Anda di halaman 1dari 19

PROFIL PENGGUNAAN OBAT ONDANSETRON PADA PASIEN ANAK DI

INSTALASI RAWAT INAP RSUD SULTAN SYARIF MOHAMAD ALKADRIE


PONTIANAK PADA TAHUN 2018
Shabrina Apryani1, Eka Kartika Untari1, Nurmainah1
1
Program Studi Farmasi, Fakultas Kedokteran, Universitas Tanjungpura, Pontianak,
Indonesia
Email: apryanishabrina@gmail.com

ABSTRAK

Latar Belakang: Di Indonesia, ondansetron telah disetujui beredar sejak tahun 1992.
Indikasinya digunakan untuk mengatasi mual dan muntah yang diinduksi oleh kemoterapi
sitotoksik dan radioterapi. Obat ondansetron di beberapa penelitian ditemukan pemberiannya
pada anak-anak dalam kondisi bukan menjalani kemoterapi. Penggunaan ondansetron yang
tidak tepat pada anak-anak dapat menimbulkan efek samping yang berbahaya. Tujuan:
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui profil pengobatan (dosis obat) anak yang menerima
obat ondansetron di instalasi rawat inap RSUD Sultan Syarif Mohamad Alkadrie dan
mengetahui indikasi utama dari penggunaan obat ondansetron pada pasien anak di instalasi
rawat inap di RSUD Sultan Syarif Mohamad Alkadrie. Metode: Metode yang digunakan dalam
penelitian ini adalah metode observasional. Penelitian ini bersifat deskriptif dengan jenis
penelitian potong lintang (Cross Sectional). Pengumpulan data dilakukan secara retrospektif
dengan menggunakan data rekam medis pada pasien anak yang menggunakan ondansentron di
instalasi rawat inap RSUD Sultan Syarif Mohamad Alkadrie Pontianak pada tahun 2018.
Teknik pengambilan sampel yang digunakan adalah stratified random sampling. Jumlah subjek
penelitian yang memenuhi kriteria inklusi adalah 99 pasien anak. Hasil: Hasil dari penelitian
ini yaitu diagnosa penyakit yang banyak dialami pasien anak yaitu dengue fever (33,33%) dan
diare cair akut (31,31%). Dosis ondansetron yang banyak digunakan pada pasien anak yaitu
2mg dan 4mg yang memiliki presentase (31,31%).Kesimpulan: Kesimpulan dari penelitian
ini yaitu ondansetron masih digunakan pada pasien anak yang bukan menjalani kemoterapi.

Kata kunci : anak, dosis, ondansetron, mual dan muntah


ONDANSENTRON UTILIZATION PROFILE OF PEDIATRIC PATIENTS IN
INSTALLATION OF SULTAN SYARIF MOHAMAD ALKADRIE PONTIANAK
HOSPITAL IN 2018

Shabrina Apryani1, Eka Kartika Untari1, Nurmainah1

1
Pharmacy Study Program, Faculty of Medicine, Tanjungpura University, Pontianak,
Indonesia

Email: apryanishabrina@gmail.com

ABSTRACT

Background: In Indonesia, ondansetron has been approved for circulation since 1992. The
indications are used to treat nausea and vomiting induced by cytotoxic chemotherapy and
radiotherapy. Ondansetron drug in several studies found administration in pediatric in
conditions not undergoing chemotherapy. Inappropriate use of ondansetron in pediatric can
cause dangerous side effects. Objective: This study aimed to determine the treatment profile
(drug dosage and route of administration) of pediatric patients receiving ondansetron drugs in
the inpatient installation of Sultan Syarif Mohamad Alkadrie Pontianak Regional Hospital and
to find out the main indications of using ondansetron drugs in pediatric patients in the inpatient
installation at Sultan Syarif Mohamad Alkadrie Pontianak Regional Hospital. Method: The
method used in this study was the observational method. This study was descriptive with cross
sectional type of research. Data collection was conducted retrospectively using medical record
data on pediatric patients using ondansentron in the inpatient installation of Sultan Syarif
Mohamad Alkadrie Pontianak Regional Hospital in 2018. This study was conducted for three
months. The sampling technique used was stratifield random sampling. The number of study
subjects who met the inclusion criteria was 99 pediatric patients using ondansetron. Results:
The results showed the most common diseases experienced by pediatric patients was dengue
fever (33.33%) and acute liquid diarrhea (31.31%). The most doses of ondansetron used in
pediatric patients was 2mg and 4mg (31.31%). Conclusion: The conclusion of this study are
ondansetron still used in pediatric patients even though not chemotherapy.

