Anda di halaman 1dari 103

TUGAS REMEDIAL FISIOLOGI HEWAN

“RESUME MATERI FISIOLOGI HEWAN”

Oleh :

ALVARO JOSE CARLO


(ACD 118 051)

KELAS B

DOSEN PENGAMPU MATA KULIAH :


JULIAN TAMBUNAN, S.Si, M.Si

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN BIOLOGI


JURUSAN PENDIDIKAN MIPA
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS PALANGKA RAYA
2021
PETA KONSEP FISIOLOGI
HEWAN

SISTEM PENCERNAAN PADA SISTEM OTOT DAN SISTEM SIRKULASI PADA Keseimbangan Cairan SISTEM ENDOKRIN PADA
SISTEM RESPIRASI
HEWAN PERGERAKAN PADA HEWAN HEWAN Elektrolit Pada Hewan HEWAN

Pengertian Makanan Pengertian Sistem Gerak Pengertian Sistem Sirkulasi Pengertian Sistem Pernapasan Fisiologi Cairan Tubuh Persinyalan Sel (signaling)

Pengertian Otot dan Jenis- Sistem Sirkulasi Pada Distribusi Pemasukan dan
Pengertian Pencernaan Organ Organ Pernapasan Pengertian Sistem Endokrin
jenis Otot Invertebrata Pengeluaran

Mekanisme Sistem Gerak Sistem Sirkulasi pada Mekanisme Transport Oksigen Terapi Cairan pada Gangguan Fungsi Sistem Endokrin Secara
Fungsi Pencernaan
Invertebrata dan Vertebrata Vertebrata dan Karbondioksida Keseimbangan Cairan Umum

Organ Tubuh yang berperan


Hubungan Tulang dan Otot pada kebutuhan Sistem Endokrin pada
Macam Pencernaan Regulasi Pernapasan
Dalam Sistem Gerak Keseimbangan cairan Invertebrata
Elektrolit.

Sistem Endokrin pada


Organ Pada Sistem Invertebrata
Kelainan Sistem Gerak Hewan
Pencernaan

Kelenjar Digesti (Glandula


Digestoria)

Sistem Pencernaan Makanan

Metabolisme Sistem
Pencernaan Makanan

Cara Hewan Memperoleh


Makanan

Gangguan pada Sistem


Pencernaan Hewan

2
RESUME MATERI BAB 1
SISTEM PENCERNAAN PADA HEWAN
A. Pengertian Makanan
Makan adalah kegiatan dimana makhluk hidup mengonsumsi berbagai jenis asupan
sehingga dapat memperoleh berbagai manfaat seperti gizi, enegi, vitamin dan kesehatan yang
merupakan hasil dari apa yang kita makan. Makanan menurut KBBI ialah sesuatu yang dapat
dikonsumsi (seperti bahan penganan dan lauk-pauk) serta semua bahan yang telah kita makan
akan membentuk jaringan tubuh, memberikan sumber tenaga dan mengatur semua proses di
dalam tubuh. Adapun fungsi makanan sebagai berikut:
1. Penyedia Energi atau Bahan Bakar: Zat-zat makanan yang telah melalui serangkaian proses
dari pencernaan yang ada di dalam tubuh dapat menghasilkan sebuah energi dan bahan
bakar yang dibutuhkan untuk mampu beraktivitas. Jika tidak ada energi kita tidak mampu
melakukan semua kegiatan sehari-hari seperti misalnya bekerja, belajar, olahraga dan
berbagai kegiatan lainnya.
2. Pertumbuhan Serta Pembangunan Tubuh: Pertumbuhan serta pembangunan tubuh ini
dimulai sejak kita lahir serta dengan berlangsung selama semasa kita hidup. Bahan untuk
jalan pertumbuhan dapat jadi tenaga yang berasal dari makanan yang telah kita konsumsi
dari sehari-hari.
3. Pemeliharaan Jaringan serta Perbaikan Jaringan Tubuh (regenerasi): Untuk dapat dan
mampu melakukan fungsi tubuh dengan cara normal sangat tergantung kepada kesehatan
serta jaringan-jaringan yang ada. Apabila jaringan rusak dan kain usang jaringan yang rusak
ini harus tetap dikembalikan dengan makanan untuk dapat membuat jaringan tersebut
bekerja secara optimal.
4. Pengaturan Proses-Proses Tubuh: Didalam tubuh makhluk, khususnya manusia banyak
sekali berbagai proses yang dapat terjadi. Di sini ada makanan yang berperan dalam sebuah
pengaturan metabolisme dan juga keseimbangan cairan dari tubuh dengan berbagai unsur-
unsur yang telah terkandung di dalamnya.
5. Pertahanan Tubuh TerhadapPenyakit (antibodi): Vitamin yaitu sebagai bentuk salah satu
unsur yang terkandung di dalam makanan melakukan berbagai fungsi untuk dapat
mempertahankan kekebalan dan di karenakan kekurangan dari salah satu vitamin yang
terkandung di dalam makanan yang dapat menyebabkan sumber penyakit.

3
Hewan vertebrata adalah hewan bertulang belakang. Misalnya mamalia, amfibi, reptil.
Sumber makanan hewan vertebrata adalah induknya (menyusui), hewan lain (berburu),
tumbuhan. Sesuai jenis hewannya seperti karnivora yang memakan daging, herbivora yang
memakan tumbuhan, dan omnivora yang memakan daging dan tumbuhan. Hewan avertebrata
atau invertebrata adalah hewan yang tidak bertulang belakang. Misalnya hewan bersel tunggal,
hewan berpori, hewan bertubuh lunak. Sumber makanan hewan avertebrata macam-macam.
Mulai hewan dan tumbuhan hingga bakteri dan plankton yang sesuai jenis hewannya

B. Pengertian Pencernaan
Pencernaan (digestion) adalah proses perubahan bahan makanan yang komplek menjadi
senyawa-senyawa sederahana oleh enzim dalam tubuh (Kusuma 2006:367). Dengan demikian
pencernaan merupakan proses penghancuran atau perubahan suatu zat makanan dari yang
kompleks menjadi sederhana akibat adanya gerakan atau di bantu oleh enzim, agar lebih mudah
di serap oleh tubuh.

C. Fungsi Pencernaan
Sesuai dengan definisi pencernaan, fungsi dari pencernaan adalah untuk mempermudah
penyerapan sari-sari makanan yang di butuhkan oleh tubuh. Karena dalam hal ini hewan tidak
dapat membut makanan sendiri sehingga untuk mendapatkan zat yang di butuhkan oleh tubuh
harus melalui system pencernaan agar dapat di serap dan di gunakan oleh tubuh.

D. Macam Pencernaan
Pencernaan di bagi menjadi dua macam, yaitu pencernaan mekanik dan pencernaan
kimiawi. Kedua pencernaan tersebut biasa terjadi pada hewan mamalia seperti hewan pemamah
biak(ruminansia, reptile, dan lain-lain).
1. Mekanik
Sesuai namanya, sistem pencernaan makanan mekanis ini dilakukan dengan suatu
mekanika/gerakan tertentu. Pencernaan semacam ini paling banyak terjadi di dalam rongga
mulut, di mana makanan yang masuk harus dihancurkan dahulu (dikunyah) agar
prosespencernaan selanjutnya bisa lebih mudah. Sistem pencernaan makanan mekanik tak
hanya terjadi di mulut. Beberapa bagian/organ tubuh juga melakukan suatu mekanika yang

4
disebut gerakan peristaltik. Gerak Peristaltik adalah gerakan otot-otot organ untuk
menelan/menarik agar makanan bisa mengalir memasuki organ tersebut. Biasanya terjadi pada
kerongkongan dan usus.

2. Kimiawi
Bila pencernaan mekanik adalah pencernaan dengan gerakan, sistem pencernaan yang satu
ini lebih kepada proses kimiawi, yaitu proses pencernaan yang membutuhkan zat-zat kimia
untuk menghancurkan makanan maupun mengurai zat-zat penting yang ada dalam makanan. Zat
kimia yang dimaksud adalah asam maupun suatu enzim dalam tubuh yang membantu
pencernaah. Proses kimiawi ini contohnya proses pencernaan yang terjadi pada lambung dan
usus.

E. Organ Pada Sistem Pencernaan


Organ digesti tersusun atas:
1. Mulut (rongga mulut)
Di rongga mulut terdapat gigi (gerigi) yang berfungsi untuk menyobek, mengunyah zat-zat
makanan secara mekanis sehingga menjadi zat-zat yang lebih kecil dan memudahkan bekerjanya
enzim pencernaan. Di rongga mulut terdapat bibir, lidah dan palatum (langit- langit) untuk
membantu penguyahan zat makanan,dan penelanan zat makanan. Di rongga mulut terdapat
muara kelenjar air liur (saliva) yang mengandung enzim ptyalin (amilase).
2. Faring (Pharynx)
Merupakan persilangan antara saluran makanan dan saluran udara. Epiglotis berperan
sebagai pengatur (klep) kedua saluran tersebut. Pada saat menelan makanan saluran udara
ditutup oleh epiglotis dan sebaliknya jika sedang menghirup nafas.
3. Esofagus (kerongkongan)
Sebagai saluran panjang berotot (muskuler) yang menghubungkan rongga mulut dengan
lambung. Pada batas antara esophagus dengan lambung terdapat sphincter esophagii yang
berfungsi mengatur agar makanan yang sudah masuk ke dalam lambung tidak kembali ke dalam
lambung tidak kembali ke esophagus.
4. Gastrium (lambung)
Di lambung, makanan ditampung, disimpan, dan dicampur dengan asam lambung, lendir

5
dan pepsin. Mukosa lambung banyak mengandung kelenjar pencernaan. Kelenjar pada bagian
pilorika dan kardiaka menghasilkan lendir.
Kelenjar pada fundus terdapat sel parietal (oxyntic cell) menghasilkan
HCl, dan chief cell menghasilkan pepsinogen. Proses digesti di lambung meliputi:
a) Pencernaan pada lambung sebatas pada protein, sangat sedikit lemak,
dan karbohidrat.
b) Makanan setelah melewati lambung menjadi dalam bentuk bubur
makanan (chyme).
Dengan mekanisme dorongan dari otot lambung chyme menuju ke usus
dua belas jari (duodenum).

5. Intestinum tenue (usus halus)


Usus halus dibedakan menjadi 3 bagian: duodenum, jejunum, dan ileum
a. Duodenum
Pada duodenum terdapat muara dari duktus koledokus dan dan duktus pankreatikus. Cairan
empedu dari kantung empedu dikeluarkan lewat duktus koledokus. Cairan pankreas lewat duktus
pankreatikus. Cairan pankreas mengandung enzim lipase, amylase, trypsinogen dan
chemotrypsinogen. Lipase untuk memecah lemak (setelah diemulsifikasikan oleh empedu)
menjadi asam lemak dan gliserol. Amylase untuk memecah amilum menjadi sakarida sederhana.

b. Jejunum
Jejunum merupakan tempat absorpsi zat-zat makanan. Proses penyerapan (absorpsi) zat-zat
makanan meliputi; difusi, osmosis, dan transpor aktif.
 Monosakrida dan asam amino melalui mekanisme difusi fasilitasi.
 Asam lemak melalui mekanisme difusi biasa.
 Vitamin melalui mekanisme difusi biasa.
 Air melalui mekanisme difusi dan osmose.
 Elektrolit dan mineral melalui mekanisme difusi, dan transport aktif.

c. Ileum
Absorpsi melalui villi usus

6
6. Intestinum crassum (usus besar)
Usus besar terdiri atas caecum dan colon. Caecum berupa kantung kantung dengan pita
(taenia) dan haustra. Colon dapat dibedakan menjadi colon ascenden (naik), transversal
(mendatar), descenden (turun). Usus besar merupakan tempat untuk absorpsi air dan mineral
yang tidak terserap di usus halus. Pencernaan secara mikrobiotis oleh bakteri komensal (E.
coli), menghasilkan gas, dan sintesis vit. K.

7. Rektum
Rektum merupakan kantung yang berfungsi menampung feses. Setelah penuh terjadi
perangsangan karena ekstensi (peregangan) dinding rektum.

8. Anus
Anus merupakan katup muskuler (spinchter ani) berfungsi mengatur pengeluaran zat sisa
dari proses pencernaan.

F. Kelenjar Digesti (Glandula Digestoria)


1. Kelenjar saliva (ludah)
Kelenjar saliva terdiri atas 3 pasang:
1) Kelenjar parotid, terletak di depan telinga, muaranya pada gusi sebelah atas.
2) Kelenjar mandibularis (submaksilaris) terletak di dekat mandibula (rahang bawah), muaranya
di bawah lidah.
3) Kelenjar sublingualis, terletak di dasar mulut, muaranya di bawah lidah.
Pada kelenjar saliva terdapat 2 jenis sel yaitu: (1) Sel serosa, mensekresikan cairan serous (encer)
yang mengandung enzim ptyalin (amilase). Amilase berperan mengubah amilum menjadi
sakarida sederhana. Sel mukosa, mensekresikan lendir.

7
Gambar Lidah Hewan
2. Hati (Hepar)
Hepar tersusun atas sel-sel hati yang disebut hepatosit dan membagi hepar dalam lobi-lobi.
Lobulus hati berbentuk heksagonal, sel-sel parenkim hepar tersusun secara radier (menjari)
dengan vena sentralis terletak di tengah. Sel-sel ini berbentuk poligonal, sitoplasma granulair
dengan tetes-tetes glikogen. Sel hati berperan menghasilkan empedu sebagai hasil ekskresi dan
sekresi. Ekskresi karena mengandung pigmen empedu yang selanjutnya dikeluarkan lewat feses
dan urine. Sekresi karena mengandung garam empedu untuk mengemulsifikasikan lemak
makanan. Garam empedu disintesis dari kolesterol dan asam amino. Berfungsi untuk
menurunkan tegangan permukaan (surfaktan) butir lemak makanan. Pigmen empedu yaitu
bilirubin dan biliverdin berasal dari degradasi hemoglobin. Bilirubin selajutnya diubah menjadi
urobilinogen yag dikeluarkan melalui feses dan urine.

3. Pankreas
Pankreas dapat dibedakan menjadi bagian eksokrin dan endokrin Bagian eksokrin oleh sel-sel
acini pankreas berfungsi menghasilkan cairan pencernaan (enzim pencernaan). Bagian endokrin
sel-sel Islet Langerhans berfungsi menghasilkan hormon. Regulasi sekresi enzim pencernaan
pada usus halus bermula dari asam lambung yang menuju ke duodenum, selanjutnya
merangsang sekresi hormon sekretin oleh mukosa duodenal. Sekretin merangsang
1) Asini pankreas (bagian eksokrin) untuk mensekresikan cairan pankreas yang bersifat alkalis
(basa) untuk menetralkan asam lambung.
2) Pada saat yang sama chyme merangsang pelepasan hormon pankreosimin dari muksa
duodenum untuk mempengaruhi pankreas mensekrsikan enzim digesti.
Cairan pankreas mengandung enzim-enzim pencernaan berikut ini:
1) Protease pankreas terdiri atas trypsinogen, dan chemotrypsinogen
2) Amylase pankreas, untuk memecah amilum menjadi sakarida sederhana.
3) Lipase pankreas, untuk memecah lemak (setelah diemulsifikasikan oleh empedu) menjadi
asam lemak dan gliserol.
4) Bikarbonat (NaHO3).

8
G. Sistem Pencernaan Makanan
1. Sistem Pencernaan Pada Hewan Invertebrata
Sistem pencernaan pada hewan invertebrata umumnya dilakukan secara intrasel, seperti
pada protozoa, porifera, dan Coelenterata. Pencernaan dilakukan dalam alat khusus berupa
vakuola makanan, sel koanosit dan rongga gastrovaskuler. Pencernaan dilakukan dalam alat
khusus berupa vakuola makanan, sel koanosit dan rongga gastrovaskuler. Selanjutnya, pada
cacing parasit seperti pada cacing pita, alat pencernaannya belum sempurna dan tidak memiliki
mulut dan anus. Pencernaan dilakukan dengan cara absorbsi langsung melalui kulit. System
pencernaan secara intrasululer merupkan system pencernaaan yang terjadi secara aman di dalam
suatu kompratemen yang terbungkus oleh membran dimana vakuola makanan menyatu dengan
lisosom yang merupakan organel yang mengadung enzim hidrolitik sehingga makanan tercampur
dengan enzim. Sedangkan pencernaan secara ektraseluler adalah perombakan makanan di luar
sel. Pencernaan ekstraseluler terjadi di dalam kopartemen yang berhubungan, melalui saluran-
saluran, dengan bagian tubuh luar.

Pencernaan intraseluler pada


Paramecium

Pencernaan ekstra seluler pada Hidra

9
2. Sistem Pencernaan Makanan Pada Cacing Tanah
Sistem pencernaan makanan pada cacing tanah sudah sempurna. Cacing tanah memiliki alat-alat
pencernaan mulai dari mulut, kerongkongan, lambung, usus, dan anus. Proses pencernaan
dibantu oleh enzim – enzim yang dikeluarkan oleh getah pencernaan secara ekstrasel. Makanan
cacing tanah berupa daun- daunan serta sampah organik yang sudah lapuk. Cacing tanah dapat
mencerna senyawa organik tersebut menjadi molekul yang sederhana yang dapat diserap oleh
tubuhnya. Sisa pencernaan makanan dikeluarkan melalui anus.

3. Sistem Pencernaan Pada Serangga


Sebagaimana pada cacing tanah, serangga memiliki sistem pencernaan makanan yang sudah
sempurna, mulai dari mulut, kerongkongan, lambung, usus sampai anus. Pencernaan pada
serangga dilakukan secara ekstrasel. Sistem pencernaan serangga adalah sistem tertutup, dengan
satu tabung melingkar panjang tertutup yang disebut saluran pencernaan yang berjalan
memanjang melalui tubuh. Saluran pencernaan hanya memungkinkan makanan masuk ke mulut,
dan kemudian diproses saat bergerak menuju anus. Saluran pencernaan serangga bentuknya
seperti tabung, yang mungkin lurus atau berkelok, memanjang dari mulut sampai anus. Antara
stomodeumt dan mésenteron terdapat katup stomodeal atau katup kardiak (cardiac valve), yang
mengatur jalannya makanan antara usus depan dengan usus tengah, sedangkan di antara
mesenteron dan proktodeum terdapat katup proktodeal atau katup pilorik. Menurut (Jumar, 2000)
bahwa saluran makanan terdiri dari tiga bagian utama yaitu:
a. Saluran pencernaan depan atau Stomodeum

10
b. Saluran pencernaan tengah atau Mesenteren
c. Saluran pencernaan belakang atau Proktodeum Saluran pencernaan tersebut berasal dari
turunan yang berbeda, Stomodeum dan proktodeum berasal dari jaringan ectodermal dan
mesenteron berasal dari jaringan endodermal. Pada banyak serangga bagian-bagian utama
ini terbagi menjadi bagian lain dengan berbagai fungsi yaitu faring, esofagus. crop dan
proventrikulus pada saluran pencernaan bagian depan, ventrikulus pada bagian pencernaan
tengah. dan pirolus, ileum serta rektum pada pencernaan bagian belakang.

4. Sistem Pencernaan Pada Hewan vertebrata


Organ pencernaan pada hewan vertebrata meliputi saluran pencernaan (tractus digestivus)
dan kelenjar pencernaan (glandula digestoria). System pencernaan pada hewan vertebrata
umumnya terjadi secara ekstraseluler.
a. Sistem Pencernaan Pada Ikan
Saluran pencernaan pada ikan dimulai dari rongga mulut (cavum oris). Di dalam rongga
mulut terdapat gigi-gigi kecil yang berbentuk kerucut pada geraham bawah dan lidah yang
pendek terdapat pada dasar mulut, lidah itu tidak dapat digunakan seperti lidah pada hewan
lainnya karena tidak dapat digerakan serta banyak menghasilkan lendir, tetapi tidak
menghasilkan ludah (enzim). Dari rongga mulut makanan masuk ke esophagus melalui faring
yang terdapat di daerah sekitar insang. Esofagus berbentuk kerucut, pendek, terdapat di belakang
insang, dan bila tidak dilalui makanan lumennya menyempit. Dari kerongkongan makanan di
dorong masuk ke lambung, lambung pada umum-nya membesar, tidak jelas batasnya dengan
usus. Pada beberapa jenis ikan, terdapat tonjolan buntu untuk memperluas bidang penyerapan
makanan. Dari lambung, makanan masuk ke usus yang berupa pipa panjang berkelok-kelok dan
sama besarnya. Usus bermuara pada anus. Kelenjar pencernaan pada ikan, meliputi hati dan
pankreas. Hati merupakan kelenjar yang berukuran besar, berwarna merah kecoklatan, terletak di
bagian depan rongga badan dan mengelilingi usus, bentuknya tidak tegas, terbagi atas lobus
kanan dan lobus kiri, serta bagian yang menuju ke arah punggung. Fungsi hati menghasilkan
empedu yang disimpan dalam kantung empedu untuk membantu proses pencernaan lemak.
Kantung empedu berbentuk bulat, berwarna kehijauan terletak di sebelah kanan hati, dan
salurannya bermuara pada lambung. Kantung empedu berfungsi untuk menyimpan empedu dan
disalurkan ke usus bila diperlukan. Pankreas merupakan organ yangberukuran mikroskopik

11
sehingga sukar dikenali, fungsi pankreas, antara lain menghasilkan enzim – enzim pencernaan
dan hormon insulin.

b. Sistem Pencernaan Pada Amfibi


Sistem pencernaan makanan pada amfibi, hampir sama dengan ikan, meliputi
saluran pencernaan dan kelenjar pencernaan. salah satu binatang amphibi adalah katak.
Makanan katak berupa hewan-hewan kecil (serangga). Secara berturut-turut saluran
pencernaan pada katak meliputi:
1) rongga mulut: terdapat gigi berbentuk kerucut untuk memegang mangsa dan lidah
untuk menangkap mangsa,
2) esofagus; berupa saluran pendek,
3) ventrikulus (lambung), berbentuk kantung yang bila terisi makanan menjadi lebar.
Lambung katak dapat dibedakan menjadi 2, yaitu tempat masuknya esofagus dan
lubang keluar menuju usus,
4) intestinum (usus): dapat dibedakan atas usus halus dan usus tebal. Usus halus meliputi:
duodenum. jejenum, dan ileum, tetapi belum jelas batas-batasnya.
5) Usus tebal berakhir pada rektum dan menuju kloata, dan
6) kloaka: merupakan muara bersama antara saluran pencernaan makanan, saluran
reproduksi, dan urine.

12
Kelenjar pencernaan pada amfibi, terdiri atas hati dan pankreas. Hati berwarna merah
kecoklatan, terdiri atas lobus kanan yang terbagi lagi menjadi dua lobulus. Hati berfungsi
mengeluarkan empedu yang disimpan dalam kantung empedu yang berwarna kehijauan.
pankreas berwarna Kekuningan, melekat diantara lambung dan usus dua belas jari (duadenum).
Pancreas berfungsi menghasilkan enzim dan hormon yang bermuara pada duodenum.

c. Sistem Pencernaan Pada Reptil


Sebagaimana pada ikan dan amfibi, sistem pencernaan makanan pada reptil meliputi saluran
pencernaan dan kelenjar pencernaan. Reptil umumnya karnivora (pemakan daging). Secara
berturut-turut saluran pencernaan pada reptil meliputi:
1. rongga mulut: bagian rongga mulut disokong oleh rahang atas dan bawah, masingmasing
memiliki deretan gigi yang berbentuk kerucut, gigi menempel pada gusi dan sedikit
melengkung ke arah rongga mulut. Pada rongga mulut juga terdapat lidah yang melekat pada
tulang lidah dengan ujung bercabang dua.
2. esofagus (kerongkongan)
3. ventrikulus(lambung)
4. intestinum: terdiri atas usus halus dan usus tebal yang bermuara pada anus.
Kelenjar pencernaan pada reptil meliputi hati, kantung empedu, dan pankreas. Hati pada reptilia
memiliki dua lobus (gelambir) dan berwarna kemerahan. Kantung empedu terletak pada tepi
sebelah kanan hati. Pankreas berada di antara lambung dan duodenum, berbentuk pipih
kekuning-kuningan.

13
d. Sistem Pencernaan Pada Aves
Organ pencernaan pada burung terbagi atas saluran pencernaan dan kelenjar pencernaan.
Makanan burung bervariasi berupa biji-bijian, hewan kecil, dan buah-buahan. Saluran
pencernaan pada burung terdiri atas:paruh: merupakan modifikasi dari gigi
1) rongga mulut: terdiri atas rahang atas yang merupakan penghubung antara rongga mulut dan
tanduk,
2) faring: berupa saluran pendek, esofagus: pada burung terdapat pelebaran pada bagian ini
disebut tembolok, berperan sebagai tempat penyimpanan makanan yang dapat diisi dengan
cepat.
3) lambung terdiri atas:
 Proventrikulus (lambung kelenjar): banyak menghasilkan enzim pencernaan, dinding
ototnya tipis.
 Ventrikulus (lambung pengunyah/empedal): ototnya berdinding tebal. Pada burung
pemakan biji-bijian terdapat kerikil dan pasir yang tertelan bersama makanan yang
berguna untuk membantu pencernaan.
4) intestinum: terdiri atas usus halus dan usus tebal yang bermuara pada kloaka. Usus
halus pada burung terdiri dari duodenum, jejunum dan ileum. Kelenjar pencernaan
burung meliputi: hati, kantung empedu, dan pankreas. Pada burung merpati tidak
terdapat kantung empedu.

14
e) Sistem Pencernaan pada Hewan Mamah Biak (Ruminansia)
Hewan-hewan herbivora (pemakan rumput) seperti domba, sapi, kerbau disebut
sebagai hewan memamah biak (ruminansia). Sistem pencernaan makanan pada hewan ini
lebih panjang dan kompleks. Makanan hewan ini banyak mengandung selulosa yang sulit
dicerna oleh hewan pada umumnya sehingga sistem pencernaannya berbeda dengan
sistem pencernaan hewan lain. Perbedaan sistem pencernaan makanan pada hewan
ruminansia, tampak pada struktur gigi, yaitu terdapat geraham belakang (molar) yang
besar, berfungsi untuk mengunyah rerumputan yang sulit dicerna. Di samping itu, pada
hewan ruminansia terdapat modifikasi lambung yang dibedakan menjadi 4 bagian, yaitu:
rumen (perut besar), retikulum (perut jala), omasum (perut kitab), dan abomasums (perut
masam). Dengan ukuran yang bervariasi sesuai dengan umur dan makanan alamiahnya.
Kapasitas rumen 80%, retikulum 5%, omasum 7-8%, dan abomasums 7- 8'/o.Pembagian
ini terlihat dari bentuk gentingan pada saat otot spingter berkontraksi. Abomasum
merupakan lambung yang sesungguhnya pada hewan ruminansia.
Hewan herbivora, seperti kuda, kelinci, dan marmut tidak mempunyai struktur
lambung seperti halnya pada sapi untuk fermentasi selulosa. Proses fermentasi atau
pembusukan yang dilakukan oleh bakteri terjadi pada sekum yang banyak mengandung
bakteri. proses fermentasi pada sekum tidak seefektif fermentasi yang terjadi dilambung.
Akibatnya, kotoran kuda, kelinci, dan marmut lebih kasar karena pencernaan selulosa
hanya terjadi satu kali, yaitu pada sekum. Sedangkan pada sapi, proses pencernaan terjadi
dua kali, yaitu pada lambung dan sekum keduanya dilakukan oleh bakteri dan protozoa
tertentu. Adanya bakteri selulotik pada lambung hewan memamah biak merupakan bentuk
simbiosis mutualisme yang dapat menghasilkan vitamin B serta asam amino. Di samping

15
itu, bakteri ini dapat ,menghasilkan gas metana (CH4), sehingga dapat dipakai dalam
pembuatan biogas sebagai sumber energi altematif.

