Abstract
At the end of 2019, a shocking event occurred for the entire world population, namely the
spread of the new corona pneumonia virus (COVID-19) very quickly throughout the world. In
some countries affected by COVID-19, such as China, Britain, Italy, Spain, France, Malaysia,
and the Philippines have implemented a comprehensive lockdown status. This study wants to
analyze the lockdown strategy or not, based on a change management strategy by the leader,
using economic theory thinking developed, so that the analysis carried out by policymakers is
more fundamental. This research is still very early because the new outbreak occurred at the
end of 2019, so the methodology used is a qualitative method. The debate over the policy
dichotomy between lockdown (strong restrictions on movement and human activity) or not
lockdown (weak restrictions) is very misleading if not carefully planned. This lockdown policy
is only an "intermediate" policy in preventing the COVID-19 virus from spreading further. The
best strategy for Indonesia is to impose gradual, indirectly substantial restrictions.
Abstrak
Diakhir tahun 2019 terjadi kejadian yang mengejutkan seluruh penduduk dunia, yaitu
menyebarnya virus baru pnemunia corona (COVID-19) dengan sangat cepat ke seluruh dunia.
Di beberapa negara yang terdampak COVID-19, seperti China, Inggris, Italia, Spanyol, Prancis,
Malaysia dan Filiphina telah menerapkan status lockdown secara menyeluruh. Studi ini ingin
menganalisa strategi lockdown atau tidak, berdasarkan strategi manajemen perubahan yang
dilakukan oleh pemimpin yang memiliki otoritas penuh, dengan menggunakan pemikiran teori
ekonomi yang dikembangkan, agar analisa yang dilakukan oleh para pengambil kebijakan lebih
mendasar dan fundamental. Penelitian ini masih sangat awal, karena wabah baru terjadi di akhir
2019 sehingga metodologi yang dilakukan adalah dengan metode kualitatif. Perdebatan
terhadap kebijakan dikotomi antara lockdown (pembatasan secara kuat terhadap pergerakan
dan kegiatan manusia) atau tidak lockdown (pembatasan lemah) sangatlah menyesatkan jika
tidak direncanakan secara hati-hati. Kebijakan lockdown ini hanya merupakan kebijakan
“antara” dalam mencegah virus COVID-19 lebih meluas penyebarannya. Strategi terbaik bagi
Indonesia adalah dengan melakukan pembatasan secara bertahap, tidak langsung kuat.
48
Journal IMAGE | Volume 9, Number 1, April 2020, page 48-64
49
Journal IMAGE | Volume 9, Number 1, April 2020, page 48-64
bawah yang mendapatkan imbas dari kondisi mengembalikan analisa pemilihan strategi
ini, agar selama masa lockdown lockdown atau tidak, berdasarkan strategi
kebutuhannya terpenuhi. Dampaknya sangat manajemen perubahan menggunakan teori
besar terhadap ekonomi dan belum bisa ekonomi yang dikembangkan, agar analisa
diprediksi, karena belum jelas masa yang dilakukan oleh para pengambil
lockdown akan diberlakukan mengingat kebijakan akan lebih mendasar dan
belum ditemukan obatnya sampai saat ini, fundamental.
dan tingkat penyebarannya sangat tinggi.
