Anda di halaman 1dari 5

LAPORAN PENDAHULUAN

PEMBERIAN OBAT
“EPINEPHRINE”

Disusun Oleh:

Nama:
Syalomita Dalipang

NIM:
220111040093

Kelas/Semester:
B/Semester 3

Clinical Teacher :

Ns. Khairun Nisa, S.kep., M.Kep

PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN


FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS SAM RATULANGI
2023
1. Definisi
Epinefrin adalah obat untuk mengendalikan reaksi alergi yang sangat serius
(anafilaksis) akibat gigitan serangga, konsumsi makanan atau obat-obatan, atau
paparan zat lain. Epinephrine atau yang dikenal sebagai adrenalin merupakan obat
golongan agonis alfa dan beta adrenergic (Fadli, R, 2022).
Epinephrine digunakan untuk menyempitkan pembuluh darah dan membuka
saluran udara di paru-paru. Dengan terbukanya saluran pernapasan, kerja jantung jadi
terpicu dan bernapas jadi lebih mudah. Secara alami, epinephrine dihasilkan oleh
medula kelenjar adrenal. Epinefrin adalah salah satu agen yang paling banyak
digunakan dalam berbagai kondisi karena fungsinya sebagai obat dan hormon (Grujic
D, Dalal R, 2021).

2. Indikasi
Indikasi epinephrine atau adrenalin adalah untuk menangani syok anafilaktik,
cardiac arrest atau kondisi dimana jantung berhenti berdetak, hipotensi akibat syok
septic, dan bradikardia, serta untuk menginduksi dan menjaga kondisi midriasis saat
operasi okular (Tarigan, Junita, 2023).

3. Kontraindikasi
Epinefrin tidak memiliki batasan penggunaan yang bersifat mutlak pada kondisi
yang mengancam nyawa. Batasan penggunaan yang bersifat kondisional meliputi
situasi syok selain syok sepsis dan anafilaksis, glaukoma sudut tertutup, serta
penggunaan bersama hidrokarbon halogen dan siklopropan untuk anestesi umum,
karena dapat mengakibatkan peningkatan risiko aritmia epinefrin (Tarigan, Junita,
2023)
Penggunaan epinefrin pada persalinan juga dianggap bersifat kondisional karena
dapat menyebabkan vasokonstriksi di uterus dan potensial hipoksia janin. Penggunaan
pada kondisi yang tidak sesuai dengan pemberian vasopressor, seperti tirotoksikosis
dan diabetes mellitus, juga dianggap sebagai batasan penggunaan yang bersifat
kondisional (Tarigan, Junita, 2023).

4. Mekanisme kerja obat


Epinephrine bekerja cepat untuk membuka saluran pernapasan di paru-paru
sehingga meningkatkan kemampuan bernapas, menstimulasi jantung, meningkatkan
tekanan darah, menyembuhkan gatal-gatal, dan mengurangi pembengkakan di wajah,
bibir, dan tenggorokan (Saputro, A, 2023).
Epinephrine bekerja pada reseptor alfa dan beta-adrenergik. Melalui aksinya pada
reseptor alfa-adrenergik, epinefrin mengurangi vasodilatasi dan meningkatkan
permeabilitas pembuluh darah yang terjadi selama anafilaksis, yang dapat
menyebabkan hilangnya volume cairan intravaskular dan hipotensi. Melalui aksinya
pada reseptor beta-adrenergik, epinefrin menyebabkan relaksasi otot polos bronkus
dan membantu meringankan bronkospasme, mengi dan dyspnea yang mungkin terjadi
selama anafilaksis. Epinefrin meningkatkan glikogenolisis, mengurangi glukosa oleh
jaringan, dan menghambat pelepasan insulin di pankreas, menghasilkan hiperglikemia
dan peningkatan asam laktat darah. Epinefrin menyebabkan midriasis saat diberikan
secara intraokular atau parenteral. Ketika diberikan secara parenteral atau intraokular,
epinefrin memiliki onset yang cepat dan durasi kerja yang pendek. Sejauh mana
paparan sistemik manusia pada dosis intraokular berlabel belum dievaluasi,
bagaimanapun, konsentrasi sistemik yang signifikan atau paparan plasma epinefrin
tidak diharapkan ketika diberikan intraokular. (Saputro, A. 2023).