Perbedaan antara pencernaan pada hewan herbivore dan karnivora, antara lain:

Meskipun kedua mamalia ini hampir sama ukurannya, usus halus koala jauh lebih panjang. Suatu
adaptasi untuk meningkatkan pengolahan dan eukaliptus yang berserat dan kurang protein,
sumber hampir semua makanan dan air bagi koala. Pengunyahan secara ekstensif akan
mencincang daun-daun itu menjadi potongan-potongan kecil yang meningkatkan pemaparan
makanan ituke getah pencernaan. Sekum koala panjangnya sekitar 2 meter, merupakan yang
terpanjang di antara hewan-hewan yang berukuran sama, berfungsi sebagai ruangan fermentasi
di mana bakteri simbiotik mengubah daun-daun yang telah di jarang itu menjadi makanan yang
lebih bergizi. Panjang saluran penceraan coyote yang lebih pendek sudah cukup untuk mencerna
daging dan menyarap nutrein dari jenis makanan ini.

H. Metabolisme Sistem Pencernaan Makanan


1. Pencernaan Karbohidrat

16
Setelah makanan yang dihaluskan melalui empedal ke lengkukan duodenal maka getah
pankreatik dikeluarkan dari pankreas ke dalam lekukan duodenal. Pada waktu yang bersamaan,
garam empedu alkalis yang dihasilkan dalam hati dan disimpan dalam kantong empedu
dikeluarkan pula ke dalam lekukan duodenal. Garam empedu menetralisir keasaman isi usus di
daerah tersebut dan menghasilkan keadaan yang alkalis. Tiga macam enzim pencernaan
dikeluarkan ke dalam getah pankreas. Salah satu diantaranya adalah amilase yang memecah pati
kedalam disakharida dan gula-gula kompleks. Apabila makanan melalui usus kecil maka sukrase
dan enzim-enzim yang memecah gula lainnya yang dikeluarkan di daerah ini selanjutnya
menghidrolisis atau mencerna senyawa-senyawa gula ke dalam gula-gula sederhana, terutama
glukosa.
Gula-gula sederhana adalah hasil akhir dari pencernaan karbohidrat. Pati dan gula mudah
dicerna oleh unggas sedangkan pentosan dan serat kasar sulit dicerna. Saluran pencernaan pada
unggas adalah sedemikian pendeknya dan perjalanan makanan yang melalui saluran tersebut
begitu cepatnya sehingga jasad renik mempunyai waktu sedikit untuk mengerjakan karbohidrat
yang kompleks.
2. Pencernaan Lemak
Garam-garam empedu hati mengemulsikan lemak dalam lekukan duodenal. Lemak
berbentuk emulsi tersebut kemudian dipecah ke dalam asam lemak dan giserol oleh enzim lipase,
suatu hasil getah pankreas. Zat-zat tersebut merupakan hasil akhir pencernaan lemak.
3. Pencernaan Protein
Pada waktu bahan makanan dihaluskan dan dicampur di dalam empedal, campuranpepsin
hidrokhlorik memecah sebagian protein ke dalam bagian- bagian yang lebih sederhana seperti
proteosa dan pepton. Pada saat lemak dan karbohidrat dicerna dalam lekukan duodenal maka
tripsin getah pankreas memecah sebagian proteosa dan pepton ke dalam hasil-hasil yang lebih
sederhana, yaitu asam-asam amino. Erepsin yang dikeluarkan ke dalam usus halus melengkapi
pencernaan hasil pemecahan protein ke dalam asam-asam amino. Zat-zat tersebut merupakan
hasil akhir pencernaan protein.
5. Pencernaan Zat-zat Mineral dan Vitamin
Zat-zat mineral dalam saluran pencernaan dilarutkan, bukan dicerna. Sebagian besar zat
mineral tersebut berubah dari bentuk padat ke bentuk cair di dalam empedal. Kulit kerang dan

17
grit misalnya dilarutkan di bagian tersebut. Pencernaan dan metabolisme vitamin dalam tubuh
belum banyak dapat diketahui.
Karoten, “prekursor” vitamin A, dirubah ke dalam vitamin A dalam tubuhnya dapat
membantu vitamin C dari bagian-bagian makanan yang ditelan, Kholesterol dalam tubuh dirubah
ke dalam vitamin D karena penyinaran sinar matahari atau sinar ultraviolet.
6. Penyerapan dan Assimilasi
Zat-zat makanan yang dicerna masuk melalui dinding-dinding usus ke dalam peredaran
darah. Sebagian besar penyerapan sangat dipertinggi dengan adanya villi yang tidak terhitung
jumlahnya. Zat-zat makanan yang tercerna dalam bentuk gula sederhana, asam-asam amino dan
zatzat mineral yang larut, masuk melalui permukaan dinding usus kedalam kapiler-kapiler darah.
Cara bagaimana zat-zat tersebut masuk melalui dinding usus belum banyak diketahui. Lemak
yang dicerna masuk melalui dinding usus ke dalam cairan yang menyerupai susu sistema
limfatik. Di sini zat-zat tersebut membentuk lemak netral. Lemak dalam limfa lebih banyak
merupakan lemak tubuh daripada sebagai lemak yang diperoleh dari bahan makanan. Lemak
bergerak bersama-sama limfa dan memasuki aliran darah vena dekat jantung.
7. Pengangkutan Zat-zat Makanan
Zat-zat makanan yang telah dicerna setelah masuk ke peredaran darah melalui
kapilerkapiler dalam dinding usus dikumpulkan di dalam vena porta. Vena porta tersebut
mengangkut darah dan zat-zat makanan yang telah diserap ke hati dalam perjalanannya ke
jantung.
Setelah makanan yang dicerna masuk melalui kapiler-kapiler hati, sebagian besar glukosa
dirubah kedalam glikogen untuk disimpan di dalam hati dan otot. Sebagian asam-asam amino
dan hasil-hasil zat yang mengandung nitrogen dan metabolism jaringan mengalami deaminasi
pada waktu zat-zat tersebut melalui hati. Bagian-bagian karbohidrat dapat digunakan untuk panas
dan kegunaan-kegunaan energi dan bagian zat yang mengandung nitrogen diangkut ke ginjal
untuk disingkirkan. Hati memindahkan pula sebagian lemak dan aliran darah untuk disimpan.
Hal tersebut dapat dilihat pada hati yang berwarna pucat kekuning-kuningan dari ayam yang
gemuk dan anak ayam yang baru menetas. Kotoran-kotoran yang terserap dan saluran
pencernaan ke dalam peredaran darah diambil oleh sel-sel hati pada waktu darah masuk melalui
kapilerkapiler hati. Bila racun ikut terserap maka konsentrasi racun yang tinggi tersebut biasanya
terdapat pada hati.

18
Darah yang membawa zat-zat makanan yang telah dicerna meninggalkan hati dengan
perantaraan vena hepatika menuju ke jantung. Darah tersebut melanjutkan perjalanannya dari
jantung ke paru-paru untuk melepaskan karbondioksida dan air dan mengambil oksigen. Darah
kembali dari paru- paru ke jantung untuk kemudian dialirkan melalui arteri-arteri ke seluruh
jaringan tubuh.
Zat-zat makanan yang telah dicerna mengalir ke kapiler-kapiler ke limfa yang membasahi
sel-sel jaringan. Limfa berguna sebagai medium pertukaran antara kapiler-kapiler dan sel-sel
jaringan. Limfa tersebut memgangkut makanan yang telah dicerna ke sel dan mengangkut sisa-
sisa makanan dari sel.

I. Cara Hewan Memperoleh Makanan


Sebagian besar hewan memakan organisme lain, mati atau hidup, utuh atau secara
sepotong-sepotong. Yang merupakan pengecualian adalah hewan parasitik tertentu, seperti
cacing pita, yang menyerap molekul organik melalui permukaan tubuhnya. Secara umum, hewan
digolongkan ke dalam salah satu dari tiga kategori berdasarkan makanannya. Herbivora,
termasuk gorila, sapi, kelinci, dan banyak keong memakan organisme autotrof (tumbuhan, alga
atau ganggang). Karnivora, seperti hiu, burung elang, laba-laba, dan ular memakan hewan lain.
Omnivora secara reguler mengonsumsi hewan dan juga tumbuhan atau alga. Hewan omnivora
meliputi kecoak, burung gagak, rakun, dan manusia yang berkembang sebagai pemburu,
pemakan bangkai dan pengumpul makanan.
Istilah herbivora, karnivora dan omnivora menggambarkan jenis makanan yang umum
dimakan oleh seekor hewan dan adaptasi yang memungkinkan mereka untuk mendapatkan dan
mengolah makanan tersebut. Akan tetapi, sebagian besar hewan adalah oportunistik, yang
memakan makanan yang berada di luar kategori makanan utamanya ketika makanan ini tersedia.
Sebagai contoh, sapi dan rusa yang termasuk ke dalam kelompok herbivora kadang-kadang bisa
memakan hewan kecil atau telur burung bersama-sama dengan rumput dan tumbuhan lain.
Sebagian besar karnivora mendapatkan beberapa nutrien dari bahan tumbuhan yang masih
berada dalam saluran pencernaan mangsa yang mereka makan. Semua hewan juga
mengkonsumsi beberapa bakteri bersama-sama dengan jenis makanan lain (Campbell dkk,
2004).

19
Hewan memerlukan senyawa organik seperti karbohidrat, lipid, dan protein sebagai
sumber energi untuk menyelenggarakan berbagai aktivitasnnya. Namun, kemampuannya untuk
menyintesis senyawa organik sangat terbatas. Oleh karena itu, hewan berusaha memenuhi semua
kebutuhannya dari tumbuhan dan hewan lain. Organisme yang demikian dinamakan organisme
heterotrof. Ada juga hewan yang dapat menyintesis sendiri berbagai senyawa organik esensial,
contohnya Euglena. Meskipun demikian, Euglena juga memerlukan vitamin (faktor
pertumbuhan) yang tidak dapat disintesis sendiri sehingga organisme tersebut tetap memerlukan
senyawa organik dari sumber lain. Berdasarkan alasan tersebut, Euglena disebut organisme
mesotrof.
Cara makan dan jenis makanan hewan sangat bervariasi, tergantung pada susunan alat yang
dimiliki serta kemampuannya untuk mempersiapkan makanan agar dapat diserap. Hewan
primitif yang belum memiliki alat pencernaan makanan khusus seperti protozoa, parasit
(endoparasit), dan cacing pita memerlukan makanan berupa zat organik terlarut. Hewan-hewan
tersebut mengambil makanan melalui penyerapan atau pinositosis. “alat pencernaan makanan”
yang dimiliki biasanya berupa vakuola makanan. Hewan yang hidup menetap seperti hidra dan
Coelenterata mendapatkan makanandengan menjerat (trapping method). Alat yang penting untuk
mendukung metode tersebut adalah knidoblas atau nematosit yang biasanya dilengkapi dengan
racun untuk menjerat mangsanya.
Beberapa hewan yang aktif seperti burung petrel, burung flamingo, ikan hering, kepopoda,
dan ikan hiu balen mencari makanan dengan cara menyaring (filter feeding). Menyaring untuk
memperoleh makanan juga dilakukan oleh hewan yang menetap seperti Bivalvia. Filter feeding
merupakan variasi dari cara menyaring dan menjerat (trapping).
Filter feeder tidak memilih makanannya sehingga disebut non selective feeder. Hewan
seperti ini tanggap terhadap senyawa kimia atau rangsang tertentu. Mekanisme menyaring dapat
diaktifkan atau dihentikan, tergantung pada kondisi yang ada, mereka anggap berbahaya atau
tidak.
Hewan yang lain mungkin mampu memilih makanan yang diperlukan sehingga mereka
disebut selective feeder. Pada umumnya, hewan semacam ini mendapatkan makanan dengan cara
menangkap atau memangsa. Hewan-hewan yang demikian memiliki berbagai cara untuk
menangkap mangsa dan dapat menggunakan bahan makanan secara efektif atau mengambil sari
makanan dari hewan/tumbuhan.

20
Annelida, echinodermata, dan hemikordata akan menyerap bahan yang diperlukannya dan
membuang bahan yang tidak diperlukannya. Selanjutnya, bahan makanan yang terkumpul akan
dihancurkan secara mekanik, apabila hewan memiliki organ pencernanya. Apabila organ
pencerna tidak dimiliki, bahan
makanan tersebut langsung dicerna secara kimia. metode yang digunakan oleh berbagai
hewan untuk memperoleh makanan makanan dapat dilihat pada Tabel 1.
Tabel 1. Metode untuk memperoleh makanan yang digunakan oleh
berbagai macam hewan, dikelompokkan berdasarkan sifat
makanannya.
Tipe Makanan Metode Makan Hewan yang Menggunakan Metode
Tersebut
Partikel kecil Pembentukan vakuola makanan Amoeba dan Radiolaria
Menggunakan silia Spons, Bivalvia, Kecebong
Membentuk lendir penjerat Ciliata, Gastropoda, Tunikata
Menggunakan tentakel Mentimun Laut
Menggunakan seta, menyaring Crustacea kecil (misal Daphnia),
ikan hering, ikan paus balen, burung
flamingo, dan burung petrel
Partikel/Massa Menelan massa inaktif Cacing tanah (detritus feeder)
makanan besar Mengerat, mengunyah, melubangi Landak laut, siput, insekta,
Menangkap dan menelan mangsa invertebrata
Cairan atau Mengisap getah tumbuhan, nektar Coelentereta, ikan, burung,
jaringan lunak kelelawar
Mengisap darah Aphidae, lebah, dan burung
Mengisap susu atau sekret mirip penghidap nektar
susu Lintah, insekta, kelelawar “vampire”
Pencernaan eksternal Mamalia muda, burung muda
Penyerapan melalui permukaan Laba-laba
tubuh Parasit, cacing pita
Bahan organik Mengambil makanan dari cairan Invertebrata akuatik
terlarut
Nutrien hasil Kerja dari alga simbiotik Paramaecium, spons, binatang
simbiosis intraseluler karang, hidra, cacing pipih dan remis

Menurut Campbell dkk (2004) adaptasi pengambilan makanan beranekaragam telah


dievolusikan oleh hewan. Mekanisme hewan menelan makanan sangat beragam, tetapi semuanya
digolongkan ke dalam empat kelompok utama. Banyak diantara hewan akuatik adalah pemakan
21
suspensi (suspension feeder) yang menyaring partikel makanan kecil dari air. Remis dan tiram,
misalnya, menggunakan insangnya untuk menjerat potongan-potongan kecil yang kemudian
disapu bersama-sama dengan suatu lapisan tipis mukus ke mulut oleh silia yang berdenyut atau
bergerak. Paus baleen, hewan terbesar diantara semua hewan yang pernah hidup, adalah juga
pemakan suspensi. Mereka berenang dengan mulut ternganga, yang menapis jutaan hewan kecil
dari volume air yang begitu besar yang dipaksa masuk melalui lempengan serupa saringan yang
bertaut dengan dengan rahangnya.
Pemakan substrat (substrate-feeder) hidup dalam atau pada makanannya. Hewan jenis ini
makan sambil menggali saluran membuat jalan di dalam makanannya. Contohnya adalah
penggali daun, yang merupakan larva berbagai serangga yang membuat terowongan melalui
bagian dalam daun. Cacing tanah, adalah juga pemakan substrat, atau lebih spesifik pemakan
deposit (deposite- feeder). Memakan sambil membuat jalannya melalui kotoran, cacing tanah
menyelamatkan bahan organik yang telah busuk sebagian, yang dikonsumsi bersama-sama
dengan tanah.
Pemakan cairan (fluid-feeder) memperoleh makanannya dengan cara menyedot cairan yang
kaya nutrien dari inang hidup. Nyamuk dan lintah menyedot darah dari hewan. Aphid
menampung getah floem tumbuhan. Karena hewan pemakan cairan ini membahayakan inangnya
maka mereka dianggap sebagai parasit. Sebaliknya, burung kolibri dan lebah menguntungkan
tumbuhan inangnya dengan memindahkan serbuk sari ketika mereka berpindah dari satu bunga
ke bunga lain untuk mencari nektar.
Sebagian besar hewan adalah pemakan potongan besar (bulk-feeder) yang memakan
potongan makanan dalam ukuran yang relatif besar. Adaptasinya berupa anggota tubuh seperti
tentakel, sepit, kuku, gigi taring beracun, dan rahang dan geligi yang membunuh mangsanya atau
memotong-motong daging atau vegetasi.
Bagaimana pun cara yang dilakukan hewan untuk memperoleh makanan, hal tersebut harus
didukung oleh alat yang memadai, yaitu alat/organ pencernaan makanan khusus. Organ/sistem
pencernaan hewan melaksanakan empat macam fungsi, yaitu memasukkan makanan ke dalam
tubuh (ingesti), mengubah bahan makanan yang kompleks menjadi sederhana (pencernaan),
menyerap hasil pencernaan serta membawanya ke dalam darah (penyerapan), dan mengeluarkan
sisa makanan yang tidak tercerna ataupun yang tidak diserap oleh tubuh (ekskresi). Bahan

22
makanan yang tercerna dan terserap digunakan oleh sel tubuh sebagai sumber energi dan bahan
pembangun tubuh

J. Gangguan Pada Sistem Pencernaan


1. DIARE
Pergerakan cepat dari materi tinja sepanjang usus besar
Penyebab: Bakteri kolera (Toksin kolera) dan Bakteri Bacillus
2. PANKREASITIS
Peradangan pankreas
Penyebab: Alkohol dan Terhambatnya tonjolan vateri oleh batu empedu
3. GASTRITIS
Peradangan mukosa lambung
 Jarang menyebabkan gejala-gejala yang serius
 Masih belum diketahui penyebab terjadinya penyakit ini

23
RESUME MATERI BAB 2
SISTEM OTOT DAN PERGERAKAN
A. Sistem Gerak
Gerak merupakan salah satu bentuk reaksi terhadap rangsangan. Gerak pada tumbuhan
dan hewan berbeda karena tumbuhan tidak mempunyai alat khusus untuk bergerak, sedangkan
hewan umumnya mempunyai alat. Mikroorganisme bergerak dengan cara tertentu. Dalam
kehidupan, ada beberapa bagian yang dapat membantu organ satu dengan organ yang lainnya,
contohnya saja otot. Otot dapat melekat di tulang yang berfungsi untuk bergerak aktif. Selain
itu otot merupakan jaringan pada tubuh hewan yang bercirikan mampu berkontraksi, aktivitas
biasanya dipengarui oleh saraf. Unit dasar dari seluruh jenis otot adalah miofibril yaitu struktur
filamen yang berukuran sangat kecil tersusun dari protein kompleks, yaitu filamen aktin dan
miosin. Pada saat berkonstraksi, filamen-filamen tersebut saling bertautan yang mendapatkan
energi dari mitokondria sekitar miofibril.
Terdapat pula macam-macam otot yang berbeda pada vertebrata yang pertama adalah otot
jantung, yaitu otot yang menyusun dinding jantung. Otot polos terdapat pada dinding semua
organ tubuh yang berlubang (kecuali 4 jantung). Konstraksi otot polos yang umunya tidak
terkendali, memperkecil ukuran struktur-struktur yang berlubang. Pada saat otor berkonstraksi,
filamen- filamen tersebut saling bertautan yang mendapatkan energi dari mitokondria di sekitar
miofibril. Oleh karena itu, banyak jenis otot terdiri dari otot lurik, otot jantung, dan otot rangka.
Ketiganya mempunyai fungsi dan tujuan yang berbeda pula.
B. Otot
Otot adalah jaringan yang paling banyak terdapat pada sebagian besar hewan, dan
kontraksi otot merupakan bagian besar dari kerja seluler yang memerlukan energi dalam suatu
hewan yang aktif. Unit dasar dari seluruh jenis otot adalah miofibril yaitu struktur filamen yang
berukuran sangat kecil yang tersusun dari protein kompleks, yaitu filamen aktin dan miosin.
Pada saat berkontraksi, filamen-filamen tersebut saling bertautan yang mendapatkan energi dari
mitokondria di sekitar miofibil. Dalam garis besarnya sel otot dapat dibagi menjadi 3 (tiga)
golongan yaitu:
1. Otot Polos (Smooth muscle)
Otot polos (smooth muscle) dinamai demikian karena otot ini tidak memiliki penampakan
berlurik, ditemukan dalam dinding saluran pencernaan, kandung kemih, arteri, dan organ internal

24
lainnya. Sel-sel itu berbentuk gelendong, otot polos berkontraksi lebih lambat dibandingkan
dengan otot rangka tetapi dapat berkontraksi dalam jangka waktu yang lebih lama. Dikontrol
oleh jenis saraf yang berbeda dari saraf yang mengontrol otot rangka, otot polos bertanggung
jawab atas aktivitas tubuh tidak sadar, seperti gerakan lambung atau penyempitan arteri
(Campbell, Neil A. 2003).
Otot polos terdiri dari sel-sel otot polos. Sel otot ini bentuknya seperti gelendongan,
dibagian tengan terbesar dan kedua ujungnya meruncing. Otot polos memilki serat yang arahnya
searah panjang sel tersebut miofibril. Serat miofilamen dan masing-masing mifilamen teridri dari
protein otot yaitu aktin dan miosin. Otot polos bergerak secara teratur, dan tidak cepat lelahg.
Walaupun tidur. Otot masih mampu bekerja.
Otot polos terdapat pada alat-alat dinding tubuh dalam, misalnya pada dinding usus,
dinding pembuluh darah, pembuluh limfe, dinding saluran pencernaan, takea, cabang tenggorok,
pada muskulus siliaris mata, otot polos dalam kulit, saluran kelamin dan saluran ekskresi
(Ville,1984).

Ciri-ciri Otot Polos:


2. Bentuk: Gelendong
3. Satu sel inti di tengah
4. Tidak ada garis-garis melintang
5. Aktivitas lambat, geraknya beruntun
6. Berkontraksi dalam waktu lama
7. Dikontrol oleh saraf tidak sadar dan sebagai otot tidak sadar
Cara kerja otot polos: Bila otot polos berkontraksi, maka bagian tengahnya membesar dan
otot menjadi pendek. Kerutan itu terjadi lambat, bila otot itu mendapat suatu rangsang, maka

25
reaksi terhadap berasal dari susunan saraf tak sadar (otot involunter), oleh karena itu otot polos
tidak berada di bawah kehendak. Jadi bekerja di luar kesadaran kita.
2. Otot Rangka (Skeletal muscle)
Sel-sel otot lurik berbentuk silindris atau seperti tabung dan berinti banyak, letaknya di
pinggir, panjangnya 2,5 cm dan diameternya 50 mikron. Sel otot lurik ujungnya sel nya tidak
menunjukkan batas yang jelas dan miofibril tidak homogen akibatnya tampak serat-serat
lintang. Otot lurik di bedakan menjadi 3 macam, yaitu : otot rangka, otot lurik, dan otot lingkar.
Otot-otot rangka mempunyai hubungan dengan tulang dan berfungsi menggerakkan tulang.
Otot ini bila di lihat di bawah mikroskop, maka tampak susunannya serabut-serabut panjang
yang mengandung banyak inti sel, dan tampak adanya garis-garis terang di selingi gelap yang
melintang (Ville,1984).
Otot-otot kulit seperti yang terdapat pada roman muka termasuk otot-otot lurik berada di
bawah kehendak kita. Perlekatannya pda tulang dan kulit, tetapi ada juga terdapat dalam kulit
seluruhnya. Otot-otot yang merupakan lingkaran di sebuah otot lingkaran, misalnya otot yang
mengelilingi mulut dan mata.

Ciri-ciri Otot Rangka atau Otot Lurik:


 Melekat pada rangka
 Bekerja secara sadar atas perintah otak
 Ada garis-garis gelap dan terang yang melintang
 Multinuklei
Cara kerja otot lurik: Bila otot lurik berkontraksi, maka menjadi pendek dan setiap serabut
turut dengan berkontraksi. Otot-otot jeis ini hanya berkontraksi jika di rangsangan oleh
rangsangan daraf sadar (otot valunter). Kerja otot lurik adalah bersifat sadar, karena itu disebut
otot sadar, artinya bekerja menurut kemauan, karena itu di sebut otot sadar, artinya bekerja

26
menurut kemauan atau perintah otak. Reaksi kerja otot lurik terhadap perangsang cepat tapi
tidak tahan kelelahan.
3. Otot Jantung (Cardiac Muscle)
Otot Jantung (cardiac muscle) membentuk dinding kontraktil jantung. Otot ini tampak
lurik seperti otot rangka akan tetapi sel otot jantung bercabang dan ujung sel-sel tersebut
dihubungkan dengan cakram berinterkalar yang merelai sinyal dari satu sel ke sel lain dalam
waktu satu denyutan jantung (Campbell, Neil A. 2003).
Otot jantung merupakan otot “istimewa”. Otot ini bentuknya seperti otot lurik
perbedaanya ialah bahwa serabutnya bercabang dan bersambung satu sama lain. Berciri merah
khas dan tidak dapat dikendalikan kemauan. Kontraksi tidak di pengaruhi saraf, fungsi saraf
hanya untuk percepat atau memperlambat kontraksi karena itu disebut otot tak sadar. Otot
jantung di temukan hanya pada jangtung (kor), mempunyai kemampuan khusus untuk
mengadakan kontraksi otomatis dan gerakan tanpa tergantung pada ada tidaknya rangsangan
saraf. Cara kerja otot jantung ini disebut miogenik yang membedakannya dengan neurogonik

Ciri-ciri Jantung:
 Letak: Dinding jantung dan vena kava
 Bentuk: Seperti otot rangka, seperti anyaman
 Percabangan sel otot jantung terdapat jaringan ikat = Diskus interkalaris.
 Berkontraksi secara ritmis dan terus menerus
 Dikendalikan oleh saraf tidak sadar (otonom)
 Satu inti sel di tengah sel.

C. Mekanisme Sistem Gerak Hewan Vertebrata dan Ivertebrata


1. Sistem gerak Invertebrate
a. Filum Platyhelminthes

27
Hewan yang termasuk filum platyhelminthes memiliki badan yang pipih dan tubuh yang
melebar dan meluas. Platyhelminthes dapat bergerak dengan cara meregangkan otot-otot tubuh.
Contohnya adalah cacing pipih.

b. Filum Echinodermata
Hewan yang termasuk filum echinodermata memiliki kulit yang berduri dan memiliki alat
gerak yang menggunakan tentakel (organ tubuh yang dapat memanjang dan bergerak fleksibel).
Contohnya adalah landak laut, teripang, dan bintang laut.

c. Filum Molusca
Hewan yang termasuk filum molusca memiliki tubuh yang sangat lunak dan memiliki
cabang pada bagian atas tubuhnya, yang berfungsi sebagai pelindung tubuh bagian luar. Hewan
molusca terbagi menjadi beberapa kelas, yaitu
 Gastropoda bergerak menggunakan kaki dan perutnya, contohnya adalah
siput
 Cepalophoda bergerak dengan menggunakan kaki dan kepalanya,
contohnya adalah cumi-cumi dan gurita
 Pelicipoda bergerak dengan menggunakan kaki pipihnya, contohnya adalah scaphopoda.

