Anda di halaman 1dari 27

FORMAT LITERATURE REVIEW

Nama Mahasiswa : Eva Novrianti BoangManalu


Nomor Mahasiswa : A1C318079

Identitas Artikel Deskripsi

Nama Jurnal Jurnal Pendidikan IPA Indonesia


Nama pengindeks
Judul artikel THE EFFECT OF FEEDBACK AS SOFT SCAFFOLDING ON
ONGOING ASSESSMENT TOWARD THE QUANTUM
PHYSICS CONCEPT MASTERY OF THE PROSPECTIVE
PHYSICS TEACHERS
Penulis Abdurrahman, A. Saregar, R. Umam
Edisi -
Volume 7
Tahun terbit 2018
Jumlah halaman 8
Penerbit
E-ISSN / P-ISSN -
DOI 10.15294 / jpii.v6i2.7239
URL http://journal.unnes.ac.id/index.php/jpii
Aspek yang di review Deskripsi Kritik
Latar belakang Beberapa hasil penelitian menunjukkan bahwa Fisika Kuantum
kemungkinan akan menjadi topik penelitian yang menarik bagi
mahasiswa. Hal ini cukup beralasan karena selama ini diketahui
bahwa perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi modern saat
ini berkaitan langsung dengan perkembangan Fisika Kuantum. Oleh
karena itu, studi Fisika Quantum membutuhkan sejumlah inovasi,
termasuk simulasi konsep abstrak dan konsep yang lengkap agar
mudah dipahami. (Bao & Redish, 2002), mengungkapkan bahwa
banyak guru fisika di tingkat SMA memiliki tingkat penguasaan
konsep Fisika Kuantum yang sangat rendah. Akibatnya, proses
pembelajaran konsep Fisika Kuantum di SMA menjadi bagian yang
tidak penting atau bahkan terlewatkan, sehingga siswa tidak
memiliki minat yang tinggi dalam mempelajari konsep Fisika
Kuantum (Ap rilyawati & Abdurrahman, 2009). Oleh karena itu,
bagi calon guru, berbagai strategi dan metode pembelajaran fisika
kuantum telah dikembangkan di perguruan tinggi oleh berbagai
peneliti untuk meningkatkan pencapaian mata pelajaran Fisika
Kuantum atau fisika modern. Salah satu faktor ketidakpuasan
adalah rendahnya keterlibatan siswa dalam merespon umpan balik
yang dibuat oleh guru atau dosen di kelas, padahal siswa memiliki
posisi terbaik untuk menilai keefektifan umpan balik tersebut. Hal
ini terjadi karena siswa belum memiliki pengetahuan atau literasi
tentang pentingnya peran umpan balik dalam proses pembelajaran.
Masalah/ Research Questions Bagaimana penerapan inovasi dan perbaikan pembelajaran fisika
kuantum dalam konteks asesmen, terutama penerapan asesmen
formatif (asesmen berkelanjutan) sebagai alternatif untuk
meningkatkan prestasi belajar siswa dengan melibatkan kegiatan
umpan balik secara efektif di dalamnya.
Tujuan (purpose) Penelitian ini dilakukan untuk melihat keefektifan umpan balik pada
asesmen berkelanjutan dalam konteks asesmen untuk pembelajaran
dalam meningkatkan prestasi belajar pada mata pelajaran Quantum
Physics calon guru fisika.
Signifikansi hasil/temuan Ho 1: Umpan balik tidak akan dapat diterapkan secara maksimal
jika siswa tidak dilibatkan secara aktif dalam rangkaian proses
pembelajaran. Bahkan terkadang mahasiswa jarang membaca atau
mengkaji umpan balik yang diberikan oleh guru atau dosen.
Ho 2: Salah satu faktor ketidakpuasan tersebut adalah rendahnya
keterlibatan siswa dalam merespon umpan balik yang dibuat oleh
guru atau dosen di kelas, padahal siswa memiliki posisi terbaik
untuk menilai keefektifan umpan balik tersebut. Hal ini terjadi
karena siswa belum memiliki pengetahuan atau literasi tentang