Keywords: child, dose, nausea, ondansetron and vomiting


PENDAHULUAN menyebabkan risiko pada jantung yang
serius. Laporan dari US FDA tahun 2012
Di Indonesia, ondansetron telah
menunjukan bahwa penggunaan
disetujui beredar sejak tahun 1992.
ondansetron dalam dosis tunggal 32mg
Indikasinya digunakan untuk mengatasi
intravena menyebabkan perpanjangan
mual dan muntah yang diinduksi oleh
interval QT yang mempengaruhi irama
kemoterapi sitotoksik dan radioterapi.
jantung sehingga menjadi abnormal dan
Disisilain, ondansetron diindikasikan juga
berpotensi fatal pada jantung.(1)Konstipasi
untuk mencegah dan mengobati PONV.(1)
sering dilaporkan dan dapat memperburuk
Dosis ondansetron untuk anak-anak pasca
gejala kembung dan ketidaknyamanan
PONV yaitu 50-100 mcg/kg sampai
perut.(10,11,12)
4mg.(2,3) Ondansetron merupakan obat
Obat ondansetron di beberapa
selektif terhadap antagonis reseptor 5-
penelitian ditemukan pemberiannya pada
hidroksi-triptamindi otak, dan bekerja pada
anak-anak dalam kondisi bukan menjalani
aferen nervus vagus.(4) Ondansetron
kemoterapi. Namun pemberian
memiliki waktu paruh yang singkat yaitu 3-
ondansetron diberikan untuk mengatasi
4 jam dan kurang efektif jika diberikan pada
muntah yang disebabkan karena diare dan
saat induksi.(5,6) Pasien anak yang
gastroenteritis.(8,9,13) Pemberian
mendapatkan kesesuaian jenis obat anti
ondansetron pada anak-anak digunakan
muntah berdasarkan tingkatan emetogenik
untuk mengatasi muntah pada saat diare.
dari obat kemoterapi sebesar 26,08% untuk
Penggunaan ondansetron yang tidak tepat
intravena tunggal. Disisi lain, penggunaan
pada anak-anak dapat menimbulkan efek
obat anti mual muntah per oral sebanyak
samping berupa efek neurologis seperti
6,52% dan 41,30% untuk obat anti muntah
gangguan ekstrapiramidal jangka pendek,
kombinasi.(7)
gerakan tak terkendali seperti kejang otot
Menurut US FDA bahwa
(sering terjadi di kepala dan leher), dan
penggunaan injeksi Ondansetron hanya
tardive dyskinesia (gerakan tak terkendali
mempunyai dua indikasi yaitu CINV dan
seperti meringis dan bergerak-gerak).(8,9)
mual muntah pasca operasi. Secara umum
Efek samping lainnya yaitu angina pektoris,
praktik intravena dan oral ondansetron
perubahan EKG, hipotensi, takikardia,
digunakan secara berlebihan untuk mual
bronkospasme, kejadian vaskular dan
dan muntah karena tanpa sebab apa
sembelit.(8)
pun.(8)Penggunaan ondansetron dalam
Penelitian ini dilakukan di RSUD
dosis tunggal 32mg secara intravena dapat
Sultan Syarif Mohamad Alkadrie
Pontianak, dipilihnya rumah sakit ini di menggunakan data rekam medis pada
karenakan belum ada yang meneliti profil pasien anak yang menggunakan
penggunaan obat ondansetron pada pasien ondansentron di instalasi rawat inap RSUD
anak di rumah sakit tersebut. Penggunaan Sultan Syarif Mohamad Alkadrie Pontianak
ondansetron pada anak-anak banyak pada tahun 2018. Sampel penelitian ini
digunakan tidak tepat indikasi. Sehingga adalah seluruh pasien anak di instalasi
peneliti tertarik mengetahui besarnya rawat inap selama periode Januari 2018 -
pemakaian ondansetron pada anak-anak Desember tahun 2018 di Rumah Sakit
yang tidak tepat tersebut. Sultan Syarif Mohamad Alkadrie Pontianak
Tujuan penelitian ini adalah yang memenuhi kriteria inklusi. Teknik
mengetahui profil pengobatan (dosis obat) pengambilan sampel yang digunakan
anak yang menerima obat ondansetron di adalah stratified random sampling. Adapun
instalasi rawat inap RSUD Sultan Syarif kriteria inklusi yaitu pasien anak dengan
Mohamad Alkadrie dan mengetahui usia 1-12 tahun(14). Pasien anak yang
indikasi utama dari penggunaan obat menerima ondansetron. Pasien anak yang
ondansetron pada pasien anak di instalasi tidak menjalani kemoterapi. Adapun
rawat inap di RSUD Sultan Syarif kriteria ekslusi yaitu Pasien yang memiliki
Mohamad Alkadrie. data rekam medik yang tidak lengkap atau
rusak (yang tidak memuat nomor rekam
METODE PENELITIAN medik, data pengobatan, diagnosa, usia).
Penelitian ini dilakukan setelah lulus kaji
Alat dan Bahan
etik dengan nomor kaji etik
Metode penelitian ini adalah 2999/UN22.9/DL/2019 yang dikeluarkan
observasional. Rancangan penelitian oleh komite etik Fakultas Kedokteran
potong lintang (Cross Sectional) yang Universitas Tanjungpura Pontianak.
bersifat deskriptif. Pengumpulan data Penentuan minimal sampel menggunakan
dilakukan secara retrospektif dengan rumus :(15)