28
d. Filum Arthropoda
Hewan yang termasuk filum arthropoda mempunyai ruas dan tubuh yang berdegmen,
hewan ini bergerak menggunakan kaki yang berada pada ruas-ruas tubuh mereka, contohnya
adalah kupu-kupu, kepiting, dan lain-lain.

e. Filum Annelida
Hewan yang termasuk filum annelida memiliki sistem gerak hewan invertebrata jenis
vermes atau bangsa cacing. Hewan ini bergerak dengan melakukan peregangan pada otot-otot
yang ada pada tubuh mereka. Contohnya adalah cacing tanah dan lintah.

f. Filum Coelenterata
Hewan yang termasuk filum coelenterata memiliki tubuh yang berlubang dan
menyemburkan racun kepada mangsa/makanannya. Hewan ini tidak memiliki sistem gerak.
Contohnya adalah ubur-ubur dan anemone laut.

29
g. Filum Protozoa
Hewan yang termasuk filum protozoa adalah hewan yang hidup di air dan hanya memiliki
satu sel saja. Protozoa terbagi kedalam beberapa kelas, diantaranya adalah
 Kelas Rhizopoda bergerak dengan cara menggunakan kaki semu
 Kelas plagel bergerak dengan cara menggunakan bulu
 Kealas cilliata bergerak dengan cara menggunakan rambut getar
 Kelas sporozoa bergerak dengan cara menggerakkan seluruh tubuh

2. Mekanisme gerakan invertebrata


a. Mekanisme gerak amoeboid
Gerak amoeboid tampak sangat berbeda dengan gerak pada otot pada hewan-hewan bersel
banyak atau multiseluler sangat tinggi. Gerak amoeboid seperti yang tampak pada amoeba,
dilakukan oleh apa yang disebut dengan pseudopodia (kaki semu). Pada saat seekor amoeba
bergerak akan terbentuk beberapa kaki semu, namun hanya saat yang dominan, dan amoeba akan
bergerak sesuai dengan arah gerakan pseudopodia yang dominan tersebut. Sitoplasma pada
amoeba dapat dibedakan menjadi ektoplasma dibagian tepi yang nampak jernih tidak bergranula
dan endoplasma di bagian tengah bergranula.

Bila amoeba bergerak, plasmasol dibagian tengah akan mengalir ke arah gerakan dari
pseudopodium dominan amoeba, dan bila sudah sampai di ujung pseudopodium dominan,

30
sebagian plasmasol akan membelok ke arah sisi kanan dan kiri sedangkan sisanya akan
bergerak ke arah depan, sehingga akan nampak seperti gerak air mancur. Bagian plasmasol
yang bergerak ke arah kiri dan kanan berubah menjadi plasmagel, dan sebagian meneruskan
geraknya ke arah ujung pseudopodium membentuk tudung hialin (jernih/transparan). Gerak
plasmasol akan terus berlangsung, hal ini disebabkan dibagian “posterior” sel akan terus
menjadi perubahan dari plasmagel menjadi plasmasol yang disebut sebagai zona pengumpulan.
Pseudopodium dominan akan berhenti bergerak apabila pada ujung depan pseudopodium
tersebut terbentuk plasmagel, dna gerak akan berubah arah sesuai dengan pembentukan
pseudopodium dominan dibagian sisi yang lain. Amoeba bergerak dengan kaki semu
(pseupodia). Kaki semu terbentuk melalui penjuluran dan pemendekan sitoplasma, sehingga
amoeba dapat berpindah tempat dan memakan makanan. Perubahan sitoplasma tersebut karena
adanya perubahan kekentalan sitoplasma. Saat bergerak plasmasol bergerak ke arah gerakan
pseupodium dominan (kaki dominan).
b. Mekanisme gerak ciliaris
Otot–otot siliaris berfungsi untuk menyesuaikan bentuk lensa sehingga memfokuskan
mata. Melakat pada zonules dari zinn, yang ada pada gilirannya melekat pada lensa. Kontraksi
otot–otot siliaris mengendurkan zonules sehingga mereka tidak menarik begitu banyak pada
lensa. Lensa menjadi bulat, dan mata bisa memfokuskan pada objek di dekatnya. Ketika otot-
otot siliaris rileks, para zonula menarik tepi lensa sehingga mereka menjadi datar dan tipis
untuk penglihatan jauh.
Menurut teori Hermann Von Helmholtz, serat-serat otot siliaris melingkar mempengaruhi
serat zonula pada mata (serat yang menahan lensa dalam posisi selama akomodasi),
memungkinkan perubahan bentuk lensa untuk memfokuskan cahaya. Ketika otot siliaris
berkontraksi, itu menarik diri ke depan dan menggerakkan wilayah frontal terhadap sumbu
mata. Ini melepaskan ketegangan pada lensa yang disebabkan oleh serat zonula (serat yang
memegang atau meratakan lensa).
Pelepasan ketegangan dari serat zonula menyebabkan lensa menjadi lebih bulat,
beradaptasi dengan fokus jarak dekat. Sebaliknya, relaksasi otot siliaris menyebabkan serat
zonula menjadi kencang, meratakan lensa, meningkatkan jarak fokus, meningkatkan fokus jarak
jauh. Meskipun teori Helmholtz telah diterima secara luas sejak tahun 1855, mekanisme yang
masih tetap kontroversial.

31
Badan siliaris adalah suatu penebalan dibagian anterior, lapisan koroid yang mengandung
pembuluh darah dan otot siliaris. Otot melekar pada ligamen suspensorik (tempat perlekatan
lenda). Otot ini penting dalam akomodasi penglihatan atau kemampuan untuk mengubah focus
dari objek berjarak jauh ke objek berjarak dekat di depan mata. Badan siliaris juga
menghasilkan humor aqueous.
Silia bergerak ke depan dengan cepat dan tiba-tiba berbelok tajam pada tempat
penonjolannya dari permukaan sel, sehingga menyebabkan terdorongnya cairan yang ada di
dekat sel tersebut searah gerakan silia. Setelahnya silia akan bergerak ke belakang dengan
perlahan namun tidak berpengaruh terhadap cairan tersebut. Karena gerakan tersebut dilakukan
berkali-kali, cairan pun akan terdorong secara terus-menerus searah dengan gerakan ke depan
tadi.

c. Mekanisme sistem gerak flagella


Pergerakan sel flagella mendorong sel dengan putaran melingkar searah sumbu
panjangnya, seperti baling-baling. Putaran flagela dikuatkan oleh arus listrik. Fungsi flagela
dibangun oleh respon kemotaktik, menunjukkan suatu sistem regulasi sensori umpan balik.
Flagela ganda memutar berlawanan dengan arah jarum jam untuk membentuk suatu berkas
yang terkoordinir dan efek pergerakan sel umumnya ke arah nutrisi (kemotaksis positif).
Pengaruh adanya senyawa yang tidak diinginkan, menyebabkan koordinasi menjadi hilang,
berkas flagella mengalami kekacauan, dan sel berputar dan cenderung menjauhi senyawa
tersebut. Koordinasi fungsi flagella melibatkan kemoreseptor, yang disebut “protein pengikat
periplasmik” yang berinteraksi dalam transpor membran. Koordinasi pergerakan flagella juga
melibatkan proses metilasi suatu protein 11 membran plasma spesifik. Adanya kemoatraktan,
proses metilasi protein tersebut meningkat, sebaliknya dengan adanya racun/senyawa yang
tidak diinginkan, proses metilasi menurun. Transpor interflagella melibatkan sub unit

32
aksonemal, reseptor transmembran, dan protein- protein lain yang bergerak sepanjang flagella,
yaitu melakukan gerakan motil atau spontan dan juga transduksi sinyal.
3. Mekanisme Vertebrata
a. Sistem gerak pada pisces

Pisces memiliki rangka pada otot tubuh kanan dan kirinya, sehingga pisces dapat meliuk-
liukkan tubuhnya atau ekornya bergerak maju ke depan, contohnya hewan jenis ikan. Fungsi
alat gerak pada pisces yaitu memudahkan tubuhnya bergerak di dalam air, ekor dan sirip yang
lebar berfungsi sebagai pendorong gerak, sirip tambahan difungsikan menjaga keseimbangan,
gelembung renang berfungsi mengatur gerakan kearah atas/vertikal dan susunan otot dan tulang
belakang yang fleksibel berfungsi mendorong ekor ikan melawan gerakan air. Ikan
menggunakan sisik dan siripnya untuk bergerak, ikan mensekresikan lendir menjadi licin dan
dapat meminimalkan gesekan dengan air. Pada saat ikan bergerak didalam air, terdapat
gelembung- gelembung udara yang naik ke permukaan air. Maksud dan tujuannya ikan
melakukan ini yaitu agar ikan memudahkan mengatur saat ikan ingin naik ke permukaan air
atau saat menyelam ke dasar sungai atau laut. Selain itu, bentuk rangka tulang ikan dan otot-otot
ikan yang praktis dan efisien sangat berguna saat ikan ingin bergerak ke depan dengan lincah.
b. Sistem gerak pada Aves

Setiap burung memiliki cara terbang yang berbeda antara yang satu dengan yang lain.
Burung – burung dapat terbang karena bentuk tubuhnya memiliki gaya angkat yang lebih besar,
sehingga dapat melepaskan dari dari pengaruh gaya gravitasi bumi. Bentuk sayap burung

33
memiliki susunan rangka yang kuat namun ringan. Selain itu burung juga diperkuat oleh tulang
dada dan otot – otot yang solid dan kekar saat menahan terpaan angin yang kencang pada waktu
sedang terbang di udara. Kontruksinya tulang sayap yang kuat dan ringan memberikan gaya
angkat yang cukup besar bagi burung saat akan terbang.Bentuk sayap burung seperti airfoil.
Bentuk ini menyebabkan udara yang mengalir di bawah sayap burung mengalir lebih lambat
daripada udara yang mengalir di atas sayap burung. Pada waktu burung akan terbang yaitu
dengan mengepakkan sayapnya, maka udara akan mengalir ke bagian bawah yang
menghasilkan gaya angkat sehingga burung dapat terangkat ke udara atau terbang.

c. Sistem gerak Amphibi

Kontruksi tulang katak yaitu terdiri dari tulang badan, tulang anggota gerak dan tulang
tengkorak (tulang kepala). Amfibi memiliki sendi baik itu di lutut, bahu, siku, pinggul,
pergelangan kaki dan tangan. Sendi ini memudahkan hewan amfibi seperti katak untuk
melompat.Selain itu bentuk tulang kepala katak berukuran kecil dan hanya memiliki sedikit
tulang. Hal ini menyebabkan tulang kepala katak sangat ringan namun kuat. Selain itu postur
badan katak juga ditopang oleh tulang belakang yang dapat menahan berat tubuh bagian
belakang dan bagian depan katak. Katak memiki kaki yang sangat panjang dan otot-otot yang
kekar dan solid. Agar katak mudah saat berenang, kaki katak memiliki selaput renang. Selaput
renang ini sangat berguna bagi katak saat sedang berenang di dalam air. Dengan adanya selaput
renang, katak dapat bergerak lincah di dalam air.
d. Sistem gerak Reptilia

34
Hewan yang termasuk dalam kategori reptil yaitu kadal, kurakura, ular, buaya, dan
sebagainya. Contohnya ular. Ular bergerak dengan cara merayap atau melata baik di atas tanah,
air maupun pada saat berenang di air. Bentuk tulang ular yaitu terdiri dari tulang tengkorak,
tulang badan, dan tulang ekor. Pada tulang badan, terdiri dari ratusan buah ruas-ruas tulang
belakang. Sedangkan pada tulang rusuk ular terhubung dengan tulang belakang dibalut dengan
otot-otot yang lentur dan kuat. Dengan bentuk tubuh dan banyaknya ruas-ruas tulang belakang
inilah yang menyebabkan ular bergerak dengan cara meliuk-liukan badannya ke kanan dan ke
kiri dengan cepat.
e. Sistem gerak Mamalia

Mamalia hidup di berbagai jenis habitat, ada yang hidup di air, di darat dan di udara.
Salah satu contoh mamalia yang hidup di darah yaitu kuda. Kuda memiliki tulang-tulang 15
kokoh dan kuat untuk menopang tubuhnya. Otot-ototnya yang elastis dan kuat yang terhubung
dengan tulang-tulangnya, menyebabkan kuda dapat berlari sangat kencang dibandingkan
mamalia yang lain. Pada saat kuda bergerak, maka kaki kuda paling belakang memberikan
dorongan agar kuda dapat maju ke arah depan. Kencang atau lambatnya kuda berlari tergantung
pada kuat atau lemahnya saat kaki belakang memberikan gerakan pada kaki belakangnya.
D. Hubungan Antara Tulang Dan Otot Dalam Sistem Gerak
Tulang dan otot merupakan jaringan yang paling banyak mengisi tubuh dan manusia.
Tulang merupakan jaringan tubuh yang berfungsi untuk menopang tubuh dan bagian-
bagiannya. Karena fungsi untuk menopang tulang mempunyai struktur yang kaku. Otot
berfungsi untuk menggerakkan bagian-bagian tubuh. Ada yang untuk menggerakan tulang dan
sendi, ada yang untuk menggerakan organ tubuh, dan ada yang khusus untuk memompa darah
di jantung.
Gerakan tubuh dimungkinkan oleh kerja sama antar tulang dan otot, otot memiliki gaya
mengerut menggerakkan tulang atau kulit. Otot disebut alat gerak pasif karena kemampuannya
berkontraksi. Tulang disebut alat gerak pasif karena tulang tidak dapat melakukan

35
pergerakkannya sendiri. Tanpa adanya alat gerak aktif yang menempel pada tulang, maka
tulang-tulang pada manusia dan hewan akan diam dan tidak dapat membentuk alat pergerakan
yang sesungguhnya.

E. Kelainan Sistem Gerak


1. Arthritis
Menurut Boden (2005), arthritis adalah istilah umum untuk peradangan yang menyerang
semua struktur dari sendi, seperti membran sinovial, ligamen kapsular, kartilago, dan caput
tulang yang membentuk formasi sendi. Pada kondisi normal, kartilago berfungsi sebagai
penyerap guncangan antara tulang. Arthritis terjadi akibat terkikisnya kartilago artikularis
disepanjang sendi. Sedikitnya saraf pada kartilago artikularis merupakan salah satu faktor pada
terjadinya arthritis. Kerusakan pada kartilago terlebih dahulu terjadi sebelum jaringan sekitar
sendi (kapsul sendi, tulang dan ligamen) mengalami peradangan. Apabila kartilago sudah tidak
ada lagi maka tulang akan tergesek dan terkikis yang akhirnya akan menyebabkan kepincangan.
Gejala umum dari arthritis adalah kekakuan, pincang atau bertumpu pada satu bagian
tubuh, terutama setelah tidur atau beristirahat, ketidakmampuan untuk berdiri, enggan
melompat atau menaiki tangga, lesu, sering menjilati kaki atau sendi, terdapat kebengkakan dan
nyeri pada sendi. Pada pemeriksaan fisik yang dapat teramati adalah rasa sakit, krepitus,
pembengkakan, fibrosis periartikularis, atropi otot, dan penurunan pergerakan pada anggota
gerak yang mengalami arthritis (Budsburg, 2004).
2. Kepincangan (Lameness)
Menurut Boden (2005), kepincangan (lameness) merupakan gejala adanya kesakitan di
daerah ekstremitas (kaki depan atau kaki belakang) pada anjing, sehingga bukan suatu penyakit
yang spesifik. Hal ini dapat mengindikasikan adanya gangguan pada sistem muskuloskeletal
(Hanson et al., 2007). Kepincangan (lameness) terbagi dalam dua jenis yakni kepincangan
gerak dan kepincangan tumpu. Kepincangan gerak terjadi apabila kesakitan berada di daerah
tarsus atau carpus ke atas, sedangkan kepincangan tumpu terjadi apabila kesakitan berada di
daerah tarsus atau carpus kebawah. Penyebab kepincangan (lameness) umumnya terbagi
menjadi dua yakni akibat trauma dan agen infeksius. Kepincangan akibat trauma disebabkan
karena tertabrak, terjepit, terpukul bahkan berkelahi. Sedangkan akibat penyakit dapat

36
disebabkan oleh adanya infeksi, peradangan pada persendian, tumor, kelainan pertumbuhan
atau adanya kelainan pada tulang (Koesharyono, 2011).

3. Hip Dysplasia
Hip dysplasia adalah gangguan atau penyakit yang melemahkan dan terus berkembang
yang dikarakteristikan dengan ossifikasi perlahan pada caput femur, kelemahan sendi panggul,
dan keganjilan pada posisi acetabulum dan caput femur yang mengakibatkan terjadinya
sukluksasi. Subluksasi tersebut akan mengakibatkan rasa sakit pada sendi dan seiring
berjalannya waktu akan terjadi osteoarthritis pada panggul yang mengalami dysplasia
(Todhunter et al., 1999).

37
RESUME MATERI BAB 3
SISTEM SISTEM SIRKULASI PADA HEWAN

A. Pengertian Sistem Sirkulasi


Sistem sirkulasi pada hewan merupakan suatu sistem organ yang memiliki fungsi untuk
memindahkan zat dari dan ke sel. Sistem ini berfungsi untuk mempertahankan kestabilan suhu,
pH, cairan dan homeostasis.
1) Sistem Sirkulasi Terbuka
Sistem sirkulasi terbuka merupakan suatu sistem dimana pembuluh darah membentuk
sirkuit yang sempurna diseluruh tubuh sehingga ketika darah mengalir, darah akan meninggalkan
pembuluh darah dan mengalir diantara jaringan (ruang terbuka hemocoel dan blastocole).1
Ruang terbuka tersebut biasanya berada diantara endoderm dan ektoderm. Cairan yang terdapat
di runag hemocoel disebut hemolimfe yang akan berlangsung mengenai sel-sel sekitarnya.
Selanjutnya dari jaringan akan kembali ke jantung. Tipe ini banyak ditemukan pada arthropoda
dan molusca.
Pada arthropoda dan molusca, jantung menghasilkan tenaga yang akan memompa darah ke
seluruh tubuh hewan. Jantung itu sendiri memiliki jumlah bukaan yang disebut ostia yang
memungkinkan darah kembali ke dalam jantung setelah beradar. Dalam banyak, relaksasi
jantung akan menyedot darah secara aktif ke dalam jantung sehubungan dengan adanya tekanan
negatif yang ada di dalam ruang jantung.3 Kendati desain relatif sederhana, terdapat beberapa
ketidakefisienan sistem peradaran ini. Kerugian pertama adalah bahwa sistem tersebut beroperasi
pada tekanan yang rendah yang sedikit didorong dari jantung menuju rongga yang lebih lebar.
Dengan demikian, pada setiap kontraksi jantung, volume darah yang dapat dikeluarkan dari
jantung ke rongga tubuh hanya sedikit. Selain itu, tekanan yang ditimbulkan oleh jantung untuk
mendorong darah juga rendah sehingga darah mengalir dengan lambat. Hal ini menyebabkan
jumlah sari makanan yang dilepaskan ke sel tubuh terbatas dan akibatnya aktivitas metabolisme
dalam tubuh pun terbatas.

38
Kerugian kedua adalah hewan tidak dapat mengatur aliran darah secara tepat ke berbagai
organ yang berbeda. Hal ini menyebabkan tidak pastinya aliran darah ke organ spesifik pada
waktu tertentu sehingga sistem kurang terkendali. Dengan kata lain, sistem peredaran ini
mempunyai kemampuan sangat terbatas dalam mengubah kecepatan aliran dan distribusi darah.
Akibatnya proses pengambilan oksigen oleh sel-sel tubuh berjalan lamban dan jumlah
maksimum laju pemakaian oksigen per satuan berat badan adalah kecil.

Gambar .Sistem sirkulasi terbuka pada Arthropod.

Gambar. Sistem Sirkulasi terbuka pada Molusca.


2) Sistem Sirkulasi Tertutup
Dalam sistem sirkulasi tertutup ini, darah selalu berada dalam suatu seri pembuluh darah
selama proses peredarannya dan tidak pernah keluar dari sistem. Sistem peredaran darah ini
ditemukan pada annelida, cephalopoda, echinodermata dan seluruh vertebrata. Darah yang
dipompa jantung dijaga sedemikian rupa sehingga tekanannya tetap tinggi yang kemudian
menghasilkan siklus peredaran yang dinamis mulai dari jantung ke seluruh tubuh dan kembali ke
jantung dengan lancar.
Sistem peredaran darah tertutup memiliki beberapa kelebihan apabila dibandingkan dengan
sistem sirkulasi terbuka. Pertama, sistem peredaran ini adalah terjamin distrubusi nutrisi sel-sel
yang akan melaksanakan metabolisme secara langsung melalui pembuluh darah dengan laju
pengantaran yang lebih cepat dibandingkan dengan kelompok hewan dengan sistem peredaran
darah terbuka.8 Kedua, dari sistem ini adalah dapat diatur suatu mekanisme alairan darah ke

39
organ –organ atau jaringan tertentu yang membutuhkan sehingga mekanisme sirkulasi sesuai
kebutuhan dari jaringan yang membutuhkan. Sebagai contoh selama berolahraga, hewan –
hewan vertebrata memiliki kemampuan untuk meningkatkan suplai darah ke daerah-daerah yang
aktif misalnya ke otot, dan mengurangi aliran darah yang kurang aktif misalnya di saluran
gastrointestinal9. Organ sirkulatori pada hewan yang memiliki sistem tertutup terdiri atas jantung
dan pembuluh darah, mulai dari pembuluh darah arteri, vena, arteriol venula, hingga jaringan
kapiler.
Ada lima ciri spesifik dari sistem sirkulasi tertutup ini terutama pada hewan tingkat tinggi
yaitu:
a) Terdapat pemisahan fungsi dari masing-masing organ tubuh yang termasuk ke dalam sistem
sirkulasi. Sehubungan hal tersebut, terdapat jantung yang merupakan pemompa darah dan
darah dipompa ke arteri pada level tekanan yang dipertahankan untuk tetap tinggi.
b) Terdapat sistem pembuluh arteri yang berperan sebagai reservoir tekanan sekaligus
mendorong darah ke kapiler.
c) Terdapat dinding kapiler darah yang sangat tipis sehingga memudahkan perpindahan
substansi dari darah dalam kapiler ke cairan jaringan di ruang sel untuk selanjutnya
memasuki sel.
d) Tekaan darah di kapiler tertentu (di glomerulus pada ginjak vertebrata) cukup tinggi
sehingga memungkinkan berlangsungnya ultrafiltrasi di ginjal.
e) Terdapat sistem limfa yang penting dalam proses pengembalian cairan dari ruang antar sel
ke pembuluh darah.
Sistem kardivaskular semua vertebrata terdiri atas sebuah pompa berotot disebut jantung, dan
sebuah sistem saluran yang mengangkut darah dari dan ke jantung. Pembuluh – pembuluh yang
mengankut darah meninggalkan jantung disebut arteri; pembuluh darah yang mengangkut darah
menuju jantung disebut vena. Arteri yang berukuran lebih kecil disebut arteriola, vena yang
berukuran labih kecil disebut venula. Penghubung –penghubung terpenting antara arteriola dan
venula adalah bantalan kapiler (capillary beds), dimana terjadi pertukaran zat yang sebenarnya
antara darah dan jaringan. Pada kelompok vertebrata, sistem sirkulasi tertutup sangat jelas
memperlihatkan tingkatan kompleksitas organisasi struktural dan fungsionalnya sesuai dengan
tingkatan kelas dari pisces hingga mamalia sebagai bentuk paling sempurna. Perbedaan –
perbedaan pada mekanisme aliran darah yang spesifik meliputi struktur ruang jantung, arah

40
aliran darah, dan kerakter darah yang beredar. Sistem sirkulasi tertutup memiliki dua pola yang
berbeda dalam proses sirkulasi darahnya. Pembagian ini didasarkan kepada bagaimana susunan
jantung dan bagaimana cara darah melakukan peredaran secara lengkap di seluruh tubuh. Atas
dasar hal tersebut maka sirkulasi tertutup dibagi menjadi dua yaitu:
a) Sistem Sirkulasi tunggal (Closed Single Circulation)
Pada tipe ini, darah akan meninggalkan jantung melalui ventrikel, terus melewati insang
dan mengalami oksigenasi dengan mekanisme difusi pertukaran O2 – CO2 di insang, dan
selanjutnya mengalir ke seluruh tubuh dimana terdapat jaringan atau sel-sel yang akan memakai
oksigen dan kemudian kembali lagi ke jantung.14 Dengan demikian, dalam sekali siklus
peradaran, darah hanya terdiri atas satu lintasan saja yaitu dari jantung ke insang dan ke seluruh
tubuh untuk selanjutnya kembali ke jantung yang juga berarti bahwa selam beredar darah hanya
sekali melewati jantung. Contoh hewan dengan sirkulasi tipe ini adalah kelompok pisces.
Terdapat suatu ketidakefisienan sistem sirkulasi tertutup ini yaitu karena hilangnya tekanan
darah yang dipompa oleh jantung setelah darah melewati insang.15 Konsekuensi dari keadaan
tersebut adalah terciptanya aliran darah ke seluruh tubuh dengan arus yang relatif lamban
(sluggish flow) karena gradien tekanan yang menjadi pendorong darah dalam beredar telah
mengalami reduksi secara signifikan.

Gambar . Sistem Sirkulasi tipe tunggal pada Ikan


b) Sistem Sirkulasi Ganda ( Closed Double Circulation).
Pada tipe sirkulasi ganda, darah selama beredar akan melewati jantung sebanyak dua kali. Hal
ini memerlukan struktur jantung yang spesifik yaitu terdiri atas 4 ruang ( dua atrium dan dua
ventrikel). Darah meninggalkan jantung melalui ventrikel kanan dan menuju ke paru-paru
dimana terjadi proses oksigenasi sehingga membawa darah kaya oksigen dari paru-paru untuk
kembali ke jantung melalui atrium kiri dan ventrikel kiri untuk selanjutnya dipompa ke seluruh
tubuh sebagai suplai oksigen dan substansi lainnya yang diperlukan oleh sel-sel tubuh. Pada
lintasan kedua, darah dari seluruh tubuh yang berupa darah deoksigenasi (miskin oksigen) akan

41
kembali ke atrium kanan dan menuju ventrikel kanan hingga paru-paru lagi sebagai
pengulangan siklus kontinu. Contoh ideal sistem ini adalah pada mamalia. Keuntungan dari
sistem ini adalah terciptanya tekanan aliran darah yang relatif konstan sehingga laju sirkulasi
lebih cepat yang juga berarti meningkatkan efisiensi suplai kebutuhan sel-sel tubuh sekaligus
membuang produk metabolisme secara lebih cepat. Kondisi ini tercipta adanya dua kali proses
pemompahan darah oleh jantung yaitu pemompahan darah yang akan mengalir ke paru-paru dan
pemompahan darah yang akan mengalir ke paruparu dan pemompahan darah yang akan
mengalir ke seluruh tubuh (sistematik circulation).

