Disusun Oleh:
Puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah memberikan rahmat dan
hidayah-Nya sehingga saya dapat menyelesaikan tugas makalah yang berjudul
Model Dick and Carey dan Model Assure ini tepat pada waktunya.
Adapun tujuan dari penulisan makalah ini adalah untuk memenuhi tugas
Ibu Wiwin Putriawati, S.Pd., M.Pd pada mata kuliah Belajar dan Pembelajaran
Matematika. Selain itu, makalah ini juga bertujuan untuk menambah wawasan
tentang Model Dick and Carey dan Model Assure bagi para pembaca juga bagi
penulis.
Saya juga mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah
membagi sebagian pengetahuannya sehingga saya dapat menyelesaikan makalah
ini.
Saya menyadari, makalah yang saya tulis ini masih jauh dari kata
sempurna. Oleh karena itu, kritik dan saran yang membangun akan saya nantikan
demi kesempurnaan makalah ini.
Penulis
i
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR.............................................................................................i
DAFTAR ISI..........................................................................................................ii
BAB I PENDAHULUAN.......................................................................................1
A. Latar Belakang..........................................................................................1
B. Rumusan Masalah.....................................................................................2
C. Tujuan Penulisan Makalah........................................................................2
BAB II PEMBAHASAN........................................................................................3
A. Pengertian Model Pembelajaran Dick and Carey......................................3
B. Kelebihan dan Kekurangan Model Pembelajaran Dick and Carey...........8
C. Konsep Model Pembelajaran Assure........................................................9
D. Komponen-Komponen Model Pembelajaran Assure..............................10
BAB III PENUTUP..............................................................................................23
A. Kesimpulan..............................................................................................23
B. Saran........................................................................................................24
DAFTAR PUSTAKA...........................................................................................25
ii
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
1
B. Rumusan Masalah
2
BAB II
PEMBAHASAN
3
maupun dari hasil analisys kinerja atau performance analysis.
Rumusan tujuan pembelajaran dapat dihasilkan melalui proses
anayisis kebutuhan atau need analysis dan penglaman-pengalaman
tentang kesulitan-kesulitan yang diahadapi oleh siswa.
Selain itu tujuan pembelajaran dapat juga dirumuskan
dengan menggunakan analisyis tentang cara seseorang melakukan
tugas atau pekerjaan yang spesifik dan persyaratan-persyaratan
yang diperlukan untuk melakukan tugas dan pekerjaan tersebut,
atau istilah ini disebut dengan istilah analysis tugas atau Task
analysis.
2. Melakukan Analisis Instruksional
Setelah melakukan identifikasi tujuan pembelajaran,
langkah selanjutnya adalah analisis instruksional, yaitu sebuah
proses yang digunakan untuk menentukan keterampilan dan
pengetahuan relevan dan diperlukan oleh siswa untuk mencapai
kompetensi atas tujuan pembelajaran. Dalam melakukan analisis
instruksional beberapa langkah yang diperlukan untuk
mengidentifikasi kompetensi berupa pengetahuan (cognitive),
keterampilan (Phsycomotor) dan sikap (attitudes) yang perlu
dimiliki oleh siswa setelah mengikuti proses pembelajaran.
3. Analisis Siswa dan Konteks
Dalam model Dick and Carry analisis terhadap siswa yang
akan belajar dan konteks pembelajaran. Kedua langkah ini dapat
dilakukan secara bersama-sama atau paralel. Analisis konteks
meliputi kondisi-kondisi terkait dengan keterampilan yang
dipelajari oleh siswa dan situasi yang terkait dengan tugas yang
dihadapi oleh siswa untuk menerapkan keterampilan yang
dipelajari.
Analisis terhadap karakteristik siswa meliputi kemampuan
actual yang yang dimiliki oleh siswa, gaya belajar (learning styles),
dan sikap terhadap aktivitas belajar. Identifikasi yang akurat
tentang karakteristik siswa yang akan belajar dapat membantu
4
perancang program pembelajaran dalam memilih dan menentukan
strategi pembelajaran yang akan digunakan.