Kamdani (2020) mengatakan wabah KAJIAN PUSTAKA
virus COVID-19 telah menyebabkan Strategi Manajemen Perubahan
demand shock dan supply shock bagi sekor Jauch dan Glueck (1988)
manufaktur nasional. Sulitnya serapan bahan mendefinisikan bahwa strategi adalah “satu
baku manufaktur lokal akan terlihat pada kesatuan rencana yang komprehensif dan
neraca perdagangan nasional kuartal I/2020. terpadu yang menghubungkan kekuatan
Pemerintah disarankan memberikan insentif strategi perusahaan dengan lingkungan yang
dalam bentuk pinjaman perbankan, karena dihadapi, semuanya menjamin agar tujuan
banyak pabrikan sedang bergulat dengan perusahaan tercapai”. Porter (2004)
permasalahan arus kas saat ini. Khususnya mengatakan strategi merupakan suatu seni
pelaku industri kecil dan menengah. dan ilmu dari pembuatan (formulating),
Usulan melakukan lockdown di penerapan (implementing), dan evaluasi
wilayah Jakarta menjadi perdebatan di (evaluating) keputusan-keputusan strategis
tengah mewabahnya virus corona di antar fungsi yang memungkinkan sebuah
Indonesia. Namun jika diperhitungkan, organisasi mencapai tujuan-tujuan dimasa
dampak melakukan lockdown di Jakarta mendatang. Dalam mencapai tujuan
cukup besar bagi perekonomian nasional. kadangkala terjadi perubahan dalam
Yudhistira (202)1 memprediksi Indonesia lingkungan, bahkan sangat ekstrim. Dalam
dapat terkena krisis ekonomi apabila Jakarta menghadapi perubahan ini perlu dilakukan
diisolasi. Sekitar 70% pergerakan uang strategi manajemen perubahan. Menurut
dalam perkonomian nasional berada di David (2004) strategi dapat dibedakan
Jakarta, sehingga dapat memberikan risiko menjadi strategi integrasi, diversifikasi,
jika aktivitas perekonomian di Jakarta defensif, dan strategi umum.
lumpuh akibat melakukan lockdown di kota Definisi perubahan, menurut Wibowo
Jakarta. Sementara itu Jakarta menyumbang (2008), adalah membuat sesuatu menjadi
20% angka inflasi nasional. Jika terjadi berbeda, merupakan pergeseran dari keadaan
barang langka di Jakarta dan berujung pada sekarang menuju pada keadaan yang
kenaikan harga secara lokal, maka angka diinginkan dimasa depan. Berbagai faktor
inflasi nasional bisa saja naik hingga dai atas yang menyebabkan perubahan dapat
4%-6%. China sebagai negara episentrum berdasar dari internal maupun eksternal.
wabah corona memang melakukan Faktor internal merupakan faktor-faktor
lockdown, namun tidak dilakukan pada kota yang bersumber dalam masyarakat itu sendiri
Shanghai dan Beijing yang merupakan pusat akan adanya kebutuhan perubahan yang
bisnis. dirasakan. Sedangkan faktor eksternal
Melihat pada dampak yang akan merupakan faktor-faktor yang berasal dari
ditimbulkan jika melakukan lockdown dan luar lembaga yang dapat mempengaruhi
besarnya anggaran yang akan diperlukan, organisasi atau kegiatan organisasi, seperti
terjadi perdebatan antara banyak pihak baik ekonomi, politik, hukum, teknologi,
antar pemerintah pusat atau daerah, maupun kebudayaan, sumber alam, demografi,
diantara para ahli. Studi ini ingin sosiologi dan sebagainya. Selanjutnya
50
Journal IMAGE | Volume 9, Number 1, April 2020, page 48-64
Wibowo (2008) mengatakan bahwa serta tahap evaluasi dan umpan balik.
manajemen perubahan merupakan suatu Berbagai strategi manajemen perubahan
proses secara sistematis dalam menerapkan yang dapat digunakan antara lain adalah
pengetahuan, sarana dan sumber daya yang political strategy, economic strategy,
diperlukan untuk mempengaruhi perubahan academic strategy, enginering strategy,
pada orang yang akan terkena dampak dari military strategy, confrontation strategy,
proses tersebut. applied behavioral science, dan followship
Manajemen perubahan merupakan strategy. (Arifin, 2017)
suatu proses yang sistematis dalam Situasi penyebaran virus COVID-19
menerapkan pengetahuan, sarana dan sumber yang ditetapkan sebagai pandemi oleh WHO,
daya yang diperlukan untuk mempengaruhi sangat mempengaruhi sikap dan kebijakan
perubahan pada orang yang akan terkena negara-negara di dunia termasuk Indonesia
dampak dari proses tersebut. Manajemen dalam melindungi warga negaranya. Situasi
perubahan juga dipahami sebagai upaya yang kontingensi ini, dimana dunia berubah secara
ditempuh oleh para manajer untuk mengelola mendadak akibat adanya shock dari pandemi
perubahan secara efektif, dimana diperlukan ini, sangat berdampak pada ekonomi global,
pemahaman tentang persoalan motivasi, bahkan berpotensi terjadinya krisis ekonomi.