Gambar .Sistem Sirkulasi Ganda


Secara garis besar, sistem sirkulasi memiliki tiga fungsi sebagai berikut:
 Menjamin /memastikan terpenuhinya kebutuhan tubuh akan sari makanan dan
oksigen, serta pembuangan zat sisa metabolisme dari tubuh dengan segera.
 Berperan penting dalam penyebaran panas tubuh.
 Meyebabkan tekanan/kekuatan.
Berikut ini komponen-komponen sistem sirkulasi pada hewan, yaitu:
a) Jantung (Cor)
Peranan jantung sebagai organ sistem sirkulasi terdiri atas 2 aspek penting. Peran pertama
adalah sebagai pemompa cairan melintasi sistem sirkulasi yang berlangsung dengan mekanisme
kontraksi dan relaksasi otot. Hal ini juga menciptakan gradien tekanan yang mendorong darah
keluar jantung dan mengalir ke seluruh tubuh, sehingga darah merupakan pompa tekanan.21
Peran kedua adalah adanya beberapa kontrol penting dari jantung terhadap kerja sistem sirkulasi
secara keseluruhan denga mengubah-ubah laju detakan dan daya kontraksi. Jumlah unit ruang
jantung antar takson selaras dengan kemajuan evolusi masing-masing taksa. Hal ini secara
lengkap dapat diamati pada ruang –ruang jantung kelompok vertebrata yang terdiri atas 5 kelas
(pisces, amphibi, reptilia, aves dan mamalia). Pisces hanya memiliki dua ruang jantung yaitu 1
atrium dan 1 ventrikel,amphibi memiliki 3 ruang jantung yaitu 2 atrium dan 1 vnetrikel,
42
sedangkan pada reptilia jantung terdiri atas 4 ruang yaitu 2 atrium dan 2 ventrikel, namun
terdapat variasi antara kelompok reptil dari aspek ada atau tidaknya septum (sekat) antara
ventrikel kiri dan kanan ( buaya memiliki septum sempurna, sedengkan kelompok lainnya tidak).
Pada burung, ruang jantung sama dengan mamalia yaitu 2 atrium dan 2 ventrikel yang memiliki
sekat pemisah yang sempurna.

Gambar .Ruang Jantung Pada Spesies hewan.


b. Pembuluh Darah
Pada kelompok hewan dengan sistem peredaran darah tertutup, terdapat 3 jenis pembuluh
darah yang berperan dalam proses sirkulasi yaitu arteri, kapiler dan vena. Secara histologis,
arteri dan vena terdiri atas 3 lapisan jaringan sirkuler yang konsentris yaitu tunica intima, tunica
media dan tunica adventitia. Sedangkan kapiler hanya terdiri atas tunica intima.22 Arteri. Fungsi
dari pembuluh arteri adalah membawa darah dari jantung. Darah yang mengalir dalam arteri
memiliki tekanan yang cukup tinggi sehingga dinding pembuluh harus cukup tebal dan kuat
untuk menahan arah yang mengalir di dalamnya. Arteriol. Merupakan pembuluh darah arteri
kecil. Dinding pembuluh tersusun atas otot polos yang banyak. Fungsi utama yang penting
adalah menjamin kelangsungan aliran darah secara reguler ke organ-organ yang membutuhkan
secara proporsional. Fungsi ini difasilitasi oleh keberadaan otot polos pada dinding pembuluh.
Kapiler. Pembuluh ini adalah pembuluh terkecil dalam sistem sirkulasi. Fungsinya adalah
sebagai tempat terjadinya pertukaran gas, nutrisi, dan substansi-substansi lainnya antara darah
dan sel. Fungsi tersebut didukung oleh struktur kapiler yang hanya tersusun atas selapis sel tipis
dan luas permukaan total yang sangat besar. Venula dan Vena. Venula adalah vena kecil yang
berhubungan langsung dengan kapiler, sedangkan vena berperan dalan mengembalikan darah ke
jantung.25 Struktur dindingnya lebih tipis daripada arteri dan dialiri darah bertekanan rendah.

43
Vena –vena utama memiliki katub yang memastikan terjadinya aliran darah satu arah saja
kembali ke jantung.
B. Sistem Sirkulasi pada Invertebrata
Sistem sirkulasi pada invertebrate, yaitu :
1. Protozoa
Hewan bersel satu atau protozoa tidak memiliki sistem sirkulasi darah karena tubuhnya hanya
terdiri atas satu sel. Sari-sari makanan yang telah dicerna di dalam vakuola diserap oleh
protoplasma di sekelilingnya. Oksigen diserap secara difusi dan CO2 dikeluarkan juga secara
difusi. Contoh dari protozoa adalah amoeba dan paramaecium. Sistem sirkulasi pada
paramecium lebih sempurna daripada amoeba. Pada paramaecium, makanan yang berupa materi
halus diserap melalui permukaantubuhnya. Namun materi makanan yang besar akan masuk
sitostoma (mulut sel). Makanan yang berbentuk cair akan diedarkan oleh vakuola kontraktil,
sedangkan zat makanan yang berbentuk padat akan dicerna dan diedarkan oleh vacuola
makanan. Penyebaranya ke dalam endoplasma terjadi secara osmosis.

Gambar 1. Pramecium
2. Porifera
Organisme ini belum memiliki sistem peredaran darah khusus, dengan katalain sistem
sirkulasinya tergabung dengan sistem pencernaan. Tubuhnya terdiri atas dua lapisan sel, yaitu sel
ameboid dan koanosit. Sel-sel ameboid yang berfungsi mengedarkan makanan. Makanan pada
porifera diperoleh melalui aliran air yang melintasi ostia atau pori dan keluar melalui oskulum.
Makanan ditangkap dan dicerna oleh sel-sel leher (koanosit), kemudian diberikan ke selsel
ameboid. Kemudian, sel-sel ameboid mengembara ke sel-sel lain untuk mengedarkan makanan.

44
Gambar 2. Porifera

2. Coelenterata
Pada Coelenterata juga belum memiliki sistem peredaran khusus, misalnya Hydra,
transportasinya dilakukan oleh sistem gastrovaskuler, yakni saluran pencernaan yang berfungsi
sekaligus sebagai alat peredaran. Saluran pencernaan pada Hydra bercabang-cabang dan
bercabang-cabang lagi ke semua bagian tubuh. Percabangan ini menyebabkan permukaan dalam
saluran pencemaan semakin luas, sehingga saluran ini akan lebih efisien dalam melakukan
penyerapan zat sekaligus mengantarkan zat yang diserapnya ke seluruh jaringan tubuh. Dengan
demikian, walaupun pada hewan ini tidak terdapat sistem peredaran khusus, zat yang diserap
oleh saluran pencernaan akan dapat mencapai seluruh jaringan tubuhmisalnya hydra, makanan
yangtelah dicerna didalam rongga gastrovaskuler langsung diserap oleh sel-sel endoderma
penyusun dinding rongga gastrovaskuler. Selanjutnya, sel-sel endoderma memberikan makanan
ke sel-sel ektoderma secara difusi dan osmosisi. Sisa-sisa makanan dikeluarkan melalui
mulutnya.

Gambar 3. Sirkulasi hydra sp.


3. Platyhelminthes

45
Pada Platyheminthes contohnya planaria juga belum mempunyai sistemperedaran darah
khusus, namun menggunakan sistem gastrovaskuler. Awal mulanya makanan masuk kedalam
usus. Selanjutnya, dari usus bercabang-cabang ke seluruh tubuh untuk mengedarkan makanan.
Percabangan tersebut menyebabkan usus lebih besar sehingga lebih efisien dalam menyerap
makanan. Usus tersebut disebut gastrovaskuler, yang berfungsi sebagai pencerna makanan dan
mengedarkannya ke seluruh tubuh.
4. Annelida
Sistem sirkulasi pada cacing tanah merupakan peredaran darah tertutup. Selama dalam
peredarannya darah tetap berada di dalam pembuluh. Alat peredaran darah cacing tanah terdiri
atas pembuluh darah punggung (dorsal), pembuluh darah perut (ventral) dan lima pasang
lengkung aorta yang berfungsi sebagai jantung. Karena itu jantung cacing sering disebut jantung
aorta. Darah dalam cacing beredar di dalam pembuluh sehingga termasuk peredaran darah
tertutup Darah yang terdapat pada pembuluh kapiler akan mengikat oksigen.
Pembuluh tersebut banyak terdapat pada kulit. Darah yang telah mengikat oksigen ini akan
mengalir ke pembuluh punggung kemudian bergerak menuju lengkung aorta. Jantung aorta pada
cacing tanah, terbagi menjadi pembuluh darah dorsal dan ventral. Bila pembuluh punggung dan
jantung berdenyut, darah mengalir menuju ke pembuluh darah perut, lalu mengalir menuju ke
bagian belakang (posterior) tubuh dan selanjutnya kembali ke jantung aorta melalui poembuluh
darah punggung. Darah yang beredar mengangkut nutrisi dan oksigen, serta mengambil sisa
metabolisme untuk dikeluarkan dari dalam tubuh.

Gambar 5. Sistem peredaran darah tertutup pada cacing tanah.


Cacing tanah belum memiliki alat pernapasan khusus. Oksigen dari udara bebas berdifusi
ke dalam darah cacing melalui seluruh permukaan kulit. Dari sini oksigen diangkut oleh darah
didalam kapiler bersama-sama dengan darah yang mengangkut zat makanan dari usus menuju ke
pembuluh darah punggung. Selanjutnya darah tersebut dipompakan keseluruh jaringan tubuh.

46
Berbeda dengan darah vertebrata yang hemoglobinnya terikat dalam sel darah merah,
hemoglobin darah cacing larut dalam plasma darah.
5. Mollusca
Pada mollusca sistem peredaran darahnya terbuka, jantung terdiri atas ventrikel dan atrium,
aorta interior, dan aorta posterior. Tidak memiliki arteri dan vena. Ventrikel memompa darah ke
dalam aorta anterior, kemudian darah dialirkan tanpa pembuluh ke bagian kaki serta alat2 tubuh
lainnya kecuali punggung. Ke bagian abdomen, darahdialirkan melalui rectum dan mantel (kulit
luar). Darah yang menggandung O2 didalam mantel akan dialirkan ke atrium, darah yang
menggandung CO2 dikumpulkam dalam pembuluh kemudian masuk kedalam ginjal dan insang
untuk mengikat O2 dan kembali lai ke jantung.

(Gambar 6. Peredaran darah terbuka pada Amphidromusperversus


6. Arthropoda
Sistem sirkulasiarthropoda meliputi jantung dan arteri, sedangkan vena tidak ada.
contohnya pada belalang mempunyai sistem peredaran terbuka karena darah tidak selalu berada
dalam pembuluh darah, darah kembali ke jantung melalui rongga-rongga tubuh (hemocoel). Alat
transportasinya berupa pembuluh yang dapat berdenyut sehingga menyerupai jantung. Oleh
karena itu, pembuluhnya disebut “jantung pembuluh”. Pada saat jantung pembuluh ini
berdenyut,darah keluar dari jantung pembuluh ke bagian depan melalui aorta.
Peredaran darah pada belalang berlangsung sebagai berikut: Darah dipompa oleh jantung
pembuluh ke bagian depan tubuh melalui aorta dorsal. Selanjutnya darah beredar ke seluruh
tubuh ke ruang antar organ tanpa melalui pembuluh darah, kemudian darah kembali ke jantung
pembuluh melalui ostium. Darah serangga tidak mengandung hemoglobin sehingga tidak
berwarna merah. Darah serangga disebut hemolimfa. Darah ini mengadung sel darah yang tidak
berwarna yang berfungsi untuk melenyapkan organisme asing. Karena tidak mengandung Hb,

47
darah serangga berfungsi untuk mengangkut zat makanan, tidak untuk mengangkut oksigen
ataupun gas CO2. Gas- gas tersebut disalurkan melalui system trakea.
Hewan invertebrate seperti echinodermata, memilki system sirkulasi radial yang bentuknya
mengecil. Pengangkutan zat dibantu dengan system sirkulasi air yang disebut system air
ambulakral System sirkulasi pada mollusca terdiri atas jantung dengan satu atau dua ruang
jantung, aorta dan pembuluh lainnya.

Gambar 7. Sistem peredaran darah terbuka pada belalang.

B. Sistem Sirkulasi pada Vertebrata


1. Sirkulasi pada Pisces
Ikan adalah vertebrata air yang termasuk hewan berdarah dingin yang dapat ditemukan
baik pada air garam dan air tawar. Seperti manusia, mereka memiliki sistem peredaran darah
tertutup, di mana darah selalu terkandung dalam rangkaian pembuluh darah. Dengan kata lain,
darah tidak pernah meninggalkan pembuluh darah dan tidak mengisi rongga tubuh. Sistem
peredaran darah tertutup dapat memiliki pola sirkulasi tunggal atau ganda.
Ikan memiliki pola sirkulasi tunggal, dimana darah melewati jantung hanya sekali selama
setiap rangkaian lengkap. Darah yang kekurangan oksigen dari jaringan tubuh datang ke
jantung, dimana ia dipompa ke insang. Pertukaran gas terjadi dalam insang, dan darah
beroksigen dari insang yang beredar ke seluruh tubuh. Di sisi lain, pada mamalia, darah
terdeoksigenasi memasuki jantung, dimana ia dipompa ke paru-paru untuk oksigenasi. Darah
beroksigen dikembalikan ke jantung dari paru-paru, yang akan diangkut ke seluruh tubuh.

48
Gambar 8. Sistem peredaran darah tertutup pada ikan (kiri),
bagian-bagian jantung dan pembuluh kapiler pada ikan (kanan).
Sistem peredaran darah ikan cukup sederhana, terdiri dari pembuluh jantung, darah, dan
pembuluh darah. Jantung ikan adalah struktur otot sederhana yang terletak di belakang (dan di
bawah) insang. Jantung tertutup oleh membran perikardial atau perikardium. Jantung terdiri dari
atrium, ventrikel, struktur berdinding tipis yang dikenal sebagai sinus venosus, dan tabung yang
disebut bulbus arteriosus. Meskipun memiliki empat bagian, jantung ikan dianggap dua bilik.
Tidak seperti manusia, empat bagian dari jantung ikan tidak membentuk organ tunggal.
Biasanya, mereka menemukan satu di belakang yang lain.
Pembuluh darah pada ikan membawa darah ke seluruh tubuh. Sementara arteri membawa
darah beroksigen dari insang ke seluruh tubuh, pembuluh darah terdeoksigenasi kembali dari
berbagai bagian tubuh ke jantung. Arteriol adalah arteri kecil, berdinding tipis yang berakhir di
kapiler, sementara venula adalah vena kecil yang berlanjut dengan kapiler. Kapiler adalah
pembuluh mikroskopis yang membentuk jaringan disebut kapiler bed, dimana darah arteri dan
vena saling terkait. Kapiler memiliki dinding tipis yang memfasilitasi difusi, suatu proses dimana
oksigen dan nutrisi lain dari darah arteri yang ditransfer ke dalam sel. Pada saat yang sama,
karbon dioksida dan limbah bahan pindah ke kapiler.
Kapiler mengandung darah terdeoksigenasi (mengandung karbon dioksida) yang mengalir
ke vena kecil yang disebut venula, yang pada gilirannya mengalir ke vena yang lebih besar. Vena
membawa darah terdeoksigenasi ke sinus venosus, yang seperti ruang koleksi kecil. Sinus
venosus memiliki sel-sel alat pacu jantung yang bertanggung jawab untuk memulai kontraksi,
sehingga darah tersebut akan dipindahkan ke dalam atrium berdinding tipis, yang memiliki
sangat sedikit otot. Atrium menghasilkan kontraksi lemah sehingga mendorong darah ke
ventrikel. Ventrikel adalah struktur berdinding tebal dengan banyak otot jantung. Ini
menghasilkan tekanan yang cukup untuk memompa darah ke seluruh tubuh. Ventrikel memompa

49
darah di dalamnya menjadi bulbus arteriosus, ruang kecil dengan komponen elastis. Sementara
bulbus arteriosus adalah nama ruang pada teleost (rayfinned, ikan bertulang), struktur ini dikenal
sebagai konus arteriosus pada elasmobranch (ikan dengan kerangka tulang rawan dan sisik
placoid). Konus arteriosus memiliki banyak katup dan otot, sedangkan bulbus arteriosus tidak
memiliki katup. Fungsi utama dari struktur ini adalah untuk mengurangi tekanan nadi yang
dihasilkan oleh ventrikel, untuk menghindari kerusakan pada insang yang berdinding tipis.
Insang adalah organ pernapasan utama ikan. Mereka memfasilitasi pertukaran gas, yaitu
penyerapan oksigen dari air dan penghapusan karbon dioksida. Arteri membawa darah
beroksigen (dari insang) ke seluruh tubuh. Arteri bercabang ke arteriol, yang mengalir ke kapiler,
di mana darah arteri menjadi darah vena, karena pasokan oksigen dan nutrisi lainnya ke sel dan
menyerap karbon dioksida dan bahan limbah. Darah dari vena diteruskan ke jantung, yang
memompa ke insang, di mana karbon dioksida akan diganti dengan oksigen. Darah beroksigen
dipasok ke sel-sel dalam tubuh, dan siklus terus berulang.
2. Sirkulasi pada Aves
Aves memiliki sistem sirkulasi yang hampir mirip dengan mamalia dan dengan ruang
jantung yang sudah tersekat dengan sempurna menjadi 4 ruangan (2 atrium dan 2 ventrikel).
Secara sistematis, darah dari vena di seluruh tubuh menuju ke atrium kanan dan ke ventrikel
kanan. Dari ventrikel kanan mengalir melalui arteri pulmonalis menuju kapiler-kapiler di pulmo
dan kemudian berkumpul kembali ke vena pulmonalis yang pada akhirnya akan kembali ke
jantung melalui atrium kiri. Dari atrium kiri darah akan mengalir ke ventrikel kiri dan kemudian
di pompa ke aorta menuju kepala, hepar, ren, usus dan dinding tubuh. Proses oksigenasi terhadap
darah arteri berlangsung saat darah melewati kapiler pulmo. Darah kaya oksige disebut darah
arteri, sedangkan darah kaya karbondioksida disebut darah vena.
Seperti halnya pada aves, jantung mamalia juga memiliki 4 ruang yang bersekat secara
sempurna sehingga tidak terjadi pencampuran darah yang kaya oksigen dan darah miskin
oksigen. Darah dari vena sistematik akan mengalirkan ke bagian atrium kanan dari jantung
melalui vena cava superior dna vena cava inferior. Dari atrium kanan, darah akan didorong
melalui kutub triskupidalis akan menutup untuk mencegah aliran darah kembali ke dalam atrium.
Pada waktu yang bersamaan, katub semilunar akan membuka sehigga darah akan mengalir ke
arteri pulmonalis kanan dan kiri.

50
Gambar 9. Sirkulasi darah pada aves
3. Sirkulasi pada Reptil
Pada kelompok reptil, sistem sirkulasi gandanya berlaku umum pada kebanyakan spesies
(dibandingkan amphibi yang banyak memperlihatkan variasi). Pola tersebut berhubungan dengan
sistem respirasinya yang memiliki pulmo. Walaupun demikian, beberapa spesies reptil dari
kelompok penyu memiliki sistem suplemen bagi pulmo yaitu dari dermal, pharingeal, dan
kloaka. Reptil juga memperlihatkan perbedaan antara kelompok buaya dengan kura-kura atau
penyu, kadal, dan ular. Pada kura-kura atau penyu, kadal dan ular, jantungnya terdiri atas atrium
kiri dan kanan juga ventrikel kiri dan kanan (4 ruang jantung) akan tetapi sekat atau septum
antara ventrikel kiri dan kanan belum jelas atau tidak ada sama sekali. Pola peradaran darah pada
penyu dan kelompoknya adalah sebagai berikut :
Darah dari vena di seluruh tubuh masuk ke sinus vensosus yang kemudian ke atrium
kanan. Atrium kanan juga menerima darah dari vena coronaria. Setelah itu darah akan menuju
ventrikel kiri terus ke pulmonalis dan kapiler di pulmo yang selanjutnya akan berkumpul di vena
pulmonalis dan masuk ke atrium kiri. Dari atrium kiri kemudian masuk ke ventrikel. Sebagian
darah dari ventrikel akan mengalir ke lengkung aorta kanan dan sebagian ke lengkung aorta kiri.
Dari lengkung aorta kanan sebagian menuju ke kepala dan sebagian lagi bersatu dengan
lengkung aorta kiri. Sedangkan darah dari lengkung aorta kiri akan menuju hepar, ren, usus, dan
dinding tubuh. Pola peredaran darah pada buaya sebagai kelompok reptil yang memiliki sekat
jantung antar ventrikel adalah sebagai berikut: Darah dari vena seluruh tubuh mengalir ke sinus
vensosus selanjutnya ke atrium kanan dan ke ventrikel kanan. Dari ventrikel kanan tersebut akan
terbagi menjadi dua arah aliran berbeda yaitu
a) ventrikel kanan ke jantung melewati atrium kiri,
b) ventrikel kanan ke aorta kiri dan bergabung dengan aorta kanan. Darah yang terdapat di
atrium kiri yang berasal dari vena pulmonalis (pada arah aliran 1) akan menuju ke ventrikel

51
kiri dan dipompa ke aorta kanan yang sebagiannya akan menuju ke kepala sedangkan
sebagian lagi akan bergabung dengan darah dari aorta kiri menuju hepar, ren, usus, dan
dinding tubuh. Di dekat ventrikel kiri dan kanan terdapat hubungan antara aorta kanan
dengan perantara lubang yang disebut foramen panizae.

Gambar 10. Pemodelan skematis dari aliran darah dalam sistem sirkulasi reptil kelompok penyu,
ular dan kadal.

Gambar 11. Pemodelan skematis dari aliran darah dalam sistem sirkulasi reptil kelompok buaya.
4. Sirkulasi pada Amphibi
Pada amphibi, setiap bagian atrium terbuka melalui kanal atrioventrikular yang memiliki
katub menuju ventrikel yang terdir atas satu ruang yang terbagi-bagi. Ventrikel tersebut secara
struktural memiliki jaringan otot dan jaringan ikat yang berlapis yang disebut trabekula dan
menyerupai spons. Fungsi struktural tersebut adalah mencampuri darah dari dua atrium. Conus
arteriosus sebagai saluran dari ruang ventrikel tersebut juga terbagi-bagi oleh katub spiral. Ketika
ventrikel berkontraksi, sisi kirinya yang berisi darah kaya oksigen akan dialiri ke aorta sistematik
sedangkan sisi kanannya yang berisi darah miskin oksigen akan dialirkan ke arteri pulmonaris.
Dengan demikian terdapat sirkulasi ganda yaitu:
 Dari sinus venosus menuju atrium kanan dan ke ventrikel untuk kemudian diteruskan ke
arteri pulmonaris, selanjutnya ke kapiler paru-paru terus ke vena pulmonaris.
 Dari vena pulmonaris menuju ke atrium kiri dan ke ventrikel terus ke aorta sistematik

52
menuju kepala dan badan terus ke kapiler sistematik dan kembali secara langsung melalui
sinus venosus atau kembali melalui sistem porta hepatika atau porta renalis.

Gambar 12. Sistem sirkulasi pada Amphibi.


Akan tetapi terdapat banyak pengecualian pada kelompok-kelompok amphibia tertentu yang
tidak memiliki beberapa organ yang terkait dengan sistem sirkulasi tersebut.34 Beberapa spesies
tidak memiliki paru-paru atau ada memiliki insang eksternal serta ada juga hanya tergantung
kulit sebagai organ respirasi sehingga pola susunan sistem sirkulasinya akan berbeda-beda
tergantung kepada tipe respirasinya. Misalnya pada amphibi tanpa paru-paru (lugless amphibian)
tidak memiliki arteri pulmonari dan memiliki sekat antar atrium yang berlubang-lubnag atau
hanya berupa sekat yang merduksi (vestigeal septum) sehingga tidak ada darah ganda.
5. Sirkulasi pada Mamalia
Sistem peredaran darah hewan merupakan sistem organ yang terutama berkaitan dengan
transportasi nutrisi, gas, sel-sel darah dan hormon ke seluruh tubuh, melalui jaringan pembuluh
darah. Itu juga merupakan pendingin utama serta sistem transportasi tubuh. Sistem Peredaran
Darah pada manusia terdiri dari jantung, pembuluh darah, dan darah. Pembuluh darah arteri
meliputi, arteriol, vena, dan kapiler. Semua bagian ini memainkan peran masing-masing dalam
fungsi normal dari peredaran darah atau sistem kardiovaskular. Struktur dasar dari sistem
peredaran darah dapat dianggap sebagai loop tertutup yang dimulai di jantung dan selesai di
sana. Untuk pemahaman yang lebih baik, mari kita diskusi tentang jantung. Jantung: Jantung
manusia dibagi menjadi empat ruang – atrium kiri, ventrikel kiri, atrium kanan, dan ventrikel
kanan. Dinding ventrikel lebih tebal dan lebih kuat dibandingkan dengan dinding atrium. Ruang
ini berkontraksi dan darah mendorong ke pembuluh darah. Atrium kanan adalah ruang kanan
atas yang menerima darah terdeoksigenasi melalui vena kava superior (untuk tubuh bagian atas)
dan inferior venacava (untuk tubuh bagian bawah). Atrium kiri mengumpulkan darah beroksigen
53
dari vena paru dan dipompa ke aorta (arteri terbesar jantung), untuk dibagikan ke arteri dan
arteriol.
Seperti kita semua sadar, fungsi utama dari sistem sirkulasi adalah untuk memberikan
nutrisi dan oksigen ke berbagai bagian tubuh, melalui darah, yang beredar melalui pembuluh
darah dan arteri. Arteri membawa darah beroksigen dari jantung ke sel dan jaringan, sedangkan
vena mengembalikan darah mengurangi oksigen dari sel dan jaringan ke jantung. Berdasarkan
modus fungsi, sistem peredaran darah dapat diklasifikasikan ke dalam dua kategori – sirkulasi
sistemik dan sirkulasi paru-paru. William Harvey adalah orang pertama yang menemukan fungsi
jantung dan sirkulasi darah. Dia menyatakan bahwa jantung adalah organ pemompa yang
tersedia dengan katup, untuk mempertahankan aliran darah hanya dalam satu arah; darah yang
didistribusikan ke organ melalui pembuluh yang terletak dibagian dalam, yang ia disebut arteri,
dan darah dikembalikan ke jantung oleh pembuluh superfisial disebut vena, yang masih berlaku
sampai sekarang. Sistem ini sekarang disebut sistem kardiovaskular. Namun, ada sistem lain
yang bekerja di dekat koordinasi dengan sistem kardiovaskular, yang merupakan sistem limfatik.
Keduanya bersama-sama membentuk Sistem Peredaran Darah.

Gambar 13. Jantung mamalia


Secara detail terlihat struktur jantung, dengan adanya beberapa katup, yang berfungsi untuk
mengatur aliran darah kedalam jantung dan reletif lebih tipis dibanding dengan dinding sekat
jantung. Atrium, berfungsi untuk memompa darah ke dalam ventrikel, yang memiliki dinding
lebih tipis dibanging ventrikel yang memompa darah dari paru-paru ke seluruh tubuh.
 Sirkulasi Sistemik (Peredaran darah besar)
Sirkulasi sistemik sebenarnya loop mulai dari jantung dan mendistribusikan ke berbagai
bagian tubuh, yang bekerja berbeda dengan sirkulasi paru-paru. Dalam sirkulasi sistemik, arteri
mengumpulkan darah yang kaya oksigen dari jantung dan diangkut ke jaringan tubuh. Dalam

54
proses ini, oksigen dari darah (atau tepatnya, sel-sel darah merah, eritrosit) yang disebarkan ke
dalam sel-sel tubuh, sedangkan karbon dioksida dari sel menyebar dalam darah. Ini pertukaran
gas berlangsung dengan bantuan kapiler kecil yang mengelilingi sel-sel tubuh.