4. Merumuskan Tujuan Pembelajaran Khusus
Berdasarkan analisis instruksional, seorang perancang
desain sistem pembelajaran perlu mengembangkan kompetensi
atau tujuan pembelajaran spesifik (instructional objectives) yang
perlu dikuasai oleh siswa untuk mencapai tujuan pembelajaran
yang bersifat umum (instructional goal). Dalam merumuskan
tujuan pembelajaran yang bersifat berspesifik, ada beberapa hal
yang perlu mendapatkan perhatian:
a. Menentukan pengetahuan keterampilan yang perlu dimiliki
oleh siswa setelah menepuh proses pembelajaran.
b. Kondisi yang dieprlukan agar siswa dapat melakukan unjuk
kemampuan dari pengetahuan yang telah dipelajari.
c. Indikator atau kriteria yang dapat digunakan untuk
menentukan keberhasilan siswa dalam menempuh proses
pembelajaran.
5. Mengembangkan Instrument Penelitian
Berdasarkan tujuan kompetensi khusus yang telah
dirumuskan, langkah selanjutnya adalah mengembangkan alat atau
instrumem penilaian yang mampu mengukur pencapaian hasil
belajar siswa, hal ini dikenal dengan istilah evaluasi hasil belajar.
Hal yang penting dalam menentukan instrument evaluasi
yang akan digunakan adalah instrument harus dapat mengukur
performance siswa dalam mencapau tujuan pembelajaran yang
telah dirumuskan.
6. Mengembangkan Strategi Pembelajaran
Strategi pembelajaran yang dapat digunakan dalam
mengimplementasikan aktivitas pembelajaran yaitu aktifitas pra-
pembelajaran, penyajian materi pembelajara, dan aktivitas tindak
lanjut dari kegiatan pembelajaran. Penentu strategi pembelajaran
harus didasarkan pada faktor-faktor berikut:
5
a. Teori terbaru tentang aktifitas pembelajaran.
b. Penelitian tentang hasil belajar.
c. Karekteristik media pembelajaran yang akan digunakan
untuk menyampaikan materi pembelajaran.
d. Materi atau substansi yang perlu dipelajari oleh siswa.
e. Karakterisitik siswa yang akan terlibat dalam kegiatan
pembelajaran.
7. Pengunaan Bahan Ajar
Istilah bahan ajar sama dengan media pembelajaran, yaitu
sesuatu yang dapat membawa informasi dan pesan dari sumber
belajar kepada siswa, bahan ajar yang dapat digunakan adalah buku
teks, buku panduan, modul, program audio video, bahan ajar
berbasis computer, program multimedia, dan bahan ajar yang
digunakan pada sistem pendidikan jarak jauh.
8. Merancang dan Mengembangkan Evaluasi Formatif
Evaluasi formatif dilaksanakan untuk mengumpulkan data
yang terkait dengan kekuatan dan kelemahan program
pembelajaran. Hasil dari proses evaluasi formatif dapat digunakan
sebagai masukan untuk memperbaiki draf program. Tiga jenis
evaluasi formatif:
a. Evaluasi perorangan (on to one evaluation).
b. Evaluasi kelompok sedang (small group evaluation).
c. Evaluasi lapangan (field trial).
6
Evaluasi ini dilakukan untuk memperoleh masukan yang
dapat digunakan untuk memperbaiki kualitas program. Evaluasi
lapanagan adalah uji coba program sebelum program tersebut
digunakan dalam situasi pembelajaran yang sesungguhnya.
7
dalam mendesain sebuah program pembelajaran. Setiap langkah dalam
desain pembelajaran memiliki keterkaitan antara satu dengan yang lainnya.
8
C. Konsep Model Pembelajaran Assure
9
dapat memberikan hasil yang optimal yaitu terciptanya pembelajaran
sukses. Model desain pembelajaran ini berorientasi pada kegiatan belajar
mengajar (KBM), hal ini dapat memandu pengajar dalam mengelola,
menciptakan interaksi belajar mengajar bahkan memotivasi peserta didik
dengan tepat. Kreativitas pengajar, kerjasama pengajar dan peserta didik
serta pihak lain yang terlibat dapat dikembangkan dengan baik dalam
model desain pembelajaran yang berorientasi KBM ini.