pentingnya peran umpan balik dalam proses pembelajaran.
Ho 3: Dosen harus memberikan sejumlah strategi untuk melakukan
beberapa perancah dalam kegiatan umpan balik. Soft scaffolding
seperti bertanya, menyemangati, mengarahkan, memberikan
bimbingan dalam pemecahan masalah dan strategi lainnya,
merupakan faktor yang sangat penting dalam mengajak siswa secara
aktif dan kritis dalam proses pembelajaran
Metode Penelitian
- Desain penelitian Desain Kuantitatif non-ekuivalen desain kelompok kontrol pra-pos
- Locus of research Mahasiswa Perguruan Tinggi
- Sampel /subject Sebanyak 37 siswa dilibatkan dalam penelitian ini, dengan 19 siswa
di kelas eksperimen dan 18 siswa di kelas kontrol. Kelas
eksperimen diberikan umpan balik berupa soft scaffolding
berdasarkan teori pembelajaran konstruktif sosial dan metakognitif
dalam menerapkan asesmen berkelanjutan dengan menggunakan
flash card, sedangkan kelompok kontrol hanya menggunakan
umpan balik biasa pada asesmen formatif berdasarkan teori
pembelajaran kognitif. Penilaian asesmen berkelanjutan dibantu
dengan flashcards yang dibuat. Kertas karton berukuran 5 x 10 cm
dengan huruf A, B, C, dan D. Setiap siswa kelas eksperimen
mendapat empat flashcard. Kartu-kartu ini berfungsi sebagai
clickers ketika dosen menerapkan asesmen yang sedang
berlangsung. Sedangkan feedback diberikan kepada kelas sesaat
- Instrumen dan validasi setelah siswa memberikan jawaban sebelumnya dengan terlebih
dahulu mengamati dan mencatat jawaban siswa pada asesmen yang
sedang berlangsung. Siklus umpan balik ini diulang sebanyak tiga
kali (3x) pada setiap pertemuan dengan penguatan berorientasi
aspek pada kegiatan soft scaffolding berupa upaya dinamis oleh
dosen dalam mendiagnosis dan meningkatkan respon mahasiswa
- Teknik analisis data dalam merespon hasil penilaian formatif melalui bimbingan. ,
motivasi, refleksi.
- Instrumen Pengumpulan data
- Data penguasaan konsep fisika kuantum diperoleh dengan
menggunakan uji Inventarisasi konsep Fisika Kuantum
(IPKFK).
- Siklus umpan balik ini diulang sebanyak tiga kali (3x) pada
setiap pertemuan dengan penguatan berorientasi aspek pada
kegiatan soft scaffolding berupa upaya dinamis oleh dosen
dalam mendiagnosis dan meningkatkan respon mahasiswa
dalam merespon hasil penilaian formatif melalui
bimbingan. , motivasi, refleksi.
- Dll - Hasil Uji-t Pre-tes berdasarkan hasil uji-t terhadap
Hasil dan Pembahasan pengetahuan awal yang diperoleh melalui skor pra-tes pada
kedua kelompok menunjukkan bahwa pengetahuan awal
kedua kelompok tidak berbeda nyata (t = 1). , 59; sig. = 1,22;
p> 0,05). Informasi ini menunjukkan bahwa sebelum
perlakuan dilakukan, sampel memiliki tingkat pengetahuan
yang sama.
Eksperimen 18 34,94
- Kelompok N Mean Standar Deviasi Tamati P
3,46
1,59 1,22* Pengendalian 19 32,81 4,61 Setelah proses
pembelajaran yang melibatkan kegiatan umpan balik pada
asesmen berkelanjutan, hasil belajar siswa dianalisis
menggunakan covarian ce analysts (ANCOVA) dengan nilai
pretes sebagai kovariat dan nilai posttest sebagai variabel
dependen (tabel 3.). Hasil analisis menunjukkan bahwa
terdapat perbedaan yang signifikan hasil belajar antara
kelompok eksperimen dan kelompok kontrol (F = 5,42, sig =
0,026, p <0,05).