𝑍𝑎2 (𝑃𝑄)
𝑛=
𝑑2

Keterangan :
n = Ukuran sampel
Z = Nilai baku dari distribusi normal tertentu (1,96)
P = Prevalensi (43% atau 0,43)
Q = 1-P
d = derajat akurasi / presisi mutlak

Kemudian dilakukan stratified ramdom sampling, menurut Sugiono (2010) menyatakan rumus
pengambilan sampel sebagai berikut (16)

N1
n1= ×n
𝑁

Keterangan
n1: jumlah sempel
N1 : jumlah populasi perbulan yang masuk inklusi
N : jumlah populasi yang masuk inklusi
n: jumlah sampel yang ditentukan

Didapatlah sampel minimum sebanyak 99 diolah menggunakan Microsoft excel dan


pasien. Data yang diperoleh kemudian ditampilkan dalam bentuk tabel
HASIL
Karakteristik Subjek Penelitian
Tabel 1. Karakteristik Subjek Penelitian

Nomor Karakteristik Jumlah Subjek Persentase


(N=99) (%)

1. Jenis kelamin
a. Laki-laki 53 53,54
b. Perempuan 46 46,46
2. Usia (1-12 tahun)
a. Anak-anak (1-5 tahun) 47 47,47
b. Anak-anak (6-12 tahun) 52 52,53
Rata-rata usia = 6 tahun
3. Diagnosis penyakit
a. Infeksi virus
1. Dengue fever 33 33,33
b. Infeksi Bakteri
1. Thyphoid fever 11 11,11
c. Gangguan Gatrointestinal
1. Diare akut 31 31,31
2. Gastritis 6 6,06
3. Amebiasis intestinal 1 1,01
4. Apendicitis kronik 1 1,01
5. Sindrom neftrotik 1 1,01
6. Sakit perut 1 1,01
7. Vomiting 1 1,01
d. Gangguan Saluran Nafas
1. Pneumonia 2 2,02
2. Bronkopneumonia 2 2,02
3. Tuberkolosis 1 1,01
e. Infeksi
1. ISK (Infeksi Saluran 1 1,01
Kemih)
2. Meningitis ensefalopati 1 1,01
3. Syok septik 1 1,01
f. Dermatologis
1. Urtikaria minyak tanah 1 1,01
g. Gangguan Hematologi
1. Anemia 1 1,01
h. Hipoglikemia 1 1,01
4. Dosis Penggunaan
a. 1 mg 8 8,08
b. 1,5 mg 13 13,13
c. 2 mg 31 31,31
d. 2,5 mg 5 5,05
e. 3 mg 8 8,08
f. 3,5 mg 2 2,02
g. 4 mg 31 31,31
h. 8 mg 1 1,01
Rata-rata dosis penggunaan = 2,67 mg
Ketepatan Dosis Ondansetron
Tabel 2. Ketepatan Dosis Ondansetron
No. Ketapatan Dosis Obat Ondansetron Jumlah Presentase (%)
(N=99)
1. Dosis Tepat 99 100%
2. Dosis Tidak Tepat - -
Total 99 100%