Gambar 14. Aliran darah dan oksigen dari jantung,


paru-paru, dan seluruh tubuh

Secara lengkap sistem peredaran darah besar dapat dijelaskan sebagai berikut. Dari atrium
kiri darah (kaya oksigen) mengalir ke ventrikel kiri melalui katup bikuspidalis. Kontraksi
ventrikel menyebabkan katup aorta membuka. Pada aorta terdapat arteriarteri yang keluar
langsung ke permukaan jantung dan ke seluruh tubuh. Arteri ini menuju ke arteriol-arteriol, yang
selajutnya membawa darah yang kaya akan oksigen ke kapiler seluruh tubuh, pada pembuluh
kapiler ini terjadi pertukaran, yaitu oksigen dari darah akan berdifusi masuk ke jaringan dan
karbondioksida dari jaringan akan berdifusi masuk ke dalam darah, selanjutnya darah akan
menuju ke venula dan akhirnya menuju ke vena cava. Darah dari organ tubuh yang berada di
bawah jantung akan menuju ke vena cava inferior, sedangkan darah dari organ yang berada
diatas jantung akan mengalir menuju vena cava superior, kedua vena besar tersebut akan
bermuara di atrium kanan dengan membawa darah yang kaya akan karbondioksida.
Selain itu pada aorta terdapat arteri yang keluar langsung ke permukaan jantung. Arteri ini
menuju ke arteriol-arteriol, yang selanjutnya memberikan darah ke kapiler menuju ke seluruh

55
bagian jantung. Kapiler-kapiler inidisaring oleh venula yang menuju ke vena koroner (vena dari
jantung dan ke jantung) yang bermuara ke atrium kanan.
 Sirkulasi Paru (Peredaran darah Kecil)
Sirkulasi paru juga sebuah loop yang dimulai pada jantung dan berlanjut ke paruparu.
Dalam peredaran darah kecil di mana darah terdeoksigenasi dari jantung dibawa ke paru-paru
dan pada gilirannya, kembali darah beroksigen ke jantung. Ini darah kurang oksigen
meninggalkan jantung (ventrikel kanan) melalui dua arteri paru-paru dan bergerak ke paru-paru.
Di paru-paru, respirasi terjadi di mana sel darah merah (eritrosit) melepaskan karbon dioksida
dan menyerap oksigen. Darah beroksigen dari paru-paru ini kemudian dibawa kembali ke
jantung (atrium kiri) dengan bantuan pembuluh darah paru. Sirkulasi sistemik mendistribusikan
darah ini kaya oksigen ke bagian-bagian tubuh. Secara lengkap sistem peredaran darah kecil
dapat dijelaskan sebagai berikut. Darah dari seluruh tubuh yang kaya akan karbondioksida
masuk ke atrium kanan melalui pembuluh vena. Dari atrium kanan darah akan mengalir ke
ventrikel kanan melalui katup trikuspidalis. Kemudian ventrikel berkontraksi sehingga katup
trikuspidalis terutup, tetapi memaksa katup pulmonalis yang terletak pada lubang arteri
pulmonalis terbuka. Darah masuk ke arteri pulmonalis yang bercabang ke kiri dan ke kanan yang
masing-masing menuju paru-paru kiri dan kanan. Arteri pulmonalis ini bercabang menjadi
arteriol. Arteriol mengalirkan darah menuju kapiler di paru-paru. Di kapiler paru-paru inilah
darah melepaskan karbondioksida dan mengambil oksigen. Kemudian darah masuk ke venula,
kemudian ke vena pulmonalis yang membawa darah yang kaya akan oksigen menuju ke atrium
kiri.
Kerja sistem peredaran darah tidak akan lengkap, kecuali kita berbicara tentang siklus
jantung. Sebuah siklus jantung didefinisikan sebagai satu detak jantung yang lengkap, yang
terdiri dari dua fase – sistol dan diastol. Dalam kasus yang pertama, kontraksi ventrikel
berlangsung untuk memompa darah untuk sirkulasi paru dan sistemik, padahal ventrikel rileks
dan darah mengisi atrium pada fase diastole. Dengan cara ini, pompa darah di jerat tertutup dari
sistem peredaran darah. Setiap gangguan di jantung dan pembuluh darah dapat menyebabkan
penyakit jantung, seperti aterosklerosis, hipertensi, penyakit arteri koroner, serangan jantung, dan
stroke. Sistem peredaran darah bekerja dalam hubungannya dengan sistem organ tubuh yang
lain. Misalnya, fungsi dalam koordinasi dengan sistem pernapasan dan sistem pencernaan untuk
memasok oksigen dan nutrisi ke tubuh. Juga, darah membawa bahan kimia pembawa pesan –

56
hormon, disekresikan oleh organ-organ dari sistem endokrin. Dengan demikian, sistem peredaran
darah bertanggung jawab untuk sirkulasi hormon untuk komunikasi yang baik antara organ-
organ tubuh.
 Sistem limfatik
Sistem limfatik adalah jaringan pembuluh seperti sistem kardiovaskular tetapi tidak
memiliki jantung yang memompa, dan hanya terdiri dari jenis pembuluh dengan katup dan
kelenjar di tempat-tempat tertentu seperti ketiak, timus, limpa dan leher. Cairan yang beredar ini
disebut getah bening, yang, sebenarnya, berasal dari plasma darah yang dipaksa keluar dari
pembuluh darah.
Namun, tanpa ada sel darah merah dan protein darah. Limfe terakumulasi dalam ruang
interstitial sebagai cairan interstitial. Hal ini diedarkan oleh kontraksi otot yang berdekatan
dengan kelenjar. Saluran membawa cairan ke seluruh tubuh untuk mengalirkan getah bening
kembali ke sistem peredaran darah. Kelenjar getah bening hadir pada interval tertentu membantu
menyaring benda asing dari getah bening. Getah bening mengandung leukosit untuk mendukung
kekebalan dan pertahanan terhadap penyakit. Sistem limfatik mengangkut lemak yang diserap
dari usus halus ke hati, cairan interstitial beredar dan memainkan peran penting dalam
pertahanan terhadap agen-agen asing atau mikroba.
 Perbedaan Sistem Peredaran Darah dan Sistem limfatik
Sistem peredaran darah Sistem peredaran darah adalah kombinasi dari sistem limfatik dan
sistem kardiovaskular. Ini terdiri dari jantung, pembuluh darah dan darah serta getah bening,
kelenjar getah bening, dan pembuluh limfatik. Dia mengontrol aktivitas seluruh transportasi di
dalam tubuh. Hal ini bertanggung jawab untuk pertukaran dan transportasi gas, transportasi
makanan diserap, transportasi hormon dan enzim, membawa produk-produk limbah dari
berbagai jaringan, dan menciptakan kekebalan dan perlindungan dari benda asing. Ada dua jenis
utama dari sistem peredaran darah disebut terbuka dan tertutup. Sistem peredaran darah terbuka
adalah sistem di mana darah bebas di ruang tubuh dalam sebagian besar dari sirkulasi. Namun
dalam sistem peredaran tertutup darah tidak pernah meninggalkan pembuluh darah seperti dalam
sistem peredaran darah mamalia.
Perbedaan antara Sistem Peredaran Darah dan Sistem limfatik, yaitu:

57
o Sistem limfatik pada dasarnya adalah bagian dari sistem peredaran darah. Oleh karena itu,
berbagi fungsi dengan sistem peredaran darah membawa cairan dan bahan terlarut dari salah
satu ke yang lain.
o Namun, sistem limfatik tidak memiliki darah dan dua jenis pembuluh: vena dan arteri, di
mana mereka dibawa.
o Cairan dari sistem peredaran darah bergerak melalui jantung, arteri, kapiler, pembuluh darah
dan paru-paru, tapi getah bening hanya mengalir melalui pembuluh limfatik.
o Media konduktif dari sistem peredaran darah terdiri dari eritrosit plasma, leukosit dan
trombosit. Tapi getah bening hanya terdiri dari limfosit, yang membantu menciptakan respon
imun.
o Media konduktif dari sistem peredaran darah bertanggung jawab untuk pengangkutan gas
pernapasan ke seluruh tubuh. Karena pigmen pernapasan hilang dari getah bening, tidak
dapat berkontribusi untuk ini.
o Sistem peredaran darah membawa bahan makanan yang dicerna dan limbah dari sel ke dan
dari organ, tetapi sistem limfatik hanya membawa lemak tercerna.
o Leukosit dalam darah menimbulkan pertahanan terhadap benda asing yang menyerang dan
racun, tapi limfosit dari sistem limfatik, yang membantu, membangun kekebalan.
o Sistem limfatik, oleh karena itu, tidak hanya bagian dari sistem peredaran darah, tetapi juga
merupakan bagian penting dari itu.

58
RESUME MATERI BAB 4
PROSES RESPIRASI PADA HEWAN

A. Pengertian Sistem Pernapasan


Pernapasan (Respirasi) adalah peristiwa menghirup udara dari luar yang,mengandung
(oksigen) serta menghembuskan udara yang banyak memngandung karbondioksida sebagai sisa
dari oksidasi keluar dari tubuh. Pengisapan udara ini disebut inspirasi dan menghembuskan
disebut ekspirasi.
1. INSPIRASI
Inspirasi terjadi ketika tekanan alveoli dibawah tekanan atmosfir. Otot yang paling penting
dalam inspirasi adalah diafragma, bentuknya melengkung dan melekat pada iga paling bawah
dan oto interkosta eksterna. ketika diafragma berkontraksi bentuknya menjadi datar dan menekan
dibawahnya yaitu pada isi abdomen dan mengangkat iga. Keadaan ini menyebabkan pembesaran
rongga toraks dan paru-paru.meningkatnya ukuran dada menurunkan tekan intrapleura sehinggah
paru-paru menjadi mengembang. mengembangnya paru-paru berakibat pada penurunan tekanan
alveolus sehingga udara bergerak menurut gradien tekanan dari atmosfir kedalam paru-paru. Hal
ini berlangsung terus sampai tekanan menjadi sama dengan tekanan atmosfer, demikian
seterusnya.
2. EKSPIRASI
Ekspirasi merupakan proses pasif, tidak ada kontraksi otot-otot aktif. Pada akhirnya
inspirasi otot-otot respirasi relaks, membiarkan elastisitas paru dan rongga dada untuk mengisi
volume paru.ekspirasi terjadi ketika tekanan alveolus lebih tinggi dari tekanan atmosfir.
Relaksasi diafragma dan otot interkosta eskterna mengakibatkan recoil elastic dinding dada dan
paru sehingga terjadi tekanan alveolus dan menurunkan volune paru, dengan demikian udara
bergerak dari paru-paru keatmosfer. Sistem respirasi berperan dalam menjamin ketersediaan
oksigen untuk kelangsungan metabolisme sel-sel tubuh dan pertukaran gas. Melalaui peran
system respirasi oksigen di ambil dari atmosfir, di transport masuk ke paru-paru dan terjadi
pertukaran gas oksigen dengan karbondioksida di alveoli, selanjutnya oksigen akan di difusi
masuk kafiler darah untuk di manfaatkan oleh sel dalam proses metabolisme.

59
B. Organ-organ Pernapasan Pada Hewan Vertebrata dan Invertebrata

a. Organ Pernapasan Pada Hewan Vertebrata

1) Sistem Respirasi Pada Ikan


Ikan bernapas pada insang yang terdapat di sisi kanan dan kiri kepala (kecuali ikan Dipnoi
yang bernapas dengan paru-paru). Selain berfungsi sebagai alat pernapasan, insang juga
berfungsi sebagai alat ekskresi dan transportasi garam-garam. Oksigen dalam air akan berdifusi
ke dalam sel-sel insang. Darah di dalam pembuluh darah pada insang mengikat oksigen dan
membawanya beredar ke seluruh jaringan tubuh, darah akan melepaskan dan mengikat
karbondioksida serta membawanya ke insang. Dari insang, karbondioksida keluar dari tubuh ke
air secara difusi.
Insang (branchia) akan tersusun atas bagian-bagian berikut ini:
1. Tutup insang (operculum). Hanya terdapat pada ikan bertulang sejati, sedangkan pada ikan
bertulang rawan, tidak terdapat tutup insang. Operculum berfungsi melindungi bagian kepala
dan mengatur mekanisme aliran air sewaktu bernapas,
2. Membrane brankiostega (selaput tipis di tepi operculum), berfungsi sebagai katup pada
waktu air masuk ke dalam rongga mulut,
3. Lengkung insang (arkus brankialis), sebagai tempat melekatnya tulang tapis insang dan
daun insang, mempunyai banyak saluran-saluran darah dan saluran syaraf,
4. Tulang tapis insang, berfungsi dalam sistem pencernaan untuk mencegah keluarnya
organisme makanan melalui celah insang,
5. Daun insang, berfungsi dalam sistem pernapasan dan peredaran darah, tempat terjadinya
pertukaran gas O2 dengan CO2,
6. Lembaran (filamen) insang (holobran kialis) berwarna kemerahan,

60
7. Saringan insang (tapis insang) berfungsi untuk menjaga agar tidak ada benda asing yang
masuk ke dalam rongga insang.
Insang berbentuk lembaran-lembaran tipis berwarna merah muda dan selalu lembab.
Bagian terluar dari insang berhubungan dengan air, sedangkan bagian dalam berhubungan erat
dengan kapiler-kapiler darah. Tiap lembaran insang terdiri dari sepasang filamen, dan tiap
filamen mengandung banyak lapisan tipis (lamela). Pada filamen terdapat pembuluh darah yang
memiliki banyak kapiler sehingga memungkinkan O2 berdifusi masuk dan CO2 berdifusi keluar.
Insang pada ikan bertulang sejati ditutupi oleh tutup insang yang disebut operculum, sedangkan
insang pada ikan bertulang rawan tidak ditutupi oleh operculum.
Insang tidak saja berfungsi sebagai alat pernapasan tetapi dapat pula berfungsi sebagai alat
ekskresi garam-garam, penyaring makanan, alat pertukaran ion, dan osmoregulator. Beberapa
jenis ikan mempunyai labirin yang merupakan perluasan ke atas dari insang dan membentuk
lipatan-lipatan sehingga merupakan rongga-rongga tidak teratur. Labirin ini berfungsi
menyimpan cadangan O2 sehingga ikan tahan pada kondisi yang kekurangan O2. Contoh ikan
yang mempunyai labirin adalah ikan gabus dan ikan lele. Untuk menyimpan cadangan O2, selain
dengan labirin, ikan mempunyai gelembung renang yang terletak di dekat punggung.

2) Sistem Respirasi pada Burung


Alat pernapasan pada burung adalah paru-paru. Ukuran paru-paru relativ kecil
dibandingkan ukuran tubuh burung. Paru-paru burung terbentuk oleh bronkus primer, bronkus
sekunder, dan pembuluh bronkiolus. Bronkus primer berhubungan dengan mesobronkus.
Mesobronkus merupakan bronkiolus terbesar. Mesobronkus bercabang menjadi dua set bronkus
sekunder arterior dan posterior yang disebut ventrobronkus dan dorsobronkus dihubungkan oleh
parobronkus. Paru-paru burung memiliki ±1000 buah parabronkus yang bergaris tengah ±0,5
mm. Paru-paru burung memiliki perluasan yang disebut kantong udara yang mengisi daerah
selangka dada atas, dada bawah, daerah perut, daerah tulang humerus dan daerah leher. Berturut-
turut dari luar ke dalam. Susunan alat pernapasan burung adalah sebagai berikut:
 Lubang hidung,
 Celah tekak pada dasar faring, berhubungan dengan trakea,
 Trakea, berupa pipa dengan penebalan tulang rawan berbentuk cincin yang tersusun di

61
sepanjang trakea,
 Siring (alat suara), terletak di bagian bawah trakea. Dalam siring terdapat otot sternotrakealis
yang menghubungkan tulang dada dan trakea, serta berfungsi untuk menimbulkan suara.
Selain itu terdapat juga otot siringialis yang menghubungkan siring dengan dinding trakea
sebelah dalam. Dalam rongga siring terdapat selaput yang mudah bergetar. Getaran selaput
suara tergantung besar kecilnya ruangan siring yang diatur oleh otot sternotrakealis dan otot
siringalis,
 Bifurkasi trakea, yaitu percabangan trakea menjadi dua bronkus kanan dan kiri,
 Bronkus (cabang trakea) terletak di antara siring dan paru-paru,
 Paru-paru dengan selaput pembungkus paru-paru yang disebut pleura.
Pada burung, tempat berdifusinya gas pernapasan hanya terjadi di paru-paru. Paru-paru
burung berjumlah sepasang dan terletak dalam rongga dada yang dilindungi oleh tulang rusuk.

3) Sistem Respirasi Pada Amphibi


Pada katak, oksigen berdifusi lewat selaput rongga mulut, kulit, dan paru-paru. Kecuali
pada fase berudu bernapas dengan insang karena hidupnya di air. Selaput rongga mulut dapat
berfungsi sebagai alat pernapasan karma tipis dan banyak terdapat kapiler yang bermuara di
tempat itu. Pada saat terjadi gerakan rongga mulut dan faring, Iubang hidung terbuka dan glotis
tertutup sehingga udara berada di rongga mulut dan berdifusi masuk melalui selaput rongga
mulut yang tipis. Selain bernapas dengan selaput rongga mulut, katak bernapas pula dengan
kulit, ini dimungkinkan karma kulitnya selalu dalam keadaan basah dan mengandung banyak
kapiler sehingga gas pernapasan mudah berdifusi. Oksigen yang masuk lewat kulit akan
melewati vena kulit (vena kutanea) kemudian dibawa ke jantung untuk diedarkan ke seluruh
tubuh. Sebaliknya karbon dioksida dari jaringan akan di bawa ke jantung, dari jantung dipompa
ke kulit dan paru- paru lewat arteri kulit pare-paru (arteri pulmo kutanea). Dengan demikian
pertukaran oksigen dan karbon dioksida dapat terjadi di kulit.
Selain bernapas dengan selaput rongga mulut dan kulit, katak bernapas juga dengan paru-
paru walaupun paru-parunya belum sebaik paru-paru mamalia. Katak mempunyai sepasang paru-
paru yang berbentuk gelembung tempat bermuaranya kapiler darah. Permukaan paru-paru
diperbesar oleh adanya bentuk- bentuk seperti kantung sehingga gas pernapasan dapat berdifusi.
Paru-paru dengan rongga mulut dihubungkan oleh bronkus yang pendek.

62
Dalam paru-paru terjadi mekanisme inspirasi dan ekspirasi yang keduanya terjadi saat
mulut tertutup. Fase inspirasi adalah saat udara (kaya oksigen) yang masuk lewat selaput rongga
mulut dan kulit berdifusi pada gelembung-gelembung di paru-paru. Mekanisme inspirasi adalah
sebagai berikut. Otot Sternohioideus berkonstraksi sehingga rongga mulut membesar, akibatnya
oksigen masuk melalui koane.
Setelah itu koane menutup dan otot rahang bawah dan otot geniohioideus berkontraksi
sehingga rongga mulut mengecil. Mengecilnya rongga mulut mendorong oksigen masuk ke paru-
paru lewat celah-celah. Dalam paru-paru terjadi pertukaran gas, oksigen diikat oleh darah yang
berada dalam kapiler dinding paru-paru dan sebaliknya, karbon dioksida dilepaskan ke
lingkungan. Mekanisme ekspirasi adalah sebagai berikut. Otot-otot perut dan sternohioideus
berkontraksi sehingga udara dalam paru-paru tertekan keluar dan masuk ke dalam rongga mulut.
Celah tekak menutup dan sebaliknya koane membuka. Bersamaan dengan itu, otot rahang bawah
berkontraksi yang juga diikuti dengan berkontraksinya geniohioideus sehingga rongga mulut
mengecil. Dengan mengecilnya rongga mulut maka udara yang kaya karbondioksida keluar

4)Sistem Respirasi Pada Reptil


Paru-paru reptilia berada dalam rongga dada dan dilindungi oleh tulang rusuk. Paru-paru
reptilia lebih sederhana, hanya dengan beberapa lipatan dinding yang berfungsi memperbesar
permukaan pertukaran gas. Pada reptilia pertukaran gas tidak efektif. Pada kadal, kura-kura, dan
buaya paru- paru lebih kompleks, dengan beberapa belahanbelahan yang membuat paru-parunya
bertekstur seperti spon. Paru-paru pada beberapa jenis kadal misalnya bunglon Afrika
mempunyai pundi- pundi hawa cadangan yang memungkinkan hewan tersebut melayang di
udara.

C. Organ Pernapasan Pada Hewan Invertebrata


1) Respirasi Serangga
Proses respirasi pada serangga, sama dengan pada organisme lain, merupakan proses
pengambilan oksigen (O2), untuk diproses dalam mitokhondria. Baik serangga terestrial maupun
akuatik membutuhkan O2 dan membuang CO2, namun pada keduanya terdapat perbedaan jelas:
di udara terdapat kl. 20% oksigen, sedang di air 10%. Oleh karenanya kecepatan diffusinya juga
berbeda, di air 3 x 106 lebih kecil daripada kecepatan diffusi O2 di udara.

63
Sistem pernafasan pada serangga mengenal dua sistem, yaitu sistem terbuka dan sistem
tertutup. Digunakan alat atau organ yang disebut spirakulum (spiracle), juga tabung-tabung
trakhea dan trakheola. Tekanan total dari udara sebenarnya merupakan jumlah tekanan gas N2,
O2, CO2 dan gas-gas lain. O2 sendiri masuk ke dalam jaringan dengan satu proses tunggal yaitu
adanya tekanan udara dalam jaringan. Tekanan O2 dengan demikian harus lebih besar daripada
tekanan udara dalam jaringan, sebaliknya tekanan CO2 dalam jaringan harus lebih besar
dibanding yang ada di udara.
Pada umumnya serangga akuatik kecil luas permukaan tubuhnya lebih besar daripada
volumenya, sehingga diffusi O2 dapat berjalan dengan baik berhubung luas permukaan yang
cukup untuk akomodasi aliran O2 dari luar tubuh.
Sebaliknya pada serangga yang ukurannya lebih besar, harus dibantu dengan menggunakan
kantung udara (air-sacs), yang mengumpulkan udara dengan mekanisme kontraksi, yang harus
didukung oleh suatu sistem pemanfaatan energi. Contohnya pada beberapa jenis belalang yang
mampu hidup di dalam air.
Sistem respirasi terbuka banyak digunakan oleh serangga-serangga darat dan beberapa
jenis serangga air, sedang sistem tertutup digunakan oleh serangga air, yang tidak menggunakan
spirakulum, antara lain untuk mencegah supaya jangan terjadi evapotranspirasi.
Pada kepik air (Belastomatidae) digunakan apa yang disebut “insang fisis” atau physical
gill digunakan untuk mengumpulkan gelembung, dan jaringan mengambil O2 dari dalam
gelembung- gelembung udara yang disimpan. Jika tekanan parsial O2 menurun, tekanan udara di
dalam air menjadi lebih besar, akan ada gerakan udara dari dalam air ke dalam tubuh serangga,
sehingga terkumpullah gelembung-gelembung udara. Apabila di dalam gelembung udara yang
disaring tersebut sudah terkandung terlalu banyak N2, maka serangga akan muncul ke
permukaan dan membuka mulut.
Sebaliknya terdapat juga serangga yang mampu tinggal lama di dalam air dengan bantuan
suatu organ yang disebut plastron, suatu filamen udara. Dengan alat ini maka CO2 yang
terbentuk dibuang, dan O2 yang terlarut diambil langsung. Bangunan ini sering juga disebut
sebagai insang fisis khusus (special physical gill). Karenanya serangga mampu bertahan di

64
dalam air dalam jangka waktu yang lebih lama. Serangga air juga ada yang memanfaatkan
insang trakheal (tracheal gill).
Jika otot perut belalang berkontraksi maka trakea mexrupih sehingga udara kaya CO2
keluar. Sebaliknya, jika otot perut belalang berelaksasi maka trakea kembali pada volume semula
sehingga tekanan udara menjadi lebih kecil dibandingkan tekanan di luar sebagai akibatnya
udara di luar yang kaya O2 masuk ke trakea.
Sistem trakea berfungsi mengangkut O2 dan mengedarkannya ke seluruh tubuh, dan
sebaliknya mengangkut CO2 basil respirasi untuk dikeluarkan dari tubuh. Dengan demikian,
darah pada serangga hanya berfungsi mengangkut sari makanan dan bukan untuk mengangkut
gas pernapasan..
Di bagian ujung trakeolus terdapat cairan sehingga udara mudah berdifusi ke jaringan.
Pada serangga air seperti jentik nyamuk udara diperoleh dengan menjulurkan tabung pernapasan
ke perxnukaan air untuk mengambil udara.
Serangga air tertentu mempunyai gelembung udara sehingga dapat menyelam di air dalam
waktu lama. Misalnya, kepik Notonecta sp. mempunyai gelembung udara di organ yang
menyerupai rambut pada permukaan ventral. Selama menyelam, O2 dalam gelembung
dipindahkan melalui sistem trakea ke sel-sel pernapasan.
Selain itu, ada pula serangga yang mempunyai insang trakea yang berfungsi menyerap
udara dari air, atau pengambilan udara melalui cabang-cabang halus serupa insang. Selanjutnya
dari cabang halus ini oksigen diedarkan melalui pembuluh trakea.
Pada kepik air (Belastomatidae) digunakan “insang fisis” atau physical gill digunakan
untuk mengumpulkan gelembung, dan jaringan mengambil O2 dari dalam gelembung-
gelembung udara yang disimpan. Jika tekanan parsial O2 menurun,tekanan udara di dalam air
menjadi lebih besar, akan ada gerakan udara dari dalam air ke dalam tubuh serangga, sehingga
terkumpullah gelembung-gelembung udara. Apabila di dalam gelembung udara yang disaring
tersebut sudah terkan¬dung terlalu banyak N2, maka serangga akan muncul ke permukaan dan
membuka mulut.
Sebaliknya terdapat juga serangga yang mampu tinggal lama di dalam air dengan bantuan
suatu organ yang disebut plastron, suatu filamen udara. Dengan alat ini maka CO2 yang

65
terbentuk dibuang, dan O2 yang terlarut diambil langsung (bukan dalam ujud gelembung udara).
Bangunan ini sering juga disebut sebagai insang fisis khusus (special physical gill). Karenanya
serangga mampu bertahan di dalam air dalam jangka waktu yang lebih lama. Serangga air juga
ada yang memanfaatkan insang trakheal (tracheal gill), yang merupakan insang biologis,
berfungsi karena gerak biologis.