Penelitian ini dilakukan untuk melihat keefektifan umpan balik pada


asesmen berkelanjutan dalam konteks asesmen untuk pembelajaran
dalam meningkatkan prestasi belajar pada mata pelajaran Quantum
Phy sics calon guru fisika. Berdasarkan hasil uji-t terhadap
pengetahuan awal yang diperoleh melalui skor pra-tes pada kedua
kelompok menunjukkan bahwa pengetahuan awal kedua kelompok
tidak berbeda nyata (t = 1). , 59; sig. = 1,22; p> 0,05). Informasi ini
menunjukkan bahwa sebelum perlakuan dilakukan, sampel
memiliki tingkat pengetahuan yang sama. Setelah proses
pembelajaran yang melibatkan kegiatan umpan balik pada asesmen
berkelanjutan, hasil belajar siswa dianalisis menggunakan covarian
ce analysts (ANCOVA) dengan nilai pretes sebagai kovariat dan
nilai posttest sebagai variabel dependen (tabel 3.). Hasil analisis
menunjukkan bahwa terdapat perbedaan yang signifikan hasil
belajar antara kelompok eksperimen dan kelompok kontrol (F =
5,42, sig = 0,026, p <0,05). ). Ini ulangsults menunjukkan bahwa
mahasiswa yang belajar fisika kuantum dengan menerapkan umpan
balik dalam sedang berlangsung menaksir ment berdasarkan
konstruktivisme sosial dan teori belajar kognitif meta dalam bentuk
combina tion antara koreksi dan penguatan acara hasil dari siswa
yang menggunakan umpan balik dalam konteks kognitivisme lebih
baik belajar mempelajari teori dalam pembelajaran mereka hanya
dengan koreksi umpan balik.
Kesimpulan Potensi asesmen formatif sebagai asesmen berkelanjutan dalam
konteks asesmen pembelajaran sangat berperan dalam mendorong
keterlibatan aktif calon guru dalam proses pembelajaran, termasuk
menantang dan mata pelajaran abstrak seperti Fisika Kuantum.
Keterlibatan aktif dan dinamis tersebut sangat bergantung pada
umpan balik konten sebagai inti dari penilaian berkelanjutan.
Kombinasi content feed back antara koreksi yang melibatkan
mahasiswa secara kolaboratif dan penguatan dosen dalam konteks
soft scaffolding dengan bantuan flashcard sangat menentukan
tingkat pencapaian kompetensi calon guru sebagai mahasiswa pada
mata pelajaran Fisika Kuantum. Interaksi mahasiswa melalui umpan
balik (dalam koreksi dan penguatan secara dividual atau kelompok
selama penilaian berlangsung), dosen, dan materi dosen merupakan
bagian integral dalam menentukan keberhasilan mahasiswa sebagai
calon guru dalam menguasai mata pelajaran Fisika Kuantum.
Beberapa kesulitan dalam penggunaan matematika tingkat tinggi
untuk menjelaskan fenomena kuantum secara bertahap dihilangkan
selama proses siklus penilaian yang sedang berlangsung dalam
konteks teori pembelajaran metakogi dan konstruktivisme sosial.
Limitasi/kelemahan penelitian Untuk memastikan tanggapan dosen, mereka mencari literatur
online yang sesuai melalui Smartphone. Semakin sering penilaian
dan umpan balik yang diberikan terbukti mampu meningkatkan
kemampuan akomodasi terhadap sumber belajar baru sehingga
mendapatkan solusi baru dalam mengatasi permasalahan fisika.
Saran/rekomendasi Beberapa kesulitan dalam penggunaan matematika tingkat tinggi
untuk menjelaskan fenomena kuantum secara bertahap dihilangkan
selama proses siklus penilaian yang sedang berlangsung dalam
konteks teori pembelajaran metakogi dan konstruktivisme sosial.
Penggunaan alat bantu berupa flashcards mendorong mahasiswa
untuk melakukan koreksi diri dan menyiapkan strategi pemecahan
masalah fisika setelah dilakukan penguatan konstruktif oleh dosen
dan teman sejawat.
Kontribusi hasil/temuan terhadap ilmu pengetahuan:

Potensi asesmen formatif sebagai asesmen berkelanjutan dalam konteks asesmen pembelajaran sangat berperan dalam mendorong keterlibatan
aktif calon guru dalam proses pembelajaran, termasuk menantang dan mata pelajaran abstrak seperti Fisika Kuantum. Keterlibatan aktif dan
dinamis tersebut sangat bergantung pada umpan balik konten sebagai inti dari penilaian berkelanjutan. Kombinasi content feed back antara
koreksi yang melibatkan mahasiswa secara kolaboratif dan penguatan dosen dalam konteks soft scaffolding dengan bantuan flashcard sangat
menentukan tingkat pencapaian kompetensi calon guru sebagai mahasiswa pada mata pelajaran Fisika Kuantum. Beberapa kesulitan dalam
penggunaan matematika tingkat tinggi untuk menjelaskan fenomena kuantum secara bertahap dihilangkan selama proses siklus penilaian yang
sedang berlangsung dalam konteks teori pembelajaran metakogi dan konstruktivisme sosial. Penggunaan alat bantu berupa flashcards
mendorong mahasiswa untuk melakukan koreksi diri dan menyiapkan strategi pemecahan masalah fisika setelah dilakukan penguatan
konstruktif oleh dosen dan teman sejawat.
Kontribusi penelitian ini terhadap penelitian saya:
Metode yang digunakan dalam penelitian ini bisa menambah referensi dalam penelitian saya agar bisa memberikan hasil yang lebih
meningkatkan keterpusatan responden.
Nama Mahasiswa : Eva Novrianti BoangManalu
Nomor Mahasiswa : A1C318079