10
etnik. Siswa dengan latar budaya tertentu mungkin akan
lebih tertarik dengan metode dan media tertentu
sehubungan dengan latar belakang budayanya. Siswa yang
tidak tertarik dengan konten tertentu mungkin akan dapat
terstimulasi dengan penggunaan metode dan media belajar
yang dapat menarik perhatiannya seperti media video,
simulasi permainan, aktifitas berbasis teknologi, dll. Semua
variabel konstan tersebut, dapat dijadikan sebagai patokan
dalam merumuskan strategi dan media yang tepat dalam
menyampaikan bahan pelajaran.
b. Specific Entry Competencies ( Mendiagnosis Kemampuan
Awal Pembelajar)
Penelitian yang terbaru menunjukkan bahwa
pengetahuan awal siswa merupakan sebuah subjek patokan
yang berpengaruh dalam bagaimana dan apa yang dapat
mereka pelajari lebih banyak sesuai dengan perkembangan
psikologi siswa (Smaldino dari Dick,carey&
carey,2001). Hal ini akan memudahkan dalam merancang
suatu pembelajaran agar penyamapain materi pelajaran
dapat diserap dengan optimal oleh peserta didik sesuai
dengan kemampuan yang dimilikinya.
Kemampuan awal siswa menunjuk pada
pengetahuan dan keterampilan yang telah dan belum
dimiliki siswa. Pengajar harus menuju atau memeriksa
anggapan tentang kemampuan awal siswa dengan dua cara.
Yang pertama informal dengan cara wawancara di luar
kelas dan yang kedua formal dengan cara tes yang telah
terstandar atau tes buatan pengajar sendiri. Entry test atau
Ujian masuk baik formal maupun informal merupakan cara
untuk mengetahui apakah siswa telah memiliki kemampuan
prasyarat (prerequesities).
11
Prasyarat merupakan kemampuan yang harus
dimiliki oleh siswa untuk mengikuti proses pembelajaran
yang akan dilakukan. Prasyarat harus dijabarkan dalam
tujuan. Jika siswa telah menguasai apa yang akan diajarkan,
maka akan sangat membuang waktu jika kita mengajarkan
kembali. Maka pre-test berfungsi untuk menghindari hal
tersebut. Dengan menganalisa apa yang telah diketahui oleh
siswa, maka kita akan dapat memilih metode dan media
yang sesuai.
c. Learning Style (Gaya Belajar)
1) Kekuatan persepsi
Pendukung pentingnya variabel ini
mengatakan bahwa sebagian besar pelajar tidak
mempunyai kekuatan yang cukup untuk menangkap
pelajaran melalui pendengaran dan menyaksikan
keluasan penggunaan metode guru. Pelajar yang
agak lambat belajar cenderung menyukai
pengalaman taktik atau kinestetik , duduk dan
mendengarkan sukar baginya.
2) Kebiasaan memproses informasi
Variabel ini berkaitan dengan bagaimana
kecenderungan pelajar memproses informasi. Model
Gregore tentang ‘gaya belajar’ yaitu 4 kategori
utama pada gaya berfikir:
12
a) Pelajar kategori berurutan konkrit, lebih
suka pengalaman langsung dan penyampaian
dengan urutan yang logis. Golongan ini lebih
cocok belajar dengan buku kerja,
demonstrasi, pembelajaran terprogram, dll.
b) Pelajar katagori acak konkrit, lebih
senang pendekatan coba-coba (trial & error),
membuat kesimpulan cepat dari pengalaman
yang terjadi. Golongan ini lebih suka
metode-metode seperti permainan, simulasi,
discovery, dll.
c) Pelajar kategori berurutan abstrak.
Kelompok ini terampil menyandi pesan
verbal dan simbolik khususnya bila disajikan
dalam urutan yang logis. Golongan ini lebih
suka membaca dan menyimak.
d) Pelajar kelompok acak abstrak,
menunjukan kemampuannya untuk
menangkap makna dan presentasi yang
disajikan, merespon nada dan gaya
pembicara sebaik menangkap pesannya.
Golongan ini baik untuk belajar dalam
diskusi kelompok, kuliah dengan tanya
jawab, videotape, dan televisi.