kepemimpinan, kelompok, konflik, Karena itu untuk menghadapinya diperlukan
komunikasi dan disiplin Dengan demikian strategi yang diambil oleh pemimpin
manajemen perubahan semestinya memiliki terhadap langkah-langkah yang lebih agresif,
strategi yang baik, sesuai dengan situasi dan berani dan cepat. Tidak hanya sebatas
kondisi yang sedang atau akan terjadi. menahan dan menghentikan sebaran
(Arifin, 2017) COVID-19 dan menyelamatkan nyawa
Teori kontingensi merupakan salah manusia, tetapi juga harus paralel dengan
satu pendekatan manajemen perubahan yang kebijakan-kebijakan yang bisa melindungi
dikembangkan oleh Tannenbaum dan Shmid masyarakat dari kehancuran ekonomi dan
pada tahun 1973. Teori ini berpendapat kemampuan mempertahankan pertumbuhan
bahwa tingkat keberhasilan pengambilan ekonomi serta stabilitas keuangan negara.
keputusan sangat ditentukan oleh sejumlah
gaya yang dianut dalam mengelola Pemilihan Strategi Lockdown
perubahan. Teori kontingensi juga dikenal (Pembatasan Sosial yang Kuat) dan Tidak
orang sebagai teori situasional. Mengingat Lockdown (Pembatasan Sosial Lemah)
kompleksitas lingkungan-lingkungan dan Dineros & Dipasupil (2020)
organisasi-organisasi. Menurut teori ini, memberikan definisi lockdown sebagai:
strategi yang dipilih guna menghadapi situasi “Sebuah protokol darurat yang biasanya
tertentu, tergantung pada gaya digunakan untuk mencegah orang
kepemimpinan dan tipe situasi yang meninggalkan suatu wilayah. Protokol ini
dihadapi, atau ia bersifat kontingen pada biasanya hanya dapat diprakarsai oleh
situasi yang ada. Teori ini lebih cocok seseorang yang memiliki otoritas. Lockdown
digunakan oleh seorang pemimpin atau yang penuh biasanya berarti bahwa orang tersebut
memiliki otoritas dalam suatu organisasi harus tinggal di tempat mereka berada dan
untuk mengelola suatu perubahan, dengan tidak boleh masuk atau keluar dari suatu
gaya kepemimpinan beragam, mulai dari lokasi.”
sangat otoratif hingga partisipatif. (Arifin, Indonesia tidak mengenal lockdown,
2017) namun lebih mengenal istilah karantina
Hampir semua perubahan terjadi wilayah berdasarkan Undang-Undang
melalui tahap-tahap, termasuk dalam No.6/2018 Tentang Kekarantinaan
manajemen perubahan, yaitu: tahap Kesehatan. Menurut Peraturan Pemerintah
identifikasi perubahan, tahap perencanaan No.21/2020, karantina wilayah adalah
perubahan, tahap implementasi perubahan, pembatasan penduduk dalam suatu wilayah
51
Journal IMAGE | Volume 9, Number 1, April 2020, page 48-64
termasuk wilayah pintu Masuk beserta isinya memberlakukan work from home untuk
yang diduga terinfeksi penyakit dan/atau mengurangi interaksi antarmanusia.
terkontaminasi sedemikian rupa untuk Seandainya tindakan ini tidak diambil sejak
mencegah kemungkinan penyebaran dari awal, keadaan mungkin persebaran virus
penyakit atau kontaminasi. akan menjadi lebih buruk (BNPB, 2020).