Identitas Artikel Deskripsi

Nama Jurnal Jurnal Pendidikan IPA Indonesia


Nama pengindeks
Judul artikel ANALYSIS OF STUDENTS’ CRITICAL THINKING SKILL OF
MIDDLE SCHOOL THROUGH STEM EDUCATION
PROJECT-BASED LEARNING
Penulis L Mutakinati , I. Anwari, K.Yoshisuke
Edisi -
Volume 7
Tahun terbit 2018
Jumlah halaman 12
Penerbit
E-ISSN / P-ISSN -
DOI 10,15294 / jpii.v7i1.10495
URL http://journal.unnes.ac.id/index.php/jpii
Aspek yang di review Deskripsi Kritik
Latar belakang Peran pendidikan sebagai pemajuan kaos dasar diarahkan pada
tatanan antar negara (Mayo, 2009). Oleh karena itu, pendidikan
STEM dapat menjadi cara untuk menjembatani kesenjangan antara
pendidikan dan tempat kerja yang dibutuhkan keterampilan abad ke-
21. Berpikir kritis adalah salah satu keterampilan kehidupan nyata
yang paling penting. Dimana dalam Next Generation Science
Standard (NGSS) disebutkan bahwa kemampuan berpikir kritis dan
komunikasi harus dimiliki oleh siswa untuk masa depannya.
Beberapa peneliti telah melaporkan bahwa siswa di kelas PjBL yang
diajarkan meningkatkan pemikiran kritis dan keterampilan
pemecahan masalah. Peneliti lain juga menemukan bahwa PjBL
telah menjadi metode yang berhasil dalam mengajarkan
keterampilan abad ke-21. Selain itu, siswa juga telah menunjukkan
lebih banyak inisiatif dengan memanfaatkan sumber daya dan
merevisi karya, juga perilaku siswa yang tidak seperti biasanya
sebelum mereka tenggelam dalam kelas yang diinstruksikan PjBL
(Baron, et al., 1998).

Masalah/ Research Questions Bagaimana keterampilan berpikir kritis siswa dikembangkan


melalui pembelajaran STEM Project Based Learning.
Tujuan (purpose) Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui pemikiran kritis
siswa dalam pendidikan STEM melalui Pembelajaran Berbasis
Proyek yang membuat siswa lebih sadar akan kebutuhan air bersih
di masa depan (Stohlmann et al., 2012). Selain itu, penelitian ini
tidak hanya untuk meningkatkan rasa menunggu dan pemahaman
siswa akan kebutuhan air bersih, tetapi juga untuk meningkatkan
keterampilan kritis siswa kurus dalam kehidupan sehari-hari
(Gonzalez & Kuenzi, 2012). Oleh karena itu, siswa dapat
menerapkan apa yang mereka pelajari di sekolah pada masalah atau
masalah kehidupan sehari-hari.
Signifikansi hasil/temuan Ho 1: Standar intelektual menggambarkan kriteria yang digunakan
untuk mengevaluasi kualitas berpikir kritis.
Ho 2: Beberapa peneliti telah melaporkan bahwa siswa di kelas
PjBL yang diajarkan meningkatkan pemikiran kritis dan
keterampilan pemecahan masalah.
Ho 3: Mengetahui pemikiran kritis siswa dalam pendidikan STEM
melalui Pembelajaran Berbasis Proyek
Metode Penelitian
- Desain penelitian Desain penelitian deskriptif.
- Locus of research Siswa kelas satu SMP Japanese
- Sampel /subject Pesertanya 160 siswa kelas satu SMP Ja panese dari empat kelas.
Mereka dibagi menjadi sembilan kelompok di setiap kelas.
Instrumen yang digunakan berupa LKS untuk menggali kembali
kemampuan berpikir kritis siswa tentang cara membersihkan air
limbah dan proses pemecahan masalah. Selain itu instrumen yang
digunakan adalah air limbah, kertas saring, gelas beaker, botol
plastik, kertas lakmus, dan beberapa bahan atau alat yang
dibutuhkan siswa (Williams, 2011). Oleh karena itu, siswa harus
memikirkan materi untuk menyelesaikan masalah. Dalam
pembelajaran tersebut, siswa tidak hanya membuat LKS tetapi juga
merancang alat untuk membersihkan air limbah. Siswa diberi lebih
dari satu kesempatan untuk merancang produk terbaik untuk
pengolahan air limbah (Museus et al., 2011). Pelajaran terdiri dari
enam pelajaran, pelajaran pertama pengenalan koloid, larutan,
suspensi, dan diskusi tentang air limbah. Dari pelajaran kedua
- Instrumen dan validasi hingga pelajaran keempat adalah menemukan solusi dan desain
produk. Pelajaran kelima adalah video pengolahan air limbah di
Jepang dan mengoptimalkan solusi atau produk. Pelajaran terakhir
adalah membuat kesimpulan, presentasi, dan diskusi. Pelajaran
dimulai dengan perluasan larutan dan koloid yang berbeda. Lebih
lanjut, ilustrasi permasalahan tentang perlunya sistem air limbah di
kota kita untuk melestarikan laut ditampilkan. Kemudian, siswa
- Teknik analisis data diminta mencari solusi untuk membersihkan air limbah (Milgram,
2011).
- Instrumen dengan Pengumpulan data
- Dilakukan dengan lembar kerja dan lembar observasi
- Data dianalisis menggunakan rubrik berpikir kritis yang
- Dll dirancang oleh (Paul & Elder, 2009, Uttal et al., 2012).
- Kerangka berpikir kritis Paul & Elder merupakan salah satu
kerangka kerja yang digunakan oleh beberapa peneliti
pemanah untuk menganalisis pemikiran kritis karena
kerangka ini bersifat umum untuk teknik, ilmu alam, ilmu
sosial, dan linguistik.