2) Filum Protozoa
Respirasi dengan cara aerob atau anaerob. Pada respirasi aerob terjadi oksidasi dengan O2
yang masuk dalam tubuh dengan cara difusi dan osmosis melalui seluruh permukaan tubuh,
sedang pada anaerob terjadi pembongkaran zat yang kompleks menjadi zat yang sederhana
dengan menggunakan enzim-enzim tanpa memerlukan oksigen. Hasil kedua peristiwa itu akan
sama yakni dihasilkan energi dan zat sisa-sisa yang akan ditampung dalam vakuola kontraktil
sebagai zat ekskresi.
3) Filum Porifera (Hewan Spons)
Sebetulnya spons tidak mempunyai alat atau organ pernafasan khusus, kendati demikian
mereka dalam hal respirasi bersifat aerobik. Dalam hal ini yang bertugas
menangkap/mendifusikan oksigen yang terlarut di dalam air medianya bila di jajaran luar adalah
sel-sel epidermis (sel-sel pinakosit), sedangkan pada jajaran dalam yang bertugas adalah sel-sel
leher (khoanosit) selanjutnya oksigen yang telah berdifusi ke dalam kedua jenis sel tersebut
diedarkan ke seluruh tubuh oleh amoebosit. Berhubung hewan spons bersifat sesil artinya tidak
mengadakan perpindahan tempat sedangkan hidupnya sepenuhnya tergantung akan kaya
tidaknnya kandungan material (oksigen, partikel makanan) dari air yang merupakan medianya,
maka ketika Porifera masih dalam fase larva yang sanggup mengadakan pergerakan yaitu
berenang-renang mengenbara kian kemari dengan bulu-bulu getarnya, ia akan memilih tempat
yang strategis dalam arti yang kaya akan kandungan material yang dibutuhkan untuk
kepentingan hidup. Bila air yang merupakan media hidupnya itu mengalami penyusutan
kandungan oksigennya, maka hal ini akan mempengaruhi kehidupan Porifera yang bersangkutan,
artinya tubuhnya juga akan mengalami penyusutan sehingga menjadi kecil dan bila kekurangan
sampai melampaui batas toleransinya maka Poriferanya akan mati.
4) Filum Coelenterata (Hewan Berongga)

66
Hewan Hydra “pertukaran gas pada hydra terjadi secara langsung pada permukaan
tubuhnya. Hal ini karena Hydra tidak mempunyai organ khusus untuk pernafasan, pembuangan
hasil ekskresi, dan juga tidak mempunyai darah serta sistem peredaran darah. Semua organ-organ
itu bagi Hydra tidak diperlukan, sebab tubuhnya tersusun atas deretan sel-sel yang sebagian
besar masih bebas bersentuhan langsung dengan air yang ada di sekitarnya. Di samping itu
dinding tubuh Hydra merupakan dinding yang tipis, oleh sebab itu pertukaran gas oksigen dan
karbondioksida maupun zat-zat sampah dari bahan nitrogen tidak menjadi persoalan bagi tubuh
Hydra. Pertukaran zat tersebut berlangsung secara langsung dengan dunia luar secara difusi dan
osmosis melalui membran dari masing-masing sel. Dengan perkataan lain proses pernafasan
maupun pembuangan sisa metabolisme dilakukan secara mandiri oleh masing- masing sel ynag
bersangkutan.
Hewan Scypozoa “seperti halnya hydra, Ubur-ubur ini tidak mempunyai alat respirasi
maupun ekskresi yang khusus. Kedua proses tersebut dilakukan secara langsung melalui seluruh
permukaan tubuhnya. Dalam hal ini sistem saluran air dan sistem saluran gastrovaskular sangat
membantu dalam memperlancar proses respirasi maupun ekskresi. Gas-gas O2 yang terlarut di
dalam air akan masuk secara difusi masuk kedalam lapisan epidermis maupun gastrodermis
tubuh ubur-ubur. Sebaliknya gas-gas O2 yang dihasilkan dari proses respirasi akan dikeluarkan
dari tubuhnya secara difusi. Demikian halnya dengan zat- zat sampah, terutama yang berupa zat-
zat nitrogen sebagai sisa-sisa metabolisme, akan dibuang secara langsung oleh sel-sel epidermis
maupun gastrodermis ke lingkungan luar tubuh.
Hewan Anthozoa “seperti halnya Coelenterata yang lain, tidak mempunyai alat khusus
untuk pernafasan maupun pembuangan hasil ekskresi. Dalam hal ini pernafasan baik pemasukan
oksigen yang terlarut di dalam air laut, maupun pengeluaran gas karbondioksida berlangsung
secara difusi-osmosis secara langsung melalui semua permukaan tubuhnya. Yang dimaksud
dengan permukaan tubuh ialah baik permukaan epidermis maupun permukaan gastrodermis yang
menghadap kearah liang atau rongga gastrovaskuler. Dalam hal ini, aliran air yang timbul di
dalam saluran gastrovaskuler disebabkan oleh gerak sapu dari rambut-rambut getar yang
berjajar-jajar di bagian dinding stomodeum maupun dinding gastrovaskular (coelenteron). Gerak
rambut getar yang ada pada dinding gastrovaskular menimbulkan aliran air ke luar. Kedua
mekanisme ini sangat membantu dalam hal pertukaran gas maupun sisa-sisa metabolisme
lainnya.

67
5) Filum Platyhelminthes
Cacing pipih belum memiliki alat pernafasan khusus. Pengambilan oksigen bagi anggota
yang hidup bebas dilakukan secara difusi melalui permukaan tubuh. Sementara anggota yang
hidup sebagai endoparasit bernafas secara anaerob, artinya respirasi berlangsung tanpa oksigen.
Hal ini terjadi karena cacing endoparasit hidup pada lingkungan yang kekurangan oksigen.

6) Filum Nemathelminthes
Cacing Ascaris tidak mempunyai alat respirasi. Respirasi dilakukan secara anaerob. Energi
diperoleh dengan cara mengubah glikogen menjadi CO2 dan asam lemak yang diekskresikan
melalui kutikula. Namun sebenarnya Ascaris dapat mengkonsumsi oksigen kalau di
lingkungannya tersedia. Jika oksigen tersedia, gas itu diambil oleh hemoglobin yang ada di
dalam dinding tubuh dan cairan pseudosoel.

5) Filum Annelida
Cacing tanah bernapas dengan kulitnya, sebab kulitnya bersifat lembab, tipis, banyak
mengandung kapiler-kapiler darah.

6) Filum Mollusca
Sebagian besar Mollusca organ respirasinya adalah insang. Insang diadaptasikan untuk
pertukaran gas oksigen dan kabondioksida dalam air melalui permukaan insang yang luas dan
berbentuk membran yang tipis. Pada Mollusca, insang disebut juga ktinidium (Yunani : kteis;
sebuah sisir). Ktenidia terdiri atas sebuah filamen (= lamela) yang ditutupi silia. Gerakan silia
menyebabkan air melintasi permukaan filamen, oksigen berdifusi melintasi membran menuju ke
darah, dan karbondioksida berdifusi keluar. Pada beberapa Mollusca seperti remis dan bivalvia
lain, silia pada insang juga berperan menyaring partikel makanan, kemudian mengirimnya ke
mulut dalam bentuk benang lendir. Setelah insang aliran air biasanya menuju anus dan saluran
keluar ginjal sambil membawa bahan yang akan dibuang. Pada beberapa Mollusca, air masuk
melalui incurent siphon dan keluar melalui excurent siphon. Sebelum mencapai insang aliran air
yang masuk dideteksi oleh organ sensorik (osphradium) yang dapat berfungsi mendeteksi
endapan lumpur, makanan atau predator.

68
Beberapa Mollusca yang tidak memiliki insang, maka pertukaran gas respirasi terjadi
secara langsung melalui permukaan mantel. Keong memiliki kemampuan adaptasi intuk
kehidupan darat yaitu dengan hilangnya insang, maka mantel yang dimilikinya dimodifikasi
menjadi sebuah paru-paru untuk pernapasan udara. Beberapa keong (pulmoat) kembali ke habitat
air, namun tetap mempertahankan paru-parunya. Untuk itu mereka terlihat sering merambat naik
ke permukaan air untuk mengambil udara.
7) Filum Echinodermata
Organ respirasi pada Asterias adalah insang, atau papula dan kaki tabung. Papula
merupakan organ respirasi utama. Mereka adalah sederhana, kontraktil, transparan, hasil
pertumbuhan dari dinding tubuh pada permukaan aboral mempunyai ephithelium bersilia pada
permukaan sebelah luar dan sebelah dalamnya. Itu merupakan derivat atau perubahan lanjut dari
coelom dan sisa lumennya berhubungan langsung dengan coelom. Pertukaran O2 dan CO2
terjadi di antara air laut dan cairan tubuh dari insang-insangnya. Silia pada epithelium
mempunyai peranan vital dalam menggerakkan cairan coelom dan dalam menciptakan air untuk
pernapasan keluar masuk di dalam air laut. Di samping dindingnya tipis, kaya akan percabangan
dan bagia-bagian tubuh lembab, juga bertindak sebagai organ-organ respirasi.

D. Mekanisme Pernapasan Transport Oksigen dan Karbondioksida

1) Protozoa
Mekanisme Pernapasan :
Oksigen di udara -> berdifusi melalui membran ke sitoplasama -> menuju
mitokondria - oksigen digunakan untuk memecah senyawa organik -> menghasilkan
energi dan zat sisa berupa air dan karbon dioksida -> zat sisa menuju membran ->
karbon dioksida berdifusi- karbon dioksida masuk ke udara
69
Protozoa tidak mempunyai alat pernapasan khusus untuk memperoleh oksigen dan
mengeluarkan karbon dioksida. Oksigen masuk ke dalam sel malalui selaput plasma secara
difusi. Demikian juga karbon dioksida dari dalam sel deikeluarkan melalui selaput
plasma.Hewan bersel satu hanya mempunyai satu sel, oleh karena itu seluruh proses kehidupan
dilakukan di dalam sel tersebut. Hewan bersel satu sangat kecil, hanya dapat dilihat dengan
mikroskop. Hewan ini hidup di tempat-tempat berair, misal danau, sungai, laut, tanah basah.
Hewan bersel satu bernafas melalui seluruh permukaan tubuhnya. Pada saat hewan ini bernafas,
oksigen (O2) masuk dan karbondioksida (CO2) keluar melalui permukaan tubuh secara difusi,
yaitu O2 masuk dan CO2 keluar dengan cara menembus dinding sel yang tipis. Contoh hewan
bersel satu adalah Amuba, Euglena dan Paramaecium Protozoa tidak mempunyai alat pernapasan
khusus untuk memperoleh oksigen dan mengeluarkan karbon dioksida. Oksigen masuk ke dalam
sel malalui selaput plasma secara difusi. Demikian juga karbon dioksida dari dalam sel
deikeluarkan melalui selaput plasma

2) Porifera

Mekanisme Pernapasan :
Air beroksigen masuk ke tubuh melalui pori-pori -> oksigen dalam air masuk melalui
koanosit secara difusi dibawa ke mitokondria -> oksigen dipakai mengurai senyawa organik –
menghasilkan karbon dioksida -> karbon dioksida larut dalam air -> air dibawa menuju
membran -> keluar dari membran menuju spongosol -> digerakkan sel flagellum koanosit ->
keluar melalui oskulum
Porifera bernapas dengan cara memasukkan air melalui pori-pori (ostium) yang terdapat
pada seluruh permukaan tubuhnya, masuk ke dalam rongga spongocoel. Proses pernapasan
selanjutnya dilakukan oleh sel leher (koanosit), yaitu sel yang berbatasan langsung dengan
rongga spongocoe. Aliran air yang masuk melalui ostium menuju rongga spongocoel membawa
oksigen sekaligus zat-zat makanan. Pengikatan O2 dan pelepasan CO2 dilakukan oleh sel leher

70
(koanosit). Selain melakukan fungsi pernapasan, sel leher sekaligus melakukan proses
pencernaan dan sirkulasi zat makanan. Selanjutnya, air keluar melalui oskulum.
3) Cacing

Mekanisme Pernapasan :
Oksigen dari lingkungan berdifusi -> masuk ke kapiler darah pada kulit -> oksigen diikat
hemoglobin -> darah diedarkan ke seluruh tubuh -> menghasilkan karbon dioksida ->
karbon dioksida berdifusi keluar melalui kulit
Cacing menggunakan permukaan tubuhnya untuk bernapas. Hewan ini memanfaatkan
permukaan kulitnya untuk bernapas. Oleh karena itu, kulit cacing tanah selalu basah untuk
memudahkan terjadinya pertukaran udara. Di bawah permukaan kulitnya yang basah tersebut,
ternyata terdapat kapiler-kapiler darah. Melalui kapiler ini, oksigen berdifusi masuk ke dalam
kulit, lalu ditangkap dan diedarkan oleh sistem peredaran darah. Sebaliknya, karbon dioksida
yang terkandung dalam darah dilepaskan dan berdifusi keluar tubuh. Sebagian besar Vermes
bernapas menggunakan permukaan tubuhnya, misalnya anggota filum Platyhelminthes yaitu
Planaria dan anggota filum Annelida yaitu cacing tanah (Pheretima sp.). Namun, pada beberapa
Annelida bernapas dengan insang, misalnya Annelida yang hidup di air yaitu Polychaeta
(golongan cacing berambut banyak) ini bernapas menggunakan sepasang porapodia yang
berubah menjadi insang.
Pada Planaria, O2 yang terlarut di dalam air berdifusi melalui permukaan tubuhnya.
Demikian juga dengan pengeluaran CO2. Pada cacing tanah, O2 berdifusi melalui permukaan
tubuhnya yang basah, tipis, dan memiliki pembuluh - pembuluh darah. Selanjutnya, O2
diedarkan ke seluruh tubuh oleh sistem peredaran darah. CO2 sebagai sisa pernapasan
dikeluarkan dari jaringan oleh pembuluh darah, kemudian keluar melalui permukaan tubuh
secara difusi.

71
4) Molusca

Mekanisme Pernapasan :
oksigen dari luar -> masuk ke tubuh -> melalui paru-paru (moluska darat) / insang (moluska
air) -> menuju ke jantung -> melalui aorta -> menyebar ke hemosoel
Hewan bertubuh lunak (Mollusca) yang hidup di air, seperti siput, cumi-cumi, dan kerang
(Bivalvia) bernapas menggunakan insang. Aliran air masuk ke dalam insang dan terjadi
pertukaran udara dalam lamela insang. Mollusca yang hidup di darat, seperti siput darat (bekicot)
bernapas menggunakan paru-paru.

5) Amphibi

Mekanisme Pernapasan :
Fase larva & berudu
Oksigen dalam air -> masuk ke tubuh -> melalui insang -> berdifusi ke pembuluh darah ->
tersebar ke seluruh tubuh -> menghasilkan karbon dioksida -> kembali ke insang ->
melepas karbon dioksida
Fase katak dewasa

72
Oksigen dalam udara -> masuk ke tubuh -> melalui hidung ke rongga mulut -> melalui
paru- paru -> melalui alveolus -> terjadi pertukaran gas -> kembali ke paru-paru ->
keluarkan karbon dioksida dari hidung
Alat pernafasan berupa selaput rongga mulut, kulit dan paru-paru. Alat pernafasan ini
mempunyai lapisan tipis dan basah yang berdekatan dengan pembuluh darah sehingga oksigen
dapat berdifusi. Selaput rongga mulut, bila faring rongga mulut bergerak, lubang hidung terbuka
dan glotis tertutup sehingga udara masuk rongga mulut melalui selaput rongga mulut yang tipis.
Kulit, oksigen masuk kulit melewati vena kulit (vena kutanea) kemudian ke jantun gdan
selanjutnya diedarkan ke seluruh tubuh. CO2 dari jaringan dibawa ke jantung dan selanjutnya ke
kulit dan paru-paru melalui arteri kulit paru-paru (arteri pulmo kutenea).
Paru-paru, terdapat sepasang paru-paru berbentuk gelembung tempat bermuara kapiler
darah. Katak tidak memiliki tulang rusuk dan diafragma, sehingga mekanisme pernafasan diatur
oleh otot rahang bawah dan otot perut. Katak inspirasi ekspirasi berlangsung pada saat mulut
tertutup. Pada katak, oksigen berdifusi lewat selaput rongga mulut, kulit, dan paru-paru. Kecuali
pada fase berudu bernapas dengan insang karena hidupnya di air. Selaput rongga mulut dapat
berfungsi sebagai alat pernapasan karma tipis dan banyak terdapat kapiler yang bermuara di
tempat itu. Pada saat terjadi gerakan rongga mulut dan faring, Iubang hidung terbuka dan glotis
tertutup sehingga udara berada di rongga mulut dan berdifusi masuk melalui selaput rongga
mulut yang tipis. Selain bernapas dengan selaput rongga mulut, katak bernapas pula dengan
kulit, ini dimungkinkan karma kulitnya selalu dalam keadaan basah dan mengandung banyak
kapiler sehingga gas pernapasan mudah berdifusi. Oksigen yang masuk lewat kulit akan
melewati vena kulit (vena kutanea)kemudian dibawa ke jantung untuk diedarkan ke seluruh
tubuh. Sebaliknya karbon dioksida dari jaringan akan di bawa ke jantung, dari jantung dipompa
ke kulit dan paru-paru lewat arteri kulit pare-paru(arteri pulmo kutanea). Dengan demikian
pertukaran oksigen dan karbon dioksida dapat terjadi di kulit.
Selain bernapas dengan selaput rongga mulut dan kulit, katak bernapas juga dengan
paruparu walaupun paru-parunya belum sebaik paru-paru mamalia. Katak mempunyai sepasang
paru-paru yang berbentuk gelembung tempat bermuaranya kapiler darah. Permukaan paru-paru
diperbesar oleh adanya bentuk- bentuk seperti kantung sehingga gas pernapasan dapat berdifusi.
Paru-paru dengan rongga mulut dihubungkan oleh bronkus yang pendek. Dalam paru-paru
terjadi mekanisme inspirasi dan ekspirasi yang keduanya terjadi saat mulut tertutup. Fase

73
inspirasi adalah saat udara (kaya oksigen) yang masuk lewat selaput rongga mulut dan kulit
berdifusi pada gelembung-gelembung di paru-paru.
Mekanisme inspirasi adalah Otot Sternohioideus berkonstraksi sehingga rongga mulut
membesar, akibatnya oksigen masuk melalui koane. Setelah itu koane menutup dan otot rahang
bawah dan otot geniohioideus berkontraksi sehingga rongga mulut mengecil. Mengecilnya
rongga mulut mendorong oksigen masuk ke paru-paru lewat celah-celah. Dalam paru-paru
terjadi pertukaran gas, oksigen diikat oleh darah yang berada dalam kapiler dinding paru-paru
dan sebaliknya, karbon dioksida dilepaskan ke lingkungan. Mekanisme ekspirasi adalah sebagai
berikut. Otot-otot perut dan sternohioideus berkontraksi sehingga udara dalam paru-paru tertekan
keluar dan masuk ke dalam rongga mulut. Celah tekak menutup dan sebaliknya koane membuka.
Bersamaan dengan itu, otot rahang bawah berkontraksi yang juga diikuti dengan berkontraksinya
geniohioideus sehingga rongga mulut mengecil. Dengan mengecilnya rongga mulut maka udara
yang kaya karbon dioksida keluar.
Katak dalam daur hidupnya mengalami metamorfosis atau perubahan bentuk. Pada waktu
muda berupa berudu dan setelah dewasa hidup di darat. Mula-nula berudu bernapas dengan
insang luar yang terdapat di bagian belakang kepala. Insang tersebut selalu bergetar yang
mengakibatkan air di sekitar insang selalu berganti. Oksigen yang terlarut dalam air berdifusi di
dalam pembuluh kapiler darah yang terdapat dalam insang. Setelah beberapa waktu insang luar
ini akan berubah menjadi insang dalam dengan cara terbentuknya lipatan kulit dari arah depan ke
belakang sehingga menutupi insang luar. Katak dewasa hidup di darat, pernapasannya dengan
paru-paru. Selain dengan paru-paru, oksigen dapat berdifusi dalam rongga mulut yaitu melalui
selaput rongga mulut dan juga melalui kulit. Sepasang paru-paru pada katak berbentuk seperti
balon elastis tipis yang diliputi kapiler darah. Dinding bagian dalam paru-paru ini memiliki
lipatanlipatan yang berperan sebagai perluasan. Paru-paru ini dihubungkan dengan semacam
bronkus pendek yang berhubungan dengan rongga mulut. Katak tidak memiliki tulang rusuk dan
diafragma. Mekanisme inspirasi dan ekspirasi terjadi karena kontraksi atau relaksasinya otot-otot
rahang bawah dan otot perut.
Rongga mulut membesar ketika otot rahang bawah (submaksilaris) mengendur, dan otot
sternohioideus di bagian bawah rahang berkontraksi. Hal ini menyebabkan peningkatan tekanan
dalam rongga mulut sehingga terjadi aliran udara melalui rongga mulut dan koane. Ketika otot
submaksilaris dan otot genio hioideus berkontraksi, rongga mulut mengecil. Koane menutup dan

74
celah faring membuka sehingga udara terdorong masuk ke dalam paruparu. Kemudian, di dalam
paru-paru terjadi pertukaran gas. Pada proses ekspirasi, otot submaksilaris kembali berelaksasi
dan otot sternohioideus serta otot-otot perut berkontrasi sehingga menekan paru-paru dan
mendorong udara kaya CO2 keluar rongga mulut. Segera setelah celah faring menutup dan koane
membuka, otot submaksilaris dan otot geniohioideus berkontraksi sehingga rongga mulut
mengecil. Akibatnya, udara yang kaya CO2 tertekan keluar. Pernapasan dengan menggunakan
kulit dapat berlangsung ketika berada di darat maupun di air. Kulit katak tipis dengan lendir yang
dihasilkan oleh kelenjar pada kulitnya. Selain itu, memiliki banyak kapiler yang merupakan
perkembangan dari sistem pernapasan menggunakan insang luar. Pada saat berada dalam
stadium larva, organ yang dimiliki bukanlah paru-paru, tetapi insang luar. Insang luar berupa
lipatan-lipatan kulit yang mengandung banyak pembuluh darah. Pada salamander, salah satu
jenis Amphibia, insang luar ini tetap ada hingga hewan tersebut dewasa.

6) Reptil

Mekanisme Pernapasan :
Oksigen dari air -> air disaring rigi-rigi pada lengkung insang -> melalui insang -> oksigen
diikat darah -> menuju ke seluruh tubuh -> mengikat karbon dioksida di jantung -> kembali
ke insang -> melepas karbon dioksida
Reptilia bernapas menggunakan paru-paru. Gas O2 dalam udara masuk melalui lubang
hidung -> rongga mulut -> anak tekak -> trakea yang panjang -> bronkiolus dalam paru-paru.
Dari paru-paru, O2 diangkut darah menuju seluruh jaringan tubuh. Dari jaringan tubuh, gas CO2
diangkut darah menuju jantung untuk dikeluarkan melalui paru-paru => bronkiolus -> trakea
yang panjang -> anak tekak -> rongga mulut -> lubang hidung. Pada Reptilia yang hidup di air,
lubang hidung dapat ditutup ketika menyelam.
Reptil bernafas dengan paru-paru. udara masuk melalui hidung, kemudian menuju batang
tenggorokan, lalu ke paru-paru. reptil yang sering berkubang di air misalnya buaya, lubang

75
hidungnya dapat ditutup sewaktu menyelam agar air tidak masuk ke dalam paru-paru. Contoh
reptil adalah ular, buaya, kadal, cicak, dan biawak.
Paru-paru reptilia berada dalam rongga dada dan dilindungi oleh tulang rusuk. Paru-paru
reptilia lebih sederhana, hanya dengan beberapa lipatan dinding yang berfungsi memperbesar
permukaan pertukaran gas. Pada reptilia pertukaran gas tidak efektif. Pada kadal, kura-kura, dan
buaya paru-paru lebih kompleks, dengan beberapa belahanbelahan yang membuat paru-parunya
bertekstur seperti spon. Paru-paru pada beberapa jenis kadal misalnya bunglon Afrika
mempunyai pundi-pundi hawa cadangan yang memungkinkan hewan tersebut melayang di udara

7) Pisces

Mekanisme Pernapasan :
Oksigen dari air -> air disaring rigi-rigi pada lengkung insang -> melalui insang -> oksigen
diikat darah -> menuju ke seluruh tubuh -> mengikat karbon dioksida di jantung -> kembali
ke insang -> melepas karbon dioksida
Ikan hidup di air rawa, sungai, laut, kolam, danau. Ikan bernafas dengan insang. Pernafasan
ikan berlangsung 2 tahap :
 Tahap I (Tahap Pemasukan) : Pada tahap ini mulut ikan membuka dan tutup insang menutup
sehingga air masuk rongga mulut, kemudian menuju lembaran insang, disinilah oksigen
yang larut dalam air diambil oleh darah, selain itu darah juga melepaskan karbondioksida
dan uap air.
 Tahap II (Tahap Pengeluaran) : Mulut menutup dan tutup insang membuka sehingga air dari
rongga mulut mengalir keluar melalui insang. Air yang dikeluarkan ini telah bercmpur
dengan CO2 dan uap air yang dilepaskan darah.
Insang adalah organ pernapasan utama pada ikan. Beberapa hewan lain juga memiliki
insang untuk bernapas, di antaranya udang, kepiting, cacing laut, serta bintang laut. Air berperan

76
sebagai media pernapasan. Oksigen yang terkandung di dalam air yang jumlahnya sangat sedikit,
disaring oleh lembaran-lembaran insang. Namun, konsentrasi oksigen di dalam air dapat berubah
sejalan dengan naiknya suhu dan salinitas air. Bahan-bahan pencemar organik yang diuraikan
oleh bakteri dan jamur juga dapat mengurangi jumlah oksigen dalam air. Lembaran-lembaran
insang tersebut dipenuhi oleh pembuluh-pembuluh darah. Air mengalir melewati lembaran-
lembaran insang tersebut sehingga oksigen yang terlarut di dalamnya dapat berdifusi masuk ke
dalam pembuluh darah.
Insang dimiliki oleh jenis ikan (pisces). Insang berbentuk lembaran-lembaran tipis
berwarna merah muda dan selalu lembap. Bagian terluar dare insang berhubungan dengan air,
sedangkan bagian dalam berhubungan erat dengan kapiler-kapiler darah. Tiap lembaran insang
terdiri dare sepasang filamen, dan tiap filamen mengandung banyak lapisan tipis (lamela). Pada
filamen terdapat pembuluh darah yang memiliki banyak kapiler sehingga memungkinkan OZ
berdifusi masuk dan CO2 berdifusi keluar. Insang pada ikan bertulang sejati ditutupi oleh tutup
insang yang disebut operkulum, sedangkan insang pada ikan bertulang rawan tidak ditutupi oleh
operkulum.
Insang tidak saja berfungsi sebagai alat pernapasan tetapi dapat pula berfungsi sebagai alat
ekskresi garam-garam, penyaring makanan, alat pertukaran ion, dan osmoregulator. Beberapa
jenis ikan mempunyailabirin yang merupakan perluasan ke atas dari insang dan membentuk
lipatan-lipatan sehingga merupakan rongga-rongga tidak teratur. Labirin ini berfungsi
menyimpan cadangan 02 sehingga ikan tahan pada kondisi yang kekurangan 02. Contoh ikan
yang mempunyai labirin adalah: ikan gabus dan ikan lele. Untuk menyimpan cadangan 02, selain
dengan labirin, ikan mempunyai gelembung renang yang terletak di dekat punggung.
Alat pernafasan berupa insang (branchia). Tiap lembaran insang terdiri dari sepasang
filamen yang banyak mengandung lamela (lapisan tipis). Pada filamen terdapat pembuluh darah
yang mengandung kapiler sehingga memungkinkan terjadinya pertukaran gas O2 dan CO2.
 Inspirasi : O2 dari air masuk ke dalam insang yang kemudian diikat oleh kapiler darah untuk
dibawa ke jaringan tubuh.
 Ekspirasi : CO2 dari jaringan bersama darah menuju ke insang dan selanjutnya dikeluarkan
dari tubuh.
Ikan yang hidup di tempat berlumpur mempunyai labirin yang merupakan perluasan insang
berbentuk lipatan berongga tidak teratur. Labirin berfungsi untuk menyimpan cadangan oksigen

77
sehingga ikan tahan pada kondisi kekurangan oksigen. Misal pada ikan lele dan ikan gabus.
Untuk ikan yang hidup di lumpur seperti ikan lele, gabus, betok, pada insangnya terdapat banyak
lipatan yang disebut labirin. Ikan juga mempuyai gelembung renang yang berfungsi untuk
menyimpan oksigen dan membantu gerakan ikan naik turun.
8) Aves
Mekanisme Pernapasan I :

Fase sayap diangkat


Oksigen dari udara -> masuk ke tubuh melalui lubang hidung -> melewati trakea -> melewati
siring -> melewati bronkus -> menuju ke paru-paru sebesar kurang lebih 25% -
menuju ke kantong udara krg lebi sebesar 75%
Fase sayap diturunkan
kemudian darah di paru-paru mengikat karbon dioksida -> karbon dioksida di paru-paru dibawa
ke trakea, sementara oksigen di kantong udara dibawa ke paru-paru -> karbon dioksida dibawa
ke hidung -> karbon dioksida dikeluarkan dari tubuh