3) Faktor-faktor motivasional
Berbagai faktor emosional sangat
berpengaruh pada perhatian terhadap sesuatu, berapa
lama memperhatikan, seberapa jauh usaha
memahami pelajaran, dan bagaimana perasaan ikut
ambil bagian dalam kegiatan belajar. Cara yang
membedakan aspek penting motivas yaitu:
13
a) Atensi, berkenaan dengan apakah pebelajar
merasa bahwa pembelajaran menarik dan
berguna untuk dipertimbangkan.
b) Relevan, berkaitan dengan apakah pebelajar
merasa bahwa pembelajaran berkaitan
dengan tujuannya.
c) Confidence, berkenaan dengan apakah
pebelajar mengharapkan kesuksesan
berdasarkan pada usahanya sendiri.
d) Satisfaction, berkaitan dengan penghargaan
yang diterima pebelajar dari pembelajaran
itu.
2. State Standard and Performance Objectives (Menetapkan Standar
dan Tujuan Pembelajaran)
Langkah kedua dalam model Assure yaitu menyatakan
standar dan tujuan belajar untuk mata pelajaran. Penting untuk
diperhatikan bahwa tujuan belajar merupakan pernyataan dari apa
yang akan dicapai, bukan bagaimana mata pelajaran diajarkan.
Pentingnya standar dan tujuan antara lain yaitu menjadikan dasar
dalam pemilihan strategi, teknologi, dan media menjadikan dasar
penilaian dan menjadikan dasar ekspektasi belajar siswa. Dengan
demikian diharapkan peserta didik dapat memperoleh suatu
kemampuan dan kompetensi tertentu dari pembelajaran. Dalam
merumuskan tujuan dan standar pembelajaran perlu
memperhatikan dasar dari strategi, media dan pemilihan media
yang tepat. Ada 3 konsentrasi dalam menetapkan tujuan
pembelajaran yaitu:
a. Pentingnya Merumuskan Tujuan dan Standar dalam
Pembelajaran Dasar
Dalam penilaian pembelajaran ini menujukkan
pengetahuan dan kompetensi seperti apa yang nantinya
akan dikuasai oleh peserta didik. Selain itu juga menjadi
14
dasar dalam pembelajaran siswa yang lebih bermakna.
Sehingga sebelumnya peserta didik dapat mempersiapkan
diri dalam partisipasi dan keaktifannya dalam pembelajaran.
Ada beberapa alasan mengapa tujuan perlu
dirumuskan dalam merancang suatu program pembelajaran,
seperti berikut:
1) Rumusan tujuan yang jelas dapat digunakan untuk
mengevaluasi efektifitas keberhasilan proses
pembelajaran.
2) Tujuan pembelajaran dapat digunakan sebagai
pedoman dan panduan kegiatan belajar siswa.
3) Tujuan pembelajaran dapat membantu dalam
mendesain sistem pembelajaran.
4) Tujuan pembelajaran dapat digunakan sebagai
kontrol dalam menentukan batas-batas dan kualitas
pembelajaran.
b. Tujuan Pembelajaran yang Berbasis ABCD
Menurut Smaldino, dkk., setiap rumusan tujuan
pembelajaran ini haruslah lengkap. Kejelasan dan
kelengkapan ini sangat membantu dalam menentukan
model belajar, pemanfaatan media dan sumber belajar
berikut asesmen dalam KBM. Rumusan baku ABCD tadi
dijabarkan sebagai berikut:
1) A = audience. Pebelajar atau peserta didik dengan
segala karakterisktiknya. Siapapun peserta didik,
apa pun latar belakangnya, jenjang belajarnya, serta
kemampuan prasyaratnya sebaiknya jelas dan rinci.
2) B = behaviour. Perilaku belajar yang
dikembangkan dalam pembelajaran. Perlaku belajar
mewakili kompetensi, tercermin dalam penggunaan
kata kerja. Kata kerja yang digunakan biasanya kata
kerja yang terukur dan dapat diamati.
15
3) C = conditions. Situasi kondisi atau lingkungan
yang memungkinkan bagi pebelajar dapat belajar
dengan baik. Penggunaan media dan metode serta
sumber belajar menjadi bagian dari kondisi belajar
ini. Kondisi ini sebenarnya menunjuk pada istilah
strategi pembelajaran tertentu yang diterapkan
selama proses belajar mengajar berlangsung.