PEMBAHASAN menggunakan obat ondansetron lebih


Tampak pada Tabel 1 bahwa pasien banyak anak laki-laki daripada anak
anak yang menggunakan obat ondansetron perempuan dikarenakan anak yang berjenis
di instalasi rawat inap RSUD Sultan Syarif kelamin laki-laki lebih rentan terkena
Mohamad Alkadrie Pontianak periode penyakit. Anak yang berjenis kelamin
Januari - Desember tahun 2018 banyak perempuan memiliki sel mastosit yang
terjadi pada pasien anak laki-laki lebih banyak dibanding anak yang berjenis
dibandingkan pasien anak perempuan yaitu kelamin laki-laki. Sel mastosit pada
dengan jumlah presentase pada pasien anak perempuan dapat menyimpan lebih banyak
laki-laki sebesar (53,54%) dan pasien anak zat inflamasi seperti histamin, serotonin,
perempuan sebesar (46,46%). Hasil dan protease dibandingkan sel mastosit
penelitian Perjuangan(17) bahwa pasien pada laki-laki. Hal tersebutlah yang dapat
anak yang menggunakan ondansetron lebih memicu sistem kekebalan tubuh pada
banyak digunakan oleh pasien anak laki- perempuan lebih kuat dibanding laki-laki.
laki sebesar (20 pasien) dibandingkan Sel mastosit mempunyai kemampuan untuk
dengan pasien anak perempuan yaitu melepaskan histamin yang akan memicu
sebesar (12 pasien). Hasil penelitian terjadinya reaksi inflamasi atau peradangan
Yuhantoro(18) bahwa pasien anak yang lokal pada area yang mengalami masalah.
menggunakan ondansetron lebih banyak Sel mastosit adalah sel imun pertama yang
digunakan oleh pasien anak laki-laki yaitu diaktifkan sebagai respon terhadap infeksi
sebesar (38,67%) dibandingkan dengan sel parasit dan sangat penting untuk
pasien anak perempuan sebesar (11,33%). mengatur respon imun yang diperlukan
untuk melawan infeksi.(19)
Hasil penelitian diatas menunjukan
bahwa pasien anak yang banyak
Alasan lainnya karena anak yang salah memilih makanan yang tidak sehat.
berjenis kelamin laki-laki juga lebih sering Kebiasaan jajan es, gula-gula atau makanan
jajan atau membeli makanan diluar. yang nilai gizinya kurang serta anak yang
Kebiasaan jajan ini dapat memperburuk susah makan. Anak pada dasarnya harus
keadaan gizi anak karena anak yang suka dibiasakan untuk memilih makanan yang
salah dalam memilih jajanan, seperti baik sehingga efek samping dari konsumsi
makanan instan yang banyak mengandung jajanan dapat dikendalikan.(20) Anak-anak
pewarna serta bahan pengawet selain itu memiliki reaksi sistem kekebalan tubuh
kebersihan dari jajanan itu sangat diragukan yang berbeda, ada yang bereaksi secara
hal tersebutlah dapat menyebabkan anak tidak normal terhadap zat asing yang
tersebut mudah terkena berbagai penyakit masuk, hal ini merupakan salah satu faktor
dimana pada umumnya gejala yang dialami anak tersebut mengalami mual dan muntah
adalah mual dan muntah.(20) atau terkena suatu penyakit.
Tampak pada Tabel 1 pasien anak
Tampak pada Tabel 1 terlihat
dikelompokan menjadi 2 kelompok yaitu
diagnosa penyakit utama pada pasien anak
anak-anak usia (1-5 tahun) dan anak-anak
yang menggunakan obat ondansetron yang
usia (6-12 tahun). Pasien anak yang
dirawat inap di RSUD Sultan Syarif
menggunakan obat ondansetron di RSUD
Mohamad Alkadrie Pontianak pada Tahun
Sultan Syarif Mohamad Alkadrie Pontianak
2018 adalah penyakit Dengue fever yang
pada periode Januari- Desember 2018
mempunyai persentase terbesar pertama
paling tinggi pada anak-anak yang berusia
yaitu (33,33%). Menurut hasil dari
(6-12 tahun) yaitu sebesar (52,53%)
penelitian Rahmaniati(21) pasien anak yang
sedangkan anak-anak yang berusia (1-5
menggunakan obat ondansetron yang
tahun) sebesar (47,47%), dengan rata-rata
memiliki diagnosa penyakit Dengue fever
usia yaitu 6 tahun.
atau bisa disebut juga dengan Demam
Anak-anak yang mengalami mual Berdarah (DBD) yaitu sebesar (16,6%).
dan muntah dapat disebabkan oleh suatu Hasil dari penelitian Sabrina(22) pasien anak
penyakit atau anak-anak yang berusia diatas dengan diagnosa penyakit dengue fever
5 tahun dengan pola makan atau jajan yang atau DBD yang menggunakan obat
sembarangan dapat terkena suatu penyakit. ondansetron yaitu sebesar (18,18%).
Faktor-faktor yang memperburuk keadaan
Demam Berdarah (DBD)
gizi anak pada umumnya dalam hal
merupakan penyakit menular yang
pemilihan makanan yang seringkali anak
disebabkan oleh virus dengue. Penyakit
DBD tidak dapat ditularkan secara yaitu persentasenya sebesar (31,31%).
langsung dari orang ke orang, tetapi Menurut hasil penelitian dari Nabilah(25)
ditularkan kepada manusia melalui gigitan pasien anak yang terdiagnosa penyakit
nyamuk Aedes aegypti.(22) Manifestasi Diare Akut yang menggunakan obat
klinis pada dengue fever atau DBD salah ondansetron yaitu sebesar (8,8%). Hasil
satunya adalah mual dan muntah dimana dari penelitian Nurmainah(26) pasien anak
pasien tersebut mengalami mual dan dengan diagnosa penyakit Diare Akut yang
muntah yang dapat menyebabkan dehidrasi, menggunakan obat ondansetron yaitu
sehingga penggunaan obat antiemetik sebesar (86,5%).
(ondansetron) sangat diperlukan untung
Diare adalah frekuensi dan
menanggulangi rasa mual dan muntah pada
likuiditas buang air besar (BAB) yang
pasien dengue fever atau DBD.(23)
abnormal.(27) Gejala umum diare salah
Penggunaan obat ondansetron satunya adalah mual muntah yang dapat
seharusnya digunakan untuk menekan mual menyebabkan banyaknya kehilangan cairan