Mekanisme Pernapasan II :
Saat Terbang

78
Fase Inspirasi:
Sayap terangkat -> kantong udara diketiak mengembang -> rongga dada membesar -> paru-
paru mengembang -> kantong udara diselangkang terjebit -> udara masuk.
Fase Ekspirasi :
Sayap diturunkan -> kantong udara diketiak terjebit -> kantong udara diselangka
mengembang paru-paru mengempis -> udara keluar
Saat burung istirahat
Fase Inspirasi :
Tulang dada bergerak -> tulang-tulang rusuk bergerak ke bawah / muka -> rongga dada
membesar -> paru-paru mengembang -> udara masuk ke paru-paru -> kantong udara bagian
belakang -> paru-paru -> kantong udara bagian depan.
Fase Ekspirasi :
Tulang dada bergerak > tulang-tulang rusuk keatas > rongga dada mengempus > paru- paru
mengecil > udara dari kantong udara > paru-paru (parabronkus) terjadi difusi> dikeluarkan.
Pada burung, tempat berdifusinya gas pernapasan hanya terjadi di paru-paru. Paru-paru
burung berjumlah sepasang dan terletak dalam rongga dada yang dilindungi oleh tulang rusuk.
Jalur pernapasan pada burung berawal di lubang hidung. Pada tempat ini, udara masuk kemudian
diteruskan pada celah tekak yang terdapat pada dasar faring yang menghubungkan trakea.
Trakeanya panjang berupa pipa bertulang rawan yang berbentuk cincin, dan bagian akhir trakea
bercabang menjadi dua bagian, yaitu bronkus kanan dan bronkus kiri. Dalam bronkus pada
pangkal trakea terdapat sirink yang pada bagian dalamnya terdapat lipatan-lipatan berupa selaput
yang dapat bergetar. Bergetarnya selaput itu menimbulkan suara. Bronkus bercabang lagi
menjadi mesobronkus yang merupakan bronkus sekunder dan dapat dibedakan menjadi
ventrobronkus (di bagian ventral) dan dorsobronkus (di bagian dorsal). Ventrobronkus
dihubungkan dengan dorsobronkus, oleh banyak parabronkus (100 atau lebih).
Parabronkus berupa tabung tabung kecil. Di parabronkus bermuara banyak kapiler
sehingga memungkinkan udara berdifusi. Selain paru-paru, burung memiliki 8 atau 9 perluasan
paru-paru atau pundi-pundi hawa (sakus pneumatikus) yang menyebar sampai ke perut, leher,
dan sayap. Pundi-pundi hawa berhubungan dengan paru-paru dan berselaput tipis. Di pundi-
pundi hawa tidak terjadi difusi gas pernapasan; pundi-pundi hawa hanya berfungsi sebagai
penyimpan cadangoksian gen dan meringankan tubuh. Karena adanya pundi-pundi hawa maka

79
pernapasan pada burung menjadi efisien. Pundi-pundi hawa terdapat di pangkal leher (servikal),
ruang dada bagian depan (toraks anterior), antara tulang selangka (korakoid), ruang dada bagian
belakang(toraks posterior), dan di rongga perut (kantong udara abdominal).
Masuknya udara yang kaya oksigen ke paru-paru (inspirasi) disebabkan adanya kontraksi
otot antartulang rusuk (interkostal) sehingga tulang rusuk bergerak keluar dan tulang dada
bergerak ke bawah. Atau dengan kata lain, burung mengisap udara dengan cara memperbesar
rongga dadanya sehingga tekanan udara di dalam rongga dada menjadi kecil yang
mengakibatkan masuknya udara luar. Udara luar yang masuk sebagian kecil tinggal di paru-paru
dan sebagian besar akan diteruskan ke pundi- pundi hawa sebagai cadangan udara.
Udara pada pundi-pundi hawa dimanfaatkan hanya pada saat udara (OZ) di paruparu
berkurang, yakni saat burung sedang mengepakkan sayapnya. Saat sayap mengepak atau
diangkat ke atas maka kantung hawa di tulang korakoid terjepit sehingga oksigen pada tempat itu
masuk ke paru-paru. Sebaliknya, ekspirasi terjadi apabila otot interkostal relaksasi maka tulang
rusuk dan tulang dada kembali ke posisi semula, sehingga rongga dada mengecil dan tekanan
menjadi lebih besar dari tekanan di udara luar akibatnya udara dari paru-paru yang kaya karbon
dioksida keluar. Bersamaan dengan mengecilnya rongga dada, udara dari kantung hawa masuk
ke paru-paru dan terjadi pelepasan oksigen dalam pembuluh kapiler di paru-paru. Jadi, pelepasan
oksigen di paru-paru dapat terjadi pada saat ekspirasi maupun inspirasi.
Bagan pernapasan pada burung di saat hinggap adalah sebagai berikut :
Burung mengisap udara -> udara mengalir lewat bronkus ke pundi-pundi hawa bagian
belakang -> bersamaan dengan itu udara yang sudah ada di paru-paru mengalir ke
pundipundi hawa -> udara di pundi-pundi belakang mengalir ke paru-paru -> udara menuju
pundipundi hawa depan.
Kecepatan respirasi pada berbagai hewan berbeda bergantung dari berbagai hal, antara lain,
aktifitas, kesehatan, dan bobot tubuh.

E. Regulasi Pernapasan
Respirasi pada hewan merupakan proses yang di atur oleh saraf untuk mencukupi
kebutuhan akan oksigen dan membuang CO2 secara efektif. Respirasi dapat berlangsung secara
kimiawi maupun saraf yang berfungsi untuk menjaga keseimbangan kadar oksigen dan
karbondioksida dalam tubuh. Pusat inspirations dan pusat ekspiratoris bilateral, terletak dalam

80
medulla oblongata spons. Pada saat beristirahat pernapasan dikendalikan oleh pusat inspiratoris,
sedangkan ekspirasi meripakan respon pasif. Pusat-pusat itu mengirimkan aliran impuls
eksitatoris melalui nefrus frenikus ke diafragma dan otot dada agar berkontraksi dan
menyebabkan inhalasi. Setelah 2 detik, pusat itu berhenti mengirimkan impuls dan otot pun
berelaksasi, sehingga terjadi ekshalasi.
Saat aktivitas meningkat, ketika bernapas menjadi semakin cepat dan dalam, pusat-pusat
ekspiratoris pun menjadi aktif. Mengirimkan aliran periodic impuls penghambat ke pusat-pusat
inspiratoris, sehingga menghentikan inhalasi. Mengirimkan impuls-impuls stimulatoris ke otot-
otot dada dan perut yang menyebabkan ekshalasi yang lebih besar daripada yang di hasilkan oleh
relaksasi yang lebih besar daripada yang dihasilkan oleh relaksasi sederhana diafragma dan otot-
otot inspiratoris lainnya.

81
RESUME MATERI BAB 4
PROSES RESPIRASI PADA HEWAN

A. Fisiologi Cairan Tubuh


1. Distribusi dan Komposisi Cairan
Air merupakan komponen terbesar dari tubuh.. Persentase cairan tubuh tergantung pada
usia, jenis kelamin, dan derajat status gizi seseorang. Seiring dengan pertumbuhan seseorang,
persentase jumlah cairan terhadap berat badan menurun.

Tabel 1. Distribusi Cairan Tubuh


Seluruh cairan tubuh tersebut secara garis besar terbagi ke dalam 2 kompartemen, yaitu
intraselular dan ekstraselular.
a. Cairan intraselular
Pada orang dewasa, sekitar 2/3 dari cairan dalam tubuhnya terdapat di intraselular.
Sebaliknya pada bayi hanya setengah dari berat badannya merupakan cairan intraselular.
b. Cairan ekstraselular
Jumlah relatif cairan ekstraselular menurun seiring dengan bertambahnya usia, yaitu
sampai sekitar sepertiga dari volume total pada dewasa.Cairan ekstraselular terbagi menjadi
cairan interstitial dan cairan intravaskular.
Cairan interstitial adalah cairan yang mengelilingi sel dan termasuk cairan yang terkandung
diantara rongga tubuh(transseluler)seperti serebrospinal, perikardial, pleura, sendi sinovial, intraokular
dan sekresi saluran pencernaan.

82
Sementara, cairan intravaskular merupakan cairan yang terkandung dalam pembuluh darah,
dalam hal ini plasma darah.
Terdapat dua jenis bahan yang terkandung di dalam cairan tubuh, yaitu elektrolit dan on-
elektrolit.
a. Elektrolit
Adalah zat yang terdisosiasi dalam cairan, dibedakan menjadi ion positif (kation) dan ion
negatif (anion). Kation utama dalam cairan ekstraselular adalah sodium (Na+), sedangkan
kation utama dalam cairan intraselular adalah potasium (K+).
Anion utama dalam cairan ekstraselular adalah klorida (Cl-) dan bikarbonat (HCO3-),
sedangkan anion utama dalam cairan intraselular adalah ion fosfat (PO4 3-). Kandungan
elektrolit dalam plasma dan cairan interstitial kurang lebih sama, sehingga nilai elektrolit
plasma mencerminkan komposisi dari cairan ekstraseluler.

2. Non elektrolit
Zat-zat yang termasuk ke dalam nonelektrolit adalah glukosa, urea, kreatinin, dan bilirubin yang tidak
terdisosiasi dalam cairan.
B. Mekanisme Keseimbangan Cairan Elektrolit
Pergerakan zat dan air di bagian-agian tubuh melibatkan transpor pasif, yang tidak
membutuhkan energi terdiri dari difusi dan osmosis,dan transporaktif yang membutuhkan energi

83
ATP yaitu pompa Na-K. Osmosis adalah bergeraknya molekulmelalui membran
semipermeabeldari larutan berkadar lebih rendah menuju larutan berkadar lebih tinggi hingga
kadarnya sama. Seluruh membran sel dan kapiler permeabel terhadap air, sehingga tekanan
osmotik cairan tubuh seluruh kompartemen sama. Tekanan osmotik plasma darah ialah 270-290
mOsm/L4.
Difusi ialah proses bergeraknya molekul lewat pori-pori. Larutan akan bergerak dari
konsentrasi tinggi ke arah larutan berkonsentrasi rendah. Difusi tergantung kepada perbedaan
konsentrasi dan tekanan hidrostatik.Pompa natrium kalium merupakan suatu proses transpor
yang memompa ion natrium keluar melalui membran sel dan pada saat bersamaan memompa ion
kalium dari luar ke dalam1,4. Berikut merupakan beberapa mekanisme pengaturan keseimbangan
cairan dan elektrolit antar kompartemen.

C. Keseimbangan Donnan
Keseimbangan Donnan merupakan keseimbangan antara cairan intraseluler dengan cairan
ekstraseluler yang timbul akibat adanya peran dari sel membran. Protein yang merupakan suatu
molekul besar bermuatan negatif, bukan hanya ukuran molekulnya yang besar namun merupakan
suatu partikel aktif yang berperan mempertahankan tekanan osmotik. Protein ini tidak dapat
berpindah, tetapi akan mempengaruhi ion untuk mempertahankan netralitas elektron
(keseimbangan muatan positif dan negatif) sebanding dengan keseimbangan tekanan osmotik di
kedua sisi membran. Pergerakan muatan pada ion akan menyebabkan perbedaan konsentrasi ion
yang secara langsung mempengaruhi pergerakan cairan melalui membran ke dalam dan keluar
dari sel tersebut1,3,4.

1. Osmolalitas dan Osmolaritas


Osmolalitas digunakan untuk menampilkan konsentrasi larutan osmotik berdasarkan
jumlah partikel, sehubungan dengan berat pelarut. Lebih khusus, itu adalah jumlah osmol
disetiap kilogram pelarut. Sedangkan osmolaritas merupakan metode yang digunakan untuk
menggambarkan konsentrasi larutan osmotik. Hal ini didefinisikan sebagai jumlah osmol zat
terlarut dalam satu liter larutan. Osmolaritas adalah properti koligatif, yang berarti bahwa
tergantung pada jumlah partikel terlarut dalam larutan. Selain itu osmolaritas juga tergantung
pada perubahan suhu.

84
2. Tekanan Koloid Osmotik
Tekanan koloid osmotik merupakan tekanan yang dihasilkan oleh molekul koloid yang
tidak dapat berdifusi, misalnya protein, yang bersifat menarik air ke dalam kapiler dan melawan
tekanan filtrasi. Koloid merupakan molekul protein dengan berat molekul lebih dari 20.000-
30.000. Walaupun hanya merupakan 0,5% dari osmolalitas plasma total, namun mempunyai arti
yang sangat penting. Karena, hal ini menyebabkan permeabilitas kapiler terhadap koloid sangat
kecil sehingga mempunyai efek penahan air dalam komponen plasma, serta mempertahankan air
antar kompartemen cairan di tubuh. Bila terjadi penurunan tekanan koloid osmotik, akan
menyebabkan timbulnya edema paru.

3. Kekuatan Starling (Starling’s Forces)


Tekanan koloid osmotik plasma kira-kira 25 mmHg sedang tekanan darah 36 mmHg pada
ujung arteri dari kapiler darah dan 15 mmHg pada ujung vena. Keadaan ini menyebabkan
terjadinya difusi air dan ion-ion yang dapat berdifusi keluar dari kapiler masuk ke cairan
interstisiil pada akhir arteri dan reabsorsi berkisar 90% dari cairan ini pada akhir arteri dan
reabsosrsi berkisar 90% dari cairan ini pada ujung venous.

D. Sistem Pengaturan Cairan Tubuh


Dalam kondisi normal, cairan tubuh stabil dalam petaknya masing-masing. Apabila terjadi
perubahan, tubuh memiliki sistem kendali atau pengaturan yang bekerja untuk
mempertahankannya. Mekanisme pengaturan dilakukan melalui 2 cara, yaitu kendali osmolar
dan kendali nonosmolar.
1. Kendali Osmolar
Mekanisme kendali ini dominan dan efektif dalam mengatur volume cairan ekstraseluler.
Terjadi melalui:
a. Sistem osmoreseptor hipothalamus-hipofisis-ADH
Osmoreseptor terletak pada hipotalamus anterior bagian dari nukleus supra optik. Terdiri
dari vesikel yang dipengaruhi osmolaritas cairan ekstraseluler. Bila osmolaritas cairan
meningkat, vesikel akan mengeriput. Sebaliknya bila osmolaritas cairan menurun, vesikel akan
mengembang sehingga impuls yang dilepas dari reseptor akan berkurang. Impuls ini nantinya
merangsang hipofisis posterior melepaskan ADH. Jadi semakin rendah osmolaritas suatu cairan

85
ekstraseluler, semakin sedikit ADH yang dilepaskan. ADH berperan untuk menghemat air
dengan meningkatan reabsorbsi.

b. Sistem Renin-Angiotensin-Aldosteron
Mekanisme pengaturannya melalui pengaturan ekskresi Na pada urin melalui interaksi
antara aktivitas ginjal dengan hormon korteks adrenal. Lebih dari 95% Na direabsorbsi kembali
oleh tubulus ginjal. Korteks adrenal merupakan faktor utama yang menjaga volume cairan
ekstraseluler melalui hormon Aldosteron terhadap retensi Na.
Pelepasan renin dipengaruhi oleh baroreseptor ginjal. Konsep Makula lutea, yang
tergantung pada perubahan Na di tubulus distalis. Bila Na menurun, volume tubulus menurun,
sehingga mengurangi kontak makula dengan sel arteriol. Akibatnya terjadi pelepasan renin.
Renin akan membentuk Angiotensin I di hati yang kemudian oleh converting enzim dari paru
diubah menjadi Angiotensin II sebagai vasokonstriktor dan merangsang kelenjar supra renal
menghasilkan aldosteron. Peranan Angiotensin II adalah untuk mempertahankan tekanan darah
bila terjadi penurunan volume sirkulasi dan Aldosteron akan meningkatkan reabsorbsi Na yang
menyebabkan retensi air.

2. Kendali Non Osmolar


Mekanisme kendali ini meliputi beberapa cara sebagai berikut:
a. Refleks “Stretch Receptor”
Pada dinding atrium jantung terdapat reseptor stretch apabila terjadi dilatasi atrium kiri.
Bila reseptor ini terangsang, maka akan timbul impuls aferen melalui jalur simpatis yang akan
mencapai hipotalamus. Kemudian akibat aktivitas sistem hipotalamus- hipofisis akan
disekresikan ADH.

b. Refleks Baroreseptor
Bila tekanan darah berkurang, baroreseptor karotid akan terangsang sehingga
menyebabkan impuls aferen yang melalui jalur parasimpatis menurun. Akibatnya, terjadi
hambatan efek hipotalamus terhadap hipofisis sehingga sekresi ADH meningkat. Bila terjadi
peningkatan tekanan darah, impuls aferen akan mempengaruhi hipotalamus yang akan
menginhibisi hipofisis posterior sehingga sekresi ADH berkurang.

86
C. Distribusi Pemasukan dan Pengeluaran Cairan Tubuh
Keseimbangan cairan tubuh adalah keseimbangan antara jumlah cairan yang masuk dan
keluar. Melalui mekanisme keseimbangan, tubuh berusaha agar cairan didalam tubuh setiap
waktu selalu berada dalam jumlah yang kosntan. Dalam keadaan normal, masukan cairan akan
dipenuhi melalui minum atau makanan yang masuk ke dalam tubuh secara peroral, serta air yang
diperoleh sebagai hasil metabolisme. Air yang keluar dari tubuh, termasuk yang dikeluarkan
sebagai urin, air didalam feses, isensibel dan air yang dikeluarkan melalui kulit dan paru-paru 6.
Gambaran keseimbangan masukan dan keluaran cairan dapat dilihat pada tabel berikut.

Kebutuhan air setiap hari dapat ditentukan dengan dua cara, ditentukan berdasarkan umur
dan berat badan. Jika berdasarkan umur ditentukan dari umur 0-1 tahun memerlukan air sekitar
120 ml/kg BB, 1-3 tahun memerlukan air sekitar 100 ml/kg BB, 3-6 tahun memerlukan air
sekitar 90 ml/kg BB, 7 tahun memerlukan air sekitar 70 ml/kg BB, dan dewasa memerlukan
sekitar 40-50 ml/kg BB. Sedangkan berdasarkan berat badan ditentukan mulai dari 0-10 kg
kebutuhan cairannya 100 ml/kg BB, 10-20 kg kebutuhan cairannya 1000 ml ditambah dengan 50
ml/kg BB (jika diatas 10 kg), dan jika diatas 20kg kebutuhan cairannya sekitar 1500ml ditambah
20 ml/kg BB (jika diatas 20 kg), dan jika dewasa memerlukan cairan 40-50 ml/kg BB.
Pengeluaran cairan sebagai bagian dalam mengimbangi kebutuhan cairan pada orang
dewasa. Pengeluaran cairan ini dibagi menjadi empat proses yaitu urin, IWL (Insensible Water
Loss), keringat, dan feses. Dalam kondisi normal, output urin sekitar 1400-1500 ml per 24 jam,
atau sekitar 30-50 ml per jam. Pada orang sehat kemungkinan produksi urin bervariasi dalam
setiap harinya. Bila aktivitas kelenjar keringat meningkat, maka produksi urin akan menurun

87
sebagai upaya tetap mempertahankan keseimbangan dalam tubuh. IWL terjadi melalui paru-paru
dan kulit, melalui mekanisme difusi. Pada orang dewasa normal, kehilangan cairan tubuh melalui
IWL berkisar 200-400 ml perhari. Tetapi, IWL akan meningkat jika ada proses peningkatan suhu
tubuh dan proses respirasi meningkat.Pengeluaran cairan dari proses berkeringat terjadi sebagai
respon terhadap kondisi tubuh yang panas, respon ini berasal dari anterior hypothalamus, lalu
impulsnya akan ditransfer melalui sumsum tulang belakang yang dirangsang oleh susunan saraf
simpatis pada kulit.Pada pengeluaran air melalu feses, berkisar antara 1500 mL per hari, yang
diatur melalui mekanisme reabsorbsi di dalam mukosa usus besar.
Untuk mengetahui imbang masukan dan keluaran cairan tubuh, dilakukan penilaian klinis
non invasive dan invansif. Untuk penilaian non invasive dilakukan pencatatan tanda dan gejala
klinis sebelum dilakukan terapi cairan, selama terapi dan sampai terapi dinyatakan berhasil.
Parameter yang dinilai adalah :
 perubahan tingkat kesadaran (dilakukan penilaian GCS secara berkala)
 perubahan tekanan darah dan denyut nadi normal.
 Perubahan kimia darah dari pemeriksaan laboratorium
 Perubahan perfusi perfusi perifer
 Produksi urin, diusahakan produksi urin paling sedikit 0,5 ml/kg BB/jam.
Untuk penilaian invasive dilakukan pemasangan kateter vena sentral melalui vena di
lengan atas, vena subklavia, atau vena jugularis. Kanulasi ini disamping untuk mengukur tekanan
vena sentral juga digunakan untuk jalur infus jangka panjang dan nutrisi parenteral. Apabila
dilakukan kanulasi vena sentral, bisa digunakan sebagai penuntun dalam program terapi cairan,
terutama pada pasien kritis yang memerlukan terapi cairan.

D. Terapi Cairan pada Gangguan Keseimbangan Cairan Elektrolit


1. Gangguan Keseimbangan Cairan Tubuh
Bentuk gangguan yang paling sering terjadi adalah kelebihan atau kekurangan cairan yang
mengakibatkan perubahan volume.
a. Overhidrasi
Kelebihan atau intoksikasi cairan dalam tubuh, sering terjadi akibat adanya kekeliruan
dalam tindakan terapi cairan. Kejadian tersebut seharusnya tidak perlu sampai terjadi. Penyebab
overhidrasi meliputi, adanya gangguan ekskresi air lewat ginjal (gagal ginjal akut), masukan air

88
yang berlebihan pada terapi cairan, masuknya cairan irigator pada tindakan reseksi prostat
transuretra, dan korban tenggelam. Gejala overhidrasi meliputi, sesak nafas, edema, peningkatan
tekanan vena jugular, edema paru akut dan gagal jantung. Dari pemeriksaan lab dijumpai
hiponatremi dalam plasma. Terapi terdiri dari pemberian diuretik(bila fungsi ginjal baik),
ultrafiltrasi atau dialisis (fungsi ginjal menurun), dan flebotomi pada kondisi yang darurat.
b. Dehidrasi
Merupakan suatu kondisi defisit air dalam tubuh akibat masukan yang kurang atau
keluaran yang berlebihan. Kondisi dehidrasi bisa terdiri dari 3 bentuk, yaitu: isotonik (bila air
hilang bersama garam, contoh: GE akut, overdosis diuretik), hipotonik (Secara garis besar terjadi
kehilangan natrium yang lebih banyak dibandingkan air yang hilang. Karena kadar natrium
serum rendah, air di kompartemen intravaskular berpindah ke ekstravaskular, sehingga
menyebabkan penurunan volume intravaskular), hipertonik (Secara garis besar terjadi kehilangan
air yang lebih banyak dibandingkan natrium yang hilang. Karena kadar natrium tinggi, air di
kompartemen ekstravaskular berpindah ke kompartemen intravaskular, sehingga penurunan
volume intravaskular minimal).

Pemeriksaan laboratorium menunjukkan hipernatremia dan peningkatan hematokrit. Terapi


dehidrasi adalah mengembalikan kondisi air dan garam yang hilang. Jumlah dan jenis cairan
yang diberikan tergantung pada derajat dan jenis dehidrasi dan elektrolit yang hilang. Pilihan
cairan untuk koreksi dehidrasi adalah cairan jenis kristaloid RL atau NaCl.

2. Gangguan Keseimbangan Elektrolit


a. Hiponatremia

89
Kondisi hiponatremia apabila kadar natrium plasma di bawah 130mEq/L. Jika kadar < 118
mg/L maka akan timbul gejala kejang, koma. Hiponatremia ini dapat disebabkan oleh euvolemia
(SIADH, polidipsi psikogenik), hipovolemia (disfungsi tubuli ginjal, diare, muntah, third space
losses, diuretika), hipervolemia (sirosis, nefrosis). Koreksi hiponatremia yang sudah berlangsung
lama dilakukan secara perlahan-lahan, sedangkan untuk hiponatremia akut lebih agresif.

b. Hipernatremia
Jika kadar natrium > 150 mg/L maka akan timbul gejala berupa perubahan mental, letargi,
kejang, koma, lemah. Hipernatremi dapat disebabkan oleh kehilangan cairan (yang disebabkan
oleh diare, muntah, diuresis, diabetes insipidus, keringat berlebihan), asupan air kurang, asupan
natrium berlebihan. Terapi keadaan ini adalah penggantian cairan dengan 5% dekstrose dalam air

c. Hipokalemia
Nilai normal Kalium plasma adalah 3,5-4,5 mEq/L. Disebut hipokalemia apabila kadar
kalium <3,5mEq/L. Dapat terjadi akibat dari redistribusi akut kalium dari cairan ekstraselular ke
intraselular atau dari pengurangan kronis kadar total kalium tubuh. Tanda dan gejala hipokalemia
dapat berupa perasaan lemah, otot-otot lemas,gangguan irama jantung. Terapi hipokalemia dapat
berupa koreksi secara oral dengan memberikan masukan makanan yang kaya dengan kalium,
seperti buah-buahan, ikan, sayur-sayuran, dan kaldu. Sedangkan terapi untuk gawat darurat dapat
di koreksi secara parenteral tetes kontinyu, tidak boleh memberikan preparat K langsung
intravenous karena bisa mengakibatkan henti jantung. Preparat yang diberikan bisa dalam bentuk
K-Bikarbonat atau Kcl.
d. Hiperkalemia
Hiperkalemia adalah jika kadar kalium > 5 mEq/L. Hiperkalemia sering terjadi karena
insufisiensi renal atau obat yang membatasi ekskresi kalium (NSAIDs, ACE-inhibitor,
siklosporin, diuretik). Tanda dan gejalanya terutama melibatkan susunan saraf pusat (parestesia,
kelemahan otot) dan sistem kardiovaskular (disritmik, perubahan EKG).

90
Bila kadar K plasma <6,5mEq/L diberikan: Diuretik, Natrium bikarbonat, Ca glukonas,
glukonas-insulin, Kayekselate. Bila dalam 6 jam belum tampak perbaikan, dilakukan
hemodialisis. Bila fungsi ginjal jelek, pertimbangkan hemodialisis lebih dini. Pada kadar K
plasma >6,5 mEq/L, segera lakukan dialisis.
Hipokalsemia
90% kalsium terikat dalam albumin, sehingga kondisi hipokalsemia biasanya terjadi pada
pasien dengan hipoalbuminemia. Hipokalsemia disebabkan karena hipoparatiroidism, kongenital,
idiopatik, defisiensi vit D, defisiensi 125(OH)2D3 pada gagal ginjal kronik, dan hiperfosfatemia.
Gejala-gejala hipokalsemia meliputi tetani dengan spasme karpopedal, adanya tanda Chovsteks,
kulit kering, gelisah, gangguan girama jantung. Hipokalsemia adalah suatu kondisi yang gawat
darurat karena menyebabkan kejang umum dan henti jantung. Dapat diberikan 20-30 ml preparat
kalsium glukonas 10% atau CaCl 10% dapat diulang 30-60 menit kemudian sampai tercapai
kadar kalsium plasma yang optimal. Pada kasus kronik, dapat dilanjutkan dengan terapi per oral.