Yang sedang dilakukan di Indonesia
adalah physical distancing atau sebagian
ahli mengatakan semi lockdown, atau
lockdown sebagian, atau lockdown yang
diperlunak. Implementasi physical
distancing ini berdasarkan data bahwa 1
orang positif corona bisa menularkan
penyakit ini pada 2-3 orang baru, dengan
jumlah penduduk terinfeksi yang mencapai
ribuan orang. Maka jika implemantasi
physical distancing tidak dilaksanakan
secara disiplin, maka akan semakin banyak
orang yang tertular dan menjadi reported
case, seperti dapat dilihat pada Gambar 1
berikut ini.(Calvin et.all, 2020) Gambar 2 Diagram Jika Implementasi
Physical Distancing Dilakukan Secara Disiplin
52
Journal IMAGE | Volume 9, Number 1, April 2020, page 48-64
53
Journal IMAGE | Volume 9, Number 1, April 2020, page 48-64
penularan dan mencegah tekanan tambahan situasi ekonomi justru menjadi lebih
kepada tenaga kesehatan karena kelebihan mahal. Akhirnya (di periode tL seperti dalam
beban. Namun, setelah lockdown gambar), menjadi lebih baik untuk
diberlakukan, untuk sementara waktu, meninggalkan keputusan lockdown
manfaat kesehatan ini turun secara bertahap
karena situasi kesehatan menjadi lebih
mudah dikelola (Hall & Jones, 2007).
Artinya, manfaat kesehatan marjinal
(marginal health benefit, MHB) dari
lockdown berkurang seiring berjalannya
waktu. Pada saat yang sama, biaya ekonomi
ketika lockdown justru meningkat seiring
waktu.
Oleh Baldwin (2020), dianalogikan
bahwa kita sebenarnya terbiasa melakukan
lockdown parsial selama akhir pekan dan hari
libur nasional, tetapi biayanya sangat kecil
karena kita tahu hanya dilakukan beberapa
hari. Gambar 4. Durasi Optimal Kebijakan Lockdown
Akan tetapi, untuk mempertahankan Penuh
lockdown dalam periode yang lebih lama,
akan membebankan biaya yang meningkat Oleh karena itu, dari paparan di atas
pada masyarakat, karena banyak perusahaan dapat ditarik kesimpulan secara sederhana
akan bangkrut, pekerja diberhentikan, dan adalah, pada puncak epidemi,
pada akhirnya, tingkat konsumsi dan diberlakukannya lockdown penuh (atau
kesejahteraan turun tajam secara terus hampir penuh) adalah lebih baik daripada
menerus. Artinya, biaya ekonomi tidak sama sekali, bagi negara-negara yang
marjinal (marginal economic cost, MEC) tidak siap menghadapi epidemik, karena
dari lockdown meningkat seiring waktu. kurang memiliki fasilitas-fasilitas kesehatan
Gambar 4 di bawah ini yang cukup. Namun lockdown tidak boleh
menggambarkan hal tersebut. Dalam berlangsung lama, dan durasinya harus
keadaan normal, jika tidak terjadi endemi, ditentukan oleh hasil dari manfaat marjinal
yang terjadi adalah MHB <MEC pada t0, (kesehatan) dan biaya (ekonomi).
sehingga tidak ada keputusan yang Kesimpulan ini sangat sederhana, karena
membahas diberlakukannya lockdown di menyajikan masalah sebagai dikotomis:
suatu wilayah. Namun jika situasinya apakah perlu lockdown atau tidak. Akan
berbeda, yaitu terjadi puncak epidemik di tetapi keputusan ini dapat saja tidak optimal,
suatu wilayah, dimana negara-negara tidak karena dalam melakukan kebijakan publik
siap untuk menanganinya, seperti saat akan ada dampak tersendiri.