dan muntah paska kemoterapi ataupun atau dehidrasi.(28) Penggunaan obat
operasi, sehingga penggunaan ondansetron antiemetik sangat diperlukan untuk
untuk menanggulangi mual muntah akibat menekan mual dan muntah. Penggunaan
dengue fever atau DBD tidak tepat. obat ondansetron untuk menanggulangi
Pemberian antiemetik jenis lain seperti salah satu gejala diare yaitu mual dan
domperidon seharusnya digunakan muntah tidak tepat karena ondansetron
dibanding ondansetron yang tidak tepat bukan di indikasikan untuk menekan mual
indikasi karena domperidon juga dapat muntah karena gejala diare melainkan
menekan mual dan muntah. Penyakit DBD diindikasikan untuk pasien yang
atau dengue fever banyak ditemukan di mengalami mual dan muntah paska
wilayah tropis dan subtropis. Anak-anak kemoterapi. Pemberian antiemetik jenis
diketahui lebih mudah terserang DBD lain sangat diperlukan karena pemberian
terutama di wilayah tropis. Indonesia ondansetron bukan diindakasikan untuk
merupakan salah satu negara subtropis mengatasi mual dan muntah akibat gejala
dimana 95% DBD menyerang anak-anak diare, penggunaan antiemetik jenis lain
dengan usia <15 tahun.(24) seperti domperidon juga dapat diberikan
karena domperidon adalah obat untuk
Tampak pada Tabel 1 diagnosa
meredekan mual dan muntah. Penyakit
penyakit yang mempunyai persentase
diare merupakan masalah kesehatan
terbesar kedua adalah penyakit Diare Akut
masyarakat dinegara berkembang seperti Penggunaan antiemetik jenis lain seperti
Indonesia. Diare menjadi salah satu domperidon juga dapat diberikan karena
penyebab utama tingginya angka kematian domperidon dapat menekan mual dan
anak didunia. Diperkirakan lebih dari 10 muntah dibanding ondansetron yang bukan
juta anak yang berusia kurang dari 5 tahun diindikasikan untuk menekan mual dan
meninggal setiap tahunnya, ada sekitar 20% muntah karena gejala Thyphoid fever.
anak meninggal karena penyakit diare.(26)
Demam tifus menjadi masalah
Tampak pada Tabel 1 diagnosa utama kesehatan masyarakat di negara-
penyakit yang memeilik presentase terbesar negara berkembang penularannya melalui
ketiga adalah penyakit Thyphoid fever yaitu makanan atau air yang terkontaminasi
sebesar (11,11%). Menurut hasil penelitian Salmonella thypi yang berasal dari urin atau
dari Rouli(29) pasien anak yang tinja penderita atau pembawa, karena sulit
menggunakan obat ondansetron yang untuk mendapatkan air bersih, sanitasi
terdiagnosa penyakit Thyphoid fever yaitu kebersihan yang memadahi.(31) Insiden
sebesar (9,63%). Hasil penelitian dari tertinggi demam tifus terdapat pada anak-
Hety(30) pasien anak yang terdiagnosa anak. Demam tifus terjadi pada anak-anak
penyakit Thyphoid fever yang yang berusia 5 tahun atau lebih dan
menggunakan obat ondansetron yaitu mempunyai manifestasi klinis yang ringan.
sebesar (33%). Thyphoid fever atau tifus Menurut Riset Kesehatan Dasar
merupakan penyakit infeksi sistemik akut (RISKESDAS) pada tahun 2007 prevalensi
yang disebabkan oleh bakteri Salmonella demam tifus mencapai 1,6%, dan ditahun
thypi. Gejala yang sering terjadi pada 2010 demam tifus masih menduduki urutan
penyakit ini salah satunya adalah mual dan ketiga dari sepuluh penyakit terbanyak di
muntah hal ini dapat menyebabkan keadan Indonesia.(32)
pasien dapat kehilangan banyak cairan
Tampak pada tabel 1 penggunaan
ataupun nutrisi, sehingga diperlukan
obat ondansetron pada pasien anak dengan
antiemetik untuk menekan mual dan
dosis 2mg dan 4mg sama-sama memiliki
muntah. Penggunaan antiemetik
persentase yang besar yaitu (31,31%)
ondansetron untuk mengatasi mual dan
dengan rata-rata dosis ondansetron yang
muntah tidak tepat karena penggunaan
digunakan yaitu 2,67mg. Hasil penelitian
ondansetron bukan diindikasikan untuk
Muhamad(33) pasien yang menggunakan
mengatasi gejala mual muntah pada
obat ondansetron dengan dosis 4mg
penyakit demam tifus atau Thyphoid fever.
memiliki persentase paling besar yaitu
sebesar (90,3%). Menurut hasil penelitian yang diberikan kepada pasien sudah sesuai
Wanda(34) juga mendapatkan pasien yang dengan dosis teorinya.
menggunakan obat ondansetron dengan
Tampak pada tabel 2 menunjukan
dosis 4mg dengan persentase paling besar
bahwa pemberian obat ondansetron pada
yaitu (29%). Hasil penelitian tersebut
pasien anak-anak dengan dosis yang sudah
menunjukan bahwa penggunaan obat
tepat memiliki presentase sebesar 100%,
ondansetron dengan dosis 4mg lebih
dimana dosis yang didapat tersebut sudah
banyak digunakan untuk mengatasi mual
sesuai dengan usia dan berat badan pasien.
dan muntah.
Berdasarkan hasil yang didapat pemberian
Dosis ondansetron ditentukan dosis obat ondansetron sudah tepat,
berdasarkan berat badan pasien ataupun melainkan indikasi penggunaan
usia pasien. Ondansetron digunakan dalam ondansetron saja yang tidak tepat. Menurut
mencegah dan mengobati mual dan muntah teori pemberian ondansetron seharusnya
yang disebabkan oleh kemoterapi dan diindikasikan untuk pasien yang
(35)
radiasi. Dosis ondansetron yang mengalami mual muntah akibat
diindikasikan untuk pasien anak-anak yang kemoterapi, paska operasi dan radiasi.
mengalami mual muntah paska kemoterapi
Ketapatan dosis obat ondansetron
menurut teori adalah 0,15mg/kg sampai
dihitung dengan cara sebagai berikut :
dengan maksimal 16mg.(36) Ondansetron