4) D = degree. Persyaratan khusus atau kriteria yang
dirumuskan sebagai dibaku sebagai bukti bahwa
pencapaian tujuan pembelajaran dan proses belajar
berhasil. Kriteria ini dapat dinyatakan dalam
presentase benar (%), menggunakan kata-kata
seperti tepat/benar, waktu yang harus dipenuhi,
kelengkapan persyaratan yang dianggap dapat
mengukur pencapaian kompetensi.
c. Tujuan Pembelajaran dan Perbedaan Individu
Berkaitan dengan kemampuan individu dalam
menuntaskan atau memahami sebuah materi yang
diberikan. Individu yang tidak memiliki kesulitan belajar
dengan yang memiliki kesulitan belajar pasti memiliki
waktu ketuntasan terhadap materi yang berbeda. Untuk
mengatasi hal tersebut, maka timbullah mastery learning
(kecepatan dalam menuntaskan materi tergantung dengan
kemampuan yang dimiliki tiap individu.
3. Select Methods, Media, and Materials (Memilih Metode, Media
dan Materi Pelajaran)
Langkah selanjutnya dalam membuat pembelajaran yang
efektif adalah mendukung pembelajaran dengan menggunakan
teknologi dan media dalam sistematika pemilihan strategi,
teknologi dan media dan bahan ajar.
a. Memilih Strategi Pembelajaran.
16
Pemilihan strategi pembelajaran disesuaikan dengan
standar dan tujuan pembelajaran. Selain itu juga
memperhatikan gaya belajar dan motivasi siswa yang
nantinya dapat mendukung pembelajaran. Strategi
pembelajaran dapat mengandung ARCS model (Smaldino
dari Keller,1987). ARCS model dapat membantu strategi
mana yang dapat membangun Attention (perhatian) siswa,
pembelajaran berhubungan yang Relevant dengan keutuhan
dan tujuan, Confidence, desain pembelajaran dapat
membantu pemaknaan pengetahuan oleh siswa dan
Satisfaction dari usaha belajar siswa. Strategi pembelajaran
dapat terlebih dahulu menentukan metode yang tepat.
Beberapa metode yang dianjurkan untuk digunakan ialah:
1) Belajar Berbasis Masalah (problem-based
learning). Metode belajar berbasis masalah melatih
ketajaman pola metakognitif, yakni kemampuan
stratregis dalam memecahkan masalah.
2) Belajar Proyek (project-based learning). Belajar
proyek adalah metode yang melatih kemampuan
pebelajar untuk melaksanakan suatu kegiatan di
lapangan. Proyek yang dikembangkan dapat
pekerjaan atau kegiatan sebenarnya atau berupa
simulasi kegiatan.
3) Belajar Kolaboratif. Metode belajar kolaboratif
ditekankan agar pebelajar mampu berlatih menjadi
pimpinan dan membina koordinasi antar teman
sekelasnya.
b. Memilih Teknologi dan Media yang sesuai dengan Bahan
Ajar
Kata Media berasal dari bahasa latin yang
merupakan bentuk jamak dari kata medium yang secara
harfiah dapat diartikan sebagai perantara atau pengantar.
17
Menurut Lesle J.Brigges, media adalah alat untuk
perangsang bagi peserta didik dalam proses pembelajaran.
Selanjutnya Rossi dan Breidle mengemukakan bahwa
media pembelajaran adalah seluruh alat dan bahan yang
dapat dipakai untuk tujuan pendidikan, seperti radio,
televisi, buku, koran, majalah dan sebagainya.
Sedangkan menurut Gerlach, media bukan hanya
berupa alat atau bahan saja, tetapi hal-hal lain yang
memungkinkan siswa dapat memperoleh pengetahuan.
Media itu meliputi orang, bahan, peralatan atau kegiatan
yang menciptakan kondisi yang memungkinkan siswa
memperoleh pengetahuan, keterampilan dan sikap.