- Data yang terkumpul dianalisis menggunakan ANOVA


untuk melihat perbedaan berpikir kritis tiap kelas

- Skor dari rubrik berpikir kritis dibandingkan dengan kriteria


pengembangan berpikir kritis berdasarkan tahapan
perkembangan berpikir kritis
Hasil dan Pembahasan

- Instrumen yang digunakan adalah air limbah, kertas saring,


gelas beaker, botol plastik, kertas lakmus, dan beberapa
bahan atau alat yang dibutuhkan siswa (Williams, 2011).
STEM Pendidikan melalui Pembelajaran Berbasis Proyek
Pembelajaran STEM melalui Pembelajaran Berbasis Proyek
dikembangkan dengan kerangka kerja NGSS (Next Gene ration
Science Standard). Dalam pembelajaran ini pembelajaran terdiri
dari enam pembelajaran, materi pertama pengenalan koloid, larutan,
dan suspensi, dan diskusi tentang limbah. Pelajaran kedua hingga
pelajaran keempat adalah menemukan solusi dan desain produk.
Pelajaran kelima adalah menonton video pengolahan air limbah di
Jepang dan mengoptimalkan solusi atau produk. Pelajaran terakhir
adalah membuat kesimpulan, presentasi, dan diskusi. Analisis
Pemikiran Kritis Siswa Mengumpulkan data dari lembar kerja solusi
desain, hasil, dan kesimpulan. Permasalahan yang dikemukakan
siswa hampir sama yaitu bagaimana membersihkan air limbah
sebelum dialirkan ke laut karena jika laut kotor maka akan merusak
lingkungan. LKS ini dianalisis menggunakan rubrik berpikir kritis
dan hasil berpikir kritis masing-masing kelompok pada semua kelas.
Berdasarkan ukuran tes Tukey, nilai rata-rata kemampuan berpikir
kritis tiap kelas dapat dibandingkan untuk melihat perbedaan yang
signifikan. Hasil penelitian menunjukkan bahwa rerata skor kritis
tipis raja untuk kelas 1A adalah 2,92 (SD 0,72); 1B adalah 2,75 (SD
0,65); 1C adalah 2,67 (SD 0,62); 1D
adalah 3,03 (SD 0,62), dan rata-rata nilai berpikir kritis semua siswa
adalah 2,82. Keterampilan berpikir kritis siswa tertinggi adalah
kelas 1D, dan terendah 1C. Ada signifikan dengan laporan beberapa
perbandingan Tukey untuk skor berpikir kritis.
Kesimpulan Penelitian ini telah mencapai tujuannya. Penelitian ini bertujuan
untuk menginvestigasi ketrampilan critical thin king siswa dalam
pendidikan STEM melalui Project Based Learning. Hasil penelitian
menunjukkan bahwa rata-rata skor keterampilan berpikir kritis
siswa adalah 2,82. Persentase kemampuan berpikir kritis siswa
adalah pemikir lanjut (lebih tinggi keriting tipis) 41,6%, pemikir
praktik (pemikir rata-rata) 30,6%, pemikir pemula (pemikir rata-
rata) 25%, dan pemikir tertantang (pemikir rendah) 2,8%. Dan
kategori berpikir kritis siswa adalah pemikir rata-rata. Pemikir rata-
rata adalah tahap perkembangan berpikir kritis, mereka memiliki
keterampilan yang cukup dalam berpikir untuk mengkritik rencana
mereka sendiri untuk praktik sistematis, dan untuk membangun
kritik realistis atas kekuatan berpikir mereka. Studi ini memiliki
beberapa keterbatasan yang perlu dipertimbangkan ketika
mempertimbangkan studi dan kontribusinya. Partisipan dalam
penelitian ini dipilih sendiri berdasarkan distribusi acak, tidak ada
pengaturan dalam pembagian kelompok. Pembagian kelompok
harus terdiri dari pemikir tingkat tinggi yang dapat menjadi
pemimpin untuk membimbing pemikir yang lebih rendah.
Limitasi/kelemahan penelitian Pada tahap berpikir kritis dengan beberapa kemampuan berpikir
kritis implisit dapat dengan mudah menipu diri mereka sendiri
untuk percaya bahwa pemikiran mereka lebih baik dari apa yang
sebenarnya, mereka membuatnya lebih sulit untuk mengenali
masalah yang melekat pada pemikiran yang buruk.
Saran/rekomendasi Kelompok pemikir yang lebih rendah melakukan satu percobaan
saja dan mereka tidak melakukan evaluasi sama sekali. Sedangkan
kegiatan pembelajaran dilakukan dalam 6 pelajaran, maka
eksperimennya dapat dievaluasi. Namun, mereka mungkin telah
mengembangkan berbagai keterampilan dalam berpikir tanpa
menyadarinya, dan keterampilan ini dapat menjadi penghalang
perkembangan.
Kontribusi hasil/temuan terhadap ilmu pengetahuan:

Pemikir tingkat lanjut tidak hanya menganalisis pemikiran mereka di semua domain penting kehidupan mereka, tetapi juga memiliki
pandangan signifikan terhadap masalah di tingkat pemikiran yang lebih dalam. Meskipun para pemikir tingkat lanjut mampu berpikir dengan
baik tentang dimensi penting kehidupan mereka, mereka belum dapat berpikir secara konsisten di tingkat tinggi di semua dimensi ini. Pemikir
ulang memiliki perintah umum yang baik atas sifat egosentris mereka. Mereka terus berusaha untuk berpikiran adil dan kadang-kadang
terjerumus ke dalam ego sentrisme dan nalar dengan cara sepihak
Kontribusi penelitian ini terhadap penelitian saya:
Metode yang digunakan dalam penelitian ini bisa menambah referensi dalam penelitian saya agar bisa memberikan hasil yang lebih
meningkatkan keterpusatan responden.
Nama Mahasiswa : Eva Novrianti BoangManalu
Nomor Mahasiswa : A1C318079

Identitas Artikel Deskripsi

Nama Jurnal Jurnal Pendidikan IPA Indonesia


Nama pengindeks
Judul artikel ETHNO-STEM PROJECT-BASED LEARNING: ITS IMPACT
TO CRITICAL AND CREATIVE THINKING SKILLS
Penulis W. Sumarni and S. Kadarwati
Edisi -
Volume 9
Tahun terbit 2020
Jumlah halaman 12
Penerbit
E-ISSN / P-ISSN -
DOI 10.15294/jpii.v9i1.21754
URL http://journal.unnes.ac.id/index.php/jpii
Aspek yang di review Deskripsi Kritik
Latar belakang Pelajar Indonesia menunjukkan low thin king skill yang ditunjukkan
dengan nilai sains yang rendah seperti dilansir Program for
International Student Assessment (PISA) tahun 2018. Hal ini
menandakan bahwa perhatian proses pembelajaran belum
sepenuhnya mencakup aspek kritis, evaluatif dan kreatif.
kemampuan berpikir. Pembelajaran sains terkini, khususnya,
mempromosikan cara atau teknik tentang bagaimana memahami
konsep, prinsip, dan teori (Darling-Hammond et al., 2019), tetapi
mungkin belum menjadi sarana untuk membekali dan
memberdayakan kritis siswa. dan keterampilan raja kurus yang
kreatif (Rahmawati et al., 2019). Mereka menghubungkan
penurunan ini dengan standarisasi kurikulum, pengajaran, dan
penilaian di sekolah. Mereka tampaknya lebih tertekan untuk
menghafal fakta dan menemukan jawaban yang benar daripada
menganalisis dan mengevaluasi isinya secara kritis atau
mengeksplorasi ide-ide kreatif dan pemikiran inovatif.
Pembelajaran berbasis proyek telah lama digunakan oleh banyak
pendidik sebagai salah satu praktik pembelajaran inovatif yang
mengembangkan proses pembelajaran berdasarkan tantangan atau
permasalahan yang mengarahkan siswa untuk menyelidiki,
mengambil keputusan, merancang, dan akhirnya menyimpulkan
dengan suatu produk (Uziak, 2016). Studi sebelumnya
menunjukkan bahwa pelaksanaan PBL akan memungkinkan
pendidik-21-century untuk membuat praktek lebih baik untuk ilmu
mengajar,technologi, teknik, dan matematika (STEM) konten
(Afriana et al, 2016; Mutakinati et al, 2018) . Selain itu, etno-STEM
PBL menunjukkan pengaruh yang signifikan terhadap
kewirausahaan mahasiswa (Sudarmin et al., 2019).
Masalah/ Research Questions Bagaimana pengaruh penerapan etno-STEM PBL terhadap
keterampilan berpikir kritis dan kreatif siswa akan dijelaskan secara
jelas dalam makalah ini.
Tujuan (purpose) Penelitian ini dilakukan untuk melihat pengaruh penerapan etno-
STEM PBL terhadap keterampilan berpikir kritis dan kreatif siswa
akan dijelaskan secara jelas dalam makalah ini.
Signifikansi hasil/temuan Ho 1: Etno-STEM PjBL menunjukkan pengaruh yang signifikan