5. Cara pemberian/Rute
Sediaan obat berdasarkan cara pemberiannya (Karin, RA., dkk. 2014) antara lain:
a) Intra vena (i.v) :Larutan yang disuntikkan langsung ke dalam pembuluh darah
vena
b) Intra muscular (i.m) : Larutan, suspense atau emulsi yang disuntikkan diantara
lapisan jaringan atau otot.
c) Intra cutan (i.c) :Larutan atau suspense air yang disuntikkan langsung ke dalam
kulit dan biasanya digunakan untuk diagnose.
d) Sub cutan (s.c) :Larutan yang disuntikkan langsung ke dalam jaringan bawah kulit
biasanya di lengan atas atau paha.
e) Dan lain-lain, meliputi:
1) Intra tecal (i.t) atau intra spinal (i.s) atau intra dural (i.d)
2) Intra peritoneal (i.p)
3) Intra kardial (i.kd)
4) Intra peridural (p.d), ekstradural, epidural

6. Dosis obat
Berikut ini adalah dosis epinephrine untuk dewasa dan anak-anak berdasarkan
tujuan penggunaannya (Nareza, M. 2023)
 Tujuan: Menangani syok anafilaktik
- Dewasa: 0,5 mg, diberikan melalui suntik ke otot (intramuskular/IM), setiap
5 menit hingga muncul tanda-tanda pasien pulih dari syok anafilaktik, atau
0,5 mg melalui suntik di pembuluh darah (intravena/IV) secara perlahan
hingga kondisi membaik.
- Anak-anak: 0,01 mg/kgBB, diberikan melalui suntikan IM atau suntikan IV.
 Tujuan: Tindakan bantuan hidup dasar dan resusitasi jantung paru (RJP)
- Dewasa: 1 mg, diberikan melalui suntikan IV. Dosis dapat diulangi setiap 2–
3 menit hingga kondisi pasien mulai pulih dan denyut jantung normal
kembali.
- Anak-anak: 0,01 mg/kgBB, diberikan melalui suntikan IV. Dosis dapat
diulangi setiap 2–3 menit sekali hingga kondisi pasien mulai pulih dan denyut
jantung normal kembali.
 Tujuan: Menangani syok septic
- Dewasa: 0,0005 –0,002 mg/kgBB, diberikan melalui infus. Dosis dapat
diulang setiap 10–15 menit hingga tekanan darah pasien stabil. Selanjutnya,
dosis bisa diberikan tiap 30 menit selama 12–24 jam.
 Tujuan: Bradikardia yang tidak bisa ditangani dengan atropine
- Dewasa: Dosis 0,002–0,01 mg per menit yang diberikan melalui infus.
 Tujuan: Menginduksi dan menjaga kondisi midriasis saat operasi okular
- Dewasa: Untuk pasien dewasa yang hendak menjalani operasi okular, dosis
epinefrin yang digunakan adalah 0,1 mL secara bolus intrakamera dengan
dilusi 1:100.000 sampai 1:1.400.000 dalam cairan irigasi mata (konsentrasi
epinephrine 10 mcg/mL sampai 2,5 mcg/mL).

7. Efek samping
Epinephrine dapat menyebabkan efek samping, berikut adalah efek samping yang
mungkin akan dialami setelah pemberian epinephrine (Fadli, R., 2022).
 Jantung berdebar, cepat, atau detak jantung tidak teratur. Merasakan pusing, mual
atau muntah.
 Berkeringat
 Merasakan kegugupan, kecemasan, atau kegelisahan.
 Tubuh terasa lemah.
 Kulit pucat.
 Sakit kepala.
 gemetar tak terkendali pada bagian tubuh tertentu.

