastikan
bahwa proses pembelajaran selalu berkembang dan meningkat seiring waktu,
sehingga efektivitas pembelajaran dapat terus ditingkatkan.
d. Kelebihan dan kelemahan model Dick & Carey akan lebih bermakna tergantung
pada konteks dan jenis pembelajaran yang sedang dihadapi. Seorang pengembang
pembelajaran harus mempertimbangkan kelebihan dan kelemahan ini saat memilih
model yang sesuai dengan kebutuhan dan tujuan pembelajaran mereka.

15
DAFTAR PUSTAKA

Benny. R, Pribadi. A. 2009. Model-model Desain Sistem Pembelajaran. Jakatra: Dian Rakyat.
Dick. W, Carey. L. Carey J.O. 2014. The System Design Of Instruction. Person Education.
Gall, M.D., Gall, J.P., Brog, W.R. 2003. Educational Research AN Introduction Seven Edition.
USA.
Magdalena, I., Apriliani, A., Qur’ani. F.C. 2023. Implementasi Model Desain Pembelajaran
Dick dan Carey Dalam Mengembangkan Bahan Ajar Materi Bahasa Indonesia Kelas 3
SDN Kemiri 3. Jurnal Pendidikan Guru Indonesia. Vol. 3, No. 3: 374-385.
https://doi.org/10.58578/tsaqofah.v3i3
Marwiji. M.H. 2018. Sistem Pembelajaran dan Pendekatan Sistem. Jurnal Pendidikan Agama
Islam. Vol. 3, No. 1: 1-9.
Muthmainnah, dkk. 2022. Sistem Model dan Desain Pembelajaran. Aceh : Yayasan Penerbit
Muhammad Zaini .
Octaviani, D.R, Sutomo, M. Mashudi. 2022. Model Pembelajaran Dick dan Carey Serta
Implementasinya dalam Pembelajaran PAI. Jurnal Tawadhu. Vol. 6, No. 2: 114-126
Setyawan, M.D., Hakim. L.E. 2023. Pengembangan Desain Pembelajaran Matematika
Menggunakan Model Dick dan Carey pada Materi Bangun Ruang Sisi Datar. Jurnal
Pendidikan Indonesia. Vol. 4, No. 7 : 709-721. doi:10.59141/japendi.v4i7.2036
Trianto, M. 2019 . Model Pembelajaran Terpadu. Jakarta : Bumi Aksara

16

Anda mungkin juga menyukai