Pasien 1 : Berat badan : 27 kg

Dosis Maksimal Ondansetron : 0,15mg/kgBB dan maksimal 16 mg

Dosis penggunaan 3mg setiap 2x sehari

0,15 𝑚𝑔
𝐷𝑜𝑠𝑖𝑠 𝑝𝑎𝑠𝑖𝑒𝑛 = × 27 𝑘𝑔
1 𝑘𝑔
= 4,05 𝑚𝑔/𝑘𝑔
Dosis ondansetron yang digunakan dan 4mg yaitu dengan persentase
pada pasien anak dirumah sakit (31,31%) dengan rata-rata dosis nya
adalah 3mg setiap 1 kali pemberian, 2,67mg. Rute pemberian ondansetron
jadi dalam satu hari ada sebanyak 6 pada pasien anak paling banyak
mg dosis ondansetron yang diberikan, digunakan yaitu melalui injeksi atau
sehingga dosis 3mg ondansetron intravena. Indikasi pemberian
dalam 1 kali pemberian dengan berat ondansetron yang paling banyak yaitu
badan pasien 27 kg belum melewati untuk mengatasi dengue fever atau
dosis maksimal nya yaitu 16mg. DBD yaitu dengan persentase sebesar
Ketapatan dosis obat yang diberikan (33,33%) dan untuk mengatasi diare
pada pasien anak di RSUD Sultan akut yaitu sebesar (31,31%)
Syarif Mohamad Alkadrie semuanya
sudah tepat dosis yaitu memiliki
DAFTAR PUSTAKA
presentase sebesar (100%).
Pemberian ondansetron pada anak- 1. Badan Pengawas Obat dan

anak harus dimonitoring secara ketat Makanan RI. Drug for

dikarenakan dapat menimbulkan efek Patient Safety : Buletin

samping seperti gangguan Berita MESO; 2013: Vol

ektrapiramidal berupa gangguan 31. No 1 hal 3

gerakan kejang otot pada kepala dan 2. Dipiro J.T., Wells B.G,.