sekarang ini karena penyebaran COVID-19 Tingkat Optimal Keputusan Lockdown
dengan sangat cepat, yang terjadi adalah dari Waktu ke Waktu
MHB> MEC pada t0. Sehingga ada Jika kita pertimbangkan kemungkinan
keputusan untuk menerapkan lockdown untuk dilakukannya kebijakan lockdown
(selanjutnya diberi nama variable L). sebagian, bukan total. Kita memisalkan
Keputusan lockdown dari periode awal ini sebuah variabel l yang berubah dari 0
akan lebih baik daripada tidak (dimana tidak ada pembatasan sama sekali
menerapkannya. Akan tetapi, hal ini akan untuk semua kegiatan ekonomi),
berubah seiring waktu, karena situasi ke L (lockdown penuh, dimana orang tidak
kesehatan menjadi lebih terkendali dan boleh berinteraksi satu sama lain di luar
mudah dikelola. Tetapi akibat lockdown ini, rumah dan hampir semua kegiatan ekonomi
54
Journal IMAGE | Volume 9, Number 1, April 2020, page 48-64
55
Journal IMAGE | Volume 9, Number 1, April 2020, page 48-64
manfaat kesehatan marjinal dengan biaya dalam kurva MEC, level baru dari
ekonomi marjinal. optimal l, l1, lebih rendah dari l0. Yaitu,
karena biaya ekonomi meningkat dari waktu
ke waktu, maka pembatasan kegiatan
ekonomi harus agak dilonggarkan
(katakanlah, beberapa toko pengecer yang
mempekerjakan pekerja berpenghasilan
rendah mungkin diizinkan untuk membuka
kembali).
Ini tidak dapat dilakukan jika dinamika
eksogen epidemi sedemikian rupa sehingga
kurva MHB bergerak naik dengan sangat
Gambar 5. Kebijakan Lockdown Optimal cepat. Kebijakan optimal yang mungkin
yang Cenderung Parah pada Puncak Pandemik. harus diambil adalah lockdown yang lebih
ketat di periode 1 daripada di periode 0.
Solusi yang diberikan akan Namun, epidemi pada akhirnya seiring
memberikan dampak selama epidemi akibat waktu akan berjalan dan berakhir, bahkan
penangguhan beberapa kegiatan jika dibiarkan tidak diobati (herd
ekonomi. Ketika sebuah epidemi sangat immunity). Dengan demikian, kurva MHB
serius terjadi dan pemerintah tidak siap untuk pada akhirnya akan bergeser ke bawah (Lihat
menghadapinya, seperti halnya COVID-19, Gambar 6).
maka di periode awal, sejumlah besar Hal ini akan menjadikan situasi
kegiatan perlu ditunda atau di-lockdown, semakin parah daripada rencana lockdown
walaupun akan memberikan pengorbanan awal (lo) jika pembatasan ekonomi dicabut
dengan menyebabkan kerusakan ekonomi lebih awal (l1). Semakin cepat dilakukan,
yang signifikan. semakin cepat kejadian ini akan terjadi. Ini
Sekarang, ketika l0 tetap di tempat menyiratkan bahwa l optimal pada akhirnya
untuk sementara waktu, kurva berubah, akan jatuh, dengan pembatasan ekonomi
seperti yang disarankan oleh Gambar 5. dicabut.