Bentuk media adalah bentuk fisik dimana sebuah
pesan digabungkan dan ditampilkan. Bentuk media
meliputi, sebagai contoh, diagram (gambar diam dan teks)
slide (gambar diam lewat proyektor) video (gambar
bergerak dalam TV), dan multimedia komputer (grafik,
teks, dan barang bergerak dalam TV) Setiap media itu
mempunyai kekuatan dan batasan dalam bentuk tipe dari
pesan yang bisa direkam dan ditampilkan. Memilih sebuah
bentuk media bisa menjadi sebuah tugas yang kompleks-
merujuk kepada cakupan yang luas dari media yang
tersedia, keanekaragaman siswa dan banyak tujuan yang
akan dicapai.
c. Memilih, Mengubah, dan Merancang Materi
Langkah selanjutnya adalah memilih materi yang
diperlukan untuk mendukung pelaksanaan mata pelajaran.
Biasanya melibatkan banyak pilihan yaitu: memilih materi
yang tersedia, melibatkan spesialis teknologi atau media,
mensurvei panduan referensi sumber dan media, mengubah
materi yang ada, serta merancang materi baru.
18
4. Utilize Media and Materials (Menggunakan Teknologi, Media, dan
Materi)
Sebelum memanfaatkan media dan bahan yang ada,
sebaiknya mengikuti langkah-langkah seperti dibawah ini yang
bisa disebut “5P” yaitu:
a. (Preview the materials) pratinjau teknologi, media, dan
materi. Seorang pengajar tidak pernah menggunakan
teknologi, media dan materi tanpa melakukan pengkajian
awal dahulu. Selama proses pemilihan, harus menentukan
apakah teknologi, media dan materi itu sesuai untuk
pebelajar dan tujuan yang telah ditetapkan.
b. (Prepare the materials) menyiapkan teknologi, media, dan
materi. Pengajar perlu menyiapkan teknologi, media dan
materi untuk mendukung kegiatan pembelajaran yang telah
direncanakan. Langkag pertama adalah menyiapkan seluruh
materi dan peralatan yang dibutuhkan oleh pebelajar, dan
menentukan urutan apakah yang akan digunakan untuk
memanfaatkan teknologi, media dan materi tersebut.
Apakah yang akan dilakukan pebelajar? Guru membuat
daftar urutan materi dan perlengkapan yang diperlukan
untuk tiap pelajaran dan urutan presentasi kegiatan.
c. (Prepare environment) menyiapkan lingkungan.
Dimanapun kegiatan pembelajaran dilakukan, fasilitas harus
ditata terlebih dahulu sebelum pebelajar mengunakan media
dan materi pembelajaran. Faktor-faktor yang sering
dianggap perlu dalam situasi pembelajaran tertentu, seperti
tempat duduk yang nyaman, ventilasi yang baik misal suhu
udara, pencahayaan dll.
19
d. (Prepare the learners) menyiapkan pebelajar. Banyak
hasil riset menunjukkan bahwa belajar dari suatu kegiatan
tergantung pada bagaimana pebelajar disiapkan untuk
kegiatan pembelajaran. Beberapa fungsi seperti,
mengarahkan perhatian, meningkatkan motivasi,
menjelaskan secara rasional dalam mempelajari suatu
materi, merupakan kegiatan untuk menyiapkan pebelajar,
naik kelas yang teacher-centered maupun student-centered.
e. (Provide the learning experience) menyediakan
pengalaman belajar. Jika materi itu berpusat pada guru,
maka guru harus menyajikan sebagai seorang professional.
Jika pengalaman yang akan diberikan kepada pebelajar
student-centered, guru harus berperan sebagai fasilitator
atau pembimbing, yang membantu pebelajar menggali topik
dari internet, mendiskusikan isi, menyiapkan materi
portofolio, atau menyajikan informasi kepada teman
sekelas.
5. Requires Learner Participation (Mengaktifan Keterlibatan Siswa)
Pendidik yang merealisasikan partisipasi aktif dalam
pembelajaran, maka akan meningkatkan kegiatan belajar. Menurut
John Dewey pada tahun 1990-an, telah menemukakan pertisipasi
tersebut. Perkembangan selanjutnya muncul teori belajar kognitif
yang menekankan pada proses mental, juga mendukung partisipasi
aktif tersebut. Kaum behavioris menyarankan bahwa individu harus
melakukan sesuatu, jadi belajar merupakan suatu proses untuk
mencoba berbagai perilaku dengan hasil yang menyenangkan.
Dengan pendekatan ini berarti perancang pembelajaran harus
mencari cara agar pembelajar melakukan sesuatu.