leher, serta gerakan saraf yang tidak Schwinghammer T.L,.

terkendali atau kedutan disekitar Dipiro C.V.

mata.(37) Pharmacotherapy
Handbook Ninth Edition.
KESIMPULAN
Mc-Graw Hill. Chapter
Kesimpulan dari penelitian ini
27: 2015;pp 231-43
yaitu Pemberian dosis ondansetron
3. Rowshan H.H,. Rowshan
pada pasien anak yang dirawat inap di
Hooman,. Elyassi A.R.
RSUD Sultan Syarif Mohamad
Post Anasthesia Nausea
Alkadrie Pontianak sudah tepat dosis
and Vomiting: A Review
yaitu dengan persentase (100%) dan
Of Pathophisiology,
pemberian dosis paling banyak 2mg
Treatment and Prevention. Juni-Juli 2016.Media
Open Science Journal Of Farmasi .2017
Clinical 8. Mathew SK,. Krishnan
Medicine:2015:3(3);74- KK,.Ramya
82 I,.Padmakumar C,. Prince
4. Loadsman, J. Post Pius. Ondansetron-
Operative Nausea and Induced Life Threatening
Vomiting. The Virtual Hypokalemia. Journal Of
Anaesthesia Textbook. The Association Of
2005. pp: 1-2. Physicians Of India:2016;
5. Parlow J.L. Single Dose vol 64
Haloperidol For The 9. Circus W., Wharf C.
Prophylaxis Of European Mediciens
Postoperative Nausea and Agency Recommends
Vomiting. Anest Changes to The Use Of
Analog:2003: vol 98; pp Metocloperamide.
1072-1076 European Medicine
6. Morgan J.G., Mikhail Agency:2013
M.S,. Mur ray M. Clinical 10. Medicine and Health Care
Anasthesiology. 5th ed. Product Regulatory
Mc-graw Hill Agency. Ondansetron
Companies:2013; pp 283- 4mg Tablets
286 (ONDANSETRON
7. Ridha E,. Rahma M,. HYDROCHLORIDE)PL
Risani A.P. Evaluasi 04543/0509.
Penggunaan Obat 11. Rex Medical New Zealand
Antimuntah Pada Pasien Datasheet Onrex tablets
Anak Penderita Kanker Di (ondansetron
Rumah Sakit Kanker hydrochloride dihydrate
Dharmais Jakarta Periode tablets 4mg and 8mg) 01-
03-12.
www.medsafe.govt.nz/pr Pemberian Omeprazole
ofs/datasheet/o/ akses: 5- pada Ondansetron dalam
maret-2019 Tatalaksana Mual Muntah
12. Paterson H. Nausea and Akibat Kemoterapi
vomiting in pregnancy. Kanker Anak. [skripsi].
Best Practice Journal Medan : Universiras
2011; 40:24-29 Sumatra Utara ; 2016
www.bpac.org.nz/BPJ/20 18. Yuhantoro Budi H.S,
11/november/pregnancy.a M.Hidayat B.K.
spx akses: 5-maret-2019 Perbandingan Antara
13. Soetjiningsih. Tumbuh Pemberian Ondansetron
Kembang Anak. Jakarta: Dengan Pemberian
EGC; 1998. Metoklopramid Untuk
14. Richard, H. The British Mengatasi Mual dan
Association For Pediatric Muntah Paska Laparatomi
Nephrology. London: Di RSUD Prof. Dr.
University of Margono Soekarjo.
Birmingham: 2003 SAINTEKS : 2016 : Vol
15. Lemeshow S,. Hosmer 13(1)
D.W.J,. Klar J,. Lwanga 19. Kristina. Awal S.
S.K,. Adequacy Of Mudahnya Belajar Sistem
Sample Size In Health Imun Ada Animasi Imut-
Studies. World Health imut Lho. Sulawesi
Organization. 1990 Selatan. Kaffah Learning
16. Sugiyono. Metode Center; 2018.
Penelitian Pendidikan 20. Isnaini N.A. Hubungan
Pendekatan Kuantitatif , Kebiasaan Anak Jajan
Kualitatif, dan R&D. Diluar Dengan Kejadian