Secara khusus, kurva MEC akan bergeser ke Namun demikian, perlu waktu untuk
atas untuk setiap level l. Pada saat yang kembali ke nol, sehingga tidak serta merta
sama, karena epidemi lebih terkontrol, kurva situasi menjadi parah. Hal ini memperkuat
MHB akan bergeser ke bawah. Namun, pada kejadian bahwa solusi tidaklah
tahap awal kurva itu bisa naik karena alasan dikotomis. Penangguhan beberapa kegiatan
'eksogen' - yaitu, mengikuti dinamika ekonomi yang optimal dilakukan bertahap
penularan epidemi atau karena sistem hingga epidemi sepenuhnya terkendali. Dan
kesehatan runtuh dan secara dramatis jalur waktu yang optimal biasanya mulus dan
membutuhkan pertolongan. tahan lama, dengan pembatasan dikurangi
dari waktu ke waktu.
Periode Ketika Tingkat Lockdown Diubah Hal ini juga memiliki implikasi bagi
Secara Bertahap dinamika epidemi, yaitu bahwa tujuan
Gambar 6 di bawah ini pembatasan kegiatan ekonomi (dan sosial)
menggambarkan dinamika perubahan bukan untuk menghilangkan epidemi dengan
keadaan ekonomi. Agar lebih mudah dan cepat, tetapi untuk menjaga biaya
jelas, diasumsikan bahwa l0 sedemikian rupa kesehatannya selaras dengan biaya ekonomi
sehingga hanya mengimbangi kekuatan dari pembatasan tersebut. Dengan demikian,
eksogen (proses penularan epidemi yang peningkatan kasus, seperti yang baru-baru ini
cepat) pada awalnya, sehingga grafik MHB terjadi di beberapa negara Asia yang
tetap tidak berubah pada periode tampaknya mengendalikan epidemi, tidaklah
berikutnya. Dalam hal ini, karena pergeseran dijadikan alasan untuk berpikir bahwa
56
Journal IMAGE | Volume 9, Number 1, April 2020, page 48-64
57
Journal IMAGE | Volume 9, Number 1, April 2020, page 48-64
58
Journal IMAGE | Volume 9, Number 1, April 2020, page 48-64
negara-negara miskin yang terkena dampak kesehatan untuk mengatasi epidemi (dari
epidemi. pengujian, program isolasi bagi yang rentan,
Jadi, kesimpulan terakhir yang dapat dan lain-lain), serta kapasitas sistem
ditarik adalah bahwa pada umumnya ekonomi dalam pengelolaannya melalui
masihlah ambigu apakah kebijakan periode kegiatan ekonomi yang dapat
lockdown optimal harus lebih ketat di negara ditangguhkan tanpa harus mengorbankan
kaya atau di negara berkembang. Terlihat struktur ekonominya.