E. Tubuh yang Berperan Pada Kebutuhan Cairan Elektrolit


1. Ginjal
Merupakan organ yang memiliki peran cukup besar dalam mengatur kebutuhan cairan dan
elektrolit. Terlihat pada fungsi ginjal, yaitu sebagai pengatur air, pengatur konsentrasi garam
dalam darah, pengatur keseimbangan asam-basa darah dan ekskresi bahan buangan atau
kelebihan garam. Proses pengaturan kebutuhan keseimbangan air ini diawali oleh kemampuan
bagian ginjal, seperti glomerulus dalam menyaring cairan. Rata-rata setiap satu liter darah
mengandung 500 cc plasma yang mengalir melalui glomerulus, 10% nya disaring keluar. Cairan
yang tersaring (filtrate glomerulus), kemudian mengalir melalui tubuli renalis yang sel-selnya

91
menyerap semua bahan yang dibutuhkan. Jumlah urine yang diproduksi ginjal dapat dipengaruhi
oleh ADH dan aldosteron dengan rata-rata 1 ml/kg/bb/jam.
2. Kulit
Merupakan bagian penting pengaturan cairan yang terkait dengan proses pengaturan panas.
Proses ini diatur oleh pusat pengatur panas yang disarafi oleh vasomotorik dengan kemampuan
mengendalikan arteriol kutan dengan cara vasodilatasi dan vasokontriksi. Proses pelepasan panas
dapat dilakukan dengan cara penguapan. Jumlah keringat yang dikeluarkan tergantung
banyaknya darah yang mengalir melalui pembuluh darah dalam kulit. Proses pelepasan panas
lainnya dapat dilakukan melalui cara pemancaran panas ke udara sekitar, konduksi (pengalihan
panas ke benda yang disentuh), dan konveksi (pengaliran udara panas ke permukaan yang lebih
dingin). Keringat merupakan sekresi aktif dari kelenjar keringat di bawah pengendalian saraf
simpatis. Melalui kelenjar keringat suhu dapat diturunkan dengan jumlah air yang dapat
dilepaskan, kurang lebih setengah liter sehari. Perangsangan kelenjar keringat yang dihasilkan
dapat diperoleh melalui aktivitas otot, suhu lingkungan dan kondisi suhu tubuh yang panas.

3. Paru-paru
Organ paru berperan mengeluarkan cairan dengan menghasilkan insensible water loss
kurang lebih 400 ml/hari. Proses pengeluaran cairan terkait dengan respons akibat perubahan
upaya kemampuan bernapas.

4. Gastrointestinal
Merupakan organ saluran pencernaan yang berperan dalam mengeluarkan cairan melalui
proses penyerapan dan pengeluaran air. Dalam kondisi normal, cairan hilang dalam system ini
sekitar 100-200 ml/hari. Pengaturan keseimbangan cairan dapat melalui system endokrin, seperti:
system hormonal contohnya:
 ADH Memiliki peran meningkatkan reabsorpsi air sehingga dapat mengendalikan
keseimbangan air dalam tubuh. Hormone ini dibentuk oleh hipotalamus di hipofisis posterior,
yang mensekresi ADH dengan meningkatkan osmolaritas dan menurunkan cairan ekstrasel.
 Aldosteron Berfungsi sebagai absorpsi natrium yang disekresi oleh kelenjar adrenal di
tubulus ginjal. Proses pengeluaran aldosteron ini diatur oleh adanya perubahan konsentrasi
kalium, natrium dan system angiotensin rennin.

92
 Prostaglandin Merupakan asam lemak yang terdapat pada jaringan yang berfunsi merespons
radang, mengendalikan tekanan darah dan konsentrasi uterus, serta mengatur pergerakan
gastrointestul. Pada ginjal, asam lemak ini berperan dalam mengatur sirkulasi ginjal.
 Glukokortikoid. Berfungsi mengatur peningkatan reabsorpsi natrium dan air yang
menyebabkan volume darah meningkat sehingga terjadi retensi natrium.
 Mekanisme rasa haus Diatur dalam rangka memenuhi kebutuhan cairan dengan cara
merangsang pelepasan rennin yang dapat menimbulkan produksi angiostensin II sehingga
merangsang hipotalamus untuk rasa haus.

RESUME MATERI BAB 4

93
PROSES RESPIRASI PADA HEWAN

A. Persinyalan Sel (signaling)


Persinyalan sel (bahasa Inggris: Cell signaling) adalah bagian sebuah sistem
komunikasi yang sangat kompleks pada tingkat seluler yang mengatur aktivitas dan koordinasi
antar sel. Sebagai contoh, budding pada khamir Saccharomyces cerevisiae. Sel-sel khamir
berkomunikasi dengan sel lainnya untuk perkawinan dengan mensekresikan beberapa macam
peptida pendek. Molekul peptida tersebut merupakan isyarat ekstraseluler fungsional pada jarak
dekat maupun jauh, dengan pencerap yang spesifik.
Pada umumnya proses isyarat seluler terdiri dari tiga tahap yaitu:
 Transduksi; menimbulkan perubahan konfrontasi pada pencerap yang menyebabkan
interaksi antara pencerap dengan molekul intraselular. Transduksi juga dapat menyebabkan
perubahan konformasi/struktural pada protein seluler lainnya, misalnya aktivasi enzim.[1]
 Pencerap; mirip dengan mekanisme reaksi kimiawi antara enzim dengan substrat yang
membentuk kompleks enzim-substrat, seperti analogi kunci dan gembok. Molekul
ligan yang biasanya bersifat hidrofilik hanya dikenali oleh satu pencerap protein yang
terikat dengan membran sel.
 Respon; berupa aktivitas seluler, sebagai katalisis enzim atau penyusunan kembali
sitoskeleton atau aktivitas gen yang bersifat spesifik.

B. Pengertian Sistem Endokrin


Endokrin berasal dari bahasa Yunani “endon” (dalam) dan “krino” (berpisah). Jadi
endokrin menyatakan organ tanpa saluran (pembuluh) yang sekresinya (hormon) diserap secara
langsung ke aliran darah daripada dimasukkan ke sistem pembuluh sebelum ke peredaran darah.
Namun, tidak semua organ tanpa pembuluh memiliki karakter endokrin seperti sumsum tulang,
tonsil, limpa, dan limfenodus. Organ-organ ini tidak tersusun atas sel sekretori yang
menghasilkan hormon (endokrin). Hormon adalah senyawa organik yang dihasilkan oleh
kelenjar endokrin (kelenjar buntu). Hormon berfungsi mengatur pertumbuhan, reproduksi,
tingkah laku, keseimbangan dan metabolisme. Hormon masuk ke dalam peredaran darah
menuju organ target. Jumlah yang dibutuhkan sedikit namun mempunyai kemampuan kerja
yang besar dan lama pengaruhnya karena hormon mempengaruhi kerja organ dan sel. Hormon

94
terdiri dari 2 jenis berdasarkan struktur kimiawinya yaitu hormon yang terbuat dari peptida
(hormon peptida) dan hormon yang terbuat dari kolesterol (hormon steroid). Perbedaan saraf
dan hormon adalah saraf bekerja cepat dan pengaruhnya cepat hilang. Sedangkan hormon
bekerja lambat dan pengaruhnya lama.
Sistem endokrin adalah sistem yang berfungsi untuk memproduksi hormon yang
mengatur aktivitas tubuh. Terdiri atas kelenjar tiroid, kelenjar hipofisa/putuitari, kelenjar
pankreas, kelenjar kelamin, kelenjar suprarenal, kelenjar paratiroid dan kelenjar buntu.
C. Fungsi Sistem Endokrin secara Umum
Sistem endokrin disebut juga sistem kelenjer buntu,yaitu kelenjar yang tidak mempunyai
saluran khusus untuk mengeluarkan sekretnya. Sekret dari kelenjer endokrin dinamakan
hormon. Hormon berperan penting untuk mengatur berbagai aktivitas dalam tubuh hewan,
antara lain aktivitas pertumbuhan,reproduksi, osmoregulasi, pencernaan, dan integrasi, serta
koordinasi tubuh.
Pencernaan dan fungsi metabolik yang terkait
D. Sekretin, gasterin, insulin, glukagon, noradrenalin, tiroksin, dan hormon dari kortes adrenal.
Osmoregulasi, pengeluaran, dan metabolisme air serta garam.
E. Prolaktin, vasopresin, aldosteron.

Metabolisme kalsium:
F. Hormon pada teroid, kalsitonin. Pertumbuhan dan perubahan morfologis;
G. Hormon pertumbuhan, androgen dari korteks adrenal
H. Tiroksin (untuk metamorfosis amfibi)
I. MSH (perubahan warna amfibi) Organ dan proses reproduksi
J. FSH,LH, estrogen, progesteron, prolaktin, dan testosteron
Sistem endokrin hampir selalu bekerja sama dgn sistem saraf, namun cara kerjanya dalam
mengendalikan aktivitas tubuh berbeda dari sistem saraf. Ada dua perbedaan cara kerja antara
kedua sistem tersebut adalah sebagai berikut:
 Dibandingkan dengan sistem saraf, sistem endokrin lebih banyak bekerja melalaui
teransmisi kimia.
 Sistem endokrin memperlihatkan waktu respon lebih lambat dari pada sisitem saraf.

95
Pada sistem saraf, potensial aksi akan bekerja sempurna hanya dalam waktu 1-5 mili
detik, tetapi kerja endokrin melalui hormon baru akan sempurna dalam wakru yang sangat
bervariasi, berkisar antara beberapa menit hingga beberapa jam. Hormon adrenalin bekerja
hanya dalam waktu singkat, namun hormon pertumbuhan dalam waktu yang sangat lama.
Dibawah kendali hormon endokrin (menggunkan hormon pertumbuhan), proses pertumbuhan
memerlukan waktu hingga puluhan tahun untuk mencapai tingkat pertumbuhan yang sempurna.
Agar dapat memeperlihatkan efek hayatinya. Hormon dari kelenjar endokrin harus dapat
sampai organ sasaran. Organ sasaran yaitu organ yang memiliki reseptor khusus untuk hormon
yang sesuai dan merupakan tempat yang tepat bagi suatu hormon untuk memperlihatkan efek
hayatinya. Organ sasaran hormon sering kali terletak dilokasi yang jauh dari hormon tersebut
dihasilkan.
Gagasan klasik tentang organ dan fungsi endokrin kini telah berubah. Saat ini telah di
ketahui bahwa untuk memperlihatkan pengaruh hormon tidak harus melewati sistem sirkulasi.
Contoh yang baik untuk hormon ini adalah histamin yang bekerja untuk mengontrol sekresi
asam pada lambung verteberata misalny pada sapi.apabila ransangan mempengaruhi sel master
(mast cells) dan sel parietal pada lambung, sel-sel tersebut akan mengeluarkan histamin, yang
selanjutnya akan merangsang pengeluaran asam lambung.
Dalam contoh tersebut tampak bahwa hormon berpengaruh terhadap sel sasaran yang
terletak disekitar sel penghasil histamin. Jadi, hormon tersebut bekerja secara lokal. Aksi
hormon lokal semacam ini disebut kontrol atau kendali prakrin.
Kadang-kadang, senyawa kimia yang dikeluarkan oleh suatu sel akan memengaruhi sel
itu sendiri. Peristiwa semacam ini dikenal denagn istilah kontrol/ kendali autokrin. Contoh
senyawa kimia semacam ini ialah prostaglandin dan faktor perrtumbuhan yang mirip insulin.
Adanya sistem
kendali neuroendokrin, parakrin, dan autokrin sudah tentu akan mengaburkan definisi dan
konsep khas yang klasik mengenai cara kerja endokrin dan hormon.
Sel-sel poenyusun endokrin dapat dibedakan menjadi dua yaitu sel neurosekretori dan sel
endokrin sejati.sel nuurosekretori adalah sel yang berbentuk seperti sel saraf, tetapi berfungsi
sebagai penghasil hormon. Contoh sel saraf pada hipotalamus. Sel tersebut memperlihatkan
fungsi edokrin sehingga dapat juga disebut sebagai sel neuroendokrin sesungguhnya, semua sel
yang dapat menghasilkan sekret disebut sebgai sel sekretori. Oleh karna itu, sel saraf yang

96
terdapat pada hipotalamus disebuut sel neurosekretori. Sel endokrin sejati disebut juga sel
endokrin klasik, yaitu sel endokrin yang benar-benar berfungsi sebagai penghasil hormon, tidak
memiliki bentuk seperti sel saraf. Kelenjar endokrin sejati melepaskan hormon yang dihasilkan
secara langsung kedalam darah (cairan tubuh).
Kelenjar endokrin sejati dapat ditemukan pada hewan yang memepunyai sistem sirkulasi,
baik invertebrata maupun vertebrata. Hewan invertebrata yang sering menjadi objek studi
sistem endokrin yaitu insekta, krustasea, cephalopoda, dan moluska. Kelenjar endokrin dpat
berupa sel tunggal atau berupa organ multi sel. Neurosekresi tampaknya merupakan mekanisme
pengaturan tubuh secara kimia yang paling primitif, namun pada hewan tingkat tinggi pun
mekanisme tersebut ternyata tetap fungsional. Hal ini dapat dibuktikan dengan ditemukannya
mekanisme neusekresi pada semua hewan, mulai dari hewan tingkat rendah (contohnya hidra)
hingga hewan tingkat tinggi, termasuk manusia.
Hormon neuroseketori seperti yang terdpat pada hipotalamus akan melepaskan hormon
(neurohormon) yang dihasilkannya ke sirkulasi darah, dan selanjutnya dibawa ke sel sasaran.
Kadang-kadang, hormon yang dihasilkan oleh selneurosekretori tidak langsung dilepaskan
kedalam darah, tetapi disimpan terlebih dahulu dalam sel atau organ neurohemal intuk
sementara waktu. Hormon tersebut akan dilepaskan kedalam darah pada saat tubuh
memerlukannya. Organ neurohemal ialah organ yan gberfunsi sebagai tempat penyimpanan
semnetara dan pelepasan hormon (neurohormon) yang di hasilkan oleh sel neurosekretori.
D. Sistem Endokrin pada Invertebrata
Sejumlah invertebrata tidak mempunyai organ khusus untuk sekresi hormon sehingga
sekresinya dilaksakan oleh sel neurosekretori. Jadi,sel neurosekretori tampaknya merupakan
sumber hormon utama pada invertebrata. Sel neurosekretori dapat ditemukan pada semua
Metazoa hewan bersel banyak antara lain Coelenterata, Platihelmintes, Annelida, Nematoda
dan Moluska.
1. Coelenterata
Contoh hewan dari golongan ini adalah hydra (hydra). Hidra mempunyai sejumlah sel
yang mampu menghasilkan senyawa kimia yang berperan dalam proses reproduksi,
pembuahan, dan regenerasi. Apabila kepala hydra di potong, sisa tubuhnya akan mengeluarkan
molekul peptida yang disebut activator kepala.zat tersebut menyebabkan sisa tubuh hydra dapat
membentuk mulut dan tentakel,dan selanjutnya membentuk daerah kepala.

97
2) Platyhelmintes
Hewan ini dapat menghasilkan hormon yang berperan penting dalam proses
regenerasi.diduga,hormon yang di hasilkan tersebut juga terlibat dalam regulasi osmotik dan
ionik,serta dalam proses reproduksi.

3) Nematoda
Sejumlah nematoda dapat mengalami ganti kulit (molting) hingga empat empat kali
dalam siklus hidupnya.hewan ini mempunyai struktur khusus yang berfungsi untuk sekresi
neurohormon, yang berkaitan erat dengan sistem saraf. Struktur khusus tersebut terdapat pada
ganglion di daerah kepala dan beberapa di antaranya terdapat pada korda saraf.

4) Annelida
Sejumlah annelida seperti poliseta (misalnya neris), Oligoseta (misalnya lumbricus), dan
hirudinae (misalnya lintah) sudah memperlihatkan adanya derajat sefalisasi yang memadai.
Otak hewan tersebut memiliki sejumlah besar sel saraf yang berfungsi sebagai sel
sekretori.hewan ini juga telah memiliki system sirkulasi yang berkembang sangat baik sehingga
kebutuhan untuk menyelenggarakan system kendali endokrin dapat terpenuhi.sistem endokrin
annelida berkaitan erat dengan aktivitas pertumbuhan, perkembangan,regenerasi,dan
reproduksi.
Contoh yang baik untuk hal tersebut ialah perubahan bentuk cacing poliseta dewasa,yang
dikenal dengan istilah epitoki.epitoki ialah perubahan sejumlah ruas tubuh menjadi struktur
reproduktif.dalam proses tersebut ,beberapa ruas tubuh annelida yang mengalami perubahan
bentuk akan terlepas dari tubuh utamanya, dan berkembang menjadi organisme hidup bebas.
Epitoki dikendalikan oleh system neuroendokrin. hormon yang dilepaskan bersifat menghambat
epitoki sehingga epitoki hanya akan berlansung pada saat kadar hormon tersebut rendah.cara
kerja hormone ini tidak di ketahui secara jelas, tetapi diduga sekresinya di atur oleh factor
lingkugan.

98
5) Moluska
Moluska (terutama siput) mempunyai sejumlah besar sel neuroendokrin yang terletak
pada ganglia penyusun system saraf pusat. Hewan ini juga memiliki organ endokrin
klasik.senyawa yang dilepaskan menyerupai protein dan berperan penting dalam
mengendalikan osmoregulasi,pertumbuhan,serta reproduksi. Reproduksi pada muluska sangat
rumit karena hewan ini bersipat hommoprodit (gamet jantan dan betina terdapat dalam satu
tubuh).
Beberapa sepesies hewan dari kelompok ini bersipat protandri. Pada hewan yang bersipft
protandri, gamet jantan terbentuk labih dahulu dari pada gamet betina. Pada hewan ini di
temukan adanya hormone yang merangsang pelepasan telur dari gonad dan pengeluaran telur
dari tubuh.
Pada Cephalopoda, hewan yang tidak bersifat hermaprodit, proses reproduksi di
kendalikan oleh endokrin.dalam hal ini,organ endokrin kalalsik (terutama kelenjar optik) diduga
memilki peran yang sangat penting. Kelenjar optik diduga menyekresi beberapa hormon yang
diperlukan untuk perkembangan sperma dan telur.

6) Krustasea
Seperti halnya invertebrate lain, sistim indoktrin pada krustasea umumnya berupa system
neuroendokrin, meskipun mempunyai organ endokrin klasik. Fungsi tubuh yang dikendalikan
oleh sistem endokrin antara lain osmoregulasi,laju denyut jantung,komposisi
darah,pertumbuhan,dan pergantian kulit .
Sistem kendali endokrin yang berkembang paling baik dapat ditemukan pada Malakostra
(antara lain ketam,lobster/udang besar,dan udang).
Organ neuroendokrin krustasea terdapat pada tiga daerah utama yaiu sebagi berikut .
 Kompleks kelenjar sinus. organ ini kadang-kadang disebut kompleks golongan kepala dan
lobus optik ad tangkai mata .
 Organ post- komisural.organ ini juga menerima akson dari otak dan berakhir pada awal
esofogus.
 Organ perikardial : organ ini terletak sangat dekat dengan jantung danmenerima akson dari

99
ganglion toraks. Krustasea memiliki jumlah kecil sel endokrin klasik,yaitu organ Y dan
kelenjar mandibula.
Organ Y merupakan sepasang kelenjar yang terletak di daerah dada (toraks), tepat nya
pada luas maksila (rahang atas) atau ruas antena. Hormon dari kelenjar Y diduga memengaruhi
prosesmolting. Kelanjar mandibula terletak di dekat organ Y dan di duga memiliki fungsi
endokrin juga. Krustasea juga mempunyai kelenjar androgenik yang diyakini berperan dalam
perkembangan testis dan produksi seperma. Salah satu proses pada krustasea yang dikendalikan
oleh system endokrin ialah pengubahan warna kulit. Krutasea mampu menerima rangsang
berupa warna latar belakang mereka, yang mendorong meereka untuk menyesuaikan warna
tubuh nya dengan warna itu.dengan cara demikian,krustasea dapat terhindar dari perhatian
musuh nya.
Kemampuan untuk mengubah warna yang di miliki suatu spesies dapat berbeda dari
sepesies lain nya.beberapa hewan hany adapat mengubah warna kulit dan terng ke
gelap,sementara hewan yang lain dapat menanggapi beraneka warna latar belakang. Perubahan
warna kulit krustasea dipengaruhi oleh penyebaran pigmen yang tedapat dalam kromatofor (sel
pembawa pigmen). Kromatopor pada umum nya terdapat pada sel kulit luar tubuh,tetepi dapat
juga terletak pada organ yang lebih dalam.fungsi kromatopor dapat diubah oleh sejumlah
hormon,misalnya hormon peptide yang di hasilkan oleh kompleks kelenjar sinus.hormon ini
menyebabkan pigmen menumpul atau menyebar. Hormon yang di lepaskan oleh prikardial juga
di anggapdapat memengaruhi fungsi kromatopor.
7) Insecta
Pada sistem saraf insekta terdapat tiga kelompok sel neuroendokrin yang utama :
 Sel neurosekretori medialis.
Kelompok sel ini memiliki akson yang membentang hingga ke korpora kardiaka. Korpora
kardiaka ialah sepansang organ yang berpungsi sebagai tempat penyimpanan dan pelepasan
neurohormon
 Sel neurosekretori lateralis.
Kelompok sel ini juga memiliki akson yang membentang hingga ke korpora kardiaka
 Sel neurosekretori subesofageal.
Kelompok sel neurosekretori ini terdapat pada bagian di bawah kerongkongan dan memiliki
akson yang membentang ke korpora alata.

100
E. Sistem Endokrin pada Vertebrata
Sistem endokrin pada vertebrata terutama sekali tersusun atas berbagai organ endokrin
klasik. Sistem endokrin vertebrata dapat dibedakan menjadi tiga kelompok kelenjar utama,
yaitu hipotalamus, hipofisis atau pituitari, dan kelenjar endokrin tepi. Berbagai organ endokrin
tepi bekerja di bawah kendali kelenjar pituitari bagian depan (anterior), yang merupakan salah
satu organ endokrin pusat. Pituitari anterior bekerja di bawah pengaruh hipotalamus yang
bekerjanya dipengaruhi oleh saraf. Adenohipofisis merupakan inti pada sistem endokrin
vertebrata dan mensekresikan tujuh hormon kunci "tropik", yaitu: hormon pertumbuhan (GH),
prolaktin, ACTH (atau corticotropin), MSH, TSH, dan dua gonadotropin (GnH) LH dan FSH.
Kelenjar pineal memproduksi melatonin, yang disintesis dari triptofan. Pada mayoritas
vertebrata, terkecuali mamalia dan ular, kelenjar pineal memiliki unit fotoreseptor dengan
sambungan saraf ke otak dan sensitif terhadap cahaya. Namun, kelenjar pineal pada mamalia
hanya menerima informasi tentang siklus cahaya dari mata, melalui neuron dari nukleus
suprachiasmatik hipotalamus.
1. Ikan
Hormon gonadotropin yang dihasilkan oleh kelenjar pituitari dan neuroendokrin berperan
dalam mengontrol proses diferensiasi gonad pada beberapa jenis ikan. Ikan di kelompok
Elasmobranchii terdapat sel neurosekretori besar di saraf tulan belakang yang disebut sel
Dahlgreen yang berperan penting mengatur keseimbangan cairan. Sedangkan pada kelompok
Teleostei terdapat organ neurohemal bernama urofisis, mensekresikan sejumlah peptida yang
disebut urotensin, berperan dalam regulasi tekanan darah (UTI), kontraksi jaringan otot (UTII),
dan asupan natrium (UTIII) pada insang sebagai bagian respon osmoregulasi pada spesies air
tawar, dan efek antidiuretik (UTIV). Ikan pada kelompok Teleostei memiliki organ Korpuskula
Stannius (CS), yang merupakan kelenjar endokrin kecil yang berada di permukaan ginjal. CS
mengandung hormon yang meregulasi kadar kalsium. Kontrol sistem osmoregulasi pada
Teleostei diatur oleh sejumlah hormon-hormon dari hipofisis seperti prolaktin, dan GH, serta
hormon kortisol dari kelenjar interrenal, yang berperan penting dalam aklimasi osmotik.
Kortisol bersama dengan GH menstimulasi pengeluaran ion pada keadaan hiperosmotik, dan
kerjasama antara kortisol dan prolaktin berperan untuk meningkatkan asupan ion di keadaan
lingkungan hipoosmotik.

101
2. Amfibia
Hormon tiroid tidak hanya mengatur pertumbuhan dan pematangan seksual, tetapi juga
mengontrol metamorfosis. Semua kelompok Amfibi, termasuk Anura dan Caudata, mempunyai
dua jenis hormon gonadotropik yang secara stuktur dan fungsi mirip dengan LH dan FSH pada
mamalia. Stimulasi pelepasan hormon gonadotropik dihasilkan dari pengaruh Gonadotropin-
releasing hormone (GnRH). GnRH merupakan neurohormon utama yang mengaktifkan
reproduksi amfibi, dihasilkan oleh hipotalamus.
Aksis Hipotalamus-Pituitari-Gonad meregulasi reproduksi pada amfibi. Hormon GnRH
yang diproduksi hipotalamus mengontrol sekresi FSH dan LH oleh kelenjar pituitari. Kedua
hormon tersebut meregulasi perkembangan gamet dan sekresi hormon-hormon estrogen dan
hormon androgen oleh ovarium dan testis. Metamorfosis pada amfibi dikendalikan oleh aksis
hipotalamus-pituitari-tiroid (HPT) dan aksis hipotalamus-pituitari- adrenal (HPA). Aksis HPT
berperan dalam produksi corticotropin-releasing factor (CRF) di hipotalamus, yang
menstimulus TSH dari pituitari. TSH menstimulus sintesis T3 dan T4, yang bertanggung jawab
mengendalikan metamorfosis. CRF mengaktivasi aksis HPA, dengan menstimulasi sekresi
ACTH dari pituitari yang kemudian menstimulasi sekresi corticosterone (CORT) dari jaringan
interrenal.

3. Reptilia
Kelenjar endokrin pada reptil adalah hipofisis, adrenal, tiroid, pankreas, testis, ovarium,
dan pineal. Terdapat beberapa perbedaan hormon pada reptil dibandingkan dengan mamalia.
Pituitari (hipofisis) posterior reptil mensekresikan hormon AVT (arginine vasotocin) dan
mesotocin. Sekresi dari korteks adrenal adalah corticosterone.

4. Aves
Kelenjar pituitari posterior menghasilkan AVT dan mesotocin.[16] Kelenjar tiroid
kelompok unggas memiliki keunikan karena tidak terdapat sel-sel kalsitonin, yang letaknya
terpisah di kelenjar ultimobranchial. Sintesis hormon tiroid mirip dengan sintesis pada mamalia,
yaitu terdapat hormon T3 dan T4.

102
5. Mamalia
Kelenjar endokrin vertebrata, terutama mamalia, sudah dipelajari dengan baik. Peranan
kelenjar endokrin dalam memelihara kondisi homeostasis telah diuraikan dengan cukup detail.
[17] Kelenjar endokrin utama pada mamalia adalah hipotalamus, hipofisis, tiroid, paratiroid,
timus, pankreas, adrenal, dan gonad. Hormon-hormon yang disekresi oleh kelenjar tersebut
memengaruhi berbagai sel dan satu sama lainnya selama perkembangan mamalia. Plasenta
merupakan salah satu sumber hormon penting berhubungan dengan fungsi reproduksi, hanya
terdapat pada mamalia betina. Selama kehamilan plasenta mensekresikan estrogen dan
progesteron, serta chorionic gonadotropin pada kelompok Primata.

103

Anda mungkin juga menyukai