terhadap kewirausahaan mahasiswa.
Ho 2: PBLno-STEM dapat memberikan praktik pengajaran yang
baik untuk meningkatkan keterampilan berpikir kreatif dan kritis
siswa.
Ho 3: pelaksanaan PBL akan memungkinkan pendidik-21-century
untuk membuat praktek lebih baik untuk ilmu
mengajar,technologi ,teknik, dan matematika (STEM)
Metode Penelitian
- Desain penelitian Pra-eksperimental dengan one group pretest-posttest design
menggunakan metode tes
- Locus of research Siswa dari 7 SMA di Jawa Tengah, Indonesia
- Sampel /subject Penelitian ini dilaksanakan pada tahun ajaran 2017/2018 dengan
melibatkan 230 siswa dari 7 SMA di Jawa Tengah, Indonesia. Guru-
guru di sekolah tersebut telah dilatih tentang penerapan teknis
STEM-STEM PjBL dalam proses belajar-mengajar. Pengukuran
keterampilan berpikir kritis dan kreatif (CCTS) siswa dilakukan
dengan menggunakan metode tes. Butir soal tes berupa soal-soal
terbuka mengacu pada penilaian saya terhadap kemampuan berpikir
kreatif dan kritis yang dikembangkan oleh Yoon (2017), Sumarni et
al. (2018) dan Gelerstein et al. (2016). Pengukuran keterampilan
berpikir kritis dan kreatif juga dilakukan dengan menggunakan
- Instrumen dan validasi instrumen yang dikembangkan oleh Ventista (2018). Jenis
pertanyaan open-ended dipilih dalam penelitian ini karena
pertimbangan aspek metakognitifnya, tidak hanya pada isi soal.
- Instrumen Pengumpulan data, pertanyaan open-ended dipilih
dalam penelitian ini karena pertimbangan aspek
metakognitifnya.
- Pengukuran keterampilan berpikir kritis dan kreatif (CCTS)
siswa dilakukan dengan menggunakan metode tes.
- Teknik analisis data - Meta kognitif memiliki peran penting dalam mengatur dan
mengendalikan proses kognitif dalam pembelajaran. Ini
mendorong pemikiran yang lebih efektif dan efisien.
Singkatnya, metakognitif dapat mengarah pada keterampilan
berpikir tingkat tinggi.
- Dll - Sepuluh item pertanyaan valid baik dari segi isi maupun
konstruksinya menurut para ahli. Item-item ini diujicobakan
terlebih dahulu kepada siswa selain subjek penelitian ini.
- Keterampilan kognitif tingkat tinggi yaitu menganalisis /
Hasil dan Pembahasan mensinkronkan (C4), mengevaluasi (C5), dan berkreasi (C6)
termasuk dalam indikator keterampilan berpikir kritis dan
kreatif.
- Reliabilitas instrumen yang digunakan dalam penelitian ini
ditentukan dengan menggunakan Alpha-Cronbach dengan
nilai alpha 0,79 yang menunjukkan bahwa instrumen tersebut
reliabel.
- Peningkatan CCTS siswa (ditunjukkan dengan skor N-gain)
dihitung dengan menggunakan Persamaan 1. Skor N-gain yang
diperoleh masing-masing siswa serta setiap indikator
keterampilan dikategorikan menggunakan kriteria yang
disajikan.
- Deskripsi Kegiatan dalam Pembelajaran Berbasis Proyek Ethno
STEM Perancangan etno-STEM PBL dimulai dengan
pengaturan tujuan yang terdefinisi dengan baik, perencanaan
tugas dan penilaian sumatif. Tugas yang diberikan hendaknya
membimbing siswa dalam menghasilkan ide / solusi untuk
masalah yang kompleks. Selain itu, penilaian sumatif juga harus
menuntut penggunaan keterampilan berpikir tingkat tinggi
siswa. Sintaks yang dijelaskan oleh The George Lucas
Educational Foundation, yaitu memulai pelajaran dengan
pertanyaan esensial, merancang proyek, membuat jadwal,
memantau siswa serta kemajuan proyek, menilai hasil, dan
mengevaluasi pengalaman, digunakan. dalam pelaksanaan PBL