dari data 10 besar negara dengan jumlah
terjangkit virus terbanyak per tanggal 14 Belajar dari Kebijakan Lockdown oleh
April 2020, yaitu (Kompas.com, 2020a): China
1. Amerika Serikat, 584.862 kasus, 23.555 China melakukan respon yang sangat
orang meninggal, total sembuh 36.205 cepat dengan melakukan penguncian
2. Spanyol, 170.099 kasus, 17.756 orang wilayah atau kebijakan lockdown. Kebijakan
meninggal, total sembuh 64.727. lockdown tersebut pertama kali diterapkan
3. Italia, 159.516 kasus, 20.465 orang pada tanggal 23 Januari 2020 di kota Wuhan,
meninggal, total sembuh 35.435. yaitu dengan menutup semua akses keluar
4. Perancis, 136.779 kasus, 14.967 orang masuk dari dan ke kota Wuhan, serta meng-
meninggal, total sembuh 27.718. isolasi semua penduduk kota, mewajibkan
5. Jerman, 129.207 kasus, 3.118 orang setiap penduduk untuk tidak keluar rumah
meninggal, total sembuh 64.300. dan melarang bepergian, termasuk di
6. Inggris, 88.621 kasus, 11.329 orang beberapa kota lain di propinsi Hubei.
meninggal, total sembuh 344. Kebijakan ini dilakukan untuk memutus
7. China, 82.160 kasus, 3.341 orang mata rantai meluasnya penyebaran virus
meninggal, total sembuh 77.663. corona atau COVID-19. Kekhawatiran akan
8. Iran, 73.303 kasus, 4.585 orang meluasnya virus ini ke kota lain di China,
meninggal, total sembuh 45.983. membuat pemerintah kembali mengambil
9. Turki, 61.049 kasus, 1.296 orang kebijakan cepat dengan melakukan
meninggal, total sembuh 3.957. penguncian atau lockdown total terhadap
10. Belgia, 30.589 kasus, 30.589 orang Propinsi Hunan, yaitu menutup semua jalur
meninggal, total sembuh 6.707. penerbangan dalam dan luar negeri secara
Kebijakan lockdown optimal nasional. Pemerintah China juga men-
merupakan kebijakan perantara. Untuk shutdown area publik seperti sekolah,
negara-negara yang lemah terhadap epidemi universitas, dan tempat-tempat wisata,
saat ini, bentuk lockdown ketat yang optimal meniadakan semua kegiatan yang bersifat
harus dilakukan ketika epidemi menjangkiti keramaian, serta menerapkan pembatasan
negara tersebut. Setelah itu, kebijakan harus perjalanan. Lockdown yang diterapkan
dilakukan menjadi lebih lunak, tetapi harus pemerintah China terlihat sangat terstruktur,
tetap berlaku selama epidemi menjadi sistematis, dan tetap mengedepankan sisi
ancaman bagi sistem kesehatan, meskipun humanis. Hal ini mencerminkan bahwa
dalam bentuk yang semakin ringan. Artinya, China memiliki sistem mitigasi bencana
mungkin akan memakan waktu beberapa yang baik dan dapat dieksekusi dengan cepat.
bulan untuk suatu negara kembali ke situasi (Detiknews, 2020)
semula. Berdasarkan laporan The Straits
Lockdown harus dicabut ketika semua Times, tindakan cepat dan sistematis yang
kegiatan yang dilakukan hanya dilakukan Pemerintah China membuahkan
menyebabkan sedikit bahaya. Yang hasil, dalam waktu tidak lebih dari tiga bulan
terpenting adalah, tingkat lockdown, durasi, telah berhasil dengan kebijakan lockdown
dan biaya ekonomi dan kesehatan yang mereka. Tanggal 25 maret 2020, melalui
mendasarinya, aerta sangat tergantung pada Komisi Kesehatan China di Provinsi Hubei,
langkah-langkah dari kapasitas sistem pemerintah china mulai membuka lockdown,
59
Journal IMAGE | Volume 9, Number 1, April 2020, page 48-64
dan khusus untuk kota Wuhan lockdown baru mencegah resesi ekonomi makro akibat
akan berakhir pada 8 April 2020. Kebijakan permintaan yang tak terduga dan
ini diambil setelah jumlah infeksi baru di guncangan pasokan. Tabungan dari
Hubei sudah tidak ada lagi sejak 19 maret usaha kecil menengah merupakan
2010. Secara keseluruhan, ada 67.000 kasus langkah yang sangat strategis dalam
di Hubei dan 60.000 berhasil sembuh. mendorong permintaan domestik,
Pemerintahan Xi Jinping optimistis mereka jaringan produksi, dan rantai nilai
sudah menjinakkan penyebaran COVID-19 global.
di China.(Liputan6, 2020)
Pemerintah China dengan jumlah Belajar dari Kebijakan Tidak Lockdown
penduduk sekitar 1 milyar, sudah oleh Korea Selatan
membuktikan keberhasilan mereka dengan Berbeda dengan China, Korea Selatan
kebijakan “lockdown”-nya dan secara tidak melakukan lockdown. Sebagai salah
perlahan-lahan mulai bangkit memulihkan satu negara dengan kasus positif COVID-19
kondisi sosial dan ekonomi negaranya. yang juga tertinggi, kini telah mengalami
Bahkan kebijakan lockdown. penurunan orang yang terkena dampak.