Dari sudut pandang psikologi kognitif disarankan bahwa
pebelajar membangun skematamental ketika otaknya secara aktif
mengingat atau mengaplikasikan beberapa konsep atau prinsip.
Kaum konstruktivis seperti juga behavioris memandang belajar
20
sebagai proses aktif. Tetapi penekanannya berbeda. Aliran
konstruktifistik lebih menekankan pada proses mental, bukan pada
kegiatan fisik. Peran pebelajar adalah hal terpenting dalam KBM.
Gagne berpendapat bahwa belajar efektif dapat terjadi jika
pebelajar dilibatkan dan memiliki peran serta didalamnya.
6. Evaluation and Revision (Evaluasi dan Revisi)
Komponen terakhir dari model ASSURE adalah
mengevaluasi dan merevisi. Evaluasai dan revisi sangat pentng
bagi pengembangan pengajaran yang berkualitas, tetapi komponen
dari perancangan ini seringkali diabaikan.
a. Menilai hasil pebelajar. Pernyataan tentang hasil tujuan
akan membantu untuk mengembangkan kriteria guna
mengevaluasi unjuk kerja pebelajar baik individual maupun
kelompok. Cara menilai pencapaian hasil belajar tergantung
pada hakekat tujuan ini. Ada tujuan yang menuntut
keterampilan kognitif , misalnya mengingat hokum OHM,
membedakan kata sifat dengan kata keterangan,
menyimpulkan sesuatu.
b. Menilai motode dan media. Evaluasi juga menilai metode
dan media pembelajaran. Apakah materi pembelajarn
efektif? Dapatkah meningkatkan pembelajaran? apakah
penyajian membutuhkan waktu yang lebih banyak daripada
apa yang seharusnya? Analisis reaksi pebelajar pada
metode pembelajaran dapat membantu untuk memperoleh
data dengan cara yang halus. Misalnya: diskusi guru dengan
pebelajar mengindikasikan bahwa pebelajar lebih suka
belajar mandiri pada waktu presentasi kelompok.
Percakapan dengan spesialis media akan memutuskan
perhatian pada nilai khusus media dalam suatu unit
pembelajaran, yang diperlukan untuk meningkatkan
pembelajaran dimasa mendatang.
21
c. Revisi. Langkah terakhir adalah melihat kembali hasil data
evaluasi yang dikumpulkan. Adakah kesenjangan antara
apa yang diharapkan dengan apa yang terjadi. Apakah
pebelajar mencapai suatu tujuan? Bagaiman pebelajar
mereaksi materi dan media yang disajikan? Apakah
pengajar puas dengan niali materi yang dipilih? Pengajar
seharusnya melekukan refleksi pelajaran dan tiap
komponen didalamnya. Buat catatan segera sebelum
mengimplementasikan pelajaran lagi. Bila dari hasil data
evaluasi menunjukkan ada kelemahan pada komponen
tertentu, kembalilah pada bagan itu dengan merencanakan
dan merevisinya.
22
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Model pembelajaran Dick and Carey merupakan model
pembelajaran yang dikembangkan melalui pendekatan sistem (System
Approach). Terhadap komponen-komponen dasar dari desain sistem
pembelajaran yang meliputi analisis, desain, pengembangan, implementasi
dan evaluasi.
23
Model desain Assure merupakan singkatan dari komponen-
komponen atau langkah-langkah penting yang terdapat di dalamnya, yaitu:
Analyzer learner characteristic (menganalisis karakteristik siswa); State
standard and performance objectives (menetapkan standar dan tujuan
pembelajaran); Select methods, media, and materials (memilih metode,
media dan materi pelajaran); Utilize media and materials (menggunakan
teknologi, media, dan materi); Requires learner participation (mengaktifan
keterlibatan siswa); Evaluation and revision (evaluasi dan revisi).
B. Saran
Saya menyadari terdapat kekurangan dalam makalah saya ini, jadi
saya mengharapkan saran dan kritik yang membangun dari pembaca
semua agar saya kedepannya dapat menyusun makalah dengan lebih baik
lagi.
24
DAFTAR PUSTAKA
Smaldino, Sharon E, dkk. 2014. Teknologi Pembelajaran dan Media untuk Belajar
(terjemahan). Jakarta: KENCANA
25