etno-STEM yang dilakukan oleh para guru.
- Keterampilan Berpikir Kritis dan KreatifN-gain keterampilan
berpikir kritis dan kreatif siswa setelah Implementasi etno-
STEM PBL disajikan pada Gambar 1. Peningkatan N-gain
dalam keterampilan berpikir kritis dan kreatif siswa diamati
untuk semua siswa. Peningkatan kemampuan berpikir kritis
masing-masing dicapai oleh 52 siswa (22,6%), 102 siswa
(44,4%) dan 76 siswa (33,0%) dengan kriteria tinggi, sedang,
dan rendah. Hal ini sejalan dengan hasil yang dilaporkan
sebelumnya (Sumardiana et al., 2019). Mereka melaporkan
bahwa model STEM-PjBL dapat meningkatkan kemampuan
berpikir kritis siswa.
Kesimpulan Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa PBL etno-STEM dapat
meningkatkan rata-rata keterampilan berpikir kritis dan kreatif
siswa pada semua indikator pada berbagai kategori kriteria kriteria
rendah hingga sedang. Baik aspek “penjelasan lanjutan” dari
indikator berpikir kritis maupun aspek “orisinalitas” dari indikator
berpikir kreatif menunjukkan hasil yang paling rendah. Meskipun
menunjukkan kemampuan berpikir luwes, keterampilan berpikir
kritis dan kreatif siswa masih pada tahap memberikan penjelasan
sederhana. Beberapa dampak dari penerapan STEM PBL etno
dalam studi ini disoroti. Studi ini menunjukkan bahwa penerapan
strategi berpikir kritis dan kreatif secara terus-menerus dapat
mengembangkan konsep yang lebih bermakna serta keterampilan
berpikir tingkat tinggi. Penerapan ethno-STEM PBL dalam
penelitian ini telah meningkatkan kemampuan berpikir siswa seperti
berpikir sebab akibat, memprediksi hasil yang wajar, menganalisis
data melalui berbagai sudut pandang, mengevaluasi, dan berkreasi.
Keterampilan tersebut dikembangkan melalui kesempatan yang
sering untuk menggali dan mengungkapkan pendapat dan ide dalam
pemikiran kritis, reseptif, kolaboratif dan kreatif.
Limitasi/kelemahan penelitian Data tambahan akan diperlukan untuk mengungkapkan keefektifan
etno-STEM PBL dan menyelidiki lebih lanjut bagaimana dan
mengapa etno-STEM PBL secara positif dapat meningkatkan
keterampilan berpikir kritis dan kreatif siswa.
Saran/rekomendasi Memasukkan strategi berpikir kritis dan kreatif yang efektif secara
tepat dalam isi pengajaran akan menjadi kebutuhan. Keterampilan
berpikir yang diajarkan dalam konten yang relevan akan mendorong
pengembangan keterampilan berpikir siswa menjadi kebiasaan
berpikir kritis dan kreatif, sambil bermain dengan ide dan mengolah
informasi konten dengan berbagai cara. Siswa akan merasakan
kegembiraan dalam belajar, menemukan makna dan relevansi
pribadi dalam pembelajaran.
Kontribusi hasil/temuan terhadap ilmu pengetahuan:

Memasukkan strategi berpikir kritis dan kreatif yang efektif secara tepat dalam isi pengajaran akan menjadi kebutuhan. Keterampilan berpikir
yang diajarkan dalam konten yang relevan akan mendorong pengembangan keterampilan berpikir siswa menjadi kebiasaan berpikir kritis dan
kreatif, sambil bermain dengan ide dan mengolah informasi konten dengan berbagai cara. Siswa akan merasakan kegembiraan dalam belajar,
menemukan makna dan relevansi pribadi dalam pembelajaran.
Kontribusi penelitian ini terhadap penelitian saya:
Metode yang digunakan dalam penelitian ini bisa menambah referensi dalam penelitian saya agar bisa memberikan hasil yang lebih
meningkatkan keterpusatan responden.

Anda mungkin juga menyukai