Bandung. Alfabeta. 2010 Diare Pada Siswa SDN 3
17. Perjuangan D.H Mudal Boyolali. [skripsi].
Simbolon. Efektifitas Surakarta. Fakultas Ilmu
Kesehatan Surakarta: Pada Pasien Anak Yang
2019 Menderita Demam
21. Rahmaaniati K.S. Pola Berdarah Dengue (DBD)
Demam Berdarah Dengue Di Instalasi Rawat Inap
Pada Pasien Anak Di Sultan Syarif Mohammad
Instalasi Rawat Inap di Alkadrie Pontianak Tahun
RSUD Sleman 2017: 2017
Yogyakarta Periode 2016: 25. Nabilah Urwatul W.
2017 [skripsi] Identifikasi Drug Related
22. Sabrina Ayu H. Zakky C. Problem (DRPs) Diare
Evaluasi Penggunaan Akut Infeksi Pada Pasien
Analgetik-Antiperetik Pediatri Di Instalasi
Pada Pasien Anak Demam Rawat Inap RS “X” Di
Berdarah Dengue (DBD) Kota Tanggerang Selatan
Di Instalasi Rawat Inap Periode Januari-Desenber
Rumah Sakit “X” Tahun 2015. [skripsi]. Jakarta.
2014. [skripsi]. UIN Syarif Hidayatullah:
Universitas 2017
Muhammadiyah 26. Departemen Kesehatan
Surakarta : 2015 RI. Profil Kesehatan
23. Elin Yulinah S. Indonesia 2010: 2009.
RetnosariA. Joseph S. I Jakarta
Ketut A. Adji Prayitno S. 27. Elin Yulinah S.
Kusnandar. ISO RetnosariA. Joseph S. I
Farmakoterapi 2. Jakarta. Ketut A. Adji Prayitno S.
Ikatan Apoteker Indonesia Kusnandar. ISO
: 2013 Farmakoterapi 1. Jakarta.
24. Ulfah Munawaroh. Ikatan Apoteker Indonesia
Nurmainah. Eka Kartika : 2011
Untari. Gambaran 28. Widjaja. Mengatasi Diare
Penggunaan Antibiotik dan Keracunan Pada
Balita . Jakarta: Kawan Kesehatan Republik
Pustaka: 2007 Indonesia : 2010
29. Rouli Meparia U. 33. Muhammad Nazim E.
Identifikasi Drug Related Studi Penggunaan Obat
Problems (DRPs) Pada Anti Mual dan Muntaah
Pasien Demam Tifoid Pada Pasien Pasca
Anak Di Instalasi Rawat Operasi. [skripsi].
Inap Rumah Sakit”X” Surabaya. Fakultas
Tanggerang Selatan. Farmasi Airlangga: 2016
[skripsi]. Jakarta. UIN 34. Wanda Maharini P. Studi
Syarif Hidayatullah: 2016 Penggunaan Obat
30. Hety Setya W. Siti S. Antiemetik Dalam
Didik H. Studi Mencegah Mual dan
Penggunaan Antiemetik Muntah Pasca Operasi
Pada Pasien Demam Pada Pasien Bedah
Tifoid Rawat Inap di Ortopedi Di Rumkitral Dr.
RSUD Kabupaten Ramelan Surabaya.
Sidoarjo. Journal Of [skripsi]. Surabaya.
Pharmacy Science And Fakultas Farmasi
Practice : 2017 : Vol 4(1) Airlangga: 2016
31. World Health 35. Culy CR, Bhana N,
Organization. Guidelines Plosker GL. Ondansetron:
For The Diagnosis, A Review Of Its Use As
Management, And An Antiemtic In Children.
Prevention Of Typhoid PediatrI Drugs
Fever: 2010 2001;3:441-79
32. Kementrian Kesehatan 36. Carol K.T. Jane H.H.
Republik Indonesia. Profil Donna M.K. Pediatric &
Kesehatan Indonesia. Neonatal Dosage
Jakarta . Kementrian Handbook. Lexicomp:
2013
37. Nurmainah., Ressi S., Esy
N,. Gambaran Biaya Dan
Lama Rawat Inap Pada
Pasien Diare Akut Yang
Menggunaka Kombinasi
Suplemen Zink-Probiotik.
Jurnal Farmasi Indonesia:
2016 : ISSN: 1693-86

Anda mungkin juga menyukai