8. Peran perawat saat pemberian obat


Peran perawat saat pemberian obat adalah sebagai berikut (Rahayu, MH, 2016)
a. Pada tahap pemberian obat perawat berperan melaksanakan prinsip 7 benar obat
yaitu benar pasien, benar obat, benar dosis, benar cara, benar waktu, benar
infomasi serta benar dokumentasi.
b. Pengetahuan perawat tentang farmakologi yang harus diketahui oleh perawat
cukup bervarisai, antara lain tentang dosis, reaksi obat, mekanisme tubuh, efek
obat, efek samping obat, cara pemberian, interaksi obat, dengan bahan yang lain,
makna pemberian obat, serta perilaku dan persepsi pasien dalam menerima terapi
obat.
c. Untuk menentukan seberapa jauh perawat terlibat dalam pemberian obat, maka
perawat harus bersikap sesuai dengan profesi dan standar praktek keperawatan.
Perawat harus pula dapat mengukur sejauh mana pengetahuan atau pemahaman
tentang pengobatan.

9. Hal-hal yang perlu diperhatikan saat pemberian obat


Terdapat beberapa hal yang perlu diperhatikan oleh pasien atau keluarganya dalam
mengenai penggunaan epinephrine suntik (Nareza, M. 2023) di antaranya:
 Sampaikan kepada dokter atau perawat mengenai riwayat alergi pasien dan
informasikan jika pasien memiliki alergi terhadap sulfit.
 Beritahukan apabila pasien memiliki riwayat penyakit jantung dan pembuluh
darah, seperti penyakit jantung koroner, gangguan irama jantung, kardiomiopati,
tekanan darah tinggi, atau angina pektoris.
 Informasikan jika pasien pernah atau sedang mengalami penyakit ginjal, penyakit
tiroid, diabetes, depresi, penyakit Parkinson, asma, glaukoma, atau
pheochromocytoma.
 Hindari mengemudi atau melakukan aktivitas lain yang memerlukan kewaspadaan
setelah menerima epinephrine karena dapat menyebabkan pusing.
 Laporkan kepada dokter mengenai semua obat, suplemen, atau produk herbal
yang sedang digunakan oleh pasien.
 Beritahukan dokter jika pasien sedang hamil, menyusui, atau merencanakan
kehamilan.
 Segera laporkan kepada dokter apabila pasien mengalami reaksi alergi obat atau
efek samping serius setelah mendapatkan suntikan epinephrine.
10. DAFTAR PUSTAKA

Fadli, R. (Agustus, 2022). Atasi Reaksi Alergi Berat, Ini Dosis dan Efek Samping
Epinephrine. URL: https://www.halodoc.com/artikel/atasi-reaksi-alergi-berat-
ini-dosis-dan-efek-samping-epinephrine. Diakses pada 2 Desember 2023
Grujic D, Dalal R. (2021). Epinephrine. Treasure Island: StatPearls Publishing
Karin, RA., dkk. (2014). Injeksi Epinerfrin. URL:
https://www.academia.edu/11199695/Makalah_Epinefrin_HCl. Diakses pada
08 Desember 2023
Nareza, M. (September, 2023). Epinephrine. URL:
https://www.alodokter.com/epinephrine. Diakses pada 2 Desember 2023
Rahayu, MH. (2016). Peran Perawat Dalam Pelaksanaan Standar Keselamatan
Pengobatan Di Ruang Anak Rumah Sakit Swasta Yogyakarta. Bachelor thesis,
Universitas Gadjah Mada Yogyakarta.
Tarigan, Junita. (September, 2023). Epinefrin. URL:
https://www.alomedika.com/obat/antialergi-dan-obat-untuk-anafilaksis/obat-
untuk-anafilaksis/epinefrin/kontraindikasi-dan-peringatan. Diakses
pada 8 Desember 2023

Anda mungkin juga menyukai