Anda di halaman 1dari 5

PR PRESKAS

A. Timpanometri
Timpanometri memberikan informasi kuantitatif yang berguna tentang keberadaan
cairan di telinga tengah, mobilitas sistem telinga tengah, dan volume saluran telinga
tengah. Penggunaannya direkomendasikan dalam hubungannya dengan informasi yang
lebih kualitatif (yaitu riwayat, penampakan dan mobilitas dari membran timpani), dalam
evaluasi otitis media dengan efusi. (Enusko, 2004)
Melalui probe tone (sumbat telinga tengah) yang dipasang pada telinga tengah
dapat diketahui tekanan di liang telinga berdasarkan energi suara yang dipantulkan
kembali oleh membran timpani. Probe tone dengan frekuensi 226 Hz digunakan pada
orang dewasa atau bayi diatas 7 bulan. Sedangkan untuk bayi dibawah 7 bulan
digunakan frekuensi yang lebih tinggi yaitu 668, 678, atau 1000 Hz).
Kontraindikasi timpanometri:
• Riwayat operasi telinga yang baru dilakukan
• Terdapat darah atau discharge yang visible pada telinga luar
• Adanya nyeri saat kontak dengan probe
• Adanya otitis eksterna
Interpretasi hasil:
1. Tipe A:
Kurva tengah dari gambar 1, adalah hasil dari telinga normal.

ECV : ear canal volume: estimasi volume udara medial dari probe
MEP: middle ear pressure: tekanan kanal telinga dimana puncak timpanogram terjadi
SC: static compliance: jumlah terbesar energi akustik yang diabsorbsi sistem telinga
tengah

2. Tipe As (s: stiffness atau shallowness)

Artinya yaitu memiliki kelenturan membran timpani dibawah nilai normal, misalnya
ditemukan pada fiksasi tulang pendengaran, sehingga terjadi penurunan aliran energi
bunyi yang melewati telinga tengah.
3. Tipe Ad (d: diskontinuitas)

Bentuk kurva menyerupai gambaran tipe A tetapi dengan puncak yang lebih tinggi
dari nilai normal, misalnya ditemukan pada disartikulasi tulang pendengaran).
Segala sesuatu yang menyebabkan rangkaian tulang pendengaran menjadi sangat
lentur akan menyebabkan masuknya energi bunyi secara berlebihan.

4. Tipe B

Gambar 2A. flattened, volume kanal normal,


penyebabnya yaitu penurunan mobilitas membran
timpani, karena OME, timpanosklerosis, kolesteatom, dan
tumor telinga tengah

Gambar 2B. volume kanal rendah,


mengindikasikan oklusi parsial, akibat serumen atau
penempatan probe yang tidak sesuai

Gambar 2C. volume kanal tinggi. Dengan adanya


perforasi membran timpani atau tabung
timpanostomi, energi akustik akan diserap udara
telinga tengah dan sel udara mastoid, menghasilkan
volume yang lebih dari normal
5. Tipe C

Tipe C, jika puncak kurva berada pada daerah tekanan negatif, ditemukan pada keadaan
disfungsi tuba eustachius, yaitu saat tuba tidak membuka, maka udara yang
terperangkap di telinga tengah akan diserap oleh mukosatelinga tengah. Hal ini akan
mengakibatkan turunnya tekanan udara di telinga tengah terhadap tekanan di liang
telinga luar. Perbedaan tekanan yang terjadi akan menyebabkan membran timpani
mengalamiretraksi dan terdorong ke medialdan pengaruh terhadap gambaran
timpanometri adalah puncak grafik akan terdorong ke arah negarif menjauhi nilai 0.

Referensi:
Fowler, C. G., & Shanks, J. E. (2002). Tympanometry. In J. Katz (Ed.), Handbook of
clinical audiology (5th ed.). (pp. 175 – 204). Baltimore: Lippincott Williams &
Wilkins.
Margolis, R. H., & Hunter, L. L. (2000). Acoustic Immittance Measurements. In R. J.
Roeser, M. Valente & H. Hosford-Dunn (Ed.), Audiology diagnosis. (pp. 381 - 423).
New York: Thieme Medical Publishers, Inc.
Onusko, E., 2004. Tympanometry. American Familiy Physician: 70(9) :1713-20.
Srireddy, S. V., Ryan, C. E., & Niparko, J. K. (2003). Evaluation of the patient with
hearing loss. In J. Niparko & L. R. Lustig (Ed), Clinical neurotology: Diagnosing
and managing disorders of hearing, balance and the facial nerve. (pp. 65 – 80).
London: Martin Dunitz Publishing.
B. OME

Anda mungkin juga menyukai