Beberapa yang dapat dipelajari dari Tercatat jumlah kasus COVID-19 di Korea
kebijakan pemerintah China, sebagai berikut Selatan mencapai 8.086 dengan angka
(Huang et.all, 2020): kematian 75 orang, dan angka kesembuhan
1. Waktu sangat penting. Kebijakan yang cukup tinggi yakni 1.137 orang per 15
tingkat pertama adalah menghentikan Maret 2020. Menurut Pusat Pengendalian
wabah dan mencegah penyebarannya ke dan Pencegahan Penyakit Korea (KCDC),
seluruh wilayah menggunakan setiap negaranya terus mengalami penurunan
dan semua tindakan kesehatan kasus. Wakil Menteri Kesehatan Korea
masyarakat darurat. Pemerintah harus Selatan, menyatakan telah melakukan system
memberlakukan kebijakan isolasi untuk respons yang memadukan partisipasi publik
memastikan jarak sosial dan sukarela dengan aplikasi kreatif teknologi
menggunakan karantina yang ketat. canggih. Partisipasi publik harus disertai
2. Transparansi informasi diperlukan. melalui keterbukaan dan transparansi
Pemerintah Wuhan kehilangan tiga informasi.(Liputan6, 2020a)
minggu berharga yang seharusnya bisa Dalam mendalami keberhasilan Korea
digunakan untuk mencegah Selatan mengatasi sebaran virus COVID-19,
berjangkitnya penyakit karena terdapat tiga kunci mengapa Korea Selatan
kesalahan krisis kesehatan masyarakat mengambil keputusan yang tepat dalam
dan sistem pelaporan informasi. penanganan COVID-19. Beberapa yang
Memanfaatkan teknologi digital, big dapat dipelajari dari kebijakan pemerintah
data, dan teknologi cloud computing Korea Selatan, sebagai berikut (Kompas,
bisa sangat membantu dalam 2020):
menyediakan informasi real-time dan a) Pemerintah mengadakan pengujian
tepat untuk mengatasi kesalahan yang luas dan efektif dengan
informasi, kurangnya komunikasi dan menggunakan drive-trhu-clinics.
penundaan pelaporan atau pelaporan Dalam satu hari 15 ribu warganya
yang salah. dapat ditest virus sehingga
3. Kebijakan makro sangat mendasar meminimalisir penularan, baik masih
untuk dilakukan. Untuk mencegah berupa gejala ringan apalagi gejala
potensi krisis ekonomi setelah krisis berat.
kesehatan publik ini, pemerintah Cina b) Pemerintrah selalu memberi informasi
tidak hanya memberikan dukungan yang terbuka kepada publik, sehingga
fiskal, tetapi juga menciptakan warga lain yang belum tertular bisa
kebijakan moneter dan keuangan untuk menjauhi area tersebut.
60
Journal IMAGE | Volume 9, Number 1, April 2020, page 48-64
61
Journal IMAGE | Volume 9, Number 1, April 2020, page 48-64
62
Journal IMAGE | Volume 9, Number 1, April 2020, page 48-64
63
Journal IMAGE | Volume 9, Number 1, April 2020, page 48-64
ases/novel-coronavirus-
2019/situation-reports
WHO (2020a). 2019 Novel Coronavirus
(2019‑nCoV): Strategic Preparedness
And Response Plan, Februari 2020.
Retrieved from
https://www.who.int/docs/default-
source/coronaviruse/srp-04022020.pdf
Wibowo. (2008). Managing Change
Pengantar Manajemen Perubahan,
Bandung:Alfabeta.
Yudhistira, Bhima. (2020). Retrieved from
https://finance.detik.com/berita-
ekonomi-bisnis/d-4948204/sederet-
dampak-mengerikan-jika-jakarta-
lockdown.
64