Anda di halaman 1dari 3

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah


Dunia pendidikan kini sangat kompleks mekanisme penyampaiannya. Salah satu
mekanisme yang perlu diketahui oleh semua individu maupun kelompok yang ingin belajar
yaitu literasi. Literasi merupakan kemampuan untuk memahami, menganalisis, dan
mendekonstruksi pencitraan media. Sebagai wujud dari kepedulian terhadap dunia
pendidikan dan pentingnya pengetahuan yang lebih kompleks bagi generasi-generasi muda,
para pemuda berusaha mencari wadah yang ideal untuk menampung kepedulian ini. Ide-ide
kreatif dan simpatik yang diwujudkan melalui suatu komunitas yang dikenal dengan Rumah
Literasi Banyuwangi.

Rumah Literasi Banyuwangi merupakan salah satu komunitas yang berinisiatif


meningkatkan minat dan cinta terhadap buku dan bacaan di kalangan generasi muda bahkan
anak-anak di daerah Kabupaten Banyuwangi. Rumah Literasi Banyuwangi juga merupakan
sebuah Komunitas Muda Peduli, yang mengkampanyekan budaya membaca di daerah-daerah
seluruh pelosok Banyuwangi. Dengan menginisiasi rumah baca sederhana di desa-desa
Banyuwangi. Rumah Literasi Banyuwangi merpakan sebuah ikhtiar untuk ikut mencerdaskan
kehidupan bangsa. “Pantang Tanya Sebelum Baca” merupakan tagline kampanye literasi
dari Rumah Literasi Banyuwangi. Sebuah ide orisinil dari pegiat literasi Banyuwangi yang
mengharapkan 1000 rumah baca terwujud di desa-desa di Indonesia. Untuk semua komunitas
yang bergerak di dunia literasi, ”Pantang Tanya Sebelum Baca” adalah kontribusi untuk
menjadikan bangsa ini mencintai budaya membaca.

Mengajar bukan hanya kewajiban para pengajar, hal ini disadari oleh para pegiat
Rumah Literasi Banyuwangi yang rela iuran waktu dan iuran tenaga guna berbagi dan
bermanfaat bagi generasi muda Banyuwangi. Dengan adanya Rumah Literasi Banyuwangi
diharapkan adanya budaya atau kebiasaan (folkways) membaca yang tumbuh di kalangan
remaja maupun anak-anak Banyuwangi. Kepribadian mulia dari setiap diri pegiat Rumah
Literasi Banyuwangi ini didasari oleh rasa iba melihat masih banyak anak-anak yang tidak
dapat menikmati fasilitas pembelajaran di bangku pendidikan. Sedangkan era globalisasi
menjadikan segala problematika hidup semakin kompleks. Kepedulian para pemuda yang
tergabung dalam komunitas ini sangat dibutuhkan oleh mereka-mereka yang benar-benar
membutuhkan fasilitas guna menambah wawasan mereka.

Gerakan literasi merupakan salah satu program pendidikan nonformal dan dalam
rangka ikut mencerdaskan kehidupan bangsa serta usaha melestarikan program pendidikan
nonformal melalui salah satu program pemberdayaan masyarakat dengan pengembangan
gerakan literasi serta pengembangan budaya baca pada masyarakat akan peningkatkan
pengetahuan dan wawasan yang lebih baik dan berarah pada progres atas kehidupan serta
berkepribadian, baik pribadi, kelompok maupun dalam bermasyarakat.

Menurut penelitian terdahulu yang dilakukan oleh Juniawan Hidayanto dari


Pendidikan Luar Sekolah Universitas Negeri Semarang menyatakan bahwa “Apabila
dikaitkan dengan konstitusi bernegara kita, negara berkewajiban “mencerdaskan kehidupan
bangsa” (Alinea keempat Pembukaan UUD 1945). Secara spesifik, kewajiban untuk
meningkatkan minat baca masyarakat diatur dalam Undang-undang Nomor 43 Tahun 2007
tentang Perpustakaan (UU Perpustakaan). Berdasarkan Pasal 7 UU Perpustakaan, Pemerintah
berkewajiban untuk mengembangkan sistem nasional perpustakaan sebagai upaya
mendukung sistem pendidikan nasional, menjamin kelangsungan penyelenggaraan dan
pengelolaan perpustakaan sebagai pusat sumber belajar masyarakat, menjamin ketersediaan
layanan perpustakaan secara merata di tanah air, Selanjutnya dijelaskan pada Pasal 48 sampai
dengan Pasal 51 UU Perpustakaan mengatur pembudayaan kegemaran membaca”.

Pembudayaan baca dapat dilakukan oleh satuan keluarga, pendidikan, maupun


kesadaran para pemuda yang terwujud dalam suatu wadah yang disebut komunitas.
Komunitas inilah yang perlu mendapat apresiasi dari masyarakat maupun pemerintah.

B. Pembatasan masalah
Dalam karya tulis ini, penulis akan menguraikan tentang “Upaya Komunitas Rumah
Literasi Banyuwangi Dalam Menjadikan Banyuwangi Sebagai Kota Literasi Melalui Rumah
Baca”.

C. Rumusan masalah
Berdasarkan latar belakang di atas dapat diidentifikasikan rumusan masalah sebagai
berikut.
1. Bagaimana konsep dari Rumah Literasi Banyuwangi?
2. Bagaimana upaya Rumah Literasi Banyuwangi dalam mewujudkan Banyuwangi sebagai kota
literasi?
3. Bagaimana dampak dari adanya Rumah Literasi Banyuwangi bagi masyarakat?
4. Bagaimana tanggapan masyarakat terhadap adanya komunitas Rumah Literasi Banyuwangi?
5. Bagaimana kaitan antara kegiatan Rumah Literasi Banyuwangi terhadap nilai kearifan lokal
yang ada di Banyuwangi?

D. Tujuan penulisan
Berdasarkan latar belakang dan rumusan masalah di atas dapat diidentifikasikan tujuan
penulisan sebagai berikut.
1. Mengetahui konsep dari Rumah Literasi Banyuwangi.
2. Mengetahui upaya Rumah Literasi Banyuwangi dalam mewujudkan Banyuwangi sebagai
kota literasi.
3. Mengetahui dampak dari adanya Rumah Literasi Banyuwangi bagi masyarakat.
4. Mengetahui tanggapan masyarakat terhadap adanya komunitas Rumah Literasi Banyuwangi.
5. Mengetahui kaitan antara kegiatan Rumah Literasi Banyuwangi terhadap nilai kearifan lokal
yang ada di Banyuwangi.

E. Manfaat penulisan
1. Untuk penulis
Menambah wawasan serta melatih keikutsertaan dalam kegiatan komunitas lokal yang
ada di Banyuwangi dalam rangka mengembangkan nilai-nilai kearifan lokal yang ada di
Banyuwangi.
2. Untuk siswa SMAN 1 Genteng
Menambah referensi kajian penulisan sosiologi, serta memberikan contoh karya tulis
pada tingkatan setelahnya dan menambah wawasan kepada sesama jurusan Ilmu Sosial.

Anda mungkin juga menyukai